BAB III PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR MUQADDAM. 1. Tempat Lahir, Silsilah Perjalanan Hidup Imam Syafi i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR MUQADDAM. 1. Tempat Lahir, Silsilah Perjalanan Hidup Imam Syafi i"

Transkripsi

1 BAB III PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR MUQADDAM A. Biografi Imam Syafi i 1. Tempat Lahir, Silsilah Perjalanan Hidup Imam Syafi i Imam Syafi i adalah imam ketiga dari empat mazhab menurut urutan kelahirannya. Beliau adalah Nashirul Hadits, pembela hadits dan mujaddid, pembaharu abad kedua hijriyah. 1 Menurut kebanyakan ahli sejarah bahwa Syafi i dilahirkan di Ghaza, Palstina, tahun 150 H (767 M). namun ada yang mengatakan lahir di Asqalan, yaitu daerah yang kurang lebih 3 farsakh (8 km atau 3,5 mil) dari Ghaza, dan perjalanan dua tiga hari dari Baitul Maqdis. Ada juga yang mengatakan lebih jauh dari itu yaitu di Yaman. Imam Nawawi berkata, Menurut jumhur, Syafi i lahir di Ghaza. Diriwayatkan bahwa Syafi i lahir pada malam hari bertepatan dengan wafatnya Abu Hanifah. Jika riwayat ini benar, maka itu adalah kejadian yang menakjubkan, yakni lahirnya seorang imam bertepatan pada wafatnya imam yang lain. Nama lengkap beliau adalah Abu Adbullah Muhammad bin Idris bin Abas bin Utsman bin Syafi i bin Sa id bin Ubaidillah bin Abi Yazid 1 Ahmad Asy-Syarbasy, Al-Aimmah al-arba ah, Terj. Futuhal Arifin, Lc., 4 Mutiara Zaman, Jakarta, Pustaka Kalami, Cet. Ke-1, 2003, hlm. 127.

2 bin Hasyim bin Mutlalib bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Fathimah binti Abdullah bin Hasan bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Asy-Syafi i lahir di tengah-tengah keluarga miskin. Ayahnya meninggal ketika beliau masih kecil. Kemudian ibunya membawanya ke Mekkah. Ia hidup sebagai anak yatim yang fakir dari keturunan bangsawan tinggi, keturunan yang paling tinggi di masanya, Asy-Syafi i hidup dalam keadaan sangat sederhana. Namun, kedudukannya sebagai putra bernasab mulia menyebabkan ia terpelihara dari perangai buruk, selalu berjiwa besar, dan tidak menyukai kehinaan diri. 2 Pada usia 2 (dua) tahun imam Syafi i dibawa ibunya ke Mekkah dari Guzzah yang merupakan tanah tumpah darah asli bagi nenek moyang imam Syafi i. Pada usia yang relatif muda imam Syafi i telah mampu menghafal al-qur an. Disamping kecerdasannya dalam menghafal al- Qur an ia juga rajin menghafal al-hadits yang ia dengar. Kemudian dicatat dan dibukukan dalam percetakan sehingga ia dikenal sebagai orang yang cinta ilmu dan ahli hadits. 3 Imam Syafi i hidup di tengah-tengah masyarakat Mekkah kemudian pindah ke kota Madinah. Kedua kota ini adalah bumi Hijaz yang merupakan tempat perbendaharaan sunnah (Hadits). Kota ini tidak begitu ramai dengan berbagai kebudayaan sebagaimana kota-kota lainnya. Kesederhanaan tatanan masyarakat tidak banyak menimbulkan 2 Mahmud Syalthut, Ali As-Sayis, Muqaaranatul Madzaahib Fil Fiqh, Terj. Abdul Zakiy Al-Kaaf, Fiqih Tujuh Madzhab,Banbung : CV. Pustaka Setia, Cet. Ke-1, 2000, hlm Subhi Mahmashani, Terj. Ahmad Sujono, Filsafat Hukum Islam, Bandung : PT. Al- Ma arif, 1981, hlm., 51.

3 problematika kehidupan masyarakat, dan untuk menyelesaikan masalah pun langsung mendasarkan pada al-qur an dan al-hadits, maka wajar lah apabila imam Syafi i ini lebih cenderung pada aliran Hadits. Pada awalnya Imam Syafi i cenderung kepada syair, sastra dan belajar bahasa Arab sehari-hari. Tapi dengan demikian Allah justru menyiapkannya untuk menekuni fiqh dan ilmu pengetahuan. Terdapat beberapa riwayat yang menyebabkan Imam Syafi i seperti itu diantaranya adalah : Suatu hari, di masa mudanya ketika ia berada di atas kendaraan. Di belakangnya terdapat sekretaris Abdullah Al-Zubairi. Lalu Syafi i membuat perumpamaan dengan sebuah syair. Maka sang sekretaris itu memukulkan cambuknya layaknya seorang pemberi nasehat dan berkata, Orang seperti anda mencampakkan kepribadiannya seperti ini? Bagaimana perhatian anda terhadap fiqh? hal ini mempengaruhi dirinya dan membangkitkan semangatnya untuk bergegas belajar kepada Muslim bin Khalid Az-Zanji, Mufti Mekkah. 4 Syafi i menuntut ilmu di Mekkah dan mahir di sana. Ketika Muslim bin Khalid Az-Zanji memberikan peluang untuk berfatwa, Syafi i merasa belum puas atas jerih payahnya selama ini. Ia menuntut ilmu terus dan akhirnya pindah ke Madinah dan bertemu Imam Malik di sana. Sebelumnya ia telah mempersiapkan diri membaca kitab al-muaththa (karya Imam Malik) yang sebagian besar telah dihafalkannya. Ketika 4 Ahmad Asy-Syarbasy, Op. Cit., hlm., 131

4 Imam Malik bertemu dengan Syafi i, Malik berkata, Sesungguhnya Allah SWT. telah menaruh cahaya dalam hatimu, maka jangan padamkan dengan perbuatan maksiat. 5 Mulailah Syafi i belajar dari Imam Malik dan senantiasa bersamanya hingga Imam Malik wafat pada tahun 179 H. selama itu pula ia mengunjungi ibunya di Mekkah. Kemudian pada tahun 195 H Imam Syafi i mengembara ke Baghdad, yang merupakan kota yang sudah maju peradaban masyarakatnya pada waktu itu. Di kota ini Imam Syafi i menetap beberapa tahun lamanya sebelum ia melakukan perjalanan ke kota lainnya, yaitu Mesir pada tahun 199 H dan ia memilih kota ini sebagai tempat tinggalnya. Di Baghdad ia belajar Ilmu Fiqh Madzhab Hanafi, yang terkenal dengan madzhab Ahlul Ro yi, sebagaimana di Hijaz yang tradisional. Kemudian ia cenderung kepada sifat itu, maka di kota Irak pun ia cenderung pada kondisi Irak, yaitu kota yang terkenal dengan Ahlu Ra yu. Imam Syafi i telah mendengar berita yang menyatakan kebesaran ulama di Irak seperti Abu Yusuf dan Muhammad Ibn Hasan, maka ia berkehendak untuk bertemu dengan mereka. Di kota ini ia berguru kepada Muhammad Ibn Hasan seorang tokoh ahli Fiqh. Maka terkumpullah pada diri Syafi i beberapa ilmu dari para ahli Hadits dan Ra yu. 5 Ibid.,

