PROSPEK PENGEMBANGAN DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS SIGER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSPEK PENGEMBANGAN DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS SIGER"

Transkripsi

1

2 PROSPEK PENGEMBANGAN DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS SIGER (tiwul dan oyek yang telah dimodernisasi) Pidato Ilmiah Oleh Ir. Beni Hidayat, M.Si UP. POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2016

3 PROSPEK PENGEMBANGAN DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS SIGER (Tiwul dan Oyek yang telah dimodernisasi) Pidato Ilmiah Oleh Ir. Beni Hidayat, M.Si Disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Dalam Rangka Dies Natalis ke XXXII Politeknik Negeri Lampung Tanggal 7 April 2016 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

4 Perpustakan Nasional RI: Katalog dalam terbitan (KDT) ISBN: Ir. Beni Hidayat, M.Si Prospek Pengembangan Dan Teknologi Pengolahan Beras Siger (Tiwul Dan Oyek Yang Telah Dimodernisasi). Pidato Ilmiah 2016, iv, 29 hlm. 15,5 x 21cm Copyright pada penulis Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak isi buku ini dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis Penerbit UP Politeknik Negeri Lampung Bandar Lampung 2016

5 KATA PENGANTAR Politenik Negeri Lampung sebagai satu di antara beberapa perguruan tinggi di Provinsi Lampung, membawa amanah melaksanakan pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi menitik beratkan kegiatan penelitian pada teknologi terapan bukan hanya sekedar pada pengembangan keilmuan. Dalam menjalankan fungsinya, Polinela memiliki kewajiban yang tertuang dalam Tridharma Perguruan Tinggi, salah satunya adalah kegiatan penelitian. Hasil-hasil penelitian dosen tersebut harus didesiminasikan agar lebih bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah penelitian tentang sumberdaya lokal di Provinsi Lampung, khususnya ubi kayu/singkong. Ubi kayu merupakan komoditas tanaman pangan potensial yang dibudidayakan secara luas di Indonesia dan Provinsi Lampung khususnya. Menurut BPS (2015), Provinsi Lampung merupakan penghasil utama ubi kayu di Indonesia dengan produksi Tahun 2013 sebesar ton atau 34,6% dari total produksi ubi kayu nasional. Meskipun tersedia melimpah tetapi penggunaan tepung ubi kayu sebagai bahan pangan relative terbatas. Sebagian besar ubi kayu disuplai bagi Industri pati (tapioka). Tulisan ini menyajikan berbagai aspek mengenai pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan baku pada proses pembuatan Beras Siger yang merupakan kumpulan dari berbagai hasil penelitian/kajian yang dilakukan oleh penulis sejak Tahun Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Lampung dan Indonesia pada umumnya. Penerbit

6 DAFTAR ISI BAB 1. PENDAHULUAN. 1 BAB 2. PEMBUATAN BERAS SIGER Karakteristik Beras Siger Kebutuhan Bahan dan Peralatan Tahapan Pembuatan Beras Siger Cara Penyajian Peningkatan Skala Produksi.. 15 BAB 3. KANDUNGAN GIZI DAN.. 18 KOMPONEN FUNGSIONAL 3.1 Kandungan Gizi Komponen Fungsional Nilai Indeks Glikemik.. 25 BAB 4. PENGEMBANGAN PRODUK BERAS. 26 SIGER 4.1 Aneka Varian Rasa, Produk, dan Penyajian Penggunaan Bahan non Singkong/ Ubi.. 28 Kayu 4.3 Metode Pencetakan/Ekstruder.. 30 BAB 5. ANALISIS USAHA BAB 6. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

7 BAB I PENDAHULUAN Tiwul dan oyek merupakan produk pangan pokok berbahan baku ubi kayu yang bagi sebagian masyarakat di Provinsi Lampung (khususnya suku jawa) sejak turun-temurun telah dijadikan sebagai alternatif selingan makanan pokok pengganti beras. Selain menjadi alternatif makanan pokok, tiwul dan oyek ternyata juga berprospek sebagai pangan fungsional bagi penderita diabetes dan kolesterol karena nilai indeks glikemiknya yang rendah dan kandungan serat pangannya yang tinggi (Hidayat, dkk., 2015). Hasil kajian Hidayat, dkk. (2012 b ) menunjukkan bahwa upaya untuk memperluas pemasaran dan penggunaan beras tiwul sangat prospektif dilakukan dengan mempromosikan aspek manfaatnya bagi kesehatan. Pada era Presiden Jokowi saat ini, telah dicanangkan program swasembada pangan untuk tiga komoditas strategis yaitu padi, jagung, dan kedelai (pajale). Swasembada padi/beras merupakan program swasembada paling prioritas, mengingat tingginya konsumsi beras per kapita di Indonesia ( kg/kapita/tahun) yang lebih tinggi 20 kg dibandingkan konsumsi beras rata-rata penduduk Asia yang hanya 90 kg/kapita/tahun. Menurut Kusnardi (2015), keswasembadaan pangan khususnya padi/beras dapat dicapai melalui dua aspek, yaitu produksi dan konsumsi. Melalui aspek konsumsi, swasembada padi/beras dapat dicapai dengan menganekaragamkan pangan pokok sehingga konsumsi beras menurun. Potensi penggunaan tiwul dan oyek sebagai pangan alternatif dan pangan diet terkendala dengan penampakan dan cita-rasa tiwul dan oyek yang kurang menarik. Secara umum, tidak terdapat perbedaan yang besar antara proses produksi tiwul dan oyek. Jika pada pembuatan tiwul, irisan singkong/gaplek dikeringkan dahulu baru dilakukan perendaman; pada proses pembuatan oyek, irisan singkong/gaplek direndam dahulu baru kemudian dikeringkan. Jika proses pengeringan pada ~ 1 ~

8 pembuatan tiwul dan oyek dilakukan dalam waktu berhari-hari karena kendala cuaca maka produk tiwul akan berwarna kehitaman; sedangkan pada produk oyek walaupun warnanya cenderung lebih putih atau cerah akan berasa masam dan kecut. Melalui kerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, Hidayat, dkk. (2012 a ) mengembangkan produk beras siger. Beras siger adalah produk beras singkong yang mengadopsi proses pembuatan tiwul tetapi dengan penampakan (bentuk yang lebih seragam, warna yang relatif lebih cerah) dan citarasa yang lebih baik. Produk beras siger ini pada dasarnya merupakan produk beras tiwul instan modifikasi. Produk Beras Siger telah dilaunching sebagai produk pangan lokal unggulan Provinsi Lampung sejak akhir Tahun 2012 dan sejak tahun 2015 melalui Instruksi Gubernur Lampung Nomor : 521/1159/11.06/2015 diinstruksikan untuk disajikan sebagai menu makanan di kantor/instansi/hotel di Provinsi Lampung. Potensi pasar Beras Siger terutama didasarkan pada data tingginya konsumsi beras per kapita di Indonesia dan dibutuhkannya pangan alternatif pengganti beras khususnya bagi konsumen yang menjalankan diet diabetes dan kolestrol. Hasil penelitian Purwani, dkk.(2007), menunjukkan bahwa sebagian besar varietas beras memiliki nilai IG sedang hingga tinggi. Tingginya konsumsi beras dan tingginya nilai IG beras merupakan salah satu penyebab hingga jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hasil penelusuran data menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia pada Tahun 2013 telah mencapai 7,6 juta orang ( Dengan asumsi 10% dari penderita diabetes akan mengkonsumsi Beras Siger sebagai pangan pokok alternatif pengganti beras yaitu sejumlah orang, dengan konsumsi sejumlah 10% saja dari 100 kg/tahun (10 kg), maka akan terdapat potensi pasar sebesar 7,6 juta kg atau ton per tahun. Jika diasumsikan, 10% dari kebutuhan tersebut dapat diraih maka akan terdapat potensi pasar Beras Siger sebesar 760 ton per tahun. ~ 2 ~

9 BAB II PEMBUATAN BERAS SIGER 2.1 Karakteristik Beras Siger Beras siger diproses dengan metode yang sama seperti halnya pada produk tiwul/oyek yaitu metode granulasi, sehingga akan memiliki kesamaan kandungan gizi dan karakteristik fungsional. Hasil penelitian Septiyani (2012), menunjukkan bahwa beras analog berbahan baku singkong tidak memiliki nilai indeks glikemik yang rendah seperti halnya tiwul yang diproses dengan metode tradisional. Warna beras siger yang relatif lebih cerah direkayasa pada tahap penyiapan tepung dengan cara mempersingkat waktu pengeringannya. Secara umum tahapan proses pembuatan beras siger meliputi pengupasan dan pencucian singkong, pengirisan dalam bentuk irisan tipis/chips, pengeringan I, perendaman, pengeringan II, penepungan, pembentukan butiran, pemasakan, pengeringan lanjutan, dan penggilingan. Meskipun diolah dengan bahan baku dan metode yang sama dengan beras tiwul, beras siger memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan penampilan antara Beras Siger dan tiwul tradisional, disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Perbedaan penampilan antara Beras Siger dan tiwul tradisional Adapun perbedaan karakteristik antara beras siger dan beras tiwul adalah (1) Perbedaan Karakteristik Warna Beras siger memiliki warna yang relatif lebih cerah dibandingkan tiwul. Warna yang lebih cerah ini disebabkan proses pengeringan selama proses ~ 3 ~

10 pembuatannya dilakukan dalam waktu yang singkat sehingga meminimalisasi terjadinya pembentukan warna menyimpang akibat pertumbuhan mikroba maupun reaksi-reaksi enzimatis dan non-enzimatis (Hidayat, dkk., 2012 a ). (2) Perbedaan Karakteristik Bau Beras siger memiliki bau khas singkong, sedangkan pada produk tiwul seringkali tercium adanya bau asam, bau apek, maupun bau-bau menyimpang lainnya. Proses pengeringan yang relatif singkat selama proses pembuatannya akan meminimalisasi pertumbuhan mikroba maupun reaksireaksi enzimatis yang menyebabkan timbulnya bau-bau menyimpang (Hidayat, dkk., 2012 a ). Modernisasi pengolahan tiwul tradisional dalam bentuk beras siger mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) penggunaan alat perajang untuk memperkecil ukuran singkong, 2) penggunaan alat pencuci singkong sistem mekanik, 3) penggunaan alat penggiling untuk menghasilkan tepung singkong 4) penggunaan granulator untuk membentuk butiran beras siger 5) penggunaan alat pengering (cabinet dryer) untuk mengantisipasi pengeringan saat cuaca mendung/hujan, dan 6) penggunaan rice cooker pada saat penyajian nasi dari Beras Siger untuk jumlah kecil (± 250 gram). 2.2 Kebutuhan Bahan dan Peralatan Bahan Baku Bahan baku yang dapat digunakan pada pengolahan Beras Siger adalah ubi kayu/singkong makan ataupun singkong dengan kandungan HCN tinggi (singkong racun). Singkong dikatakan beracun jika memiliki kadar HCN lebih dari 50 ppm (part per million) atau 50 mg per kg singkong. Pemanfaatan singkong racun sebagai bahan baku beras siger didasarkan pada prinsip bahwa HCN bersifat mudah diuapkan dan terlarut dalam air. Oleh karenanya pada pembuatan beras siger, jika menggunakan singkong racun, maka perendaman dilakukan selama kurang lebih 2 hari (48 jam). Hasil penelitian ~ 4 ~

11 menunjukkan bahwa kandungan beras siger yang dibuat dari singkong racun mendekati 0 atau dibawah 5 ppm sehingga aman untuk dikonsumsi Ubi kayu/singkong yang digunakan sebagai bahan baku Beras Siger disarankan memiliki umur panen 9 bulan atau lebih. Umur panen berkaitan dengan kadar air, kadar pati, dan rendemen Beras Siger yang dihasilkan. Jika digunakan ubi kayu/singkong muda, maka rendemen beras siger yang dihasilkan akan rendah (kurang dari 25%). Peralatan Beberapa peralatan utama yang digunakan pada pengolahan Beras Siger disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Peralatan utama yang digunakan pada pengolahan Beras Siger Adapun peralatan utama pengolahan beras siger adalah (1) Alat perajang singkong Alat perajang digunakan untuk memperkecil ukuran singkong. Alat perajang dapat berupa golok, ataupun mesin perajang mekanik dan semi mekanik. Irisan singkong disarankan berbentuk chips (Gambar 3) dengan tebal irisan ± 2 cm. Jika irisan singkong terlalu tebal maka proses pengeringan akan lebih lambat sehingga akan terbentuk warna dan cita-rasa menyimpang. Jika irisan terlalu tipis maka saat perendaman akan semakin banyak pati yang terlarut pada air perendam, sehingga rendemen Beras Siger yang dihasilkan akan menjadi rendah. ~ 5 ~

12 Gambar 3. Irisan singkong berbentuk chips (2) Alat pencuci singkong Jika singkong yang diiris dalam jumlah besar (lebih dari 100 kg) proses pencucian dilakukan dengan alat pencuci singkong mekanik untuk memudahkan proses pencucian. (3) Alat penggiling Alat penggiling digunakan untuk menghasilkan tepung singkong. Alat penggiling yang digunakan alat penggiling tife disk mill dengan kapasitas minimal 50 kg per jam. Proses penepungan dilakukan hingga diperoleh tepung singkong dengan ukuran ± 60 mesh (jangan terlalu halus). Butiran tepung yang terlalu halus akan menyulitkan proses pembentukan granul. (4) Granulator Alat granulator digunakan untuk membentuk butiran beras siger dan menggantikan penggunaan tampah untuk proses penginteran. Pan granulator harus berbahan stainless dengan kecepatan putaran minimal 26 rpm dengan kapasitas minimal 50 kg per jam. (5) Alat pengering (cabinet dryer) Alat pengering digunakan terutama saat cuaca mendung atau hujan sehingga proses pengeringan tidak dapat dilakukan secara alami. Alat pengering yang digunakan adalah alat pengering tife cabinet dengan kapasitas100 kg per batch dengan pengatur suhu otomatis maksimal C. 2.3 Tahapan Pembuatan Beras Siger Proses pembuatan beras siger, dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut: ~ 6 ~

13 (1) Pemilihan singkong Bahan baku singkong yang digunakan pada proses pembuatan beras siger adalah singkong makan ataupun singkong pahit yang cukup tua (umur panen lebih dari 9 bulan). (2) Pengupasan dan pencucian Singkong selanjutnya dikupas dan dicuci, dan ditiriskan. (3) Pengirisan dalam bentuk irisan tipis (chips) Singkong selanjutnya diiris dalam bentuk irisan tipis (± 2 cm) menggunakan alat pengiris keripik mesin ataupun manual. Pengirisan dalam bentuk irisan tipis (chips) bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga perendaman dan pengeringan dapat dilakukan dalam waktu singkat. (4) Pengeringan Proses pengeringan dapat dilakukan secara alami menggunakan sinar matahari. Jika cuaca tidak memungkinkan pengeringan dilakukan menggunakan alat pengering kabinet pada suhu o C hingga kering. (5) Perendaman Perendaman dilakukan untuk menghilangkan/ meminimalisasi kandungan HCN. Untuk singkong makan perendaman cukup dilakukan semalam, sedangkan untuk singkong pahit direndam minimal dua hari dua malam. Perendaman dilakukan dalam air yang telah diberi garam ± 1%. (6) Pengeringan II Proses pengeringan dapat dilakukan secara alami menggunakan sinar matahari dan diupayakan dilakukan dalam waktu kurang dari 6 jam dan bahan tidak sampai menginap. Jika cuaca tidak memungkinkan pengeringan dilakukan menggunakan alat pengering kabinet pada suhu o C selama 3 hingga 4 jam. (7) Penepungan Proses penepungan dilakukan dengan cara penggilingan hingga diperoleh tepung singkong dengan ukuran ± 60 mesh (tidak perlu terlalu halus) ~ 7 ~

14 (8) Pembentukan butiran Proses pembentukan butiran beras dilakukan dengan cara penambahan air secukupnya dan diputar-putar (dikitir) proses pembentukan butiran dapat dilakukan secara manual menggunakan tampah ataupun menggunakan granulator (alat pembentuk butiran). (9) Pemasakan Pemasakan dilakukan dengan cara dikukus selama ± 30 menit (10) Pengeringan lanjutan Proses pengeringan lanjutan dilakukan untuk memperoleh beras siger instan. Proses pengeringan ini dapat dilakukan secara alami ataupun menggunakan alat pengering yang penting bahan tidak sampai menginap. Jika menggunakan alat pengering kabinet, pengeringan dilakukan pada suhu o C selama ± 4-5 jam. 2.4 Cara Penyajian Selain dimasak dengan cara dikukus, karena bersifat instan, Beras Siger dapat disajikan dengan menggunakan rice cooker. Pemasakan menggunakan rice cooker hanya disarankan untuk jumlah kecil ± 250 gram, sedangkan untuk jumlah besar disarankan tetap dengan cara dikukus. Pemasakan dengan menggunakan rice cooker dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut Cuci beras siger sebanyak 250 gram dengan air bersih dan tiriskan Rendam dalam air bersih hingga terendam selama ± 20 menit dan tiriskan Tambahkan air ± ½ - 1 gelas tergantung tingkat ketirisan Masukkan dalam rice cooker Masak hingga matang selama ± 20 menit Jika dimasak dengan cara dikukus, Beras Siger terlebih dahulu dicuci lalu direndam dalam air selama ± 20 menit dan ditiriskan. ~ 8 ~

15 2.4 Peningkatan Skala Produksi Permasalahan utama yang dihadapi dalam rangka peningkatan skala produksi Beras Siger adalah kontinuitas produksi. Sebagian besar pengusaha/pengrajin Beras Siger masih menganggap sebagai usaha sampingan karena produktivitas usaha yang rendah. Beberapa kendala tersebut adalah: (1) Kendala cuaca Cuaca mendung/hujan merupakan salah satu faktor pembatas kegiatan produksi. Produksi Beras Siger pada kondisi cuaca mendung/hujan akan mengakibatkan proses pengeringan lebih lambat dan produk yang dihasilkan berwarna gelap. Upaya untuk mengatasi cuaca mendung/hujan, dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering buatan (cabinet dryer). (2) Kontinuitas bahan baku singkong Faktor pembatas berikutnya adalah ketersediaan singkong yang biasanya melimpah pada bulan-bulan tertentu saja. Para petani singkong umumnya serentak menanam pada awal musim hujan (bulan September) sehingga produksi akan mulai melimpah pada bulan Juli tahun berikutnya. Pada bulanbulan tertentu, singkong sulit diperoleh dan jikapun ada harganya relatif tinggi. Kondisi di atas sebenarnya dapat diatasi dengan menyiapkan persediaan bahan baku dalam bentuk chips atapun tepung chips. Dengan demikian, pengusaha/pengrajin Beras Siger dapat berproduksi setiap saat tanpa tergantung ketersediaan bahan baku singkong segar. (3) Singkong makan sulit diperoleh Sebagian besar singkong yang ditanam petani di Provinsi Lampung adalah singkong racun/pahit. Hal ini merupakan faktor pembatas berikutnya. Seperti telah diuraikan sebelumnya, Beras Siger dapat dibuat dengan bahan baku singkong makan ataupun singkong racun. Jika irisan singkong direndam ~ 9 ~

16 selama ± 48 jam, racun HCN tersebut akan hilang, dan Beras Siger aman dikonsumsi (4) Tahapan produksi yang panjang Faktor pembatas lainnya adalah tahapan produksi yang panjang. Secara umum, proses pembuatan Beras Siger dimulai dari pengupasan dan pencucian hingga siap dikemas membutuhkan waktu ± 1 minggu. Sehingga, jika produksi dimulai pada hari Senin maka baru pada hari Senin minggu berikutnya dapat diperoleh Beras Siger siap jual. Tahapan yang panjang tersebut akan menyebabkan inefisiensi tenaga kerja dan peralatan. Kendala tersebut dapat diatasi dengan penerapan siklus produksi. Sistem siklus produksi ini mengandung pengertian bahwa produksi dilakukan setiap hari. Beras siger yang diproduksi pada hari Senin, siap dipasarkan pada hari Senin berikutnya; sedangkan Beras Siger yang mulai diproduksi pada hari Selasa, akan siap dipasarkan pada hari Selasa berikutnya, dan seterusnya. ~ 10 ~

17 BAB 3 KANDUNGAN GIZI DAN KOMPONEN FUNGSIONAL BERAS SIGER 3.1 Kandungan Gizi Kandungan gizi beras siger metode tiwul dan oyek dibandingkan dengan beras padi, disajikan pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Kandungan gizi beras siger dibandingkan dengan beras padi (per 100 g bahan) No Komponen beras siger beras siger metode tiwul metode oyek beras padi 1 Air (g) 8,96 8,92 10,57 2 Abu (g) 0,25 0,31 0,23 3 Serat kasar (g) 4,45 4,78 2,37 4 Lemak (g) 0,17 0,09 0,23 5 Protein (g) 1,02 0,58 4,58 6 Karbohidrat (g) 85,15 85,32 82,02 Hasil pengujian pada Tabel 1, menunjukkan bahwa dibandingkan beras padi, beras siger metode tiwul dan oyek memiliki kandungan serat kasar dan karbohidrat yang lebih tinggi; tetapi memiliki kandungan lemak dan protein yang lebih rendah. Beras siger memiliki kandungan protein yang lebih rendah dibandingkan beras padi. Upaya untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan antara lain dalam bentuk subtitusi penggunaan sebagian tepung ubi kayu dengan tepung jagung. Hasil penelitian Hidayat (2015), menunjukkan bahwa subtitusi dengan tepung jagung 50% pada pengolahan beras siger akan meningkatkan kandungan protein dari 1,02% menjadi 4,97%. Peningkatan kandungan protein beras siger ini disebabkan karena tepung jagung memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan tepung ubi kayu (6,79% berbanding 1,67%). Ditinjau dari kandungan proteinnya, beras siger fortifikasi memiliki kandungan protein yang sedikit lebih tinggi dibandingkan beras padi (4,97% berbanding 4,58%), sehingga sangat potensial ~ 11 ~

18 dijadikan pangan pokok pengganti beras tanpa khawatir mengalami defisiensi protein. Tingginya kandungan serat kasar merupakan salah satu indikasi bahwa beras siger metode tiwul dan oyek memiliki potensi sebagai pangan fungsional, seperti yang akan dijabarkan berikutnya. Meskipun memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan beras padi, karbohidrat pada beras siger memiliki karakteristik yang lebih lambat dicerna oleh tubuh seperti yang akan diuraikan berikutnya. 3.2 Komponen Fungsional Pangan fungsional adalah pangan yang dapat memberikan manfaat tambahan di samping fungsi dasar pangan tersebut. Suatu bahan pangan dikatakan bersifat fungsional bila mengandung zat gizi atau non gizi (komponen aktif) yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh ke arah yang bersifat positif seperti memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan. Kandungan Serat Pangan Serat pada bahan pangan dibedakan menjadi serat kasar dan serat pangan. Serat kasar (crude fiber) didefinisikan sebagai komponen bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh asam dan basa, sedangkan serat pangan (dietary fiber) didefinisikan sebagai komponen bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim percernaan manusia (Schmidl and Labuza, 2000). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan serat pangan dapat lebih mewakili karakteristik nilai gizi suatu bahan pangan dibandingkan serat kasar. Oleh karena sebagian komponen bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim percernaan manusia dapat terhidrolisis oleh asam dan basa, maka umumnya kandungan serat pangan suatu bahan pangan akan lebih tinggi dibandingkan kandungan serat kasarnya. ~ 12 ~

19 Hasil penelitian menunjukkan bahwa beras siger mengandung serat pangan sebesar 14,95%. Kandungan serat pangan beras siger yang tinggi merupakan sumbangan dari tingginya kandungan serat pangan tepung ubi kayu utamanya terkait dengan kandungan pati resistennya yang terbentuk selama proses pengolahan. Tingginya kandungan serat kasar dan serat pangan beras siger (4,45% dan 14,95%) menunjukkan beras siger memiliki karakteristik sebagai pangan fungsional. Bahan pangan dengan kandungan serat pangan yang tinggi dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk menurunkan kadar kolestrol darah. Nirmagustina (2007), melaporkan bahwa minuman fungsional yang mengandung isoflavon dan serat pangan larut dapat menurunkan kadar total kolesterol, HDL, LDL, dan trigeliseride serum tikus setelah 2 bulan percobaan. Bahan pangan dengan kandungan serat pangan yang tinggi dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk menurunkan kadar kolestrol darah. Nirmagustina (2007), melaporkan bahwa minuman fungsional yang mengandung isoflavon dan serat pangan larut dapat menurunkan kadar totalkolesterol, HDL, LDL, dan trigeliseride serum tikus setelah 2 bulan percobaan. Kandungan serat pangan juga berperan pada nilai indeks glikemik suatu bahan pangan. Hasil penelitian Hidayat, dkk. (2015), menunjukkan bahwa beras siger metode tiwul dan oyek memiliki nilai indeks glikemik yang rendah masing-masing sebesar 36,84 dan 34,21 yang antara lain merupakan sumbangan dari tingginya kandungan serat pangannya. Pangan dengan IG rendah memiliki potensi sebagai pangan fungsional bagi penderita diabetes mellitus (Rimbawan dan Siagian, 2004). Kandungan Pati Resisten dan Daya Cerna Pati Menurut AACC (2001), pati resisten (resistant starch) didefinisikan sebagai sejumlah pati dari hasil degradasi pati yang tidak dapat diserap oleh usus halus manusia dan dikelompokkan ke dalam serat pangan (dietary fiber). Di dalam usus kecil, pati resisten tidak diserap sehingga tetap utuh sampai di dalam usus dan akan ~ 13 ~

20 difermentasi oleh bakteri-bakteri menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli, sehingga pati resisten juga berpotensi sebagai prebiotik (Haralampu, 2000). Prebiotik didefinisikan sebagai bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang mampu berfungsi sebagai substrat bagi pertumbuhan atau penyeleksian sejumlah bakteri yangmenguntungkan yang tumbuh dalam usus manusia (Schmidl and Labuza, 2000). Hasil pengujian menunjukkan bahwa beras siger memiliki daya cerna pati sebesar 17,65% dan pati resisten sebesar 7,78%. Kandungan pati resisten berkaitan erat dengan daya cerna pati suatu produk pangan. Pangan dengan kandungan pati resisten yang tinggi akan cenderung memiliki daya cerna pati yang rendah, dan sebaliknya. Tingginya kandungan pati resisten beras siger (7,78%), diduga terbentuk selama tahapan proses pengeringan setelah pemasakan akibat proses retrogradasi pati. Frederikson et al. (1998), melaporkan bahwa beberapa jenis pati mengalami retrogradasi selama penyimpanan setelah tergelatinisasi. Daya cerna pati beras siger yang rendah (17,65%), selain disebabkan terbentuknya pati resisten selama pengolahan juga berkaitan dengan rasio amilosaamilopektin pati tepung ubi kayu yang tinggi. Pati tepung ubi kayu memiliki rasio amilopektin sebesar 84,8%. Pati merupakan polimer glukosa yang tersusun dalam bentuk rantai amilosa (berantai lurus) dan amilopektin (berantai lurus dan cabang). Menurut Kearsley and Dziedzic (1995), berdasarkan mekanisme hidrolisis enzimatis, amilosa dapat dihidrolisis dengan satu enzim yaitu α-amylase, sedangkan amilopektin yang berantai lurus dan cabang membutuhkan dua jenis enzim yaitu α-amylase dan β- amylase (glukoamilase). Oleh karenanya amilopektin akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dicerna dibandingkan amilosa. ~ 14 ~

21 3.3 Nilai Indeks Glikemik Kandungan serat makanan, pati resisten, dan daya cerna pati merupakan faktorfaktor yang saling berinteraksi sehingga beras siger dan beras siger fortifikasi akan memiliki nilai IG yang rendah. Indeks Glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula darah. Dengan kata lain indeks glikemik adalah respon glukosa darah terhadap makanan dibandingkan dengan respon glukosa darah terhadap glukosa murni. Indeks glikemik berguna untuk menentukan respon glukosa darah terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Rimbawan dan Siagian, 2004). Pangan dengan IG rendah memiliki potensi sebagai pangan fungsional untuk pengganti makanan pokok beras bagi penderita diabetes mellitus yang kian hari semakin meningkat. Hasil penelitian pada Tabel 2, menunjukkan bahwa beras siger aneka varian hitam, kuning/coklat, ataupun putih memiliki indeks glikemik yang rendah masingmasing sebesar 37,50; 36,84; dan 34,21. Tabel 2. Nilai indeks glikemik aneka varian Beras Siger Luas kurva Luas kurva Varian Beras Siger Nilai IG glukosa sampel Beras siger hitam ,50 Beras siger kuning/coklat (tiwul) Beras siger putih (oyek) , ,21 Hasil penelitian pada Tabel 2, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai indeks glikemik yang signifikan antara berbagai varian Beras Siger. Beras Siger berwarna hitam (tiwul tradisional) justru memiliki nilai IG yang lebih tinggi. Hal ini diduga karena pada produk Beras Siger hitam telah ditumbuhi kapang. Kapang yang tumbuh tersebut akan mencerna komponen pati sehingga daya cerna pati menjadi lebih tinggi. ~ 15 ~

22 Beras Siger berwarna putih (oyek) memiliki nilai IG yang lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan kandungan serat kasar yang lebih tinggi (Tabel 2). Kandungan serat kasar yang lebih tinggi pada produk oyek disebabkan adanya tahapan proses pengepresan untuk mengurangi kandungan pati agar tidak lengket saat proses pengukusan. Secara umum, seluruh varian Beras Siger memiliki nilai indeks glikemik yang rendah (kurang dari 40) dan lebih rendah dibandingkan beras padi. Hasil penelitian Purwani, dkk. (2007) menunjukkan bahwa sebagian besar varietas beras memiliki nilai IG sedang hingga tinggi (lebih dari 50). ~ 16 ~

23 BAB 4 PENGEMBANGAN PRODUK BERAS SIGER 4.1 Aneka Varian Rasa, Produk, dan Penyajian Untuk meningkatkan daya terima konsumen, Beras Siger dapat diolah lebih lanjut dengan menganekaragamkan aneka varian rasa, produk, dan cara penyajiannya. Beras siger dapat disajikan dalam aneka varian rasa modern seperti rasa buah (pisang, nanas, strawberry, dan nangka), rasa kacang hijau, rasa keju, dan coklat, seperti dapat dilihat pada Gambar berikut 4. Gambar 4. Aneka varian rasa Beras Siger Pemanfaatan lebih lanjut dari Beras Siger adalah dapat digunakan sebagai bahan baku aneka kue, baik kue kering maupun kue basah, kerupuk, lemper, dan semar mendem, seperti dapat dilihat pada Gambar berikut: Gambar 5. Aneka produk dari Beras Siger ~ 17 ~

24 Untuk penyajiannya, Beras Siger dapat disajikan tersendiri, dicampur bersama nasi, atau disajikan dalam bentuk tiwul goreng, seperti pada Gambar 6 berikut. Gambar 6. Aneka cara penyajian Beras Siger 4.2 Penggunaan Bahan non Singkong/Ubi Kayu Selain ubi kayu/singkong, bahan baku lainnya yang potensial dijadikan bahan baku pada pembuatan Beras Siger adalah adalah ubi jalar dan jagung. Ubi jalar terutama ubi jalar ungu memiliki keunggulan karena mengandung pigmen antosianin. Hasil uji coba menunjukkan, bahwa ubi jalar dapat dijadikan sebagai bahan baku Beras Siger dengan mengadopsi proses pembuatan Beras Siger metode Granulasi. Kendala pemanfaatan ubi jalar adalah tingginya kandungan gula pada bahan baku yang dikhawatirkan akan merubah karakteristik fungsional Beras Siger. Jagung memiliki keunggulan sebagai bahan baku Beras Siger karena kandungan proteinnya yang tinggi dan mengandung karoten sebagai sumber vitamin A. Selain itu, jagung memiliki nilai IG yang lebih rendah dibandingkan ubi kayu, sehingga Beras Siger yang dihasilkan lebih berkarakteristik sebagai pangan fungsional. Hasil penelitian pada Tabel 3, menunjukkan bahwa Beras Siger yang dibuat dari campuran ubi kayu dan jagung memiliki kandungan indeks glikemik yang lebih rendah. Kendala utama yang dihadapi adalah aroma/flavour Beras Siger yang kurang disukai konsumen. Saat ini sedang diteliti upaya-upaya pengembangan agar ~ 18 ~

25 dihasilkan Beras Siger berbahan baku jagung dengan cita-rasa yang disukai konsumen. Tabel 3. Hasil pengujian nilai indeks glikemik beras siger pada berbagai perlakuan rasio penambahan tepung jagung Perlakuan Rasio penambahan tepung jagung 0% Rasio penambahan tepung jagung 10% Rasio penambahan tepung jagung 20% Rasio penambahan tepung jagung 30% Rasio penambahan tepung jagung 40% Rasio penambahan tepung jagung 50% Luas kurva Luas kurva glukosa sampel Nilai IG , , , , , ,26 Hasil pengujian pada Tabel 3, menunjukkan bahwa subtitusi tepung ubi kayu dengan tepung jagung modifikasi hingga konsentrasi 50% secara nyata (p<0,05) akan menurunkan nilai indeks glikemik beras siger dari 36,84% menjadi 30,26%. Menurut Rimbawan dan Siagian (2004), pangan dengan nilai IG kurang dari 50 diklasifikasikan sebagai pangan dengan nilai IG rendah. 4.3 Metode Pencetakan/Ekstruder Untuk memperpendek waktu proses, bekerja sama dengan tim peneliti dari Jurusan THP Universitas Lampung, saat ini sedang diteliti upaya untuk memperpendek tahapan pembuatan Beras Siger dengan mengembangkan metode pencetakan/ekstruder. Jika pada metode granulasi, Beras Siger hasil pencetakan berbentuk granul mentah yang harus dikukus dan dikeringkan kembali, baru siap dikemas; Adapun pada metode pencetakan/ekstruder, butiran Beras Siger yang dihasilkan sudah dalam kondisi masak sehingga siap dikemas. ~ 19 ~

26 Selain akan memperpendek proses produksi, metode pencetakan akan menghasilkan Beras Siger dengan bentuk yang lebih mendekati beras. Hanya saja masih sedang dikaji apakah Beras Siger yang dihasilkan akan memiliki kualitas tanak, dan karakteristik fungsional yang sama seperti Beras Siger yang diproses dengan metode granulasi. Selain itu masih dikaji juga apakah cita-rasa produk dapat diterima oleh masyarakat dan diterima pasar seperti halnya produk Beras Siger metode granulasi yang saat ini sudah cukup diterima masyarakat. ~ 20 ~

27 BAB 5 ANALISIS USAHA Usaha pengolahan Beras Siger jika dikelola serius dapat menjadi industri rumah tangga pedesaan yang menjanjikan. Usaha tersebut tentu saja harus ditunjang dengan perencanaan produksi yang baik dan kualitas Beras Siger yang baik dan seragam. Berikut diuraikan contoh perhitungan analisis usaha pembuatan Beras Siger. Bahan baku yang digunakan adalah singkong segar racun/pahit dengan umur panen lebih dari 9 bulan dengan harga Rp per kg. Kegiatan usaha dilakukan dalam periode 1 bulan dengan sistem siklus sebanyak dengan 25 batch/siklus per bulan. Kapasitas produksi sebesar 400 kg singkong per batch/siklus. Rendemen produksi sebesar 25%, sehingga akan dihasilkan sebanyak 100 kg Beras Siger per batch/siklus. Produk dijual dalam bentuk kemasan plastik berlabel ukuran 1 kg. Harga jual produk dari pabrik sebesar Rp , sehingga harga jual sampai ke konsumen akhir maksimal Rp per kg dan rantai tata niaga memperoleh marjin sebesar Rp per kg. Analisis usaha untuk kegiatan usaha satu bulan adalah sebagai berikut: A. Pendapatan 1. Produksi Beras Siger per bulan : 25 x 100 kg = kg 2. Harga jual = Rp per kg, kemasan 1 kg 3. Pendapatan per bulan = kg x Rp = Rp ~ 21 ~

28 B. Peralatan No 1 Nama Alat Alat Pencuci singkong, kap. 1 ton/jam Nilai pembelian (Rp) Umur ekonomis (thn) Penyusutan (Rp) 1 unit 12,000, , Alat perajang, kap. 100 kg/jam 4 unit 8,000, , Pengering kabinet, kapasitas 100 kg/hari Penggiling Disk Mill, kapasitas 50 kg/jam Jumlah 1 unit 20,000, , unit 8,000, , Granulator, kap. 50 kg/jam 1 unit 12,000, , Timbangan duduk 1 unit 1,500, , Alat pengukus kap. 100 kg/jam 1 unit 2,000, , Jumlah Keseluruhan 63,500, , C. Pengeluaran No Jenis Biaya Jumlah (Rp) 1 Penyusutan alat 929,167 2 Bahan Baku singkong, 10 Rp ,000,000 3 Garam, 10 Rp ,000 3 Kemasan plastik, 2500 Rp 700 1,750,000 4 Bahan bakar (Listrik, gas, bensin) 1,500,000 5 Tenaga Kerja, 4 Rp ,000,000 Jumlah Keseluruhan 18,229,167 D. Analisis Usaha 1 Pendapatan Rp Pengeluaran Rp (dibulatkan) Keuntungan per bulan Rp ~ 22 ~

29 Nilai R/C = Revenue/Cost = Rp /Rp = 1,23 Nilai B/C = Benefit/Cost = Rp / Rp = 0,19 Harga BEP = Rp /2.500 kg = Rp (dibulatkan) PBP (Pay Back Period/Waktu Pengembalian Investasi) = Rp /Rp = 14,9 bulan Berdasarkan hasil analisis usaha dapat dilihat bahwa usaha pengolahan Beras Siger dengan sistem siklus akan memberikan keuntungan sebesar Rp per bulan dengan waktu pengembalian investasi selama 14,9 bulan. ~ 23 ~

30 BAB 6 PENUTUP Modernisasi pengolahan tiwul/oyek yang merupakan kearifan lokal Indonesia dalam bentuk Beras Siger serta ekspose produk sebagai pangan fungsional telah mampu memperluas sasaran pemasaran produk. Saat ini konsumen baru produk Beras Siger justru adalah konsumen menengah ke atas, tinggal di perkotaan, dan belum pernah mengkonsumsi tiwul tradisional. Target konsumen lainnya adalah konsumen yang melaksanakan diet bahan pangan dengan kandungan gula rendah (diet diabetes) dan kandungan serat tinggi (diet kolesterol). Prospek pasar Beras Siger yang sangat luas ini tentunya harus dimanfaatkan oleh para pengrajin tiwul/oyek tradisional dengan cara memodernisasi usahanya dan mengelola usaha secara serius seperti halnya sebuah industri kecil. Saat ini telah dibentuk pula Asosiasi Produsen Beras Siger yang mewadahi produsen-produsen Beras Siger yang telah ada sebagai wadah untuk menyeragamkan kualitas produk dan memperluas pemasaran produk. Dengan berbagai upaya ini diharapkan rencana Pemerintah Provinsi Lampung untuk menggunakan Beras Siger sebagai menu utama program One Day No Rice di Provinsi Lampung dapat terlaksana. Tim peneliti Polinela berharap semoga kontribusi dan upaya pengembangan Beras Siger yang telah dilakukan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Lampung. ~ 24 ~

31 DAFTAR PUSTAKA American Association of Cereal Chemist (AACC).2001.The Definition of Dietary Fiber. Cereal Foods World. Anonim Ancaman Diabetes di Indonesia Meningkat. Diakses tanggal 7 April Fredricson, H., J. Silverio, R. Anderson, A.C. Elliason, and P. Aman The Influence of Amylose and Amylopectin Characteristic and Gelatinization and Retrogradation Properties. J. Carbohydr. Polym. 35 : Purwani, E.Y., S. Yuliani, S.D. Indrasari, S. Nugraha dan R. Tahir Sifat Fisiko-Kimia Beras dan Indeks Glikemiknya. Jurnal Teknologi Industri Pangan, Volume 18, No. 1 Tahun Hal Goni, L., L. Gracia-Diz, and F. Saura-Calixto Analysis of Resistant Starch: Method of Food Product. J. Food Chem. 56 (4) : Haralampu, S.G Resistant Starch-A Review of The Physical Properties and Biological Impact of RS. J. Carbohydr. Polym. 41 : Hidayat, B., S. Akmal, dan Surfiana Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi sebagai Pangan Fungsional. Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan. Politeknik Negeri Lampung 29 April ISBN halaman Hidayat, B., Yatim Rahayu W., dan Hertini Rani a. Kajian Ilmiah Peningkatan Kualitas Tiwul Tradisional. Kontrak Nomor 800/893.1/II.05/2012. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Hidayat, B., Nurbani Kalsum, dan Surfiana b. Uji Selera Konsumen untuk Produk Beras Siger, dalam Rangka Pengembangan Pangkin di Provinsi Lampung. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Kearsley, M.W. and Dziedzic Handbook of Starch Hydrolisis Product and Their Derivatives. Blackie Academic & Profesional, Glasgow. Kusnardi Percepatan Swasembada Pangan untuk Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan, ISBN Muchtadi, D., N.S. Palupi, dan Made Astawan Metabolisme Zat Gizi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Nirmagustina, D.E Pengaruh Minuman Fungsional Mengandung Tepung Kedelai Kaya Isoflavon dan Serat Pangan Larut Terhadap Kadar Total Kolestrol dan Trigliserida Serum Tikus Percobaan. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 12, No. 2, September Hal Purwani, E.Y., S. Yuliani, S.D. Indrasari, S. Nugraha dan R. Tahir Sifat Fisiko-Kimia Beras dan Indeks Glikemiknya. J Teknologi Industri Pangan 18(1): ~ 25 ~

32 Rimbawan dan A. Siagian Indeks Glikemik Pangan, Cara Mudah Memilih Bahan Pangan yang Menyehatkan. Penebar Swadaya. Jakarta. Septiyani, Imas Indeks Glikemik Berbagai Produk Tiwul Berbasis Singkong (Manihot Esculenta Crantz) pada Orang Normal. Diakses 20 Mei Schmidl, M.K. and T.P. Labuza Essentials of Functional Food. Aspen Publisher, Inc. Gaitherburg, Maryland. ~ 26 ~

33 IDENTITAS DIRI Nama : Ir. Beni Hidayat, M.Si NIP/NIK : Tempat & Tgl. Lahir : Tanjungkarang, 14 Januari 1967 Golongan/Pangkat : Pembina Tk.I/ IVb Jabatan Akademik : Lektor Kepala Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Lampung Alamat : Jln. Soekarno-Hatta No. 10 Bandar Lampung Telp./Faks. : (0721)703995/(0721) Alamat Rumah : Jln. Canser No. 6 Perum. Rajabasa Indah Bandar Lampung Telp./Faks. : (0721)786367/ Alamat Beni_lpg@polinela.ac.id Karya yang dianggap paling fenomenal : (1) Teknologi Pengolahan Tepung Jagung Modifikasi (Pendaftaran Paten No. P ) (2) Produk dan Metode Pembuatan Beras Analog Fungsional Berbahan Baku Ubi Kayu dan Jagung dengan Metode Granulasi (Pendaftaran Paten No. P ) A. Riwayat Pendidikan Tahun Lulus Program Pendidikan Perguruan Tinggi Jurusan/ Program Studi 1989 Sarjana Universitas Lampung Teknologi Hasil Pertanian 2002 Magister Institut Pertanian Bogor Ilmu Pangan (Rekayasa Proses Pangan) ~ 27 ~

34 B. Pelatihan Profesional Jenis Pelatihan Tahun (Dalam/ Luar Negeri) 2015 Pelatihan Asesor Kompetensi 2014 Pelatihan Pengelolaan dan Indeksasi Jurnal 2011 Training of Trainers Modul Kewirausahaan 2010 Pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian Berpotensi Paten 2009 Pelatihan Auditor HACCP 2004 Pelatihan Pengolahan Aneka Produk Pangan Berbasis Jagung Penyelenggara Jangka Waktu Badan Nasional 5-8 Oktober 2015 Sertifikasi Profesi Prodi Magister 30Oktober 2014 Teknologi FMIPA Unila dan Hayati Jounal of Biosciences IPB PT. Bank Mandiri 31 Januari 2012 Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dirjen Dikti M-BRIO Training Body Bogor FITS-Mandiri (Seafast Centre) IPB Bogor Maret 2010 (3 hari) November 2009 (5 hari) Agustus 2004 (7 hari) C. Pengalaman Penelitian dalam 4 Tahun Terakhir Tahun Judul Penelitian Sumber Dana 2016 Optimasi Proses Pengolahan Beras Jagung Instan dengan Metode Granulasi dalam rangka DRPM, PUPT Tahun I Pengembangan Pangan Fungsional Berbasis Sumber Daya Lokal 2015 Optimasi Proses Pengolahan Beras Siger (Beras Tiwul Modifikasi) yang Difortifikasi dengan Tepung Jagung Modifikasi 2014 Optimasi Proses Pengolahan Beras Siger (Beras Tiwul Modifikasi) yang Difortifikasi dengan Tepung Jagung Modifikasi 2013 Perancangan Prototype Peralatan dalam Rangka Pendampingan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus 2013 Aplikasi Metode Pragelatinisasi Parsial untuk Memproduksi Tepung Jagung Modifikasi serta Aplikasinya pada Pengolahan Aneka Produk Pangan DRPM, PUPT Tahun II Dirjen Dikti, PUPT Tahun I Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen Dikti, Hibah Bersaing Tahun II ~ 28 ~

35 2012 Aplikasi Metode Pragelatinisasi Parsial untuk Memproduksi Tepung Jagung Modifikasi serta Aplikasinya pada Pengolahan Aneka Produk Pangan 2012 Kajian Ilmiah Peningkatan Kualitas Tiwul Tradisional Dirjen Dikti, Hibah Bersaing Tahun I Badan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Lampung D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat (2 tahun terakhir) Tahun Jenis/Nama Kegiatan Tempat 2016 Pembinaan Usaha Pengolahan Beras Siger Di Desa Margomulyo, Jati Agung, Kabupaten Lampung 2016 I b M Kelompok Tani Pengrajin Tiwul Di Desa Karya Mukti Kecamatan Sekampung Lampung Timur Provinsi Lampung/IPTEKDA LIPI Provinsi Lampung/Ipteks bagi Masyarakat (IbM) 2015 Narasumber pada kegiatan "Pelatihan Pengolahan Beras Siger " Bakorluh Provinsi Lampung 2015 Narasumber pada kegiatan "Pelatihan Pengolahan Aneka Produk Berbasis Ubi Kayu" Bakorluh Provinsi Lampung 2015 Narasumber pada kegiatan "Pelatihan Pengolahan Beras Siger Fortifikasi" Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu 2015 Narasumber pada kegiatan "Sosialisasi Beras Siger sebagai Pangan Lokal Unggulan Provinsi Lampung" Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Pesawaran 2015 I b M Peningkatan Kualitas Beras Tiwul Bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) 2014 I b M Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolahan Beras Siger 2014 Narasumber pada kegiatan "Pelatihan Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan " 2014 Narasumber pada kegiatan "Pelatihan Teknologi Pengolahan Tepung Jagung Modifikasi " 2014 Narasumber pada kegiatan "Pelatihan Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Lokal " Provinsi Lampung Provinsi Lampung Provinsi Lampung/ Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung/ Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung/Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Provinsi Lampung/Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Universitas Muhamadyah Metro Badan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Lampung Kantor Ketahanan Pangan Lampung Utara ~ 29 ~

36 E. Publikasi Ilmiah (5 tahun terakhir) Tahun Judul Penerbit/Jurnal 2016 Functional Component of High- Protein Tiwul (Indonesian Traditional Analog Rice) as a Functional Food 2015 Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi sebagai Pangan Fungsional Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi 2014 Efektivitas Transfer Teknologi Pengolahan Beras Siger Terhadap Peningkatan Produktivitas Usaha Beras Tiwul Tradisional 2014 Transfer Teknologi Pengolahan Beras Siger Bagi Pengrajin Beras Tiwul Di Desa MargomulyoKecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan 2013 Karakterisasi Tepung Jagung Modifikasi yang Diproses Menggunakan Metode Pragelatinisasi Parsial 2011 Pengaruh Umur Panen Ubi Kayu Terhadap Rendemen dan Karakteristik Beras Singkong Instan 2010 Optimasi Proses Pragelatinisasi Parsial pada Pembuatan Tepung Ubi Kayu Modifikasi 2010 Kajian Formulasi Pembuatan Produk Sweet Potato Stick Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L) Varietas Shiroyutaka Journal of Science and Technology (dalam proses penerbitan) Seminar Nasional Swasembada Pangan. Politeknik Negeri Lampung 29 April ISBN halaman Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian, 24 Mei 2014, Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, ISBN Jurnal Inovasi dan Pembangunan, Vol 02(III): 32-45, November 2014, ISSN : Bappeda Provinsi Lampung Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, ISBN , September 2014 Seminar Nasional Sains dan Teknologi V Satek dan Indonesia Hijau Universitas Lampung, November 2013, ISBN Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi IV. Bandar Lampung, November 2011 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna. Lampung, 5-6 April 2010 Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna. Lampung, 5-6 April 2010 ~ 30 ~

37 2009 Karakteristik Tepung Ubi Kayu Modifikasi yang diproses menggunakan Metode Pragelatinisasi Parsial 2009 Pengembangan Formulasi Produk Flake Berbahan Baku Ubi Jalar Shiroyutaka Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. Volume 14 No.2, September Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Volume 9 No.1, Januari F. Artikel Ilmiah Populer Tahun Judul Media 2015 Beras Analog Yes!, Beras Plastik Harian Lampung Post, Rubrik No! Opini, 26 Mei Beras Siger, Nasi atau Singkong? Harian Lampung Post, Edisi 29 April Kopi Papain Bercitarasa Luwak Harian Lampung Post, Edisi 01 April Teknik Formulasi Minuman Surat Kabar Harian Kompas Olahraga untuk Mempertahankan Stamina Atlet 2002 Indeks Glisemik Bahan Pangan : Surat Kabar Harian Kompas Persfektif Baru pada Formulasi Produk Pangan untuk Penderita Diabetes 1997 Makanan Tambahan Perlu Perhatikan Aspek Higienis Surat Kabar Harian Lampung Post G. Jabatan dalam Pengelolaan Institusi Jabatan Institusi Tahun.. s.d... Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian 2014 s.d sekarang Kepada Masyarakat Politeknik Negeri Lampung Kepala Unit Pelaksana Teknis Produksi dan 2012 s.d 2013 Jasa Politeknik Negeri Lampung Kepala Pusat Kajian Makanan Nusantara 2010 s.d 2013 Provinsi Lampung Kepala Laboratorium Analisis Politeknik 2010 s.d 2012 Negeri Lampung Kepala Pilot Plant Agroindustri Politeknik 2010 s.d 2012 Negeri Lampung Kepala Unit Pelaksana Teknis Produksi dan 2006 s.d 2010 Jasa Politeknik Negeri Lampung ~ 31 ~

38 H. Penghargaan yang Pernah Diterima Tahun Bentuk Penghargaan Pemberi 2002 Penerima Grand Award Peneliti Terbaik Lustrum I Bogasari Nugraha, PT ISM Bogasari Flour Mills 2006 Dosen Pembimbing PIMNAS Dirjen Dikti 2008 Dosen Pembimbing PIMNAS Dirjen Dikti 2009 Dosen Pembimbing PIMNAS Dirjen Dikti 2010 Juara I Lomba Penelitian dan Pemerintah Provinsi Pengembangan Teknologi Terapan Provinsi Lampung Lampung 2011 Dosen Berprestasi Peringkat I Politeknik Negeri Lampung I. Organisasi Profesi/Ilmiah Tahun Jenis/Nama Organisasi Jabatan/Jenjang keanggotaan Asosiasi Produsen Beras Siger Koordinator Bidang Produksi Perhimpunan Ahli Teknologi Sekretaris Pangan Indonesia (PATPI) Cabang Lampung 1998-saat ini Perhimpunan Ahli Teknologi Anggota Pangan Indonesia (PATPI) Cabang Lampung Ikatan Sarjana Pertanian Koordinator Bidang Ekonomi (ISP) Universitas Lampung Perhimpunan Mikrobiologi Pengurus Indonesia (PERMI) Cabang Lampung ~ 32 ~

Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi Sebagai Pangan Fungsional

Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi Sebagai Pangan Fungsional Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 473-479 Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi Sebagai Pangan Fungsional

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Lampung

Politeknik Negeri Lampung EFEKTIVITAS TRANSFER TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS SIGER TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS USAHA BERAS TIWUL TRADISIONAL (Studi Kasus di Desa Margomulyo, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan) Effectiveness

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan bukanlah sekedar untuk kenyang, tetapi yang lebih utama adalah manfaat makanan

Lebih terperinci

USUL UBER HKI METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN

USUL UBER HKI METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN USUL UBER HKI BANTUAN PENDAFTARAN PATEN METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN Oleh: 1. IR. BENI HIDAYAT, M.SI (KETUA) 2. IR. NURBANI KALSUM, M.SI (ANGGOTA)

Lebih terperinci

Pengaturan Ketebalan Irisan Ubi Kayu untuk Meningkatkan Rendemen dan Karakteristik Beras Siger (Tiwul Modifikasi)

Pengaturan Ketebalan Irisan Ubi Kayu untuk Meningkatkan Rendemen dan Karakteristik Beras Siger (Tiwul Modifikasi) Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 16 (3): 178-185 http://www.jptonline.or.id ISSN 1410-5020 eissn Online 2047-178 Pengaturan Ketebalan Irisan Ubi Kayu untuk Meningkatkan Rendemen dan Karakteristik

Lebih terperinci

Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava Stick

Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava Stick Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 501-507 Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat sebagai salah satu kebutuhan hidup mereka. Seiring dengan. juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat sebagai salah satu kebutuhan hidup mereka. Seiring dengan. juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup sehat telah menjadi ukuran standar kualitas hidup masyarakat. Pola hidup sehat bukan sekedar menyeimbangkan antara kesehatan dan olahraga. Saat ini, Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Lebih terperinci

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman 524-530 Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang tumbuk (mashed potato) adalah kentang yang dihaluskan dan diolah lebih lanjut untuk dihidangkan sebagai makanan pendamping. Di Italia mashed potato disajikan

Lebih terperinci

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI 1 Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu proses pembuatan mi jagung kering.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami berbagai tanaman komoditas pangan sehingga dapat menghasilkan bermacammacam produk pangan.

Lebih terperinci

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta no.10, Rajabasa Bandar Lampung. Telp. (0721) ) ABSTRACT

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta no.10, Rajabasa Bandar Lampung. Telp. (0721) ) ABSTRACT KAJIAN OPTIMASI PROSES PENGOLAHAN PRODUK BERAS INSTAN UBI JALAR (Ipomoea batata L.) VARIETAS SHIROYUTAKA [Optimization of Production Process for Shiroyutaka Sweet Potato Instant Rice] Nurbani Kalsum 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mie merupakan salah satu masakan yang sangat populer di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku mie di Indonesia berupa tepung terigu

Lebih terperinci

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 PENGOLAHAN TALAS Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American people

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan permintaan tersebut karena terjadi peningkatan jumlah industri makanan dan nonmakanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL DAN IDENTIFIKASI NILAI INDEKS GLIKEMIK SERTA SIFAT HIPOGLIKEMIK BERAS ANALOG BERBASIS PATI SAGU (Metroxylon spp.) DAN TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris) DISERTASI Disusun

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4 Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4 No. 1: 51-56 PEMBUATAN DAN UJI KARAKTERISTIK FISIK BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN PROTEIN UDANG THE PRODUCTION AND PHYSICAL CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok alternatif selain beras. Mie merupakan produk pangan yang telah menjadi kebiasaan konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1. Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang cukup potensial. Sebagai bahan pangan di Indonesia singkong menempati urutan ketiga setelah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Konsumen. nilai-nilai perusahaan. Menurut Kuswadi (2004), Kepuasan pelanggan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Konsumen. nilai-nilai perusahaan. Menurut Kuswadi (2004), Kepuasan pelanggan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Konsumen Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatam, penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan.

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 OPTIMASI PROSES PEMBUATAN FOOD BAR BERBASIS PISANG 1 Taufik Rahman, 2 Rohmah Luthfiyanti, dan 3 Riyanti Ekafitri 1,2,3 Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan masyarakat akan tepung terigu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan konsumsi tepung terigu perkapita oleh masyarakat di Indonesia dari

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Desember 2017 Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Tiwul Instan, Makanan Tradisional Kaya Gizi Bagi masyarakat desa khususnya di

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) Pangan menjadi kebutuhan pokok bagi manusia dimanapun. Kebutuhan akan pangan harus tercukupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang terus meningkat. Namun demikian peningkatan ini tidak seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga terjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak dari masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada beras, mereka meyakini bahwa belum makan jika belum mengonsumsi nasi. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan yang semakin meningkat dan menyempitnya lahan pertanian mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Untuk mengurangi ketergantungan terhadap terigu dan pengembangan pangan yang berbasis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Kusharto dan Muljono (2010) dalam Maulana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan fungsional merupakan makanan produk segar ataupun makanan olahan yang tidak hanya memberikan rasa kenyang namun juga memberikan keuntungan bagi kesehatan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, kimia dan pakan ternak. Indonesia

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dituntut harus selalu ambil bagian dan tanggap dalam mendukung

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar 2.366.410 ton dari luas lahan 166.332 Ha (BPS, 2013). Ubi jalar ungu ( Ipomea batatas)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan sejak tahun 1990, diabetes melitus termasuk 29 penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan telah banyak dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot Esculenta) merupakan tanaman umbi berupa perdu dengan nama lain singkong atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika Selatan, tepatnya dari negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan pengembangan produk olahan dengan penyajian yang cepat dan mudah diperoleh, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan sekitar 3,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat dan tidak bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat dan tidak bervariasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia semakin terancam akibat pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat dan tidak bervariasi seperti mengkonsumsi karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim merupakan merupakan salah satu produk olahan susu berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan dan dibuat melalui proses pembekuan dan

Lebih terperinci

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA ARTIKEL ILMIAH Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA Oleh Yuni Retnaningtyas, M.Si., Apt. 0009067806 Ema Desia Prajitiasari SE. MM. 0021127901 UNIVERSITAS JEMBER November

Lebih terperinci

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nata de coco merupakan produk hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tapioka, tepung terigu, tepung singkong, tepung jagung dan lain sebagainya. Beras

TINJAUAN PUSTAKA. tapioka, tepung terigu, tepung singkong, tepung jagung dan lain sebagainya. Beras II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Analog Beras analog merupakan salah satu makanan alternatif pengganti beras. Dalam pembuatan beras analog perlu adanya substitusi atau kesetaraan antara beras dengan beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan pangan yang cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi jalar merupakan umbi yang cukup tinggi konsumsinya di Indonesia. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia adalah 2392 kg per kapita/tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki konsumsi yang besar terhadap produk tepung terigu baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu nasional masih belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua terbesar setelah Brasil dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Proses pembuatan dari Tape Ketan Beta karoten ini akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 1 Mei 2015 pukul 09.00-17.00 di Jln. Gombang alas

Lebih terperinci