BAB 16 PENYAKIT HEMATOLOGI
|
|
- Leony Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 16 PENYAKIT HEMATOLOGI PROSES HEMATOPOIESIS Produksi dari semua jenis sel darah terjadi di sumsum tulang sebagai hasil diferensiasi dari prekursor pluripotensial atau sel induk primitif. Hal ini merupakan proses self-regulasi, dengan distrubusi normal target jenis sel dan pemeliharaan steady state dari keseimbangan produksi dengan natural senescence dan pembuangan dari sistem. Sistem hematopoietik dapat merespon permintaan yang diterima oleh trigger seperti infeksi, penolakan imun, hemorrhage, atau hipoksia dengan mengubah distribusi dari jenis sel, melalui peningkatan atau penurunan produksi jenis sel tertentu. Sinyal timbal balik disediakan oleh sitokin terhadap sel induk untuk memproduksi sel dewasa dari tipe tertentu yang lebih banyak dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya, trombopoietin adalah sitokin primer yang diketahui menjadi pencetus bagi megakaryosit untuk berdiferensiasi dan berproliferasi menjadi tambahan platelet, eritropoietin untuk eritrosit, dan granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) untuk granulosit, walaupun simulasi silang juga masih mungkin terjadi. 1 Terdapat pengecualian untuk limfosit, dimana dapat diproduksi dalam jumlah yang lebih besar tiap hari dari yang diperlukan oleh tubuh, yang mana banyak dihancurkan selama produksi. Sel induk pluripoten akan dewasa dalam dua jalan prekursor utama, yaitu limfopoietik dan hematopoietik. Prekursor utama sel limfopoietik yaitu sel B maupun sel T, yang mana mengalami diferensiasi seluler secara berturut-turut menjadi sel B memori, sel B plasma, dan sel T memori helper supresor serta limfosit granular. Prekusor utama sel hematopoietik yaitu sel megakaryositik yang akan mature menjadi platelet, sel eritroid yang akan mature menjadi eritrosit, atau sekelompok sel myelomonositik, yang mengalami diferensiasi seluler dan maturasi menjadi jenis sel-sel berikut: monosit, eosinofil, neutrofil, dan basofil.
2 Pemeriksaan hitung lengkap sel darah perifer (CBC) dan differential white blood cells dan hapusan darah tepi dilakukan untuk mendeteksi morfologi eritrosit, adanya ketidaknormalan atau sel darah putih yang tidak matang, dan ukuran platelet, dikombinasikan dengan pemeriksaan sumsum tulang dengan biopsi, dapat mengungkap banyak hal tentang homeostasis yang penting dalam diagnosis serta manajemen dari bermacam-macam kelainan klinis. Kelainan tersebut adalah kelainan neoplastik dan non-neoplastik. Identifikasi morfologi dan biokimia mungkin dibutuhkan untuk membedakan jenis sel primitif yang telah mengalami kelainan dalam leukemia akut. Subtipe leukemia dan limfoma juga dapat dibedakan dengan menggunakan antibodi monoklonal berlabel yang akan melawan sel antigen atau dengan menggunakan teknik imunohistokimia untuk mendemonstrasikan antigen sitoplasmik dalam potongan jaringan. Elektron mikroskopi, sitogenetik, dan demonstrasi defek genetik serta penyusunan ulang gen juga dapat menjadi nilai diagnostik. Sewaktu terbentuk, jenis sel yang berbeda mempunyai masa hidup yang berbeda pula (contoh, 120 hari untuk eritrosit, 5-10 hari untuk platelet, 6 jam sampai 3 hari untuk neutrofil) sebelum mereka tersenescent. Senescent atau dengan kata lain eritrosit yang rusak dikenali dan dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial. Setidaknya separuh senescent eritrosit dihancurkan dalam limpa oleh splenik makrofag dan sel merah sisanya dihancurkan dalam hati, sumsum tulang, atau tempat lain dari sistem fagosit manonuklear. Neutrofil akan mati melalui apoptosis; tetapi pencetusnya tidak diketahui. Platelet yang menua juga diangkut ke limpa dan akan difagosit oleh makrofag. KELAINAN SEL DARAH MERAH Level eritrosit dapat meningkat atau menurun pada berbagai keadaan penyakit. Tabel 1 menunjukkan tes laboratorium penting untuk kelainan sel darah merah.
