PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh"

Transkripsi

1 1 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh Hadijah Mohamad Pembimbingv I : Dr. Yusuf Jafar M.Pd Pembimbing II : Dra. Dajani Suleman M.Hum ( Mahasiswa Program Studi S1-PGSD ) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilakukan secara bertahap, dengan alat pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Yang menjadi aspek dalam penelitian ini adalah ekspresi, penghayatan, lafal dan intonasi dalam drama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V dapat diterapkan. Hasil secara keseluruhan siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 4 orang atau 20% dan yang tidak dapat menerapkan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango dapat diterapkan. Kata kunci: Drama, Role Playing.

2 2 PENDAHULUAN Bahasa merupakan media komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Fungsi utama bahasa yaitu sebagai media komunikasi. Kita menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Selain itu, bahasa juga merupakan suatu keterampilan. Dengan demikian setiap orang dituntut untuk terampil berbahasa. Menurut Santoso (dalam Dani 2013) mengatakan bahwa model Role Playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata lain bahwa model pembelajaran Role Playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar. Menyadari bahwa bermain drama dalam proses belajar mengajar perlu dikembangkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada siswa tersebut unutuk aspek berbicara, maka guru perlu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk dapat memberanikan diri ke depan kelas dengan metode Role Playing. Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango, bahwa dalam bermain drama ada beberapa metode pembelajaran yang menarik bagi siswa yakni, metode Role Playing yang sangat cocok untuk diterapkan di SD. Dari pengalaman guru melaksanakan kegiatan pembelajaran bermain peran sebagian siswa harus diberi petunjuk atau pegangan berupa naskah dalam mengungkapkan kata/kalimat yang harus dibicarakan dan diceritakan barulah siswa tersebut dapat mengungkapkan kata ataupun kalimat yang diharapkan. Karena sebagian siswa masih kurang rasa percaya diri ataupun adanya perasaan takut pada diri siswa. Berdasarkan pengalaman tersebut, guru perlu mengubah metode selama ini digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan metode Role Playing.

3 3 Dari uraian yang telah dikemukakan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan metode Role Playing dalam bermain Drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. PEMBAHASAN 2.1 Hakekat Metode Role Playing Pengertian Metode Role Playing Menurut Santosa (2010 : 18) bahwa bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antarmanusia. Dengan metode Role Playing (bermain peran) siswa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu. Senada dengan itu, menurut Maufur (2009 : 57) metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Menurut Wahab (2009 : 109) bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Bermain peran dapat menciptakan situasi belajar yang berdasarkan pada pengalaman dan menekankan dimensi tempat dan waktu sebagai bagian dari materi pelajaran. Bermain peran memberikan kemungkinan kepada para murid untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Melalui bermain peran, emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok Tujuan Metode Role Playing Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia. Menurut Santosa (2010 : 18) tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat: (a) memahami perasaan orang lain, (b) menempatkan diri dari situasi orang lain, (c) mengerti dan menghargai perbedaan pendapat. Dengan demikian peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan,

4 4 mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Siswa tersebut juga bisa belajar watak dari orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya sendiri Langkah-Langkah Metode Role Playing Metode Role Playing (bermain peran) merupakan cara terbaik untuk memperkuat kecenderungan perilaku berulang termasuk dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Menurut Maufur (2009 : 58-59) langkah-langkah metode Role Playing (bermain peran) adalah sebagai berikut : 1. Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar. 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. 6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan. 7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas. 8. Guru memberikan kesimpulannya secara umum. 9. Evaluasi. 10. Penutup Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing Dalam penggunaan metode bermain peran, pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Maufur (2009 : 57-58) Kelebihan metode Role Playing (bermain peran) yaitu : 1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. 2) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

5 5 3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda. 4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan. 5) Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Walalupun metode ini banyak memberi kelebihan dalam penggunaannya tetapi metode ini juga mengandung kelemahannya. Menurut Wahab (2009 : 111) kelemahan metode bermain peran yaitu : 1) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sungguh-sungguh. 2) Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasanan kelas tidak mendukung. 3) Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkannya. 4) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya. 5) Bermain memakan waktu yang banyak. 6) Untuk berjalan baiknya sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerjasama dengan baik Penerapan Metode Role Playing dalam Bermain Drama Guru menerapkan metode Role Playing dalam bermain drama kepada siswa dengan tiga aspek penilaian yang harus diterapkan dalam drama yaitu ekspresi, penghayatan, dan lafal/intonasi. Ketiga aspek ini yang harus siswa kuasai saat bermain drama didepan kelas dengan menggunakan metode Role Playing. Penerapan metode Role Playing dapat diterapkan dengan langkahlangkah sebagai berikut. Menurut Maufur (2009 : 58-59) langkah-langkah

6 6 metode Role Playing (bermain peran) yaitu (1). Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. (2). Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar. (3). Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. (4). Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. (5). Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. (6). Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan. (7). Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas. (8) Guru memberikan kesimpulannya secara umum. (9). Evaluasi. (10). Penutup. 2.2 Hakekat Drama Pengertian Drama Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama, Wiyanto (Dalam Ewink 2012). Senada dengan itu, menurut Hermawan (dalam Faisal 2009 : 15) drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton Unsur-Unsur Drama Menurut kosasih (2012 : ) Drama meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Plot Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuju suatu akhir. Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi. a. Eksposisi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan

7 7 konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan adakalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu. b. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dan mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menaggulangi rintangan-rintangan ini. c. Resolusi hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya didalam komlikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks. Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh. 2. Penokohan Tokoh-tokoh dalam drama diklasifikasikan sebagai berikut: a. Tokoh gagal atau tokoh badut. Tokoh ini mempunyai pendirian yang bertentangan dengan tokoh lain. Kehadiran tokoh ini berfungsi untuk menegaskan tokoh lain itu. b. Tokoh idaman. Tokoh ini berperan sebagai pahlawan dengan karakternya yang gagah, berkeadilan atau terpuji. c. Tokoh statis. Tokoh ini memiliki peran yang tetap sama, tanpa perubahan, mulai dari awal hingga akhir cerita. d. Tokoh yang berkembang. Tokoh ini mengalami perkembangan selama cerita itu berlangsung. 3. Dialog Dalam drama, percakapan atau dialog haruslah memenuhi, dua tuntutan yaitu: a. Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi diluar panggung selama cerita itu berlangsung, dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan diatas pentas. b. Dialog yang diharapkan diatas pentas lebih tajam dan terbit daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu sajah, para tokoh harus

8 8 berbicara jelas dan tetap tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah. 4. Latar Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama. a. Latar tempat, yaitu menggambarkan tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di meja makan. b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus c. Latar suasana/budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatarbelatangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama misalnya dalam budaya masyarakat Betawi, Melayu, Sunda. 3.1 Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 6 Bulango Selatan. SDN 6 Bulango Selatan merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Bulango Selatan,yang dipimpin oleh Ibu. Rislayanti Ishak S.Pd M.M. SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan. Irigasi Lomaya Tapa Desa Mekar jaya yang merupakan pemekaran dari Desa Huntu Utara, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Sekolah ini didirikan pada tahun 1975 dengan nama SD 1 Huntu Utara, Kemudian Pada tahun 2006 sekolah ini berubah nama menjadi SD Inpres Huntu Utara dan akhirnya pada tahun 2010 sekolah ini berganti nama menjadi SDN 6 Bulango Selatan, yang terletak di desa Mekar Jaya, Huntu Barat. Di dasarkan pada Surat Keputusan Pemerindah Daerah No pada tanggal 15 Desember pada masa kepemimpinan Kepala Sekolah yang hingga sekarang ini masih menjabat yaitu Ibu Rislayanti Ishak, S.Pd M.M. Gedung sekolah SDN 6 Bulango Selatan dapat di kategorikan gedung permanen, yang mmiliki halaman terbatas. Sekolah SDN 6 Bulango Selatan memiliki 12 guru, 9 PNS, 3 Honorer dan jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas VI berjumlah 131 siswa. Sekolah SDN 6 Bulango Selatan memiliki 6 ruang belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang dewan guru, 1 ruang

9 9 perpustakaan, 1 ruang UKS, Selain memiliki ruangan tersebut, SDN 6 Bulango Selatan, memiliki WC dan kamar mandi yang lengkap, serta kantin sekolah. 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, karena peneliti ingin mengetahui dan menggambarkan penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. Pada kegiatan penelitian jenis ini dilakukan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk dapat mengumpulkan data-data yang valid, sehingga akan diketahui penerapan metode Role Playing dalam bermain drama. 3.2 Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peran peneliti sangat penting karena peneliti sebagai pengamat penuh atau partisipan aktif dalam pelaksanaan penelitian. Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh subjek penelitian, yaitu untuk mengamati bagaimana penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. 3.3 Data dan Sumber Data Data yang dibutuhkan adalah semua komponen yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu data yang diambil langsung dari lokasi penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dengan guru kelas V dan siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango mengenai penerapan metode Role Playing dalam bermain drama. 3.4 Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu : Observasi Wawancara Dokumentasi

10 Pengecekan Keabsahan Data Tujuan dilakukan pengecekan keabsahan data adalah untuk mengetahui keabsahan data yang terkumpul. Untuk mendapatkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data, maksudnya untuk mengetahui tingkat kebenaran data yang diperoleh dari sumber data. 3.7 Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan informasi lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Peneliti menggunakan data dari hasil observasi dan wawancara di SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango yaitu dengan mengamati segala sesuatu yang ada di SD tersebut seperti, siswa dan guru. 3.8 Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan tahap-tahap penelitian yaitu: Penelitian Pendahuluan Pengembangan desain Penelitian Sebenarnya Penulisan Laporan Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh siswa dari masing-masing aspek penilaian yaitu ekspresi, penghayatan dan lafal/intonasi. Pada aspek ekspresi yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 11 orang atau 55%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 8 orang atau 40%, dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 1 orang atau 5%. Kemudian pada aspek penghayatan siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 9 orang atau 45 %, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 10 orang atau 50% dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 1 orang atau 5%. Dan pada aspek lafal/intonasi siswa yang dapat bermain drama melalui

11 11 penerapan metode Role Playing bejumlah 12 orang atau 60%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 6 orang atau 30% dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing bejumlah 2 orang atau 10%. Sesuai dengan hasil diatas kemampuan siswa dalam bermain drama dengan metode Role Playing secara keseluruhan pada ketiga aspek yaitu ekspresi, penghayatan dan lafal/intonasi pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan yaitu siswa yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 4 orang atau 20 %, dan siswa yang tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%. PENUTUP Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V mengalami peningkatan. Dari hasil secara keseluruhan pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan yang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 14 orang atau 70%, siswa yang kurang dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 4 orang atau 20% dan tidak dapat bermain drama melalui penerapan metode Role Playing berjumlah 2 orang atau 10%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Role Playing dalam bermain drama pada siswa Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango sudah mampu bermain drama. Saran 1. Kepada Guru Sebaiknya guru menjelaskan materi kepada siswa harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai akan berhasil. Karena kemampuan siswa berbeda-beda hendaknya guru memperhatikan setiap siswa dan melakukan pendekatan secara individual.

12 12 2. Kepada Siswa Sebaiknya siswa memperhatikan apa yang telah dijelaskan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Agar siswa dapat memahami dengan baik apa yang telah dijelaskan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi Drama Pendek. DAFTAR PUSTAKA Faisal, Muhammad Kajian Bahasa Indonesia SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Kosasih Dasar-dasar Keterampilan Bersastra.bandung: Yrama Widya. Maufur, Hasan Fauzi Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang: PT.Sindu Press. Markhumah, Siti Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Metode Bermain Peran. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Mokodongan, Debie Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Teknik Role Playing pada Siswa Kelas I. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. Rosdiana, Yusi Bahasa dan Sastra Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Santosa, Puji Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Wahab, Abdul Aziz Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alvabeta. Aladzaniart Jenis-Jenis Drama. (online), Diakses19 Maret Patria, Bekti Teknik Bermain Drama. (online), Diakses 9 Juni Ewink Pengertian Drama. (online), ahli.html.diakses19 Maret Dani Role Playing Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Inovatif Bahasa Dan Sastra. Artikel. (online),

13 13 Diakses 9 Juni Qitri Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif. (online). Diakses 9 Juni Khusnul, Asma Metode Dan Teknik Pengumpulan Data. (online). Diakses 9 Juni Buyungchem Efektivitas Pengajaran Drama Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas Xi Smu Negeri 07 Makassar. (online). meng-gunakan-metode-bermain-peran-pada-siswa-kelas-xi-smu-negeri-07- makassar/. Diakses 9 Juni 2013.

BAB II KAJIAN TEORITIS. memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah

BAB II KAJIAN TEORITIS. memahami apa yang ia pelajari. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan salah BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakekat Metode Role Playing 2.1.1 Pengertian Metode Role Playing Pada dasarnya pembelajaran harus sebisa mungkin terwujud dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan keaktifan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN No. 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maimun Ladiku (2008) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE ROLE PLAYING KELAS IV SDN 3 TOLINGGULA TENGAH KECAMATAN TOLINGGULA KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh WIWIN KARES YASIN NIM. 151

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango

BAB III METODE PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum 3.1.1.1 Sejarah Singkat SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tapa Jalan Abdullah Amu, Desa Keramat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang berhubungan dengan karya sastra drama pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang antara lain sebagai berikut. 1) Rahmi Samalu.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki 7 III. METODE PENELITIAN. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN NAGRAK LEMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Yudi Eka Suprapriyadi, M.Pd 1 Arip Ariyanto Purnomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini haruslah disadari benar, terutama oleh guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA MELALUI TEKNIK BERMAIN DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA MELALUI TEKNIK BERMAIN DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA MELALUI TEKNIK BERMAIN DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM ARTIKEL ILMIAH IMELDA NOFRIANI NPM 11080238 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN 2010-2011 Jenep Hanapiah Suwadi Abstrak: Salah satu tujuan Mata Pelajaran

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA

KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA JURUSAN PENDIDIKAN GUTU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Wina Dwi Puspitasari 1) winadwi49@ymail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Belajar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Konflik Teks Drama dengan Menggunakan Metode Numbered Head Together dalam Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini 48 BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DENGAN MENERAPKAN METODE ROLE PLAYING (Bermain Peran) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN HIWAR SISWA DALAM BAHASA ARAB A. Deskripsi Setting

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGIDENTIFIKASI UNSUR - UNSUR DRAMA MELALUI MODEL JIGSAW DI KELAS V SDN II SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGIDENTIFIKASI UNSUR - UNSUR DRAMA MELALUI MODEL JIGSAW DI KELAS V SDN II SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGIDENTIFIKASI UNSUR - UNSUR DRAMA MELALUI MODEL JIGSAW DI KELAS V SDN II SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : USMAN AS. ALI Pembimbing I : Dr. Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : V (lima)/ II (dua) : 1 (satu) / siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : V (lima)/ II (dua) : 1 (satu) / siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Namasekolah Mata pelajaran Kelas Waktu Pertemuan : SDN 3 Cibodas : Bahasa Indonesia : V (lima)/ II (dua) : 4x35 menit : 1 (satu) / siklus I A. Standar Kompetensi Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama merupakan bagian dari kajian sastra. Maka muatan-muatan subtstansial yang ada dalam drama penting untuk digali dan diungkapkan serta dihayati. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bulango Selatan, SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan Irigasi Lamayo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bulango Selatan, SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan Irigasi Lamayo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1 Hasil Pengamatan Observasi SDN 6 Bulango Selatan merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Bulango Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu materi pelajaran yang sangat penting di Sekolah. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang membelajarkan siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM PEMBELAJARAN TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF PANTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA ARTIKEL

PENERAPAN MODEL BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM PEMBELAJARAN TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF PANTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA ARTIKEL PENERAPAN MODEL BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) DALAM PEMBELAJARAN TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF PANTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA ARTIKEL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Mengikuti

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dijadikan sebagai alat untuk memonitor perkembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah ataupun lingkungan untuk melakukan perubahan ke arah lebih baik. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Hakim (2000: 14), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk 5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum 3.1.1.1 Sejarah Singkat SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Tapa Jln. Abdullah Amu, Desa Keramat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi untuk mengaktifkan siswa. Belajar merupakan

Lebih terperinci

Oleh : Wawan Setiawan

Oleh : Wawan Setiawan MODEL PEMBELAJARA MEYIMAK DRAMA DEGA MEGGUAKA TEKIK BERMAI PERA PADA SISWA KELAS XI SMK ASSIDIQIYAH KARAGPAWITA GARUT TAHU PELAJARA 011/01 Oleh : Wawan Setiawan 101.054 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA MEMBERI TANGGAPAN DARI CERITA TEMAN DI KELAS III SDN 4 BONE KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh

KEMAMPUAN SISWA MEMBERI TANGGAPAN DARI CERITA TEMAN DI KELAS III SDN 4 BONE KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh KEMAMPUAN SISWA MEMBERI TANGGAPAN DARI CERITA TEMAN DI KELAS III SDN 4 BONE KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh Pebriyanti Madjadi 1. Pembimbing I Dra. Dajani Suleman, M.Hum 2. Pembimbing II Dr.Hj. Rusmin Husain,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Normala Is. Abd.Rahman. (Mahasiswa jurusan S1 PGSD)

KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Normala Is. Abd.Rahman. (Mahasiswa jurusan S1 PGSD) 1 KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO Normala Is. Abd.Rahman (Mahasiswa jurusan S1 PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Permasalahan dalam

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di SMA Negeri 2 Batu, pembelajaran sastra masih kurang maksimal untuk mengapresiasi pementasan drama. Hal ini terjadi karena dengan metode memutarkan video

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dulamayo Barat. Pada saat itu sebagai pimpinan sekolah adalah Bapak Usman Harun.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dulamayo Barat. Pada saat itu sebagai pimpinan sekolah adalah Bapak Usman Harun. 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 1 Dulamayo Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. SDN 1 Dulamayo Barat berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Biluhu Tengah Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding genre puisi atau genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDIALOG TEKS DRAMA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SRIBIT TAHUN PELAJARAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDIALOG TEKS DRAMA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SRIBIT TAHUN PELAJARAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERDIALOG TEKS DRAMA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SRIBIT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Puji Supadmi* ABSTRAK : Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa verbal atau lisan, baik dalam menyampaikan atau menerima informasi. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1. Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei 2014 69 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama sekolah : SD NEGERI CIPETE 1 Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/2 Alokasi waktu : 2 x 35 Menit Pertemuan : 1 Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Mei

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 1 KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2013/2014

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 1 KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2013/2014 1 NASKAH PUBLIKASI PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 1 KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2013/2014 Oleh: MARIANA EVA PRATIWI NIM. A54B111024

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran Belajar adalah proses perubahan tingkah laku, dari yang awalnya tidak tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne (Winataputra, 2005:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II Linna Perbowati 1), Rukayah 2), Hartono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutarmi 36 A, Surakarta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang 163 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menulis naskah drama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia menyebutkan bahwa fungsi utama bahasa adalah sarana peningkatan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan anak taman kanak-kanak (TK) mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Dalam hal ini inti kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INFO BERANTAI DALAM MENYAMPAIKAN PESAN PADA SISWA KELAS IV SDN 24 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

PENERAPAN TEKNIK INFO BERANTAI DALAM MENYAMPAIKAN PESAN PADA SISWA KELAS IV SDN 24 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO PENERAPAN TEKNIK INFO BERANTAI DALAM MENYAMPAIKAN PESAN PADA SISWA KELAS IV SDN 24 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Abstrak Saona Pembengo, Salma Halidu, Yusuf Jafar 1 Penelitian ini mengkaji masalah tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Agil Mirdiyanto¹, Joharman 2, Kartika Chrysti S 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen semu, sebelum diberikan perlakuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teoritis Sosiodrama adalah: Drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN PERAN DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 MAYONG KABUPATEN JEPARA TAHUN AJARAN 2008/2009

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN PERAN DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 MAYONG KABUPATEN JEPARA TAHUN AJARAN 2008/2009 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN PERAN DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 MAYONG KABUPATEN JEPARA TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses yang kompleks karena menyangkut berbagai faktor baik yang berasal dari diri guru, berasal dari diri siswa maupun yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan mengidentifikasi unsur cerita seperti tokoh, tema, latar dan amanat dari cerita anak yang dibaca merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci