Analisis Resiko Gerakan Tanah di Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat

Transkripsi

1 Analisis Resiko Gerakan Tanah di Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Hary Cahyadi 1, Qisthi Huuriyah 1, Muhammad Razy Fakhri 1, Jonathan Jason Filbert Jaya 1, Reza Moh. Ganjar Gani 1 1 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, harycahyadi04@gmail.com Abstrak Jawa barat memiliki karakteristik geologi yang unik dengan memiliki kekayaan alam berlimpah. Akan tetapi, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda oleh bencana alam. Salah satu potensi bencana alam adalah ancaman pergerakan tanah di daerah Kecamatan Majalengka dan sekitarnya. Kecamatan Majalengka terletak dibagian tengah provinsi Jawa Barat yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Majalengka, dan pusat perdagangan dengan populasi penduduk yang banyak. Pergerakan tanah yang terjadi dapat mengakibatkan bencana longsor. Pergerakan tanah akan menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya dan mengakibatkan kerugian baik harta benda maupun korban jiwa. Secara geologi wilayah tersebut didominasi oleh litologi batupasir, breksi, dan dipengaruhi oleh struktur geologi. Kecamatan Majalengka didominasi bentuk lahan perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam. Tujuan paper ini adalah untuk menganalisis dan membuat zonasi daerah yang yang memiliki pergerakan tanah yang tinggi. Metode yang digunakan adalah studi literatur yang meliputi analisa dari peta topografi, peta geologi, peta morfometri, peta pergerakan tanah, dan dari peta tersebut dapat dibuat tabel analisa resiko dan zonasi pergerakan tanah. Dari hasil analisis resiko dan zonasi pergerakan tanah dapat dimanfaatkan untuk pencegahan bencana dan pengelolaan tata ruang Kecamatan Majalengka. Dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Majalengka memiliki resiko pergerakan tanah dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Kata Kunci : Analisis Resiko, Gerakan Tanah, Kecamatan Majalengka, Zonasi Pergerakan Tanah. 1 Pendahuluan Penelitian yang dilakukan meliputi wilayah seluas 25 kilometer persegi, yang merupakan bagian dari wilayah administratif Kecamatan Majalengka. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 108 o BT sampai 108 o BT dan 6 o LS sampai 6 o LS. Lokasi penelitian memiliki karakteristik geologi dan bentang alam yang beragam. Pada bagian selatan penelitian terdiri dari perbukitan struktural terjal dan bagian utara merupakan perbukitan vulkanik landai. Variasi ini tentu memiliki dampak bagi kehidupan masyarakat, salah satunya adalah ancaman pergerakan tanah. Pergerakan tanah yang sangat cepat dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor. 1.1 Latar Belakang Pergerakan tanah menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya khususnya dalam pembangunan pemukiman dan infrastruktur. Pergerakan tanah yang intensitasnya tinggi mengakibatkan tanah longsor sehingga terjadi perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, tanah,

2 material campuran, dan material lain yang berada diatasnya bergerak ke bawah menyusuri lereng. Dalam setiap kejadian tanah longsor selalu mengakibatkan kerugian material dan immaterial yang tak sedikit bahkan menimbulkan korban jiwa. Jadi untuk membuat orang terdekat sadar tentang bahaya pergerakan tanah, maka disusunlah tingkat resiko dan analisa pergerakan tanah disekitar wilayah Kecamatan Majalengka. terjadinya pergerakan tanah disekitar daerah yang dilalui oleh sesar tersebut. 1.3 Tujuan Tujuan dari pebuatan paper ini adalah untuk membuat analisis resiko pergerakan tanah dan zonasi pergerakan tanah diwilayah Kecamatan Majalengka. 1.2 Masalah Pembangunan pemukiman masyarakat dan infrastruktur yang tidak pada tempatnya banyak dijumpai di daerah penelitian. Selain itu, kondisi alam yang sudah rusak dan beralih fungsinya hutan menjadi perkebunan meningkatkan potensi pergerakan tanah di daerah penelitian. Keseluruhan daerah penelitian memiliki bentang alam perbukitan dengan kerapatan kontur yang rapat, serta terdapat sesar naik berarah barat-timur dibagian selatan dan sesar mendatar berarah utara selatan, kedua sesar ini memungkinkan Gambar 1. Peta lokasi penelitian. 2 Tinjauan Pustaka Berdasarkan pembagian fisiografi (van Bemmelen, 1949), maka daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Bandung (Bandung Zone). Zona ini membentang mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu melalui dataran tinggi Cianjur, Bandung, Garut hingga lembah sungai Citanduy dan berakhir di Segara Anakan pantai Jawa Tengah, dengan sebagian besar ditutupi oleh endapan gunungapi Kuarter. Zona ini merupakan depresi diantara jalur pegunungan Timur - Barat, memiliki struktur bagian atas dari geantiklin Jawa yang mengalami sesar normal selama atau setelah pengangkatan pada Tersier Akhir.

3 Berdasarkan klasifikasi (van Zuidam, 1985), bentuk lahan pada daerah penelitian terbagi menjadi dua bentuk, yaitu perbukitan rendah dan perbukitan. Bentuk perbukitan rendah menempati sebagian kecil daerah penelitian dengan ketinggian mdpl. Perbukitan rendah ini terletak di bagian utara wilayah penelitian yaitu di Desa Cicurug dan Sindangkasih. Sedangkan bentuk lahan perbukitan terdapat di bagian baratlaut dan selatan dengan ketinggian mdpl yakni di Desa Cibodas dan Desa Kulur. Selain itu, pola pengaliran erat kaitannya dengan bentuk lahan di daerah penelitian. Pola pengaliran juga dapat menjadi representasi dari jenis batuan dan struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian. Berdasarkan pembagian pola pengaliran (Howard,1967) dalam (van Zuidam,1985), maka daerah penelitian memiliki tiga pola pengaliran yaitu: Pola pengaliran dendritik yang terdapat disungai Cijuray dan sekitarnya dibagian timur laut penelitian yang meliputi 20% dari keseluruhan daerah penelitian, pola pengaliran Trellis meliputi 40% total luas daerah penelitian meliputi Sungai Citapen dan Cibodas di bagian selatan daerah penelitian. Pola pengaliran Sub Pararel meliputi 35% total luas daerah penelitian, menempati bagian tengah penelitian yakni di Sungai Cipondoh. Berdasarkan peta geologi (Qisthi, dkk, 2015), litologi penyusun wilayah penelitian terdiri dari: Satuan batupasir yang meliputi bagian selatan hingga ke tengah daerah pemetaan seluas 45% dari luas total daerah pemetaan, satuan breksi vulkanik meliputi bagian utara hingga ke tengah daerah pemetaan seluas 50% dari luas total daerah pemetaan,dan satuan kubah intrusi yang tersingkap relatif di bagian barat laut daerah penelitian yang mencakup sekitar 5% dari total luas wilayah (Lihat gambar 2). Selain itu terdapat struktur geologi berupa: sesar naik Sungai Cibodas, sesar ini dijumpai di selatan Desa Cibodas dengan strike/dip offset N 340 o E/46 o dan sesar mendatar dekstral Sungai Cibodas nelitian dengan orientasi relatif Barat laut Tenggara. Gambar 2. Peta geologi.

4 Menurut Varnes (1978, dalam Hansen, 1984) definisi dan klasifikasi longsoran maka disimpulkan bahwa gerakan tanah (mass movement) adalah gerakan perpindahan atau gerakan lereng dari bagian atas atau perpindahan massa tanah maupun batu pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Longsoran (landslide) merupakan bagian dari gerakan tanah, jenisnya terdiri atas jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide), nendatan (slump), aliran (flow), gerak horisontal atau bentangan lateral (lateral spread), rayapan (creep) dan longsoran majemuk. Sehingga dengan terjadinya pergerakan tanah disuatu daerah dapat menyebabkan terjadinya longsoran di daerah tersebut. Analisis resiko merupakan sebuah teknik untuk mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor yang mungkinmembahayakan keberhasilan suatu proyek atau dalam mencapai tujuan. Teknik ini juga membantu menentukan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi kemungkinan faktor-faktor dari keterjadian dan mengidentifikasi tindakan untuk berhasil menangani kendala ini ketika mereka mengembangkannya (Thomas R. Peltier, 2005). Menurut Ferry dan Makhfudly (2009) dalam pendekatan ini resiko (risk) merupakan interaksi dari kerentanan dan bahaya dibandingkan dengan kemampuan masyarakat. Pada perspektif ini, maka bencana bukan saja dilihat dari aspek metafisis di luar jangkauan manusia namun justru dilihat dari aspek teknis dan aspek manajerial dengan melakukan intervensí pada ketiga faktor di atas; inilah yang selanjutnya dikenal dengan pendekatan pengurangan resiko bencana (Disaster Risk Rcduction DRR). Zonasi bencana merupakan pembatasan terhadap suatu daerah dalam kaitannya untuk kegiatan yang bersifat mengantisipasi terjadinya damapak yang ditimbulkan oleh bencana. 3 Metodologi Penilaian resiko pergerakan tanah pada daerah penelitian dilakukan dengan cara membagi daerah penelitian menjadi empat sektor dengan masing-masing sektor seluas 25 kilometer persegi. Analisis pergerakan tanah didasarkan kepada analisis data sekunder yaitu analisis peta topografi, peta morfometri, citra satelit, peta geologi, dan peta kerentanan pergerakan tanah. Dari analisis tersebut kemudian dilakukan penilaian tingkat resiko pergerakan tanah yang disusun dalam tabel analisa resiko. 4 Hasil Dan Diskusi 4.1 Hasil Parameter Tabel 1. Formula kerentanan tanah longsor modifikasi dari Paimin, et al., (2006). Dari analisis resiko pergerakan tanah dapat dihasilkan tabel analisis resiko yang memuat tingkat pergerakan tanah setiap sektor yang dibagi dengan rentang dari Kategori Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi Kemiringan Lereng (%) < >85 Karakteristik Geologi Dataran Perbukitan Perbukitan Bukit Batuan Aluvial Kapur Granit Sedimen Keberadaan Sesar Tidak Ada Ada tingkat rendah hingga tingkat tinggi (Lihat tabel 2). 4.2 Diskusi Bukit Basal- Clay Shale Topografi berbukit dengan kemiringan yang curam seperti yang banyak ditemukan di daerah penelitian memiliki tingkat pergerakan tanah yang tinggi. Pergerakan tanah yang

5 tinggi dapat mempengaruhi kestabilan lereng sehigga lereng tersebut mengalami longsor. Tanah longsor terjadi ketika material seperti batu, tanah, pecahan batuan turun melalui lereng yang sudah tidak stabil lagi. Bukit yang berbentuk melengkung mempunyai potensi longsor yang tinggi, karena tanah tersebut merupakan tempat pertemuan aliran air hujan yang berasal dari bukit-bukit di dekatnya (Bambang Ruwanto, 2008). Pergerakan tanah yang terjadi disebabkan oleh adanya beberapa gaya. Gaya penahan dipengaruhi oleh jenis batuan itu sendiri baik secara fisik maupun komposisi kimianya, sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh sudut kemiringan lereng, air, beban yang menumpangnya, serta kondisi fisik dan komposisi kimia material penyusunnya. Berdasarkan citra satelit (Lihat gambar 3) dapat diketahui bahwa daerah penelitian terdapat banyak daerah tinggian yang membentuk morfografi perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam. Pada sektor 1 dapat dilihat terdapat deretan pegunungan diantaranya; gunung haur di bagian kanan, punggungan gunung maja di bagian kiri, dan punggungan gunung pasir pareang di bagian selatan. Pada sektor 2 dapat dilihat secara topografi lebih rendah di banding sektor lainya yang bisa diperkirakan dataranya landai sehingga kemiringan lerengnya tidak curam. Di sektor 3 dan 4 terdapat deretan tinggian pasir karasak dengan morfografi berupa perbukitan. Berdasarkan peta kemiringan lereng (Lihat gambar 4) didapatkan informasi secara kuantitatif dari kemiringan lereng di daerah penelitian. Klasifikasi kemiringan lereng dibuat berdasarkan perhitungan yang dirumuskan oleh van Zuidam. Pada sektor 1 didominasi kemiringan lereng steep hingga very steep dengan persen kemiringan lereng Gambar 3. Citra satelit daerah penelitian. 30%-140%. Sektor 2 didominasi kemiringan lereng flat hingga sloping dengan persen kemiringan lereng 0%-15%. Sektor 3 didominasi kemiringan lereng steep hingga very steep dengan persen kemiringan lereng 30%-140%. Sektor 4 didominasi kemiringan lereng steep dengan persen kemiringan lereng 30%-70%. Dari data tersebut dapat diketahui

6 bahwa sektor 1,3, dan 4 yang didominasi kemiringan lereng steep sampai very steep memiliki tingkat resiko yang tinggi terhadap pergerakan tanah dibanding dengan sektor 2 yang memiliki tingkat kemiringan lereng yang lebih landai. Berdasarkan peta zona kerentanan pergerakan tanah (Lihat gambar 5) daerah penelitian memiliki tingkat kerentanan yang bervariasi. Pada sektor 1 tingkat kerentanannya meningkat kearah barat daya dan secara menyeluruh sektor 1 didominasi tingkat kerentanan pergerakan tanah menengah. Pada sektor 2 tingkat kerentanan pergerakan tanah semakin meningkat ke arah Gambar 4. Peta morfometri daerah penelitian. selatan dan secara menyeluruh sektor ini didominasi tingkat kerentanan pergerakan tanah rendah. Pada sektor 3 tingkat kerentanan pergerakan tanah semakin meningkat ke arah selatan secara menyeluruh didominasi tingkat kerentanan pergerakan tanah menengah. Pada sektor 4 didominasi tingkat kerentanan pergerakan tanah menengah. Gambar 5. Peta zona kerentanan tanah.

7 Berdasarkan data diatas, dihasilkan analisa resiko pergerakan tanah pada daerah penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Tingkat resiko dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu rendah, menengah, dan tinggi. Tingkat resiko ini merupakan akumulasi dari pengolahan data yang telah dilakukan. Tabel analisis resiko ini bisa digunakan sebagai informasi awal kebencanaan sehingga dengan tabel ini pemerintah maupun komunitas setempat lebih mengerti akan potensi bencana yang terjadi di daerah tersebut. Sektor Karakteristik Geologi Kemiringan Lereng Pergerakan Tanah Tingkat Resiko 1 Satuan Breksi Vulkanik (Breksi Vulkanik, Tuff, Lapilli) dan Satuan Intrusi Andesitik Tabel 1. Analisis Resiko Steep dan Very Steep Sangat Rendah Tinggi Menengah 2 Satuan Breksi Vulkanik (Breksi Vulkanik, Tuff, Lapilli) Flat dan Sloping Sangat Rendah Menengah Rendah 3 Satuan Batupasir (Batupasir selingan Batulempung, Batupasir, Batulempung), terdapat struktur sesar naik dan mendatar Steep dan Very Steep Rendah Tinggi Tinggi 4 Satuan Batupasir (Batupasir selingan Batulempung, Batupasir, Batulempung) dan terdapat struktur sesar naik Steep dan Very Steep Rendah Tinggi Menengah Gambar 6. Peta zonasi resiko pergerakan tanah.

8 5. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat dihasilkan tabel analisa resiko. Dari tabel analisa resiko tersebut, dapat diketahui tingkat bahaya untuk masing-masing sektor. Daerah penelitian yang terletak di sektor 3 memiliki tingkat resiko pergerakan tanah yang tinggi sehingga dapat menyebabkan longsor. Tingkat pergerakan tanah tersebut bisa menjadi ancaman bagi masyarakat yang tinggal sekitar wilayah penelitian. Dengan tabel ini, pihak pemerintah serta masyarakat yang tinggal disekitarnya akan lebih memahami tentang potensi bahaya pergerakan tanah di daerah penelitian. Dengan demikian tujuan pembuatan paper ini telah dicapai. Ruwanto,Bambang Tanah Longsor. Yogyakarta: Kanisius. Djuri. 1995, Peta Geologi Lembar Ajawinangun, Jawa.. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Paimin, Sukresno, dan Irfan Budi Pramono Teknik Mitigasi Bencana Banjir dan Tanah Longsor. Balikpapan: Tropenbos International Indonesia Programme. Van Bemmelen, R.W The Geology Of Indonesia, Volume 1 A. The Hague Martinus Nijhoff, Netherlands, 732 h. Van Zuidam, R. A.., Aerial Photo Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Smith Publisher, The Hague, ITC. Referensi Hansen, M.J Strategies for Classification of Landslides. (ed. : Brunsden, D, & Prior, D.B., 1984, Slope Instability, John Wiley & Sons, p Efendi,Ferry dan Makhfudli Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik Dalama Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Qisthi, dkk Geologi Daerah Cibodas Dan Sekitarnya, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Sumedang: Fakultas Teknik Geoogi UNPAD. Republik Indonesia. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral. Peltier, Thomas.R Information Security Risk Analysis. Second Edition. Florida: CRC Press.