PSN Pedoman Standardisasi Nasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PSN Pedoman Standardisasi Nasional"

Transkripsi

1 PSN Pedoman Standardisasi Nasional Adopsi Standar ISO/IEC menjadi Standar Nasional Indonesia BADAN STANDARDISASI NASIONAL

2 Daftar Isi Daftar Isi...i Kata Pengantar...ii 1 Ruang Lingkup Acuan Normatif Istilah dan Definisi Tingkat Keselarasan Umum Identik Modifikasi Tidak sama (not equivalent) Metode Adopsi Umum Metode Lembar Sampul (Cover Sheet) Penterjemahan Metode Menyatakan Deviasi Teknis dan Perubahan Editorial Umum Pengacuan pada Standar ISO/IEC Metode Indikasi Tingkat Keselarasan Umum Kategori Keselarasan dan Singkatannya... 6 Lampiran A Contoh Daftar Deviasi Teknis dan Penjelasannya... 7 Lampiran B Hubungan antara Tingkat Keselarasan dan Metode Adopsi/Publikasi Lampiran C Contoh Pernyataan Adopsi Lampiran D Contoh Kata Pengantar dalam Standar Nasional Indonesia i

3 Kata Pengantar Pedoman ini merupakan pedoman standardisasi yang disusun untuk memberi petunjuk bagaimana cara merumuskan SNI dengan mengadopsi standar dari ISO/IEC menjadi SNI. PSN ini disusun dengan menggunakan referensi ISO/IEC Guide 21:1999, Adoption of international standards as regional or national standards. Pedoman ini berisi tingkat keselarasan dan metode adopsi yang dilengkapi dengan Lampiran A sampai dengan Lampiran D yang bersifat informatif, disusun oleh Badan Standardisasi Nasional serta telah disampaikan dalam Forum Konsultasi Publik untuk mendapat tanggapan akhir. ii

4 Adopsi Standar ISO/IEC menjadi Standar Nasional Indonesia 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan metode untuk: a) menentukan tingkat keselarasan antara Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan standar yang diadopsi (pasal 5), b) mengindikasi deviasi teknis SNI untuk menunjukkan berbagai deviasi yang ada (pasal 6) terhadap standar aslinya. Dokumen yang diadopsi menjadi SNI tidak terbatas pada dokumen dengan status sebagai standar, tetapi juga termasuk dokumen lain sejenis standar, misalnya pedoman atau spesifikasi teknis yang bersifat normatif. 2 Acuan Normatif ISO/IEC Guide 2:1996, Standardization and related activities General vocabulary. ISO/IEC Guide 21:1999, Adoption of International Standards as regional or national standards 3 Istilah dan Definisi 3.1 Standar adalah dokumen, yang ditetapkan melalui konsensus dan disahkan badan yang berwenang serta berisikan peraturan, pedoman, karakteristik kegiatan atau hasilnya, untuk pemakaian umum dan pemakaian berulang. Standar ditujukan untuk mencapai tingkat keteraturan optimum dalam konteks tertentu. (ISO/IEC Guide 2:1996). Standar seharusnya berlandaskan pada hasil terpadu dari ilmu pengetahuan, teknologi dan pengalaman serta ditujukan untuk meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara optimal. 3.2 Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. 3.3 Adopsi adalah penyusunan dokumen normatif nasional yang didasarkan pada dokumen normatif ISO/IEC atau pengesahan langsung dokumen normatif ISO/IEC menjadi SNI dengan mengidentifikasi berbagai deviasi teknisnya. 3.4 Perubahan editorial suatu standar adalah setiap perubahan yang diizinkan selama tidak mengubah substansi sesuai Deviasi teknis suatu standar adalah setiap perbedaan substansi teknis dari standar SNI terhadap ISO/IEC. 3.6 Perubahan kata adalah penggantian kata-kata terjemahan kata-kata atau istilah dari ISO/IEC ke dalam SNI dengan sinonimnya untuk memberikan pengertian yang umum. 1 dari13

5 3.7 Struktur suatu standar adalah susunan dari bagian, pasal, subpasal, paragraf, tabel, gambar, dan lampiran. 3.8 Prinsip bolak balik adalah prinsip susunan struktur suatu standar yang dapat diterima oleh standar yang diadopsi dan diterima pula dalam SNI, demikian pula sebaliknya (vice versa). 4 Tingkat Keselarasan 4.1 Umum Untuk membandingkan SNI terhadap standar ISO/IEC, perlu ditunjukkan adanya keselarasan agar hubungan tersebut dapat dimengerti. Klasifikasi dalam tingkat keselarasan tersebut adalah identik dan modifikasi. Setiap perbedaan perlu dibandingkan secara butir per butir, yang mencakup baik ruang lingkup maupun substansi untuk mengidentifikasi deviasinya. Suatu standar ISO/IEC dikatakan telah diadopsi apabila suatu SNI identik atau merupakan modifikasi dari standar ISO/IEC tersebut. Pengadopsian identik menjamin transparansi, yang merupakan dasar untuk memfasilitasi perdagangan. 4.2 Identik SNI dikatakan identik terhadap standar ISO/IEC jika memenuhi ketentuan sebagai berikut. a) SNI identik dalam hal substansi teknis, struktur dan kata-kata, atau b) SNI identik dalam hal substansi teknis, walaupun berisi sedikit perubahan editorial seperti: substitusi titik desimal menjadi koma desimal; perbaikan dari berbagai kesalahan pengetikan (ejaan) atau perubahan halaman; penghilangan teks dalam satu atau beberapa bahasa dari standar ISO/IEC yang mempergunakan lebih dari satu bahasa; penambahan dari berbagai amandemen atau perubahan teknis; perubahan judul agar konsisten dengan seri nasional; substitusi kata SNI ini untuk standar ISO/IEC ; penambahan berbagai informasi nasional (dalam bentuk lampiran informatif); penghapusan bahan informatif dari standar ISO/IEC; perubahan dalam kata-kata seperti yang dinyatakan dalam 3.6; penambahan, untuk tujuan informatif, penghitungan kembali nilai dari suatu kuantitas jika diperlukan sistem pengukuran yang berbeda. Dalam hal ini dianggap prinsip bolak balik telah dipenuhi. Setiap perubahan dalam tata letak dokumen (contoh yang berhubungan dengan penomoran halaman, tipe huruf dan ukuran huruf dan lain-lain) terutama dalam bentuk elektronik, tidak berpengaruh terhadap tingkat keselarasan. 2 dari13

6 4.3 Modifikasi SNI merupakan modifikasi dari standar ISO/IEC jika memenuhi kondisi sebagai berikut. (1) Deviasi yang disertai dengan identifikasi dan penjelasan yang lengkap; (2) Struktur SNI mencerminkan/menggambarkan struktur standar ISO/IEC; (3) Perubahan struktur hanya dimungkinkan apabila substansi dan strukturnya dengan mudah diperbandingkan. Untuk transparansi dan ketertelusuran, sangat dianjurkan SNI hanya mengadopsi satu standar ISO/IEC. Dalam situasi tertentu dapat dilakukan adopsi beberapa standar ISO/IEC menjadi SNI. Namun demikian untuk memudahkan pengguna, pengadopsian ini hanya dapat dilakukan jika perbedaan substansi dapat dibandingkan secara mudah dalam suatu daftar disertai identifikasi dan penjelasan secara lengkap. Standar modifikasi juga dapat mencantumkan perubahan yang diperbolehkan dalam keselarasan identik (4.2b). Dalam hal ini prinsip bolak-balik tidak dipenuhi. Modifikasi dapat mencakup hal-hal sebagai berikut. a. SNI berisikan substansi lebih sedikit daripada standar yang diadopsi SNI hanya memakai sebagian unsur yang ada pada standar yang diadopsi, memuat persyaratan yang kurang ketat, dan lain-lain (baik nilai parameter atau banyaknya parameter atau persyaratan). b. SNI berisikan lebih banyak daripada standar yang diadopsi SNI menambahkan aspek atau jenis, memuat persyaratan yang lebih ketat, memasukkan pengujian tambahan, dan lain-lain (baik nilai parameter atau banyaknya parameter atau persyaratan). c. SNI mengubah sebagian dari standar ISO/IEC Sebagian substansi identik, sebagian yang lain memuat persyaratan yang berbeda. d. SNI memberikan pilihan alternatif SNI memberikan suatu ketentuan dengan status yang sama, yang dapat digunakan sebagai alternatif dari yang dinyatakan dalam standar ISO/IEC. Lihat Lampiran A yang berisi contoh daftar deviasi teknis dan penjelasannya. SNI dapat berisi standar ISO/IEC secara keseluruhan dan dapat memuat ketentuan teknis tambahan, yang bukan merupakan bagian dari standar ISO/IEC. Dalam hal ini, tingkat keselarasan dengan standar ISO/IEC tergantung dari apakah perbedaan deviasi teknis ditunjukkan secara jelas atau tidak, dan deviasi teknis dimasukkan dalam daftar serta dijelaskan, walaupun bagian yang merupakan standar ISO/IEC tersebut mungkin tidak dimodifikasi. 4.4 Tidak sama (not equivalent) SNI dinyatakan tidak sama dengan ISO/IEC jika substansi teknis dan struktur tidak sama serta deviasi/perubahan tidak secara jelas diidentifikasi. Hal ini juga termasuk apabila SNI memuat persyaratan teknis ISO/IEC dalam jumlah yang kecil maupun dalam jumlah yang berarti/banyak. 3 dari13

