GAMBARAN PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) DI JAKARTA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) DI JAKARTA BARAT"

Transkripsi

1 GAMBARAN PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) DI JAKARTA BARAT SKRIPSI Oleh : Marlina Muli Sinungan Jurusan Psikologi - Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara Jakarta 2012

2 GAMBARAN PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) DI JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi Fakultas Humaniora Jenjang Pendidikan Strata 1 Oleh : Marlina Muli Sinungan Jurusan Psikologi - Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara Jakarta

3 GAMBARAN PENERIMAAN ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) DI JAKARTA BARAT Marlina Muli Sinungan ABSTRAK Anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian lebih dari orang tuanya agar mereka dapat berkembang dengan baik. Salah satu contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan gangguan ADHD. Skripsi ini mencoba menggambarkan lebih dalam mengenai gambaran penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat yang bertujuan agar orang tua memahami gambaran penerimaan dirinya agar dapat memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh anak ADHD secara utuh. Analisa yang dilakukan mengacu pada tinjauan pustaka mengenai penerimaan orang tua dan anak ADHD beserta defisit yang dialami. Peneliti harap dapat memunculkan sesuatu kesimpulan dan saran mengenai gambaran penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD dari penelitian ini. Kata Kunci : Penerimaan, Penerimaan orang tua, ADHD.

4 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... x BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penerimaan (Acceptance) Tahapan Penerimaan Tahap denial (penolakan) Tahap anger (marah) Tahap bargainning (tawar menawar) Tahap Depression (depresi) Tahap Acceptance (penerimaan) Aspek-Aspek Penerimaan Orang tua Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Orang tua... 15

5 2.5 ADHD Pengertian ADHD Kriteria ADHD Tipe-tipe ADHD Penyebab ADHD BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Populasi Sampel Teknik Sampling Desain Penelitian Definisi Operasional Variabel Penelitian Domain Penerimaan Orang Tua Setting Lokasi Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Instrumen Penelitian dan Pengukuran Prosedur Tahap Persiapan Penelitian Penentuan Topik, Desain Penelitian, Subyek Penelitian Penentuan Instrumen Penelitian dan Uji Coba Alat Ukur Tahap Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Data Pengolahan Data Tahap Penyelesaian Penelitian... 40

6 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Profil Responden Berdasarkan Usia Orang tua Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang tua Profil Responden Berdasarkan Usia Anak Profil Responden Berdasarkan Lama Anak Terapi Profil Responden Berdasarkan Usia pertama kali anak didiagnosa Hasil Penelitian Deskripsi Umum Tiap Domain Berikut deskripsi umum tiap subjek : Pembahasan Pembahasan Tahap Acceptance Pembahasan Subyek yang Memiliki Level Tinggi di Satu Tahapan Pembahasan Subyek Yang Memiliki Level Tinggi Di Dua Tahap Sekaligus Pembahasan Subyek Yang Berada Di Level Sedang Di Tiap Tahapan BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Diskusi Saran Saran metodologis Saran praktis DAFTAR PUSTAKA... 61

7 Riwayat Hidup Lampiran... L 1

8 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Cara Penilaian Skala Penerimaan Tabel 3.2. Blue print Skala Penerimaan Sebelum Uji Coba Tabel 3.3. Nilai dan Makna Korelasi Spearman Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Tiap Domain Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Tiap Domain Tabel 3.6. Blue print Skala Penerimaan Sesudah Uji Coba Tabel 3.7. Jadwal Peelitian yang Dilakukan Peneliti Tabel 4.1. Profil Responden Berdasarkan Usia Orang Tua Tabel 4.2. Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tabel 4.3. Profil Responden Berdasarkan Usia Anak Tabel 4.4. Profil Responden Lama Anak Terapi Tabel 4.5. Profil Responden Berdasarkan Uisa Pertama kali Anak Didiagnosa 43 Tabel 4.6. Deskripsi Umum Tiap Domain Tabel 4.7. Pembahasan Tahap Denial Tabel 4.8. Pembahasan Tahap Anger Tabel 4.9. Pembahasan Tahap Bargaining Tabel Pembahasan Tahap Depression Tabel Pembahasan Tahap Acceptance Tabel Pembahasan Subyek yang Memiliki Level Tinggi di Dua Tahap Sekaligus... 52

9 Ringkasan Skripsi Bab 1 Sebagian besar orang tua mengharapkan memiliki anak yang sehat dan normal, namun kenyataannya terdapat juga orang tua yang mendapatkan titipan khusus dari Tuhan untuk mengasuh anak dengan kebutuhan khusus, salah satu contohnya adalah anak dengan gangguan ADHD. Anak ADHD adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik, yaitu suatu gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini sebelum anak berusia 7 tahun, dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian (inatentif), hiperaktif, dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut sampai dewasa (Davidson, Neale, dan Kring, 2006). Menurut Buitelaar & Paternotte (2010), perilaku negatif anak ADHD selalu mengundang reaksi dari lingkungannya, banyak orang menyebut anak ADHD sebagai anak pengganggu, selalu merusak bendabenda yang ada di sekelilingnya, dan dianggap sebagai anak yang aneh. Pada akhirnya anak ADHD kesulitan untuk membangun konsep diri yang positif yang akhirnya akan membawanya pada masalah-masalah emosional.. Menurut Davidson, Neale, dan Kring (2006) anak-anak dengan ADHD sering kali dengan cepat dijauhi dan ditolak atau diabaikan oleh teman-teman seusia mereka karena anak ADHD menunjukan sejumlah

10 perilaku agresi yang tampak jelas dan perilaku ketidakpatuhan. Perilaku anak ADHD terutama perilaku tidak mau mendengarkan, merupakan bentuk ketidakpatuhan yang sangat dikhawatirkan oleh orang tua. Konflik yang terjadi di dalam keluarga dan tanggapan masyarakat terhadap perilaku negatif ADHD membuat orang tua merasa tertimpa reaksi negatif dari lingkungan. Hal ini dapat mengakibatkan orang tua membatasi kontak sosial anak dengan cara membatasi pergaulan anak dan melarang anak bermain di luar rumah karena takut mengganggu anak-anak lain atau merusak mainan milik tetangganya. Hal ini dapat menjadi ancaman isolasi sosial terhadap anak ADHD tersebut (Buitelaar & Paternotte, 2010). Pada awalnya bagi orang tua yang baru menerima diagnosa bahwa anaknya mengalami ADHD akan merasa bingung karena orang tua tidak memiliki pemahaman mengenai ADHD sebelumnya. Ada juga orang tua yang merasa bersalah karena memiliki pemahaman yang salah tentang ADHD itu sendiri. Beberapa reaksi emosi yang muncul ketika orang tua mengetahui bahwa anaknya mengalami ADHD adalah seperti merasa terkejut yang bercampur sedih, penyangkalan, merasa tidak percaya, kecemasan, perasaan menolak keadaan, perasaan tidak mampu dan malu, takut, dan marah, merasa bahwa anak ADHD lahir akibat dosadosa orang tua, bahkan ada juga orang tua yang bertengkar lalu saling menyalahkan. Reaksi-reaksi emosi tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kubler-Ross (dalam Safaria, 2005) bahwa ada beberapa reaksi emosional individu ketika menghadapi cobaan dalam hidup yaitu menolak, menerima kenyataan, marah, melakukan tawarmenawar, depresi, dan penerimaan.

11 Dari berbagai macam reaksi orang tua yang muncul ketika mengetahui bahwa anaknya mengalami ADHD dan diikuti permasalahanpermasalahan yang dialami orang tua yang memilki anak ADHD yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD, dan berdasarkan dari latar belakang di atas maka peneliti menggunakan rumusan permasalahan yaitu Bagaimana gambaran penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD?.

12 Bab 2 Teori-teori yang terdapat dalam bab ini diantaranya penerimaan, tahap penerimaan, aspek-aspek penerimaan orang tua, faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua, ADHD, kriteria ADHD, tipe-tipe ADHD, dan penyebab ADHD. 2.1 Penerimaan (Acceptance) Menurut Hurlock (dalam Sharma 2004) penerimaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang kepada anak. Orang tua yang menerima akan memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak serta memperhitungkan minat anak. 2.2 Tahapan Penerimaan Kubbler Ross (1970) dalam Tomb (2003) mendefinisikan sikap penerimaan (acceptance) sebagai suatu sikap seseorang yang mampu menghadapi dan menerima kenyataan daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak ada harapan. Menurut Kubler Ross (1970), sebelum mencapai pada tahap acceptance (penerimaan) individu akan melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah tahap denial, anger, bargainning, depression, dan akhirnya baru mencapai pada tahap acceptance. Individu juga berkemungkinan dapat berada di tahap yang sama dalam satu waktu. Ada beberapa tahapan yang akan dilalui orang tua dimana tahapan tersebut sesuai dengan teori penerimaan (acceptance) yang telah dikemukakan oleh Kubbler Ross (dalam Safaria, 2005), yaitu :

13 2.2.1 Tahap denial (penolakan) Pada tahap ini orang tua dalam keadaan terguncang dan penyangkalan atau pengingkaran, orang tua tidak dapat berpikir apa yang seharusnya dia lakukan untuk keluar dari masalahnya. Secara sadar maupun tidak sadar seseorang yang berada pada tahap ini menolak semua fakta, informasi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dialaminya (Medinnus & Johnson, 1969) Tahap anger (marah) Tahapan ini ditandai dengan adanya reaksi emosi / marah dari orang tua dan orang tua menjadi sangat sensitif terhadap masalah-masalah kecil sekalipun yang pada akhirnya menimbulkan kemarahan. Kemarahan tersebut biasanya ditujukan pada dokter, saudara, keluarga, atau teman teman bahkan tetangga disekitar lingkungan rumah Tahap bargainning (tawar menawar) Tahapan dimana orang tua mulai berusaha untuk menghibur diri dan berpikir tentang upaya apa yang akan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan anak (Safaria, 2005) Tahap Depression (depresi) Tahap depression merupakan tahapan yang muncul dalam bentuk putus asa dan kehilangan harapan. Kadangkala depresi dapat juga menimbulkan rasa bersalah, terutama di pihak ibu, yang khawatir apakah keadaan anak mereka akibat dari kelalaian

14 selama hamil. Dari pihak ayah pun sering dihinggapi rasa bersalah, karena merasa tidak dapat memberikan keturunan yang sempurna (Safaria, 2005) Tahap Acceptance (penerimaan) Tahapan acceptance adalah tahap dimana orang tua telah mencapai pada titik pasrah dan mencoba untuk menerima keadaan anaknya dengan tenang. Orang tua pada tahap ini cenderung mengharapkan yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak mereka, pada tahap ini orang tua akan melakukan apa saja agar anaknya dapat berkembang lebih baik, seperti mulai mencari tempat terapi atau sekolah khusus anak berkebutuhan khusus (Safaria,2005). 2.3 Aspek-Aspek Penerimaan Orang tua Orang tua yang menerima anaknya akan menempatkan anaknya pada posisi penting dalam keluarga dan mengembangkan hubungan emosional yang hangat dengan anak. Porter (dalam Johnson dan Medinnus, 1969) mengungkapkan aspek-aspek penerimaan orang tua terhadap anak adalah sebagai berikut : a. Mencintai anak tanpa syarat, mengakui hak-hak anak dan memenuhi kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan. b. Menilai anaknya sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas agar mampu menjadi pribadi yang sehat. c. Mengenal kebutuhan-kebutuhan anak untuk membedakan dan memisahkan diri dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri.

15 2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Orang tua Hurlock (dalam Sharma 2004) mengemukakan bahwa penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang kepada anak. Terdapat berbagai macam sikap khas orang tua terhadap anak, khususnya sikap orang tua dalam menerima kondisi anak berkebutuhan khusus. Banyak faktor yang turut mempengaruhi sikap orang tua terhadap ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh : a. Respon individu terhadap anak ABK (anak berkebutuhan khusus) mempengaruhi sikap orang tua terhadap anaknya. b. Persepsi orang tua mengenai konsep anak idaman yang terbentuk sebelum kelahiran anak. c. Cara orang tua dalam merawat atau mengasuh anak yang akan mempengaruhi sikap orang tua. d. Kemampuan orang tua dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan anak. 2.5 ADHD Pengertian ADHD Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau disebut juga anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik, yaitu suatu gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini sebelum anak berusia 7 tahun, dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian (inatentif), hiperaktif, dan impulsif. Ciri perilaku ini

16 mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut sampai dewasa (Davidson, Neale, dan Kring, 2006) Kriteria ADHD Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu kurangnya kemampuan memusatkan perhatian atau deficit attention dan hiperaktivitas-impulsivitas (Davidson, Neale, dan Kring, 2006). Kekurangan dalam atensi atau kemampuan dalam memusatkan perhatian muncul dalam perilaku seperti berikut : a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan tugas, bekerja, atau aktivitas lain. b. Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain. c. Kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan orang lain. d. Tidak mengikuti perintah dan kegagalan menyelesaikan tugas. e. Kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas. f. Kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses mental yang lama, misalnya tugas sekolah. Sering kehilangan barang miliknya. g. Mudah terganggu stimulus dari luar. h. Sering lupa dengan aktivitas sehari-hari. Sedangkan perilaku hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku sebagai berikut : a. Gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk.

17 b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain dimana seharusnya duduk tenang. c. Berlari berlebihan atau memanjat yang tidak tepat situasi (pada remaja atau dewasa terbatas pada perasaan tidak dapat tenang/gelisah). d. Kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan. e. Seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin. f. Berbicara terlalu banyak. g. Sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan. (Impulsivitas). h. Kesulitan menunggu giliran (Impulsivitas). i. Menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (Impulsivitas). Dan terkadang gejala tersebut juga diikuti oleh perilaku agresivitas dalam bentuk seperti berikut : a. Sering mendesak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain. b. Sering memulai perkelahian. c. Menggunakan senjata tajam yang dapat melukai orang lain. d. Berlaku kasar secara fisik terhadap orang lain. e. Menyiksa binatang. f. Menyanggah jika dikonfrontasi dengan korbannya. g. Memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual. Sementara menurut DSM-IV-TR (2000), definisi ADHD terdiri dari beberapa karakteristik, yaitu dimana karakteristik pertama mempunyai 2 kategori

18 yang salah satunya saja dapat memenuhi kriteria gangguan ADHD sebagai berikut : a. (1) Memenuhi 6 atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan; (2) Memenuhi 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan b. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitasimpulsivitas muncul sebelum usia 7 tahun. c. Gejala-gejala tersebut muncul dalam 2 setting atau lebih (di sekolah, rumah, atau pekerjaan). d. Harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. e. Gejala tidak diikuti dengan gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian) Tipe-tipe ADHD Karena gejala ADHD bervariasi, DSM-IV-TR, (2000) mencantumkan tiga subkategori, yaitu sebagai berikut : 1. Tipe Predominan Inatentif, Anak-anak yang masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi.

19 2. Tipe Predominan Hiperaktif Impulsif, Anak-anak yang masalahnya terutama diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-impulsif. 3. Tipe Kombinasi, Anak-anak yang mengalami kedua rangkaian masalah di atas.

20 BAB 3 METODE PENELITIAN Peneliti menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif dalam penelitian ini, yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran penerimaan orang tua yang memilki anak ADHD di Jakarta Barat. Menurut Hadi (2006) penelitian dengan metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum. Kuantitatif deskriptif atau bisa disebut dengan statistik deskriptif secara singkat dapat didefinisikan sebagai statistik yang digunakan untuk menggambarkan karakter suatu kelompok, sampel, atau data. 3.1 Subyek Penelitian Pada penelitian ini, subyek yang akan diteliti adalah orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat khususnya di RSJ milik pemerintah pusat yang berada di Jakarta yaitu, RSJ Dr. Soeharto Heerdjan dan klinik terapi swasta. Dengan mempertimbangkan syarat jumlah populasi ataupun sampel penelitian agar dapat menghasilkan data yang akurat Populasi Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel yang dipakai merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi itu sendiri adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subyek atau individu yang paling sedikit 20

21 memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi pada penelitian ini adalah orang tua yaitu khususnya ibu yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat, yaitu dengan karakteristik orang tua yaitu ayah maupun ibu yang memiliki anak ADHD. Diasumsikan karena orang tua memiliki peranan penting dalam mengupayakan penyembuhan anak ADHD (Buitelaar & Paternotte, 2010). Adapun jumlah orang tua yang menjadi sampel dalam penelitian ini pada saat kuesioner dibagikan yaitu sejumlah 25 responden dengan jumlah pasien anak ADHD di Instalasi Kesehatan Anak dan Remaja di RSJ Dr.Soeharto Heerdjan sebanyak 25 orang, namun setelah kuesioner dikembalikan, jumlah responden yang valid untuk dianalisa adalah sebanyak 20 orang dikarenakan 5 responden tidak mengisi kuesioner secara lengkap. Peneliti juga mengambil sampel dari beberapa klinik terapi swasta di Jakarta Barat sebanyak 10 responden Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu merupakan teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004 dalam Martono, 2010). Prosedur yang dilakukan adalah purposive sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu

22 memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian (Martono, 2010) Desain Penelitian Peneliti menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif dalam penelitian ini, yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran penerimaan orang tua yang memilki anak ADHD di Jakarta Barat. Peneliti juga menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan gambaran dan informasi lebih dari orag tua yang memiliki anak ADHD. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode pengukuran data dengan skala psikologis atau disebut dengan metode skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui domain-domain perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk item-item pernyataan (Hadi, 2001). 3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian Penerimaan orang tua merupakan sikap menerima dan memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak serta memperhitungkan minat anak. Penerimaan orang tua dalam penelitian ini dapat diungkap melalui skala penerimaan orang tua yang disusun oleh Peneliti berdasarkan teori penerimaan yang dikemukakan oleh Kubler Ross (1970) yang mengungkap tahapan penerimaan. Skala ini menunjukan skor tiap domain yang tiap domainnya mempunyai norma tinggi, sedang, dan rendah. Pada domain denial, anger, bargaining, dan

23 depression apabila skornya tinggi maka menunjukan belum ada penerimaan yang baik, melainkan masih dominan dalam tahap tersebut. Apabila skor pada tahap acceptance tinggi, maka menunjukan penerimaan yang baik Domain Penerimaan Orang Tua Penerimaan orang tua merupakan penilaian dari suatu sikap khas yang ditunjukkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang kepada anak. Orang tua yang menerima akan memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak serta memperhitungkan minat anak. Ada beberapa tahapan yang akan dilalui orang tua dalam menerima keadaan anak, dimana tahapan tersebut sesuai dengan teori penerimaan (acceptance) yang telah dikemukakan oleh Kubbler Ross, (1970) yaitu : - Tahap denial (penolakan) Pada tahap ini orang tua dalam keadaan terguncang dan pengingkaran, orang tua tidak dapat berpikir apa yang seharusnya dia lakukan untuk keluar dari masalahnya. - Tahap anger (marah) Tahapan ini ditandai dengan adanya reaksi emosi / marah dari orang tua dan orang tua menjadi sangat sensitif terhadap masalah - masalah kecil sekalipun yang pada akhirnya menimbulkan kemarahan. - Tahap bargainning (tawar menawar) Tahapan dimana orang tua mulai berusaha untuk menghibur diri dan berpikir tentang upaya apa yang akan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan anak (Safaria, 2005).

24 - Tahap Depression (depresi) Tahapan yang muncul dalam bentuk putus asa dan kehilangan harapan. Kadangkala depresi dapat juga menimbulkan rasa bersalah, terutama di pihak ibu, yang khawatir apakah keadaan anak mereka akibat dari kelalaian selama hamil. Dari pihak ayah pun sering dihinggapi rasa bersalah, karena merasa tidak dapat memberikan keturunan yang sempurna (Safaria, 2005). - Tahap Acceptance (penerimaan) Tahapan dimana orang tua telah mencapai pada titik pasrah dan mencoba untuk menerima keadaan anaknya dengan tenang. Orang tua pada tahap ini cenderung mengharapkan yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak mereka. 3.4 Setting Lokasi Setting lokasi dalam penelitian ini meliputi lokasi dan waktu penelitian, yang dijelaskan sebagai berikut : Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan yang beralamat di jalan Dr. Latumeten, Grogol, Jakarta dan klinik terapi swasta di Jakarta Barat Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, observasi dan survei awal, mempersiapkan proposal penelitian, pengambilan data, hingga penyusunan laporan akhir. Pengerjaan penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu dimulai pada bulan September 2011 hingga bulan Januari 2012.

25 Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan, yaitu pengambilan data untuk try out dan pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada Desember Instrumen Penelitian dan Pengukuran Instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dengan skala psikologis atau disebut dengan metode skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan yang terdiri dari butirbutir pernyataan yang disusun berdasarkan karakteristik tahap penerimaan yang dikemukakan oleh Kubler-Ross (1970). Skala ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu : Sangat Setuju, (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4, bobot penilaian untuk pernyataan favourable yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS =1. Sedangkan, untuk bobot pernyataan unfavourable yaitu SS = 1, S= 2, TS = 3, dan STS = 4. Untuk lebih jelasnya, cara penilaian skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 3.1. Cara Penilaian Skala Penerimaan Bentuk Pernyataan Favourable STS TS S SS Unfavourable SS S TS STS

26 Sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya, skala penerimaan yang telah disusun, terlebih dahulu diujicobakan. tujuannya agar mengetahui seberapa jauh alat ukur menunjukan keadaan yang sebenarnya (Martono, 2010). Butir-butir item skala penerimaan disusun berdasarkan karakteristik tahap penerimaan yang dikemukakan oleh Kubler-Ross (1970) dengan blue print pada table 2 dibawah ini Tabel 3.2. Blue print Skala Penerimaan Sebelum Uji Coba No Karakteristik Tahap Penerimaan Favourable Unfavourable Total 1 Denial Anger Bargaining Depression Acceptance Total Validitas Dan Reabilitas Alat Ukur Pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD, peneliti meminta bantuan pembimbing sebagai expert judgement untuk memeriksa item-item yang dianggap tidak sesuai dengan konstruk alat ukur. Setelah mendapatkan hasil dari expert judgement, peneliti kemudian melakukan try out kepada 10 orang tua yang memiliki anak ADHD

27 di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Setelah data dari 10 responden terkumpul, data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS Karena data dari variabel penerimaan orang tua berupa data ordinal, maka pengujian validitas menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman merupakan alat untuk menguji hipotesis asosiatif dua variabel data yang berskala ordinal. Adapun kekuatan hubungan atau nilai korelasi yang terjadi antara skor item dan skor total, dapat dilihat dari tabel nilai dan makna korelasi Spearman (dalam Martono, 2010), yaitu: Tabel 3.3. Nilai dan Makna Korelasi Spearman Nilai Makna Sangat Rendah/Sangat Lemah Rendah/Lemah Sedang Tinggi/Kuat Sangat Tinggi/Sangat Kuat Berikut hasil uji validitas alat ukur penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD dengan menggunakan uji validitas Spearman : Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Tiap Domain Denial validitas Anger validitas Bargaining validitas Depression validitas Acceptance validitas D3 792** A2 588 B DEP8.848 ** AC9 714 * D7 792** A5 588 B DEP ** AC **

28 D12 911** A17 984** B28 680* DEP ** AC * D14 792** A19 996** B30 789** DEP ** AC ** D16 748* A20 911** B DEP ** AC * D A B48 894** DEP ** D27 748* A43 815** D31 885** A52 996** D D Keterangan : * : Item sigifikan pada one tail saja **: Item sigifikan pada two tail

29 Secara keseluruhan, tiap-tiap domain penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD memiliki nilai koefisien korelasi yang tinggi dengan total skor dari semua domain, ini menunjukkan bahwa alat ukur penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD valid dan dapat digunakan. Uji reliabilitas menggunakan pendekatan reliabilitas konsistesi internal yaitu single trial administration, dimana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada individu sebagai subjek. Teknik yang digunakan adalah teknik koefisien Alpha Cronbach, yang akan menghasilkan reliabilitas dari skala penerimaan. Pengolahan data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas pengukurannya. Menurut Hadi (2000), pengukuran pada aspek-aspek social-psikologis yang mencapai angka koefisien reliabiltas 1 tidak pernah dijumpai karena manusia sebagai subjek pengukuran psikolgis merupaka sumber error yang potensial. Menurut Triton (2006) ada beberapa pembagian kategori reliabilitas pengukuran, yaitu : 0 s/d 0,20 (kurang reliabel), > 0,20 s/d 0,4 (agak reliabel), > 0,40 s/d 0,60 (cukup reliabel), 0,60 s/d 0.80 (reliabel), 0,80 s/d 1 (sangat reliabel). Berikut uji reliabilitas tiap domain pada alat ukur penerimaan orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat : (Lihat Lampiran) 29

30 Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Tiap Domain No Domain Reliabilitas Sebelum Dihapus Reliabilitas Sesudah Dihapus 1 Denial Anger Bargaining Depression Acceptance *untuk bargaining tidak ada item yang dihapus (semua sudah valid) Tabel 3.6. Blue print Skala Penerimaan Sesudah Uji Coba No Karakteristik Tahap Penerimaan Favourable Unfavourable Total 1 Denial Anger Bargaining Depression Acceptance Total 38

31 3.6 Prosedur Adapun prosedur dalam penelitian ini dibagi dalam tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap penyelesaian yang dijelaskan sebagai berikut : Tahap Persiapan Penelitian Tahap persiapan penelitian dimulai dengan penentuan topik, penentuan desain penelitian, penentuan subjek penelitian, kemudian tahap penentuan instrumen penelitian, uji coba alat ukur dan uji validitas-reliabilitas alat ukur, lalu tahap pelaksanaan penelitian, pengambilan data, pengolahan data dan yang diakhiri dengan tahap penyelesaian penelitian Penentuan Topik, Desain Penelitian, Subyek Penelitian Penentuan topik dilakukan dengan mencari tahu fenomena atau masalah yang terjadi di sekitar ruang lingkup organisasi klinis. Pada tahap persiapan penelitian ini, ditentukan juga subjek penelitian sebelum proses pengambilan data dimulai. Penentuan subjek penelitian juga dimaksudkan untuk dapat menjadi patokan langkah berikutnya, yaitu penentuan instrumen penelitian Penentuan Instrumen Penelitian dan Uji Coba Alat Ukur Penentuan instrumen penelitian dilakukan dengan cara membuat skala penerimaan orang tua berdasarkan domain tahap penerimaan orang tua menurut Kubler-Ross (1970). Peneliti membuat alat ukur penerimaan orang tua yang diperuntukkan untuk orang tua yang memiliki anak ADHD dan harus diuji validitas dan reliabilitas tiap domain, yang masih berdasar pada tahapan penerimaan orang tua menurut Kubler-Ross (1970).

32 Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah melalui tahap uji validitas dan reliabilitas alat ukur, kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, dan tahap analisis data. Adapun penjabaran mengenai tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut Pengambilan Data Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan pengambilan sumber data primer, yaitu data yang langsung dihimpun oleh peneliti berupa data hasil kuesioner yang diisi oleh orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah berupa angket (questionnaire) penerimaan orang tua yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data dilakukan setelah kuesioner dibagikan kepada orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan program aplikasi statistik, SPSS Pengolahan data dimulai dengan proses editing, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap 30 kuesioner yang telah terkumpul, kemudian melakukan pemeriksaan satu persatu item jawaban yang terdapat pada kuesioner penelitian Tahap Penyelesaian Penelitian Setelah menganilisis data yang sudah ada, tahap selanjutnya adalah penyelesaian penelitian. Tahap penyelesaian penelitian ini merupakan tahap dimana peneliti melakukan penulisan laporan penelitian, yaitu merangkum dan menyimpulkan hasil data yang telah didapatkan dari hasil analisis. Hasil

33 kesimpulan yang didapatkan akan menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelum penelitian dilakukan. tabel berikut: Secara singkat, jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.7. Jadwal Peelitian yang Dilakukan Peneliti No Kegiatan Bulan Sep-11 Okt-11 Nov-11 Des-11 Jan-12 1 Studi literature 2 Konsultasi pembimbing 3 Persiapan alat ukur 4 Pengumpulan data 5 Pengolahan dan analisis data 6 Penyusunan laporan skripsi 7 Pengumpulan skripsi (soft cover)

34 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 30 orang tua yang memiliki anak ADHD sebagai subyek penelitian yang memiliki variabel kontrol berdasarkan pada usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia anak, lama anak menjalani terapi, dan umur pertama kali anak didiagnosa. Berikut data variabel kontrol dari 30 responden orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat : Profil Responden Berdasarkan Usia Orang tua Subyek penelitian berdasarkan usia orang tua adalah pengelompokkan subyek penelitian berdasarkan usia masing-masing orang tua yang mengisi kuesioner penerimaan di Jakarta Barat. Pembagian kuesioner berdasarkan jumlah orang tua yang memiliki anak ADHD di bagian instalasi kesehatan anak dan remaja. Berikut jumlah frekuensi subyek berdasarkan usia masing-masing orang tua yang memiliki anak ADHD di Jakarta Barat : Tabel 4.1. Profil Responden Berdasarkan Usia Orang Tua Usia Jumlah Orang tua

35 Dari tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan responden, rentang usia orang tua yang paling banyak adalah orang tua dengan usia tahun Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang tua Karakteristik selanjutnya adalah tingkat pendidikan subyek yang menjadi responden. Subyek dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki tingkat pendidikan dari SD, SMEA, hingga SMA. Berikut gambaran frekuensi tingkat pendidikan subyek penelitian : Tabel 4.2. Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat Pendidikan Jumlah SD 2 SMEA 1 SMA 27 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan responden, tingkat pendidikan orang tua yang paling banyak adalah orang tua dengan tingkat pendidikan SMA.

36 4.1.3 Profil Responden Berdasarkan Usia Anak Karakteristik lain dari subyek penelitian yang digambarkan dalam penelitian ini adalah usia anak. Berikut frekuensi usia anak yang berada di Jakarta Barat : Tabel 4.3. Profil Responden Berdasarkan Usia Anak Usia Anak Jumlah 6 Tahun 4 7 Tahun 15 7,5 Tahun 1 8 Tahun Tahun 1 9 Tahun 1 10 Tahun 1 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rentang usia anak yang paling banyak adalah anak dengan usia 7 tahun Profil Responden Berdasarkan Lama Anak Terapi Karakteristik selanjutnya adalah berdasarkan lama anak diterapi. Berikut frekuensi lama anak diterapi di Jakarta Barat :

37 Tabel 4.4. Profil Responden Lama Anak Terapi Lama Terapi Jumlah 3 Bulan 1 5 Bulan 1 6 Bulan 3 8 Bulan 1 1 Tahun 17 1,5 Tahun 1 2 Tahun 4 3 Tahun 2 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa frekuensi terbanyak lama anak diterapi adalah selama 1 tahun Profil Responden Berdasarkan Usia pertama kali anak didiagnosa Karakteristik lainnya adalah dari usia pertama kali anak didiagnosa berikut usia anak saat ini dan selisih tahun untuk menunjukan berapa lama orang tua telah mengetahui diagnose anak. Berikut frekuensi usia pertama kali anak didiagnosa ADHD dan usai anak saat ini beserta selisih tahunnya :

38 Tabel 4.5. Profil Responden Berdasarkan Uisa Pertama kali Anak Didiagnosa Usia Pertama Diagnosa Jumlah Usia Anak Saat ini Selisih Tahun 4 Tahun 2 6 Tahun 2 Tahun 7 Tahun 3 Tahun 6 Tahun 1 Tahun 6 Tahun 1 Tahun 5 Tahun 6 6 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 2 Tahun 7 Tahun 2 Tahun 8 Tahun 3 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 8 Tahun 2 Tahun 6 Tahun 15 9 Tahun 3 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 1 Tahun 8 Tahun 2 Tahun

39 7 Tahun 1 Tahun 7,5 Tahun 6 Bulan 8 Tahun 1 Tahun 7 Tahun 5 8,5 Tahun 1,5 Tahun 8 Tahun 1 Tahun 8 Tahun 1 Tahun 9,5 Tahun 1 10 Tahun 6 Bulan 13 Tahun 1 14 Tahun 1 Tahun Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi usia pertama kali anak didiagnosa ADHD adalah usia 6 tahun dan frekuensi tertinggi orang tua mengetahui diagnosa anak adalah 1 tahun. 4.2 Hasil Penelitian Deskripsi Umum Tiap Domain Dari data responden yang sudah terkumpul, dilakukan uji deskriptif untuk melihat gambaran penyebaran skor dari tiap-tiap domain penerimaan. Selain itu, diketahui juga domain yang memiliki nilai paling tinggi. Berikut gambaran rentang skor tiap-tiap domain penerimaan yang diperoleh:

40 Tabel 4.6. Deskripsi Umum Tiap Domain DOMAIN RENDAH SEDANG TINGGI Total Subjek DENIAL ANGER BARGAINING DEPRESSION ACCEPTANCE Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 30 subyek orang tua yang mengisi kuesioner, masing-masing menempati frekuensi sedang di tiap domain. Domain dengan frekuensi sedang tertinggi adalah domain bargaining dengan jumlah sebanyak 29 subyek. 4.2 Pembahasan Pembahasan Tahap Denial Tabel 4.7. Pembahasan Tahap Denial LEVEL Jumlah Responden Tiap Level DOMAIN RENDAH SEDANG TINGGI Total Subjek Denial Dari hasil kuesioner terdapat 1 subyek yang memiliki nilai tinggi pada tahap denial, dimana terdapat 4 subyek di level rendah dan sisanya berada di level sedang sebanyak 25 responden. Dari hasil kuesioner ini dapat digambarkan bahwa sebagian besar berada pada level sedang,

41 dimana pada tahap ini orang tua menolak dan tidak percaya bahwa anak mereka mengalami ADHD. Secara sadar maupun tidak sadar seseorang yang berada pada tahap ini menolak semua fakta, informasi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dialaminya. Syok dan pengingkaran dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan, kadang kala bahkan dapat berlangsung lebih panjang (Medinnus & Johnson, 1969). Dari hasil kuesioner subyek yang memiliki nilai denial tinggi mengambarkan bahwa subyek dalam kondisi yang sangat menolak keadaan yang terjadi pada anaknya dan tidak percaya akan apa yang terjadi pada anaknya, menurut wawancara yang dilakukan peneliti pada subyek yang memiliki level denial tinggi, perkembangan anaknya belum ada kemajuan walaupun sudah cukup lama dalam menjalani terapi untuk anaknya Pembahasan Tahap Anger Tabel 4.8. Pembahasan Tahap Anger LEVEL Jumlah Responden Tiap Level DOMAIN RENDAH SEDANG TINGGI Total Subjek Anger Tahap selanjutnya adalah tahap anger dimana terdapat 6 subyek yang berada di level tinggi, 22 subyek di level sedang, dan 2 subyek di level rendah. Dari hasil kuesioner dapat terlihat gambaran mengenai tahap anger, yaitu dimana sebagian besar orang tua berada di level

42 sedang, pada tahap ini orang tua merasa marah pada keadaan dan mempermasalahkan mengapa anaknya dapat mengalami gangguan ADHD. Tahapan ini ditandai dengan adanya reaksi emosi / marah dari orang tua dan orang tua menjadi sangat sensitif terhadap masalahmasalah kecil sekalipun yang pada akhirnya menimbulkan kemarahan. Kemarahan tersebut biasanya ditujukan pada dokter, saudara, keluarga, atau teman teman bahkan tetangga disekitar lingkungan rumah. Biasanya pada tahap ini suami istri akan saling menyalahkan dan memperdebatkan dari mana asal ADHD ini bisa menurun ke anaknya. Individu mungkin menyalahkan dirinya sendiri dan atau orang lain atas apa yang terjadi padanya, serta pada lingkungan tempat dia tinggal (Safaria, 2005). Pada subyek yang memiliki level tinggi pada tahap anger ini telah menjalani terapi untuk anaknya selama 3 tahun dan telah mengetahui anaknya didiagnosa ADHD selama 3 tahun. Dari ketiga subyek yang ada, subyek ini yang mempunyai waktu menjalani terapi dan mengetahui diagnosa anak yang paling lama, namun dari hasil kuesioner subyek ini berada di level tinggi pada tahap anger, dimana tahapan ini ditandai dengan adanya reaksi emosi atau marah dari orang tua, dimana orang tua menjadi sangat sensitif terhadap masalah-masalah kecil sekalipun yang pada akhirnya menimbulkan kemarahan. Kemarahan tersebut biasanya ditujukan pada dokter, saudara, keluarga, atau teman teman bahkan tetangga disekitar lingkungan rumah (Safaria, 2005). Berdasarkan hasil yang ada, peneliti berasumsi bahwa selama 3 tahun subyek menjalani terapi mungkin saja ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua sehingga subyek berada di level

43 tinggi pada tahap anger. Berdasarkan karakteristik tahapan anger, biasanya pada tahap ini orang tua saling menyalahkan antar pasangan dan sensitif terhadap lingkungan, mungkin saja lingkungan subyek tidak mendukung sehingga subyek merasa sensitif yang berlanjut hingga bertahun-tahun Pembahasan Tahap Bargaining Tabel 4.9. Pembahasan Tahap Bargaining LEVEL Jumlah Responden Tiap Level DOMAIN RENDAH SEDANG TINGGI Total Subjek Bargaining Dari hasil kuesioner dapat terlihat bahwa pada tahap bargaining sebagian besar orang tua berada di level sedang, yaitu sebanyak 29 orang, dimana jumlah ini paling banyak dibandingkan dengan tahapan lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa pada tahap bargaining sebagian besar orang tua berada di level sedang yang berarti orang tua masih melakukan tawar menawar dengan dirinya dan keadaan anaknya, dimana orang tua baru mulai memikirkan jalan keluar untuk keadaan anaknya yang mengalami ADHD, namun belum sepenuhnya bertindak. Seperti yang telah diungkapkan oleh Safaria (2005), bahwa tahapan bargaining ini merupakan tahapan dimana orang tua mulai berusaha untuk menghibur diri dan berpikir tentang upaya apa yang akan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan anak.

44 Dari hasil kuesioner, terlihat satu subyek yang memiliki level tinggi pada tahap bargaining, subyek ini telah menjalankan terapi selama 1 tahun dan telah mengetahui anaknya didiagnosa ADHD selama 1 tahun. Pada tahap ini, orang tua mulai berusaha untuk menghibur diri dan berpikir tentang upaya apa yang akan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan anak (Safaria, 2005). Dari observasi dan survey dan dilakukan peneliti, subyek mengakui bahwa banyak keinginan subyek yang ingin dilakukan untuk anaknya, seperti terapi di banyak tempat dan terapi yang beragam, namun keinginannya tersebut tidak semuanya terealisasi karena menurut subyek dengan mengikuti satu terapi saja anaknya sudah bisa sembuh dan seperti anak normal lainnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa memang subyek masih di tahap bargaining dimana subyek baru merencanakan berbagai macam pengobatan atau terapi untuk anaknya, tetapi tidak langsung menjalankannya dengan harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja bagi dirinya dan anaknya dengan mencoba satu terapi terlebih dahulu di RSJ Dr.Soeharto Heerdjan Pembahasan Tahap Depression Tabel Pembahasan Tahap Depression LEVEL Jumlah Responden Tiap Level DOMAIN RENDAH SEDANG TINGGI Total Subjek Depression

45 Pembahasan selanjutnya adalah subyek tahap depression, dimana terdapat 2 subyek yang berada di level tinggi, 25 subyek di level sedang, dan 3 subyek yang berada di level rendah. Dari hasil kuesioer menggambarkan bahwa sebagian besar subyek berada di level sedang, dimana pada tahap ini orang tua merasa putus asa akan keadaan anaknya dan cenderung menutup diri dari lingkugan sosialnya. Dari hasil kuesioner, terlihat ada 2 subyek yang berada di level tinggi, subyek ini menjalankan terapi selama 6 bulan dan sudah mengetahui anaknya didiagnosa ADHD selama 1 tahun. Dibandingkan dengan 2 subyek lainnya, subyek ini terbilang masih baru dalam menjalani terapi untuk anaknya, walaupun lamanya subyek mengetahui anaknya didiagnosa ADHD sudah setahun lamanya seperti subyek sebelumnya. Pada tahap depression ini tahapan yang muncul adalah dalam bentuk putus asa dan kehilangan harapan. Putus asa ini adalah sebagai bagian dari depresi yang akan muncul saat orang tua mulai membayangkan masa depan yang akan dihadapi sang anak. Kadangkala depresi dapat juga menimbulkan rasa bersalah, terutama di pihak ibu, yang khawatir apakah keadaan anak mereka akibat dari kelalaian selama hamil, begitupun dari pihak ayah sering dihinggapi rasa bersalah, karena merasa tidak dapat memberikan keturunan yang sempurna (Safaria, 2005). Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kuesioner penerimaan dan karakteristik tahap depression, subyek ini berada di level tinggi pada tahap depression yang berarti subyek merasakan kekhawatiran terhadap masa depan anaknya da merasa tidak punya harapan. Hal ini mungkin saja karena subyek baru menjalani terapi selama 6 bulan, sehingga belum ada kemajuan yang nyata pada anaknya yang membuat subyek

46 sebagai orang tua merasa cemas akan masa depan anaknya dan akhirnya kehilangan harapan akan kesembuhan anaknya Pembahasan Tahap Acceptance Tabel Pembahasan Tahap Acceptance LEVEL Jumlah Responden Tiap Level DOMAIN RENDAH SEDANG TINGGI Total Subjek Acceptance Dari hasil kuesioner terdapat 2 subyek yang memiliki level tinggi pada tahap acceptance, yaitu subyek 18 dan subyek 19. Berdasarkan hasil kuesioner secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa gambaran acceptance pada orang tua di Jakarta Barat rata-rata berada di level sedang, dimana level sedang itu menunjukan bahwa sebagian besar orang tua telah menerima keadaan anaknya. Menurut Kubler-Ross (2008) dalam bukunya On death and dying sebelum mencapai ke tahap acceptance atau penerimaan, individu akan menjalani tahap denial, anger, bargaining, dan depression terlebih dahulu. Dari hasil observasi dan interview yang dilakukan oleh peneliti kepada 2 orang subyek yang memiliki level acceptance yang tinggi, keduanya mengatakan bahwa sangat senang membawa anaknya ke tempat terapi, karena dengan begitu anaknya dapat berkembang lebih baik. Di rumah, kedua subyek ini seringkali membantu anaknya untuk belajar dalam hal menghafal huruf dan menulis. Kedua subyek memiliki strategi masing-masing dalam mengajarkan anaknya, subyek 18 lebih

47 sering mengajarkan anaknya mengenai menghafal huruf dengan cara sambil bernyanyi karena anaknya sangat senang menyanyi, sedangkan subyek 19 menyelipkan pengajarannya saat anaknya sedang memainkan permainan kesukaannya, yaitu bermain game atau play station, disaat itulah subyek 19 menanyakan beberapa huruf kepada anaknya dan mengulanginya kembali dalam beberapa waktu. Hal ini merupakan salah satu bentuk penerimaan dari kedua subyek kepada anaknya, seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (2004), bahwa penerimaan adalah suatu sikap khas yang ditunjukkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, yang ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang kepada anak. Orang tua yang menerima akan memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak serta memperhitungkan minat anak Pembahasan Subyek Yang Memiliki Level Tinggi Di Dua Tahap Sekaligus Tabel Pembahasan Subyek yang Memiliki Level Tinggi di Dua Tahap Sekaligus Subyek Tahap Level Lama Terapi Lama Mengetahui Diagnosa Anak Pendidikan 1 Anger Tinggi Bargaining Tinggi 1 Tahun 1 Tahun SMA 9 Denial Anger Tinggi Tinggi 1 Tahun 2 Tahun SMA Seperti yang dikatakan oleh Kubler-Ross (dalam Safari, 2005) bahwa pada teori penerimaan bisa saja subyek mengalami dua tahap sekaligus dalam satu waktu, hal ini dapat terlihat pada subyek 1 yang berada di level tinggi pada tahap anger dan bargaining, subyek telah

