BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Anak 1. Pengertian Kreativitas Definisi kreativitas anak yang dikemukakan para ahli berbedabeda. Untuk memperjelas pengertian kreativitas, dan sekaligus sebagai bahan perbandingan maka akan diuraikan definisi kreativitas dari para ahli. Kreativitas merupakan proses yang dilakukan oleh seorang individu ditengah-tengah pengalamannya dan yang menyebabkannya untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Pada dasarnya kreativitas anak bersifat ekspresionis. Ini dikarenakan pengungkapan (ekspresi) yang merupakah sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Kreativitas merupakan segala pemikiran baru, cara, pemahaman / model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan (Ulfah, 2008). Kreativitas adalah suatu proses adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru dihasilkan (Meitasari, 2000). Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik (Santrock, 2007). 2. Nilai Kreativitas Kreativitas memberi anak-anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar penghargaan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap perkembangan kepribadiannya. Sebagai contoh, tidak ada yang dapat memberi anak rasa puas yang lebih besar daripada menciptakan sesuatu sendiri, apakah itu berbentuk rumah, yang dibuat dari kursi yang dibalik dan ditutupi selimat atau gambar seekor anjing. Tidak ada yang lebih mengurangi harga dirinya daripada kritik atau ejekan terhadap kreasi itu atau pertanyaan apa sesunggguhnya bentuk yang dibuatnya itu. Kreativitas 7

2 8 berharga, tetapi ini tidak berarti bahwa hanya karena itu semakin kreatif seseorang semakin besar sumbangannya pada kelompok sosial dan semakin bahagia dan baik penyesuaiannya. Terlalu kreatif mungkin membuat orang menjadi pemimpi yang tidak praktis yaitu mereka yang mencipta secara mental tetapi tampaknya tidak pernah mampu mewujudkan mimpinya ke dalam bentuk praktis yang menguntungkan dirinya atau kelompok sosial. Akibatnya, mereka tidak pernah mencapai sesuatu yang sebetulnya mereka mampu lakukan. Ini akan menimbulkan perasaan gagal yang membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial (Santrock, 2007) 3. Penemuan Kreativitas Orang yang kreatif ditemukan hanya setelah mereka menghasilkan sesuatu yang original seperti lukisan, musik dan menemukan suatu penemuan. Akibatnya, minat sekarang dipusatkan pada cara menemukan potensi kreativitas agar potensi ini dapat diberi kesempatan untuk berkembang. Menemukan potensi kreativitas terbukti merupakan tugas yang sangat sulit (Santrock, 2007). 4. Perkembangan Kreativitas Kreativitas bisa tampil dini dalam kehidupan anak dan terlihat pada saat ia bermain. Secara bertahap akan terpencar di bidang kehidupan yang lain. Suatu studi menunjukkan bahwa puncak kreativitas dapat diraih pada usia 30 tahunan, akhirnya mendatar saja dan tahap demi tahap akan menurun (Akbar, 2001). Lehman menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu lingkungan tekanan keuangan, dan kurangnya waktu bebas. Dan tidak ada bukti bahwa menurunnya kreativitas pada puncak perkembangan karena faktor hereditas. Yang pasti, pengaruh lingkungan lebih berpengaruh terhadap munculnya ekspresi kreativitas (Akbar, 2001).

3 9 a. Usia 5-6 tahun Sebelum seorang anak siap masuk sekolah, ia belajar untuk harus bisa menerima terhadap peraturan dan tata tertib orang-orang dewasa yang ada dirumah maupun di sekolahnya. b. Usia 8-10 tahun Keinginan untuk diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya merupakan ciri dari periode ini. Kebanyakan anak merasa bahwa untuk diterima, mereka haruslah menerima sedekat mungkin dengan polapola yang terbentuk di kelompok, dan setiap penyimpangan dari kelompok akan mengancam penerimaan kemampuannya. c. Usia tahun Dalam upaya penerimaan kelompok, khususnya dari anggota-anggota yang berlawanan jenis membuat anak remaja mengendalikan pola perilaku mereka. Hal ini sama halnya dengan gang-age dimana remaja menyesuaikan dengan tujuan agar bisa diterima oleh kelompoknya. d. Usia tahun Pada usia ini, upaya untuk diterima sebaik mungkin dalam jurusan tertentu juga menghancurkan kreativitas. Jika penjurusan memerlukan konformitas dalam pola yang baik serta harus diikuti oleh aturan dan tata tertib yang khusus, maka kreativitas tidak akan muncul. 5. Ciri ciri Kreativitas Pada Anak Munandar (1992), menjelaskan ciri-ciri kreativitas antara lain, sebagai berikut : a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau kognitif (aptitude ) antara lain : 1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) Keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat

4 10 suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3) Keterampilan berpikir orisional, yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membuat kombinasikombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4) Keterampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau memerinci secara detail dari suatu obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 5) Keterampilan menilai, yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan penentuan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. b. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau afektif (non aptitude) antara lain adalah : 1) Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. 2) Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. 3) Merasa tertantang oleh kemajemukan, meliputi dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

5 11 4) Sikap berani mengambil resiko, meliputi keberanian memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, serta tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur. 5) Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, serta menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas (Santrock, 2007) a. Jenis kelamin Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebayanya untuk lebih mengambil resiko, dan didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. b. Status sosioekonomi Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Yang pertama, kebanyakan dibesarkan dengan cara mendidik anak secara demokratis, sedangkan yang terakhir mungkin lebih mengalami pendidikan yang otoriter. Kontrol demokratis mempertinggi kreativitas karena memberi kesempatan yang lebih banyak bagi anak untuk menyatakan individualitas, mengembangkan minat dan kegiatan yang dipilihnya sendiri. Lebih penting lagi, lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas. Misalnya, anak kecil dari lingkungan yang kekurangan hanya mempunyai sedikit bahan kreatif untuk bermain dan sedikit dorongan untuk bereksperimen dengan lilin, lukisan, dan boneka

6 12 dibandingkan dengan mereka yang mempunyai lingkungan sosioekonomi yang lebih baik. c. Urutan Kelahiran Penjelasan mengenai perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakang, dan anak tunggal mungkin lebih kreatif dari yang pertama. Umumnya, anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menjadi penurut daripada pencipta. Anak tunggal agak bebas dari tekanan yang ada saudara kandung lainnya dan juga diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. d. Lingkungan Kota vs Lingkungan pedesaan Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan. Di pedesaan, anak-anak lebih umum dididik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang merangsang kreativitas dibandingkan lingkungan kota dan sekitarnya. e. Inteligensi Pada setiap umur, anak yang pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian konflik tersebut. Ini merupakan salah satu alasan mengapa mereka lebih sering terpilih sebagai pemimpin dibandingkan teman seusia mereka yang kurang pandai. f. Keluarga Anak dari keluarga kecil, bilamana kondisi lain sama, cenderung lebih kreatif dari anak keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak otoriter dan kondisi sosioekonomi yang kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas. Untuk dapat menumbuhkan kreativitas anak, maka peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal membimbing anak agar kreatif.

7 13 7. Kondisi Yang Meningkatkan Kreativitas (Santrock, 2007) a. Waktu Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi merek auntuk bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. b. Kesempatan Menyendiri Hanya apabila tidak mendapat tekanan cari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif. Anak menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya. c. Dorongan Terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang dewasa, mereka harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang seringkali dilontarkan pada anak yang kreatif. d. Sarana Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas. e. Lingkungan yang merangsang Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan saran yang akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga masa sekolah dengan menjadikan kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial. f. Hubungan orang tua anak yang tidak posesif Orang tua yang tidak terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandi dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendukung kreativitas.

8 14 g. Cara mendidik anak Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas sedangkan cara mendidik otoriter memadamkannya. h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan Kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif. 8. Sikap Sosial Yang Tidak Menguntungkan Bagi Kreativitas Faktor sosial yang sering menghalangi perkembangan kreativitas. Faktor penghambat ini terwujud dalam dua bentuk umum : pertama, sikap yang tidak positif terhadap anak yang kreatif; kedua, kurangnya penghargaan sosial bagi kreativitas. Dalam membahas sikap sosial yang tidak positif, Torrance mengatakan terlepas dari kenyataan bahwa anakanak ini mempunyai banyak gagasan yang hebat, mereka dengan cepat dikatakan mempunyai gagasan yang aneh, tidak masuk akal, atau nakal. Sulit untuk menentukan apa perkembangan kepribadian, maupun bakat kreatif bagi mereka di masa mendatang. Walaupun humor dan kelincahan mereka mungkin menarik anak lain untuk menjadi teman, sifat-sifat ini tidaklah selalu membuat mereka mudah dalam pergaulan. Kenyataannya sifat-sifat ini mungkin membuat perilaku mereka lebih sulit diramalkan dan ini mungkin membuat kehadiran mereka dalam sebuah kelompok merepotkan. Anak-anak segera melihat bahwa kreativitas kurang penting dibandingkan IQ yang tinggi untuk memenuhi tuntutan sekolah. Mereka juga menyadari bahwa sekolah lebih mendorong dan menghargai cara berpikir konvergen atau konvensional daripada cara berpikir divergen yang potensial kreatif. Dengan demikian, kemungkinannya adalah bahwa potensi masa muda (yang menurut Terman dan Oden kemudian berkembang sepenuhnya pada kelompok ber-iq tinggi) tidak akan berkembang sepenuhnya pada kelompok yang kreatif (Meitasari, 2000).

9 15 Sikap sosial yang menghambat dan kurangnya penghargaan tidak saja mengurangi kreativitas, tetapi bahkan lebih buruk lagi, seringkali menunjang perilaku menyimpang dengan mengembangkan konsep diri yang tidak positif pada anak. Meskipun beberapa anak tertentu yang kreatif mungkin menarik diri dari kelompok sosial yang berpendapat kurang baik tentang diri mereka, anak lain mungkin membalas dengan bersikap menyulitkan atau membalas dendam (Meitasari, 2000). 9. Membimbing Kreativitas Anak (Santrock, 2007) a. Membuat anak terlibat dalam brainstorming dan memunculkan sebanyak mungkin ide Brainstorming adalah suatu teknik dimana anak diajak terlibat untuk memunculkan ide-ide kreatif yang baru dalam sebuah kelompok, menyoroti ide-ide orang lain, dan mengatakan secara praktis apapun yang muncul dalam pikiran. Akan tetapi, banyak anak lebih kreatif jika bekerja sendiri. Sebuah riset modern tentang brainstorming menyimpulkan bahwa bagi banyak individu, bekerja seorang diri dapat memunculkan lebih banyak ide yang lebih baik dibandingkan ketika bekerja dalam kelompok. Satu alasan untuk hal ini bahwa dalam kelompok, beberapa individu akan bermalas-malasan sedangkan yang lain memikirkan hampir semua pemikiran kreatif tersebut. Meskipun demikian, tetap ada banyak keuntungan dalam brainstorming, seperti dalam pembentukan tim yang penggunaan brainstorming ini. Anak-anak lazimnya diminta untuk tidak mengkritik ide-ide orang lain setidaknya sampai sesi brainstorming selesai. Dalam kelompok ataupun perseorangan, strategi kreativitas yang baik adalah memunculkan sebanyak mungkin ide-ide baru. Semakin banyak ideide baru yang dimunculkan anak, semakin baik kesempatan mereka dalam menciptakan sesuatu yang unik. Anak-anak kreatif tidak takut gagal atau melakukan sesuatu yang salah.

10 16 b. Menyediakan lingkungan yang menstimulasi kreativitas anak Banyak suasana lingkungan memelihara munculnya kreativitas, namun banyak pula yang menekannya. Orang-orang yang mendorong kreativitas anak seringkali bertumpu pada keingintahuan alami anak. Mereka menyediakan latihan-latihan dan aktivitas yang menstimulasi anak untuk menemukan pemecahan-pemecahan mendalam terhadap masalah, alih-alih menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban hafalan. c. Jangan mengontrol secara berlebihan Amabila dalam Santrock mengatakan, bahwa memberitahu anak bagaimana melakukan sesuatu secara tepat atau persis akan membuat anak merasa bahwa keaslian adalah kesalahan dan eksplorasi berarti membuang-buang waktu. Orang dewasa dapat mengurangi tindakan merusak keingintahuan alami anak jika mereka membiarkan anak memilih minat-minat mereka sendiri dan mendukung minat tersebut. Ketika anak berada dalam pengawasan yang konstan, kreativitas mereka beresiko menyusut dan semangat petualangan mereka menurun. d. Mendorong motivasi internal Penggunaan hadiah yang berlebihan seperti medali, atau mainan dapat melumpuhkan kreativitas dengan meruntuhkan kepuasan intrinsik yang diperoleh anak dari berkreasi. Motivasi yang menggerakkan anak kreatif berupa kepuasan yang muncul dari hasil kerja itu sendiri. Kompetisi memperebutkan hadiah dan evaluasi formal seringkali melumpuhkan intrinsik dan kreativitas. e. Kenalkan anak dengan orang-orang kreatif Pikirkan tentang identitas orang-orang paling kreatif di komunitas anda. Guru-guru dapat mengundang orang-orang ini ke kelas dan meminta mereka mendiskripsikan apa yang membantu mereka menjadi kreatif atau mendemonstrasikan keahlian kreatif mereka. Penulis, penyair, musisi, ilmuwan, dan beragam tokoh kreatif

11 17 yang lain dapat memberikan dukungan dan hasil karya mereka kelas, mengubah ruang kelas menjadi arena menstimulasi kreativitas anak. 10. Permainan Kreatif Untuk permainan yang digolongkan kreatif antara lain jenis permainan drama dan permainan konstruktif (Akbar, 2001). a. Permainan Drama Pada permainan drama, anak diminta untuk memainkan hal-hal yang dilihat dan dirasakanya dari lingkungan atau bacaaan yang ada. Permainan drama ini mencerminkan semangat khusus dari anak usia tertentu. Misalnya, mengenai sidang pengadilan, baik siswa laki-laki dan perempuan bermain sebagai hakim, jaksa, pengacara, terdakwa dengan perangkat permainan untuk persidangan. b. Permainan Konstruktif Permainan konstruktif menjadi permainan yang digemari anak-anak. Jenis permainan konstruktif yang populer adalah membuat sesuatu atau menggambar. Membuat sesuatu misalnya dari tanah liat, pasir, blok, lilin, cat, kertas, dan lain-lain. B. Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja 1. Pengertian Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Pada era globalisasi di zaman kemajuan teknologi, peran seorang ibu selain sebagai ibu tidak bekerja, ibu dapat juga berperan ganda yaitu membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Yang dimaksud ibu peran ganda adalag sebagai pendamping suami, istri, sebagai penerus keturunan, pendidik dan pencari nafkah membantu suami. Menurut Ihromi (1990), yang dimaksud ibu bekerja adalah wanita yang sudah bersuami dalam kehidupan atau kegiatan sehari-harinya bekerja di luar rumah mencari nafkah baik sebagai pegawai negeri ataupun swasta. Sedang ibu yang tidak bekerja adalah wanita yang sudah bersuami dalam kehidupan atau kegiatan sehari-hari hanya melakukan tugas-tugas rumah tangga saja.

12 18 Ibu-ibu yang berkerja dalam melakukan kegiatan sehari-hari masih mempunyai tanggungan, yaitu selain mempunyai anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar, ibu tersebut masih mencari nafkah membantu suami mendidik anak, dan sebagai istri. 2. Dampak Sikap Orang Tua a. Beberapa faktor penentu Sikap dan nilai orang tua berkaitan erat dengan kreativitas anak. Jika kita menggabungkan hasil penelitian lapangan dengan penelitian laboratoirum dan dengan teori-teori psikologis, kita memperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka (Munandar, 1999). 1) Kebebasan Orang tua yang percaya untuk memberikan kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak otoriter, tidak selalu mau mengawasi anak, dan mereka tidak terlalu membatasi kegiatan anak. Mereka juga tidak terlalu cemas mengenai anak mereka. 2) Respek Anak yang kreatif biasanya mempunyai orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan kemampuan mereka, dan menghargai keunikan anak. Anak-anak ini secara alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu yang orisinal. 3) Kedekatan emosional yang sedang Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosional yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurang memberikan kebebasan kepada anak untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat atau minat. Anak perlu

13 19 merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi seyogjanya tidak menjadi terlalu tergantung kepada orang tua. 4) Prestasi bukan angka Orang tu anak kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang baik. Tetapi mereka tidak terlalu menekankan untuk mencapai angka atau nilai tinggi, atau mencapai peringkat tertinggi. Bagi mereka mencapai angka tertinggi kurang penting dibandingkan mempunyai imajinasi dan kejujuran. 5) Orang tua aktif dan mandiri Bagaimana sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting, karena orang tua menjadi model utama bagi anak. Orang tua anak yang kreatif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak memperdulikan status sosial, dan tidak terlalu terpengaruh oleh tuntutan sosial.mereka juga amat kompeten dan mempunyai banyak minat, baik di dalam maupun diluar rumah. 6) Menghargai kreativitas Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif. b. Orang tua sebagai model Penelitian menunjukkan bahwa anak kreatif mengidentifikasi diri dengan banyak orang dewasa dari dua jenis kelamin, dan bahwa komunikasi dengan orang dewasa yang menarik, aktif, dan berprestasi dapat merangsang kreativitas anak. Semua orang dewasa dapat menjadi model bagi anak : guru, anggota keluarga, teman orang tua, atau kakek-nenek. Tetapi model yang paling penting ialah orang tua yang kreatif yang memusatkan perhatian terhadap bidang minatnya, yang menunjukkan keahlian dan disiplin diri dalam bekerja, semangat dan motivasi intrinsik. Orang tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam dengan mendorong anak melakukan

14 20 kegiatan yang beragam, menunjukkan kesempatan dan kemungkinan yang ada. Minat anak berkembang dan dapat berubah dengan berselangnya waktu. Orang tua hendaknya dapat menghargai minat intrinsik anak, dan menunjukkan perhatian dengan melibatkan diri secara intelektual dengan baik, mendiskusikan masalah, mempertanyakan, menjajaki, dan mengkaji. Kreativitas anak berkembang jika baik orang dewasa maupun anak mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif. Misalnya kebiasaan mempertanyakan apa yang dilihat, mempunyai pandangan baru, menemukan cara lain untuk melakukan sesuatu, dan bersibuk diri secara kreatif sebanyak mungkin. c. Sikap orang tua yang menunjang dan yang tidak menunjang pengembangan kreatif anak Munandar (1999) menjelaskan bahwa dari berbagai penelitian diperoleh hasil, bahwa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak, ialah : 1) Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya. 2) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal. 3) Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri. 4) Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal. 5) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan. 6) Menunjang dan mendorong kegiatan anak. 7) Menikmati keberadaannya bersama anak. 8) Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak. 9) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja. 10) Melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak.

15 21 Menurut Munandar (1999), sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak ialah : 1) Mengatakan kepada anak bahwa ia dihukum jika berbuat salah. 2) Tidak membolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua. 3) Tidak membolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua. 4) Tidak memperbolehkan anak bermain dengan anak dari keluarga yang mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda dari keluarga anak. 5) Anak tidak boleh berisik. 6) Orang tua ketat mengawasi kegiatan anak. 7) Orang tua memberi saran-saran spesifik tentang penyelesaian tugas. 8) Orang tua kritis terhadap anak dan menolak gagasan anak. 9) Orang tua tidak sabar dengan anak. 10) Orang tua dan anak adu kekerasan. 11) Orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas. C. Perbedaan Kreativitas Anak Pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja Menurut Bean (1995), bahwa kreativitas siswa pada ibu bekerja adalah kreativitas yang dikembangkan seorang siswa atau seorang anak, sehingga segala aktivitasnya, orang tua atau ibu memberikan wewenang kepada siswa dan siswa membuat keputusannya sendiri. Siswa diharapkan dapat mengontrol dirinya dalam pemilihan waktu untuk mengekspresikan kreativitasnya. Tugas ibu tidak berarti harus melepaskan wewenang dan tanggung jawabnya terhadap anak. Bean (1995) menambahkan pada sisi lain, kreativitas siswa pada ibu tidak bekerja, pengertiannya adalah kreativitas yang dikembangkan seorang siswa atau anak sehingga segala aktivitas siswa atau anak dapat diawasi dengan segala aturan dari orang tua atau ibu. Dengan harapan sesuai keinginan orang aktivitasnya telah diatur oleh orang tua atau ibu dan siswa tetap taat mentaati aturan tersebut.

16 22 Menurut Munandar (1992), pada usia pra sekolah tokoh ibu yang paling memegang peranan dalam hidup anak, terutama di kelas-kelas pertama sekolah dasar. Guru juga diharapkan dapat berfungsi sebagai pengganti ibu. Guru dapat menciptakan suasana dalam kelas yang memupuk kesehatan mental siswa. Munandar (1992), menambahkan selama di sekolah guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosialisasi anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual anak, guru merupakan kunci kegiatan belajar anak. Peran orang tua memupuk bakat kreativitas anak perlu kebijaksanaan dengan memberikan perhatian dan kesempatan kepada anak mengembangkan bakat, minat dengan memberikan tekanan untuk berprestasi. Menurut Munandar (1992) dengan memperhatikan hal hal tersebut hendaknya orang tua atau ibu dapat mengusahakan suatu lingkungan dimana anak merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan bakat bakat dan kreativitasnya. Kondisi ini dapat tercipta antara lain apabila orang tua atau ibu menunjukkan minat terhadap hobi anak, menyempatkan diri berdiskusi dengan anak, orang tua mengusahakan alat permainan yang mendidik dan merangsang kreativitas anak, menciptakan lingkungan rumah dimana orang tua berperan serta dalam kegiatan intelektual, dapat menciptakan selain intelektual semata, menyediakan sarana dan prasarana tanpa perlu makan banyak biaya. Hasil penelitian Aditya (2010), tentang kreativitas anak pada ibu bekerja dan tidak bekerja terhadap siswa-siswi kelas 2 SMA 81 Jakarta, menggunakan alat Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang dirancang oleh Munandar (1977) sesuai dengan anak usia remaja dan menggunakan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia tingkat Sekolah Menengah (TIKI-M). Jumlah sampel 53 siswa, dengan jumlah ibu bekerja 34 orang (anaknya menunjukkan tidak kreativitas di sekolah) dan ibu tidak bekerja 19 orang, anaknya menunjukkan kreativitas. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kreativitas anak dengan ibu bekerja dan tidak bekerja dengan nilai p=0,021 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian Aditya menunjukkan bahwa ibu yang

17 23 bekerja mempunyai anak yang kurang kreatif dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, antara keluarga (orang tua), sekolah dan masyarakat, keluarga dan sekolah dapat bersamasama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, yaitu dengan memandu dan memupuk minat anak.

18 24 D. Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas anak: 1. Jenis kelamin 2. Status sosial ekonomi 3. Urutan kelahiran 4. Keluarga : Ibu bekerja dan ibu tidak bekerja 5. Lingkungan kota banding Desa 6. Intelegensi Kreatifitas Anak: 1. Ciri-ciri Aptitude (kognitif) a. Berfikir lancar/fluency b. Keluwesan/flexibility c. Keaslian/originality d. Memerinci/elaboration e. Keterampilan menilai 2. Ciri-ciri Non-aptitude (sikap dan perasaan/afektif) a. Rasa ingin tahu b. Bersifat imaginative c. Tenang dalam kemajemukan: berani, tidak takut gagal d. Sikap menghargai Bagan 2.1. Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Anak (Walgito, 1985; Munandar, 1992).

19 25 E. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Ibu bekerja Kreativitas anak Ibu tidak bekerja Bagan 2.2 Kerangka Konsep F. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah (Sugiyono, 2007) : 1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel Independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kreativitas siswa. G. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan yang diajukan pada penelitian ini adalah : Ha : Ada Perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu tidak bekerja pada siswa-siswi Kelas V SD Negeri 05 Tandang Kecamatan Tembalang Semarang Tahun Ajaran 2009/2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa anak merupakan masa keemasan (golden age) yang mempunyai arti penting dan berharga karena pada masa ini merupakan dasar bagi masa depan anak. Anak mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR. IDAT MUQODAS *

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR. IDAT MUQODAS * MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA SEKOLAH DASAR IDAT MUQODAS * idatmuqodas@upi.edu Abstrak Kreativitas memang bukan salah faktor utama dalam pendidikan tapi pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : NUR ATHIATUL MAULA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: FITRI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, sering ditemukan baik dalam tulisan ilmiah atau artikel

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, sering ditemukan baik dalam tulisan ilmiah atau artikel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Dewasa ini, sering ditemukan baik dalam tulisan ilmiah atau artikel populer yang menekankan perlunya perangsangan terhadap kreativitas sejak kecil. Kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui kreativitas yang dimilikinya, manusia memberikan bobot dan makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Dalam masa tumbuh

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL. Tingkatan Kreativitas. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL. Tingkatan Kreativitas. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN KREATIF FUNDAMENTAL Tingkatan Kreativitas Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI MARCOMM 43037 & ADVERTISING 03 Abstract Meningkatkan kretivitas kemampuan

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Nasriah

PENERAPAN IPTEKS. Nasriah Peran Pendidik Anak Usia Dini Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Di Lembaga Paud Nasriah Abstrak Peran sebagai pendidik anak usia dini mempunyai peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kreativitas Anak Usia Dini 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas telah ada sejak manusia itu sendiri diketahui keberadaannya dalam sejarah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK Upaya Orang Tua Dalam Pengembangan Kreativitas Anak---Barkah Lestari UPAYA ORANG TUA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK Oleh : Barkah Lestari (Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu

BAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kreativitas adalah salah satu aspek yang penting yang harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu kemampuan yang turut menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam bangsa itu sendiri. Hal tersebut juga mengharuskan kita sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda baik

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Zaman yang semakin berkembang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di segala bidang,

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Sejak seorang anak lahir, remaja, dewasa sampai tua, manusia akan selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa pendidikan seorang anak tidak akan menjadi pribadi berkembang. Dari pendidikan formal, pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga anak usia enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang dialami setiap manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

Psikologi Pendidikan SETIAWATI

Psikologi Pendidikan SETIAWATI Psikologi Pendidikan SETIAWATI PPB- FIP- UPI BAKAT MINAT DAN KEMAMPUAN BAKAT MINAT KEMAMPUAN INTELEGENSI WECHSLER W.STERN BINET TERMAN TEORI INTELEGENSI TEORI DAYA (FACULTY THEORY). TEORI DWI FAKTOR (THE

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu yang mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru. Hal ini senada dengan James J. Gallagher dalam Rachmawati

Lebih terperinci

Kreatifitas Guru Paud Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Kreatifitas Guru Paud Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Kreatifitas Guru Paud Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Cucu Sopiah FIP IKIP Veteran Semarang Email : cucu_sopiah@ymail.com ABSTRAK Kreativitas Guru PAUD sebagai faktor penting dalam pembelajaran pada PAUD

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Devito (Supriadi, 1994:15) bahwa kreativitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah karya seni yang diciptakan tidak lepas dari emosional, tekanan psikologis, kepribadian, bahkan dari pengalaman seseorang yang menciptakan karya seni tersebut. Tekanan-tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan intelektual yang sangat penting karena dengan kreativitas manusia mampu memecahkan berbagai masalah dan menciptakan berbagai

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini adalah industri kreatif, yaitu industri pertelevisian. Industri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini adalah industri kreatif, yaitu industri pertelevisian. Industri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penggerak ekonomi negara pada jaman keterbukaan sekarang ini adalah industri kreatif, yaitu industri pertelevisian. Industri ini yang akan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME ( PTK di Kelas VIII Semester 2 SMP Ne geri 1 Nogosari) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berpikir, mengolah data seputar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berpikir, mengolah data seputar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG MASALAH Kreativitas adalah salah satu potensi alamiah dalam diri anak yang harus dikembangkan secara optimal. Kreativitas itu sendiri ditumbuhkan di otak kanan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan, antara lain pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi dan kenyataan bahwa kreativitas masyarakat yang rendah pada

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi dan kenyataan bahwa kreativitas masyarakat yang rendah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini tampak adanya kesenjangan antara kebutuhan atas kreativitas yang tinggi dan kenyataan bahwa kreativitas masyarakat yang rendah pada umumnya, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam diri manusia juga semakin besar. Sewaktu bayi atau balita,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam diri manusia juga semakin besar. Sewaktu bayi atau balita, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu mengalami perkembangan. Seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia, tuntutan untuk memenuhi tugas perkembangan dalam diri manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kreativitas diperlukan setiap individu untuk menghadapi tantangan dan kompetisi yang ketat pada era globalisasi sekarang ini. Individu ditantang untuk mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendidik anak dengan penuh kasih sayang adalah menjadi tanggung jawab orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa globalisasi sa at ini, anak akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kreativitas 2.1.1 Pengertian Kreativitas Guilford (1975) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemandirian anak usia prasekolah 1. Pengertian Subrata (1997), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemandirian anak pasekolah yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan manusia dimulai dari masa anak dalam kandungan, yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek

BAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek BAB I PENDAHULUAN Bab yang dilaporkan ini adalah Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif dari buku yang berjudul : Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek yang ditulis

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sebaiknya dilakukan secara terarah dan secara fakta dalam kegiatan pembelajaran pasti terdapat subjek dan objek yang akan menjadi target pencapaian suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sejak lahir, setiap individu sudah membutuhkan layanan pendidikan. Secara formal, layanan pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Khoirul Hidayati K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Khoirul Hidayati K BAB I PENDAHULUAN Modifikasi permainan tradisional sumbar suru sebagai alternatif model instrumen identifikasi kecerdasan logis matematis anak usia 8-10 tahun di SD Muhammadiyah program khusus Kotabarat Surakarta tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas Menurut Tjandrasa (1990:4) menyatakan bahwa, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari media internet ketimbang harus membaca.kecenderungan ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. dari media internet ketimbang harus membaca.kecenderungan ini ternyata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya membaca merupakan budaya yang mulai terkikis seiring dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Masyarakat pada umumnya lebih memilih untuk menonton TV,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna. Mereka diberi kelebihan dalam fungsi kognitifnya berupa akal agar mampu berpikir. Proses kognitif atau proses intelek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Koneksi NCTM (2000) menyatakan bahwa matematika bukan suatu kumpulan topik dan juga bukan suatu kemampuan yang terpisah-pisah, walaupun dalam

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN SAINS TINTA TRANSPARAN

UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN SAINS TINTA TRANSPARAN UPAYA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN SAINS TINTA TRANSPARAN (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di Play Group Aisyiyah 20 Pajang Surakarta) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011). 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan (golden age), sekaligus dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

Pengembangan Kreatifitas

Pengembangan Kreatifitas Pengembangan Kreatifitas Oleh: Sutji Martiningsih Wibowo Disampaikan dalam Semiloka Guru TK. Taruna Bakti Tanggal 23 Februari 2008 1. Batasan Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan mengenai sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam

Lebih terperinci