5 Syafi i banyak mengambil manfaat dari beberapa kitab Muhammad Ibn Hasan dari pelajaran Fiqh Irak dan perdebatannya dengan beberapa ulama fiqh di sana. Dari sini, ia bisa mempersiapkan diri mengkompromikan fiqh madinah dan fiqh Irak, atau fiqh tekstual dan fiqh kontekstual, sehingga membantunya meletakkan dasar-dasar ushul fiqh, dan kaidah fiqh (qawaid al-fiqhiyah), menjadikan ia terkenal, disebutsebut namanya dan terangkat derajatnya. 6 Pengetahuan Syafi i terbentuk dari beberapa sumber. Antara lain, guru, bacaan dan belajarnya, serta perjalanannya ke Yaman, Kufah, Bashrah, Makkah, Baghdad, dan Mesir. Ada juga dari perdebatan yang serius di masanya antara para pakar teologi dan filsafat, pakar fiqh dan ulama hadits dan sebagainya, serta pemikiran dan perenungannya terhadap ilmu dan lingkungan yang kesemuanya itu sangat dominan dalam membentuk wawasannya yang sangat luas. Dengan bekal pengetahuannya, beliau melangkah untuk menyampaikan berbagai kritik dan kemudian mengambil jalan keluarnya sendiri. Mula-mula beliau berbeda pendapat dengan gurunya (Imam Malik). Perbedaan ini berkembang sedemikian rupa sehingga beliau menulis buku yang berjudul Khilaf al-malik yang sebagian besar kritik terhadap pendapat (fiqh) madzhab gurunya itu, beliau juga terjun dalam perdebatan-perdebatan sengit dengan madzhab Hanafi dan banyak mengeluarkan kritik sebagai koreksi terhadapnya. 6 Ibid, hlm. 136

6 Kritik-kritik imam Syafi i terhadap dua madzhab tersebut akhirnya ia muncul dengan madzhab baru yang merupakan sintesa dari kedua madzhab (ahli hadits dan ahli ra yu) yang benar-benar orisinil. Namun demikian yang paling menentukan orisinilitas madzhabnya ini adalah kehidupan empat tahunnya di Mesir. Memang banyak kota di mana imam Syafi i mengembangkan atau menggali ilmu, seperti kota Yaman, Persi, Baghdad dan lain-lain. Tetapi di Mesir inilah Imam Syafi i sampai meninggalnya dipergunakan untuk menulis sebagian besar bukubukunya, bahkan juga untuk merevisi buku-buku yang pernah ditulisnya. Di kota ini pula ia meletakkan dasar-dasar madzhab barunya yang dikenal dengan kaul jadid. 7 Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa fiqh Syafi i adalah fiqh yang lahir karena kondisi masyarakatnya sehingga dengan adanya dua kota yang merupakan tempat yang paling mempengaruhi teori imam Syafi i dengan didukung keadaan yang berbeda itu pula, maka fiqh Syafi i juga dibedakan menjadi dua macam yakni madzhab kaul kadim dan madzhab kaul jadid. Madzhab kaul kadim adalah pendapat imam Syafi i ketika di Irak dan kaul jadid adalah pendapat imam Syafi i di Mesir. Dengan perpaduan pemikiran imam Syafi i akibat pengaruh dari corak pendidikan dan pengalaman dari beberapa negara tersebut, Imam Syafi i mengkombinasikan dan mengkomparasikan serta mendiskusikan 7 Farouq Abu Zaed, Hukum Islam antara Tradisional dan Modernitas, Jakarta : P3M, 1986, hlm. 30.

7 fiqh negara Hijaz dan Irak. Kemudian ia menjadi terkenal dengan sebutan ahli hadits dan ahli ra yu. 8 Dalam madzhab fiqhnya, Imam Syafi i menempatkan al-qur an sebagai imam (dasar utama) dalam mengambil hukum. Beliau berkata, sunnah sejajar kedudukannya dengan al-qur an karena as-sunnah berfungsi sebagai penjelas al-qur an. Karena itu menurut beliau as- Sunnah ditempatkan sebagai dasar kedua setelah al-qur an. 9 Misalnya beliau sependapat dengan Imam Malik (ahlu al-hadits) dalam hal menempatkan al-qur an sebagai dasar hukum Islam, karena menurutya as-sunnah sebagai dasar hukum yang kedua. Dilain fihak Imam Syafi i sepakat dengan madzhab Hanafi (Ahlu al-ra yu) dalam kecenderungannya memakai ijtihad atau rasio. Namun Imam Syafi i memberikan suatu batasan bahwa dasar ijtihad atau ra yu tersebut hendaklah berbentuk qiyas (analogi). Dalam pemakaian qiyas ini imam Syafi i memberikan ketentuanketentuannya. Beliau sependapat dengan Imam Malik dalam mengambil ijma sebagai sumber hukum sesudah al-qur an dan as-sunnah, tetapi beliau memberikan persyaratan-persyaratan yang ketat, sehingga ijma bukan semata-mata hasil pikiran tanpa ketentuan yang pasti. 2. Guru-guru Imam Syafi i Imam Syafi i menerima fiqh dan Hadits dari banyak guru yang masing-masing mempunyai manhaj sendiri dan tinggal di tempat-tempat 8 Subhi Mahmashani, Op. Cit., hlm Ahmad Asy-Syarbasy, Loc. Cit., Hlm. 140.

8 yang berjauhan satu sama lainnya. Ada di antara gurunya yang Mu tazili yang memperkatakan ilmu kalam yang tidak disukainya. Dia mengambil mana yang perlu diambil dan dia tinggalkan mana yang perlu ditinggalkan. Imam Syafi i menerima ilmunya dari ulama-ulama Makkah, Madinah, Iraq dan ulama-ulama Yaman. 10 Semula Imam Syafi i berguru pada syekh Muslim bin Khalid Az- Zanji dan beberapa imam Makkah. Kemudian setelah umur 13 tahun ia pergi ke Madinah dan berkumpul dengan Imam Malik sampai beliau wafat. Imam Syafi i juga mempunyai banyak guru yang ia temui di kotakota besar ketika ia berkelana. Diantaranya ialah gurunya di Makkah, Muslim bin Khalid Az- Zanji, Sufyan bin Uyainah, Sa id bin Salim Al-Qaddah, Dawud bin Abdurrahman Al-Athar dan Abdul Hamid bin Abdul Aziz bin Abi Dawud. Gurunya di Madinah antara lain, Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa ad Al-Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Darawardi, Ibrahim bin Yahya Al-Asami, Muhammad bin Sa id bin Abi Fudaik dan Abdullah bin Nafi Al-Shani. Gurunya di Yaman, Muththarif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf, Hakim Shan a (ibukota Republik Yaman), Umar bin Abi Maslamah Al- Auza i Dan Yahya Hasan. 10 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab, Cet. I, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm

9 Gurunya di Irak antara lain, Muhammad bin Al-Hasan, Waki bin Jarra Al-Kufi, Abu Usammah Hamad bin Usamah Al-Kufi, Ismail bin Athuyah Al-Basyri dan Abdul Wahab bin Abdul Majid Al-Basyri. 11 Imam Syafi i menerima pelajaran dari tokoh berbagai mazhab. Ia menerima fiqh Malik dari Malik sendiri, Maliklah gurunya yang merupakan bintang, mempelajari fiqh Auza I dari Umar ibn Abi Salamah, mempelajari Fiqh Al-Laits dari Yahya ibn Hassan dan mempelajari fiqh Abu Hanifah dari Muhammad ibn al-hassan. Bahkan ia mempelajari fiqh pada tokoh-tokoh Mu tazilah, walaupun dalam masalah I tiqad mereka tidak menempuh ahlul hadits. Justru semua inilah yang memperluas bidang fiqihnya, memperbanyak materi dan mempertebal kamus pengetahuannya. Dengan demikian Imam Syafi i dapat mengumpulkan fiqh Makkah, Fiqh Madinah, Fiqh Syam, Fiqh Mesir dan Fiqh Irak. 3. Murid-murid Imam Syafi i Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa imam Syafi i mempunyai banyak guru. Begitu juga murid-muridnya, mereka tersebar di Makkah, Mesir dan sebagian di Baghdad Irak, merekalah yang menyebarkan madzhab gurunya. Diantara murid yang ada di Makkah, antara lain: Abu Bakar al- Humaidi, Ibrahim bin Muhammad Abbas, Abu Bakar Muhammad bin Idris dan Musa bin Abi al-jarud. Murid Syafi i di Irak, antara lain : al- Hasan bin Muhammad al-za farani (wafat : 260 H), Abu Husain al- 11 Ibid., hlm., 135.

10 Karabisi (wafat : 295H), Imam Ahmad bin Hambal (wafat : 241 H) dan Dawud ad-dhahiri (wafat : 505 H). Sedangkan muridnya yang di Mesir antara lain : al-bughaisti (wafat : 270 H), al-mazani (wafat : 269 H) dan ar-rabi ah (wafat : 270 H). Generasi penerus dan penyebar madzhab Imam Syafi i adalah : Abu Ishaq as-saerazi (wafat : 478 H) adalah pengarang kitab al- Muhadzdzab, Imam Ghazali (wafat : 505 H) pengarang kitab Ihya Ulumuddin dan al-mustahfa, dan al-wazid Izzudin ibn Abdi Salam (wafat :660 H0 adalah pengarang kitab Qawa id al-ahkam Fi Masail al- Ahkam, Muhyiddin an-nawawi (wafat : 676 H) yang mengarang kitab Fiqh diantaranya Majmu Syarah Muhadzab dan Minhaj ath- Thalibin, Taqiyuddin as-shabuni (wafat : 765 H), Jalaluddin as-suyuti (wafat : 791 H), pengarang kitab Asybah wan Nadhair dan kitab Tanwirul Hawalaik syarah kitab al-muwaththa Imam Malik dan masih banyak lagi yang lainnya Karya-karya Imam Syafi i Menurut Qadli Imam Abu Muhammad bin Husain bin Muhammad al-maruzi murid Imam Syafi i, mengatakan bahwa Imam Syafi i telah mengarang kitab sebanyak 113 kitab, baik dalam bidang hadits, ilmu fiqh dan ushulnya, tafsir, sastra dan lain-lain. Yaqut menyebutkan dalam kitab Mu jam al-udaba juz 17, puluhan kitab Imam Syafi i. Yang dimaksud kitab di sini bukanlah kitab yang ada seperti sekarang ini, melainkan 12 Subhi Mahmashani, Op. Cit., hlm. 53.

11 beberapa bab masalah fiqh yang kebanyakan telah termuat dalam kitabnya al-umm. Dan kitab-kitab tersebut bisa dijadikan sebagai pegangan dan pengetahuan yang dapat di nikmati sampai sekarang, diantaranya adalah: a. Ar-Risalah Kitab ini disusun berkaitan dengan kaidah ushul fiqh, yang di dalamnya diterangkan mengenai pokok-pokok pegangan Imam Syafi i dalam mengistinbath hukum. Ar-Risalah merupakan kitab Ushul fiqh yang pertama. Akan tetapi sebagai penulis ar-risalah itu sendiri adalah murid Syafi'i yaitu ar-rabi ibn Sulaiman (270 H), dan Rabi inilah yang meriwayatkan dari Imam Syafi i tentang Ar-Risalah (karena Syafi i tidak menulisnya secara langsung). Di dalam kitab Ar-Risalah Imam Syafi i membahas tentang ketentuan-ketentuan nash kitab dan masalah nasikh mansukh, kecacatan dalam hadits, syarat-syarat penerima hadits ahad yang meliputi hadits mursal sebagai hujjah hukum, ijma ijtihad istihsan serta qiyas. b. Al-Umm Al-Umm adalah kitab yang ditulis sendiri oleh Imam Syafi i. Kemudian diriwayatkan oleh ar-rabi. Segala yang termuat dalam kitab al-umm adalah pendapat Imam Syafi i, itulah hujjah dalam mazhabnya Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit. hlm. 514.

12 Kitab ini berisi hasil-hasil ijtihad Imam Syafi i yang telah dikodifikasikan dalam bentuk dan jilid-jilid yang membahas masalah Thaharah, Ibadah, Amaliah sampai pada masalah peradilan seperti Jinayah, Muamalah, Munakahat dan lainnya. c. Ikhtilaf al-hadits Disebut Ikhtilaf al-hadits karena di dalamnya mengungkapkan perbedaan para ulama dalam persepsinya tentang hadits mulai dari sanad sampai perawi yang dapat dipegang termasuk analisanya tentang hadits yang menurutnya dapat dipegang sebagai hujjah. d. Musnad Di dalam kitab Musnad isinya hampir sama dengan yang ada dalam kitab Ikhtilaf al-hadits, kitab ini juga memaparkan persoalan hadits, hanya saja terkesan bahwa yang ada dalam kitab ini adalah hadits yang dipergunakan Imam Syafi i khususnya yang berkaitan dengan fiqh kitab al-umm, di mana dari segi sanadnya telah dijelaskan secara jelas dan rinci. B. Pendapat Imam Syafi i Tentang Mahar Muqaddam Mahar adalah hak isteri, yang dapat digunakan sepenuhnya oleh isteri dalam memanfaatkan barang tersebut serta memperoleh kompensasi baik karena barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain maupun karena

13 konsumsi untuk dihabiskan zatnya. 14 Sedangkan mahar sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa yang dimaksud dengan mahar adalah pemberian dari calon suami kepada calon isteri, baik berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam (ps. 1 huruf d. KHI). 15 Kemudian dalam masalah pembayaran mahar sebagaimana telah dipaparkan diatas, mahar dapat diberikan atau dibayarkan di muka, kontan, dan atau diutang.. Namun para ulama menganjurkan bahwa mahar sebaiknya dibayar kontan meski hanya sebagian. Dalam kehidupan Islam sudah menjadi kebiasaan dan suatu hal yang lazim dengan yang namanya melamar atau pinangan (khitbah). Seorang lakilaki atau calon suami sering memberikan sesuatu kepada calon istrinya sebelum akad nikah. Dan hal ini banyak terjadi dalam adat istiadat di negara Indonesia. Dalam hal ini Imam Syafi i berpendapat bahwa harta yang telah diberikan calon suami kepada isterinya sebelum akad tersebut boleh dijadikan dan dianggap mahar dan ketika keduanya melangsungkan akad nikah suami tidak wajib untuk memberikan mahar kepada isterinya karena sudah dibayarkan oleh suami sebelum akad. Sebelum penulis menguraikan pendapat Imam Syafi i tentang mahar muqaddam, alangkah baiknya akan penulis jelaskan terlebih dahulu tentang pengertian mahar muqaddam menurut Imam Syafi i. 14 Taqyuddin an-nahbani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Risalah Gusti, t.t, hlm A. Rofiq, MA., Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, t.t, hlm.101.

14 Mahar muqaddam mengandung dua kata, pertama mahar yaitu pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita baik berupa barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Kedua muqaddam, artinya adalah didahulukan. Jadi yang dimaksud dengan mahar muqaddam di sini adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita baik berupa barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum islam yang diberikan sebelum dilangsungkannya akad nikah, seperti misalnya saat pertunangan atau pemberian tukon (istilah Jawa). Adapun kaitannya dalam masalah pembayaran mahar sebagaimana yang telah penulis kemukakan diatas bahwa imam Syafi i berpendapat pembayaran mahar kepada calon isteri boleh dibayarkan sebelum berlangsungnya akad nikah, sebagaimana yang disebut dalam kitab Bughyah al-mustarsyidin sebagai berikut : دفع لمخطو بته مالاثم ادعىانه بقصد المهر وانكرت صد قت هي ان كان الدفع قبل العقد والاصدق. Artinya: Apabila calon suami memberikan harta kepada calon isterinya dengan maksud memberikan mahar akan tetapi calon isteri ingkar apabila harta itu diberikan sebelum akad, dan apabila harta tidak diberikan sebelum akad maka calon suamilah yang benar. 16 Begitu juga yang disebut dalam kitab al-khawi al-kabir di mana Imam Syafi i mengatakan : 16 Abd al-rahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, Bughyah al-mustarsyidin, Indonesia : Dar Ihya al-kutub al-arobiyyah, t.t hlm. 214.

15 قال الشافعى :فان قا لت المرا ة الذي قبضت هدية وقال بل هومهرفقد اقرت بمال وادعت ملكه فالقول قوله. Artinya: Imam Syafi i berkata : Apabila calon isteri berkata bahwa apa yang diterimanya adalah hadiah, tetapi calon suami mengatakan mahar sedangkan isteri mengakui harta adalah miliknya, maka yang dianggap adalah ucapan calon suami. 17 Dari kedua keterangan tersebut diatas terkandung maksud bahwa boleh membayar mahar sebelum dilangsungkan akad nikah dengan catatan disertai dengan adanya niat memberikan mahar oleh calon suami. Dalam kitab lain juga dijelaskan : لوخطب امرا ة ثم ارسل اودفع بلا لفظ اليها مالا قبل العقد ولواعطاها مالا فقالت هد ية وقال صداقا صدق بيمينه Artinya : Jika seorang laki-laki melamar perempuan, kemudian memberikan padanya harta tanpa adanya perkataan sebelum akad, dan apabila ia memberikan padanya harta kemudian perempuan tersebut mengatakan hadiah, dan laki-laki mengatakan maskawin, maka ia dibenarkan dengan sumpahnya. 18 Begitu juga dalam kitab Al-Fatawi al-kubra yang menerangkan bahwa : بان العبرة بنية الخاطب الدافع فان دفع بنية الهدية ملكته المخطوبة اوبنية احسانه من المهر حسب منه وان كان من غير جنسه 17 Abi al-hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-mawardi, al-hawi al-kabir, juz IX, Beirut : Dar al-kutub al-ilmiah, t.t. hlm , I anat al-thalibin, juz. III, Beirut : Dar al-kutub, t.t., hlm. 355

16 Artinya : Bahwa dalam hal tersebut tergantung dengan niat laki-laki yang melamar, apa bila memberikan dengan niat memberikan hadiah maka wanita yang dilamar memilikinya sebagai hadiah, atau dengan niat baik memberikan mas kawin, maka dihitung sebagai maskawin walaupun tidak dari jenisnya maskawin. 19 Di samping itu juga Imam Syafi i berpegang pada sebuah hadits Nabi: عن ابن عباس ان النبى االله صل االله عليه وسلم منع عليا ان يدخل بفاطمة حتى يعطيها شيي ا. Artinya : Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa nabi SAW melarang mangumpuli Fatimah sampai ia memberikan sesuatu kepadanya (mahar) 20 Pendapat Imam Syafi i tersebut bermula dari adanya perbedaan persepsi antara suami isteri dalam hal harta yang diberikan sebelum dilangsungkannya akad nikah itu merupakan mahar atau hadiah. Pendapat Imam Syafi i tersebut berbeda dengan pendapat Imam Malik yang mengatakan bahwa apabila harta yang diberikan berupa sesuatu yang biasanya dihadiahkan suami untuk isterinya seperti pakaian dan perhiasan, maka yang dibenarkan adalah ucapan isterinya yaitu harta yang diberikan oleh suami sebelum akad nikah adalah hadiah bukan mahar dengan adanya sumpah isteri karena melihat kebiasaannya. 21 Akan tetapi pendapat Imam Malik tersebut ditolak oleh Imam Syafi i, karena harta itu tidak bisa dimiliki sebab adanya pengakuan saja, sehingga apabila isteri mengaku bahwa harta yang diterimanya adalah hadiah maka tidak bisa diterima ucapannya. 19 Ibnu Hajar al-haitamy, Al-Fatawi al-kubra al-fiqhiyah, juz. IV, Beirut : Dar al-fikr, t.t., hlm Imam al-khafidz abi Daud sulaiman bin al-asy ad, Sunan Abi Daud, juz II, Beirut : Dar al-kutub al-ilmiyah, t.t. hlm Ibid.

17 C. Metode Istinbath Hukum Imam Syafi i Tentang Mahar Muqaddam Sebelum penulis kemukakan tentang metode istinbath hukum Imam Syafi i tentang pembayaran mahar yang dibayarkan sebelum akad nikah (mahar muqaddam), terlebih dahulu penulis akan mengemukakan bagaimana metode istinbath hukum secara umum yang digunakan oleh Imam Syafi i. Sebagaimana diketahui bahwa pemikiran Imam Syafi i dalam bidang hukum merupakan sumbangan yang sangat besar bagi keilmuan (hukum Islam). Pemikiran imam Syafi i adalah jembatan antara dua kutub pemikiran yang ekstrim yaitu antara ahli ra yu dan ahli hadits. Kelompok pertama diwakili oleh Imam Abu Hanifah dengan menggunakan metode pendekatan hukumnya lebih mengedepankan aspek rasionalitas. Sedangkan kelompok yang kedua yang dipelopori oleh Imam Malik dengan menggunakan metode pemahaman hukum yang lebih mengedepankan aspek normatifitas dan memegangi hadits secara ketat. Imam Syafi i tampak seolah-olah berada diantara dua ekstrimitas tersebut. Hal ini dikarenakan Imam Syafi i pernah mengembara ilmu dari satu tempat ke tempat yang lain dan dari satu guru ke guru yang lain. Imam Syafi i pernah berguru kepada Imam Malik dan pernah pula belajar pada as-syaibany seorang tokoh hukum Islam mazhab Hanafi. Pengalaman-pengalaman berguru tersebut tampaknya membuat Imam Syafi i dapat memberi warna tersendiri pada pola pikiran mazhab Imam Syafi i. Dalam mazhab fiqhnya, Imam Syafi i menempatkan al-qur an sebagai imam (dasar utama) dalam mengambil hukum. Beliau berkata, Sunnah sejajar

18 kedudukannya dengan al-qur an karena as-sunnah berfungsi sebagai penjelas al-qur an. Karena itu, sunnah menurut beliau ditempatkan sebagai dasar kedua setelah al-qur an. 22 Ketika disodorkan masalah padanya, maka yang pertama kali beliau mencari solusinya dari hadits Nabi. Bahkan beliau minta pada muridnya untuk meninggalkan pendapatnya dan mengambil pendapat yang sesuai dengan hadits jika memang pendapatnya itu bertentangan dengan hadits. Imam Syafi i menempatkan ijma sebagai hujjah setelah al-qur an dan hadits, tapi beliau masih memberi batasan dan syarat bagi ijma. Imam Syafi i berpendapat bahwa dalam syari ah seseorang tidak boleh mengedepankan pendapatnya kecuali untuk dasar qiyas. Yaitu memberi hukum atas sesuatu yang tidak ada nashnya disamakan dengan sesuatu yang sudah jelas nashnya karena persamaan illatnya (alasan dalam hukumnya). Karakteristik fiqh dan pengetahuan Syafi i yang menonjol ialah bahwa beliau telah meletakkan kaidah-kaidah ushul fiqh. Beliau membangun dasar ilmu ushul fiqh dengan meletakkan kaidah secara umum sebagai rujukan dalam mengetahui urutan pengambilan dalil syar i. Imam Nawawi menamakan ilmu ushul dan kaidah-kaidahnya yang menjadi dasar fiqh imam Syafi i dan mazhabnya dengan perkataannya sebagai berikut. Dia datang setelah munculnya kitab-kitab ditetapkannya hukum, dia telah mempelajari mazhab terdahulu, mengambilnya dari imam-imam pilihan, berdiskusi dengan orang-orang pintar kemudian menyeleksi dan 22 Ahmad Asy-Syarbasy, Al-Aimmah al-arba ah, Terj. Futuhal Arifin, Lc., 4 Mutiara Zaman, Jakarta, Pustaka Kalami, Cet. Ke-1, 2003, hlm.140

19 menyelidikinya serta meringkasnya dalam metode yang meliputi al-quran, as-sunnah, ijma, qiyas. Dia tidak meringkasnya pada salah satu dari empat, sebagaimana yang dilakukan oleh orang lain. 23 Kemudian dalam menerangkan dasar-dasar mazhabnya, Imam Syafi i berkata : الاصل قران وسنة فان لم يكن فقياس عليهما واذا اتصل الحد يث عن رسول االله وصح الاسنة والاجماع اكبر من الخبر المنفرد. والحد يث على ظا هره واذا احمتل معانى فما اشبه منها ظاهره اولاها. واذا تكافا ت الاحاديث فاصحها اسنادا اولاها. ولس المنقطع بشيي ماعد منقطع ابن المسيب ولايقاس اصل على اصل ولايقال للا صل لم وكيف وانما يقال للفروع لم فاذا صح قياسه على الا صل صح وقامت به حجة. Artinya : Yang menjadi pokok adalah al-qur an dan as-sunnah, kalau tidak ada dalam al-qur an dan as-sunnah barulah qiyas pada keduanya. Kalau hadits dari Rasulullah sudah shahih sanadnya, maka itulah sunnah. Ijma lebih besar dari pada kabar orang seorang. Hadits diartikan menurut dhahirnya lafad. Tetapi kalau artinya banyak, maka yang dekat dengan dhahir itulah yang pantas. Kalau bersamaan banyak hadits, maka yang paling shahih sanadnya itulah yang disahulukan. Hadits munqathi (sanadnya tidak sampai pada Nabi) tidak diterima. Kecuali munqati yang disampaikan Ibn Musayyab. Asal tidak diqiyaskan dengan asal. Asal tidak ditanya kenapa dan bagaimana. Hal ini boleh ditanyakan pada furu pada asal. Maka itulah suatu dalil (hujjah). 24 Dari perkataan Imam Syafi i dapat diambil kesimpulan bahwasannya pokok-pokok pikiran beliau dalam istinbath hukum sebagai berikut : 23 Ibid. hlm Imam Syafi I, ar-risalah, Beirut : Daar al-fikr t.t. hlm. 39

20 1. Al-Kitab (al-qur an). 2. Al-Sunnah. 3. Ijma. 4. Qiyas. Untuk mengetahui secara utuh dan detail pemikiran Imam Syafi i tentang keempat sumber hukum tersebut, maka akan penulis uraikan satu persatu, sebagai berikut : 1. Al-Kitab (al-qur'an) Al-Qur an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam kalbu Rasulullah saw. Dengan menggunakan bahasa Arab dan disertai dengan kebenaran agar dijadikan hujjah (penguat) dalam hal pengakuannya sebagai Rasul, dan agar dijadikan sebagai undang-undang bagi seluruh ummat manusia, di samping merupakan amal ibadah jika membacanya. 25 Menurut Syafi i, al-qur an adalah sumber pokok dari semua pengetahuan dasar tentang hukum, Imam Syafi i mengatakan bahwa al- Qur an mengandung tuntutan bagi masalah apapun yang mungkin timbul dikalangan kaum muslim. Imam Syafi i mengemukakan sejumlah ayat untuk menjustifikasikan pendapatnya di antaranya adalah : ب ا لب ي ن ات و الز ب ر و ا نز لن ا ا لي ك ال ذ كر ل ت ب ي ن ل لن اس م ا ن ز ل ا لي ه م و لع ل ه م ي ت ف كر و ن {44} 25 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Terj. Masdar Helmy, Bandung : Gema Risalah Pres, 1992, hlm. 39

21 Artinya : Dengan membawa keterangan-kterangan (mu jizat) dan kitabkitab. Dan kami turunkan kepadamu al-qur an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (Q.S. al- Nahl: 44) Al-Sunnah Menurut istilah syara as-sunnah ialah sesuatu yang datang dari Rasulullah saw. Baik ucapan, perbuatan maupun taqrir (persetujuan). Sunnah juga disebut hadits dan khabar. 27 Umat Islam sepakat bahwa apa saja yang datang dari Rasulullah saw. Baik ucapan, perbuatan atau taqrir, membentuk suatu hukum atau tuntutan yang disampaikan kepada umat manusia dengan sanad shahih dan mendatangkan yang Qath i atau Zhanni. Karenanya, dengan kebenaran itu adalah sebagai hujjah bagi umat Islam dan sebagai sumber pembentukan hukum Islam yang oleh para mujtahid dijadikan sebagai rujukan istinbath dan hukum-hukum syari at bagi mukalaf. Dengan kata lain, hukum-hukum yang ada pada as-sunnah adalah hukum-hukum yang ada di dalam al-qur an, sebagai peraturan perundangan yang harus ditaati. 28 Asy-Syafi i dalam ar-risalah mengemukakan sejumlah hujjah untuk membuktikan bahwasanya as-sunnah adalah suatu hujjah dari hujjah-hujjah agama. Ia telah berjasa dalam mengumpulkan dalil-dalil 26 Departemen Agama RI., Yayasan Penterjemah al-qur an, al-qur an dan Terjemhnya, Jakarta : Bumi Restu, 1976, hlm A. Hanafi, Ushul Fiqh, Jakarta: Widjaya, 1993, hlm Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Gema Risalah Pres, 1992, hlm. 67.

22 yang membuktikan kehujjahan as-sunnah. Itulah sebabnya ia diberi gelar Nashirul Sunnah. 29 Asy-Syafi i dalam mengambil dasar as-sunnah atau al-hadits tidaklah yang mutawattir saja, melainkan ahad pun diambil dan dipergunakan untuk dijadikan hujjah asal telah mencukupi syaratsyaratnya, yakni para perawinya itu orang-orang yang terpercaya, kuat ingatannya dan bersambung sanadnya sampai pada Rasulullah saw. Asy-Syafi i menempatkan as-sunnah sejajar dengan al-qur an karena as-sunnah merupakan penjelas dari al-qur an, akan tetapi asy- Syafi i tidak mengatakan kalau hadits ahad 30 juga senilai dengan al- Qur an, sekalipun hadits itu juga dipergunakan sebagai hujjah, karena menurutnya hanya al-qur an dan as-sunnah Mutawatirlah yang qot i subutnya. 31 Asy-Syafi i berpendapat bahwa as-sunnah mempunyai hak untuk mendatangkan hukum-hukum yang belum ada dalam al-qur an. asy- Syafi i hanya menggunakan hadits ahad bila perawinya berkesinambungan dan tidak terputus. Ia tidak menggunakan hadits mursal sebagai dalil kecuali dalam hal-hal yang sangat tertentu saja. Dia menerima hadits mursal jika tabi i yang memursalkannya itu, seorang tabi i besar yang 29 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab, Cet. I, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm Ditinjau dari segi rawinya, as-sunnah dibagi menjadi tiga macam : Sunnah Mutawattir, yaitu sunnah yang diriwayatkan oleh sekelompok orang (rawi), yang rawi-rawi itu tidak mungkin bersekutu melakukan kebohongan. Sunnah Masyhurah, yaitu sunnah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw. Oleh seorang atau dua orang atau kelompok yang tidak mencapai derajat atau tingkat tawatur (Mutawatir). Sunnah Ahad, yaitu sunnah yang diriwayatkan oleh kelompok orang yang tidak mencapai derajat tawatur atau diriwayatkan oleh seorang atau dua orang atau kelompok orang yang tidak mencapai derajat tawatur. 31 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ibid, hlm, 248.

23 banyak bertemu dengan sahabat. Seperti Said ibn Masayab. Karena hadits mursal Sa id adalah disepakati menjadi hujjah. 32 Atau hadits itu dikuatkan oleh hadits muttashil yang lain, atau oleh hadits mursal yang lain yang satu arti dengan dia, dan telah diterima oleh ahli ilmu, atau diamalkan oleh sebagian ulama, atau segolongan ulama telah memfatwakan sesuai dengan kandungan hadits mursal itu Ijma Ijma menurut istilah ushul adalah kesepakatan para imam mujtahid diantara umat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah wafat, terhadap hukum syara tentang suatu masalah atau kejadian. 34 Asy-Syafi i mengatakan ijma adalah hujjah. Ia menempatkan ijma setelah al-kitab dan as-sunnah sebelum al-qiyas. Dengan memperhatikan apa yang disebut dalam ar-risalah nyatalah bahwa ia menempatkan ijma sebelum qiyas atau harus didahulukan ijma atas qiyas. Asy-Syafi i menggunakan ijma jika sudah terang tidak ada seorangpun yang menyalahinya atau membantahnya. Oleh karena itu asy- Syafi i tidak menerima ijma sukuti. Ijma yang dapat diterima oleh asy- Syafi i hanyalah ijma yang merupakan konsensus total yang harus dinyatakan dengan formal sehingga ia tidak dapat menerima kesepakatan 32 Syaikh Mahmud Syaltout, Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fiqh, Jakarta: Bulan Bintang, 1973, hlm, Ibid. hlm, Abdul Wahab Khalaf, Op. Cit. Hlm, 81

24 diam-diam (ijma sukuti). 35 Karena pandangan yang demikian itu asy- Syafi i hanya dapat menerima ijma yang terjadi dikalangan para sahabat Nabi saw. Itupun terbatas hanya pada kewajiban-kewajiban dan laranganlarangan pokok Al-Qiyas Asy-Syafi i adalah mujtahid yang mula-mula menguraikan dasar qiyas. Para fuqaha sebelumnya membahas tentang ar-ra yu tanpa menentukan batas-batasnya dan dasar-dasar penggunaannya, tanpa menentukan norma-norma ra yu yang shahih dan yang tidak shahih. Menurut ulama ushul al-qiyas berarti menyamakan suatu kejadian yang tidak ada nash kepada kejadian lain yang ada nashnya pada nash hukum yang telah menetapkan lantaran adanya kesamaan diantara dua kejadian itu dalam illat (sebab terjadinya) hukumnya. 37 Asy-Syafi i mengambil dan mempergunakan hukum dasar qiyas apabila sudah jelas tidak terdapat dalil al-qur an, as-sunnah dan Ijma, oleh karena itu asy-syafi i tidak terburu-buru menjatuhkan hukum secara qiyas sebelum menyelidiki lebih lanjut dan detail tentang dapat atau tidaknya hukum itu menggunakan qiyas. 35 Dilihat dari segi melakukan ijtihad, ijma dibagi menjadi dua. Ijma Sharih yaitu kesepakatan para mujtahid pada suatu waktu terhadap hukum suatu kejadian atau peristiwa dengan menyajikan pendapat masing-masing secara jelas yang dilakukan dengan cara memberi fatwa atau memberi keputusan. Dengan kata lain, setiap mujahid menyampaikan ucapan atau perbuatan yang menyebabkan pendapatnya masing-masing secara jelas. Ijma Sukuti yaitu sebagian mujtahid pada suatu waktu mengemukakan pendapatnya secara jelas terhadap suatu kejadian yang dilakukan dengan cara memberi fatwa atau memberi keputusan, dan mujtahid yang lain tidak menanggapi pendapat tersebut dalam hal persesuaiannya atau perbedaannya. Lihat Abdul Wahab Khalaf, dalam Ilmu Ushul Fiqh, hlm Zarkowi Soejoeti, Pengantar Ilmu Fiqh, Bagian I, Semarang: Walisongo Press, 1987, hlm, Abdul Wahab Khalaf, loc.cit., hlm,

25 Qiyas (analogi) adalah metode berfikir yang dipergunakan untuk mencari kejelasan hukum dari contoh-contoh serupa yang terdapat dalam nash al-qur an atau Sunnah (Hadits) Nabi. Sementara itu proses pengambilan qiyas sekurang-kurangnya harus didasarkan kepada dua hal : Pertama, jika Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan sesuatu secara tersurat, atau menghalalkan-nya karena alasan atau illat tertentu, kemudian kita dapatkan hal serupa tapi tidak ada nash khusus di dalam al- Qur an atau sunnah, maka kita bisa memberikan hukum haram atau halal berdasarkan fakta bahwa hal itu mempunyai esensi (illat) yang sama dengan yang telah ditetapkan status hukumnya dalam al-qur an atau Sunnah tadi. Kedua, dalam hal didapat dua kasus yang hampir-hampir sama, maka analogi (qiyas) harus didasarkan atas kemiripan yang paling lengkap, terutama dari sudut lahiriahnya. 38 Demikianlah secara garis besar mengenai sumber hukum yang dijadikan patokan asy-syafi i dalam menggali hukum untuk menghadapi atau menyelesaikan berbagai permasalahan dalam hal hukum. Dari dalil-dalil yang ada tentang mahar, ternyata tidak ada dalil khusus yang menyatakan atau menerangkan tentang mekanisme pembayaran mahar, terutama mahar yang dibayarkan sebelum akad (mahar muqaddam). Untuk itu Imam Syafi'i menggunakan dalil-dalil tentang kewajiban untuk membayar mahar serta dalil tentang pelarangan 38 Imam Syafi I, Ar-Risalah, Terj. Ahmadie Thoha, Cet. IV, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1992, hlm., 23.

26 Nabi untuk melakukan hubungan suami isteri sebelum mahar itu dibayarkan. Sedangkan istinbath hukum Imam Syafi i yang berkaitan dengan mahar muqaddam adalah sebagai berikut : 1. al-quran و ا ت وا الن س اء ص د قات ه ن ن ح ل ة فا ن ط ب ن ل كم ع ن ش ي ء م ن ه ن فس ا ف ك لوه ه ن ي ي ا م ر ي ي ا 4 Artinya : Berikanlah mas kawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang wajib, kemudian mereka menyerahka kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagaai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (QS. 4.4) 39 Dari ayat tersebut Imam Syafi i menafsirkan tentang secepatnya membayar mahar, karena melihat kata yang dipakai dalam ayat tersebut menunjukkan kalimat perintah ( أتوا ) dimana kalimat perintah menunjukkan makna segera, sebagaimana kaidah ushul fiqh : الاصل فى الامريقتضى الفور Artinya : Bermula suruhan menghendaki kesegeraan al-hadits عن ابن عباس ان النبى االله صل االله عليه وسلم منع عليا ان يدخل بفاطمة حتى يعطيتها شيي ا. 39 Depag RI, al-qur an Dan Terjemahnya, Semarang : Toha Putera, tt, A. Hanafi, Ushul Fiqh, Cet. XII, Jakarta : Widjaya, hlm., 38.

27 Artinya : Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa nabi SAW melarang mangumpuli Fatimah sampai ia memberikan sesuatu kepadanya (mahar) 41 Dari dalil tersebut sudah jelas bahwa mahar adalah sesuatu yang harus dibayarkan oleh suami kepada iseteri. Dan dalam pembayarannya tentu saja akan lebih baik kalau mahar itu dibayarkan di muka. Karena dengan dibayarkannya mahar di muka, maka akan lebih aman dari segi suami, karena sudah tidak ada lagi tanggungan terhadap isteri yaitu membayar mahar. Selain itu pemberian yang disegarakan akan lebih baik dari pada pemberian yang ditunda atau dihutang. 41 Imam al-khafidz abi Daud sulaiman bin al-asy ad, Sunan Abi Daud, juz II, Beirut : Dar al-kutub al-ilmiyah, t.t. hlm. 106

Imam Syafi i. Imam Syafi i

Imam Syafi i. Imam Syafi i Imam Syafi i Imam Syafi i 1. Tempat Lahir, Silsilah Perjalanan Hidup Imam Syafi i Imam Syafi i adalah imam ketiga dari empat mazhab menurut urutan kelahirannya. Beliau adalah Nashirul Hadits, pembela hadits

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR MUQADDAM. A. Analisis Pendapat Imam Syafi i Tentang Mahar Muqaddam

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR MUQADDAM. A. Analisis Pendapat Imam Syafi i Tentang Mahar Muqaddam BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR MUQADDAM A. Analisis Pendapat Imam Syafi i Tentang Mahar Muqaddam Pembahasan pada bab sebelumnya penulis telah menguraikan pendapat Imam Syafi i tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I MADZHAB SYAFI I Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I Disusun Oleh : Muhlisaturrohmah (1601016054) Etik Fitriayasari (1601016055) Annisa Kurniawati (1601016056)

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. dalam pribadinya, perilakunya serta peninggalannya yang telah membuat

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. dalam pribadinya, perilakunya serta peninggalannya yang telah membuat BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I A. Biografi Imam Syafi i 1. Riwayat Hidup Imam Syafi i Imam Syafi i adalah salah seorang ulama yang sangat masyhur. Setiap orang yang memperhatikannya akan tertarik untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I A. Latar Belakang Imam Syafi i Imam Syafi'i adalah imam ketiga dari empat imam madzhabi menurut urutan kelahirannya 1. Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad ibn Idris ibn

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR A. Analisis Terhadap pendapat Imam Malik dan Imam al-auza i Tentang Penundaan Pembayaran Mahar Pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT ULAMA HANAFIYYAH TENTANG QADLI SEBAGAI PIHAK YANG BOLEH MENIKAHKAN DALAM WASIAT WALI NIKAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT ULAMA HANAFIYYAH TENTANG QADLI SEBAGAI PIHAK YANG BOLEH MENIKAHKAN DALAM WASIAT WALI NIKAH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT ULAMA HANAFIYYAH TENTANG QADLI SEBAGAI PIHAK YANG BOLEH MENIKAHKAN DALAM WASIAT WALI NIKAH A. ANALISIS TERHADAP PENDAPAT ULAMA HANAFIYYAH TENTANG QADLI SEBAGAI PIHAK YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam dengan disyari atkannya nikah pada hakekatnya adalah sebagai upaya legalisasi hubungan seksual sekaligus untuk mengembangkan keturunan yang sah dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam *Biografi Singkat Empat Imam Besar dalam Dunia Islam* *Imam Hanafi (80-150 H)* Beliau dilahirkan pada tahun 80 H dan meninggal dunia di Bagdad pada tahun

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IMAM SYAFI I. Muhammad bin Idris asy-syafi i al-quraisyi. Adapun nasab beliau adalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IMAM SYAFI I. Muhammad bin Idris asy-syafi i al-quraisyi. Adapun nasab beliau adalah 12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IMAM SYAFI I A. Nasab Imam Syafi i Imam Syafi i yang dikenal sebagai pendiri madzhab Syafi i adalah Muhammad bin Idris asy-syafi i al-quraisyi. Adapun nasab beliau adalah

Lebih terperinci

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh BAB IV ANALISIS TERHADAP DALIL DALIL QAWL QADIM DAN QAWL JADIm dan qawl jadi>d Imam Sha>fi i> dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan Publication: 1436 H_2015 M KAIDAH FIQH إ ع م ال الد ل ي ل ي أ و ل م ن إ ه ال أ ح د ه ا م ا أ م ك ن "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU A. Analisis Pendapat Tokoh NU Sidoarjo Tentang Memproduksi Rambut Palsu Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para Ulama sepakat bahwa mahar merupakan syarat nikah dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma bahwa dalam rukun Islam

Lebih terperinci

BAB IV. PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs.

BAB IV. PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs. BAB IV PERSPEKTIF IMAM SYAFI'I TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA GRESIK TENTANG CERAI GUGAT KARENA SUAMI MAFQU>D NO: 0036/PDT. G/2008/PA Gs. A. Pendapat Imam Syafi i Tentang Cerai Gugat Karena Suami

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah

Lebih terperinci

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, tempat pergi, yaitu jalan

Lebih terperinci

Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki

Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki ] ندونييس Indonesian [ Indonesia Syaikh Abdul Aziz bin Baz Syaikh Abdullah bin Jibrin Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2012-1433

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha

Lebih terperinci

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak 1 A. Latar Belakang Desa Bayur Kidul, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang memiliki tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak perempuan terhadap pihak laki-laki

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier. BAB V ANALISIS Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa terdapat perbedaan pendapat di membolehkan keluar rumah dan berhias bagi wanita karier dan ada yang melarang keluar rumah dan berhias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai the way of life merupakan ajaran yang memberikan petunjuk, arah dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa 05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA DZIKIR PAGI DAN PETANG dan Penjelasan Maknanya ع ن ا ب ه ر ي ر ة ق ال : ك ان ر س ول ال ه ص ل ال ه ع ل ي ه و س ل م ي ع ل م ا ص ح اب ه ي ق ول : ا ذ ا ا ص ب ح ا ح د

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan Kaidah Fiqh ي ن س ب ال و ل د إ ل أ ب ي ه ش ر ع ا و إ ل أ م ه و ض ع ا Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan Publication:

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hadits-hadits Shohih Tentang Hadits-hadits Shohih Tentang KEUTAMAAN PERNIAGAAN DAN PENGUSAHA MUSLIM حفظو هللا Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc Publication : 1436 H_2015 M Hadits-hadits Shohih Tentang Keutamaan Perniagaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M Qawa id Fiqhiyah ال ع د ل ف ال ع ب اد ات م ن أ ك ب م ق اص د الش ار ع Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat Publication: 1436 H_2014 M ال ع د ل ف ال ع ب اد ا ت م ن أ ك ب م ق اص

Lebih terperinci

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب 7 Aliran yang menolak sunah/hadis rasul Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya di Jakarta pada Tanggal 16 Ramadhan 1403 H. bertepatan dengan tanggal 27 Juni 1983 M., setelah : Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

Khitan. 1. Sejarah Khitan

Khitan. 1. Sejarah Khitan MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat (الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai sumber referensi atau pandangan hidup. 1 Oleh karena itu, problem pemahaman hadis Nabi merupakan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan Al-Imam Asy-Syafi i Rahimahullah

Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan Al-Imam Asy-Syafi i Rahimahullah Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan Al-Imam Asy-Syafi i Rahimahullah Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan AL-IMAM ASY-SYAFI I Rahimahullah Sejarah para ulama salaf merupakan salah satu tentara dari

Lebih terperinci

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah Sifat Wara' ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya sebagaimana mestinya,

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IJAB AKAD NIKAH DALAM FIKIH EMPAT MADZHAB. A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Lafadh-Lafadh Ijab yang Sah

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IJAB AKAD NIKAH DALAM FIKIH EMPAT MADZHAB. A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Lafadh-Lafadh Ijab yang Sah BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IJAB AKAD NIKAH DALAM FIKIH EMPAT MADZHAB A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Lafadh-Lafadh Ijab yang Sah digunakan dalam Akad nikah diantara Fikih Empat Madzhab Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum secara global, yaitu untuk mengatur segala tingkah laku manusia

BAB I PENDAHULUAN. hukum secara global, yaitu untuk mengatur segala tingkah laku manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam, mengandung dalil-dalil hukum secara global, yaitu untuk mengatur segala tingkah laku manusia dalam segala segi kehidupan

Lebih terperinci

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: AL-RA YU/IJTIHAD KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-ra yu atau Ijtihad dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-ra yu/ijtihad INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM 15 MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi ul Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waris merupakan salah satu kajian dalam Islam yang dikaji secara khusus dalam lingkup fiqh mawaris. 1 Pengkhususan pengkajian dalam hukum Islam secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP UCAPAN ISTINSHA@ DALAM IKRAR TALAK A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan Istinsha> dalam Ikrar Talak Hukum Islam

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pokok Bahasan : SUMBER AJARAN ISLAM Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen AL QUR AN. Secara etimologi Alquran berasal dari kata

Lebih terperinci

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014 MeNCiNTai A H L U B A I T هللا ىلص NABI حفظو هللا Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Publication: 1436 H_2014 M هللا ىلص Mencintai AHLUL BAIT Rasulullah Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Disalin dari Majalah

Lebih terperinci

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. Lihat Ahkam An-Nazhar Ila

Lebih terperinci

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat kriteria-kriteria yang baku. Mungkin salah satu faktornya, karena ulama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTINBA<T} HUKUM ANTARA IMA>M MA>LIK DAN IMA>M SYA>FI I> TENTANG JUAL BELI ANJING

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTINBA<T} HUKUM ANTARA IMA>M MA>LIK DAN IMA>M SYA>FI I> TENTANG JUAL BELI ANJING 52 BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTINBAM MA>LIK DAN IMA>M SYA>FI I> TENTANG JUAL BELI ANJING A. Anilisis Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Ima>m Ma>lik Dan Ima>m Sya>fi i> Tentang Jual

Lebih terperinci

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI

PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman Publication: 1434 H_2013 M PANDUAN ISLAMI DALAM MENAFKAHI ISTRI خفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Aniisah Syahrul

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP A. Deskripsi akad jasa pengetikan skripsi dengan sistem paket di Rental Biecomp Jemurwonosari Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama fitrah bagi manusia dan agama yang mencakup semua urusan dan perkara di atas muka bumi ini sesuai

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Sumber Ajaran Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni 15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,

Lebih terperinci

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 SIAPAKAH MAHRAM KITA SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. 2 Adapun ketentuan siapa yang mahram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha investasi manusia yang sangat berharga bagi pembina dan kelangsungan bangsa dan negara. Pendidikan sesungguhnya merupakan pembibitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu materi yang tertuang dalam mata pelajaran fiqih adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Salat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keluarga yang nantinya akan berkembang menjadi kerabat dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keluarga yang nantinya akan berkembang menjadi kerabat dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah Perkawinan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan merupakan unsur yang akan meneruskan kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( ) SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an

Lebih terperinci

'ABDULLAH bin HASAN bin HASAN bin

'ABDULLAH bin HASAN bin HASAN bin 'ABDULLAH bin HASAN bin HASAN bin رمحه هللا 'ALI bin ABI THALIB dari AHLI BAIT حفظه هللا Ustadz Abu Minhal, Lc Publication: 1436 H_2014 M Abdullah bin Hasan bin Hasan bin Ali dari AHLi BAIT حفظه هللا Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia akan lebih berpengetahuan luas dan menjadi lebih bijaksana dalam

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ب د ل س ب ب ال م ل ك ك ت ب د ل ال ع ي Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1437 H_2016 M Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan olah tumbuh-tumbuhan. 1 Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan olah tumbuh-tumbuhan. 1 Pernikahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sunnatulla>h, hukum alam di dunia. Perkawinan dilakukan oleh manusia, hewan, bahkan olah tumbuh-tumbuhan. 1 Pernikahan dalam Islam merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek Jual beli legen Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI A. Analisis Pernikahan wanita hamil oleh selain yang menghamili di Desa Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat KEWAJIBAN PUASA Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 183-184 رحمه هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M KEWAJIBAN PUASA Tafsir Surat al-baqarah ayat 183-184 رحمه هللا Oleh: Imam Ibnu Katsir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Hukum Islam terhadap Latar Belakang Pelarangan

Lebih terperinci

Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal

Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal ( باللغة الا ندونيسية ( Disusun Oleh: Hafiz Firdaus Abdullah Murajaah : Eko Haryanto Abu Ziyad صوم الست من شوال إعداد: حافظ فردوس عبد االله مراجعة: إيكو هارينتو

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghafal Al-Qur an merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang bercita-cita tulus, serta berharap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURAbah}ah,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK A. Pelaksanaan Pemberian Hadiah/ Uang yang Diberikan oleh Calon anggota DPRD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar Hadits Yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA Publication : 1438 H_2017 M Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

MUZARA'AH dan MUSAQAH

MUZARA'AH dan MUSAQAH MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Publication : 1438 H, 2017 M MUZARA'AH dan MUSAQAH Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Sumber:almanhaj.or.id dari Al-Wajiiz fii Fiqhis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR STANDAR KOMPETENSI 13. Memahami tatacara shalat jama dan qashar KOMPETENSI DASAR 13.1. Menjelaskan shalat jama dan qashar 13.2. Mempraktekkan shalat jama dan qashar A. Shalat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN 58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktek Sistem Jual Beli Ikan Dengan Perantara

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci