PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU TK ABA KECAMATAN KEDUNGKANDANG DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU TK ABA KECAMATAN KEDUNGKANDANG DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS."

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU TK ABA KECAMATAN KEDUNGKANDANG DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Endang Poerwanti 1), Siti Fatimah Soenaryo 2), Diah Karmiyati 3) Masduki 4) 1 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP 2 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP 3 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FPsi 4 Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, FKIP Alamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Telp endangpoer@yahoo.com 2 fatimahsoenaryo@yahoo.co.id 3 dkarmiyati@yahoo.com 4 masdki@yahoo.com Abstract Kegiatan IbM pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di TK Aisyiah Kecamatan Kedungkandang " ini mencoba menyelesaikan masalah yang ada di TK Aisyiah dalam melaksanakan kebijakan pemerintah tentang pendidikan inklusif, kegiatan IbM bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru TK dalam mengelola proses belajar mengajar untuk ABK. Dalam pelaksanaannya, program ini didahului oleh lokakarya pendidikan inklusif, pelaksanaan pembelajaran untuk ABK, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan intensif dan pendampingan dalam menggunakan instrumen asesmen dan merancang program pembelajarann individual. Sesuai dengan hasil yang ditargetkan kegiatan IbM ini dapat mencapai tujuan yaitu penyelesaian 9 PPI ( Program Pembelajaran Indovidual yang dikembangkan guru berdasarkan analisis kasus di kelas. Secara umum pelaksanaan pengabdian tentang pembelajaran ABK dapat dilaksanakan di TK Aisyiah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Guru sudah mulai dapat melakukan asesmen pengenalan dini dan menyiapkan PPI. Sehingga kegiatan telah dilakukan dan hasil yang dicapai telah sesuai dengan perencanaan. Pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran untuk ABK, akan sangat berguna dalam mengidentifikasi secara dini perkembangan abnormal, dan secara umum dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 dan departemen kebijakan pendidikan untuk memenuhi program "Pendidikan untuk semua". kata kunci; Pembelajaran ABK 1. PENDAHULUAN Standar kompetensi guru TK / PAUD menegaskan bahwa guru memenuhi standar kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kompetensi yang secara riil dapat dintervensi adalah kompetensi pedagogik yang salah satunya adalah memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Termasuk perkembangan abnormal yang dialami Anak Bekebutuhan Khusus atau ABK. Perkembangan manusia bersifat progresif dan koheren. Progresif karena adanya perubahan yang teratur dan berlangsung secara terus menerus, sedang koheren menunjuk pada 322 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

2 adanya hubungan antara perubahan yang telah dan sedang terjadi dengan perubahan selanjutnya. Karenanya perubahan yang terjadi pada awal perkembangan secara langsung ataupun tidak langsung akan terus menampakkan pengaruhnya terhadap tahapan perkembangan berikutnya. Dalam perkembangan anak, pengalaman baru yang diperoleh tidak sekedar menambah pengalaman yang sudah ada tetapi menyatu untuk membangun pola perilaku dan penyesuaian diri yang khas dalam kehidupannya, sehingga pengalaman yang diperoleh anak pada awal perkembangannya akan berpengaruh terhadap perkembangan pada masa berikutnya. Untuk itulah perlu perhatian yang lebih intensif terhadap tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan Anak berkebutuhan khusus. ABK awalnya dikenal dengan istilah anak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa, yang didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari criteria normal secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosi dan sosial, sehingga untuk mengembangkan potensinya diperlukan adanya layanan pendidikan khusus. Selama ini, pendidikan bagi ABK disediakan dalam tiga lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Berkelainan (SLB), Taman Kanak -kanak Luar Biasa, Sekolah Dasar Luar Biasa (TKLB), dan Pendidikan Terpadu. Perkembangan terbaru pemerintah menggulirkan program pendidikan inklusi. Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak normal untuk mengoptimalkan potensinya. Hal ini dilandasi kenyataan bahwa dalam masyarakat terdapat anak normal dan ABK yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Karenanya ABK perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah (TK) terdekat. Sudah barang tentu TK yang menerima siswa ABK perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan selama ini. Persoalan yang muncul adalah, guru-guru di sekolah reguler tidak dididik secara khusus untuk menghadapi siswa berkebutuhan khusus, sehingga himbauan Dinas Pendidikan agar semua TK menerima siswa ABK menjadi persoalan tersendiri bagi guru dan sekolah. Permendiknas nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, dalam pasal 10 menegaskan bahwa merupakan tanggung jawab pihak otoritas untuk menyediakan kesempatan bagi guru menerima pembinaan agar mereka dapat menghadapi situasi yang sulit. Dalam kenyataannya guru sangat kesulitan ketika di TK menemui anak yang mengalami perkembangan abnormal, karena pemberian pelayanan kepada siswa ABK harus disesuaiakan dengan kebutuhan peserta didik secara individual. Layanan pembelajaran ABK akan optimal bila guru dapat mengenali secara dini jenis dan tingkat kelainan yang dialami dan menerapkan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Dan kemampuan ini yang secara umum belum dimiliki oleh guru TK umumnya dan guru TK Aisyiah khususnya. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

3 Berbagai permasalahan tentang pembelajaran ABK di Taman kanak-kanak, terungkap lewat kegiatan diskusi rindak lanjut yang dilakukan di akhir kegiatan pengabdian Kesimpulannya menyatakan bahwa secara umum guru belum memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola pembelajaran di sekolah inklusi yang meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang : (1) pemahaman psikologi anak, psikologi perkembangan, dan psikologi abnormal dan perlunya pengalaman eksplorasi keunikan ABK (2) Kemampuan asesment awal, yaitu kemampuan melakukan diagnosis awal kelainana yang dialami anak, dan (3) bagaimana membelajarkan ABK baik dalam perencanaan pembelajaran individual maupun pelaksanaannya. Permasalahan umum tersebut juga dialami oleh sebagian besar guru TK Aisyiah di lima kecamatan yang ada di Kota Malang. Dari paparan diatas, tampak jelas bahwa permasalahan yang dialami oleh guru TK yang di sekolahnya terdapat ABK, sehingga permasalahan dan kebutuhan yang mendesak dalam menangani permasalahan tersebut yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukan asesmen untuk mengenali siapa ABK dan jenis kelainan yang dimiliki, serta bagaimana mengelola pembelajaran untuk ABK mulai dari perencanaan pembelajaran individual pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu kegiatan yang dapat membantu memecahkan permasalahan para guru TK untuk menjadi sekolah inklusi dalam rangka menyongsong program Nasional Education for All. Kegiatan yang dimaksud yaitu dengan melaksanakan kegiatan pengabdian dengan judul Peningkatan Kemampuan Guru TK Aisyiyah Kec. Kedungkandang Kota Malang Dalam Pembelajaran Untuk ABK. Pmilihan Kecamatan Kedungkandang didasari kenyataan bahwa dari hasil survey awal kecamatan ini adalah kecamatan paling pinggir dan paling banyak memiliki TK Aisyiah. Di kecamatan Kedungkandang terdapat 9 TK Aisyiah yang semuanya membutuhkan peningkatan kemampuan ini, sehingga semuanya dilibatkan, masing masing sekolah diwakili oleh 1 KS dan 2 guru. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan harapan yang tersurat dalam tujuan kegiatan adalah (1) meningkatkan kemampuan guru untuk memahami perkembangan ABK, dan jenis jenis ABK, karekteristik setiap jenis ABK dan faktor penyebabnya (2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk menggunakan instrumen asesmen sederhana dalam pengenalan awal perkembangan abnormal siswa ABK, (3) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk mengelola pembelajaran ABK, yang tujuan akhir adalah meningkatkan kemandirian sekolah untuk menjadi sekolah Inklusi 324 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

4 2. METODE Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak-anak yang mengalami perkembangan menyimpang secara signifikan dari kriteria normal. Rentangan anak dengan perkembangan menyimpang ditemukan dalam tiga kategori ( Impairment, Handicapped dan Disability ). Dilihat dari waktu dikenali adanya ABK temporer adalah: anak yang mengalami hambatan sementara/ tidak tetap seperti : trauma akibat bencana atau kerusuhan, kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, dan ABK permanen adalah: anak yang mengalami hambatan tetap seperti akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat) yang dapat dikategorikan anak yang mengalami hambatan penglihatan, hambatan pendengaran,hambatan kecerdasan, hambatan fisik, emosional,social dan atau dikarenakan kecelakaan sejak dan sesudah lahir sehingga mengalami kecacatan. Klasifikasi ABK Dilihat dari kelainan perkembangan yang dialami ABK dapay diklasifikasikan menjadi 1. Anak dengan gangguan fisik. Anak dengan gangguan perkembangan phisik bisa dikelompokkan menjadi (1) Anak Tunanetra, (2) Tunarungu, (3) Tuna Daksa. anak tunadaksa bisa berupa kelainan pada sistem serebral dan kelainan pada sistem otot dan rangka, (4) Anak dengan gangguan emosi dan prilaku terbagi atas gangguan emosi dan gangguan sosial. 2. Anak gangguan intelektual terbagi atas anak tunagrahita, anak berbakat, anak lamban belajar, dan anak yang mengalami kesulitan belajar khusus. 3. Anak Autisme dikelompokkan berdasar klasifikasi berdasarkan interaksi sosial dan klasifikasi berdasarkan saat muncul kelainannya. 4. ADHD/GPPH (Attention Deficit Hyperactivity Disorder / Gangguan dalam Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) terbagi menjadi ADHD/GPPH tipe kombinasi, ADHD/GPPH tipe kurang mampu memperhatikan, dan ADHD/GPPH tipe predominan hiperaktif-impulsif. Pendidikan Inklusi Program pendidikan inklusi yang digulirkan pemerintah merupakan salah satu peningkatan pelayanan pendidikan yang harus mendapatkan respon positif dari semua pihak. Inovasi dan perubahan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi membuat lembaga pendidikan merubah paradigma lama menuju paradigma baru. Pendidikan inklusi adalah mengikut sertakan Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK) untuk belajar bersama-sama dengan anak normal di kelas dan sekolah reguler. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

5 Falsafah inklusi memandang manusia sebagai makhluk yang sederajat walaupun berbeda-beda. Falsafah inklusi mencoba menghargai perbedaan-perbedaan setiap individu. Inklusif memandang manusia dengan segala karakteristik uniknya, merangkul perbedaan yang ada dan saling berbagi sesama manuasi. Dalam konteks pendidikan inklusif berarti semua anak, siapapun mereka, terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, latar belakang sosialekonomi, suku, budaya atau bahasa, agama ataupun jender selayaknya menyatu dalam komunitas sekolah yang sama (Shaeffer, 2005). 3. Implementasi Pendidikan Inklusif Penempatan ABK di dalam sekolah reguler menuntut adanya beberapa penyesuaian di sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus ABK yaitu ; (1) Adanya guru yang profesional, ramah dan berwawasan inklusif. Guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang ramah dan merespon berbagai situasi kelas serta adanya perbedaan setiap anak. (2)ABK berada dalam kelas reguler sepanjang hari. (3) Kurikulum dan pembelajaran yang fleksibel. Penempatan ABK di dalam sekolah reguler mengharuskan sekolah inklusif perlu menyusun kurikulum yang fleksibel, (4) Lingkungan sekolah yang ramah dan mudah diadaptasi oleh semua anak dan merupakan lingkungan yang dirancang untuk semua anak dan aksesibel memberikan kenyamanan, kemudahan dan menunjang keefektifan aktifitas dan belajar selama di sekolah. (5) Adanya guru pendamping khusus bagi ABK yang bertugas yang dapat memberikan bimbingan dan pelayanan kepada anak kebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan di sekolah reguler. (6) Adanya pusat sumber (Resource Center) sebagai support system agar proses pendidikan berjalan dengan baik. Salah satu poin penting adalah adanya pusat sumber. Pusat sumber adalah lembaga yang berperan membantu sekolah-sekolah inklusi yang terdekat. Implementasi pendidikan inklusi masih banyak dilema antara dan mendukung dan menolak kebijakan ini. Namun kebijakan pendidikan inklusi telah digulirkan dengan pertimbangan bahwa (1) Belum banyak bukti empiris yang mendukung asumsi bahwa layanan pendidikan khusus yang diberikan di luar kelas reguler menunjukkan hasil yang lebih positif bagi anak; (2) Biaya sekolah khusus relatif lebih mahal dari pada sekolah umum; (3) Sekolah khusus menggunakan label berkelainan yang dapat berakibat negatif pada anak; (4) Banyak anak berkelainan tidak mampu memperoleh pendidikan karena tidak tersedia sekolah khusus yang dekat; (5) Anak berkelainan harus dibiasakan tinggal dalam masyarakat bersama masyarakat lainnya. Identifikasi dan Asesmen untuk ABK Identifkasi ABK merupakan suatu usaha orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya untuk mengetahui apakah anak mengalami kelainan/ penyimpangan perkembangan pada 326 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

6 aspek phisik, intelektual, social, emosional dan / tingkah laku, dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Asesmen dilakukan untuk 5 tujuan yaitu (1) penyaringan ( sreening),(2) pengalihtanganan ( referral), (3) klasifikasi( classification),(4) perencana an pembelajaran (instructional planning), dan (5) pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress). Hasil dari assessmen dapat membantu guru dalam pemecahan permasalahan dan pembelajaran siswa secara tepat. Sasaran identifikasi adalah semua siswa untuk dapat menemukan kasus yang ada di kelas. Identifikasi dapat dilakukan oleh Guru kelas; Orang tua, orang-orang terdekat ataupun Tenaga professional terkait Pelaksanaan identifikasi bertujuan untuk menemukan anak-anak yang memerlukan penanganan secara khusus. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan asesmen untuk dapat menetapkan secara lebih detail, bentuk prilaku yang muncul dengan melakukan analisis kasus, tingkat keparahan, analisis penyebab. Hasil asesmen dapat digunakan sebagai dasar penyusunan Program pembelajaran Individual sebagai bentuk optimalisasi potensi yang dimiliki anak, dan selanjutnya dilakukan evaluasi proses dan hasil. Langkah-langkah ini dapat divisuali sasikan dalam bagan sebagai berikut Screning & Identifikasi Referal Assesment formal/ informal Formal I Decision Making l Program Design Evaluasi Annual Review Sumber : Unesco Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

7 Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, pada kegiatan ini yang menjadi sasaran strategis adalah guru-guru TK Aisyiyah di kota Malang. Di Kota Malang ada 26 TK yang berada di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah, 26 TK tersebut tersebar di 5 kecamatan di kota Malang, yang sebenarnya semuanya memerlukan pelatihan ini. Dengan mengingat bahwa permasalahan ini merupakan kebutuhan yang mendesak, dan berdasar pertimbangan PDM dan PCM, masing masing TK akan melibatkan Kepala Tk dan semua guru maka dalam Rancangan pelaksanaannya akan diikuti oleh TK ABA se kecamatan Kedungkandang yang terdiri dari 9 TK. Sasaran/peserta dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah guru TK ABA di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang sebanyak 30 orang yang berasal dari 9 TK yaitu: (1) TK ABA 20 di jalan Kyai Sofyan Yusuf 32, (2) TK ABA 29 di jalan Hasyim Asyhari 23,(3) TK ABA 26 di jalan Danau Sentani E3-1,(4) TK ABA 7 di jalan Ki Ageng Gribig II/146,(5) TK ABA 4 di jalan Zaenal Zakse IB/1296, (6) TK ABA 27 di jalan Muharto V/B Blok K-C, (7) TK ABA 6 di jalan Kol. Sugiono VII no. 19 (8) TK ABA 35 di jalan Kyai Parseh Jaya, dan (9) TK ABA 34 di jalan Raya Tutut Arjowinangun Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini akan diawali dengan lokakarya workshop pembelajaran pendidikan Inklusi, pengenalan dan pembelajaran ABK, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk bersama-sama mengembangkan instrumen asesmen dan perancangan PPI. Rincian dari metode pelaksanaan pengabdian adalah sebagai berikut. 1. Melakukan need asesmen untuk melihat kemampuan awal guru, sebagai dasar menyusun materi pelatihan. 2. Melakukan pelatihan dan Lokakarya dengan materi utama 2.1. Asesmen ABK meliputi - Memahami Perkembangan anak - Apa, Siapa dan klasifikasi ABK - Faktor Penyebab ABK - Karakteristik tiap jenis klasifikasi ABK, - Mengembangkan instrument identifikasi ABK 2.2. Bagaimana membelajarkan ABK meliputi - Asesmen perilaku ABK - Modifikasi KUrikulum - Menyusun perencanaan pembelajaran Individual, - Penyiapan materi pembelajaran, 328 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

8 - Menyesuaikan metode penyampaian, 3. Pendampingan pengembangan di sekolah. Kegiatan pendampingan dilakukan selama 4 bulan, untuk menyusun dan menggunakan instrumen asesmen pengenalan awal perkembangan abnormal siswa ABK dan perancangan PPI. 5. Evaluasi dari pelaksanaan kegiatan, sehingga ada keyakinan sekolah siap menjadi sekolah inklusi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan diawali dengan lokakarya mengenai pembelajaran ABK pendidikan Inklusi, pengenalan dan pembelajaran ABK, kemudian dilanjutkan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk bersama-sama mengembangkan instrumen asesmen dan perancangan PPI. Target luaran program I b M ini berupa hasil penggunaan instrumen asesmen pengenalan awal ABK di sekolah dan Perencanaan Pembelajaran Individual (PPI) yang dikembangkan oleh guru TK Aisyiah Kecamatan Kedungkandang. Metode pelaksanaan kegiatan I b M ini diawali dengan analisis kebutuhan untuk menetapkan materi lokakarya dan model pendampingan yang akan dilakukan. Selanjutnya menyusun materi dan melaksanakan lokakarya/workshop mengenai pembelajaran dalam sistem pendidikan Inklusi di TK, pengenalan dan pembelajaran ABK, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan secara intensif untuk menggunakan instrumen asesmen, menemukan Jenis dan studi kasus ABK serta menyusun PPI (Program Pembelajaran Individual). Rincian dari metode pelaksanaan pengabdian dapat dipaparkan dalam uraian sebagai berikut. A. Melakukan need asesmen Kegiatan need Asesmen dilakukan untuk melihat kemampuan awal guru-guru yang ada di sekolah sasaran, kemampuan awal ini sangat diperlukan bagi tim untuk dapat menyusun materi pelatihan secara tepat sesuai kebutuhan lapang. Kegiatan ini dilakukan sejak bulan akhir Januari Dari beberapa pertemuan dengan guru dan kepala sekolah diketahui bahwa secara umum pemahaman guru tentang pendidikan inklusi dan pembelajaran ABK masih kurang. B. Pelatihan dan Lokakarya Pelaksanaan program pengembangan perangkat pembelajaran bagi guru TK ABA di Kecamatan Kedungkandang dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat. Pelaksanaan program tersebut dijabarkan sebagai berikut. (1) Pemberian Materi Pelaksanaan program pemberian materi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016 bertempat di TK ABA 26 Jl. Danau Sentani Sawojajar Kedungkandang, hadir perwakilan 9 TK dengan jumlah peserta 30 orang. Pertemuan ini dimulai pukul WIB Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

9 dan berakhir pada pukul WIB. Materi pertama disampaikan oleh ibu Dra. Sri Agustin, M.Pd. ketua IGTK kecamatan, materi yang disampaikan dalam bentuk sharing pengalaman tentang pembelajaran di TK masing-masing terutama yang terkait dengan pembelajaran yang selama ini berlangsung bila di kelasnya ada anak berkebutuhan khusus di TK. Materi ini sangat diminati peserta karena berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah masingmasing, dengan berbagai pengalaman dan keluhan yang dikemukakan. Materi ini berakhir pada pukul WIB dilanjutkan dengan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan anak sebagai pemantapan materi. Materi kedua tentang mengenal lebih jauh pendidikan anak usia dini disampaikan oleh Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. Materi ini membahas tentang pengembangan keterampilan pada anak usia dini. Semua peserta antusias dalam materi ke 2 ini karena sangat berkaitan dengan perkembangan anak termasuk perkembangan abnormal dan jenis jenis ABK, penyebab terjadinya ABK dan pembelajaran ABK yang ada di TK. Pada acara ini hadir pula pimpinan aisyiah Ranting Kedungkandang. Adapun penjelasan setiap materi dipaparkan sebagai berikut. 1. Berbagi Pengalaman tentang pembelajaran ABK di TK. Materi ini disampaikan oleh Dra. Agustin, M.Pd selaku ketua IGTK, yang kebetukan juga menjadi Kepala Sekolah di TK Negeri, materi yang disampaikan dalam bentuk sharing pengalaman tentang pembelajaran di TK masing-masing terutama yang terkait dengan pembelajaran yang selama ini berlangsung bila di kelasnya ada anak berkebutuhan khusus di TK. Materi ini sangat diminati peserta karena berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah masing-masing, dengan berbagai pengalaman dan keluhan yang dikemukakan. 2. Materi tentang pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Materi kedua diberikan oleh Dr. Endang Poerwanti, M.Pd. Materi ini memberikan bekal tentang apa dan siapa ABK, untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada guru tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus. Ada tiga kelompok materi. Yang pertama terkait dengan kebijakan pendidikan inklusi. Selama ini, pendidikan bagi ABK di TK kurang mendapatkan perhatian. Perkembangan terbaru pemerintah menggulirkan program pendidikan inklusi. Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak normal untuk mengoptimalkan potensinya. Persoalan yang muncul adalah, guru-guru di sekolah reguler tidak dididik dan dipersiapkan secara khusus untuk mengelola pembelajaran bagi ABK, sehingga kegiatan ini dilakukan. Karena ABK perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah. Pada materi bagian 2, materi diawali dengan diskusi tentang kapan pertumbuhan dan perkembangan dimulai, apakah semua perkembangan sesuai harapan apa yang harus dilakukan bila terjadi penyimpangan perkembangan. Dilanjutkan dengan materi pokok apa dan siapa 330 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

10 yang disebut Anak berkebutuhan khusus, klasifikasi ABK, dan faktor-faktor penyebab yang dapat menjedikan pertmbuhan dan perkembangan abnormal, serta karakteristik setiap jenis klasifikasi ABK, dan mengerjakan lembar kerja untuk membayangkan siswa dikelasnya masing masing yang menunjukkan indikasi penyimpangan perkembangan. Materi ini memberikan bekal kepada guru bahwa pengenalan ABK sedini mungkin akan sangat membantu penanganan anak secara tepat dan bermanfaat dalam mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan potensinyanya. Karena yang terpenting dalam pembelajaran ABK adalah pengenalan dini, optimalisasi potensi dan latihan kemandirian sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dilanjutkan dengan materi ketiga yaitu pelatihan cara menggunakan instrument identifikasi ABK di kelas, untuk dapat menemukenali siswa yang ada indikasi mengalami gangguan perkembangan, kegiatan selanjutnya adalah guru melaksanakan identifikasi / pengenalan dini untuk siswa masing-masing sekolah. Setelah guru menemukan siswa yang dianggap berkasus, ditetapkan satu anak setiap kelas untuk dilanjutkan dengan penanganan khusus. C. Pendampingan Menggunakan Instrumen Asesmen Kegiatan yang selanjutnya dilakukan guru adalah observasi kelas untuk menentukan langkah penyusunan studi kasus. Pendampingan pertama dilakukan pada hari SEnin tanggal 29 Pebruari Pendampingan yang dilakukan diawali dengan review hasil observasi kelas yang sudah dilakukan oleh 9 orang guru dari 9 TK (hasil terlampir). Pada kegiatan pendampingan tentang penggunaan instrumen ini diberikan materi tambahan yaitu Teori perkembangan BALITA, dan Perilaku menyimpang pada anak TK yang disampaikan oleh Dr. Diah Karmiyati, M.Psi. Kemudian review hasil penggunaan instrument, sehingga setiap TK sudah menemukan siswa yang menunjukkan indikasi perkembangan abnormal. dan dilanjutkan dengan pemberian bekal untuk melakukan asesmen perilaku khusus siswa, untuk dilaporkan sebagai studi kasus yang selanjutnya digunakan sebagai landasan penyusunan PPI. (Program Pembelajaran Individual). Pada kegiatan ini dihadiri oleh 27 peserta. Langkah yang dirancang pada saat itu adalah akan dilakukan pendampingan penyusunan PPI yang waktunya akan menyesuaikan dengan tingkat penyelesaian di setiap sekolah. D. Pendampingan Menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI). Kegiatan menyusun PPI berdasar Analisis hasil observasi kelas yang telah disusun sebelumnya. Pendampingan menyusun PPI disepakati dilakukan Jum at 15 April 2016 diikuti 11 guru dari 4 TK yang telah menyelesaikan studi kasus dan telah membuat draft PPI. Pada pendampingan ini guru langsung diajak untuk mencermati hasil observasi kelas, mendiskusikan Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

11 kira-kira potensi kedepan. Hal inilah yang kemudian harus dituangkan dalam Perencanaan Pembelajaran Individual beserta target target capaian pembelajaran individual yang dapat diberikan kepada ABK untuk mencapai pengembangan potensi secara maksimal. E. Review dan Evaluasi Hasil penyusunan PPI Sesuai kesepakatan sebelumnya, pada hari Sabtu 7 Mei 2016 dilakukan pertemuan untuk melakukan revisi dari PPI yang telah tersusun, dihadiri perwakilan 9 TK. Sesuai janji, hasil perbaikan dikumpulkan tanggal Jumat 3 Juni 2016 (hasil terlampir). Secara target kegiatan pengabdian telah mencapai sasaran yang ditergetkan dalam perencanaan. Pada saat pengumpulan hasil PPI di dari setiap TK sekolah mulai libur dan memasuki bula puasa, maka kegiatan pengabdian tidak bisa melakukan peer teaching sebagai implementasi PPI yang disusun, tetapi dapat dilakukan pada kegiatan pengabdian selanjutnya. Dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan dan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan pengabdian tentang pembelajaran ABK di TK maupun dalam pelaksanaan program pendampingan pengembangan pembelajaran untuk ABK bagi guru TK ABA Kecamatan Kedungkandang sudah mencapai hasil yang diharapkan. Dari antusiasnya peserta kesungguhan melakukan rangkaian pekerjaan rumah baik dalam menggunakan instrument identifikasi, analisis studi kasus dan penyusunan PPI, semua berjalan sesua dengan rencana. Bahkan setelah kegiatan berkhir masih banyak pertanyaan terkait dengan penanganan ABK di sekolah, dan menanyakan apakah kegiatan ini masih akan dilajutkan di kegiatan berikutnya, agar guru dapat lebih mantab mengelola pembelajaran untuk ABK. 4. KESIMPULAN Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa program pendampingan pembelajaran bagi guru TK ABA Kecamatan Kedungkandang sudah maksimal dilaksanakan dan telah mencapai hasil yang diharapkan, yaitu peningkatan kompetensi bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran untuk ABK. Produk perangkat pembelajaran untuk ABK tersebut berupa alat identifikasi ABK, perencanaan pembelajaran individual (PPI). 332 SENASPRO 2016 Seminar Nasional dan Gelar Produk

12 DAFTAR PUSTAKA [1] Mulyono Abdulrahman (2003). Landasan Pendidikan Inklusif dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan LPTK. Makalah disajikan dalam pelatihan penulisan buku ajar bagi dosen jurusan PLB yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti. Yogyakarta, 26 Agustus [2] PERMENDIKNAS nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif [3] Smith.J David, 2006, Inklusi ; Sekolah Ramah Untuk Semua, PT. Nuansa Bandung [4] Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [5] UNESCO CONCEPT PAPER, Sumber: Concept Paper UNESCO, diambil 12 Jan 2007 dari URL: [6] UNESCO, 2004, Buku Pendidikan Inklusif Jilid 1-6 ; Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Dit Jen Manjemen DIKDASMEN, Depdiknas, Jakarta [7] Vaughn,S., Bos,C.S.& Schumn,J.S.(2000). Teaching Exceptional, Diverse, and at Risk Students in the General Educational Classroom. Boston: Allyn. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN GURU SD MUHAMMADIYAH 4 BATU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN ABK MELALUI LESSON STUDY

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN GURU SD MUHAMMADIYAH 4 BATU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN ABK MELALUI LESSON STUDY 12 PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN GURU SD MUHAMMADIYAH 4 BATU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN ABK MELALUI LESSON STUDY Endang Poerwanti, Siti Fatimah S., Arina Restian. FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id

Lebih terperinci

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan

Lebih terperinci

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN A. PERUBAHAN PANDANGAN TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN PENDIDIKANNYA Paham humanisme yang berkembang di negara-negara Barat saat ini mempengaruhi cara pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ;

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu ; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat 1 s.d 4 menyatakan bahwa ; Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti yang cukup penting dalam membangun karakter suatu bangsa. Pendidikan yang merata diberbagai wilayah di Indonesia diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN YANG DIINDIVIDUALKAN BAGI GURU DALAM PELAYANAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TK SAWITRI, KOMPLEK UNJ DUREN SAWIT Suprihatin Jurusan Pendidikan Luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sesungguhnya bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks pendidikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan inklusif merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti anak dengan hambatan penglihatan, anak

Lebih terperinci

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta Risti Fiyana Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membuat manusia menyesuaikan diri dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari bahwa setiap individu memiliki hak untuk

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP. 131 755 068 PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) Konsep special education (PLB/Pendidikan Khusus):

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL. Oleh Drs. Musjafak Assjari, M.Pd

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL. Oleh Drs. Musjafak Assjari, M.Pd PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL Oleh Drs. Musjafak Assjari, M.Pd DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah

Lebih terperinci

A. Perspektif Historis

A. Perspektif Historis A. Perspektif Historis Pendidikan Luar Biasa (PLB) di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia. Mereka memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi Barat. Untuk pendidikan bagi anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan

Lebih terperinci

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan di segala bidang, salah satu komponen kehidupan yang harus dipenuhi manusia adalah pendidikan. Pendidikan dalam hal ini adalah konsep

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Paud Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) PAUD INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Abstrak Sri Huning Anwariningsih, Sri Ernawati Universitas Sahid Surakarta, Jl Adi Sucipto 154 Surakarta

Lebih terperinci

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF Aini Mahabbati, S.Pd., M.A Jurusan PLB FIP UNY HP: 08174100926 Email: aini@uny.ac.id Disampaikan dalam PPM Sosialisasi dan Identifikasi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah ditegaskan dalam UU RI 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI (Program Pengabdian Masyarakat di SD Gadingan Kulonprogo) Oleh: Rafika Rahmawati, M.Pd (rafika@uny.ac.id) Pendidikan inklusi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Sebagai dampak berkembangnya suatu organisasi dan teknologi, menyebabkan pekerjaan manajemen pendidikan semakin kompleks.

Lebih terperinci

REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Oleh Edi Purwanta **)

REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Oleh Edi Purwanta **) REVITALISASI PROGRAM STUDI PLB DALAM MENGHADAPI PROGRAM INKLUSI *) Pendahuluan Oleh Edi Purwanta **) Pendekatan pendidikan luar biasa dari waktu ke waktu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk individual dan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk individual dan sosial dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individual dan sosial dalam kehidupan sehari-harinya yang senantiasa berinteraksi antara satu dengan lainnya. Sebagai makhluk individual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia unggul dan kompetitif dalam upaya menghadapi tantangan perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia PENDIDIKAN INKLUSIF Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Seperti sebuah lagu yang baru saja diluncurkan, pendidikan inklusif mendapat sambutan

Lebih terperinci

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA PELANTIKAN PENGURUS BPOC KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (CHILDREN WITH SPECIAL NEEDS) ABK: ANAK YG MEMPUNYAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karenanya,

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni 2007 PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua

Lebih terperinci

PEND. ANAK LUAR BIASA

PEND. ANAK LUAR BIASA PEND. ANAK LUAR BIASA Mana yang Termasuk ALB? Mana yang Termasuk ALB? Pengertian Anak Luar Biasa Anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh

Lebih terperinci

PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Mohamad Sugiarmin

PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Mohamad Sugiarmin PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh Mohamad Sugiarmin Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan, alinea 4 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan dibentuknya negara Indonesia di antaranya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945, Amandemen IV Pembukaan, alinea IV yaitu dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan telah menjadi bagian kehidupan yang diamanatkan secara nasional maupun internasional. Dalam

Lebih terperinci

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Pendidikan Inklusif Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia Perkembangan SLB di Dunia 1770: Charles-Michel de l Epee mendirikan SLB pertama

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DLINGO, 3 OKTOBER 2011 PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF Aini Mahabbati Jurusan PLB FIP UNY HP : 08174100926 EMAIL : aini@uny.ac.id IMPLIKASI PENDIDIKAN INKLUSIF (Diadaptasi

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi acuan dari penulisan laporan ini. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka dapat diuraikan pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang berkebutuhan khusus (tunanetra, tunarungu, tunagrahita ringan, autisme, lambat belajar dan tunalaras),

Lebih terperinci

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah

Lebih terperinci

Assessment Kemampuan Merawat Diri

Assessment Kemampuan Merawat Diri Assessment Kemampuan Merawat Diri Oleh: Musjafak Assjari (Dosen PLB FIP UPI) A. Pendahuluan Di beberapa negara termasuk Indonesia kini sedang giat dilaksanakan upaya memperbaiki pembelajaran murid di sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian dari hak asasi manusia dan hak setiap warga negara yang usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan kemampuan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Melalui pernyataan tersebut

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj TINJAUAN PSIKOLOGIS KESIAPAN GURU DALAM MENANGANI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PROGRAM INKLUSI (STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang pemerataan akses pendidikan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) baik yang diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU

IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU IbM TERAPI PRAKTIS BAGI KELUARGA ANAK TUNARUNGU Dra. Khoiriyah, M.Pd. 1) dan Dra. Siti Rodliyah 2) 1 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember 2 Dosen Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Bagaimana? Apa? Mengapa? ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tercipta sebagai mahluk indvidu dan juga sebagai mahluk sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia memiliki keunikan dan karakteristik

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP PROGRAM UNGGULAN UNTUK MENJADI LULUSAN YANG MAMPU MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH INKLUSI.

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP PROGRAM UNGGULAN UNTUK MENJADI LULUSAN YANG MAMPU MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH INKLUSI. PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP PROGRAM UNGGULAN UNTUK MENJADI LULUSAN YANG MAMPU MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH INKLUSI Ichsan Anshory Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat ini, termasuk dinegara kita Indonesia. Pendidikan di Indonesia disebutkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn eissn

Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn eissn Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI PADA ANAK DIDIK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) MELALUI PELATIHAN TERAPI GERAK FOKUS

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

Lebih terperinci

GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI

GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI Dieni Laylatul Zakia Program Magister Pendidikan Luar Biasa UNS dienizuhri@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasiperan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd BEBERAPA ISTILAH ABK ANAK LUAR BIASA ANAK CACAT ANAK TUNA ANAK ABNORMAL ANAK LEMAH INGATAN ANAK IDIOT ANAK BERKELAINAN ANAK BERKEBUTUHAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF Juang Sunant,Ph.D. Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Pendidikan inklusif sebagai paradigma baru telah mendapat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak BAB I Pendahuluan A. Latar Belang Masalah Hasil penelitian di bidang neurologi oleh Osborn, White dan Bloom menyebutkan bahwa pada usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN INKLUSI ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN INKLUSI ANAK USIA DINI PENDIDIKAN INKLUSI ANAK USIA DINI Yusria Abstrak : Pendidikan inklusi atau Inklusif (inclusive education) merupakan penggabungan pendidikan reguler dan pendidikan khusus (special education) ke dalam satu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1 IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1 Abstract: Artikel ini dimaksudkan untuk membantu para guru dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus di Indonesia bila dilihat dari data statistik jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 adalah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIDANG PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLPG PLB)

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIDANG PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLPG PLB) KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIDANG PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLPG PLB) KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU (KSG) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 KISI-KISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah. Adapun penjelasannya sebagai

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. Pendidikan Khusus. Pendidikan Layanan Khusus. PT. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni Budaya dan Keterampilan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah. Muatan Seni Budaya dan Keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci