BAB IV ANALISIS PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN BERINFAK SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING PEMALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN BERINFAK SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING PEMALANG"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN BERINFAK SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING PEMALANG A. Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa Melalui Kegiatan Berinfak SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang Berdasarkan hasil penelitian penulis yang menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dinyatakan bahwa pembentukan karakter peduli sosial siswa melalui kegiatan berinfak dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Landasan Kegiatan Berinfak Landasan merupakan dasar tempat berpijak dimulainya suatu kegiatan. Adanya sebuah kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang karena adanya dasar yang menjadi pegangan terlaksananya kegiatan berinfak tersebut. Landasan kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading tersebut seperti yang dijelaskan oleh bapak Abdi Salimi adalah landasan beramal dalam Muhammadiyah yaitu mengamalkan nilai-nilai Q.S. Al-Maun dengan tujuan agar anak terbiasa untuk beramal dan berinfak/bershadaqah. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terkait landasan kegiatan berinfak yaitu mengamalkan nilai-nilai Q.S. Al-Maun dapat dianalisa bahwa siswa sudah memahami, menghayati, dan mengamalkan 84

2 85 nilai Q.S Al-Maun secara maksimal meskipun masih ada beberapa anak yang belum secara maksimal. Hal tersebut dapat digambarkan pada perilaku siswa seperti Marissa yang selalu menolong temannya ketika hendak berangkat sekolah yaitu memboncengkan temannya yang berjalan kaki. Selain itu juga Akhmad Azzamudin membantu temannya dengan mengajari temannya yang belum paham tentang pelajaran Matematika, dan sebagainya. Dari kedua anak tersebut dapat dilihat bahwa mereka selalu mengulurkan pertolongan kepada orang lain dan tidak bersikap egoisme. Disamping itu partisipasi siswa dalam pelaksanaan kegiatan berinfak yang antusias, hal tersebut dapat diyakini bahwa siswa SMP Muhammadiyah sudah memahami dan mengayati pentingnya untuk selalu berinfak sehingga mereka selalu berusaha untuk mengamalkannya dengan memberi uang infak. 2. Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Pelaksanaan kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading terdapat beberapa komponen, komponen-komponen tersebut kemudian dianalisis. Adapun komponen-komponen tersebut antara lain sebagai berikut: a. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Melaksanakan pekerjaan atau kegiatan tentulah mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Seperti halnya dalam kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading mempunyai tujuan yaitu menerapkan nilai-nilai Qur an surat Al-Maun seperti yang dikatakan

3 86 oleh bapak Abdi Salimi dan melatih mental siswa-siswi SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tentang tujuan kegiatan berinfak tersebut, dapat dianalisa bahwa tujuan adanya kegiatan berinfak sudah dapat dikatakan tercapai meskipun masih ada beberapa anak yang belum sesuai dengan tujuan tersebut. Ketercapaian tujuan tersebut dapat dilihat dari nominal dan kelancaran kegiatan berinfak serta peran serta siswa. Nominal yang diperoleh dari kegiatan berinfak dapat dikatakan cukup baik karena rata-rata perolehan infak Rp an; sampai Rp50.000;an;. Kegiatan berinfak cukup lancar selalu dilaksanakan pada hari jum at selain itu didukung dengan adanya anak IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) sebagai pengurusnya. Selain itu juga peran serta siswa yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan berinfak. Banyak siswa yang selalu memberi uang infak sesuai dengan keikhlasan dan kemampuan siswa, meskipun masih ada beberapa anak yang belum maksimal dalam kegiatan berinfak. Disamping itu anak memiliki mental yang cukup baik ketika dalam merealisasikan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekolah baik yang berhubungan dengan peduli sosial maupun yang lainnya dan melakukan suatu perbuatan yang baik misalnya seperti menolong orang yang tak dikenal seperti yang dilakukan oleh Akhmad

4 87 Azzamudin ikut berperan dalam membagi-bagikan es krim di hari milad Muhammadiyah dan sebagainya. b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Pelaksanaan kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading dilaksanakan pada hari jum at pada waktu setelah istirahat pertama. Hari jum at merupakan hari yang paling efektif untuk pelaksanaan kegiatan berinfak karena hari jum at tersebut jam pelajaran lebih sedikit dibandingkan hari-hari yang lain sehingga pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Waktu istirahat hanya satu kali, hal tersebut juga mendukung dalam pelaksanaan kegiatan berinfak, sehingga anak-anak cenderung banyak yang ikut berpartisipasi untuk memberikan uang sakunya untuk berinfak. c. Jumlah/nominal Berinfak Nominal untuk berinfak di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading seperti yang diungkapkan bapak Miftahudin tidak ditentukan, hal ini sesuai dengan kesadaran anak, kemampuan dan keikhlasan anak itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan tentang nominal berinfak dapat dianalisa cukup bagus, rata-rata anak memberi Rp.500; sampai Rp.1000;. Hal tersebut sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan anak itu sendiri. Dalam hal ini sekolah tidak melihat dari berapa besar anak memberi infak, tetapi dengan melihat apakah anak

5 88 memiliki kesadaran ataukah tidak untuk memberi infak. Karena hal tersebut anak masih dalam tahap belajar untuk beramal. d. Siapa Saja yang Berinfak Kegiatan berinfak di SMP Muhammadiyah yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan berinfak tersebut adalah siswa dan para guru akan tetapi infak guru dan siswa terdapat perbedaan seperti yang dijelaskan oleh bapak Miftahudin bahwa perbedaan infak guru dan siswa terletak pada alokasi dananya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan tentang siapa saja yang berinfak tersebut, dapat dianalisa bahwa subjek yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan berinfak adalah guru dan siswa dapat dikatakan berjalan dengan baik karena disini guru ikut berperan, meskipun alokasi dana infak berbeda. Guru dalam hal ini memberikan contoh kepada siswanya dengan aksi yang nyata. Dan diharapkan seorang guru untuk selalu mengajarkan kepada siswanya untuk selalu gemar berinfak dengan memberikan contoh terlebih dahulu kepada siswanya. Karena dalam hal ini anak cenderung untuk meniru terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru. e. Alokasi Dana Kegiatan Berinfak Materi atau uang yang diperoleh dari hasil kegiatan berinfak yang dilakukan setiap dari jum at dapat memberikan banyak manfaat seperti untuk meringankan beban orang lain, membantu kelancaran kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah, maupun untuk sesuatu yang

6 89 bernuansa kepedulian. Seperti yang dikatakan oleh bapak Miftahudin bahwa uang kegiatan berinfak digunakan untuk kegiatan IPM yang didalamnya untuk kegiatan keagamaan dan untuk keperluan yang lain yang berbentuk kepedulian. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terkait alokasi dana kegiatan berinfak tersebut dapat dianalisa bahwa alokasi dana kegiatan berinfak selama ini dapat dikatakan baik, dana yang diperoleh dari kegiatan berinfak setiap jum at tersebut tepat pada sasarannya yaitu digunakan untuk kepentingan dan kegiatan yang berbentuk peduli sosial misalnya untuk menjenguk teman yang sakit, membantu korban tanah longsor misalnya yang ada di Banjarnegara sebagai bentuk kepedulian terhadap orang lain, untuk kegiatan IPM dan sebagainya. Selain itu juga memberikan sumbangan beras ke panti asuhan yang ada didesa Jatirejo Ampelgading Pemalang dan ke desadesa tetangga kepada orang-orang yang kurang mampu. Sehingga hal tersebut dapat dikatakan sesuai dengan hakikat manfaat berinfak itu sendiri. f. Pengelola Uang Infak Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi yang terdapat di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading. IPM diberi wewenang secara penuh oleh sekolah untuk mengelola kegiatan berinfak dari penarikan infak sampai mengelola dana infak secara penuh dan sekolah hanya memfasilitasi saja. Seperti yang dikatakan

7 90 oleh bapak Arief Ananda bahwa sekolah memberikan wewenang untuk pengelolaan infak kepada IPM tujuan adalah agar anak itu belajar mandiri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan serta data lain tentang pengelolaan kegiatan berinfak tersebut dapat dianalisa bahwa pengelolaannya cukup baik, IPM diberi wewenang untuk mengelola kegiatan berinfak penuh dengan rasa tanggung jawab dan amanah, terutama untuk uang infak penggunaannya sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan kepedulian terhadap sesama maupun sosial. Dengan pengelolaan tersebut juga dapat melatih siswa untuk berbuat jujur dan menanamkan karakter antikorupsi pada siswa sejak dini. Akan tetapi belum adanya keterbukaan dengan seluruh siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading tentang perolehan infak setiap penarikan dan penggunaan uang infak tersebut. Keterbukaan disini sangat diperlukan, karena infak tersebut dilakukan oleh seluruh siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading sehingga siswa pun perlu untuk mengetahui tentang hal tesebut. Disamping itu keterbukaan tersebut juga untuk mengantisipasi adanya penyelewengan dana yang tidak diharapkan. 3. Nilai-nilai Peduli Sosial Melalui Kegiatan Berinfak a. Pengertian Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Berdasarkan

8 91 hasil wawancara dan pengamatan mengenai peduli sosial dapat dianalisa bahwa dari 10 informan dapat dikatakan sangat baik, 10 informan tersebut dapat memberikan makna peduli sosial, memberikan gambaran/contoh tentang peduli sosial, serta mengaplikasikan peduli sosial di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun lingkungan keluarga seperti yang dijelaskan oleh Akhmad Azzamudin siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading bahwa ia selalu mengajari temannya yang belum mengerti tentang rumus-rumus Matematika sebagai bentuk kepedulian, kebersamaan, dan sikap tolong-menolong antara teman. b. Metode/strategi dalam Pelaksanaan Kegiatan Berinfak Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa. Kegiatan berinfak adalah salah satu kegiatan untuk membentuk sebuah karakter, salah satunya adalah karakter peduli sosial. Pelaksanaan kegiatan berinfak diperlukan sebuah metode/strategi agar kegiatan berinfak tersebut berjalan secara maksimal sehingga pembentukan karakter peduli sosial dapat dikatakan tercapai dengan baik sesuai yang diharapkan. Adapun metode/strategi yang digunakan oleh guru-guru SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading adalah dengan pembinaan, bimbingan, memberi motivasi dan semangat, dan keteladanan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis tentang metode/strategi yang digunakan dalam kegiatan berinfak tersebut dapat dianalisa bahwa metode/strategi yang digunakan dalam kegiatan

9 92 berinfak tersebut dapat dikatakan berjalan dengan baik. Pembinaan, bimbingan serta memberi semangat dan motivasi itu sangat penting untuk diberikan kepada peserta didik, karena pembinaan, bimbingan serta memberi semangat dan motivasi dapat memberi stimulus yang baik secara psikologis untuk membangun peserta didik dan membentuk karakter sesuai yang diinginkan. Selain itu juga dengan keteladanan, keteladanan merupakan metode yang sangat ampuh yang paling dasar dalam membentuk karakter anak dengan memberi contoh yang terbaik, karena dalam mengajarkan dan menanamkan karakter pada siswa tidak hanya dengan teori saja akan tetapi perlu adanya aksi yang nyata. c. Nilai-nilai Peduli Sosial Melalui Kegiatan Berinfak Nilai-nilai peduli sosial adalah sifat-sifat yang perlu dikembangkan dalam diri siswa yang selalu ingin membantu dan memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Nilai peduli sosial tersebut merupakan cerminan hasil dari kegiatan berinfak. Adapun nilai peduli sosial tersebut diantaranya rasa kepedulian siswa semakin terasa, kebersamaan, dan saling tolong menolong, Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis tentang nilai-nilai sosial melalui kegiatan berinfak dapat dianalisa nilai-nilai peduli sosial tertanam dalam diri anak dengan baik. Dari beberapa nilai yang didapat tersebut telah diaplikasikan oleh siswa dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum mengaplikasikannya.

10 93 Seperti nilai kepedulian siswa semakin terasa ketika siswa memberi bantuan kepada korban bencana banjarnegara, membantu orang yang hendak meyeberang jalan dan lain sebagainya. Kebersamaan siswa yang semakin erat karena adanya unsur visi yang sama, tidak adanya sifat egoisme dalam diri siswa seperti halnya yang membantu teman yang kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika. Saling tolongmenolong antar teman atau dengan orang lain seperti menolong teman yang berjalan kaki yang hendak pergi ke sekolah, meminjamkan bolpoint sama teman ketika temannya tidak membawa bolpoint, dan sebagainya. Kepedulian, kebersamaan, dan tolong-menolong sebagai bentuk nilai kepedulian sosial yang perlu untuk dikembangkan lagi oleh siswa, disamping itu seorang guru untuk selalu memotivasi siswa agar nilai kepedulian sosial tersebut lebih melekat lagi dalam diri siswa. Selain itu kepedulian juga akan menumbuhkan rasa kemanusiaan, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Maka dari itu disinilah langkah awal dalam membangun kesalehan sosial. B. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa Melalui Kegiatan Berinfak SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang. Pembentukan karakter peduli sosial salah satunya melalui kegiatan berinfak tentulah membutuhkan sebuah dukungan yang banyak agar dalam pelaksanaan pembentukan karakter peduli sosial tersebut dapat terlaksana

11 94 secara optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter peduli sosial tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa a. Budaya Sekolah Yang Kondusif Budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan yang diterapkan di sekolah dalam rangka membentuk karakter peduli sosial siswa melalui sebuah kegiatan yaitu kegiatan berinfak. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis bahwa budaya sekolah melalui kegiatan berinfak dapat dikatakan kondusif. Hal tersebut dilihat ketika dalam pelaksanaan kegiatan berinfak berjalan lancar yang selalu dilaksanakan pada hari jum at, selain itu banyak anak ikut berperan serta dalam kegiatan berinfak meskipun masih ada beberapa anak yang belum ikut berperan secara maksimal. b. Pembinaan dan Bimbingan Yang Efektif Metode merupakan suatu alat/cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai seperti yang diharapkan. Pekerjaan disini adalah pelaksanaan kegiatan berinfak. Keunggulan dan kelemahan masing-masing metode merupakan salah satu bentuk untuk menunjang dan mendukung pelaksanaan kegiatan berinfak sebagai upaya pembentukan karakter peduli sosial siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang. Dengan demikian Keberhasilan sebuah kegiatan sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan.

12 95 Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan berinfak sebagai faktor pendukung adalah metode pembinaan dan bimbingan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat dianalisa bahwa metode pembinaan dan bimbingan memang sangat baik untuk digunakan. Pembinaan dan bimbingan tersebut sudah berjalan dengan baik dan secara efektif karena hal tersebut juga didukung dari segi karakter siswa yang mudah untuk diarahkan. c. Basic sekolah Sekolah Muhammadiyah memiliki sebuah ciri yang berbeda dengan sekolah yang lain yaitu selalu menanamkan siswa-siswinya untuk gemar beramal. Dengan basic tersebut maka para guru diharapkan untuk selalu mengajarkan siswa-siswinya untuk selalu beramal. Selain itu dengan kesadaran yang dimiliki siswa yang sangat baik terhadap visi dan misi sekolah SMP Muhammadiyah dan tujuan gerakan Muhammadiyah yang mengedepankan amal saleh maka dapat mendukung pelaksanaan kegiatan berinfak tersebut. 2. Faktor Penghambat Pembentukan Karakter Peduli Sosial Siswa Selain ada faktor yang mendukung kegiatan berinfak, ada juga faktor penghambat yang menjadi kendala dalam pelaksanaan berinfak, ada dua faktor pendukung yang kemudian untuk dianalisis sebagai berikut: a. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk sebuah karakter dalam diri anak. Lingkungan yang baik

13 96 akan memberikan corak yang baik dalam diri anak sedangkan lingkungan yang buruk akan memberikan corak yang buruk pula dalam diri anak. Sehingga dapat dikatakan lingkungan memberikan pengaruh yang besar dalam memberikan pengalaman pada anak dan menjadikan suatu kepribadian pada anak seperti yang diberikan oleh lingkungannya. Lingkungan disini adalah keluarga dan teman pergaulan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tentang lingkungan sebagai faktor penghambat dapat dianalisa bahwa lingkungan disini dapat dikatakan termasuk dalam kategori lingkungan yang religius. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas warganya banyak yang mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan.maupun yang lainnya. Ketika lingkungan keluarga memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak, anak cenderung memiliki kepribadian yang baik, akan tetapi ketika keluarga dalam memberikan pendidikan yang kurang, maka anak cenderung memiliki kepribadian yang kurang baik pula. Selain itu teman yang baik atau kurang baik yang selalu bersamasama baik itu di sekolah maupun di rumah juga mempengaruhi kepribadian seorang anak itu sendiri. Oleh sebab itu ketika pergaulan di luar keluarga menjadi kendala dalam pembentukan karakter, maka keluarga perlu meningkatkan lagi dalam memberikan pendidikan pada anak.

14 97 b. Penghasilan orang tua Materi atau uang dapat memberikan manfaat yang banyak bagi manusia itu sendiri apabila digunakan dengan benar. Seperti halnya ketika kita menggunakan untuk kebaikan untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan, hal tersebut nantinya akan memberikan manfaat kepada kita seperti mendapatkan pahala, rasa persaudaraan semakin erat dan sebagainya. Akan tetapi sebuah kebutuhan untuk menolong seseorang kadang kala mendapat kendala dari segi materi yang dihasilkan dari penghasilan yang kurang mendukung. Berdasarkan hasil dari wawancara dan pengamatan terkait penghasilan orang tua dapat dianalisa penghasilan orang tua siswa SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading rata-rata menengah kebawah memang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan berinfak yang ada di SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading tersebut. Sehingga berpengaruh anak menjadi jarang untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan berinfak. Hal tersebut tidak semuanya, hanya beberapa anak saja. Namun demikian guru memiliki solusi bagi siswanya terkait pembentukan peduli sosial, guru selalu mengarahkan bahwa memberi bantuan attau menolong orang yang sedang membutuhkan tidak harus dengan materi, akan tetapi dengan hal yang lain misalnya membantu dengan tenaga maupun kegiatan-kegiatan yang terbaik yang dapat membantu meringankan beban orang lain dan sebagainya.

BAB III SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING PEMALANG. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang

BAB III SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING PEMALANG. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang BAB III SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING PEMALANG A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang 1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading Pemalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. MA Xaverius Kota bukittinggi. kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Nilai Karakter yaitu

BAB V PENUTUP. MA Xaverius Kota bukittinggi. kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Nilai Karakter yaitu BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan analisis yang penulis lakukan tentang usaha guru PAI dan Kepala Sekolah dalam membina nilai karakter pada siswa MA Xaverius Kota bukittinggi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan berisi kesimpulan dan saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang telah dilaksanakan. Berdasarkan dari hasil pengamatan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian mengenai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Penanaman Nilai-Nilai Sosial Pada Diri Siswa kelas III Pada Pembelajaran IPS di

BAB V P E N U T U P. Penanaman Nilai-Nilai Sosial Pada Diri Siswa kelas III Pada Pembelajaran IPS di BAB V P E N U T U P A. Simpulan Berdasarkan data yang telah disajikan dan kemudian dianalisis data mengenai Penanaman Nilai-Nilai Sosial Pada Diri Siswa kelas III Pada Pembelajaran IPS di MIN Andaman II

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dibahas, maka dapat disimpulkan beberapa poin penting di antaranya; 1. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan SMA Negeri 23 Bandung secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya. Namun disisi lain, manusia juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan serangkaian upaya dalam proses penanaman nilai-nilai spiritual pada anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bangsa yang unggul adalah bangsa yang dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dengan baik bagi kesejahteraan rakyatnya serta memiliki sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

Oleh: LITA AYU SOFIANA A IMPLEMENTASI KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI KEGIATAN GOTONG ROYONG (Studi Kasus Pembangunan Jalan di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB II KEUTAMAAN SEDEKAH

BAB II KEUTAMAAN SEDEKAH BAB II KEUTAMAAN SEDEKAH 2.1 Pengertian Sedekah Menurut Al-Bu dani (2008) sedekah merupakan nafkah (pengeluaran harta) yang dianjurkan Allah SWT. bagi semua hambanya agar mendapat pahala. Tujuan tindakan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pihak lembaga madrasah beserta komite madrasah dan tokoh masyarakat.

BAB VI PENUTUP. pihak lembaga madrasah beserta komite madrasah dan tokoh masyarakat. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian lapangan sebagai disajikan dalam bab IV dan bab V serta memperhatikan fokus penelitian yang diajukan dalam bab I, maka dapat ditetapkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha penting untuk membentuk martabat setiap manusia. Pendidikan di sekolah tidak cukup hanya dengan mengajar peserta didik membaca, menulis,

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMP NEGERI 22 KONSEL KABUPATEN KONAWE SELATAN SKRIPSI

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMP NEGERI 22 KONSEL KABUPATEN KONAWE SELATAN SKRIPSI PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMP NEGERI 22 KONSEL KABUPATEN KONAWE SELATAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak-anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya, akan menjadi penerus perjuangan bangsa nantinya, tetapi masih banyak sekali anakanak yang kehilangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religius (religiosity) merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku. Religiusitas diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter sangat penting dalam membangun sebuah peradaban bangsa yang kuat dan berahlak mulia. Tanpa karakter sebuah bangsa yang dibangun atas seseorang dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung 116 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung Budaya Religius di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU MENUMBUHKAN KESADARAN BERINFAK. SISWA MTs MA HADUL MUTA ALLIMIN SIDOREJO COMAL KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU MENUMBUHKAN KESADARAN BERINFAK. SISWA MTs MA HADUL MUTA ALLIMIN SIDOREJO COMAL KABUPATEN PEMALANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU MENUMBUHKAN KESADARAN BERINFAK SISWA MTs MA HADUL MUTA ALLIMIN SIDOREJO COMAL KABUPATEN PEMALANG A. Analisis Upaya Guru dalam Menumbuhkan Kesadaran Siswa untuk Berinfak di MTs

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada jaman globalisasi sekarang ini dapat di lihat adanya perubahan perilaku yang terjadi pada generasi muda khususnya peserta didik antara lain; perilaku rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Duvall dan Logam (dalam Ihromi 1999 : 54 ) mengatakan keluarga adalah

BAB I PENDAHULUAN. Duvall dan Logam (dalam Ihromi 1999 : 54 ) mengatakan keluarga adalah 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Duvall dan Logam (dalam Ihromi 1999 : 54 ) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum upaya pelayanan kesejahteraan sosisal bagi anakanak terlantar diatas menjadi patokan dalam membentuk suatu lembaga pengganti peran dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan-nya. Manusia akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau dapat mendekatkan

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan-nya. Manusia akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau dapat mendekatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama dalam jiwa manusia ada satu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat berlindung

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS - 1914 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN (Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan, dalam masa modern ini telah banyak tehnologi-tehnologi yang berkembang pesat, dan manusia mulai menciptakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN GOTONG ROYONG DALAM KOMUNITAS DI RUMAH SUSUN (RUSUN) (Studi Kasus di Rusunawa Kranggan Ambarawa Kabupaten Semarang) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan bahwa secara garis besar guru SMP Se-Kecamatan Wonosari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan bahwa secara garis besar guru SMP Se-Kecamatan Wonosari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar guru SMP Se-Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul telah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

Tri Windha Isnandar F

Tri Windha Isnandar F HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SMA 1 PURWODADI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Tri Windha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RESPON SISWA TERHADAP FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING

BAB IV ANALISIS RESPON SISWA TERHADAP FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING BAB IV ANALISIS RESPON SISWA TERHADAP FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH 7 AMPELGADING A. Analisis Fasilitas Perpustakaan Sekolah SMP Muhammadiyah 7 Ampelgading, Kabupaten Pemalang Setelah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter. Pada masing-masing

BAB V PEMBAHASAN. melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter. Pada masing-masing 164 BAB V PEMBAHASAN A. Peran guru sebagai motivator dalam pendidikan karakter pada kurikulum 2013 Dalam perannya sebagai motivator guru memotivasi siswa untuk melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam 171 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam tesis ini maka penulis dapat mengemukakan isi dari keseluruhan inti penelitian berupa kesimpulan

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa sebagai makhluk sosial harus mampu menunjukkan sikap sosial yang baik guna melanjutkan hubungan yang lancar dengan orang lain. Sikap sosial yang baik tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa 121 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sesuai analisa data penelitian diperoleh bahwa minat belajar siswa mempunyai pengaruh secara parsial sebesar 0.119 atau 11.9%

Lebih terperinci

BAGIAN 1 Jiwa Peduli Jiwa Relawan

BAGIAN 1 Jiwa Peduli Jiwa Relawan BAGIAN 1 Jiwa Peduli Jiwa Relawan Menumbuhkan Sifat Peduli Sejak Dini Menurut pemahaman saya menciptakan kepedulian dalam diri seseorang berawal dari keluarga yaitu dengan mendapatkan pendidikan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan yang religius pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor kunci yang memegang peranan terbesar dalam kemajuan suatu bangsa dan peradaban. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pola Pendidikan Karakter Pada Peserta didik di MTs Salafiyah Wonoyoso Buaran Pekalongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan HOS Notosuwiryo nomor 1 Desa Teluk kecamatan Purwokerto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. jalan HOS Notosuwiryo nomor 1 Desa Teluk kecamatan Purwokerto Selatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SMP Negeri 7 Purwokerto merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berstatus negeri di Kabupaten Banyumas, tepatnya berada di jalan HOS Notosuwiryo nomor 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang makin maju dan sejahtera, namun yang terjadi pada bangsa Indonesia justru nilai-nilai dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah shalat dalam membina kepribadian siswa di SMA merupakan program yang dirancang sebagai

Lebih terperinci

Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki. Niken Andalasari

Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki. Niken Andalasari Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki Niken Andalasari Cinta? Seorang psikolog asal Amerika Serikat, Ashley Montagu mendefinisikan cinta: Cinta sebagai sebuah perasaan memperhatikan, menyayangi dan menyukai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban kegiatan Kuliah Kerja Nyata Alternatif Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Periode LI, yang bertempat di Masjid Baabul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar bukan hanya karena ukuran wilayahnya yang luas dan kondisi kekayaan alamnya yang melimpah melainkan juga bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI

BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI A. Analisis Ketercapaian Standar Isi Mata Pelajaran Al-qur an Hadits Semester II kelas V MI 1. Analisis Ketercapaian Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perilaku prososial mulai jarang ditemui. Seiring dengan semakin majunya teknologi dan meningkatnya mobilitas, masyarakat terbiasa dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 100 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama hampir dua bulan di Sekolah Dasar Negeri 2. Pada bab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Metode Pembelajaran Guru Fiqih Dalam Pembentukan Nilai-Nilai. Tanggung Jawab Siswa di MTsN Karangrejo Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Metode Pembelajaran Guru Fiqih Dalam Pembentukan Nilai-Nilai. Tanggung Jawab Siswa di MTsN Karangrejo Tulungagung. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Metode Pembelajaran Guru Fiqih Dalam Pembentukan Nilai-Nilai Tanggung Jawab Siswa di MTsN Karangrejo Tulungagung. Metode merupakan sebuah cara yang akan dilaksanakan

Lebih terperinci

PEDOMAN HIDUP ISLAMI (PHI) WARGA MUHAMMADIYAH. Drs. H. Gunarto Muchsin

PEDOMAN HIDUP ISLAMI (PHI) WARGA MUHAMMADIYAH. Drs. H. Gunarto Muchsin PEDOMAN HIDUP ISLAMI (PHI) WARGA MUHAMMADIYAH Drs. H. Gunarto Muchsin Islam Tentang Kehidupan Hakekat Islam Agama untuk berserah diri semata-mata kepada Allah (Qs. An Nisa (4): 125) Agama semua nabi (Qs.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY Pertemuan Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Sumber/ Bahan 1 Menyepakati kontrak belajar Orientasi a. Memperkenalkan diri mahasiswa dan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA DI SD MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SKRIPSI

PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA DI SD MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SKRIPSI PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA DI SD MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN Setelah penelitian mengumpulkan data dari hasil penelitian, yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data dokumentasi maka selanjutnya peneliti akan melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru. Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin

Lebih terperinci

PROFIL KADER MUHAMMADIYAH. Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah

PROFIL KADER MUHAMMADIYAH. Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah PROFIL KADER MUHAMMADIYAH Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Apa yang dimaksud Kader Elite: Bagian yang terpilih & yang terbaik karena telah terlatih Inti tetap suatu resimen

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA - 971 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data penelitian disajikan untuk mengetahui karakteristik data pokok berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Data ini dikumpulkan dari Unit Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi belajar sangat berperan dalam mencapai tujuan belajar. Tanpa adanya motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh maka ia tidak akan dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam 148 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab IV, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan. Secara umum, kesimpulan ini berkaitan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme Sultan Mahmud Badaruddin II yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme Sultan Mahmud Badaruddin II yang BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran sejarah dengan mengintegrasikan nilai-nilai patriotisme Sultan Mahmud Badaruddin II yang dilakukan oleh peneliti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dewasa ini merupakan kegiatan yang tidak asing lagi, apalagi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dimaksudkan untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Empati merupakan respon afektif yang berasal dari pemahaman kondisi emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali)

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sukun Malang mempunyai perbedaan dalam segi aspek-aspeknya. aspek yang masih membutuhkan bimbingan. lain melalui film yang dia lihat.

BAB V PENUTUP. Sukun Malang mempunyai perbedaan dalam segi aspek-aspeknya. aspek yang masih membutuhkan bimbingan. lain melalui film yang dia lihat. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Empati pada anak prasekolah di TK Permata Iman 3 Sukun Malang Empati yang berkembang pada subjek di TK Permata

Lebih terperinci

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL Nama Sekolah Alamat Cabang Daerah Nama Kasek : Mandailing Natal Petunjuk : Berikan

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR (Studi Kasus Semua Guru Selain Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Colomadu, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi 99 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini. Cakupan tersebut antara lain latar belakang masalah, rumasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu peranan penting dalam proses pembelajaran matematika di sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika merupakan

Lebih terperinci