BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Teguh Hadiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat dari lembaga formal maupun non formal (Kasan, 2005). Melalui pendidikan akan diperoleh manusia berkualitas secara utuh, yaitu yang bermutu dalam seluruh dimensinya: kepribadian, intelektual, dan kesehatannya (Indarto dan Masrun, 2004). Pendidikan di Indonesia menuangkan hal tersebut ke dalam tujuan pendidikan nasional dimana ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU no. 2 tahun 1989, bab 2 pasal 4). Salah satu wujud pendidikan untuk membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses belajar. Winkel (1992) mengemukakan bahwa belajar merupakan salah satu proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan, atau sikap yang diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan sehingga 1
2 2 menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Proses belajar yang dilakukan oleh seseorang akan membantunya mengembangkan diri dengan baik dan mencapai penyesuaian diri yang baik dengan dunia luar (Purwanto, 1990). Dalam suatu proses belajar terdapat sebuah materi yang akan disampaikan, dan apabila telah diterima dengan baik akan menjadi sebuah konsep yang akan diingat (Irwanto, 1983). Menurut Sukmana (2004), konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Sementara itu, Hermawan (2008) menyebutkan bahwa materi pelajaran, guru dan siswa merupakan komponen terpenting dalam suatu proses belajar. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik dalam hal ini siswa merupakan salah satu bagian terpenting dan menjadi akar dari konsep belajar. Siswa adalah sekelompok orang atau individu yang dididik dalam proses pembelajaran (Nasution, 1987). Siswa memegang peranan penting sebagai penerima materi dalam proses belajar di dalam institusi belajar formal maupun non formal. Salah satu institusi belajar formal adalah sekolah; disini siswa akan bergabung dengan siswa yang lain untuk menerima materi belajar di dalam kelas. Ada beberapa jenis kelas di dunia pendidikan, diantaranya kelas umum atau lebih dikenal dengan sebutan kelas reguler dan kelas unggulan (Hisyam & Suyata, 2000).
3 3 Kelas reguler berisi siswa yang memiliki kemampuan rata-rata, dan tidak memperoleh pelayanan secara khusus. Pelayanan yang diperoleh sama dengan siswa yang lain, dan tidak ada penambahan rentang waktu belajar, siswa masuk diseleksi berdasarkan standar yang sudah ada, tanpa ada seleksi khusus (Fauziah, 2009). Sedangkan menurut Silalahi (2006), kelas unggulan adalah kelas yang menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Berdasarkan petunjuk penyelenggaraan program kelas unggulan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam (Ngadirun 2005), kelas unggulan harus memiliki karakteristik sebagai berikut: masuk diseleksi secara ketat, sarana dan prasarana menunjang untuk pemenuhan kebutuhan belajar dan penyaluran minat dan bakat siswa, lingkungan belajar yang kondusif, memiliki kepala sekolah dan tenaga kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komiten dalam melaksanakan tugas, rentang waktu belajar di sekolah yang lebih panjang dibandingkan kelas lain, proses pembelajaran yang berkualitas, adanya perlakuan tambahan di luar kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan dan
4 4 konseling yang berkualitas, pembinaan kreativitas, dan disiplin, serta kegiatan ekstrakurikuler lainnya dan yang terakhir pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa melalui praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari. Pengelompokan beberapa jenis kelas di dunia pendidikan ini, tidak lain adalah untuk membantu siswa agar siswa mampu mengembangkan potensi belajarnya berdasarkan bakat dan minat yang dimilikinya (Munandar, 2004). Misalnya saja pada siswa yang berbakat/ unggul memerlukan pelayanan khusus, yaitu memerlukan pelayanan akademik yang lebih menantang, lebih bervariasi, dan mendalam (Hisyam & Suyata, 2000). Menurut Munandar (1999), jika seorang siswa berbakat/ unggul tidak mendapatkan pelayanan khusus, dapat menyebabkan siswa berbakat/ unggul menjadi berprestasi dibawah kemampuan yang dimilikinya. Ketika seorang siswa sudah mendapatkan pelayanan pembelajaran sesuai dengan potensi dan bakatnya, hal ini diharapkan dapat menghasilkan suatu prestasi belajar yang baik (Hisyam & Suyata 2000). Untuk mencapai sebuah prestasi belajar yang baik, setiap siswa baik siswa kelas reguler maupun kelas unggulan memerlukan suatu proses belajar. Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu
5 5 tertentu (Irwanto, 1997). Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian (Irwanto, 1997). Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar (Irwanto, 1997). Prestasi belajar menurut Sudjana (2001) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuankemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. Setiap proses pembelajaran diharapkan dapat berhasil secara optimal, yaitu ditandai dengan hasil belajar yang tinggi (Surakhmad, 2001). Namun dapat dipastikan bahwa prestasi belajar masing masing siswa akan berbeda meski mendapatkan materi pelajaran dan guru yang sama (Sudijono, 1996). Anak yang memiliki prestasi belajar yang rendah adalah anak yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan hasil belajar yang baik. Prestasi belajar yang rendah dapat membuat siswa merasa bahwa dirinya telah gagal. Prestasi belajar dikatakan rendah adalah bila seseorang
6 6 memiliki peringkat 10 terbawah dari siswa satu kelas (Akbar 1998). Kegagalan yang terus menerus pada diri siswa dapat menyebabkan siswa sering kali merasa menyerah dan merasa bahwa semua yang dilakukan tidak akan membawa perubahan terhadap prestasi belajarnya. Perasaan menyerah dengan cepat yang disebabkan kegagalan yang dialami sebelumnya ini sering disebut dengan istilah learned helplessness (Marhaeni, 2007). Kegagalan tersebut membuat orang yang mengalami learned helplessness selalu berfikir akan selalu gagal, sehingga mereka cepat menyerah dengan tantangan yang datang padanya (Marhaeni, 2007). Lebih lanjut menurut Marhaeni (2007), ditemukan bahwa tingkat learned helplessness pada mahasiswa dengan hasil belajar tinggi lebih rendah daripada tingkat learned helplessness pada mahasiswa dengan hasil belajar rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa mahasiswa dengan hasil belajar tinggi memiliki tingkat frustrasi dan frekwensi menyerah lebih rendah daripada mahasiswa dengan hasil belajar rendah. Temuan ini sejalan dengan pendapat Elliot (2000) yang menyatakan bahwa learned helplessness sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar bahasa kedua. Elliot (2000) menyatakan bahwa aspek ini menempatkan individu pada kondisi frustrasi dan mereka
7 7 akan menyerah dengan begitu saja setelah kegagalan yang berulang. Kondisi frustrasi digambarkan dengan kondisi dimana seseorang belajar untuk mempercayai bahwa dia putus asa, mempercayai bahwa dia tidak memiliki kontrol pada situasi yang dihadapi, dan apapun yang dia lakukan adalah sia-sia. Gambaran keadaan tersebut ditemukan tinggi pada mahasiswa dengan hasil belajar rendah, namun rendah pada mahasiswa dengan hasil belajar tinggi (Elliot, 2000). Temuan ini juga sejalan dengan Deiner dan Dweck (dalam Slavin, 2006), yang menyatakan bahwa learned helplessness mempengaruhi aktivitas siswa dalam mempelajari sesuatu khususnya bahasa kedua. Sementara itu menurut Marhaeni (2007) bahwa siswa yang berada pada kondisi learned helplessness yang tinggi tidak akan berusaha melakukan halhal dengan lebih baik. Mereka enggan berusaha karena mereka memiliki persepsi bahwa mereka hanya akan berakhir pada kegagalan. Luchow et al (1985) menyatakan bahwa karakteristik yang paling jelas tampak pada invidu yang mengalami learned-helplessness adalah hilangnya kesediaan untuk bertahan menghadapi hal yang secara realistis dapat dikuasai yang pada akhirnya individu memiliki kebiasaan untuk tidak mau mencoba, sebagai efek dari kegagalan beruntun yang dialami sebelumnya. Perilaku mencoba dianggap sebagai
8 8 membuang waktu karena mereka meyakini bahwa mereka akan mengalami kegagalan. Selain itu menurut Cullen (1985) seorang anak yang sering mengalami kegagalan pada masa lalu akan cenderung mengaitkan kegagalan dengan kemampuan rendah. Dengan demikian siswa yang berprestasi akademik rendah menganggap diri mereka tidak mampu berprestasi, mereka menganggap kegagalan yang dialami karena memang mereka tidak mampu, atau tidak memiliki kemampuan lebih untuk memiliki prestasi yang tinggi (Marsh, 1984). Kondisi di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dweck (1978), seorang siswa yang terbiasa gagal, yang dimaksud disini adalah siswa yang memiliki prestasi akademik rendah yang berada di kelas regular, ketika mengalami kagagalan akan merespon merendahkan kemampuan mereka pada saat mengalami kegagalan, tidak mencoba memecahkan masalah, tetapi menujukkan keraguan diri, dan pada akhirnya kinerja mereka memburuk dan seringkali tidak bisa memecahkan masalah, apalagi jika masalah yang dihadapi terkait dengan kegagalan sebelumnya. Sebaliknya, menurut Dweck (1978) bahwa seorang siswa yang memang biasa berhasil, yang dimaksud disini adalah siswa yang memiliki prestasi akademik terendah dikelas kelas unggulan, ketika mengalami kegagalan, mereka
9 9 merespon mengarah pada peningkatan situasi dalam menghadapi kegagalan, suasana hati tetap positif dan mereka tetap percaya dengan kemampuan dan akan berusaha lebih baik, mereka melihat kegagalan sebagai tantangan dan sebagai kesempatan belajar, bukan sebagai dakwaan dari kemampuan mereka. Jika hal ini terus dibiarkan maka learned heplessness akan mengakibat tekanan yang besar bagi siswa yang berakibat pada redahnya harapan akan masa depan yang sukses atau yang baik. Selain itu menurut Borkowski et al (1990), Paris & Winograd (1990), Valas (2001), bahwa learned heplessness dapat menurunkan harga diri dan meningkatkan kecenderungan depresi. Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan maka dalam penelitian ini penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: adakah perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan dan kelas reguler?
10 10 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitain ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan dan kelas regular. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan manfaat yang berarti terhadap perkembangan ilmu psikologi khususnya ilmu psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan terutama yang berkaitan dengan perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan dan kelas regular. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Dapat dijadikan rujukan untuk mengambil kebijakan yang terkait dengan cara memperlakukan siswa agar siswa kelas unggulan maupun siswa kelas reguler terhindar dari perasaan learned helplessness. b. Bagi siswa Penelitian ini akan membantu siswa baik siswa kelas unggulan maupun siswa kelas regular untuk
11 11 mengetahui bagaimana harus bersikap ketika merasa gagal dalam prestasi belajarnya. c. Bagi Orang Tua Dapat dijadikan pengetahuan bagi orang tua yang memiliki anak bersekolah di kelas unggulan maupun reguler, dapat mengetahui anaknya ketika mengalami kegagalan atau memiliki prestasi akademik rendah dan mengalami learned helplessness bagaimana harus bersikap.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Learned Helplessness 1. Pengertian Learned Helplessness Kondisi learned helplessness menurut Abramson et. al (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003) yaitu perasaan kurang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 ditujukan pada peningkatan kecerdasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan reformasi dan globalisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan Negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diupayakan untuk tanggap terhadap perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam Hari (2003:30) menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga masyarakatnya yang beranekaragam. Jika dilihat dari komposisi penduduk dan kekayaan alam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya lulusan pendidikan jenjang menengah atas memiliki posisi yang cukup tinggi. Mutu lulusan yang dimaksud adalah kualitas hasil belajar siswa baik menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah membuktikan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional Indonesia berlandaskan Pancasila yang bertujuan untuk membentuk pribadipribadi yang bertakwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan jalan efektif bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, karena melalui pendidikan siswa dibina untuk menjadi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak pengaruh era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, bidang pendidikan layaknya mendapat
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:
PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional Indonesia saat ini memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk manusia yang beriman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu usaha dalam menjawab permasalahan serta berbagai tantangan yang selalu hadir dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sektor yang mendukung dalam peningkatan dan pengembangan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti, bekal hidup di masyarakat. Sekolah Menengah Atas merupakan lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga tempat anak didik memperoleh pendidikan dan pelajaran yang diberikan guru. Sekolah mempersiapkan anak didik memperoleh ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan di berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dan sangat menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan baik akan menghasilkan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Di mana pun di dunia ini terdapat masyarakat, dan di sana pula terdapat pendidikan. Meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam hidup setiap manusia di dunia. Di Indonesia, yang disebut dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi
0 PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PROPORSI WAKTU BELAJAR DAN MINAT BACA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 14 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciDisusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A
PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Politeknik TEDC didirikan pada tahun 2002 berdasarkan ijin. penyelenggaraan dari DIKTI No. 73/D/O/2002. Politeknik TEDC merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politeknik TEDC didirikan pada tahun 2002 berdasarkan ijin penyelenggaraan dari DIKTI No. 7/D/O/2002. Politeknik TEDC merupakan lembaga pendidikan tinggi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. 2 Salah satu pendidikan formal yaitu sekolah, dimana lingkungan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup ditengah-tengah masyarakat, apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang menuntut perubahan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan sarana yang sangat baik dalam pembinaan sumberdaya manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di berbagai bidang, sehingga membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Undang-Undang Nomor 20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan dimasa
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi
Lebih terperinciPENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI
PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dapat mendatangkan perubahan di dalam diri manusia. Perubahan tersebut nampak dalam bentuk peningkatan pengetahuan, pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Hal tersebut diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Rupublik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan
Lebih terperinciLEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : ENDRIANA, S.Pd NIP
LEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP Oleh : ENDRIANA, S.Pd NIP. 19630404 198303 2 008 LEADER CLASS SEBUAH ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan mengembangkan kehidupan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pengembangan manusia tidak lain adalah upaya untuk mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu dalam segenap dimensi kemanusiaannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Karena pendidkan merupakan saran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan banyak melibatkan aspek yang saling berkaitan. Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk membuat perubahan ke arah lebih baik pada peserta didik. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan sektor penting dalam menunjang tercapainya tujuan pembangunan nasional. Pembangunan nasional membutuhkan kualitas sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk membentuk karakter manusia secara utuh. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinci2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Maka upaya
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berhasil di suatu bangsa merupakan keberhasilan bangsa tersebut dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Maka upaya yang dilakukan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak
Lebih terperinciPERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Windra Kepala SDN 005 Banjar Guntung Kecamatan Kuantan Mudik windra157@gmail.com ABSTRAK Perbedaan
Lebih terperinci, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung
1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan individu agar dapat mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Pendidikan juga merupakan dasar bagi kemajuan individu dan kelansungan
Lebih terperinci