7 5 Metode Adopsi 5.1 Umum Bagian ini menjelaskan beberapa metode untuk mengadopsi suatu dokumen normatif menjadi SNI, meliputi metode lembar sampul (cover sheet), dan publikasi ulang dalam bentuk terjemahan. Pilihan metode ini disesuaikan dengan kebutuhan (lihat juga Lampiran B yang berisi rangkuman hubungan antara tingkat keselarasan dan metode adopsi/publikasi) Setiap SNI yang mengadopsi standar ISO/IEC dengan suatu metode, harus menyebutkan standar ISO/IEC yang diadopsi dan dinyatakan secara jelas. Untuk adopsi standar ISO/IEC yang tercakup dalam halaman depan seperti nomor referensi, judul (setidaknya satu dari bahasa resmi standar lain dipublikasikan), tanggal atau tahun publikasi dan tingkat keselarasan (lihat pasal 4) Ketika mengadopsi standar ISO/IEC, seluruh amandemen dan tambahan teknis yang telah ada pada standar ISO/IEC tersebut harus dimasukkan dalam SNI sebagai satu kesatuan dokumen SNI. Publikasi amandemen dan tambahan teknis dari standar ISO/IEC yang terbit kemudian setelah diadopsi, harus diadopsi juga secepatnya. 5.2 Metode Lembar Sampul (Cover Sheet) Suatu standar ISO/IEC (termasuk berbagai amandemen dan/atau tambahan teknis) dapat dipublikasikan dalam suatu lembar sampul SNI. Lembar sampul tersebut harus memiliki nomor SNI dan nomor standar ISO/IEC, akan menjadi SNI jika tingkat keselarasannya identik (lihat 4.2) atau modifikasi (lihat 4.3). Setiap lembar sampul hanya mengacu pada satu standar ISO/IEC termasuk berbagai amandemen dan/atau tambahan teknis). Pelabelan, atau berbagai indikasi lainnya yang digunakan pada standar ISO/IEC dipertimbangkan secara setara pada lembar sampul. Karena penggunaan label atau lainnya memberikan tempat terbatas untuk informasi, instruksi atau catatan, hal ini lebih baik tidak digunakan sebagai lembar sampul kecuali SNI tersebut identik dengan standar ISO/IEC Standar hasil adopsi dengan metode ini harus tersedia terjemahannya dalam bahasa Indonesia selambatnya dua tahun sejak ditetapkan, dengan format sesuai aslinya Adopsi dengan lembar sampul dilengkapi dengan kata pengantar sesuai lampiran D berisikan informasi dan instruksi terkait tentang standar maupun informasi yang terkait perubahan editorial. Jika perlu dituangkan dalam lampiran yang mencantumkan daftar deviasi teknis terhadap standar ISO/IEC dan alasan-alasannya Metode lembar sampul mempunyai keuntungan karena tidak diperlukan mencetak ulang standar ISO/IEC tetapi dengan melampirkan standar ISO/IEC secara utuh. 5.3 Penterjemahan Jika SNI hanya merupakan terjemahan dari standar ISO/IEC, maka dapat dipublikasikan dalam bentuk dua bahasa dengan menuliskan bahasa asli di halaman sebelah kiri dan bahasa Indonesia di halaman sebelah kanan termasuk kata pengantarnya. Atau dalam satu halaman, di sisi kiri menggunakan bahasa asli dan sisi kanan menggunakan bahasa Indonesia. 4 dari13

8 5.3.2 Jika telah dilakukan penterjemahan, dan SNI telah dinyatakan identik, maka kesesuaiannya terhadap standar ISO/IEC dianggap berlaku pula untuk terjemahannya, dengan prinsip bolak-balik Edisi dua bahasa yang berisikan teks standar dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa resmi organisasi yang menerbitkan standar ISO/IEC, dapat berisikan pernyataan tentang keabsahan terhadap baik standar asli atau standar yang diadopsi. Jika tidak terdapat pernyataan, kedua versi tetap dinyatakan sah. 6 Metode Menyatakan Deviasi Teknis dan Perubahan Editorial 6.1 Umum SNI harus mencantumkan. a) suatu informasi adanya perbedaan dengan standar ISO/IEC dalam prakata; b) suatu lampiran yang menjelaskan berbagai perubahan dan/atau deviasi teknis yang telah dibuat, alasan atau latar belakang perubahan dan bagaimana identifikasinya dalam tulisan. Bila deviasi teknis (dan alasannya) atau perubahan editorial jumlahnya sedikit, dapat diletakkan pada kata pengantar (tidak lebih dari sepuluh kata) Deviasi khusus atau saran (dengan acuan silang yang cocok) dapat dicantumkan dalam kata pengantar. Alternatif lain dapat dicantumkan dalam teks atau lampiran khusus. Contoh kata pengantar SNI diberikan pada Lampiran D Jika dalam teks dimasukkan penjelasan, perubahan editorial dan/atau deviasi teknis yang dibuat dengan mengacu pada standar ISO/IEC yang diadopsi, sebaiknya dibedakan penulisannya, misalnya dengan memberi kotak pada teks yang terkait atau garis vertikal tunggal di samping teks. Kondisi seperti itu harus dijelaskan dengan memberi judul a) catatan penjelasan SNI atau penjelasan SNI jika isinya terbatas pada perubahan editorial, dan/atau b) deviasi SNI jika isinya tidak terbatas pada perubahan editorial Jika standar ISO/IEC terdapat amandemen dan/atau perbaikan kesalahan teknis, maka dapat digabung dalam teks atau menyatukan amandemen dan/atau perbaikan kesalahan teknis pada akhir dokumen. Perubahan teks dari aslinya harus ditunjukkan pada bagian utama dari standar dengan tanda margin ganda (II). 6.2 Pengacuan pada Standar ISO/IEC Jika standar ISO/IEC yang diadopsi memiliki acuan normatif standar lain, acuan dalam teks tidak boleh diubah, meskipun bagi SNI acuan tersebut tidak berlaku. Jika dokumen lain harus menggantikan acuan sebelumnya, hal tersebut harus diidentifikasi dalam catatan. Dan dicantumkan dalam kata pengantar. Rekomendasi ini tidak diperlukan untuk acuan yang memberikan informasi saja, walaupun hal tersebut mungkin juga berguna. 5 dari13

9 6.2.2 Jika standar ISO/IEC yang diacu telah diadopsi sebagai SNI, hal tersebut harus dinyatakan dalam kata pengantar dan nomor SNI-nya harus dicantumkan. Apabila belum diadopsi harus pula diinformasikan bahwa belum ada SNI-nya. Metode yang baik untuk menunjukkan hubungan tersebut dengan membuat suatu daftar dalam kata pengantar yang menyebutkan nomor standar yang diacu dan tingkat keselarasannya dengan standar yang diacu. Dokumen yang diacu harus disebutkan persis seperti dalam standar ISO/IEC. Panitia teknis yang bertanggung jawab pada ISO/IEC yang diacu perlu mengkaji standar tersebut untuk menjamin bahwa standar tersebut ekivalen dan absah untuk tujuan adopsi. Jika kesalahan dalam standar ISO/IEC yang diacu ditemukan, catatan kaki SNI harus memberikan informasi koreksi.. 7 Metode Indikasi Tingkat Keselarasan 7.1 Umum Metode untuk menunjukkan tingkat keselarasan dalam adopsi antara standar ISO/IEC dengan SNI, dijelaskan dalam Tabel 1, informasi tersebut sebaiknya dicantumkan pada katalog atau media informasi lainnya. 7.2 Kategori Keselarasan dan Singkatannya Tabel 1 Kategori Keselarasan dan Singkatannya Keselarasan Uraian Singkatan Identik SNI adalah identik dengan standar ISO/IEC jika a) SNI identik dalam substansi, struktur dan kata-kata teknis, atau b) SNI identik dalam substansi teknis, walaupun dapat berisi perubahan editorial minimal yang diuraikan pada 4.2. Prinsip bolak-balik dipenuhi. IDT Modifikasi SNI merupakan modifikasi jika deviasi teknis yang MOD diperbolehkan ditujukan dan dijelaskan. SNI mencerminkan struktur standar ISO/IEC, namun perubahan dalam struktur tidak menyulitkan dan mudah dibandingkan. Standar modifikasi juga termasuk perubahan terhadap keselarasan identik. Prinsip bolak-balik tidak dipenuhi. 6 dari13

10 Lampiran A (informatif) Contoh Daftar Deviasi Teknis dan Penjelasannya Disarankan untuk memulai setiap kalimat yang mencantumkan daftar deviasi teknis dengan mempergunakan kata penghapusan, penambahan, penggantian atau perubahan. Contoh berikut menggambarkan bagaimana deviasi teknis untuk berbagai jenis standar yang dimodifikasi (lihat 4.3) dapat didaftar dan dijelaskan. Kasus 4.3 a): Contoh untuk penghapusan Misalnya: ruang lingkup ISO 10191:1995, Passenger car tyres Verifying tyre capabilities Laboratory test methods, meliputi standar dan juga jenis ban yang diperkuat dengan beban jenis ekstra, hanya mencakup jenis ban yang umum dipakai. Pasal/Subpasal 5.11 Tabel 1 Tekanan inflasi untuk tes ketahanan Tabel 4 Tekanan inflasi untuk tes kecepatan tinggi Modifikasi dalam SNI Penghapusan baris mengenai reinforce/beban ekstra dalam berbagai jenis ban Penghapusan kolom mengenai reinforce/beban ekstra dalam sebagai tipe tekanan inflasi Penjelasan: Standar produk berisi spesifikasi yang berdasarkan pada standar internasional ISO yang menetapkan semua spesifikasi untuk ban mobil penumpang, dan tidak hanya metode pengujian, tapi juga persyaratan kinerja. Standar internasional, berisi persyaratan untuk reinforced/beban ekstra ban, yang telah dihilangkan dalam SNI. Kasus 4.3 b): Contoh untuk penambahan Misalnya: ISO 6899:1994, Acceptance conditions of open front mechanical power presses Testing of the accuracy, menetapkan persyaratan untuk tes geometrik untuk membuka bidang tekanan mekanik. Dalam SNI xxxx, persyaratan untuk tes ketelitian dalam standar internasional diadopsi tanpa perubahan, tapi tes mengenai ketelitian untuk jarak total vertikal dari bagian yang berhubungan, tidak termasuk dalam standar internasional, hal tersebut adalah aturan tambahan. Pasal/Subpasal 4 Kondisi pengujian dan toleransi yang diizinkan Modifikasi dalam SNI Penambahan persyaratan untuk ketepatan jarak total vertikal dari bagian yang berhubungan dalam bagian pengujian Penjelasan: Penambahan telah dibuat karena ketepatan jarak total vertikal dari bagian yang berhubungan penting untuk keamanan ketepatan manufaktur produk dengan tekanan mekanik dan untuk kestabilan mutu. 7 dari13

11 Kasus 4.3 c): Contoh untuk perubahan Misalnya: ISO4524-2:1995, Metallic coatings Test methods for electrodeposited gold and gold alloy coatings Part 2 : Environmental tests, menentukan kondisi lingkungan untuk pengujian atmosfir industri pada suhu 25 o C dan kelembaban relatif 75% tetapi SNI merubahnya masing-masing menjadi 40 o C dan 80%. Pasal/Subpasal Modifikasi dalam SNI 5 Pengujian atmosfir industri Penggantian 25 o C + 2 o C dengan 40 o C + 1 o C dan penggantian sedikit mungkin dengan 75% dan berada dalam rentang 70% sampai 80% menjadi 80% + 5% Penjelasan: SNI memodifikasi persyaratan accelerated test untuk menggambarkan kondisi cuaca yang lebih baik dengan suhu dan kelembaban yang tinggi. Perubahan ini dimungkinkan karena penyesuaian dengan iklim tropis bukan merupakan perubahan spesiifikasi teknis, bila tidak akan menjadi Tidak Ekivalen (NEQ) yang tidak termasuk adopsi. Kasus 4.3 d): Contoh untuk persyaratan paralel yang berhubungan dengan metode pengujian Misalnya: dalam ISO 7619:1997, Rubber Determination of indentation hardness by means of pocket hardness meters, pengukuran kekerasan dengan durometer tipe shore dipersyaratkan untuk tipe D dan tipe A. Dalam SNI, ruang lingkup pengukuran yang termasuk tipe A dan tipe D yang menentukan tipe E sebagai duplikat tipe A. Pasal/Subpasal Modifikasi dalam SNI 4.1 Durometer shore-type: type A dan D Penambahan tipe E Tekanan Penambahan 5,4 mm + 0,2 untuk durometer tipe E yang berhubungan dengan diameter lubang pusat Indentor Penambahan kata-kata dan gambar bentuk dan dimensi indentor Kalibrasi pegas Penambahan durometer tipe E untuk pemakaian kisaran daya keseimbangan pegas pada tipe A dalam a) 7 Prosedur 7.3 Penambahan ukuran durometer tipe E jika kekerasan ditentukan dengan durometer tipe A kurang dari A20 pada akhir paragraf 7.3 CATATAN 2 Penambahan berat A 1 kg direkomendasikan untuk durometer tipe E Penjelasan: Durometer adalah alat yang mengukur kekerasan dengan mengukur kedalaman jarum penetrasi (indentor) yang didorong ke permukaan karet, tipe D menggunakan karet yang kisaran kekerasannya tinggi dan tipe A untuk kisaran kekerasan normal. Dalam SNI, 8 dari13

12 persyaratan tipe E dimasukkan, yaitu metode khusus yang menggunakan tipe karet dengan kekerasan yang rendah. Contoh untuk kombinasi bagian-bagian di atas Misalnya: teks standar internasional IEC :1992 diadopsi menjadi SNI dengan persetujuan modifikasi yang dijelaskan berikut. Pasal/Subpasal Modifikasi dalam SNI 11 Pemanasan 11.8 Penggantian teks pada catatan 101 dalam tabel 3 menjadi: 19 Operasi abnormal Paling dekat mengelilingi permukaan sampai jarak 100 mm dari atas permukaan laut yang diukur secara vertikal dan sampai jarak 25 mm dari arah yang berbeda Penggantian 175K dengan 180K (dalam dua tempat) Penambahan setelah paragraf kedua: 22 Konstruksi Catatan Z1 Kerusakan peralatan campuran-udara dapat disimulasikan dengan kontrol inoperatif. Paragraf ketiga, modifikasi dari hanya versi bahasa Perancis Penggantian desh pertama dalam paragraf kesembilan dengan: c) Sirkulasi udara dan daerah terdekat 180 K, untuk memperbesar panas gabungan dari sirkulasi udara di lokasi samping dan luar pemanas; 180 K, selama 5 menit pertama dan 155 K setelah periode ini, untuk pemanas yang lain. Penambahan: Penambahan Persyaratan hanya diterapkan setelah instalasi dirangkai. 9 dari13

13 Lampiran B (informatif) Hubungan antara Tingkat Keselarasan dan Metode Adopsi/Publikasi Tabel B.1 Hubungan antara Tingkat Keselarasan dan Metode Adopsi/Publikasi Tingkat Keselarasan Identik Modifikasi Metode Adopsi/Publikasi Lembar sampul Publikasi ulang (menterjemahkan secara identik) Ya Perubahan Editorial (lihat 4.2.b) Ya (lihat 4.2.b) Perubahan yang Diizinkan Tidak Tidak Struktur Deviasi Teknis Tidak Tidak Lembar sampul Ya Tidak tepat Ya a) Publikasi ulang Ya Ya b) Ya a) a Bila deviasi teknis diidentifikasi dan dijelaskan. b Dapat dilakukan pembandingan dengan mudah mengenai substansi 2 standar, atau, jika lebih dari 1 standar lain yang diadopsi maka perlu daftar identifikasi dan penjelasan perubahannya 10 dari13

14 Lampiran C (informatif) Contoh Pernyataan Adopsi C.1 Contoh untuk lembar sampul C.1.1 Untuk adopsi secara identik Standar internasional ISO 00000:1997 (versi E), Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998, diadopsi menjadi SNI secara identik dengan nomor SNI19-XXXXX-1999/ISO IDT. C.1.2 Untuk adopsi dengan modifikasi Standar ISO 00000:1997 (versi E), Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998, diadopsi dengan modifikasi menjadi SNI secara modifikasi dengan nomor SNI 19-XXXXX-1999/ISO MOD. Modifikasi dan alasannya, dimasukan dalam Kata Pengantar, kecuali terlalu banyak dimasukan dalam Lampiran, dengan contoh sebagai berikut : Pasal 4 sampai 10 Untuk semua pengujian menghapuskan batas atas rentang suhu musim panas dan menggantikannya dengan +35 o C untuk menggambarkan suhu tertinggi yang umum dalam SNI selama musim tersebut. C.2 Contoh pernyataan adopsi untuk publikasi ulang (terjemahan) Pernyataan berikut mungkin diberikan terpisah atau merupakan bagian kata pengantar atau pendahuluan SNI. Contoh 1: Standar internasional ISO 00000:1997 (versi E), Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998, diadopsi dengan menterjemahkan secara identik menjadi SNI dengan nomor SNI 19-XXXXX- 1999/ISOIDT. Versi Bahasa Inggris dicetak ulang bersama dengan terjemahannya. Contoh 2: Standar internasional ISO 00000:1997 (versi E), Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998, diadopsi dengan menterjemahkan secara modifikasi, menjadi SNI dengan nomor SNI 19-XXXX- 1999/ISO MOD. Lihat kata pengantar SNI untuk detilnya mengenai modifikasi dan identifikasinya di dalam teks. 11 dari13

15 Lampiran D (informatif) Contoh Kata Pengantar dalam Standar Nasional Indonesia D.1 Kata Pengantar Lembar Sampul untuk Adopsi Standar Nasional secara Identik SNI XYZ identik dengan Standar Internasional (versi E) ISO 00000:1997, Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998. Panitia teknis yang bertanggung jawab untuk standar ini adalah Panitia Teknis A1, Produk XYZ. Standar ini berisi persyaratan yang relevan dengan hukum dan produk XYZ. Standar ini menggantikan SNI 19-XXXXX-1998, Produk XYZ - Persyaratan, yang memiliki teknik yang tidak sesuai dengan perkembangan internasional. Untuk tujuan standar ini, perubahan editorial berikut telah dibuat: a) dalam judul dunia global telah dirubah menjadi worldwide agar konsisten dengan judul standar XYZ lain; b) lampiran informatif nasional telah dimasukkan untuk memberi petunjuk bagi pengguna. Daftar standar XYZ yang identik dengan standar internasional yang diacu dalam ISO 00000, termasuk amandemennya, diberikan dalam Acuan Normatif. D.2 Kata Pengantar Lembar Sampul untuk Adopsi Standar Nasional secara Modifikasi SNI XYZ diadopsi dengan modifikasi dari Standar Internasional (versi E) ISO 00000:1997, Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998. Panitia teknis yang bertanggung jawab untuk standar ini adalah Panitia Teknis A1, Produk XYZ. Standar ini berisi persyaratan yang relevan dengan hukum dan produk XYZ. Standar ini menggantikan SNI 19-XXXXX-1998, Produk XYZ - Persyaratan, yang memiliki teknik yang tidak sesuai dengan perkembangan internasional. Dalam standar ini beberapa modifikasi yang sesuai dengan persyaratan resmi nasional dan diperlukan industri XYZ telah dibuat. Deviasi teknik dan informasi tambahan telah ditambahkan secara langsung dalam pasal yang diacu, dan diberi tanda dengan tipe huruf dan deviasi nasional atau penjelasan nasional yang berbeda. Daftar lengkap hasil modifikasi, bersama dengan penjelasannya, diberikan dalam lampiran NA. Untuk tujuan standar ini, perubahan editorial berikut telah dibuat: a) dalam judul dunia global telah dirubah menjadi worldwide agar konsisten dengan judul standar XYZ lain; b) kata standar internasional telah diganti dengan standar nasional. Daftar standar XYZ yang di adopsi dengan modifikasi dari standar internasional yang diacu dalam ISO 00000, termasuk amandemennya, diberikan dalam Acuan Normatif. 12 dari13

16 D.3 Kata Pengantar untuk Terjemahan secara Identik SNI XYZ adalah terjemahan secara identik dari Standar Internasional (versi E atau F) ISO 00000:1997, Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998. Panitia teknis yang bertanggung jawab untuk standar ini adalah Panitia Teknis A1, Produk XYZ. Standar ini berisi persyaratan yang relevan dengan hukum dan produk XYZ. Standar ini menggantikan SNI 19-XXXXX-1998, Produk XYZ Persyaratan, yang memiliki teknik yang tidak sesuai dengan perkembangan internasional. Dalam teks standar, perubahan editorial berikut telah dibuat: a) tanda koma desimal telah diganti dengan tanda titik desimal; b) lampiran informatif nasional telah dimasukkan untuk memberi petunjuk bagi pengguna. Daftar standar XYZ yang identik dengan standar internasional yang diacu dalam ISO 00000, termasuk amandemennya, diberikan dalam lampiran NA. D.4 Kata Pengantar untuk Terjemahan dengan Modifikasi SNI XYZ adalah terjemahan dari Standar Internasional (versi E atau F) ISO 00000:1997, Products intended for use in the global market General requirements, termasuk amandemennya ISO A1:1998, dengan beberapa modifikasi teknik. Panitia teknis yang bertanggung jawab untuk standar ini adalah Panitia Teknis A1, Produk XYZ. Standar ini berisi persyaratan yang relevan dengan hukum dan produk XYZ. Standar ini menggantikan SNI 19-XXXXX-1998, Produk XYZ Persyaratan, yang memiliki teknik yang tidak sesuai dengan perkembangan internasional. Dalam teks standar, perubahan editorial berikut telah dibuat: a) tanda koma desimal telah diganti dengan tanda titik desimal; b) lampiran informatif nasional telah dimasukkan untuk memberi petunjuk bagi pengguna. Daftar standar XYZ yang identik dengan standar internasional yang diacu dalam ISO 00000, termasuk amandemennya, diberikan dalam lampiran B. 13 dari13

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 1999,

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 1999, No.299, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Adopsi Standar dan Publikasi Internasional menjadi SNI. Pencabutan. PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

Lebih terperinci

PSN 03.1:2007. Pedoman Standardisasi Nasional

PSN 03.1:2007. Pedoman Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Adopsi Standar Internasional dan Publikasi Internasional lainnya Bagian 1: Adopsi Standar Internasional menjadi SNI (ISO/IEC Guide 21-1:2005, Regional or national adoption

Lebih terperinci

Tata cara penomoran Standar Nasional Indonesia dan Dokumen Teknis

Tata cara penomoran Standar Nasional Indonesia dan Dokumen Teknis Pedoman Standardisasi Nasional Tata cara penomoran Standar Nasional Indonesia dan Dokumen Teknis Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Kata pengantar...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

ADOPSI STANDAR AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIAL MENJADI STANDAR NASIONAL INDONESIA

ADOPSI STANDAR AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIAL MENJADI STANDAR NASIONAL INDONESIA 2012, No.519 4 LAMPIRAN I ADOPSI STANDAR AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIAL MENJADI STANDAR NASIONAL INDONESIA 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan: a. Tata cara adopsi standar ASTM menjadi SNI;

Lebih terperinci

REVISI PERKA BSN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN SNI. Jakarta, 19 September 2017 Pusat Perumusan Standar - BSN

REVISI PERKA BSN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN SNI. Jakarta, 19 September 2017 Pusat Perumusan Standar - BSN REVISI PERKA BSN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN SNI Jakarta, 19 September 2017 Pusat Perumusan Standar - BSN Milestone Revisi Ketentuan Pengembangan SNI UU No. 20 tahun 2014 tentang SPK PSN

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199 T

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199 T No.1907, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Penomoran SNI. Standarisasi Nasional. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

KAJI ULANG STANDAR NASIONAL INDONESIA

KAJI ULANG STANDAR NASIONAL INDONESIA KAJI ULANG STANDAR NASIONAL INDONESIA 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan ketentuan yang harus dipenuhi dalam proses kaji ulang Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tindak lanjutnya. Pedoman ini digunakan

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN

PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN PEDOMAN No. 006 / BM / 2009 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A

Lebih terperinci

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi

Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum pengoperasian berbagai lembaga inspeksi ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN ) BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Skripsi, tesis, dan disertasi hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Ditinjau dari

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Pedoman Panitia Teknik Survei dan Pemetaan (Pedoman Pantek 211S) oleh: Tim Penyusun Pedoman Pantek 211S

Pedoman Panitia Teknik Survei dan Pemetaan (Pedoman Pantek 211S) oleh: Tim Penyusun Pedoman Pantek 211S Pedoman Panitia Teknik Survei dan Pemetaan (Pedoman Pantek 211S) oleh: Tim Penyusun Pedoman Pantek 211S BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL (BAKOSURTANAL) 2003 Prakata Pedoman Panitia Teknik

Lebih terperinci

Penulisan Standar Nasional Indonesia

Penulisan Standar Nasional Indonesia Pedoman Standardisasi Nasional Penulisan Standar Nasional Indonesia Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Kata pengantar... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin SNI IEC 60335-2-80:2009 Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin (IEC 60335-2-80 (2005-11), IDT) ICS 13.120 Badan

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SaIinan BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis

Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis SNI 7336:2008 Standar Nasional Indonesia Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional

PSN 307 2006. Pedoman Standardisasi Nasional Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman bagi lembaga sertifikasi untuk melakukan tindakan koreksi terhadap penyalahgunaan tanda kesesuaian atau terhadap produk bertanda kesesuaian

Lebih terperinci

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir Standar Nasional Indonesia Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir ICS 75.140; 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

RSNI2. Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

RSNI2. Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional RSNI2 Standar Nasional Indonesia Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis ICS 35.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi i Prakata ii 0 Pendahuluan 1 1 Lingkup dan ruang

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik

SNI 6832:2011. Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi aspal emulsi anionik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi anionik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017

PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017 PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017 PROGRAM STUDI D3 OTOMASI SISTEM INSTRUMENTASI DEPARTEMEN TEKNIK FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jalan Srikana 65 Surabaya 60286 Telp:

Lebih terperinci

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (ISO/IEC 17025:2005, IDT) ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENULISAN STANDAR NASIONAL INDONESIA

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENULISAN STANDAR NASIONAL INDONESIA - 1 - PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENULISAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

Pedoman KAN 403-2011 Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Pedoman KAN 403-2011. Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis Komite Akreditasi Nasional Pedoman KAN 403-2011 Daftar isi Kata pengantar...ii

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum

Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum PSN 303-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Kosakata dan prinsip umum Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1. Ruang Lingkup...1

Lebih terperinci

Pengembangan Standar Nasional Indonesia

Pengembangan Standar Nasional Indonesia Pedoman Standardisasi Nasional Pengembangan Standar Nasional Indonesia Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Kata pengantar...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

Buku Braille yang Diharapkan oleh Pembaca Tunanetra

Buku Braille yang Diharapkan oleh Pembaca Tunanetra Buku Braille yang Diharapkan oleh Pembaca Tunanetra Oleh Drs. Didi Tarsidi, M.Pd. Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Disajikan pada Kegiatan

Lebih terperinci

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 4: Kabel berselubung untuk perkawatan magun

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 4: Kabel berselubung untuk perkawatan magun Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 4: Kabel berselubung untuk perkawatan magun ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja Manajemen laboratorium by Djadjat Tisnadjaja 1 Praktek berlaboratorium yang benar (GLP) Penggunaan istilah Good Laboratory Practice (GLP) dalam suatu peraturan pertama kalai ditemukan dalam New Zealand

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Fundamental sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Bahan Ajar PANDUAN MUTU Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

Semen portland campur

Semen portland campur Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PEDOMAN KAJI ULANG STANDAR NASIONAL INDONESIA

PEDOMAN KAJI ULANG STANDAR NASIONAL INDONESIA PEDOMAN KAJI ULANG STANDAR NASIONAL INDONESIA Pusat Perumusan Standar Badan Standardisasi Nasional Jakarta, 11 Oktober 2017 Alur Proses Pengembangan SNI Perencanaan Drafting/ Ratek/Rakon Jajak Pendapat

Lebih terperinci

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020:2012 1. PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi Standar Nasional Indonesia Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi ICS 13.020.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

PSN Pedoman Standardisasi Nasional PSN Pedoman Standardisasi Nasional Pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) BADAN STANDARDISASI NASIONAL Daftar Isi Daftar Isi... i Kata Pengantar... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan Normatif... 1

Lebih terperinci

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Spesifikasi kereb beton untuk jalan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi kereb beton untuk jalan ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMAT BRAILLE

PEDOMAN FORMAT BRAILLE PEDOMAN FORMAT BRAILLE Makalah Oleh Didi Tarsidi Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung Disajikan pada Seminar Nasional tentang Produksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5 DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENULISAN

SISTEMATIKA PENULISAN SISTEMATIKA PENULISAN 1. Kertas Kertas yang digunakan dalam penulisan laporan adalah kertas ukuran A4 80 gr. 2. Jenis Huruf dan Spasi Jenis huruf yang digunakan dalam penulisan Laporan adalah Arial dengan

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga

Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga PSN 304-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian Pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 4482:2013  Standar Nasional Indonesia Durian  ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Durian ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton. Badan Standardisasi Nasional. Revisi SNI

Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton. Badan Standardisasi Nasional. Revisi SNI Revisi SNI 03-2496-1991 Rancangan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton ICS Badan Standardisasi Nasional Rancangan Standar Nasional Indonesia Spesifikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER/INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 DAFTAR ISI I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 2 1.1. Bahasa Penulisan...

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/17/2009

Pendahuluan 12/17/2009 12/17/2009 Pendahuluan Edisi pertama mengacu kepada ISO 9001:1994 dan ISO 9002:1994. Standar-standar tersebut telah digantikan dengan ISO 9001:2000 yang menyebabkan perlunya menyelaraskan ISO/IEC 17025.

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Rambu evakuasi tsunami

Rambu evakuasi tsunami Standar Nasional Indonesia Rambu evakuasi tsunami ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

PSN Pedoman Standardisasi Nasional PSN Pedoman Standardisasi Nasional Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) BADAN STANDARDISASI NASIONAL Daftar Isi Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Istilah dan

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal Standar Nasional Indonesia SNI 6890:2014 Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal ICS 93.080.20 (ASTM D 979-01 (2006), IDT) Badan Standardisasi Nasional ASTM 2006 All rights reserved BSN 2014

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran Standar Nasional Indonesia Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran ICS 29.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling Standar Nasional Indonesia SNI 3408:2015 Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot ICS 17.120.01; 91.220 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

SNI IEC 60969:2008. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI 31-01 Elektronika Untuk Keperluan Rumah Tangga

SNI IEC 60969:2008. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI 31-01 Elektronika Untuk Keperluan Rumah Tangga Standar Nasional Indonesia Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum Persyaratan unjuk kerja (IEC 60969 Edition 1.2 (2001), Self-ballasted lamps for general lighting services - Performance requirements,

Lebih terperinci

Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen

Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen Standar Nasional Indonesia Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen ICS 85.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI PSN 306-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI Badan Standardisasi Nasional PSN 306-2006 Daftar isi Daftar isi i Prakata

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH CAPING TANI 2017

PEDOMAN UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH CAPING TANI 2017 PEDOMAN UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH CAPING TANI 2017 I. KETENTUAN UMUM PENULISAN A. TEMA UMUM : Inovasi Teknologi Berbasis Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan Dalam Upaya Menghadapi Anomali Cuaca SUB

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA. Tim Penyusun : Prodi Sistem Informasi

PEDOMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA. Tim Penyusun : Prodi Sistem Informasi PEDOMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA Tim Penyusun : Prodi Sistem Informasi SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA 2015 1 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 3 1.1 Deskripsi Kerja Praktek 3

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS TATA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2010 KATA PENGANTAR Perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur)

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur) Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur) ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN Dr. Dra. Zakiyah, MM Kepala Pusat Perumusan Standar-BSN Makassar, 25 Oktober 2017 OUTLINE SEJARAH STANDARDISASI

Lebih terperinci

Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang

Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... Pendahuluan... 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PSN 05-2006 PSN. Pedoman Standardisasi Nasional. Tenaga Ahli Standardisasi untuk Pengendali Mutu Perumusan SNI. Badan Standardisasi Nasional

PSN 05-2006 PSN. Pedoman Standardisasi Nasional. Tenaga Ahli Standardisasi untuk Pengendali Mutu Perumusan SNI. Badan Standardisasi Nasional PSN 05-2006 PSN Pedoman Standardisasi Nasional Tenaga Ahli Standardisasi untuk Pengendali Mutu Perumusan SNI Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i Kata Pengantar... ii 1 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 TENTANG BAKU MUTU EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, KATEGORI N, DAN KATEGORI

Lebih terperinci

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar Standar Nasional Indonesia Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci