PENDEKATAN SAINTIFIK DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN SAINTIFIK DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS"

Transkripsi

1 PENDEKATAN SAINTIFIK DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Doni Uji Windiatmoko FKIP Universitas Islam Majapahit Mojokerto Abstract The purpose of writing this article is to describe the advantages of the scienti ic approach that is integrated with the values of character education in learning Indonesian language and literature in high school. This research uses qualitative descriptive method. The results showed that the scienti ic approach which has the following steps: (1) observe; (2) ask; (3) make sense, (4) tries; (5) processing; (6) presents; (7) concluded; and (8) created; while the value of character education consists of: (1) religious; (2) to be honest; (3) tolerance; (4) discipline; (5) hard work; (6) creative; (7) independently; (8) democratic; (9) curiosity; (10) the national spirit; (11) patriotism; (12) appreciate the achievements; (13) friends / communicative; (14) paci ist; (15) likes to read; (16) care for the environment; (17) social care; (18) the responsibility, which can be applied together. Both of these aspects can complement and terintegratif thus making learning Indonesian language and literature in high school to become more effective and humane. Keywords: scienti ic approach, the value of character education, teaching high school Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan keunggulan pendekatan sainti ik yang diintegrasikan dengan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan sainti ik yang memiliki tahap: (1) mengamati; (2) menanya; (3) menalar, (4) mencoba; (5) mengolah; (6) menyajikan; (7) menyimpulkan; dan (8) menciptakan; serta nilai pendidikan karakter terdiri dari: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab, dapat diterapkan secara bersama-sama. Kedua aspek tersebut dapat saling melengkapi dan terintegrasi sehingga membuat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA menjadi lebih efektif dan berkarakter. Kata kunci: pendekatan sainti ik, nilai pendidikan karakter, pembelajaran SMA Pendahuluan Depdiknas (2001) menyatakan kompetensi, pada dasarnya koherensi antara pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dire leksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi merujuk pada aspek segala sesuatu yang dipelajari, dipahami, dan dikuasai oleh seseorang dalam kehidupannya. Dalam konteks pembelajaran, kompetensi dapat diartikan sebagai semua keterampilan dasar yang telah disusun untuk dikuasai siswa. Kompetensi dasar ini disajikan guru di dalam kelas harus terencana dan diterapkan secara baik. Kompetensi menuntut kejelasan rencana dan tujuan pembelajaran. Kompentensi yang baik dapat dicapai dengan pola pendekatan pembelajaran yang tepat. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dibangun berdasarkan kebutuhan kompetensi. Seperti pada Kurikulum 2013, siswa dituntut untuk menguasai beberapa kompetensi. Termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, kompetensi-kompetensi tertentu harus dikuasai oleh peserta didik. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan kurikulum yang baik harus ada kompentensi yang jelas dan terencana yang ditopang pendekatan-pendekatan pembelajaran yang solutif. 412

2 Pendekatan Sainti ik Pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 yang mampu menjawab tantangan zaman atau modernisasi adalah pendekatan sainti ik. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran (Andayani, 2009). Pada dasarnya, pendekatan sainti ik adalah pendekatan dengan cara atau langkah-langkah berpikir ilmiah. Di dalam proses pembelajaran, pendekatan ilmiah dapat diartikan sebagai pendekatan atau cara belajar yang memperhatikan metode ilmiah dalam setiap proses dan kegiatan belajar mengajar. Kaidahkaidah ilmiah perlu diintegrasikan dalam proses mengajarkan materi ajar maupun penilaiannya. Metode ilmiah berkaitan erat dengan penalaran. Pendekatan sainti ik cenderung menggunakan konsep penalaran induktif daripada deduktif. Pendekatan tersebut berupaya menarik simpulan dari peristiwa, gejala, atau fakta-fakta yang bersifat khusus dan spesi ik. Dengan kata lain, pendekatan sainti ik intinya menarik simpulan (hal umum) yang diambil dari hal-hal spesi ik (khusus). Dalam pembelajarannya, pendekatan ilmiah akan mampu menilai tiga aspek, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketiga aspek tersebut idealnya dimiliki oleh peserta didik. Tantangan dunia harus dihadapi dengan kemampuan berpikir dan bertindak yang efektif. Secara aplikatif, pendekatan sainti ik sangat sesuai untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya hidup. Karakter juga dapat diartikan sebagai perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Samani dan Hariyanto, (2013) menyatakan karakter sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Nilai Pendidikan Karakter Pembelajaran karakter dimaksudkan untuk membentuk karakter siswa. Nilai-nilai umum yang dimaksud adalah konsep core value yang ditawarkan Lickona (2013: 74) yakni jujur, adil, kreatif, tanggung jawab, disiplin, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Nilainilai pendidikan karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut sesuai Kemdiknas (2010): (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab. Dalam artikel ini, penulis hanya menganalisis delapan (8) nilai yaitu toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, dan tanggung jawab. Langkah-langkah Pembelajarannya di SMA Standar Isi (2006) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Mengacu pada tujuan tersebut, diperlukan pendekatan yang efektif sehingga menyentuh aspek humanisme, rasional, dan ilmiah serta berbudaya-berkarakter. Solusinya adalah pembelajaran integratif antara pendekatan sainti ik atau ilmiah dan nilai pendidikan karakter. Abidin (dalam Diana: 2013: 623) menyatakan syarat utama yang harus dipenuhi agar seorang penutur mampu menggunakan bahasa secara santun dan beretika adalah penguasaan penutur terhadap bahasa yang digunakan. Jika diterapkan dalam pemakaian bahasa Indonesia 413

3 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIhal ini berarti bahwa untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara santun dan beretika, penutur harus terlebih dahulu menguasai bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pendekatan sainti ik menghendaki penilaian yang menyeluruh. Terutama pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, aspek sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa. Aspek keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana. Aspek pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills). Pendekatan sainti ik dalam proses pembelajarannya, terdapat beberapa tahap yang harus dikuasai oleh siswa, antara lain: (1) mengamati; (2) menanya; (3) menalar, (4) mencoba; (5) mengolah; (6) menyajikan; (7) menyimpulkan; dan (8) menciptakan. 1. Mengamati Metode pengamatan mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Dengan mengamati objek belajar secara langsung, siswa akan senang dan tertantang. Mengamati juga berfungsi untuk pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2. Menanya Tidak efektif jika dalam pembelajaran tanpa ada tanya-jawab. Baik guru dan siswa saling menanyakan dan menjawab. Dengan adanya tanya jawab, terjadi proses alih informasi secara dua arah. Guru mampu menginspirasi, sedangkan siswa dapat melatih kemampuan verbalnya. Fungsi bertanya tidak lain adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. Selain itu, mampu mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. Juga dapat membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 3. Menalar Menalar di sini mengandung arti berpikir logis dan bernalar. Penalaran dapat berupa penalaran deduktif dan induktif. Penal aran deduktif adalah penalaran dengan memperhatikan hal-hal umum untuk kemudian dijelaskan oleh hal-hal khusus. Sementara penalaran induktif adalah bernalar dengan upaya menarik kesimpulan (hal umum) dari peristiwa-peristiwa khusus yang dipelajari oleh siswa. Guru dan siswa harus mampu menerapkan prinsip bernalar tersebut. Analogi juga termasuk proses bernalar. Ada analogi deduktif dan induktif. Analogi dimanfaatkan dalam pembelajaran jika ditemukan materi ajar yang memiliki persamaan. 4. Mencoba Penerapan metode mencoba atau eksperimen bertujuan mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoretis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan. 414

4 5. Mengolah Setelah melakukan percobaan, guru dan siswa mengolah data-data yang diperoleh untuk kemudian dipahami dan diteliti. Proses pengolahan ini memerlukan kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Data yang diperoleh dan diolah dimungkinkan merupakan jawaban dari proses percobaan tersebut yang telah dilakukan. Hasilnya, olah data tersebut menjadi belajar empiris yang memiliki nilai-nilai metode ilmiah. Kegiatan pengamatan dan pengolahan data adalah aktivitas wajib dan komplementer yang dilakukan guru dan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang mengesankan serta analistis. 6. Menyajikan Menyajikan data yang telah diolah merupakan kegiatan unjuk kerja dari siswa. Guru sekadar mengarahkan dan menjelaskan proses penyajian yang terstruktur dan baik. Guru menerapkan prinsip diskusi kelas yang berjalan kondusif. Akan terjadi proses berpikir logis di dalam proses pembelajarannya. Bagi siswa, proses ini merupakan latihan menyajikan data yang diperoleh baik secara tertulis maupun lisan. 7. Menyimpulkan Penarikan simpulan merupakan salah satu esensi pendekatan ilmiah. Simpulan dari data-data yang diperoleh siswa menjadi jawaban hipotesis. Guru menerangkan gejala-gejala yang dapat dipelajari siswa untuk kemudian distimuluskan ke siswa agar mau berpikir kritis dan analistis sehingga simpulan yang ditarik dapat mendekati kebenaran. Simpulan tersebut kemudian dapat dijadikan bahan diskusi lagi bagi siswa. 8. Mencipta Pendekatan sainti ik menghendaki para siswa untuk berani dan mau menciptakan atau membuat sesuatu dan melakukan tindakan edukatif yang dapat memberikan pengalaman belajar yang berkesan dan substantif. Mengamati, mengolah, menyimpulkan, dan menyajikan data bagi siswa harus dapat mempengaruhi cara berpikir dan berbuat sesuatu secara ilmiah. Jadi, cara belajar siswa berbasis pendekatan sainti ik yang mengandung metode ilmiah sehingga memungkinkan melakukan percobaan sekaligus memproduksi sesuatu. 1) Toleransi Nilai toleransi menghendaki tiap siswa mampu memberikan toleransi yang memadai kepada siswa lain. Misalnya saat mendiskusikan de inisi teks prosedur kompleks, siswa A menoleransi kritikan atau saran dari siswa B. Sikap toleran terintegrasi dalam pembelajaran tersebut berguna untuk mengajarkan siswa tentangnya pentingnya toleransi agar menciptakan kerukunan dan persahabatan. 2) Disiplin Sikap disiplin harus melekat pada siswa. Tanpa kedisiplinan, seseorang akan sangat mudah menyepelekan dan kurang respons terhadap kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, sikap disiplin membutuhkan tekad yang kuat supaya disiplin. Hal ini terlihat pada pembelajaran teks prosedur kompleks, secara disiplin mempelajari karakter dan struktur kalimatnya. Jika tidak disiplin, akan lambat siswa memahaminya. 3) Kreatif Sekarang ini, siswa dituntut untuk kreatif. Apalagi teks prosedur kompleks terbilang materi ajar baru pada kurikulum Untuk itu, siswa diarahkan untuk kreatif mencari, menelaah, dan membuat teks prosedur kompleks yang dapat digali dari beberapa sumber belajar. 4) Mandiri Saat tugas memproduksi teks prosedur kompleks, siswa diminta membuat sendiri atau mandiri. Hal ini bertujuan agar siswa mengenali potensi dan kendala yang dihadapinya. Kemandirian siswa terlihat pada hasil pekerjaan menyusun teks prosedur kompleks. 415

5 5) Rasa Ingin Tahu Sebagai pendekatan ilmiah, pendekatan ilmiah akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap objek belajar. Langkah-langkah yang ditempuh berdasarkan fakta, data, dan penarikan simpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam teks prosedur kompleks, rasa ingin tahu siswa diawali dari de inisi, struktur dan jenis kalimat, dan sebagainya. 6) Bersahabat/Komunikatif Saat menyelesaikan tugas, siswa berkelompok untuk belajar kolaboratif. Tentu, ini memerlukan sikap bersahabat. Jika tidak, akan sangat mengganggu proses belajar kelompok. Misalnya, ketika mengumpulkan referensi tentang teks prosedur kompleks, siswa-siswa terbuka untuk berdiskusi dan bersahabat untuk menambah informasi. 7) Gemar Membaca Tiada belajar tanpa membaca. Ungkapan ini sesuai dengan nilai pendidikan karakter ini. Belajar semestinya dimulai dari kegiatan membaca intensif. Memahami teks prosedur kompleks hanya dapat dikuasai melalui membaca. Pada tahap mengamati misalnya, siswa membaca berbagai sumber belajar hingga pada tahap mencipta, membaca adalah kegiatan wajib. 8) Tanggung Jawab Tanggung jawab siswa adalah belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya. Misalnya pada tahap mengolah, siswa diminta mengolah data yang ditemukan guru dan dirinya sendiri untuk diambil simpulannya. Pastinya, ini memerlukan tanggung jawab yang tinggi dari siswa. Simpulan dan Implikasi Pembelajaran dengan pendekatan sainti ik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia amat mudah diterapkan. Guru-guru bahasa Indonesia harus mampu mengintegrasikan pendekatan tersebut baik dalam ranah bahasa maupun sastra. Khusus teks prosedur kompleks, dengan menggunakan pendekatan sainti ik, siswa dilatih berpikir ilmiah, kritis, dan analistis. Pendekatan sainti ik diejawantahkan ke dalam metode ilmiah yang berupa tahap mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Tahap-tahap secara koheren mengarahkan siswa menemukan (inkuiri) di dalam proses kegiatan belajar mengajar. Selain itu, pendidikan karakter dapat melalui bahan ajar, model pembelajaran, dan penilaian autentik. Implikasinya, pendekatan sainti ik tepat dan harus diimplementasikan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang identik dengan bacaan, membutuhkan pendekatan yang mampu mengungkap seluk beluk bacaan. Untuk itu, dengan pendekatan sainti ik, guru secara terencana dan terstruktur, menyusun rencana pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, dan penilaian yang relevan, yang mampu mendeskripsikan tiga aspek yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki siswa. Dilengkapi dengan nilai pendidikan karakter, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia semakin efektif dan berkarakter sebab selain berpusat pada berpikir rasional dalam hal ini pada pendekatan sainti ik, pembelajaran menjadi lebih bermoral atau berbudaya luhur yang terintegratif dari nilai-nilai pendidikan karakter. Oleh sebab itu, pendekatan sainti ik dan nilai pendidikan karakter itu terinternalisasi dalam silabus, RPP, dan praktik pembelajaran di kelas. 416

6 Daftar Pustaka Andayani Metodologi Pengajaran Bahasa. Surakarta: UNS Press. -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Standar Isi: Standar Kompentensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: BSNP. Diana, Purwati Zisca Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penguatan Pendidikan Karakter. Prosiding. Surakarta: PIBSI XXXV. Diklat Guru Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendiknas Kemendiknas. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Lickona, Thomas Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media. Samani, Muchlas dan Hariyanto Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 417

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK PPT 2.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Saintifik Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL JILBAB PUTIH KEKASIH KARYA K. USMAN DAN SARAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL JILBAB PUTIH KEKASIH KARYA K. USMAN DAN SARAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI 28 NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL JILBAB PUTIH KEKASIH KARYA K. USMAN DAN SARAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3a PENDEKATAN SAINTIFIK 2 PENGERTIAN (1/2) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Ilmiah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI BAHASA INDONESIA TINGKAT SMP DAN SMA

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI BAHASA INDONESIA TINGKAT SMP DAN SMA P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.189 KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DAN KURIKULUM 2013 PADA MATERI BAHASA INDONESIA

Lebih terperinci

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR Anggit Grahito Wicaksono Abstract Some problems which are quite alarming from the world of education in Indonesia is a case of deviant

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI

ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI Febry Fahreza 1) 1) Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Meulaboh email: fahrezza25@gmail.com

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN POLA MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER DALAM BAHAN AJAR KELAS III SEKOLAH DASAR Nur Fidayat Universitas Negeri Malang nurfidayat16@gmail.com ABSTRACT The purpose of this descriptive qualitative research was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan

Lebih terperinci

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? 1 BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? Oleh : Jamaluddin, S.Kom., M.Pd Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil keputusan untuk mengubah (lagi) kurikulum

Lebih terperinci

Oleh Rizki Marysa Iqbal Hilal Eka Sofia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Oleh Rizki Marysa Iqbal Hilal Eka Sofia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMPN 1 GUNUNGSUGIH Oleh Rizki Marysa Iqbal Hilal Eka Sofia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung E-mail

Lebih terperinci

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta ISBN: 978-602-70471-1-2 69 PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta ana.destya@gmail.com Abstrak Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA Risa Yunita 1), Kuswadi 2), Chumdari 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi No. 449,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN 25 PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION BY TEACHERS IN VOCATIONAL PRACTICE Oleh: Rifki Asofani dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum merupakan salah satu unsur sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter akhir-akhir ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017 PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATA KETERAMPILAN PROSES PADA MATA PELAJARAN IPA. Oka Sandya Santi Email: ida.yani37@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini

Lebih terperinci

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-

-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PENINGKATAN KETERAMPILAN MENANGKAP MAKNA TEKS CERITA PENDEK SECARA LISAN MELALUI BERCERITA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DAN MEDIA AUDIOVISUAL BERBASIS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan dan pemberian pelepasan ke dunia imajinasi (Budianta, 2006:

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA. Oleh. Monica Edwar NPM ARTIKEL

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA. Oleh. Monica Edwar NPM ARTIKEL NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA Oleh Monica Edwar NPM 0910013111016 ARTIKEL Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi berupa lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia, untuk menyampaikan pikiran, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan aktivitas siswa dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitab Bidayat al-hidayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab VI, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA Made Juniantari 1, Ni Putu Sri Ratna Dewi 2, Ni Luh Pande Latria Devi 3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Lebih terperinci

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 251 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 1 DURENAN PADA TEMA PENGALAMANKU MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih Artikel Publikasi: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI SMA NEGERI 3 PATI TAHUN AJARAN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan manusia yang berkualitas adalah manusia yang bisa bersaing di dalam arti yang baik. Di dalam persaingan diperlukan kualitas individu sehingga hasil karya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/Ganjil Mata Pelajaran : Matematika-Wajib Topik : Definisi Matriks, Jenis-jenis matriks, Transpos Matriks, Kesamaan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Emas Di lingkungan Kemendikbud, pendidikan karakter menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Emas Di lingkungan Kemendikbud, pendidikan karakter menjadi fokus A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan karakter menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter juga diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru. Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan tangguh semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Indri Cahyani 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UNESCO merupakan upaya mempersiapkan manusia untuk bisa hidup di masyarakat dan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,

Lebih terperinci

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013 RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013 Disusun Oleh : 1. Nikmah Nurvicalesti (06121408007) 2. Ellin Juniarti (06121408012) 3. Rizki Septa Wiratna (06121408015) 4. Indah Oktriani (06121408018) Dasar

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, relevansi pendidikan,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak di dalam kitab Ta lim Muta allim adalah 1) Akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA. Oleh Fitri Siti Sundari

ANALISIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA. Oleh Fitri Siti Sundari ANALISIS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh Fitri Siti Sundari ABSTRAK Pendidikan karakter perlu dikembangkan di Indonesia karena ada sepuluh tanda-tanda yang harus diwaspadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR Oleh Safrudin Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Rokania safrudinsaf2@gmail.com Article

Lebih terperinci

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8 Irfani ISSN 1907-0969 E ISSN 2442-8272 Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8 INTEGRASI NILAI KARAKTER PADA MATA PELAJARAN UMUM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP AKTIVITAS SOSIAL DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK Kasim

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran C. Sosiologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah dirumuskan fungsi sekolah yang digabung dengan tujuan pendidikan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI KE DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA JURUSAN TKR DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI KE DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA JURUSAN TKR DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA 80 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVI, Nomor 2, Tahun 2016 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI KE DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA JURUSAN TKR DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA INTEGRATED

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Character education is not a new thing;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalau kita cermati saat ini pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan yang diinginkan, apalagi harapan yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/1 Mata Pelajaran : Matematika-Wajib Topik : Determinan dan Invers suatu Matriks Waktu : 2 45 menit A. Kompetensi Inti SMA

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL MENGGAPAI MATAHARI KARYA ADNAN KATINO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM BAHAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL MENGGAPAI MATAHARI KARYA ADNAN KATINO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM BAHAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL MENGGAPAI MATAHARI KARYA ADNAN KATINO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM BAHAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA SKRIPSI Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP I. IDENTITAS 1. Nama Sekolah : 2. Mata Pelajaran : PKn 3. Materi Pokok : Globalisasi 4. Kelas/Program : XII 5. Pertemuan Minggu ke : 16 dan 17 6. Alokasi Waktu : 6

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Mei Fita Asri Untari mei_fita@ymail.com Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang ABSTRAK Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL HAJI NGETENG DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR. Oleh

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL HAJI NGETENG DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR. Oleh NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL HAJI NGETENG DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh Rendi Deswantoni Kahfie Nazaruddin Muhammad Fuad Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: rendi_deswantoni@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA Satuan Pendidikan : SMP N 1 PIYUNGAN Kelas/Semester : VII / I Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI TARI SMALB TUNAGRAHITA

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI TARI SMALB TUNAGRAHITA - 1173 - G. KOMPETENSI INTI DAN SENI TARI SMALB TUNAGRAHITA KELAS : X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

Oleh: LITA AYU SOFIANA A IMPLEMENTASI KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI KEGIATAN GOTONG ROYONG (Studi Kasus Pembangunan Jalan di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, mahasiswa dengan guru, dosen dalam memahami, mendiskusi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

FIRMAN INDRASTOMO K

FIRMAN INDRASTOMO K KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KUMPULAN CERPEN CATATAN ORANG GILA KARYA HAN GAGAS SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR CERPEN DI KELAS XI SMA SKRIPSI Oleh: FIRMAN INDRASTOMO K1211023

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI. Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani 2, Romi Isnanda 2

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI. Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani 2, Romi Isnanda 2 NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT KARYA TULIS SUTAN SATI Rahmat Elvian ¹, Hj. Syofiani, Romi Isnanda Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dosen Program

Lebih terperinci