USUL UBER HKI METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USUL UBER HKI METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN"

Transkripsi

1 USUL UBER HKI BANTUAN PENDAFTARAN PATEN METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN Oleh: 1. IR. BENI HIDAYAT, M.SI (KETUA) 2. IR. NURBANI KALSUM, M.SI (ANGGOTA) 3. SURFIANA, S.P., M.SI (ANGGOTA) JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2014

2 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Invensi : Metode Pembuatan Tepung Jagung Modifikasi dengan Cara Penggilingan Basah dan Pemanasan 2. Ketua Pengusul a. Nama Lengkap : Ir. Beni Hidayat, M.Si. b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : d. Disiplin ilmu : Teknologi Pangan e. Pangkat/Golongan : Pembina Tkt.I/IV b f. Jabatan : Lektor Kepala g. Fakultas/Jurusan : Politeknik Negeri Lampung/ Teknologi Pertanian h. Alamat Kantor : Jl. Soekarno-Hatta No. 10, Rajabasa Bandar Lampung i. Telp./Faks/ (0721)703995/(0721)787309/ polinela.ac..id j. Alamat Rumah : Jln. Canser No. 6, Perumahan Rajabasa Indah - Bandar Lampung k. Telp/Faks/ (0721)786367/beni_lpg@yahoo.co.id l. Ponsel : Jumlah Anggota : 2 (dua) orang a. Nama Anggota I : Ir. Nurbani Kalsum, M.Si b. Nama Anggota II : Surfiana, S.P., M.Si 4. Jenis Paten : 1. Paten 2. Paten Sederhana 5. Penelitian/pengabdian yang mendukung : Aplikasi Metode Pragelatinisasi Parsial untuk Memproduksi Tepung Jagung Modifikasi serta Aplikasinya Pada Pengolahan Aneka Produk Pangan, Hibah Bersaing DP2M Dikti, Nomor /PL15/KU/2013 Mengetahui Kepala UPPM Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 28 April 2014 Ketua Pengusul, Ir. Beni Hidayat, M.Si Ir. Beni Hidayat, M.Si NIP NIP Menyetujui: Direktur Politeknik Negeri Lampung, Ir. Joko SS Hartono, M.T.A NIP

3 DAFTAR ISI Halaman A. URAIAN UMUM.. 1 B. RANCANGAN DOKUMEN USULAN PATEN Uraian Penelusuran Paten Uraian Potensi Komersialisasi Rancangan Dokumen C. PEMBIAYAAN LAMPIRAN... 13

4 A. URAIAN UMUM 1. Judul Invensi : Metode Pembuatan Tepung Jagung 2. Ketua Pengusul Modifikasi dengan Cara Penggilingan Basah dan Pemanasan a. Nama Lengkap : Ir. Beni Hidayat, M.Si. b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : d. Disiplin ilmu : Ilmu dan Teknologi Pangan e. Pangkat/Golongan : Pembina Tkt. I/IV b f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor Kepala g. Fakultas/Jurusan : Teknologi Pertanian/Politeknik Negeri Lampung 3. Anggota Pengusul Anggota Pengusul I a. Nama Lengkap : Ir. Nurbani Kalsum, M.Si b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP : d. Disiplin ilmu : Teknologi Pasca Panen e. Pangkat/Golongan : Pembina Tkt.I/IV b f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor Kepala g. Fakultas/Jurusan : Teknologi Pertanian/Politeknik Negeri Lampung Anggota Pengusul II a. Nama Lengkap : Surfiana, S.P., M.Si b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP : d. Disiplin ilmu : Ilmu dan Teknologi Pangan e. Pangkat/Golongan : Penata Tk.I/III d f. Jabatan fungsional/struktural : Lektor g. Fakultas/Jurusan : Teknologi Pertanian/Politeknik Negeri Lampung 1

5 5. Subyek Paten : Metode/Proses 6. Jumlah Klaim Invensi : 2 (dua) 2

6 B. RANCANGAN DOKUMEN USULAN PATEN 1. Uraian Penelusuran Paten Invensi yang akan diajukan patennya oleh tim pengusul berjudul Metode Pembuatan Tepung Jagung Modifikasi dengan Cara Penggilingan Basah dan Pemanasan. Inovasi yang dilakukan pada invensi ini adalah suatu metode baru untuk memproduksi tepung jagung yang akan menghasilkan produk tepung jagung dengan karakteristik berbeda dan lebih baik dibandingkan tepung jagung yang diolah dengan metode konvensional. Berdasarkan invensi tersebut, maka penelusuran paten dilakukan dengan menggunakan kata kunci tepung jagung (corn flour). Hasil penelusuran paten di data base paten Indonesia, menunjukkan bahwa belum ada paten yang berkaitan dengan tepung jagung/corn flour (terlampir). Adapun hasil penelusuran paten di data base paten USA, menunjukkan bahwa terdapat 15 paten yang berkaitan dengan tepung jagung/corn flour (terlampir). Dari 15 paten tersebut terdapat 4 paten yang berkaitan erat dengan invensi ini, yaitu : (1) Paten dengan judul Continous production of an instant corn flour for snack and tortilla, using a neutral enzymatic precooking dengan nomor paten 7,459,174 yang diperoleh oleh Rubio et al. pada tanggal 2 Desember 2008 (terlampir). Paten ini berkaitan dengan produksi secara kontinyu tepung jagung yang telah dimasak dan sebelumnya ditambahkan enzim serta dihilangkan sebagian kulit arinya. Hal penting yang membedakan antara paten ini dengan invensi tepung jagung modifikasi adalah dalam hal adanya proses pemasakan. Pada invensi tepung jagung modifikasi, jagung tidak dimasak tapi dipanaskan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit dengan tujuan agar terjadi proses modifikasi secara fisik pada pati jagung. (2) Paten dengan judul Nixtamalized corn flour process and apparatus improvement for recovering heat and reducing particulate emission from

7 waste hot air dengan nomor paten 6,733,811 yang diperoleh oleh Rubio et al. pada tanggal 11 Mei 2004 (terlampir). Paten ini berkaitan dengan produksi tepung jagung nixtamal. Hal utama yang membedakan antara paten ini dengan invensi tepung jagung modifikasi adalah dalam hal proses pemasakan. Pada paten ini, proses pemasakan dilakukan dalam larutan kapur. Pada invensi tepung jagung modifikasi, jagung tidak dimasak tapi dipanaskan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit dengan tujuan agar terjadi proses modifikasi secara fisik pada pati jagung. (3) Paten dengan judul Method for the production of precooked and dehulled corn flour for tortila and arepa dengan nomor paten 6,326,045 yang diperoleh oleh Rubio et al. pada tanggal 4 Desember 2001 (terlampir). Paten ini berkaitan dengan produksi secara kontinyu tepung jagung yang telah dimasak dan dihilangkan sebagian kulit arinya. Pada invensi tepung jagung modifikasi, jagung tidak dimasak tapi dipanaskan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit dengan tujuan agar terjadi proses modifikasi secara fisik pada pati jagung. (4) Paten dengan judul Method for the production of whole nixtamalized corn flour, using a vacuum classifier cooler dengan nomor paten 8,263,154 yang diperoleh oleh Rubio et al. pada tanggal 11 September 2012 (terlampir). Paten ini berkaitan dengan produksi tepung jagung nixtamal. Hal utama yang membedakan antara paten ini dengan invensi tepung jagung modifikasi adalah dalam hal proses pemasakan. Pada paten ini, proses pemasakan dilakukan dalam larutan kapur untuk keseluruhan biji jagung. Pada invensi tepung jagung modifikasi, jagung tidak dimasak tapi dipanaskan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit dengan tujuan agar terjadi proses modifikasi secara fisik pada pati jagung. 2. Uraian Potensi Komersialisasi Potensi komersialisasi produk tepung jagung modifikasi hasil invensi didasarkan pada hal-hal berikut: 4

8 (1) Produk pangan berbahan baku jagung, seperti tortila dan aneka snack merupakan produk yang sangat disukai konsumen karena memiliki cita-rasa yang khas. (2) Penggunaan jagung sebagai bahan baku industri pangan idealnya digunakan dalam bentuk tepung karena akan memudahkan proses pengolahan dan pengembangan aneka varian produk. Hanya saja hingga saat ini produk tepung jagung dengan karakteristik yang ideal sebagai bahan baku produk pangan sangat sulit dijumpai di pasaran. Jikapun ada umumnya produk tepung jagung diproduksi untuk tujuan sebagai pakan ternak dengan karakteristik yang tidak sesuai untuk digunakan sebagai bahan baku produk pangan. Produk-produk pangan berbahan baku jagung umumnya diproduksi oleh industri pangan dengan menggunakan bahan baku jagung pipil. (3) Produk tepung jagung modifikasi memiliki karakteristik yang ideal untuk digunakan sebagai bahan baku pada pengolahan aneka produk pangan, sehingga produk ini merupakan solusi bagi industri pangan yang memproduksi aneka produk pangan berbahan baku jagung. 3. Rancangan Dokumen Usulan Paten Rancangan Dokumen Usulan Paten, disajikan pada halaman berikutnya 5

9 6 Deskripsi 5 METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN Bidang Teknik Invensi 10 Invensi ini berhubungan dengan metode pembuatan tepung jagung, lebih khusus lagi invensi ini berhubungan dengan metode pembuatan tepung jagung modifikasi dengan cara penggilingan basah dan pemanasan. Latar Belakang Invensi Tepung jagung merupakan produk olahan dari jagung segar ataupun jagung pipil dalam bentuk tepung dengan kadar air maksimal 13%. Tepung jagung memiliki kelebihan dibandingkan jagung segar dan jagung pipil karena memiliki masa simpan yang lebih panjang dan aplikasi penggunaan yang lebih luas. Pengolahan tepung jagung umumnya dilakukan dengan metode penggilingan kering. Pada metode penggilingan kering, jagung pipil digiling kasar sehingga dihasilkan jagung beras lalu dilakukan pemisahan kulit ari dan lembaga dengan cara ditampi lalu digiling halus. Tepung jagung yang dibuat dengan metode penggilingan kering (tepung jagung konvensional) memiliki berbagai kelemahan baik dari segi karakteristik fisik maupun fungsionalnya. Dari segi karakteristik fisik, tepung jagung konvensional memiliki butiran yang kasar dan bau yang mudah apek akibat pemisahan kulit ari dan lembaga yang kurang sempurna. Dari segi karakteristik fungsional, tepung jagung konvensional memiliki memiliki daya serap air rendah (2,24 g/g) dan kelarutan dalam air yang rendah (0,27 g/ml). Keterbatasan karakteristik fisik dan fungsional, tepung jagung konvensional tersebut tercermin dari rendahnya tingkat elastisitas adonan sehingga aplikasinya sebagai bahan baku aneka produk pangan menjadi terbatas. Melalui invensi ini telah dilakukan upaya perbaikan karakteristik tepung jagung baik karakteristik fisik maupun fungsionalnya. Tepung jagung yang telah mengalami perbaikan karakteristik ini disebut tepung jagung modifikasi. Upaya perbaikan karakteristik tepung pada invensi ini dilakukan melalui perbaikan karakteristik patinya. Pati merupakan komponen terbesar pada tepung jagung

10 (Hidayat, dkk., 2006). Menurut Marchal, et al. (1999), produk turunan/modifikasi pati (contohnya dekstrin) memiliki daya serap air dan kelarutan dalam air yang lebih baik dibandingkan pati asal. Proses hidrolisis pati merupakan salah satu metode untuk memperoleh produk turunan/modifikasi pati, dan dapat dilakukan secara fisik, kimia, serta enzimatis (Kearsley dan Dziedzic, 1995) Salah satu metode untuk memperbaiki karakteristik pati adalah dengan proses pragelatinisasi parsial. Proses pragelatinisasi parsial adalah proses modifikasi pati secara fisik menggunakan metode pemanasan pada suhu di atas titik gelatinisasi pati (Rismana, 2002; Kearsley dan Dziedzic, 1995). Hasil penelusuran paten yang dilakukan tim pengusul menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ditemukan paten tentang produk tepung jagung modifikasi atau tepung jagung yang telah diperbaiki karakteristiknya. Invensi berkaitan dengan tepung jagung yang telah dipatenkan sebelumnya lebih menitikberatkan pada peningkatan efisiensi proses pengolahan tepung jagung dan bukan pada upaya perbaikan karakteristiknya. Invensi sebelumnya yang dikemukakan oleh Rubio et al. (United States Patent Number 7,459,174 Tahun 2008) adalah produksi secara kontinyu tepung jagung yang telah dimasak dan sebelumnya ditambahkan enzim serta dihilangkan sebagian kulit arinya. Invensi ini memiliki beberapa perbedaaan mendasar dibandingkan invensi yang diajukan. Berbeda dengan invensi yang dilakukan Rubio et al. yang bertujuan mempermudah proses pelepasan kulit ari. Invensi yang diajukan mengaplikasikan proses hidrolisis pati secara fisik dalam bentuk tidak langsung (bahan berbentuk tepung) dengan cara pemanasan pasta jagung dengan tujuan agar terjadi proses modifikasi secara fisik pada pati jagung. Invensi lainnya adalah invensi yang juga dipatenkan oleh Rubio et al. (United States Patent Number 8,263,154 Tahun 2012) yaitu produksi tepung jagung nixtamal. Hal utama yang membedakan antara paten ini dengan invensi tepung jagung modifikasi adalah dalam hal proses pemasakan. Pada paten ini, proses pemasakan dilakukan dalam larutan kapur untuk keseluruhan biji jagung. Pada invensi tepung jagung modifikasi, jagung tidak dimasak tapi dipanaskan dengan tujuan agar terjadi proses modifikasi secara fisik pada pati jagung.

11 8 Uraian Singkat Invensi Obyek yang dihasilkan invensi ini menyediakan metode yang spesifik untuk menghasilkan tepung jagung modifikasi dengan karakteristik warna, daya serap air dan kelarutan dalam air yang lebih baik dengan cara penggilingan basah dan pemanasan menggunakan kabinet dryer yang dilaksanakan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit. Metode pembuatan tepung jagung modifikasi dengan cara penggilingan basah dan pemanasan, meliputi langkah-langkah berikut: a) Penggilingan kasar jagung pipil hingga dihasilkan jagung beras b) Perendaman dalam air selama 3 jam dilanjutkan dengan penghilangan kulit ari dan lembaga c) Penambahan air seperempat hingga setengah bagian jagung d) Penggilingan basah hingga dihasilkan pasta jagung e) Pemanasan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit f) Pengeringan lanjutan pada suhu 40 o C hingga 50 o C selama 4 jam hingga 5 jam. g) Penepungan menggunakan alat penepung Disk Mill h) Pengayakan menggunakan ayakan Tyler 80 mesh. 20 Uraian Lengkap Invensi Bahan baku yang digunakan adalah jagung pipil varietas Bisi II dan Pioneer yang diperoleh dari petani di daerah Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Sebelum dilakukan proses pengolahan, terlebih dahulu dilakukan proses sortasi untuk memisahkan jagung pipil yang rusak ataupun berjamur. Tepung jagung modifikasi diperoleh melalui tahapan penggilingan kasar, perendaman dalam air selama 3 jam dilanjutkan dengan penghilangan kulit ari dan lembaga, penambahan air seperempat hingga setengah bagian jagung, penggilingan basah hingga dihasilkan pasta jagung, dilanjutkan dengan proses modifikasi secara fisik dengan cara pemanasan menggunakan pengering kabinet pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit. Pasta tepung jagung hasil pemanasan memiliki kadar air yang tinggi (30%) sehingga perlu dilakukan proses pengeringan lanjutan. Proses pengeringan lanjutan dilakukan dengan menggunakan alat pengering kabinet pada suhu 40 o C hingga 50 o C

12 selama 4 jam hingga 5 jam. Hasil pengeringan lanjutan, diperoleh tepung jagung dengan kadar air 9,89%. Lempengan tepung jagung kering selanjutnya ditepungkan menggunakan alat penepung Disk Mill, dan pengayakan menggunakan ayakan Tyler 80 mesh sehingga diperoleh tepung jagung modifikasi. Tepung jagung yang dihasilkan memiliki viskositas maksimum 797 BU, derajat putih 55,50 ± 0,1 % daya serap air sebesar 2,58 ± 0,01 g/g dan kelarutan dalam air sebesar 0,58 ± 0,01 g/ml. Penelitian pendukung menggunakan jagung pipil sebagai bahan baku. Jagung pipil selanjutnya digiling kasar, direndam dalam air selama 3 jam, ditambahkan air seperempat hingga setengah bagian jagung serta dimodifikasi secara fisik dengan cara pemanasan menggunakan pengering kabinet dengan variasi suhu (70 o C dan 80 o C) dengan variasi waktu (30, 60, dan 90 menit). Selanjutnya dilakukan proses pengeringan lanjutan pada suhu 50 o C selama 4 jam, penepungan menggunakan alat penepung Disk Mill, dan pengayakan menggunakan ayakan Tyler 80 mesh. Tepung jagung modifikasi yang diperoleh selanjutnya diuji derajat putih, daya serap air dan kelarutan dalam air seperti tertera pada tabel berikut: Lama proses (menit) daya serap air (g/g) kelarutan dalam Derajat putih (%) air (g/ml) 30 2,35 0,35 55, ,58 55, ,58 0,56 55,52 20 Dalam kisaran suhu proses 65 hingga 75 o C, derajat putih, daya serap air dan kelarutan dalam air tepung jagung modifikasi cenderung konstan sekitar 55,50 ± 0,1%; 2,58 ± 0,01 g/g dan 0,58 ± 0,01 g/ml untuk waktu proses 80 hingga 100 menit. Karakteristik lengkap tepung jagung dimodifikasi yang diproses dengan cara penggilingan basah dan pemanasan dibandingkan tepung jagung konvensional, disajikan pada table berikut No Parameter tepung jagung dimodifikasi ungu kemerahan tepung jagung konvensional biru 1 Pembentukan reaksi warna dengan Iod 2 Suhu gelatinisasi ( o C) 92,5 90,2 3 Viskositas maksimum (BU) 797 BU 980 BU 4 Daya serap air (g/g) 2,58 2,24 5 Kelarutan dalam air (g/ml) 0,58 0,13 6 Kandungan amilosa (%) 43,91 25,13 7 Warna tepung (% derajat putih) 55,50 30,20

13 10 Klaim Metode pembuatan tepung jagung modifikasi dengan cara penggilingan basah dan pemanasan, meliputi langkah-langkah berikut: a) Penggilingan kasar jagung pipil hingga dihasilkan jagung beras. b) Perendaman dalam air selama 3 jam dilanjutkan dengan penghilangan kulit ari dan lembaga c) Penambahan air seperempat hingga setengah bagian jagung d) Penggilingan basah hingga dihasilkan pasta jagung e) Pemanasan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit f) Pengeringan lanjutan pada suhu 40 o C hingga 50 o C selama 4 jam hingga 5 jam g) Penepungan menggunakan alat penepung Disk Mill h) Pengayakan menggunakan ayakan Tyler 80 mesh 2. Metode sesuai dengan klaim 1, dimana produk yang dihasilkan memiliki derajat putih 55,50 ± 0,1% daya serap air sebesar 2,58 ± 0,01 g/g dan kelarutan dalam air sebesar 0,58 ± 0,01 g/ml

14 11 Abstrak METODE PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG MODIFIKASI DENGAN CARA PENGGILINGAN BASAH DAN PEMANASAN Invensi ini berhubungan dengan metode pembuatan tepung jagung modifikasi dengan karakteristik warna, daya serap air dan kelarutan dalam air yang lebih baik dengan cara penggilingan basah dan pemanasan yang dilaksanakan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut : a) Penggilingan kasar jagung pipil hingga dihasilkan jagung beras b) Perendaman dalam air selama 3 jam dilanjutkan dengan penghilangan kulit ari dan lembaga c) Penambahan air seperempat hingga setengah bagian jagung d) Penggilingan basah hingga dihasilkan pasta jagung e) Pemanasan pada suhu 65 o C hingga 75 o C selama 80 menit hingga 100 menit f) Pengeringan lanjutan pada suhu 40 o C hingga 50 o C selama 4 jam hingga 5 jam g) Penepungan menggunakan alat penepung Disk Mill h) Pengayakan menggunakan ayakan Tyler 80 mesh Dengan proses perwujudan ini, dihasilkan tepung jagung modifikasi dengan derajat putih 55,50 ± 0,1 % daya serap air sebesar 2,58 ± 0,01 g/g dan kelarutan dalam air sebesar 0,58 ± 0,01 g/ml

15 C. PEMBIAYAAN Rencana anggaran pembiayaan bantuan pendaftaran paten yang diajukan sejumlah Rp ,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) yang keseluruhannya akan digunakan untuk biaya pengelolaan dan pengajuan pendaftaran paten invensi.

16 H

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan pengembangan produk olahan dengan penyajian yang cepat dan mudah diperoleh, salah

Lebih terperinci

Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi

Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi Beni Hidayat et al KARAKTERISASI TEPUNG UBI KAYU MODIFIKASI YANG DIPROSES MENGGUNAKAN METODE PRAGELATINISASI PARSIAL (Characterization of Modified Cassava Flour

Lebih terperinci

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 24 Mei 2014 ISBN 978-602-70530-0-7 halaman 524-530 Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi

Lebih terperinci

Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava Stick

Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava Stick Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 501-507 Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium

Lebih terperinci

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI 1 Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu proses pembuatan mi jagung kering.

Lebih terperinci

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta no.10, Rajabasa Bandar Lampung. Telp. (0721) ) ABSTRACT

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung Jln. Soekarno Hatta no.10, Rajabasa Bandar Lampung. Telp. (0721) ) ABSTRACT KAJIAN OPTIMASI PROSES PENGOLAHAN PRODUK BERAS INSTAN UBI JALAR (Ipomoea batata L.) VARIETAS SHIROYUTAKA [Optimization of Production Process for Shiroyutaka Sweet Potato Instant Rice] Nurbani Kalsum 1),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar 2.366.410 ton dari luas lahan 166.332 Ha (BPS, 2013). Ubi jalar ungu ( Ipomea batatas)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

Karakteristik Dekstrin dari Pati Ubi Kayu yang Diproduksi dengan Metode Pragelatinisasi Parsial

Karakteristik Dekstrin dari Pati Ubi Kayu yang Diproduksi dengan Metode Pragelatinisasi Parsial Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (1): 13-23 ISSN 1410-5020 Karakteristik Dekstrin dari Pati Ubi Kayu yang Diproduksi dengan Metode Pragelatinisasi Parsial Characterization of Cassava Starch

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung. III. METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengkondisian Grits Jagung Proses pengkondisian grits jagung dilakukan dengan penambahan air dan dengan penambahan Ca(OH) 2. Jenis jagung yang digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai

Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (3): 188-196 ISSN 1410-5020 Optimasi Proses Pembuatan Bubuk (Tepung) Kedelai Optimization Process Soybean Flouring Hertini Rani, Zulfahmi, dan Yatim R. Widodo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan penanganan pascapanen yang serius

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

HIBAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) UNIVERSITAS DIPONEGORO MENUJU WORLDCLASS

HIBAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) UNIVERSITAS DIPONEGORO MENUJU WORLDCLASS HIBAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI) UNIVERSITAS DIPONEGORO MENUJU WORLDCLASS email : wcuhki@undip.ac.id A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2007, Undip merupakan salah satu dari 6 perguruan tinggi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus oestreatus) merupakan jamur konsumsi dari jenis jamur kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (UBER-HKI)

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (UBER-HKI) PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (UBER-HKI) Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2007 A. Umum Kekayaan intelektual adalah kekayaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat konsumsi mi di Indonesia cukup tinggi. Kurniawati (2006) mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara ke dua terbesar di dunia dalam tingkat konsumsi mi gandum

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL

PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL A. Umum Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

Lebih terperinci

PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI)

PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI) PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI) Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

(REVISI) PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI)

(REVISI) PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI) (REVISI) PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER-HKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 20 A. Umum Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI)

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI) PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015 A. Umum Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul

Lebih terperinci

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN KARAKTERISASI DAN PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP PRODUKSI TEPUNG BERAS MERAH (Oryza nivara) INSTAN FIRMAN SANTHY GALUNG Email : firman_galung@yahoo.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. Poir) mengandung antosianin yang bermanfaat

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. Poir) mengandung antosianin yang bermanfaat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. Poir) mengandung antosianin yang bermanfaat bagi kesehatan. Antosianin mampu untuk menginduksi penghambatan proliferasi

Lebih terperinci

Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi Sebagai Pangan Fungsional

Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi Sebagai Pangan Fungsional Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 473-479 Kajian Potensi Beras Siger (Tiwul Instan) Fortifikasi Sebagai Pangan Fungsional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT

METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung sukun, dan air distilata. Tepung sukun yang digunakan diperoleh dari Badan Litbang Kehutanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerupuk adalah salah satu makanan camilan yang dikonsumsi bersama makanan utama. Menurut Lavlinesia (1995) kerupuk adalah bahan kering berupa lempengan tipis yang terbuat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. Sekitar 30 % ubi kayu dihasilkan di Lampung. Produksi tanaman ubi kayu di Lampung terus meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

Bab VII PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL

Bab VII PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL Bab VII PENGELOLAAN KEKAYAAN INTELEKTUAL A. USULAN BERPOTENSI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL 1. Umum Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia yang dapat berupa karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.). PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.). TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Tugas Akhir Program

Lebih terperinci

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki TINJAUAN PUSTAKA Ubi jalar ungu Indonesia sejak tahun 1948 telah menjadi penghasil ubi jalar terbesar ke empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki kandungan nutrisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Snack atau makanan ringan adalah makanan yang dikonsumsi di sela-sela waktu makan dan bukan merupakan makanan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari secara teratur.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging TDTLA Pedaging HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama adalah pembuatan tepung daging-tulang leher ayam yang dilakukan sebanyak satu kali proses pembuatan pada waktu yang

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG Deskripsi PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan proses pembuatan bioplastik, lebih khusus lagi proses pembuatan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI)

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI) PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM UNGGULAN BERPOTENSI HKI (UBER- HKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 A. Umum Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan

Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan Oleh : Zindy Sukma Aulia P. (2308 030 022) Rahmasari Ibrahim (2308 030 064) Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan mie gembili adalah sebagai berikut: 1. Alat yang digunakan: a. Panci b. Slicer c. Pisau d. Timbangan e. Screen 80 mesh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta dan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Proses pembuatan tepung ubi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2014, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2014, bertempat di 10 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2014, bertempat di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian dan Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering dengan varietas Pioneer 13 dan varietas Srikandi (QPM) serta bahanbahan kimia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi jalar merupakan umbi yang cukup tinggi konsumsinya di Indonesia. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia adalah 2392 kg per kapita/tahun.

Lebih terperinci

UJI KERJA REAKTOR ENZIMATIS DALAM PEMBUATAN DEKSTRIN PATI JAGUNG MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

UJI KERJA REAKTOR ENZIMATIS DALAM PEMBUATAN DEKSTRIN PATI JAGUNG MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase TUGAS AKHIR UJI KERJA REAKTOR ENZIMATIS DALAM PEMBUATAN DEKSTRIN PATI JAGUNG MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase (Enzymatic Reactor Performance Test in the Manufacture of Corn Starch Dextrin Using Enzyme α-amylase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan Laboratorium Biondustri TIN IPB, Laboratorium Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Karakteristik menir segar Karakteristik. pengujian 10,57 0,62 0,60 8,11 80,20 0,50 11,42 18,68.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Karakteristik menir segar Karakteristik. pengujian 10,57 0,62 0,60 8,11 80,20 0,50 11,42 18,68. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK MENIR SEGAR Pengujian karakteristik dilakukan untuk mengetahui apakah bahan baku yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pengolahan tepung menir pragelatinisasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gembili Menurut Nur Richana (2012), gembili diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh- tumbuhan) Divisio : Magnoliophyta ( tumbuhan berbiji

Lebih terperinci

HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN

HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN NaOH PAPAIN DENGAN METODE SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SIMULTAN Dini Anggriani 2306100036,Erika Ariane Susilo 2306 100 090 Prof.Dr.Ir. Nonot Soewarno,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L. LAMPIRAN Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) 47 Lampiran. Oven Lampiran 4. Autoklaf 48 Lampiran 5. Tanur Lampiran

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PATI AREN (Arenga pinnata) TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN HCl KARYA ILMIAH TERTULIS (S K R I P S I)

KARAKTERISASI PATI AREN (Arenga pinnata) TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN HCl KARYA ILMIAH TERTULIS (S K R I P S I) KARAKTERISASI PATI AREN (Arenga pinnata) TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN HCl KARYA ILMIAH TERTULIS (S K R I P S I) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata Satu Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot Esculenta) merupakan tanaman umbi berupa perdu dengan nama lain singkong atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika Selatan, tepatnya dari negara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap Persiapan Penelitian Tahap persiapan penelitian adalah tahap persiapan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan cookies jagung yaitu tepung jagung. Kondisi bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering varietas pioner kuning (P-21). Jagung pipil ini diolah menjadi tepung pati jagung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang terus meningkat. Namun demikian peningkatan ini tidak seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga terjadi masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

MUTU FISIK TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) HASIL PENGERINGAN MICROWAVE YANG DIPENGARUHI VARIETAS DAN DURASI PROSES PENEPUNGAN

MUTU FISIK TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) HASIL PENGERINGAN MICROWAVE YANG DIPENGARUHI VARIETAS DAN DURASI PROSES PENEPUNGAN MUTU FISIK TEPUNG UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) HASIL PENGERINGAN MICROWAVE YANG DIPENGARUHI VARIETAS DAN DURASI PROSES PENEPUNGAN SKRIPSI Oleh Nazimuddin NIM 091710201044 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

Nomor : 199/E5.1/LL/III/ Maret 2016 Lampiran : satu set Perihal : Program Unggulan Berpotensi HKI (UBER HKI) Tahun 2016

Nomor : 199/E5.1/LL/III/ Maret 2016 Lampiran : satu set Perihal : Program Unggulan Berpotensi HKI (UBER HKI) Tahun 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN RISET DAN PENGEMBANGAN Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta 10340 Gedung II BPPT, Lantai 20 Telepon (021) 316-9778. Faksimili

Lebih terperinci

BAB X PENGAWASAN MUTU

BAB X PENGAWASAN MUTU BAB X PENGAWASAN MUTU Pengawasan mutu merupakan aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat mempertahanan sebagaimana yang telah direncanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi dan Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA EMBRYO VOL. 7 NO. 1 JUNI 2010 ISSN 0216-0188 ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA Iffan Maflahah Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang tumbuk (mashed potato) adalah kentang yang dihaluskan dan diolah lebih lanjut untuk dihidangkan sebagai makanan pendamping. Di Italia mashed potato disajikan

Lebih terperinci

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4 Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4 No. 1: 51-56 PEMBUATAN DAN UJI KARAKTERISTIK FISIK BERAS ANALOG BERBAHAN BAKU TEPUNG SINGKONG YANG DIPERKAYA DENGAN PROTEIN UDANG THE PRODUCTION AND PHYSICAL CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tepung Tapioka Skala Rakyat Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri

Lebih terperinci

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG

PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG PENGARUH HEAT MOISTURE TREATED (HMT) TERHADAP PROFIL GELATINISASI TEPUNG JAGUNG HEAT MOISTURE TREATED (HMT) INFLUENCE ON CORN FLOUR GELATINIZATION PROFILES Oke Anandika Lestari 1), Feri Kusnandar 2) dan

Lebih terperinci