ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI
|
|
- Irwan Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI OLEH: DWI AYU RAKHMAWATI ( ) DOSEN PEMBIMBING: ARDY MAULIDY NAVASTARA ST., MT. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
2 BAB I PENDAHULUAN FENOMENA UMUM: ALAM BERBENTURAN DENGAN DUNIA BISNIS (DJAJADININGRAT, 2004) SISTEM LINIER PADA PROSES PRODUKSI GULA DI PG TULANGAN (DEWI, 2014) SUSTAINABLE DEVELOPMENT MENGINTEGRASIKAN ASPEK EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN (MANGKUSUBROTO, 2004) SISTEM INDUSTRI PADA KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN BELUM DAPAT MENGINTEGRASIKAN ASPEK SUSTAINABLE DEVELOPMENT (DEWI, 2014) SIMBIOSIS INDUSTRI ADALAH KERJASAMA ANTAR INDUSTRI BERBEDA YANG DAPAT MENINGKATKAN KEUNTUNGAN (SWANTOMO, 2007) PERMASALAHAN DI PG TOELANGAN : 1. USIA MESIN PRODUKSI CUKUP TUA 2. JUMLAH PEKERJA YANG BANYAK 3. BIAYA OPERASIONAL TINGGI 4. KERUGIAN SEBESAR 6 MILIAR TAHUN 2012 (ADMINISTRATOR PG TOELANGAN, 2012) TERDAPAT INDIKASI POTENSI UNTUK DITERAPKAN SIMBIOSIS INDUSTRI
3 RUMUSAN PERMASALAHAN Sustainable development menitikberatkan pada proses keterkaitan antara tiga aspek penting dalam pengembangan kawasan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Salah satu konsep dalam sustainable development adalah simbiosis industri Dengan terintegrasinya ketiga aspek tersebut, maka akan tercipta pola siklus pada kawasan industri Terdapat potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kawasan industri gula Tulangan dengan konsep simbiosis industri PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimana arahan pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri.
4 TUJUAN Menentukan arahan pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri SASARAN 1. Mengidentifikasi aliran bahan baku industri turunan simbiosis industri gula 2. Menganalisa tingkat prioritas faktor pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri. 3. Merumuskan arahan pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri
5 KECAMATAN TULANGAN
6 KONSEPTUALISASI TEORI SUSTAINABLE DEVELOPMENT AGLOMERASI INDUSTRI INDUSTRI GULA: 1. INDUSTRI DASAR (HULU) 2. INDUSTRI PRIMER SIMBIOSIS INDUSTRI ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI KARAKTERISTIK SIMBIOSIS INDUSTRI 1. KEBUTUHAN LAHAN INDUSTRI 2. MATERIAL MURNI 3. AKSESIBILITAS 4. SUMBER DAYA MANUSIA 5. MEDIA & SISTEM KOMUNIKASI-INFORMASI 6. INTEGRASI STAKEHOLDER 7. FASILITAS & UTILITAS 8. ORGANISASI MANAJEMEN KAWASAN 9. DESAIN & PENATAAN RUANG 10. MITIGASI BENCANA
7 FAKTOR DAN VARIABEL
8
9
10 PENDEKAT AN PENELITIA N Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik JENIS PENELITIA N Jenis penelitian ini adalah deskriptif POPULASI DAN SAMPEL PURPOSIVE SAMPLING
11 METODE ANALISA
12 TAHAPAN PENELITIAN TAHAP PERUMUSAN MASALAH PENENTUAN VARIABEL DAN PENGUMPULAN DATA SISTEM INDUSTRI GULA BELUM BERKELANJUTAN TUJUAN: MERUMUSKAN ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA MELALUI KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI PENGUMPULAN DATA TINJAUAN PUSTAKA KOMPONEN PENGEMBANGAN KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI TAHAPAN ANALISA ANALISA METABOLISME INDUSTRI PENENTUAN JENIS INDUSTRI TURUNAN FAKTOR PENGEMBANGAN SIMBIOSIS INDUSTRI GULA AHP
13 TAHAPAN PENELITIAN (LANJUTAN) ANALISA INDUSTRI TURUNAN PRIORITAS FAKTOR PENGEMBANGAN EXPERT JUDGMENT PENUTUP ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI
14
15 KETENAGAKERJAA N Musiman/Kontrak/PK WTT 60% Outsourcing 6% Gol. III-IV 4% Gol. I-II 18% Kampanye 12% KEBUTUHAN TENAGA KERJA SANGAT BANYAK SEHINGGA PENGELUARANNYA JUGA BESAR KAPASITAS PRODUKSI RENDAH, NAMUN MENGALAMI PENINGKATAN DARI TAHUN SEBELUMNYA PRODUKTIVITAS GULA
16 ANGKA PRODUKSI Tebu (ribu ton) Luas (Ha) Produktivitas Tebu (ton/ha) Produktivitas Tebu (ton/ha)
17 BAHAN BAKU HASIL SAMPING KEBUTUHAN TEBU 1400 TON/HARI GAMPING 1,3875 TON/HARI BELERANG 0,6875 TON/HARI AS FOSFAT 0,1 TON/HARI FLOCULANT 3,75 KW KUALITAS RENDEMEN TEBU 7,79% ,16 ton kg
18 PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PLN 412 KVA/BULAN GENERATOR KVA/BULAN PANAS KETEL 35 TON PENGGUNAAN AIR KG ENERGI PANAS KG AIR BAWAH TANAH AIR PERMUKAAN m m 3
19 PABRIK JARINGAN LISTRIK F PENUNJANG SUDAH SESUAI DENGAN PEDOMAN TEKNIS MENTERI PERINDUSTRIAN TRANSPORTASI A S I L I T A S U T I L I T A S TELEKOMUNIKASI PEMBUANGAN LIMBAH DRAINASE
20 IDENTIFIKASI ALIRAN BAHAN BAKU Industri Gula Bahan Baku : Tebu Kebutuhan Baku : ton Kapasitas Produksi : 1400 ton/hari Kertas Industri Bioetanol Bahan Baku : Tetes Tebu Kebutuhan Baku : ,16 ton Kapasitas Produksi : 2000 liter/hari Produktivitas : rupiah/ton Industri Kertas Bahan Baku : Ampas Tebu Kebutuhan Baku : 68,31 ton Kapasitas Produksi : 190 kg/hari Produktivitas : rupiah/ton Bioetanol Energi Panas Industri Biogas Bahan Baku : Vinasse Kebutuhan Baku : 7,453 ton Kapasitas Produksi : l/hari Produktivitas : rp/ton Industri Pupuk Bahan Baku : Limbah Kertas dan Biogas (lumpur), Blotong, Abu Ketel Pupuk Listrik Perkebunan Tebu
21 ANALISA SKALA FAKTOR PRIORITAS SKALA PRIORITAS TINGGI SKALA PRIORITAS RENDAH SKALA PRIORITAS SEDANG ORGANISASI MATERIAL MANAJEMEN MURNI MITIGASI SDM BENCANA DESAIN KEBUTUHAN LINGKUNGAN LAHAN KERJASAMA FASILITAS DAN STAKEHOLDER UTILITAS AKSESIBILITAS MEDIA SISTEM INFORMASI
22 ANALISA PERUMUSAN ARAHAN SPESIFIKASI ISU DAN PERMASALAHAN PENGGUNAAN LAHAN 660,2 M 2 LAHAN BELUM OPTIMAL DOMINASI LAND USE SEBAGAI SAWAH DAN PERMUKIMAN TENAGA KERJA PRODUKTIVITAS GULA LAHAN TEBU TEBU HASIL SAMPING PENGGUNAAN ENERGI & AIR KEBUTUHAN TINGGI, KUALITAS MASIH RENDAH TEKNOLOGI MESIN RENDAH LUASAN LAHAN MENURUN 35% TEBU TIDAK TERGILING PUPUK HASIL OLAHAN LIMBAH TIDAK LAKU BELUM ADA EFISIENSI PENGGUNAAN
23 TABEL EKSPLORASI VARIABEL EKSPLORASI ARAHAN YANG BELUM KONSENSUS Variabel Ketersediaan Bahan Baku Standar Ukuran Kawasan Industri Karakteristik Masyarakat Sekitar Keterangan: R1: Bpk Tri Hariono R2: Bpk Dadung Tifano R3: Ibu Noer Hariani R4: Bpk Yudi Widianto R5: Bpk Sandi Gunawan Arahan Menyediakan bahan baku melalui perluasan areal perkebunan tebu di sekitar kawasan industri gula agar mempermudah jangkauan tebu Menetapkan standar ukuran kawasan simbiosis industri berdasarkan kebutuhan pertukaran material dan energi pada kawasan simbiosis industri Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat sekitar atas kondisi lingkungan industri di sekitarnya melalui program pelatihan/ training terkait konsep pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat Responden R1 R2 R3 R4 R5 TS TS S S TS S TS S S S S TS TS S S
24 TABEL HASIL EKSPLORASI VARIABEL ARAHAN UNTUK ITERASI TAHAP 1 Variabel Arahan Keterangan Standar Ukuran Kawasan Industri Ketersediaan Bahan Baku Karakteristik Masyarakat Sekitar Menetapkan standar ukuran kawasan industri berdasarkan kebutuhan pertukaran material dan energi pada kawasan simbiosis industri Rekayasa genetik penanaman tebu pada lahan kering dan tidak produktif Mengadakan sosialisasi dan penyuluhan dengan pendekatan psikologi secara berkala Belum konsensus Variabel Baru
25 TABEL HASIL ITERASI 1 Variabel Ketersediaan Bahan Baku Standar Ukuran Kawasan Industri Karakteristik Masyarakat Sekitar Arahan Menyediakan bahan baku melalui rekayasa genetik tanaman tebu sehingga dapat tumbuh subur walaupun ditanam pada lahan kering sekalipun. Di daerah lain, rekayasa genetik ini dilakukan untuk mengembangkan produksi tebu pada lahan yang kering sehingga tebu akan senantiasa panen walaupun tidak pada masa panen seperti biasanya. Menetapkan standar ukuran kawasan simbiosis industri berdasarkan kebutuhan pertukaran material dan energi pada kawasan simbiosis industri Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat sekitar atas kondisi lingkungan industri di sekitarnya melalui program pelatihan/ training terkait konsep pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mengembangkan Responden R1 R2 R3 R4 R5 S S S S S S S S S S S S S S S
26 ARAHAN DENGAN TINGKAT PRIORITAS TINGGI KETERSEDIAAN BAHAN BAKU VOLUME HASIL SAMPING JENIS PENGGUNAAN ENERGI MENYEDIAKAN BAHAN BAKU MELALUI REKAYASA GENETIK TANAMAN TEBU SEHINGGA DAPAT TUMBUH SUBUR WALAUPUN DITANAM PADA LAHAN KERING SEKALIPUN. DI DAERAH LAIN, REKAYASA GENETIK INI DILAKUKAN UNTUK MENGEMBANGKAN PRODUKSI TEBU PADA LAHAN YANG KERING MEMANFAATKAN SEHINGGA TEBU HASIL AKAN SAMPING SENANTIASA DARI KEGIATAN PANEN INDUSTRI WALAUPUN SEBAGAI TIDAK BAHAN PADA MASA BAKU PANEN INDUSTRI SEPERTI LAIN, SEPERTI: BIASANYA MENGGUNAKAN HASIL SAMPING AMPAS TEBU UNTUK BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS MEMBANGUN INSTALASI PENYULINGAN BIOETHANOL UNTUK MENGOLAH HASIL SAMPING TETES TEBU MEMANFAATKAN LIMBAH LUMPUR DARI LIMBAH PABRIK BIOETHANOL SEBAGAI BAHAN BAKU PABRIK BIOGAS MENGOLAH KEMBALI LIMBAH PABRIK KERTAS, PABRIK BIOGAS, SERTA LIMBAH PABRIK GULA MENGGUNAKAN BERUPA ABU DAN ENERGI BLOTONG TERBARUKAN SEBAGAI DARI BAHAN HASIL SAMPING BAKU PEMBUATAN DENGAN MENDIRIKAN PUPUK ORGANIK BIODIGESTER GUNA MENGHASILKAN LISTRIK DAN ENERGI PANAS YANG DIPERLUKAN DALAM PROSES PENGOLAHAN INDUSTRI GULA, INDUSTRI KERTAS, INDUSTRI BIOETHANOL, INDUSTRI BIOGAS, DAN INDUSTRI PUPUK
27 ARAHAN DENGAN TINGKAT PRIORITAS TINGGI KUALITAS DAN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS TENAGA KERJA DENGAN MEMBENTUK SUSTAINABLE LABOR COMMUNITY BAGI PEKERJA. SUSTAINABLE LABOR COMMUNITY DAPAT DICAPAI MELALUI PELATIHAN DAN UPAYA-UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA KERJA UNTUK TERUS BERINOVASI
28 ARAHAN DENGAN TINGKAT PRIORITAS SEDANG MENYEDIAKAN LAHAN KAWASAN SIMBIOSIS KETERSEDIAAN LAHAN STANDAR UKURAN KAWASAN INDUSTRI TINGKAT PARTISIPASI PEMERINTAH KARAKTERISTIK MASYARAKAT SEKITAR TINGKAT KEPERCAYAAN PELAKU INDUSTRI INDUSTRI GULA YANG TERINTEGRASI DENGAN MEMBUKA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDIRIKAN INDUSTRI TURUNAN DENGAN KEBUTUHAN LAHAN MASING-MASING MENETAPKAN INDUSTRI STANDAR MINIMAL UKURAN 1,34 HA KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI BERDASARKAN KEBUTUHAN PERTUKARAN MATERIAL DAN ENERGI PADA MENINGKATKAN KAWASAN PARTISIPASI SIMBIOSIS PEMERINTAH INDUSTRI GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI MELALUI PEMBERIAN INSENTIF DAN PENGHARGAAN (AWARD) BAGI INDUSTRI YANG MELAKUKAN EFISIENSI SUMBER DAYA ALAM PADA PROSES PRODUKSI AGAR DAPAT MENDORONG PELAKU-PELAKU INDUSTRI LAIN UNTUK LEBIH MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN PEDULI TERHADAP LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT SEKITAR ATAS KONDISI LINGKUNGAN INDUSTRI DI SEKITARNYA MELALUI SOSIALISASI DAN PENYULUHAN DENGAN MENCIPTAKAN KONDISI DAN SUASANA KERJASAMA PENDEKATAN PSIKOLOGI SECARA BERKALA YANG BAIK ANTAR PELAKU INDUSTRI YANG TERLIBAT, MAKA TUNTUTANNYA ADALAH DENGAN MEWUJUDKAN KONSEP GOOD CORPORATE GOVERNANCE YANG DAPAT MENDORONG SUATU KETERBUKAAN (TRANPARANSI) DALAM SETIAP
29 ARAHAN DENGAN SKALA PRIORITAS RENDAH KERJASAMA ANGGOTA ORGANISASI KETERSEDIAAN ORGANISASI KETERSEDIAAN HYDRAN KEBAKARAN JARAK AMAN ANTAR BANGUNAN KETERSEDIAAN IPAL LUAS RTH MENCIPTAKAN ORGANISASI MANAJEMEN DENGAN DESAIN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA DAPAT MENGAKOMODIR PARA ANGGOTANYA AGAR DAPAT BEKERJASAMA DENGAN BAIK MELALUI PENGGALIAN KEBERSAMAAN DAN PELIBATAN SEMUA ANGGOTA ORGANISASI/ KELOMPOK DALAM KESELURUHAN SISTEM MEMBENTUK DAN MANAJEMEN ORGANISASI KAWASAN MANAJEMEN SIMBIOSIS DARI ANGGOTA PERWAKILAN INDUSTRI MASING-MASING INDUSTRI UTAMA DAN TURUNAN YANG BERTUGAS SEBAGAI ADMINISTRATOR KONTRAK PERTUKARAN DUKUNGAN PELAYANAN DAN FASILITAS PADA MENEMPATKAN KAWASAN HYDRAN SIMBIOSIS KEBAKARAN INDUSTRI DENGAN JARAK 100 METER PADA TEMPAT YANG MUDAH DILIHAT DAN DIJANGKAU OLEH PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN MENETAPKAN JARAK BEBAS SAMPING DAN BELAKANG MINIMUM 4 METER PADA MASING-MASING BANGUNAN MELAKUKAN SISTEM GREYWATER ATAU SISTEM PENGOLAHAN AIR SEHINGGA DAPAT DIGUNAKAN KEMBALI MENINGKATKAN LUASAN RTH DALAM KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI DENGAN PROSENTASE SEBESAR 9% DARI TOTAL LUAS KAWASAN INDUSTRI
30 ARAHAN DENGAN SKALA PRIORITAS RENDAH JENIS DAN JUMLAH UTILITAS JENIS DAN JUMLAH FASILITAS KETERSEDIAAN SAR- PRAS TRANSPORTASI KETERSEDIAAN JAR. KOMUNIKASI MENYEDIAKAN DAN MENINGKATKAN JARINGAN UTILITAS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN SIMBIOSIS INDUSTRI GULA, SEPERTI: MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN DRAINASE AGAR DAPAT DIGUNAKAN KEMBALI DENGAN MELALUI PROSES PENGOLAHAN TERLEBIH DAHULU MEMBANGUN INSTALASI JARINGAN LISTRIK DARI PENGOLAHAN BIOGAS PADA BIODIGESTER KEPADA INDUSTRI-INDUSTRI YANG LAIN MEMBANGUN INSTALASI PENYALURAN AIR MENGGUNAKAN OLAHAN DARI SISTEM KONSEP GREYWATER GREEN CONSTRUCTION IPAL MENUJU DENGAN INDUSTRI-INDUSTRI BENTUK GREEN BUILDING YANG LAIN PADA BANGUNAN-BANGUNAN INDUSTRI TURUNAN MENGGUNAKAN REL KERETA ATAU MENGGUNAKAN LOKOMOTIF UNTUK DISTRIBUSI BAHAN BAKU PADA KAWASAN INDUSTRI YANG BERDEKATAN MEMBANGUN SISTEM JARINGAN KOMUNIKASI YANG TERDIRI DARI TOOLS YANG AKAN MENDUKUNG TRANSAKSI PELAKSANAAN PERTUKARAN HASIL SAMPING ANTAR INDUSTRI DALAM KAWASAN DENGAN DATA-DATA PENGELOLAAN YANG BAIK
31 KESIMPULA N Hasil dari identifikasi jenis industri turunan pada industri gula di PG Toelangan ditemukan bahwa industri ini dapat bekerjasama dengan industri bioethanol, industri biogas, industri kertas, dan industri pupuk dengan angka produktivitas beragam yakni antara rupiah/ton dari limbah tetes, rupiah/ton dari vinase, dan rupiah/ton dari limbah ampas tebu. Didapatkan arahan pengembangan dengan tingkat prioritas tinggi berkenaan dengan jaminan ketersediaan bahan baku industri utama (gula), jaminan volume hasil samping bagi input industri turunan, jenis penggunaan energi yang ramah lingkungan, peningkatan kualitas dan jumlah tenaga kerja Arahan pada tingkat prioritas sedang terkait dengan ketersediaan lahan, standar ukuran kawasan industri, serta dukungan dan dorongan dari stakeholder terkait. Arahan pada tingkat prioritas rendah terkait dengan kerjasama antar industri, upaya pencegahan dan mitigasi bencana kebakaran, peningkatan kualitas pengolahan air limbah, pemenuhan standar RTH, peningkatan kualitas dan penyediaan utilitas pendukung, peningkatan kualitas fasilitas ramah lingkungan, penggunaan alat transportasi efisien dan ramah lingkungan, serta peningkatan jaringan telekomunikasi dalam rangka efisiensi pergerakan.
32 REKOMENDASI DAN SARAN Dapat memberikan gambaran dan masukan pada pemerintah setempat mengenai pengembangan kawasan industri gula yang berkelanjutan Memberikan input bagi pemerintah dalam perencanaan tata ruang di sekitar kawasan industri gula di Toelangan Memberikan gambaran bagi pelaku industri gula yang lain akan penggunaan konsep simbiosis industri ini pada industrinya agar tercipta industri gula yang berkelanjutan Memberikan kesadaran lingkungan bagi pemerintah, pelaku industri, serta masyarakat sekitar agar saling berintegrasi menciptakan lingkungan yang berkelanjutan Saran dari hasil penelitian Arahan pengembangan kawasan simbiosis industri gula di Toelangan ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan masukan dalam perencanaan dan pengembangan kawasan industri yang berkelanjutan bagi industri gula di Kabupaten Sidoarjo. Saran untuk studi lanjutan Diperlukan adanya penelitian lebih detil mengenai penentuan lokasi pengembangan dan perencanaan teknis kawasan secara menyeluruh pada masing-masing industri turunan yang akan dikembangkan. Penelitian lanjutan diharapkan menambahkan beberapa variabel tentang kelayakan secara ekonomi dan finansial terkait biaya pengembangan dan operasional.
33 Anonim Revitalisasi Industri Gula di Jawa Timur. Makro Ekonomi Regional. Jurnal Evaluasi Perkembangan Ekonomi, Perbankan & Sistem Pembayaran Jawa Timur Triwulan III Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Penerapan Konsep Eco Industrial Park (EIP) di Kawasan Industri Surya Cipta. Proposal Untuk Meningkatkan Citra dan Daya Saing Kawasan Industri. Pusat Teknologi Lingkungan. Chertow, Marian, et.al The Industrial Symbiosis Research Symposium at Yale: Advancing the Study of Industry and Environment. Yale School of Forestry and Enviromental Studies. Yale Publishing Services Center: Yale. Chertow, Marian Taking Action on Materials: Global Examples of By-Product Synergy. Yale University: Yale. Djajadiningrat, Surna T, Melia Famiola Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park). Penerbit Rekayasa Sains: Bandung. Isnaeni, Dwityas Perubahan Pola Aglomerasi Industri Manufaktur di Kabupaten Bekasi Antara Tahun 2002 dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia: Depok. Kristanto, Ir. Philip R Ekologi Industri. Penerbit ANDI: Yogyakarta. Luciana, Constantin, et.al Implementation of Industrial Ecosystem s Principles in Romania. International Symposium: Bucharest. Ometto, A. R, et.al The benefits of a Brazilian agro-industrial symbiosis system and the strategies to make it happen. Journal of Cleaner Production 15 (2007) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 Tentang Kawasan Industri. Roberts, Brian, Trevoer Kanaley Urbanization and Sustainability in Asia. Case
34 SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Prioritas Faktor Pengembangan Kawasan Industri Gula Toelangan Melalui Pendekatan Konsep Simbiosis Industri
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Prioritas Faktor Pengembangan Kawasan Industri Gula Toelangan Melalui Pendekatan Konsep Simbiosis Industri Dwi Ayu Rakhmawati
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciHISTORY OF ECO-INDUSTRIAL
HISTORY OF ECO-INDUSTRIAL 1898 - Robert Frosch (Journal Scientific American) Mengapa sistem industri tidak seperti ekosistem alam? 1972 - Harry Zhi Evan (Seminar + Journal for International Labour Review)
Lebih terperinciXI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU
XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DENGAN KLASTERISASI INDUSTRI KERTAS BERDASAR POTENSI SIMBIOSIS INDUSTRI GULA DAN KERTAS DI JAWA TIMUR
PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DENGAN KLASTERISASI INDUSTRI KERTAS BERDASAR POTENSI SIMBIOSIS INDUSTRI GULA DAN KERTAS DI JAWA TIMUR RYSKA ZARETTA N. NRP 3608 100 004 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso,
Lebih terperinciVolume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO
IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO SYAHMIDARNI AL ISLAMIYAH Email : syahmi1801@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang
Lebih terperinciJUDUL RUMUSAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR
JUDUL RUMUSAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR OLEH : NGAKAN GEDE ANANDA PRAWIRA 3610100004 DOSEN PEMBIMBING : PUTU GDE ARIASTITA ST., MT. JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciPenentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh
Penentuan dan Pengembangan Komoditas Unggulan Argoindustri sub Sektor Perkebunan Berbasis Sistem Inovasi Daerah di Provinsi Aceh Khairul Anshar 2510100706 Dosen Pembimbing: Putu Dana Karningsih, ST, M.Sc,
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT
PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST, MT. Radinia Rizkitania 3608100035 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciEkologi Industri Pengembangan Bioetanol Berbahan Dasar Limbah Pangan sebagai Salah Satu Bentuk Kemandirian Energi di Indonesia
Ekologi Industri Pengembangan Bioetanol Berbahan Dasar Limbah Pangan sebagai Salah Satu Bentuk Kemandirian Energi di Indonesia Agusta Samodra Putra *, Herlian Eriska Putra, Hari Rom Hariyadi, Djaenudin
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciNo. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,
Lebih terperinciTEBU. (Saccharum officinarum L).
TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor
Lebih terperinciOleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc
Oleh : CUCU HAYATI NRP. 3606 100 018 Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Lebih terperinciTugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP
Tugas Akhir PW 09-1333 Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit dikabupaten Siak-Riau Ikhlas Saily NRP 3607 100 027 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP PROGRAM
Lebih terperinciLAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: 5203013008 Lovitna Novia Puspitasari NRP: 5203013045 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk pangan maupun penyedia lapangan pekerjaan. Berbagai cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang menuju negara industri. Keberadaan industri dianggap mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk pangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan
Lebih terperinciSektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eco Industrial Park merupakan komunitas industri dan bisnis yang terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan pada peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor pertanian merupakan sektor penghasil devisa bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menghasilkan suatu barang. Pentingnya masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan salah satu faktor penting yang digunakan dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan. Produktivitas memberikan gambaran pada perusahaan dalam
Lebih terperinciPEMBAHASAN (Lanjutan..)
PEMBAHASAN (Lanjutan..) Analisis Komoditas Potensial Unggulan di Kabupaten Trenggalek Analisis Kriteria Penentu Pengembangan Agroindustri g di Kabupaten Trenggalek Analisis Perumusan Arahan Pengembangan
Lebih terperinciSTRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP
STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP PG PT KEBUN TEBU MAS NGIMBANG LAMONGAN JAWA TIMUR IR. WAYAN SUKASEDANA, M.M. 2016 PT KEBUN TEBU MAS SITUASI PERGULAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas industri manufaktur, termasuk di Indonesia, diibaratkan sebagai dua sisi mata pisau karena menghasilkan produk industri yang dibutuhkan untuk kehidupan, sekaligus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciPenentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan
C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan
Lebih terperinciVI. REKOMENDASI KEBIJAKAN
158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang
Lebih terperinciI Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati
BAB V ANALISIS KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN MENUJU SWASEMBADA GULA I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati ABSTRAK Swasembada Gula Nasional
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi
Sidang Tugas Akhir Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi Mia Ermawati (3610100035) Dosen Pembimbing: Ema Umilia, ST., MT Hertiari Idajati, ST. MSc Isi Presentasi
Lebih terperinciPG. TJOEKIR PENERAPAN INDUSTRI HIJAU BY: EDWIN RISANANTO SURABAYA, 16 FEBRUARI 2017
PG. TJOEKIR PENERAPAN INDUSTRI HIJAU BY: EDWIN RISANANTO SURABAYA, 16 FEBRUARI 2017 Penerapan Industri Hijau Tahapan yang harus dilakukan: 1. Mengidentifikasi secara rinci alur proses produksi 2. Mengidentifikasi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA
LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA Oleh: A. Husni Malian Erna Maria Lokollo Mewa Ariani Kurnia Suci Indraningsih Andi Askin Amar K. Zakaria Juni Hestina PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.
Lebih terperinciBAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015
BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data Pada penelitian ini penulis mengambil data di PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Pangka di Jalan Raya Pangka Slawi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten
Lebih terperinciARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG
ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciKODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA
KODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA Fitriningdyah Tri Kadarwati BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik
BAB I PENDAHULUAN PT. PG Candi Baru adalah salah satu pabrik gula di Indonesia yang menghasilkan gula kristal putih (GKP) jenis Superior Hooft Suiker IA (SHS IA) sebagai produk utamanya. Hasil samping
Lebih terperinciARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI
ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI Nyimas Martha Olfiana, Adjie Pamungkas Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,
Lebih terperinciDiktat Perencanaan Infrastruktur Kota
Diktat Perencanaan Infrastruktur Kota Disusun oleh : Taty Alfiah, ST. MT. Nip / Nidn : 001115 / 0725106803 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Institut Teknologi Adhi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... I DAFTAR TABEL... VII DAFTAR GAMBAR... IX BAB 1 PENDAHULUAN... I LATAR BELAKANG... I - 1
KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... I DAFTAR TABEL... VII DAFTAR GAMBAR... IX BAB 1 PENDAHULUAN... I - 1 1.1 LATAR BELAKANG... I - 1 1.2 RUMUSAN PERSOALAN... I - 2 1.3 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN... I - 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara
Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD
Lebih terperinciPERAN PEMIMPIN DESA MIYONO DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENYULUHAN PEMBUATAN KOMPOS DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO
PERAN PEMIMPIN DESA MIYONO DAN PARTISIPASI PETANI DALAM PENYULUHAN PEMBUATAN KOMPOS DI KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO Bekti Nur Utami 1, Deha Purwoko 2 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 20
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup
Lebih terperinciAgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII
Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah
Lebih terperinciANALISIS PERUMUSAN ARAHAN PENGEMBANGAN
ANALISIS PERUMUSAN ARAHAN PENGEMBANGAN Variabel bahan baku Variabel lsdm/tenaga kerja Variabel ketersediaan Infrastruktur Pendukung Variabel kelembagaan Analisis Triangulasi ARAHAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN TUBAN Desi Oktaviani 3608 100 065 Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciDUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN
DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciPenataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN
Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Tradisi pertanian masyarakat Indonesia ------ integrasi tanaman dan ternak pertanian campuran
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia
Lebih terperinci4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional
83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik
Lebih terperinciPemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-36 Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di Kecamatan Ngoro, Mojokerto Linda Purba Ningrum, Ardy Maulidy Navastara
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN - SIDOARJO
Tugas Akhiir PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN - SIDOARJO Vinza Firqinia Fristia 361010018 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao yang dihasilkan sebanyak 70% diekspor dalam bentuk biji kakao (raw product). Hal ini
Lebih terperinciBAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciPengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten 6.1. VISI DAN MISI 6.1.1 Visi Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Kab. Melalui Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Product 6.1.2.
Lebih terperincirenewable energy and technology solutions
renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun
Lebih terperinciArahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-239 Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia
Lebih terperinciOleh : ERINA WULANSARI [ ]
MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
Lebih terperinciINDONESIA NEW URBAN ACTION
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan
Lebih terperinciArahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Penulis : Mia Ermawati, dan Dosen
Lebih terperinciKawasan Cepat Tumbuh
Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi Terjadi dorongan kerjasama pembangunan antar wilayah secara fungsional Kawasan Cepat Tumbuh Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk unggulan Tercipta keterpaduan,
Lebih terperinciPenentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development
C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula 2.1.1 Subsistem Input Subsistem input merupakan bagian awal dari rangkaian subsistem yang ada dalam sistem agribisnis. Subsistem ini menjelaskan pasokan kebutuhan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal ataupun eksternal (Anonim, 2006a). Terkait dengan beragamnya
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)
Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan
Lebih terperinciArahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara
C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciKriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo
Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo JOS OKTARINA PRATIWI 3609100037 Dosen Pembimbing Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO MIP. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Selama ini Indonesia menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) sebagai sumber daya energi primer secara dominan dalam perekonomian nasional.pada saat ini bahan bakar minyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD
BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai
Lebih terperinci