3 Nama Tes Sel darah merah (RBC) TABEL 1 Test Laboratorium Penting untuk Kelainan Sel Merah Batas normal (unit SI) Pria dewasa: 4,5-9,0x10 6 /μ Wanita dewasa: 4,5-5,1x10 6 / μ Peningkatan Penurunan Penemuan Polisitemia; eritrositosis; kehilangan cairan due to dehidrasi; diuretik; diare; luka bakar Anemia Index RBC Makrositosis Mikrositosis Mean corpuscular volume Mean corpuscular hemoglobin Mean corpuscular hemoglobin concentration Hemoglobin Dewasa: μm 2 Defisiensi vitamin B 12 dan folat Anemia defisiensi besi; talassemia 27,5-33,2 pg Hiperkromia Anemia 33,4-35,5% (konsentrasi fraksi 0,334-0,335) Pria dewasa: 14,0-17,5 g/dl Wanita dewasa: 12,3- Hiperkromia hipokromik Anemia hipokromik dalam Rongga Mulut Pucat, mukosa oral atrofi; pada anemia kronis, mungkin terdapat pola trabekular yang besar pada dental radiograf dari sumsum hipertrofi
4 15,3 g/dl Hematocrit Pria dewasa: 41,5-50,4% Wanita dewasa: 35,9-44,6% Eritrositosis Eritrositosis menggambarkan keadaan dimana terjadi peningkatan sel darah merah (RBCs) dalam sirkulasi, dicirikan oleh adanya hematokrit (HCT) yang secara konsisten meningkat. Kondisi meningkatnya RBCs dalam sirkulasi meliputi apparent eritrositosis, eritrosisotsis relatif dan absolut (baik kasus primer maupun sekunder), dan eritrositosis idiopatik (IE). Pengukuran massa RBC harus dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan HCT vena yang meningkat secara persisten (>52% untuk pria, >48% untuk wanita dalam waktu lebih dari 2 bulan). 2 Apparent erotrositosis didiagnosa ketika seseorang mengalami peningkatan HCT vena tetapi massa RBC di bawah batas yang direkomendasikan. Eritrositosis relatif secara umum muncul dengan keadaan dehidrasi yang signifikan, penggunaan diuretik, diare, atau luka bakar, dimana terjadi hemokonsentrasi, seperti massa RBC dalam referensi batas normal, sedangkan volume plasma berada di bawah batas yang direferensikan. Eritositosis absolut didiagnosis ketika pengukuran massa RBC seseorang lebih dari 25% di atas nilai prediksi rata-rata. Saat eritrositosis absolut telah didiagnosis, sangat penting untuk mengidentifikasi etiologi dasarnya. Eritrositosis absolut biasanya dibagi menjadi bentuk primer dan sekunder. Eritrositosis primer adalah kondisi dimana ruang eritropoietik mengembang secara bebas atau merespon secara inadekuat terhadap pengaruh dari luar. Eritrositosis primer meliputi familial primer dan kongenital polisitemia karena mutasi reseptor gen eritropoietin (Epo) dan kelainan myeloproliferatif polisitemia vera (PV). 3
5 Eritrositosis sekunder dikendalikan oleh faktor ekstinsik hormonal (secara predominan oleh Epo) terhadap ruang eritroid. Peningkatan sekresi Epo mungkin mewakili respon fisiologi terhadap hipoksia jaringan, produksi Epo yang tidak normal, atau disregulasi dari oxygen-dependent Epo synthesis. 3 Eritrositosis sekunder juga terbentuk dari congenital highoxygen affinity hemoglobin, hipoksia karena merokok dan penyakit paru kronis, penyakit sianotik jantung kongenital dengan intracardiac shunts, sindrom hipoventilasi, chronic high altitude, dan transplantasi post-renal. 4 IE juga ditandai oleh meningkatnya massa RBC karena sebab yang tidak diketahui. Hal ini didiagnosis berdasarkan pengeluaran PV dan bermacam eritrositosis kongenital primer dan eritrositosis sekunder dapatan. Frekwensi kejadian IE telah diperkirakan 110 per subjek, dimana angkanya lebih tinggi daripada observasi pada PV. 5 Mekanisme heterogen yang mendasari IE telah diusulkan, termasuk early PV dan polisitemia sekunder yang tak dikenali atau polisitemia kongenital. IE adalah suatu penyakit tetap dengan resiko trombotik rendah dan perkembangan spontan menjadi leukemia akut atau myelofibrosis yang jarang. Plebotomi menjadi hal yang kontroversial, dan obat-obatan myelosupresif sebaiknya dihindari. Polisitemia Vera PV adalah penyakit myeloproliferatif kronis yang ditandai oleh proliferasi predominan dari deretan sel eritroid dan disfungsi sumsum tulang primer yang menghasilkan hemorrhage, thrombosis, dan peningkatan massa RBC. Baik eritrosit maupun megakaryosit memainkan peranan penting dalam menyebabkan komplikasi penyakit. PV menunjukkan spektrum histopatologi dari 2 tahap yang dikenal, yaitu fase polisitemik dan fase postpolisitemik. 6 Diagnosis dari PV didasarkan pada kriteria klinis. Pertama kali dideskripsikan oleh Vasques pada tahun 1892 sebagai eritrositosis autonom, penyebab PV tidak diketahui. PV adalah kelainan yang jarang, dengan insidensi minimum 2,6 per kasus,
6 dan terutama umum ditemukan pada penduduk keturunan Ashkenazi Jewish. 7 Puncak insidensi terjadi pada dekade keenam, kira-kira dengan distribusi gender yang setara. Ciri-ciri khas dari PV adalah pembentukan koloni eritroid in vitro Epo-independent dan hipersensitivitas terhadap banyak hormon pertumbuhan hematopoietik lainnya. 7 Baru-baru ini poin mutasi spesifik (V617F) dalam gen Janus tirosin kinase 2 (JAK) digambarkan dalam sebagian besar penderita PV. 6,7 DIAGNOSIS Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria yang dikembangkan oleh Polycythemia Vera Study Group. Kriteria mayor meliputi peningkatan massa RBC, saturasi oksigen normal, dan splenomegali yang teraba. 8 Screening untuk JAK2 V617F sekarang ditambahkan pada kedua diagnostic algoritma. MANIFESTASI KLINIK PV biasanya asimptomatik. Ketika gejala muncul, dapat berupa pruritus, vertigo, nyeri pencernaan, sakit kepala, parestesia, lelah otot, kelemahan, gangguan penglihatan, tinnitus, plethora, dan gusi berdarah. PV dapat dicurigai pada pasien dengan peningkatan level hemoglobin atau HCT, splenomegali, atau thrombosis vena porta. MANIFESTASI ORAL PV dapat bermanifestasi dalam intra oral dengan adanya eritema (warna merah keunguan) pada mukosa, glossitis, dan eritematus, pembengkaan gusi. 9 Perdarahan spontan dapat terjadi karena adanya lokasi utama perdarahan, walaupun jarang, hal tersebut dilaporkan terjadi pada kulit, membran mukosa, dan saluran pencernaan. PERAWATAN Prognosis secara kuat dikaitkan dengan resiko thrombosis dan perkembangan penyakit; dengan demikian, perawatan ditujukan ke arah
7 meminimalisir komplikasi koagulopatik dan mencegah metaplasia myeloid dengan myelofibrosis atau transformasi menjadi leukemia myeloid akut. Pasien yang tidak dirawat dapat bertahan selama 6 samapi 18 bulan, padahal dengan perwatan yang adekuat dapat memperpanjang harapan hidup penderita menjadi lebih dari 10 tahun. 8 Perawatan sitoreduktif hiperviskositas darah dengan plebotomi (untuk membersihkan RBCs) atau kemotrapi adalah pilihan perwatan. Target level umum untuk HCT yang dapat diterima adalah <45% untuk pria dan <42% untuk wanita. 10 Terapi aspirin dosis rendah ( mg/d) berhasil dilakukan pada profilaksis primer dari komplikasi vaskuler. Teknik-teknik tersebut jika digunakan bersama secara dramatis mengurangi jumlah komplikasi trombotik dan pada hakikatnya meningkatkan angka untuk bertahan hidup. 11 Kebanyakan penderita membutuhkan terapi myelosupresif selama menghadapi penyakit mereka karena adanya myeloproliferasi yang profgresif. Hydroxyurea adalah obat primer yang digunakan sepanjang masa hidup, dan α-interferon adalah alternatif bagi pasien yang lebih muda. Kedua agen tersebut mempunyai efek samping yang potensial walaupun sudah digunakan sesuai dengan kebutuhan. Radioaktif fosfor ( 32 P) telah digunakan pada masa lalu, dengan angka keberhasilan mencapai 80-90%; bagaimanapun, penggunaannya terbatas jika dikaitkan dengan peningkatan insidensi transformasi leukemia akut parah. Dengan pengecualian transplantasi sumsum tulang yang langka, tidak ada perawatan kuratif yang diketahui untuk PV. 12 PERTIMBANGAN KESEHATAN ORAL Kontrol perdarahan setelah operasi dental sebaiknya dipertimbangkan. Perdarahan pada pasien dengan PV mungkin dikaitkan dengan platelets counts yang tinggi, penyakit von Willebran s dapatan, dan terapi obat antiplatelet dosis tinggi. Dosis aspirin yang rendah jarang dihubungkan dengan kompliksi pedarahan dari pencabutan gigi. 13 Walaupun tidak diperkirakan adanya perdarahan, variasi luas dari defek fungsi platelet dilaporkan pada PV. Perdarahan yang signifikan secara
8 klinis mungkin bertentangan dengan kebutuhan transfusi platelet 14 dan peran asam ε-aminokaproat dan traneksamat telah diusulkan oleh beberapa orang. 15 Ukuran lain sebagai pertimbangan dalam persiapan pasien PV untuk operasi dental rutin meliputi kontrol blood counts dengan plebotomi atau terapi obat dan penyesuaian yang cocok dalam terapi antiplatelet dan/atau antikoagulan. 16 Anemia Anemia adalah proses kelainan dimana jumlah produksi sel merah gagal menyesuaikan dengan jumlah sel yang dihancurkan, sehingga menghasilkan pengurangan konentrasi hemoglobin. Hal ini dapat terjadi sebagai hasil dari perdarahan diathesis akut atau penyakit kronis. Transfusi sel merah dapat meningkatkan konsentrasi hemoglobin dalam jangka pendek untuk anemia akut tetapi tidak berguna untuk mengatasi kelainan yang dikaitkan dengan anemia kronik. Tujuan dari manajemen anemia kronis adalah untuk mengembalikan kemampuan penderita dan kualitas hidupnya dengan mengembalikan produksi efektif sel merah. Pasien anemia kronis mungkin berhasil jika diterapi zat besi intravena atau oral dan/atau agen stimulasi eritropoiesis. 17 Anemia karena Kehilangan darah: Anemia Defisiensi Besi Defisiensi besi didefinisikan sebagai penurunan total zat besi dalam tubuh dimana cadangan zat besi telah sepenuhnya habis dan munculnya beberapa penurunan zat besi dalam jaringan. Dalam kajian epidemiologi, telah ada hal umum untuk menentukan prevalensi defisiensi besi ringan tanpa anemia dan anemia defisiensi besi tingkat lanjut. 18 Secara umum, defisiensi besi adalah ancaman kesehatan yang serius. Defisiensi besi tiap tahunnya berkontribusi kematian dan mengalami kecacatan, dimana defisiensi besi ini merupakan faktor resiko kematian pada ibu hamil dan paska melahirkan dan berkontribusi langsung pada kegagalan fungsi kognitif, penurunan produktivitas kerja, dan kematian akibat anemia berat. 19
9 DIAGNOSIS Diagnosis dari anemia defisiensi besi adalah adanya anemia hipokromik mikrositik karena persediaan zat besi yang tidak adekuat untuk sintesis hemoglobin normal dalam perkembangan sel eritroid di sumsum tulang, mencakup deretan berbagai tes. Anemia sebagai manifestasi penurunan hemoglobin dan HCT pada CBC adalah petunjuk khas defisiensi besi. Ditambah lagi, pengukuran iron-deficient eritropoiesis, seperti saturasi besi transferrin, konsentrasi rata-rata hemoglobin korpuskuler, eritrosit seng protoporfirin, persentase eritrosit hipokromik, atau konsentrasi retikulosit hemoglobin,diperlukan sebagai bantuan dalam diagnosis, dimana sulit dibedakan dari anemia penyakit kronis. 18 Pengukuran screening mengidentifikasi iron-deficient eritropoiesis dengan mendemonstrasikan penurunan pasokan zat besi plasma atau hemoglobinisasi yang buruk dari sirkulasi RBCs. Hal teresebut meliputi hemoglobin, saturasi transferrin, mean corpuscular hemoglobin, seng protoporfirin, dan retikulosit hemoglobin. 18 Hapusan darah tepi dan pemeriksaan eritrosit menunjukkan hipokromik mikrositik RBCs dalam anemia defisiensi besi kronis. Pengujian yang pasti mengidentifikasi anemia defisiensi besi dengan mengukur protein-protein yang berkaitan dangan zat besi baik dari cadangan zat besi di makrofag maupun di perkursor sel merah. Hal tersebut termasuk serum ferritin, reseptor serum transferrin, dan zat besi di sumsum tulang. Diagnosis pasti defisiensi besi memerlukan bukti bahwa cadangan zat besi telah sepenuhnya habis dan menunjukkan defisiensi zat besi di jaringan. Pendekatan diagnosa yang optimal adalah untuk mengukur serum ferritin sebagai index dari cadangan zat besi dan reseptor serum transferrin sebagai index dari defisiensi besi jaringan. Pada peningkatan resiko karena defisiensi besi akibat kebutuhan fisiologi zat besi yang tinggi, level serum ferritin 30 μg/l pada seseorang dengan anemia didiagnosa sebagai anemia defisiensi besi, tetapi nilai yang lebih tinggi juga ikut mempengaruhinya. 18
10 Diagnosis dari defisiensi besi harus selalu diikuti oleh alasan penaksiran yang hati-hati atas penyebab dasar atau etiologinya. Bermacam-macam penyebab anemia defisiensi besi deklasifikasikan menjadi 2 kategori utama: fisiologi dan patologi. Penyebab paling sering adalah fisiologi dan berkaitan dengan defisiensi nutrisi. Prevalensi defisiensi besi yang meningkat pada wanita selama usia remaja mereka ketika sedang menstruasi superimpose dengan kebutuhan pertumbuhan dan di antara wanita hamil dengan kebutuhan zat besi tambahan untuk fetus. Penyebab umum lain yang lebih jarang dari anemia defisiensi besi adalah peningkatan kehilangan darah di pencernaan akibat gastritis karena penggunaan kronis aspirin atau obat-obatan non-steroid anti inflamasi dan donor darah regular pada wanita premenopause. Anemia defisiensi zat besi patologi selalu dikarenakan oleh hilangnya darah yang terlalu banyak. Pada kebanyakan penderita, sumber perdarahan adalah pada saluran pencernaan akibat hemorrhoids, ulkus peptikum, varises esophageal, atau karsinoma atau dari perdarahan uterin berlebih pada wanita. MANIFESTASI KLINIS Gejala klinis paling penting adalah kelelahan otot kronis. Gejala ini mungkin disertai dengan penemuan klinis tertentu, seperti kepucatan pada konjuntiva, bibir, dan mukosa oral; lempeng kuku yang rapuh, retak (cracking), pecah (splitting), dan berbentuk seperti sendok (spooning); dan keriput pada telapak tangan biasa digunakan oleh dokter dalam mendiagnosis anemia. Di antara 50 calon penderita yang akan diperiksa, secara statistik tercatat korelasi signifikan antara konsentrasi hemoglobin dengan hal-hal berikut ini: warna pada konjungtiva kelopak mata bawah, rubor pada lempeng kuku, lempeng kuku pucat, dan rubor pada lipatan palmar. Hasil dari studi ini mendukung anggapan bahwa timbulnya dan derajat anemia dapat diperkirakan secara klinis oleh pemeriksaan fisik yang teliti. 20 Penemuan lain mungkin termasuk palpitasi, napas yang pendek, mati rasa dan geli pda jari tangan dan kaki, serta nyeri tulang.
BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis mieloproliferatif. Pada penderita PV, terdapat produksi berlebih sel-sel darah akibat hipersensitifitas proses hematopoesis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e
BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciTHALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010
THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciKelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik
Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan
Lebih terperinciMengenal Penyakit Kelainan Darah
Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Thalassemia Thalassemia merupakan kelainan genetik dimana terjadi mutasi di dalam atau di dekat gen globin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini terus melakukan pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik, peningkatan taraf hidup setiap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.
digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polisitemia Vera 2.1.1 Sejarah Polisitemia vera pertama kali diperkenalkan pada tahun 1882 oleh Louis Henri Vaquez 20,21 kemudian diperjelas oleh William Osler (1849-1919) pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit
Lebih terperinciCLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI
CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI Oleh : Dr.Prasetyo Widhi Buwono,SpPD-FINASIM Program Pendidikan Hematologi onkologi Medik FKUI RSCM Ketua Bidang advokasi
Lebih terperinciSILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN
SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Hematologi Bobot : 4 SKS Semester : II Standar Kompetensi : etiologi, patogenesis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya secara resesif yang disebabkan karena kelainan
Lebih terperinciMAKALAH GIZI ZAT BESI
MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN
Lebih terperinciABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA)
ABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA) Hana Setiawati Dhanisworo, 2006 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr. Pembimbing II : Surjadi Kurniawan, dr., M. Kes Gejala anemia merupakan komplikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan
Lebih terperinciBAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi
BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering
Lebih terperinciCurriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan
Curriculum vitae Nama : AA G Sudewa Djelantik Tempat/tgl lahir : Karangasem/ 24 Juli 1944 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jln Natuna 9 Denpasar Bali Istri : Dewi Indrawati Anak : AAAyu Dewindra Djelantik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE
ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciPATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang
PATHWAY THALASEMIA Penyebab primer: - Sintetis Hb A
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperincileukemia Kanker darah
leukemia Kanker darah Pendahuluan leukemia,asal kata dari bahasa yunani leukos-putih,haima-darah. leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol dan menggangu pembelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global yang mempengaruhi derajat kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciAnemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya
Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang
Lebih terperinciIndek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)
Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik / penyakit ginjal tahap akhir (ESRD / End Stage Renal Disease) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
Lebih terperinciLimfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma
Lebih terperinciAnemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK
Anemia Hemolitik Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia hemolitik didefinisikan : kerusakan sel eritrosit yang lebih awal.bila tingkat kerusakan lebih cepat dan kapasitas sumsum tulang
Lebih terperinciDiabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya
Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
11 Adaptasi (kelompok AP,AIS,AIP) H H + 2 H - 14 Pengambilan darah simpan (kelompok AP) pre post Perdarahan 30% via splenektomi + autotransfusi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 7 Panen (kelompok AP,AIS,AIP) Gambar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:
Lebih terperinciKEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA
KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA Penyakit Mieloproliferatif Suatu penyakit kronik, akibat proliferasi clone sel sumsum tulang,sehingga peningkatan produksi satu atau lebih seri hematopoisis. Terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mukosa mulut yang bersifat kambuhan, merupakan salah satu lesi mulut yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu kondisi peradangan pada mukosa mulut yang bersifat kambuhan, merupakan salah satu lesi mulut yang paling menyakitkan dan dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia secara praktis didefenisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas normal. Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat
Lebih terperinciThalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N
Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke
Lebih terperinciNONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciBAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI
BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI Hipoposphatasia merupakan penyakit herediter yang pertama kali ditemukan oleh Rathbun pada tahun 1948. 1,2,3 Penyakit ini dikarakteristikkan oleh gen autosomal resesif pada bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik. 1. Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia pada Gagal Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik adalah sindoma klinik karena penurunan fungsi ginjal menetap karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hemoglobin Darah orang dewasa normal memiliki tiga jenis hemoglobin, dengan komponen utama adalah hemoglobin A dengan struktur molekul α 2 β 2. Hemoglobin minor yang memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat
Lebih terperinciTATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
IMUNODEFISIENSI PRIMER TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TATA LAKSANA IMUNODEFISIENSI PRIMER: PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA 1 IMUNODEFISIENSI PRIMER Imunodefisiensi
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciSatuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Anemia mempengaruhi secara global 1,62 miliar penduduk dunia,
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia mempengaruhi secara global 1,62 miliar penduduk dunia, berkaitan dengan 24,8% populasi dunia. Defisiensi besi adalah penyebab yang paling umum. Defisiensi
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciKorelasi Mutasi JAK2 V617F dengan Keparahan Klinis pada Pasien Neoplasma Myeloproliferatif yang Memiliki Kromosom Philadelphia Negatif
LAPORAN AKHIR PENELITIAN Korelasi Mutasi JAK2 V617F dengan Keparahan Klinis pada Pasien Neoplasma Myeloproliferatif yang Memiliki Kromosom Philadelphia Negatif Penyusun Laporan : 1. dr. Santosa, SpPD 2.
Lebih terperinciREINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI
REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2 DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI Pengantar Tugas Drg. tidak hanya tahu dan merawat masalah gigi saja, tetapi juga perlu tahu dan sebisa mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA) merupakan salah satu penyakit otoimun di bagian hematologi. AIHA tergolong penyakit yang jarang, akan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. negara berkembang yang tidak hanya mempengaruhi segi kesehatan masyarakat
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global pada negara maju dan negara berkembang yang tidak hanya mempengaruhi segi kesehatan masyarakat namun juga segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Chronic myelogenous leukemia (CML) merupakan keganasan hematologi yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, CML merupakan keganasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Setiap penyakit yang terjadi
Lebih terperinciPenyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN
Penyakit Leukimia TUGAS 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah Editor : LUPIYANAH G1C015041 D4 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb atau kadar eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia merupakan kondisi terjadinya penurunan Haemoglobin (hb), hematokrit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Asma merupakan penyakit kronik yang sering ditemukan dan merupakan salah satu penyebab angka kesakitan pada anak di seluruh dunia. Di negara maju dan negara berkembang
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS
PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK Renaldi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana
Lebih terperinciBAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel punca sendiri merupakan sel yang mampu mereplikasi dirinya dengan cara beregenerasi, mempertahankan, dan replacing akhir diferensiasi sel. (Perin, 2006). Penelitian
Lebih terperinciKelainan darah pada lupus eritematosus sistemik
Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring merupakan jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium Patologi Anatomi FKUI melaporkan
Lebih terperinci