48 menjalani terapi untuk anaknya selama 1 tahun dan sudah 1 tahun mengetahui anaknya mengalami ADHD. Dari hasil kuesioner berikut menggambarkan subyek pertama masih dalam keadaan marah dan memikirkan hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk anaknya agar segalanya menjadi lebih baik dan tidak seburuk keadaan saat ini. Menurut survey yang dilakukan peneliti, subyek ini cenderung tidak sabar dalam mengajari atau membimbing anaknya di rumah untuk belajar, bila subyek sudah tidak sabar lagi, maka subyek akan memukul anaknya, hal ini yang membuat subyek lebih memilih pasangannya (suaminya) untuk mengajari anaknya di rumah, dan pembelajaran selanjutnya subyek serahkan pada terapis di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan. Untungnya menurut subyek ini, suaminya mampu mengajari anakya lebih sabar ketimbang dirinya. Kalau saja suaminya tidak ikut berperan dalam mengasuh anaknya, bisa saja anaknya akan sulit berkembang seperti apa yang telah diungkapkan oleh Santrock (2007), bahwa orang tua yang menunjukkan koordinasi yang buruk, kurangnya kerjasama dan kehangatan, merupakan kondisi yang membuat anak justru akan menghadapi risiko terjadinya gangguan perkembangan yang lebih parah. Dari hasil yang ada, subyek kedua juga berada di dua tahap sekaligus dalam satu waktu. Subyek ini juga sudah menjalani terapi untuk anaknya selama 1 tahun, namun subyek kedua telah mengetahui anaknya didiagnosa ADHD selama 2 tahun. Peneliti berasumsi bahwa kedua subyek masih berpindah-pindah pada tahap penerimaan, seperti yang dikatakan oleh Kubler-Ross (1970) dalam bukunya On death and dying sebelum mencapai ke tahap acceptance atau penerimaan, individu akan menjalani tahap denial, anger, bargaining, dan depression terlebih

49 dahulu, namun individu juga berkemungkinan dapat berada di tahap yang sama dalam satu waktu. Sebelum individu dapat benar-benar berada di tahap acceptance maka kemungkinan besar individu dapat berpindahpindah tahap dan mengalami beberapa tahap dalam satu waktu.

BAB 3 METODE PENELITIAN. ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat. menentukan apakah peneltian tersebut dapat dipertanggungjawabkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat. menentukan apakah peneltian tersebut dapat dipertanggungjawabkan BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah peneltian tersebut dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, yang nantinya dapat menjadi landasan teoritis dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai hasil yang telah didapatkan dari

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai hasil yang telah didapatkan dari BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai hasil yang telah didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan dan tentunya hasil ini dianggap mampu menjawab permasalahan dalam

Lebih terperinci

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER.

ANAK ADHD PERSISTILAHAN DISORDER. DIOTAK KECIL. OTAK KECIL. 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER. ANAK ADHD PERSISTILAHAN 1. ADHD= ATTENSION DEFISIT AND HYPERACTIVITY DISORDER. 2. ADD= ATTENSION DEFISIT DISORDER. 3. MINIMAL BRAIN DISORDER=KETIDAKBERESAN DIOTAK KECIL. 4. MINIMAL BRAIN DEMAGE =KERUSAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Desain penelitian korelasional dipilih oleh peneliti karena desain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena penelitian ini banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

Lebih terperinci

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id ADHD (Attention Deficit Hyperactive

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metodologi dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self. regulation dengan motivasi belajar pada siswa-siswi SMA Permata

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self. regulation dengan motivasi belajar pada siswa-siswi SMA Permata BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self regulation dengan motivasi belajar pada siswa-siswi SMA Permata Indah. Jumlah seluruh subjek yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Creswell ( dalam Alsa, 2003, h. 13) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung: depresi pada remaja putri keluarga broken home.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Variabel Y : Kecemasan Menghadapi Pensiun. Penyesuaian diri adalah interaksi individu yang kontinu dengan diri individu

BAB III METODE PENELITIAN. B. Variabel Y : Kecemasan Menghadapi Pensiun. Penyesuaian diri adalah interaksi individu yang kontinu dengan diri individu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian A. Variabel X : Penyesuaian Diri B. Variabel Y : Kecemasan Menghadapi Pensiun 3. Definisi Operasional 3..1 Penyesuaian Diri Penyesuaian diri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam rancangan penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif, seperti

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam rancangan penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif, seperti BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Dalam rancangan penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif, seperti yang di jelaskan Arikunto bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 21 Bandung bertempat di Jl. Rancasawo Ciwastra Bandung 40286

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian dan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel acceptance

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung : Prokrastinasi 2. Variabel Bebas : Kecemasan B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Pada penelitian ini populasi penelitiannya adalah siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2012/201, hal ini merujuk pada pendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pemilihan dan penggunaan metode sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian, oleh karena itu penentuan metode yang dipakai harus tepat dan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, jenis ini bertujuan untuk melihat apakah antara dua variabel atau lebih memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Penelitian

BAB III. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Penelitian 18 BAB III A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi untuk mengetahui akibat manipulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain Penelitian ini adalah pre eksperimental design, yaitu desain percobaan yang tidak mencukupi semua syarat-syarat dari suatu desain percobaan sebenarnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian komparasi. Menurut Dra. Aswani Sudjud (dalam Arikunto, 2006: 267) mengatakan jika penelitian komparasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi). Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Creswell (dalam Alsa, 2004, h. 13) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Jenis. fenomena secara detail (Yusuf, 2014:62).

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Jenis. fenomena secara detail (Yusuf, 2014:62). BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Teknik Pengumpulan Data, (F) Validitas dan Reliabiltas Alat Ukur, (G) A. Tipe Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Teknik Pengumpulan Data, (F) Validitas dan Reliabiltas Alat Ukur, (G) A. Tipe Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam suatu penelitian salah satu unsur yang paling penting adalah metodologi penelitian. Dalam bab ini, akan diuraikan pokok-pokok bahasan sebagai berikut : (A) Tipe Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5).

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif. yang diteliti (Saifudin Azwar, 2003: 5). 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan mengenai definisi operasional, subyek penelitian, desain

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan mengenai definisi operasional, subyek penelitian, desain BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai definisi operasional, subyek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, pengukuran, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian &

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena dalam proses penelitiannya menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan bagian metode penelitian yang terdiri atas desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, di sini penulis hanya bermaksud untuk mengumpulkan data dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang mana kuantitif sendiri diartikan sebagai sebuah metode yang digunakan untuk menguji teori tertentudengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional Penggunaan desain ini, peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling. 1. Berusia dewasa madya antara tahun.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling. 1. Berusia dewasa madya antara tahun. 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kanker serviks yang telah menjalani pengobatan. Adapun karakteristik populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan digunakan. Pertama adalah variabel persepsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Definisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi dan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan sebuah cara untuk menyelesaikan penelitian sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan yang hendak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. matematis berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, maksudnya bahwa dalam menganalisis data dengan menggunakan angka-angka, rumus, atau model matematis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan antara keterbukaan diri (X), dengan keakraban (Y). Maka dapat dinyatakan bahwa skema

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Murni 1 Surakarta, tepatnya di Jl. Dr. Wahidin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsure penting dalam suatu pendekatan ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci