TINGKAT PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN IKAN AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM PADA NELAYAN PAYANG DI PPI BANDENGAN KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN IKAN AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM PADA NELAYAN PAYANG DI PPI BANDENGAN KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON"

Transkripsi

1 TINGKAT PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN IKAN AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM PADA NELAYAN PAYANG DI PPI BANDENGAN KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON ANDI PERDANA GUMILANG DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 ABSTRAK ANDI PERDANA GUMILANG, C Tingkat Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Akibat Kenaikan Harga BBM Pada Nelayan Payang di PPI Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Dibimbing oleh DINARWAN dan ANWAR BEY PANE. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan vital dalam semua aktivitas ekonomi. Kenaikan harga BBM yang signifikan antara lain berdampak terhadap kelangsungan penangkapan ikan yang umumnya menggunakan perahu motor tempel. Diduga frekuensi penangkapan ikan akan terpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha penangkapan. Penelitian bertujuan mendapatkan besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan payang di PPI Bandengan, mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perolehan volume hasil tangkapan dan menghitung pengaruh kenaikan harga BBM terhadap perolehan tingkat pendapatan usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan payang. Metode yang digunakan adalah sensus yaitu seluruh anggota populasi (nelayan yang memiliki dan menggunakan alat tangkap payang) di Desa Bandengan dijadikan responden. Pendapatan yang diperoleh nelayan payang untuk satu trip sebelum dan setelah kenaikan harga BBM masing-masing Rp ,00 dan Rp ,00. Biaya buruh nelayan (ABK) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan nelayan pemilik. Hal ini terlihat dari korelasi Spearman r s = 0,94 = 94 % dan p = 0,32 = 32% sehingga tolak H 0 artinya ada hubungan antara bagi hasil ABK dengan pendapatan bila dibandingkan dengan komponen biaya BBM dan bekal operasi sebesar r s = 0.09 = 9% dan r s = 0,18 = 18%. Besaran pengaruh kenaikan harga BBM terhadap perolehan tingkat pendapatan nelayan payang adalah 6,6 % atau Rp ,00 sebelum kenaikan BBM menjadi Rp ,00 sesudah kenaikan BBM.. Kata kunci : BBM, nelayan, payang, pendapatan

3 TINGKAT PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN IKAN AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM PADA NELAYAN PAYANG DI PPI BANDENGAN KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON ANDI PERDANA GUMILANG Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Akibat Kenaikan Harga BBM Pada Nelayan Payang Di PPI Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2010 Andi Perdana Gumilang

5 Judul Skripsi Nama NIM : Tingkat Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Akibat Kenaikan Harga BBM Pada Nelayan Payang di PPI Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon : Andi Perdana Gumilang : C Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Dinarwan, MS. Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA. NIP NIP Mengetahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal Lulus: 26 Mei 2010

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 11 September 1986 dari Ayah Ir. Sumaryono, MM dan Ibu Ir. Siti Asmirah (Alm) serta Ibu Dra Erna, M.Si. Penulis ádalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN 4 Cirebon, Jawa Barat. Pada Tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan diantaranya Badan Kerohanian Islam Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BKIM IPB), Majelis Ta lim Al-Marjan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB dan Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC). Penulis menjadi staf Departemen PPSDM BKIM IPB pada tahun , staf Departemen Kesekretariatan BKIM IPB pada tahun , Bendahara BKIM IPB dan Direktur Pemasaran BKIM Agency pada tahun Penulis menjadi seksi soal pelajar SMU dalam kepanitiaan try out SPMB di Kota Cirebon yang diselenggarakan IKC pada tahun Penulis juga menjadi staf Departemen Syiar Majelis Ta lim Al-marjan FPIK tahun dan menjadi Ketua Majelis Ta lim Al-marjan Tahun Penulis juga pernah menjadi koordinator pelaksana teknis atau Technical Executive (TE) di Salman Media Enterprise (SAME) yaitu kegiatan usaha pelatihan komputer multimedia pada tahun Selain aktif di Kampus IPB semenjak tahun 2007 penulis mengajar di SMP Sejahtera 4 yang sekolahnya berada di lingkungan luar kampus IPB dan pada tahun 2008 penulis mendapat amanah menjadi pembina rohis SMP tersebut serta di masyarakat sekitar kampus. Penulis juga menjadi pengurus Dewan Keluarga Masjid Nurul Falah dan admin di 3 website yaitu serta pernah menjadi penulis lepas di media online, tulisannya pernah dimuat di detik.com (kolom opini), okezone.com (rubrik kampus), harianglobal.com dengan judul Miskinnya Para Nelayan, Kayanya Potensi Kelautan,

7 eramuslim.com, hidayatullah.com, syabab.com dengan judul Mengikuti dan Meneladani Rasulullah, eramuslim.com, syabab.com dengan judul Nasionalisme dan Persatuan Bangsa, Koreksi Total atas Sumpah Pemuda 1928, eramuslim.com, detik.com, inilah.com, okezone.com, syabab.com, pesisirnews.com, politiksaman.com, lampung-news.com, kliping depag.go.id dengan judul Pilkada dan Tragedi Priok Berdarah, detik.com, syabab.com, eramuslim.com, hidayatullah.com, okezone.com dengan judul Kartini Bukan Pahlawan Emansipasi, okezone.com dengan judul Selamatkan Bumi dengan Mengelola SDA, syabab.com dengan judul Vonis Mati Bagi Pelaku Penghina Nabi, eramuslim.com, syabab.com, hidayatullah.com dengan judul Aksi Memalukan Pada Pesta Kelulusan, Buah Dari Pendidikan Sekuler, okezone.com, lembaga bantuan hukum pers (lbhpers.org), detik.com, inilah.com, lampung-news.com, waspada.co.id dengan judul Selamatkan Wartawan, mediaindonesia.com, okezone.com, detik.com dengan judul Refleksi Hari Buku: Urgensi Baca Buku Untuk Kemajaun Bangsa. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Akibat Kenaikan Harga BBM Pada Nelayan Payang di PPI Bandengan, Kecamatan Mundu-Kabupaten Cirebon bimbingan Ir. Dinarwan, MS. dan Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA. Untuk menjalin tali silaturahim agar lebih erat dapat dihubungi di atau

8 KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan pada penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat serta pengikutnya. Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2008 dengan judul Tingkat Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Akibat Kenaikan Harga BBM Pada Nelayan Payang di PPI Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya pada Ir. Dinarwan, MS dan Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA atas bimbingannya selama ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan pada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian untuk penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis. Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis sangat harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Juni 2010 Andi Perdana Gumilang

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya kepada: 1) Bapak Ir. Dinarwan, MS. dan Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA. sebagai komisi pembimbing atas segala saran, kritik, arahan, perbaikan dan motivasi serta semua ilmu yang telah diberikan. 2) Ir. Lilik dan Ir. Ilman dari Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon serta Bapak Markuto nelayan payang Desa Bandengan yang telah membantu memberikan informasi berupa data primer dan sekunder. 3) Dr. Ir Ernani Lubis, DEA sebagai dosen penguji dan Vita Rumanti Kurniawati, M.T sebagai Komisi Pendidikan atas arahan dan perbaikan yang telah diberikan. 4) Kedua orang tua, Ayahanda Ir. Sumaryono dan Ibunda Dra. Erna atas segala doa dan apapun yang telah diberikan kepadaku yang tak terhitung banyaknya. 5) Bapak Dr.Ir Anwar Bey Pane, DEA selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama menjalani masa perkuliahan. 6) Bapak Prof.Dr.Ir Rokhmin Dahuri, MS yang telah memberikan saya ilmu kehidupan dan sains perikanan melalui pemberian buku dan kuliahnya di LP Cipinang. 7) Adik-adikku Angger Dewansyah dan Yunita Sumartin atas doanya 8) Keluarga besar di Jakata dan Bogor Mang Udin dan Wa Ayim atas segala bantuannya. 9) Teman-teman di BKIM IPB, MT Al Marjan FPIK dan kru PC lounge 10) Rekan-rekan PSP angkatan 41, Gunawan, Eko, Reza, dll yang tidak mungkin disebutkan satu persatu serta teman-teman di Al-Quds. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Bogor, Juni 2010 Andi Perdana Gumilang

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Pendapatan Usaha Penangkapan dan Analisisnya Nelayan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Dampak Kenaikan Harganya METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Metode Penelitian Analisis Data KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografis Penduduk Prasarana Umum KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 5.1 Unit Penangkapan Ikan Produksi Hasil Tangkapan dan Prasarana Perikanan PPI Desa Bandengan USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI PPI BANDENGAN 6.1 Analisis Usaha Penangkapan Payang Faktor-Faktor Biaya Produksi yang Mempengaruhi Perolehan Produksi Volume Hasil Tangkapan iii v vi i

11 7. PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP PENDAPATAN USAHA PENANGKAPAN IKAN PAYANG 7.1 Tingkat Pendapatan Nelayan Sebelum Kenaikan Harga BBM Pengaruh Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Perkembangan harga BBM di Indonesia tahun Data dikumpulkan: data utama dan data tambahan Jumlah penduduk Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon tahun Panjang jalan (km) menurut jenis dan kondisi dirinci per tingkat pengelolaan jalan di Kabupaten Cirebon tahun Jumlah sarana transportasi darat menurut jenis sarana dan desa di Kecamatan Mundu tahun Banyaknya pelanggan pemakai listrik menurut jenis tarif di Kabupaten Cirebon tahun Pengguna jasa listrik menurut desa/kelurahan di Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon tahun Banyaknya pelanggan dan air minum yang didistribusikan serta Nilainya menurut jenis pelanggan di Kabupaten Cirebon tahun Pengguna jasa air minum di Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon tahun Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan dirinci per kecamatan tahun Jumlah alat tangkap di Kabupaten Cirebon dirinci menurut jenis alat tangkap tahun Rekapitulasi jumlah alat tangkap nelayan Kecamatan Mundu di Kabupaten Cirebon menurut desa pada tahun Perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di laut Kabupaten Cirebon menurut kecamatan tahun Rekapitulasi jumlah armada penangkapan ikan di Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon per desa tahun Jumlah rumah tangga perikanan (RTP) dan rumah tangga buruh perikanan (RTBP) di Kabupaten Cirebon peeriode Rata-rata jumlah hasil tangkapan ikan per trip, rata-rata harga ikan dan total penjualan nelayan payang di PPI Desa Bandengan menurut jenis ikan tahun Pengeluaran biaya investasi unit penangkapan payang di Desa Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon tahun Biaya rata-rata variabel yang dikeluarkan unit penangkapan nelayan payang per trip di Desa Bandengan tahun iii

13 19 Biaya tetap yang dikeluarkan usaha penangkapan payang per trip di desa Bandengan tahun Rata-rata jumlah hasil tangkapan ikan, harga dan total penjualan nelayan payang per trip di Desa Bandengan pada bulan Juli Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan per trip nelayan payang di Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun Hasil perhitungan korelasi Spearman antara nilai pendapatan dengan nilai BBM, perbekalan dan bagi hasil ABK nelayan payang di Desa Bandengan tahun Biaya rata-rata variabel yang dikeluarkan nelayan payang per trip sebelum kenaikan harga BBM di Desa Bandengan pada bulan Mei Rata-rata jumlah hasil tangkapan ikan, harga dan total penjualan nelayan payang per trip sebelum kenaikan harga BBM di Desa Bandengan bulan Mei Pendapatan dan biaya sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM di Desa Bandengan pada bulan Mei tahun iv

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bentuk dan bagian-bagian pada alat tangkap payang Tempat pelelangan ikan Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun Alat tangkap payang nelayan Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun Perahu nelayan payang Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun Mesin yang digunakan nelayan payang Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun Armada penangkapan perahu motor tempel di sungai Selapenganten Desa Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon tahun Hasil tangkapan ikan utama nelayan payang Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun v

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Lokasi penelitian PPI Desa Bandengan Kabupaten Cirebon tahun Jumlah dan harga hasil tangkapan ikan nelayan payang per trip di Desa Bandengan tahun Foto-foto hasil tangkapan ikan nelayan payang PPI Bandengan Kabupaten Cirebon tahun Pengeluaran biaya investasi nelayan payang di Desa Bandengan Bulan Juli tahun Pengeluaran biaya operasional kebutuhan melaut nelayan payang per trip di Desa Bandengan bulan Juli tahun Komponen variabel faktor-faktor yang mempengaruhi volume hasil tangkapan perikanan payang di Desa Bandengan tahun 2008 (satuan: rupiah) Hasil data uji metode korelasi urutan spearman (The Rank Correlation Test) pendapatan dan sistem bagi hasil ABK nelayan payang di Desa Bandengan tahun Hasil data uji metode korelasi urutan spearman (The Rank Correlation Test) pendapatan dan BBM nelayan payang di Desa Bandengan tahun Hasil data uji metode korelasi urutan spearman (The Rank Correlation Test) pendapatan dan perbekalan nelayan payang di Desa Bandengan tahun vi

16 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor riil yang diharapkan bisa dikembangkan sehingga berkontribusi dalam membangun perekonomian nasional. Hal ini dibuktikan bahwa sedikitnya ada 11 sektor ekonomi kelautan yang dapat dikembangkan yakni perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan, pertambangan dan energi, pariwisata bahari, kehutanan, perhubungan laut, sumber daya pulau-pulau kecil, industri dan jasa maritim serta SDA nonkonvensional (Dahuri, 2009). Adanya sektor ekonomi kelautan yang dapat dikembangkan dari perikanan tangkap diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan, oleh karena itu pembangunan perikanan tangkap di daerah, khususnya Jawa Barat, diarahkan untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan perikanan tangkap. Visi yang dimaksud adalah usaha perikanan tangkap Indonesia yang kokoh, mandiri dan lestari tahun 2020 sedangkan salah satu misi pembangunan perikanan tangkap adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan (Anonymous, 2008). Meskipun pada kenyataannya dua per tiga wilayah Indonesia berupa lautan dan telah ditetapkan misi tersebut di atas, tetapi masih banyak dijumpai nelayan yang taraf hidupnya masih rendah bahkan kehidupan 70 % nelayan tergolong miskin (Kusnadi, 2004). Hal ini berkaitan erat dengan tingkat pendapatan dan pengeluaran nelayan. Seperti diketahui bahwa persentase pengeluaran terbesar oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan yang menggunakan perahu motor tempel atau kapal motor adalah bahan bakar minyak (BBM). Persentase tersebut mencapai % dari total biaya operasional melautnya (Satria, 2009) ; dan ini sangat mempengaruhi besaran pendapatan nelayan. Bahan bakar minyak merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam sebagian besar aktivitas ekonomi. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada tanggal 23 Mei 2008 pada umumnya telah mengakibatkan masyarakat Indonesia mengalami kesulitan di berbagai daerah. Begitu pula dengan nelayan di daerah Desa Bandengan

17 2 Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon juga mengalami kesulitan dalam usaha penangkapan ikan karena mereka mengandalkan perahu dengan mesin yang berbahan bakar solar. Kenaikan harga BBM menyebabkan biaya operasional penangkapan ikan semakin meningkat karena sebagian besar biaya operasionalnya adalah bahan bakar minyak. Disamping bahan bakar minyak, biaya operasional lainnya juga meningkat seperti biaya perbekalan dikarenakan biaya kebutuhan pokok juga meningkat. Agar nelayan tersebut diatas dapat mempertahankan pekerjaannya yaitu melaut, maka nelayan mencari tambahan modal atau jika tidak beralih profesi selain melaut. Meningkatnya biaya operasional penangkapan ikan mengakibatkan pada perubahan bahan bakar yang digunakan oleh nelayan dalam mengatasi hal tersebut yaitu dengan mengganti bahan bakar solar dengan minyak tanah. Kenaikan harga BBM jelas akan mempengaruhi pendapatan nelayan, khususnya di Desa Bandengan Kecamatan Mundu karena hasil penjualan ikan sebagian besar terserap untuk biaya operasional sedangkan harga jual hasil tangkapan relatif tidak mengalami kenaikan. Kusnadi (2003) mengungkapkan bahwa ancaman terhadap kepastian pendapatan nelayan buruh (ABK) sangat besar. Berbeda dengan pekerjaan lain, kegiatan penangkapan ikan merupakan pekerjaan yang spekulatif ; meskipun pemilik perahu diminta untuk memberikan upah tetap dalam sekali melaut kepada nelayan buruh, tetapi resiko ekonomi yang harus ditanggung cukup besar, biayabiaya operasi perahu setiap hari yang harus ditanggungnya sudah cukup menguras kemampuan dana yang dimiliki apalagi jika dalam operasi tersebut tidak memperoleh hasil tangkapan. Oleh karena itu, kalau hasil tangkapan sedikit, biasanya akan digunakan untuk menutupi biaya operasional dulu (sebagai hak pemilik perahu), sedangkan sisa hasil yang lain dibagikan kepada nelayan buruh. Cara ini untuk meringankan beban biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perahu. Wilayah Desa Bandengan, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon merupakan desa pesisir yang komunitas nelayannya relatif cukup besar. Hal ini berdasarkan data dari Kantor Kepala Desa Bandengan tahun 2008 tercatat jumlah penduduk dengan mata pencaharian tertinggi adalah nelayan sebesar 235 orang atau 61,197

18 3 % dari total penduduk jumlah usia kerja 384 orang dibandingkan dengan jumlah penduduk dengan jenis mata pencaharian lain. Terjadinya kenaikan harga BBM yang signifikan diduga akan berdampak terhadap kelangsungan kegiatan penangkapan ikan, termasuk kegiatan penangkapan ikan nelayan payang di Desa Bandengan Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon yang pada umumnya dalam pengoperasian unit penangkapan payang menggunakan perahu motor tempel atau outboard engine yang menggunakan BBM. Hal ini berdasarkan pada laporan Dinas Kelautan & Perikanan Kabupaten Cirebon tahun 2007 bahwa jumlah perahu motor tempel Desa Bandengan berjumlah 97 unit yang meliputi perahu garok rajungan 23 unit, perahu payang 27 unit dan perahu jaring rampus 47 unit. Penelitian dilakukan pada nelayan payang karena berdasarkan wawancara nelayan payang di Desa Bandengan memiliki ketergantungan kepada tengkulak yang paling dominan. Adanya kenaikan harga BBM diduga frekuensi penangkapan ikan akan terpengaruh oleh besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka perlu kiranya penelitian ini dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan kondisi yang demikian maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1). Dalam kondisi tingkat harga BBM saat penelitian, berapakah tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan payang di Desa Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon?; 2). Faktor-faktor biaya produksi mana yang dominan berpengaruh terhadap perolehan volume hasil tangkapan ikan?; dan 3). Apakah terjadinya kenaikan harga BBM memberikan dampak negatif terhadap besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan?.

19 4 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1). Mendapatkan besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan Payang di sekitar wilayah PPI Desa Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon pada kondisi tingkat harga BBM saat penelitian; 2). Mengetahui faktor biaya produksi yang berpengaruh terhadap perolehan volume produksi hasil tangkapan ikan; dan 3). Menentukan besaran pengaruh kenaikan harga BBM terhadap perolehan tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan payang. 1.4 Manfaat Bagi pemerintah khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang dapat memberikan dampak positif terhadap kegiatan penangkapan ikan.

20 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal hampir di seluruh perairan laut Indonesia. Nama payang di berbagai daerah berbeda-beda antara lain payang (Jakarta, Tegal dan Pekalongan), payang uras (Bali), payang gerut (Bawean), atau jala lompo (Kaltim, Sulsel) (Anonymous, 2004). Melihat sudah lamanya alat penangkap ikan ini digunakan, payang dapat digolongkan sebagai alat penangkap ikan tradisional. Keberadaan unit penangkapan payang di dalam perikanan laut Indonesia dianggap penting baik dilihat dari produktivitas maupun jumlah tenaga kerja yang terlibat. Payang merupakan pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri atas bagian kantong (bag), badan (body) dan sayap (wing). Menurut Subani dan Barus (1989) menyatakan bahwa bagian kantong payang umumnya terdiri atas bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri yang tiap daerah umumnya berbeda. Dua buah sayap yang terletak di sebelah kanan dan kiri badan payang, setiap sayap berukuran panjang meter, bagian badan jaring sepanjang meter dan bagian kantong terletak di belakang bagian badan payang yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan adalah sepanjang meter. Deskripsi payang yang diterangkan oleh Subani dan Barus (1989) adalah sebagai berikut; besar mata mulai dari ujung kantong sampai ujung kaki berbedabeda, bervariasi mulai dari 1 cm atau kurang sampai sekitar 40 cm. Berbeda dengan trawl dasar yang memiliki tali ris atas yang lebih pendek daripada tali ris bawah, payang memiliki tali ris bawah yang lebih pendek. Hal ini untuk mencegah kemungkinan ikan lolos ke arah bawah, karena pada umumnya payang digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian lapisan atas perairan dan mempunyai sifat cenderung bergerak ke lapisan bawah bila terkurung jaring.

21 6 Menurut Monintja (1991), jaring pada payang terdiri atas kantong, dua buah sayap, dua tali ris, tali selambar, serta pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu kesatuan yang berbentuk kerucut terpancung, semakin ke arah ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan berkumpul di bagian kantong ini. Semakin kecil ukuran mata jaring maka akan semakin kecil kemungkinan ikan meloloskan diri. Von Brandt (1984) menjelaskan bahwa payang termasuk ke dalam kelompok seine net atau danish seine. Seine net adalah alat penangkap ikan yang mempunyai bagian badan, sayap dan tali penarik yang sangat panjang dengan atau tanpa kantong. Alat penangkap ikan ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian menarik alat ke kapal atau pantai. Payang merupakan salah satu dari seine net yang dioperasikan dengan cara melingkari kawanan ikan lalu ditarik ke atas kapal yang tidak bergerak. Bentuk dan bagian-bagian alat tangkap payang dapat dilihat pada Gambar 1. Tali ris Sayap Badan Kantong Gambar 1 Bentuk dan bagian-bagian pada alat tangkap payang Kapal/perahu payang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 pasal 1 tahun 2004 tentang perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi

22 7 penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan. Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup penggunaan dalam aktivitas penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya, serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan. Pada kapal perikanan dilakukan kerja menangkap, menyimpan dan mengangkat ikan (Nomura dan Yamazaki, 1977). Kapal perikanan yang umum digunakan pada pengoperasian unit penangkapan payang adalah perahu, dengan menggunakan mesin penggerak berupa motor tempel atau outboard engine. Perahu ini mempunyai konstruksi khusus, yaitu mempunyai tiang pengamat yang disebut kakapa (Monintja, 1991). Perahu yang digunakan pada pengoperasian payang di berbagai daerah di Indonesia memiliki ukuran yang berbeda-beda. Selain itu, mesin yang dipakai serta jumlah nelayan yang mengoperasikan juga berbeda. Misalnya kapal payang di Bengkulu memiliki ukuran rata-rata kapal payang 2,68 GT, mesin 12,9 HP dan jumlah nelayan 11 orang (Ta alidin Z, 2003). Adriani (1995) menjelaskan bahwa dengan bertambahnya kekuatan mesin akan mempercepat kapal menuju fishing ground, mempercepat waktu untuk kembali ke fishing ground, mempercepat waktu kembali ke fishing base, mempercepat kapal dalam melakukan pelingkaran gerombolan ikan pada saat operasi penangkapan ikan sehingga operasi penangkapan ikan menjadi lebih efisien Metode Pengoperasian Payang Alat tangkap payang biasanya dioperasikan di lapisan permukaan air (water surface) dengan tujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis yang membentuk kelompok (schooling). Metode pengoperasian payang dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penurunan dan tahap penarikan jaring (Ayodhyoa, 1981). Dalam operasi penangkapan ikan dengan payang, nelayan terlebih dahulu melakukan persiapan sebelum berangkat dari fishing base menuju fishing ground. Persiapan tersebut meliputi penyusunan alat tangkap diatas perahu dan persiapan bahan bakar serta perbekalan (Monintja, 1991).

23 8 Tahap pengoperasian payang terdiri atas penurunan jaring (setting) dan penarikan jaring (hauling). Tahap setting dilakukan setelah gerombolan ikan ditemukan dengan cara menduga-duga keberadaan gerombolan ikan. Setting dilakukan dengan cara menurunkan tali selambar depan dengan pelampung tonda yang dibawa oleh seorang perenang. Perahu dengan kecepatan penuh melingkari kelompok ikan hingga seluruh jaring terentang dan mengurunginya (Monintja, 1991). Setelah dilakukan setting maka segera dilakukan hauling. Pada waktu penarikan jaring semua nelayan berada di sisi kiri perahu dan terbagi menjadi kelompok. Kelompok pertama menarik sayap kiri jaring dari arah haluan perahu dan kelompok kedua menarik sayap kanan jaring dari arah buritan perahu. Kecepatan penarikan jaring antara kedua kelompok harus sama, yaitu dengan mengetahui jumlah pelampung yang sudah naik ke atas perahu. Setelah seluruh bagian jaring dinaikkan ke atas perahu, kemudian dilakukan pemindahan ikan dari kantong ke palka perahu (Monintja, 1991). Penangkapan ikan menggunakan payang dapat dilakukan baik pada siang hari maupun malam hari. Untuk meningkatkan hasil tangkapan saat pengoperasian alat tangkap payang digunakan alat bantu berupa lampu petromaks (kerosene pressure lamp) dan atau rumpon atau payaos (fish agregating device). Alat bantu petromaks biasa digunakan jika pengoperasian alat tangkap payang dilakukan pada malam hari. Alat bantu rumpon atau payaos biasa digunakan jika pengoperasian alat tangkap payang dilakukan pada siang hari. Kadangkala pengoperasian alat tangkap payang dilakukan tanpa menggunakan alat bantu, yaitu dengan cara menduga-duga keberadaan ikan atau mencari gerombolan ikan (Subani dan Barus, 1989). Menurut Ayodhyoa (1981), indikator yang digunakan dalam menduga keberadaan gerombolan ikan adalah dengan melihat : 1) Adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan air; 2) Adanya ikan yang melompat-lompat di permukaan air laut; 3) Adanya riak-riak kecil karena gerakan renang ikan di bagian permukaan air laut;

24 9 4) Adanya buih-buih di permukaan air laut akibat udara yang dikeluarkan ikan; 5) Adanya burung yang menukik dan menyambar ke permukaan laut. Jenis ikan yang biasanya tertangkap oleh payang di perairan Laut Jawa adalah tongkol (Auxis sp), cakalang (Katsuwonus pelamis), kembung (Rastrelliger sp), peperek (Leiognathus sp), tembang (Clupea sp), layang (Decapterus sp) dan lainlain. Sebagian besar ikan yang tertangkap dengan payang tergolong sumberdaya ikan pelagis, yaitu ikan yang hidup di permukaan laut atau didekatnya (Subani dan Barus, 1989). Alat bantu pendeteksi gerombolan ikan fish finder, umumnya di Indonesia belum digunakan untuk perikanan payang. 2.2 Pendapatan usaha penangkapan dan analisisnya Biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa (Rony,1990). Biaya operasional penangkapan ikan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan komponen biaya yang tidak berubah besarannya dan tidak dipengaruhi oleh besaran tingkat produksi penangkapan ikan. Sementara biaya variabel adalah komponen biaya yang sangat dipengaruhi oleh besaran tingkat produksi penangkapan ikan. Biaya produksi dalam usaha nelayan terdiri atas dua kategori, yaitu biaya berupa pengeluaran nyata dan biaya yang tidak merupakan pengeluaran nyata. Pengeluaran-pengeluaran nyata ada yang kontan dan tidak kontan. Menurut Mulyadi (2005), pengeluaran-pengeluaran kontan adalah : (1) Bahan bakar dan oli (2) Bahan pengawet (es dan garam) (3) Pengeluaran untuk makanan/ konsumsi awak (4) Pengeluaran untuk reparasi (5) Pengeluaran untuk retribusi dan pajak Pengeluaran-pengeluaran yang tidak kontan adalah upah/gaji awak nelayan pekerjaan yang umumnya bersifat bagi hasil dan dibayar sesudah hasil dijual. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak nyata adalah penyusutan dari perahu, mesin dan alat tangkap karena pengeluaran ini hanya merupakan penilaian yang tidak pasti.

25 10 Soekartawi (1986), mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan dengan pendapatan yaitu : 1) Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk 2) Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi industri 3) Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai 4) Penerimaan kotor, produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual 5) Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 6) Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usaha Analisis biaya kebutuhan melaut Biaya kebutuhan melaut per trip penangkapan merupakan total biaya yang dikeluarkan nelayan untuk melakukan satu trip penangkapan terkait kebutuhan nelayan dalam operasi penangkapan ikan. Perhitungan volume kebutuhan BBM per trip penangkapan dilakukan dengan rumus pengkonsumsian bahan bakar yang dikeluarkan Pertamina tahun 2001 yaitu : F = W H c Keterangan : F : Konsumsi BBM per trip (ton/trip) W : Daya mesin kapal/perahu (HP) H : lama waktu mesin beroperasi per trip (jam) c : Fuel Consumption Rate (0,16) Biaya konsumsi BBM per trip (Fuel Consumption Cost) dihitung dari : FCC = V HET Dimana : FCC = Fuel Consumption Cost / biaya konsumsi BBM per trip (Rp) V = Volume BBM per trip (ton/trip) HET = Harga Eceran Tertinggi BBM (Rp).

26 Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan Analisis pendapatan usaha penangkapan ikan bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat dalam usaha penangkapan ikan dan besar keuntungan (π) yang diperoleh dari usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan untuk melakukan operasi penangkapan ikan yaitu dengan rumus (Soekartawi, 1995) dimana : π = TR TC TR (Total Reveneu) per satuan waktu = Pendapatan total per satuan waktu TC (Total Cost) per satuan waktu π = Keuntungan Apabila : TR > TC maka usaha menguntungkan TR < TC maka usaha mengalami kerugian TR = TC maka usaha impas. = Biaya total per satuan waktu Biaya total (Total Cost) terdiri atas biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap (Fixed Cost) terdiri atas investasi, penyusutan dan komponen biaya tetap lain seperti perizinan, retribusi dan perawatan. Biaya variabel terdiri atas biaya operasional melaut dan biaya upah bagi hasil. Dalam menghitung penyusutan digunakan metode garis lurus (stright line) yaitu biaya penyusutan benda setiap tahun dibebankan dalam jumlah yang sama, secara matematis perhitungan nilai penyusutan ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002) : penyusutan = NB NA T Keterangan : NB = Nilai beli NA = Nilai akhir/nilai jual T = Tahun atau umur teknis Analisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi volume hasil tangkapan Uji korelasi urutan Spearman (The Rank Correlation Test) digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel atau data ordinal. Hal ini dikarenakan data yang digunakan bersifat homogen dalam distribusi populasi sehingga digunakan analisis uji korelasi urutan Spearman (Hasan, 2001). Untuk

27 12 suatu variabel A yang memiliki hubungan yang erat atau kuat dengan variabel B lainnya yang diuji, maka dapat diduga variabel A bersifat mempengaruhi variabel B lainnya tersebut; sehingga dapat dikatakan variabel A merupakan faktor yang termasuk mempengaruhi variabel B. Dalam konteks penelitian ini, maka variabel-variabel yang diukur dan kemudian diuji melalui uji korelasi urutan spearman diharapkan menjadi faktor yang termasuk mempengaruhi volume hasil tangkapan. Menurut Iqbal Hasan (2001) koefisien korelasi urutan Spearman dirumuskan : r s = Keterangan : 2 6 d n( n 1) 1 2 d = beda urutan dalam satu pasangan data n = banyaknya pasangan data Adapun langkah-langkah pengujian korelasi urutan Spearman adalah sebagai berikut : 1) Menentukan formulasi hipotesis H 0 : tidak ada hubungan antara urutan variabel yang satu dengan urutan dari variabel lainnya dan H 1 : ada hubungan antara urutan variabel yang satu dengan urutan dari variabel lainnya. 2) Menentukan taraf nyata (α) dan nilai ρ s tabel Taraf nyata dan nilai ρ s tabel ditentukan sesuai dengan besarnya n (n 30). Pengujiannya dapat berupa pengujian satu sisi dan dua sisi. 3) Menentukan kriteria pengujian : H 0 diterima apabila r s ρ s (α) dan H 0 ditolak apabila r s > ρ s (α) 4). Menentukan nilai uji statistic yaitu merupakan nilai r s situ sendiri 5) Membuat kesimpulan yaitu menyimpulkan H 0 diterima atau ditolak 2.3 Nelayan Menurut UU Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan (Anonymous, 2004). Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan, untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

28 13 Berdasarkan status penguasaan modal, nelayan dapat dibagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah orang yang memiliki sarana penangkapan seperti kapal/perahu, jaring dan alat tangkap, sedngkan nelayan buruh adalah orang yang menjual jasa tenaga kerja sebagai buruh dalam kegiatan penangkapan ikan di laut, atau sering disebut anak buah kapal (ABK) (Satria, 2002). Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, maka nelayan juga dapat dibedakan menjadi : 1) Nelayan penuh ; adalah orang yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan di laut; 2) Nelayan sambilan utama adalah orang yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan ikan, nelayan kategori ini dapat mempunyai pekerjaan lain; dan 3) Nelayan sambilan tambahan adalah orang yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan (Anonymous, 2002). Menurut Hermanto (1986), kelompok pelaku dalam usaha penangkapan ikan bila ditinjau dari bagian yang diterima oleh pelaku, diantaranya: juragan/pemilik dan ABK. 1) Juragan/pemilik adalah orang yang mempunyai perahu dan alat penangkapan ikan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan ikan di laut. Juragan darat hanya menerima bagi hasil tangkapan yang diusahakan oleh orang lain. Pada umumnya juragan darat menanggung seluruh biaya operasi penangkapan. 2) ABK adalah orang yang tidak memiliki unit penangkapan dan hanya berfungsi sebagai buruh atau pandega, umumnya menerima bagi hasil tangkapan dan jarang diberi upah harian. Kedua kelompok diatas juga terdapat pada perikanan payang. Jumlah nelayan dalam pengoperasian unit penangkapan payang berkisar antara orang. Biasanya nelayan payang telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan

29 14 dipimpin oleh juru mudi yang sekaligus bertindak sebagai fishing master (Monintja, 1991). 2.4 Bahan Bakar Minyak dan Dampak Kenaikan Harganya Bahan bakar minyak (BBM) adalah salah satu hasil pertambangan yang mempunyai nilai sangat strategis bagi kehidupan suatu negara. Bahan bakar minyak dijabarkan dalam berbagai bentuk dan memiliki harga tertentu sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1. Kenaikan harga BBM memberikan dampak yang cukup besar bagi sektor perikanan dan kelautan terutama nelayan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar kebutuhan melaut nelayan adalah BBM. Selain harga bahan bakar untuk pengoperasian kapal semakin tidak terjangkau, kenaikan harga BBM juga berdampak pada kenaikan biaya operasional lain seperti bahan kebutuhan pokok selama melaut yang mencapai 20 hingga 30 persen dari biaya produksi, serta penyediaan es balok. Kenaikan harga solar dari Rp 4.300,00 menjadi Rp 5.500,00 pada tanggal 23 Mei 2008 (Tabel 1) menjadikan kondisi ekonomi nelayan semakin miskin, terlebih karena tanpa kenaikan harga BBM, nelayan sudah menerima harga yang melebihi harga pasar. Hal ini terjadi karena biaya pengangkutan solar dari distributor ke daerah sekitar pesisir membutuhkan biaya yang besar yang disebabkan jarak tempuh dalam pendistibusian BBM tersebut cukup jauh. Dengan kenaikan harga BBM, nelayan harus menerima harga yang begitu tinggi, yaitu harga BBM yang secara resmi dinaikkan oleh pemerintah ditambah dengan biaya pendistribusian yang semakin tinggi.

30 15 Tabel 1 Perkembangan harga BBM di Indonesia tahun 2008 Diesel V10 Pertamina Dex Tanggal Premium M.Tanah M.Solar M.Diesel M. Bakar Eceran (Rp/Lt) WILAYAH 1 Pelanggan (Rp/KL) Bunker (US$/KL) 981, , , ,95-728, ,82 WILAYAH 2 Pelanggan (Rp/KL) Juli Bunker (US$/KL) 1.019, , , ,73-744,54 - WILAYAH 3 Pelanggan (Rp/KL) Bunker (US$/KL) 1.040, , , ,30-760,33 - WILAYAH 4 Pelanggan (Rp/KL) Bunker (US$/KL) 981, , , , ,88 728, ,82 15 Mei Eceran (Rp/Lt) WILAYAH 1 Pelanggan (Rp/KL) Bunker (US$/KL) 852, , ,54 999, ,87 WILAYAH 2 Pelanggan (Rp/KL) Bunker (US$/KL) 884, , , ,33-658,01 - WILAYAH 3 Pelanggan (Rp/KL) Bunker (US$/KL) 903, , , ,19-671,97 - WILAYAH 4 Pelanggan (Rp/KL) Bunker (US$/KL) 852, , ,47 999,58 888, ,87 Catatan : Harga Tanpa Pajak Wilayah 1 : Harga berlaku Ex. Suplai Point (Depot/Transit Terminal) selain Batam, Wilayah 4, UPmsVII Makasar, Upms VIII Jayapura dan Propinsi NTT Wilayah 2 : Harga berlaku Ex. Suplai Point (Depot/Transit Terminal) di UPmsVII Makasar Wilayah 3 : Harga berlaku Ex. Suplai Point (Depot/Transit Terminal) di UPmsVIII Jayapura dan Propinsi NTT Wilayah 4 : Harga berlaku Ext. Inst. Medan Grup, Depot Panjang TT. TG. Gerem, Depot Pelumpang, Depot Cikampek, Inst. Tanjung Priok, Int. semarang/pengampon, Int. Surabaya Grup

31 16 Kenaikan harga BBM akan meningkatkan biaya operasional nelayan. Seperti pada perikanan payang di Cirebon jumlah melaut 21 kali per bulan menurun tajam menjadi 8 kali per bulan. Sebagaimana diketahui, pada kenyataannya kebanyakan nelayan di Indonesia hanya menggantungkan sumber penghasilan dari hasil melaut. Peningkatan biaya untuk BBM juga berpengaruh secara berantai terhadap komponen biaya lain yang merupakan bagian dari biaya operasional. Biaya lain yang turut meningkat adalah biaya kebutuhan pokok selama melaut, biaya penyediaan es balok, serta biaya lain yang terpengaruh karena kenaikan harga BBM tersebut. Sejauh ini belum terdapat energi alternatif bagi nelayan selain BBM (solar dan minyak tanah). Nelayan melakukan penghematan BBM dengan cara mencampur solar dengan minyak tanah, oli atau zat lain yang persentasenya tetap lebih kecil dibandingkan solar yang digunakan. Pengoplosan bahan bakar tersebut akan memperpendek usia mesin perahu nelayan.

32 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2008 dengan lokasi penelitian di Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1). 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data adalah kuisioner dan bahan yang digunakan di dalam penelitian adalah data hasil kuisioner. 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan aspek yang dikaji adalah aspek pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan payang dan aspek pengaruh kenaikan harga BBM terhadap pendapatan yang berada di sekitar Tempat Pelelangan Ikan Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Pada aspek di atas akan diteliti input produksi yang mempengaruhi volume hasil tangkapan ikan, besaran tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan dan pengaruh atau dampak kenaikan harga BBM terhadap tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan. Perolehan data berupa input, besaran dan dampak diatas dilakukan dengan 3 cara, yaitu melakukan observasi (pengamatan), melakukan wawancara dengan menggunakan angket (kuisioner) dan mengumpulkan data sekunder. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan nelayan payang yang berada di Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon meliputi pengamatan proses persiapan melaut (terutama penyiapan kebutuhan BBM) dan proses pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan di PPI Bandengan. Wawancara dilakukan terhadap nelayan pemilik payang; yang jumlah unit penangkapan seluruhnya 27 unit. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode sensus yaitu seluruh anggota populasi (nelayan yang memiliki dan menggunakan alat tangkap payang) di Desa Bandengan dijadikan responden berjumlah 27 nelayan.

33 18 Data pendapatan nelayan payang sebelum dan sesudah kenaikan BBM diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden nelayan pemilik payang dengan berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya; meliputi: jumlah hasil tangkapan ikan per trip, harga ikan, lama hari melaut dalam sebulan, jumlah ABK dan biaya kebutuhan setiap melaut pada waktu sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Keseluruhan data tersebut merupakan data yang diperlukan untuk menghitung pendapatan nelayan. Wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan informasi profil sosialekonomi masyarakat nelayan di desa Bandengan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dan keragaman kegiatan usaha penangkapan ikannya. Data yang akan dikumpulkan disampaikan pada Tabel 2. Pengumpulan data dibagi dalam 2 tahap, tahap pertama pengumpulan data sekunder dari instansi terkait. Instansi tersebut antara lain: Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Cirebon, Kantor Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dan Kantor Badan Statistik Kabupaten Cirebon. Tahap kedua adalah pengumpulan data primer yang dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara dan pengisian angket (kuisioner) responden nelayan payang. Tabel 2 Data yang dikumpulkan: data utama dan data tambahan Data yang dikumpulkan Data Primer Data Sekunder Data Utama Data Tambahan Kondisi usaha (input-output) Daerah pemasaran Pendapatan usaha Biaya investasi Biaya tetap Biaya variabel Hasil Tangkapan Tenaga Kerja dan Upah Pendaratan hasil tangkapan Pemasaran hasil tangkapan Program Kompensasi BBM Permasalahan Alat tangkap payang Kapal/Perahu penangkap Ikan Operasi penangkapan Ikan Fishing ground Program penyuluhan nelayan Produksi penangkapan ikan di laut per kecamatan Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan Perkembangan jumlah alat tangkap Perkembangan jumlah rumah tangga perikanan dan buruh nelayan di kabupaten Cirebon Komposisi penduduk Desa Bandengan Geografis Tingkat pandidikan Mata pencaharian

34 Analisis Data Data hasil penelitian secara umum akan diolah dan dianalisis secara deskriptif melalui tabulasi dan perhitungan rata-rata. Untuk mendapatkan tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan payang, akan dilakukan analisis pendapatan (subbab 2.2.2). Pada metode tersebut akan dihitung biaya operasi penangkapan ikan, biaya tetap, biaya variabel, bagi hasil dan biaya investasi. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap perolehan volume produksi hasil tangkapan ikan dianalisis dengan uji korelasi Spearman (subbab 2.2.3), sedangkan untuk mendapatkan besaran pengaruh kenaikan harga BBM terhadap perolehan tingkat pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan payang digunakan metode analisis komparatif antar pendapatan nelayan payang sebelum dan sesudah bulan Mei kenaikan harga BBM.

35 20 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat dan merupakan batas sekaligus sebagai pintu gerbang propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letak geografisnya antara 108º40-108º48 Bujur Timur dan 6º30-7º00 Lintang Selatan (Anonymous, 2007). Batas administratif Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu Sebelah Timur : Wilayah kota Cirebon dan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan Sebelah Barat Laut : Kabupaten Majalengka Kabupaten Cirebon memiliki jarak terjauh arah barat-timur sepanjang 54 km dan utara-selatan 39 km meliputi 40 kecamatan, 412 desa dan 12 kelurahan dengan ibukota kabupaten di Sumber (Ditetapkan berdasarkan PP. No. 33 tahun 1979) ( Secara topografi Kabupaten Cirebon terletak pada ketinggian antara m di atas permukaan laut. Di lihat dari permukaan tanah atau daratannya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu dataran rendah dan dataran tinggi. Wilayah kecamatan yang terletak disepanjang pantai utara Pulau Jawa termasuk pada dataran rendah yang memiliki letak ketinggian antara 0-10 m dari permukaan laut terdiri atas Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Suranenggala, Arjawinangun, Klangenan, Gunungjati, Kedawung, Weru, Mundu, Astanajapura, Lemahabang, Karangsembung, Waled, Babakan, Ciledug dan Losari, sedangkan wilayah kecamatan yang terletak di bagian selatan memiliki letak ketinggian antara m dari permukaan laut (Anonymous, 2006). Kecamatan-kecamatan yang memiliki wilayah pantai untuk kegiatan usaha penangkapan ikan di Kabupaten Cirebon terjadi di tujuh kecamatan terdiri atas Kecamatan Kapetakan, Cirebon Utara, Mundu, Astanajapura, Pangenan, Gebang dan Losari. Wilayah Kabupaten Cirebon memiliki suhu rata-rata 28ºC, suhu

36 21 tertinggi di wilayah ini dapat mencapai 33ºC sedangkan suhu terendah sekitar 24ºC. Suhu di wilayah ini cenderung tidak fluktuatif, sementara itu wilayah ini juga dikenal dipengaruhi oleh angin kumbang yang bertiup relatif kencang, terkadang berputar dan bersifat kering ( Iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri atas daerah pantai, terutama bagian utara, timur, dan barat, sedangkan di sebelah selatan adalah daerah perbukitan. Menurut Schmidt dan Ferguson bahwa Kabupaten Cirebon termasuk kategori iklim tipe C dan D dengan jumlah curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara mm. Iklim kabupaten Cirebon bersifat tropis dengan jumlah curah hujan tertinggi terdapat di bagian tengah dan selatan yaitu daerah perbukitan di kaki gunung Ciremai (Kecamatan Beber, Sumber, Palimanan dan Plumbon) sedangkan curah hujan terendah umumnya di wilayah pesisir dan wilayah dataran di bagian utara (Anonymous, 2007). 4.2 Penduduk Kabupaten Cirebon adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mempunyai luas wilayah terkecil kedua setelah Kabupaten Purwakarta tetapi mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar. Jumlah penduduk Kabupaten Cirebon pada tahun 2007 adalah sebanyak jiwa, terdiri atas laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dengan luas wilayah administratif 990,36 km 2. Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Cirebon adalah sebesar jiwa per km 2 dari total penduduk sebanyak jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Sumber yaitu sebanyak jiwa dengan sebaran distribusi penduduk sebesar 4,02 % dan yang terkecil adalah Kecamatan Pasaleman dengan jumlah penduduk hanya jiwa dengan sebaran distribusi penduduk sebesar 1,27 % (Anonymous, 2008). Salah satu kecamatan di Kabupaten Cirebon adalah kecamatan Mundu, yang memiliki luas wilayah 25,58 km 2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon disajikan dalam Tabel 3 berikut :

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 2.1.1 Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi 20 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat dan merupakan batas sekaligus

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN 40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Usaha Penangkapan Ikan Dalam buku Statistik Perikanan Tangkap yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia yang masih

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh 1 SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh Wendy Alan 1) Hendrik (2) dan Firman Nugroho (2) Email : wendyalan@gmail.com

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Berdasarkan klasifikasi International Standard Statistical Classification of Fishing Gear (ISSCFG) dalam Adhiar (2007), payang digolongkan kedalam boat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut 34 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak dan Geografis Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang terletak pada lintang 06 30 LS-07 00

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun 37 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Aspek Teknis Perikanan Purse seine Aspek teknis merupakan aspek yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penangkapan ikan, yaitu upaya penangkapan, alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Sumberdaya Maritim Indonesia Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem perairan ini merupakan seumber dari berbagai macam produk dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, BANDENG, DAN NILA DI ATAS Rp. 5 JUTA JUMLAH BIAYA PER TRIP USAHA PENANGKAPAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknik Unit penangkapan pancing rumpon merupakan unit penangkapan ikan yang sedang berkembang pesat di PPN Palabuhanratu. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan 13 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dilakukan di PPN Palabuhanratu. Sebagai kasus dalam penelitian ini adalah kondisi perikanan yang berbasis di pelabuhan ini dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik dalam skala lokal, regional maupun negara, dimana sektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati

Lebih terperinci

BAB III USAHA PENANGKAPAN IKAN LAUT DAN ZAKATNYA DI KECAMATAN PEKALONGAN UTARA. memiliki luas wilayah 77098,8297 Ha, yang terdiri dari

BAB III USAHA PENANGKAPAN IKAN LAUT DAN ZAKATNYA DI KECAMATAN PEKALONGAN UTARA. memiliki luas wilayah 77098,8297 Ha, yang terdiri dari BAB III USAHA PENANGKAPAN IKAN LAUT DAN ZAKATNYA DI KECAMATAN PEKALONGAN UTARA A. Sekilas Kecamatan Pekalongan Utara 1. Keadaan Geografi Kecamatan Pekalongan Utara, merupakan satu dari empat kecamatan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN Enjah Rahmat ) ) Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregristasi

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Ir. R. Basworo Wahyu Utomo NIP

Sekapur Sirih. Ir. R. Basworo Wahyu Utomo NIP Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010 (Population

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Cantrang Alat tangkap cantrang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Cantrang Alat tangkap cantrang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Cantrang Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri atas alat tangkap, perahu atau kapal penangkap dan nelayan.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pancing Ulur Pancing Ulur (Gambar 2) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur termasuk

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 5 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Dalam buku Statistik Perikanan Tangkap yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dua kecamatan yang dipilih di Kabupaten Indramayu, yaitu: Kecamatan Patrol dan Lelea. Batas administratif Kabupaten Indramayu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci