Clara Shinta Febrianti ( ) Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
|
|
- Susanto Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERBEDAAN LATIHAN CALF RAISE DENGAN LATIHAN TOWEL TOE CURL SETELAH PEMBERIAN INTERVENSI ULTRASOUND TERHADAP FUNGSIONAL ANKLE PADA KASUS PLANTAR FASCIITIS Clara Shinta Febrianti ( ) Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta ABSTRAK Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan latihan Calf Raise dengan latihan Towel Toe Curl setelah pemberian intervensi Ultrasound terhadap fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Metode: Penelitian ini bersifat Quasi Experiment dengan bentuk 2 kelompok, dimana fungsional ankle diukur dengan Foot Ankle Ability Measures (FAAM) menggunakan metode questioner yang terdapat 2 kelompok, kelompok Activity Daily Living (ADL) dan kelompok Sport. Sample terdiri dari 14 sampel dan berdasarkan rumus Pocock. Sample dikelompokan menjadi 2 kelompok yang mana terdiri dari 7 sampel, kelompok perlakuan I dengan intervensi Ultrasound ditambah latihan Calf Raise dan kelompok perlakuan II dengan intervensi Ultrasound ditambah latihan Towel Toe Curl. Hasil: Uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test didapatkan data berdistribusi normal sedangkan uji homogenitas dengan Levene s Test didapatkan data memiliki varian homogen. Hasil uji hipotesa pada kelompok perlakuan I ADL dengan Paired Sample T-Test, didapatkan nilai p=0,000, pada kelompok perlakuan I Sport didapatkan nilai p=0,001 yang berarti intervensi ultraound serta penambahan latihan Calf Raise efektif dalam meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Pada kelompok perlakuan II ADL, didapatkan nilai p= 0,001 pada kelompok perlakuan II Sport, didapatkan nilai p= 0,001 yang berarti intervensi ultrasound serta penambahan latihan Towel Toe Curl efektif dalam meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Pada hasil T-Test Independent menunjukan kelompok ADL dengan nilai p=0,03 dan kelompok Sport dengan nilai p=0,04 yang berarti ada perbedaan efektifitas antara penambahan latihan Calf Raise dengan latihan Towel Toe Curl setelah pemberian intervensi Ultrasound terhadap fungsional ankle pada plantar fasciitis. Kesimpulan: Ada perbedaan yang signifikan dengan penambahan penambahan latihan Calf Raise dengan latihan Towel Toe Curl setelah pemberian intervensi Ultrasound terhadap fungsional ankle pada plantar fasciitis. Kata Kunci : Ultrasound, calf raise, towel toe curl, fungsional ankle, plantar fasciitis. Objective: To find out difference calf raise exercises with towel toe curl excercise after ultrasound intervension for functional ankle on plantar fasciitis. Methods: This study is a Quasi Experiment form two groups, where is the functional ankle is measured by Foot Ankle Ability Measures (FAAM) using 1 groups questioner, Activity Daily Living and Sport. Sample consisted of samples that chosen with Pocock s formula. Sample divided to two groups each group is 7 samples, the experimental group I with Ultrasound intervenstion plus Calf Raise s exercise and the experimental group II with Ultrasound intervenstion plus Towel Toe Curl s Exercise Results : Normality test with Shapiro Wilk Test gets normal distribution of data and homogeneity test with Levene s Test gets data has a homogeneous variant. The results of hypothesis test in the experimental group I ADL with Paired Sample T-Test p value = 0.000, the results
2 of hypothesis test in the experimental group I Sport with Paired Sample T-Test p value = which means added Calf Raise exercise after ultrasound intervention is efection for increase functional ankle on plantar fasciitis. In the treatment group II get the p value = which added Towel Toe Curl exercise after ultrasound intervention is efection for increase functional ankle on plantar fasciitis. The result of T-Test Independent show for ADL group p value = 0,03 and for Sport group p value =0,04 which giving there is difference calf raise exercises with towel toe curl excercise after ultrasound intervension for functional ankle on plantar fasciitis. Conclusion : There is an difference calf raise exercises with towel toe curl excercise after ultrasound intervension for functional ankle on plantar fasciitis. Keywords : Ultrasound, calf raise, towel toe curl, functional ankle, plantar fasciitis. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan IPTEK serta aktivitas yang semakin meningkat. Kesadaran untuk menjaga dan memahami kesehatan pun sering terabaikan. Kecenderungan pola hidup masyarakat modern yang lebih mementingkan kesibukan dan aktivitas yang padat serta mengesampingkan pola hidup dan kesehatannya menyebabkan seseorang mengalami gangguan dan keterbatasan pada gerak dan fungsinya pada saat melakukan aktivitas sehariharinya. Salah satu bagian tubuh yang penting sebagai salah satu penunjang dalam aktivitas sehari-hari adalah kaki. Kaki merupakan bagian dari tubuh yang tugasnya adalah menumpu badan kita. Kaki dan pergelangan kaki merupakan titik pusat berat badan yang secara total dipindahkan pada saat ambulansi. Salah satu gangguan yang sering dialami pada kaki adalah plantar fasciitis. Plantar fasciitis merupakan salah satu gangguan pada kaki yang mengakibatkan nyeri di tumit dan pada telapak kaki. Yang terjadi pada kondisi dengan plantar fasciitis adalah peradangan pada daerah fascia plantaris kaki yang membentang di sepanjang bagian bawah kaki. Penyakit ini ditandai adanya keluhan pada tumit pada injakan pertama pada pagi hari, rasa sakitnya dibagian depan dan dasar tumit (Hudaya, 2002). Pada kasus yang lebih parah, pasien akan merasakan sakit yang memburuk menjelang malam. Pembatasan aktivitas pada pasien akan menurunkan stabilitas tungkai bawah, hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan pada struktur lainnya dan mengakibatkan hypomobile.
3 Kasus plantar fasciitis pada umumnya sering ditemukan pada kondisi flat foot, atlet lari, berat badan berlebih (obesitas), tentara dan pada orang-orang yang memiliki kebiasaan berjalan jauh atau lama dengan menggunakan alas kaki tipis. Plantar fasciitis dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain karena kelebihan berat badan (obesitas), kurangnya fleksibilitas dari plantar fascia, tightnes otot-otot gastrocnemius atau soleus, cidera overuse seperti berdiri dan berjalan terlalu lama, aktifitas yang berat yang terjadi pada olahragawan seperti atlet pelari, dan adanya deformitas kaki seperti arcus datar atau flat foot. Hal tersebut akan mengakibatkan tarikan yang berlebihan pada fascia, sehingga terjadi kerobekan dan timbul iritasi yang diikuti inflamasi pada jaringan lunak atau fascia. Akibatnya tumit terasa nyeri (Sari & Irfan 2009). Struktur kaki yang tidak normal seperti pes cavus dan flat foot juga dapat menyebabkan nyeri pada bagian plantaris. Kaki yang berbentuk pes cavus akan lebih terbatas untuk gerakan abduksi pada calcaneus dan terbatasnya gerakan sendi subtalar. Pada forefoot dan hindfoot biasanya memiliki struktur yang kaku dan arcus lebih tinggi, hal tersebut dapat menyebabkan pemendekan pada fascia plantaris. Pada kaki yang pes cavus kemampuan untuk meredam berat badan sedikit terbatas karena pada struktur tulang relatif tidak bergerak sehingga jaringan lunak pada kaki yang akan menyerap beban berat badan pada daerah tersebut. Kaki yang pes cavus lebih menghasilkan tekanan yang berlebih pada fascia plantaris selama heel strike ke midstance. Sedangkan pada kaki yang pes planus atau flatfoot akan memberikan penekanan yang berlebih pada fascia selama midstance ke stance dan juga pada saat toe off (Saidoff, 2002). Pada faktor degeneratif ditandai dengan jaringan lemak yang menebal menjadi tipis, penurunan healing respon dan penurunan elastisitas atau fleksibilitas sehingga mempengaruhi kelenturan fascia plantaris. Dengan adanya penurunan serabut elastin, maka jaringan menjadi longgar dan akan mengalami kerobekan jika terjadi gerakan yang berlebih. Selain itu, ketegangan pada m. gastrocnemius dan m. soleus akan mengakibatkan ankle lebih eversi pada saat heel strike dan push off (heel off dan toe off) sehingga terjadi keterbatasan gerak supinasi pada
4 midfoot. Dengan adanya keterbatasan pada gerak pada midfoot maka kekuatan absorbsi berat badan dan gaya regang pada fascia akan menurun dan akan terjadi kerobekan pada fascia. Kerobekan tersebut akan merangsang pelepasan zat P subtance dan zat-zat iritan nyeri (algogen) seperti protaglandin, bradikinin dan histamine sehingga menstimulus saraf a dan C yang mengahantarkan impuls nyeri ke kornu posterior medula spinalis lalu di otak impuls tersebut akan diimplementasikan sebagai nyeri. Karena adanya pelepasan zat iritan dan P subtance juga dapat menyebabkabkan sirkulasi darah di fascia plantaris menjadi kurang baik sehingga memacu radang di lokasi tersebut. Timbulnya rasa nyeri akan menyebabkan pasien mengurangi aktivitas telapak kaki. Efek penurunan aktivitas tersebut akan menyebakan penurunan kadar air dan matriks sehingga terjadi penumpukan zat collagen yang mengakibatkan terjadinya abnormal crosslink. Peningkatan zat iritan konduktifitas saraf menurun sehingga konsuktifitas intermuscular pada otot mengalami penurunan, akibatnya gerakan menjadi tidak efisien dan efektif yang berdampak pada keseimbangan saat berjalan. Fase berjalan di mulai dari stance phase (heel strike, foot flat, midstance, toe off) dan swing phase (acceleration, mid swing, deceleration). Fase berdiri dimulai dari heel strike (yang diikuti swing phase pada kaki lainnya) dan diakhiri dengan toe off. Pada fase toe off maka m. tibialis posterior, m. soleus dan m. flexor digitorum bekerja secara optimal untuk menstabilkan ankle dan saat masuk ke fase stance maka os. tibia mendapatkan tekanan dari bawah sehingga terdapat reaksi inflamasi akibat penumpukan zat iritan yang akan menyebabkan rasa nyeri saat berjalan dan berlari. Nyeri akan di rasakan saat memulai latihan atau setelah latihan selesai dan disertai bengkak juga kemerahan disekitar anteromedial tibia. Hal ini akan terlihat dari pola jalan yang berubah menjadi analgic gait akibat adanya kompensasi rasa nyeri oleh fascia plantaris. Pada saat plantar fasciitis menjadi kronis sering berkembang menjadi heel spur. Heel spur merupakan pertumbuhan tulang abnormal pada bagian bawah tulang calcaneus dalam waktu yang lama dan tulang calcaneus akan beraksi terhadap beban
5 renggangan yang dihasilkan dari inflamasi fascia plantaris dibagian periosteal. Heel spur berkembang karena fascia plantaris menarik os. calcaneus dalam waktu yang lama dan os. calcaneus bereaksi terhadap beban regangan yang menghasilkan deposit kalsium pada tempat perlekatan fascia sebagai mekanisme proteksi. Deposit kalsium akan membentuk spur yang ujung-ujungnya masuk kedalam apponeurosis plantaris yang akan menimbul nyeri. Ada berbagai macam penanganan pada kasus plantar fasciitis seperti injeksi cortico steroid, obat penghilang rasa nyeri, penggunaan sepatu atau sandal yang permukaannya empuk, heels pad dan termasuk intervensi fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan mneggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi dan komunikasi (Permenkes No. 80 tahun 2013). Intervensi fisioterapi yang dapat mengurangi keluhan nyeri akibat dari plantar fasciitis antara lain terapi Ultrasound, MWD, TENS, Massage, Stretching dan Tapping yang mempunyai pegaruh terhadap penurunan nyeri. Setelah itu, fisoterapi memberikan latihan latihan untuk mengembalikan otot dan sendinya agar stabil kembali. Ada beberapa latihan untuk mengembalikan stabilitas ankle paska plantar fasciitis, seperti latihan calf raise, towel toe curl serta ditambah dengan modalitas ultrasound seperti yang akan dijadikan penelitian ini. Ultrasound adalah salah modalitas yang digunakan oleh fisioterapis sejak tahun 1940an yang memiliki gelombang suara dengan frekuensi 0,75 Mhz 3 Mhz. Gelombang tersebut merambat melalui kulit yang akan menghasilkan getaran pada jaringan tissue lokal. Definisi lain menyebutkan bahwa ultrasound merupakan suatu getaran suara terdengar frekuensi tinggi yang dapat menghasilkan efek fisiolgis baik termal maupun non termal (Draper, 2011). Ultrasound memiliki efek terapeutik dan fisiologis yang dapat membantu meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan melalui efek mekanik dan thermal. Efek mekanik yang diterima oleh jaringan
6 menyebabkan kerusakan jaringan secara fisiologis yang mengakibatkan inflamasi primer dan terjadi reaksi dari sekelompok senyawa sehingga membentuk induksi poliferasi fibroblas pada regenarasi jaringan. Selain itu, efek ultrasound berupa pemampatan dan peregangan dengan frekuensi yang menimbulkan variasi tekanan yang dikenal dengan kata lain yaitu micromassage. Efek mekanik ini meluntarkan abnormal crosslink pada plantar diproses penyembuhan jaringan cedera. Dengan kelenturannya dari abnormal crosslink ini maka perlengketan jaringan yang menimbulkan nyeri dapat dibebaskan. Efek thermal dari ultrasound dapat menurunkan nyeri karena adanya efek sedatif dan peningkatan sirkulasi oleh panas yang akan berpengaruh terhadap penuran zat-zat iritan jaringan sehingga terjadi relaksasi otot. Dengan adanya peningkatan jaringan, meningkatnya sirkulasi darah dan elastisitas jaringan pada kondisi plantar fasciitis akan menyebabkan fleksibilitas kaki menjadi lebih baik dan rasa nyeri saat menempuan kaki berkurang, sehingga disabilitas menurun dan kemampuan fungsional kaki lebih baik. Di dalam kasus plantar fasciitis ini, ultrasound juga bertujuan untuk mengurangi perlengketan pada jaringan. Latihan calf raise juga baik digunakan pada kasus plantar fasciitis untuk meningkatkan fungsional pada ankle dengan menguatkan otot pada calf muscles. latihan calf raise memulihkan berbagai sendi gerak dan fleksibilitas otot, meningkatkan daya tahan serta meningkatkan stabilisasi pada ankle, sehingga ankle lebih fungsional dan stabil. Latihan calf raise juga dapat mengaktifkan saraf sehingga membuat propioseptif meningkat, maka dengan melakukan latihan ini akan meningkatkan performa yang baik Gerakan pada latihan ini adalah dorsal dan plantar flexi ankle. Otot-otot stabilasator pada gerakan ini adalah m. illiotibialis anterior sebagai penggerak dorsal flexi ankle yang saat melakukan latihan ini terjadi peregangan maksimal. Untuk gerakan plantar flexi pada latihan ini adalah menjinjit. Otot yang digunakan adalah m. gastrocnemius, m. soleus dan tendon archiles. Pada saat gerakan dorsi flexi otot gastrocnemius dan soleus akan konsentrik dan pada saat plantar flexi otot-otot tersebut akan memanjang/eksentrik. Pada kontraksi eccentrik terjadi aktivitas kontraktil melawan beban
7 selama dorso flexi. Serat-serat m. tibialis posterior, m. gastrocnemius dan m. soleus tetap beraksi melawan peregangan, ketegangan ini melawan berat badan badan. Sehingga selama eccentrik kekuatan otot yang dihasilkan oleh otot lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontraksi isometrik dan kontraksi konsentrik. Hal ini terjadi karena ketegangan yang dihasilkan dari sliding myofilamen meningkat sehingga terjadi peningkatan pada elastisitas serabut otot. Pada kontraksi eksentrik pembuluh darah dalam keadaan yang bebas sehingga memungkinkan nutrisi dan suplai oksigen tercukupi. Dengan latihan calf raise akan meningkatkan stabilitas ankle dan kekuatan otot lower leg, khususnya m. gastrocnemius yang berperan dalam gerakan ankle saat berjalan, melompat dan berdiri. Sehingga otot tidak akan cepat lelah jika dipakai secara berlebih dan tidak menimbulkan cedera yang berulang (Radfoard, 2006). Sedangkan Towel toe curl adalah sebuah latihan menggunakan handuk pada kaki yang adalah salah satu latihan bertujuan untuk meningkatkan fungsional pada ankle dengan menguatkan otot-otot instrinsik pada kaki. Latihan ini digunakan untuk penguatan m. flexor digitorum longus dan brevis, m. lumbricales dan m. flexor hallucis longus. Selain untuk meningkatkan kekuatan otot, efek lain dari latihan ini adalah terjadinya peningkatan fleksibilitas pada otot. Kekuatan dan fleksibilitas kedua saling berhubungan. Secara otomatis, jika seseorang melakukan latihan untuk menguatan otot juga berpengaruh terhadap fleksibilitas, begitu pula sebaliknya. Selain itu, latihan towel toe curl itu dapat melatih cengkraman pada jari-jari kaki dan untuk meningkatkan stabilitas ankle pada saat berjalan, berlari dan menaiki tangga (Abu-Omar, Rotten. 2007). METODE Sampel sebanyak 14 orang yang dipilih melalui pemberian quisioner dan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yakni pria dan wanita yang mengalami gangguan fungsional ankle akibat plantar fasciitis dengan nilai atau severaly normal-nearly normal usia tahun. Pemilihan sampel dilakukan secara random dan dibagi kedalam 2 kelompok yakni kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol yaitu kelompok penderita plantar fasciitis yang
8 diberikan intervensi ultrasound dan calf raise dengan sampel sebanyak 7 orang. Kelompok perlakuan yaitu kelompok penderita plantar fasciitis yang diberikan intervensi ultrasound dan towel toe curl dengan sampel sebanyak 7 orang. Sebelum diberikan perlakuan, peneliti melakukan pengukuran kemampuan fungsional ankle diukur dengan menggunakan Foot Ankle Ability Measures (FAAM). Selanjutnya sampel diberikan perlakuan sebanyak 12 kali yaitu 3 kali perminggu dalam waktu 4 minggu dan pada akhir penelitian akan dilakukan evaluasi untuk melihat hasil dari intervensi tersebut dengan menggunakan Foot Ankle Ability Measures (FAAM). Tabel 1: Prosedur pemeriksaan plantar fasciitis No Tahap Pengkajian Fokus Pengkajian Hasil 1 History Taking Keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, provokasi nyeri. a. Nyeri pada daerah plantar b. Nyeri terjadi pada pagi hari terutama pada saat bangun tidur c. Nyeri jika berjalan atau berdiri terlalu lama 2 Inspeksi 1. Gait analysis Analgic gait 2. Deformitas kaki Flatfoot atau pes cavus 3 Quick test Bouncing Toe off nyeri pada saat berdiri 4 Pemeriksaan fungsi Dorso flexi ankle nyeri 1. Pasif gerak dasar 1. Palpasi 1. Nyeri tekan pada 5 Tes khusus anteromedial tuberositas calcaneus 2. Tenderness pada
9 2. Stretch test insertio plantar fascia. 1. Nyeri pada posisi dorso flexi di anteromedial tuberositas calcaneus HASIL Pengukuran kemampuan fungsional ankle dengan menggunakan Foot Ankle Ability Measure (FAAM) pada kelompok perlakuan I dilakukan pada saat sebelum penelitian dimulai dan sesudah penelitian dilakukan. Penelitian dilakukan selama 12 kali selama 4 minggu. Tabel 2: Pengukuran Nilai FAAM pada Kelompok Perlakuan I Sampel Nilai FAAM Kelompok Perlakuan I Sebelum Sesudah Selisih , ,9 96, , , , , Mean 52, SD ,7 Sumber: Data Pribadi Pada tabel 2 di atas, kelompok perlakuan I dengan jumlah sampel 7 orang diperoleh nilai mean sebelum intervensi 52,9 dengan standar deviasi 7,2 dan sesudah intervensi nilai mean 87,5 dengan standar deviasi 7,9. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai FAAM pada kelompok perlakuan I setelah mendapatkan intervensi selama 12 kali.
10 Grafik 1: Pengukuran Nilai FAAM pada Kelompok Perlakuan I sebelum setelah Sumber: Data Pribadi Pengukuran kemampuan fungsional ankle dengan menggunakan Foot Ankle Ability Measure (FAAM) pada kelompok perlakuan II dilakukan pada saat sebelum penelitian dimulai dan sesudah penelitian dilakukan. Penelitian dilakukan selama 12 kali selama 4 minggu. Tabel 3: Pengukuran Nilai FAAM pada Kelompok Perlakuan II Sampel Nilai FAAM Kelompok Perlakuan II Sebelum Sesudah Selisih , , , , , , ,8 Mean ,3 SD ,7 2,04 Sumber: Data Pribadi Pada tabel 3 di atas, kelompok perlakuan II dengan jumlah sampel 7 diperoleh nilai mean sebelum intervensi dengan standar deviasi 16.6 dan sesudah intervensi nilai mean 86.3 dengan standar deviasi 3.7. Hal ini menujukkan adanya peningkatan nilai
11 FAAM setelah pemberian intervensi sebanyak 12 kali selama 4 minggu. Grafik 2: Pengukuran Nilai FAAM pada Kelompok Perlakuan Sumber: Data Pribadi sebelum sesudah Untuk mengetahui apakah pada awal penelitian antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II terdapat peningkatan nilai FAAM, maka peneliti melakukan uji normalitas antara dua kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk Test. Tabel 4: Uji Normalitas Shapiro-Wilk Test Kelompok Perlakuan Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Mean ± SD P Ket Mean ± SD P Ket Sebelum 52,91±7,23 0,19 Normal Sebelum 51,05±1, Normal Sesudah 87,52±7,91 0,24 Normal Sesudah 86,3±3,75 0,76 Normal Selisih 34,61±4,37 0,18 Normal Selisih 33,6±1,68 0,47 Normal Sumber : Data Pribadi Hasil dari uji normalitas mendapatkan hasil p-value > 0,05. Dari hasil yang di dapat melalui uji homogenitas dan normalitas di atas maka uji statistik hipotesis I dan II menggunakan T-test Related, dan uji hipotesis III menggunakan T-test Independent. Sedangkan untuk mengetahui homogenitas varian dari kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, maka dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene s Test.
12 Tabel 5: Hasil Uji Homogenitas Kelompok dengan Levene s Test Sebelum Intervensi Mean±SD P Keterangan Kelompok Perlakuan I 52,91±7,23 Kelompok Perlakuan II 51,05±1.68 0,99 Homogen Sumber : Data Pribadi Berdasarkan tabel 5 di atas, hasil perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene s Test dari data nilai peningkatan peningkatan nilai FAAM kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diperoleh P value >0.05, maka dapat disimpulkan bahwa varian pada kedua kelompok adalah sama atau homogen. Uji hipotesis pada kelompok perlakuan I dengan Paired Sample T- Test. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut, Ho diterima jika nilai p > α (0,05) dan Ho ditolak jika nilai p < α (0,05). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ho: latihan calf raises setelah pemberian intervensi ultrasound tidak dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Ha: latihan calf raises setelah pemberian intervensi ultrasound dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Tabel 6: Uji Hipotesis 1 dengan Paired Sampel T-Test Kelompok Mean±SD P Ket Perlakuan I Sebelum 52,9±7, Signifikan Sesudah 87,5±7,91 Sumber : Data Pribadi Dari tabel 6 di atas dapat Berdasarkan hasil uji Paired Sampel T- dijelaskan bahwa rata-rata FAAM Test pada kelompok perlakuan I sebelum diberikan intervensi adalah 52,9 dengan standar deviasi 7,23, sedangkan rata-rata setelah intevensi p=0.001 dimana p<0,05, hal ini berarti Ho di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi ultrasound dan latihan adalah 87,5 dan standar deviasi 7,91. calf raises dapat meningkatkan
13 fungsional ankle pada kasus plantar Ho: Latihan towel toe curl setelah fasciitis. Uji hipotesis pada kelompok pemberian intervensi ultrasound tidak dapat meningkatkan fungsional ankle perlakuan II dengan Paired Sample T- pada kasus plantar fasciitis. Test. Dengan ketentuan hasil pengujian Ha: Latihan towel toe curl setelah hipotesis sebagai berikut, Ho diterima jika nilai p > α (0,05) dan Ho ditolak jika nilai p < α (0,05). Adapun hipotesis pemberian intervensi ultrasound dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. yang akan diuji adalah sebagai berikut: Tabel 7: Uji Hipotesis II dengan Paired Sampel T-Test Kelompok Perlakuan II Mean±SD P Ket Sebelum 51,05±1,6 Sesudah 86,3±3, Signifikan Sumber : Data Pribadi Dari tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata FAAM sebelum diberikan intervensi adalah 51,05 dengan standar deviasi 1,6, sedangkan rata-rata setelah intevensi adalah 86,3 dan standar deviasi 3,7. Berdasarkan hasil uji Paired Sampel T- Test pada kelompok perlakuan II p=0.001, hal ini berarti Ho di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi ultrasound dan latihan towel toe curl dapat meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Uji hipotesis III untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independent yang berdistribusi normal, atau mencari beda antara dua kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II menggunakan uji T-test Independent. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesis Ho diterima jika nilai p > α (0,05) dan Ho ditolak jika nilai p < α (0,05). Adapun hipotesis yang ditegakkan adalah : Ho: tidak ada perbedaan latihan calf raises dan latihan towel toe curl setelah pemberian intervensi ultrasound terhadap peningkatan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Ha: ada perbedaan latihan calf raises dan latihan towel toe curl setelah pemberian intervensi ultrasound
14 terhadap peningkatan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Tabel 8: Uji Hipotesis III dengan Independent Sampel T-Test Selisih Nilai FAAM Mean±SD P Ket Kelompok Pelakuan I 33,67±1,05 Kelompok Perlakuan II 34,61±4, Signifikan Sumber : Data Pribadi Berdasarkan tabel di atas, terlihat terdapat berbedaan dari hasil mean dan standar deviasi. Dimana rata-rata pada kelompok perlakuan I adalah 33,67 dengan standar deviasi 1,05. Sedangkan pada kelompok perlakuan II nilai rataratanya adalah 34,61 dengan standar deviasi 4,3. Setelah diuji dengan Independent Samples T-Test, maka hasil yang didapatkan adalah p=0,03 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan nilai fungsional ankle pada kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II. Sehingga pada ada perbedaan latihan calf raises dan latihan towel toe curl setelah pemberian intervensi ultrasound terhadap peningkatan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Penambahan latihan calf raises setelah pemberian intervensi ultrasound lebih baik untuk meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini peneliti membuktikan bahwa penambahan latihan calf raises setelah pemberian intervensi ultrasound lebih baik untuk meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Dalam penelitian ini sampel plantar fasciitis dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol yaitu kelompok penderita plantar fasciitis yang diberikan intervensi ultrasound dan calf raise dengan sampel sebanyak 7 orang. Kelompok perlakuan yaitu kelompok penderita plantar fasciitis yang diberikan intervensi ultrasound dan towel toe curl dengan sampel sebanyak 7 orang. Jadi keseluruhan sampel yang akan diteliti sebanyak 14 orang. Hasil dari penelitian
15 adalah untuk dianalisa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. Hasil uji hipotesis III melalui uji T-test Independent hasil setelah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diperoleh p- value =0,03(<0,05), yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan nilai fungsional ankle pada kelompok perlakuan I dengan kelompok perlakuan II. Sehingga ada perbedaan latihan calf raises dan latihan towel toe curl setelah pemberian intervensi ultrasound terhadap peningkatan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Penambahan latihan calf raises setelah pemberian intervensi ultrasound lebih baik untuk meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara penambahan latihan calf raises dengan intervensi ultrasound dan penambahan latihan towel toe curl dengan intervensi ultrasound pada kasus plantar fasciitis yaitu penambahan latihan towel toe curl dengan intervensi ultrasound terhadap fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis lebih baik daripada penambahan latihan calf raises dengan intervensi ultrasound terhadap fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. Hal ini terlihat dari nilai mean pada penambahan latihan towel toe curl lebih besar dibandingkan penambahan latihan calf raises dengan intervensi ultrasound terhadap fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu Penambahan latihan calf raises setelah pemberian intervensi ultrasound lebih baik untuk meningkatkan fungsional ankle pada kasus plantar fasciitis. REFERENSI Radford, Joel A; Karl B Landorf, dkk Effectiveness of Calf Muscle Stretching for the Short-Term Treatment of Plantar Heel Pain. BMC Musculoskeletal Disorders 8:36
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan IPTEK serta aktivitas semakin meningkat. Kesadaran untuk menjaga dan memahami kesehatan pun sering terabaikan. Perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin. mengancam penurunan kualitas hidup manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga kesehatan kadang di abaikan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta. meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga kesehatan kadang diabaikan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan baik dalam perekonomian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bermobilisasi adalah kaki. Untuk melindungi bagian tubuh yang penting ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan zaman yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan manusia untuk bermobilisasi semakin cepat. Kemampuan bermobilisasi ditopang dengan fisik yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak berkembangnya teknologi dan pengetahuan, membuat semakin meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. Kesadaran atas kesehatan kadang kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup, dan melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam memenuhi kebutuhan sehariharinya hingga kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang melakukan aktifitas fisik untuk menunjang hidup sehat, karena Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia untuk hidup dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era jaman globalisasi seperti ini, meningkatnya era industri di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era jaman globalisasi seperti ini, meningkatnya era industri di Indonesia menyebabkan banyaknya pabrik-pabrik dan mall-mall yang bermunculan yang mendukung pergerakan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FASCIITIS PLANTARIS BILATERAL DI RST. dr. SOEDJONO MAGELANG
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA FASCIITIS PLANTARIS BILATERAL DI RST. dr. SOEDJONO MAGELANG PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengancam penurunan kualitas manusia jika tidak segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari tahun ke tahun masalah kesehatan di dunia terus menerus mangalami perubahan baik pola penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin mengancam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ButterworthHeinemann : Oxford. Hal : Lawson,Kari Standard of Care: Plantar Fasciitis. Brighamand Women s Hospital
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi berdampak perubahan pada segala bidang. Salah satu dampaknya adalah Aktifitas yang meningkat dan beranekaragam tidak telepas dari peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. munculnya masalah tersebut, seseorang akan mengkompensasinya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia tidak bisa terlepas dengan fungsi kaki. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, fungsi kaki sangat berperan. Perjalanan seribu mil pun selalu dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan
Lebih terperinciEFEK PENAMBAHAN TAPING PADA INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMY DAN STRETCHING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KONDISI PLANTAR FASCIITIS
EFEK PENAMBAHAN TAPING PADA INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMY DAN STRETCHING TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KONDISI PLANTAR FASCIITIS Nurvi Alfi Sari, M. Irfan Fisioterapi RS. UIN, Ciputat Tangerang Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian integral kesehatan (Ibid dkk, 2009). kita, hal itu ditunjukkan dalam aktivitas kita sehari-hari.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: kesehatan adalah keadaan kesejahteraan fisik, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan tangan kanannya terasa nyeri dan terasa kaku pada 3 jari, juga terasa kebal dan kesemutan pada malam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring perkembangan jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup bahasan tentang berbagai macam
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau
61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan
Lebih terperinciProtokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan
Lampiran 5 Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan Intervensi Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Ultrasound Frekuensi : 1MHz Intensitas : 1,0w/cm 2 Frekuensi : 1MHz Intensitas :1,0w/cm 2 Frekuensi :
Lebih terperinciPERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA Bayu Sigit Gutomo (2012 66 125) Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit mental dan juga bebas dari kecacatan, sehingga keadaan tubuh secara biologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari banyak komponen seperti otot, tulang, dan sendi dimana semua komponen tersebut bekerja sinergis sehingga terbentuk suatu gerakan. Gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus
15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepanjang daur kehidupannya, manusia tidak akan terlepas dari gerak dan aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Dari sekian banyak anggota tubuh yang dimiliki dalam tubuh manusia, kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan keharmonisan aktivitas seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian dilakukan selama 2 minggu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan pada pasien dengan diagnose Sinusitis Maksilaris Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan dari tulang, sendi, otot dan saraf. Anggota gerak ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia bekerja dan beraktifitas melakukan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota gerak tubuh. Setiap anggota gerak merupakan satu kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern. Hal ini mengakibatkan dampak yang positif tetapi juga bisa
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perilaku dan gaya hidup manusia akan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan jaman yang disertai kemajuan teknologi yang semakin modern. Hal ini mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga kesehatan kadang diabaikan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaki merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk menopang berat badan, namun banyak diantara kita yang memiliki masalah dengan kaki, salah satunya ialah Flat Foot atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan pola pikir masyarakat yang terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik menjadi berkurang, yang mengakibatkanterjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran dan fungsi yang penting dalam melakukan berbagai aktivitas baik ringan maupun berat. Aktivitas tersebut antara
Lebih terperinciStatistics. sebelum1 sesudah1 selisih1 sebelum2 sesudah2 selisih2. N Valid Missing
Statistics sebelum1 sesudah1 selisih1 sebelum2 sesudah2 selisih2 N Valid 10 10 10 10 10 10 Missing 1 1 1 1 1 1 Mean 12.7690 35.2130 22.4440 11.4910 48.5720 37.0810 Std. Deviation 2.06928 4.90808 5.51245
Lebih terperinciSKRIPSI NI LUH MADE RENY WAHYU SARI
SKRIPSI KOMBINASI MODALITAS ULTRASOUND DAN LATIHAN CALF RAISES EFEKTIF DALAM MENURUNKAN NYERI DAN MENINGKATKAN FUNGSIONAL ANKLE PADA KASUS PLANTAR FASCITIS PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) DI MATAHARI DEPARTEMENT
Lebih terperinciPENGARUH PEDAL EXERCISE
SKRIPSI PENGARUH PEDAL EXERCISE DAN PEREGANGAN OTOT BETIS LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN NILAI AMBANG NYERI OTOT BETIS PADA PEMOTONG KAIN DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN NI PUTU AYU SASMITA SARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. DA usia 44 tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa nyeri tekan dan gerak pada pergelangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaki menjadi bagian penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya. Dibandingkan dengan bagian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERESETUJUAN SIDANG SKRIPSI. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii ABSTRAK iv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERESETUJUAN SIDANG SKRIPSI. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii ABSTRAK iv ABSTRACT. v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR SKEMA... xii DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciyang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas (ketidakmampuan) baik secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi kehidupan setiap orang. Adanya nyeri pada lutut yang disebabkan oleh osteoarthtritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemiologi dari Norway mencatat insidensi terjadinya cedera pada tendon flexor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera pada tendon fleksor merupakan cedera yang sering terjadi. Data epidemiologi dari Norway mencatat insidensi terjadinya cedera pada tendon flexor sekitar 1 kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini, perkembangan zaman semakin pesat. Setiap waktunya lahir berbagai teknologi baru yang memudahkan manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Dari mulai alat komunikasi,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) Nyeri
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nyeri plantaris 2.1.1 Pengertian Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan setiap individu baik sehat fisik maupun psikis. Namun harapan tersebut kadang bertentangan dengan keadaan di masyarakat, dimana dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Pemelihara kesehatan
Lebih terperinciABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING
ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT Keseimbangan
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN KINESIOTAPING DAN MULLIGAN S TAPING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL FASCITIS PLANTARIS NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN KINESIOTAPING DAN MULLIGAN S TAPING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL FASCITIS PLANTARIS NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Nama : Dita Rizki Rahmatul Wakhidah Nim : 201310301011
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Nyeri Hasil evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS didapatkan hasil bahwa pada terapi ke-0 nyeri diam: tidak nyeri, nyeri tekan: nyeri ringan, nyeri gerak: nyeri
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGGI HAK SEPATU TERHADAP KASUS NYERI PLANTARIS PADA KARYAWAN WANITA YANG BEKERJA DI MDS
HUBUNGAN TINGGI HAK SEPATU TERHADAP KASUS NYERI PLANTARIS PADA KARYAWAN WANITA YANG BEKERJA DI MDS A.A. SG. ISTRI SURYAKENCANAWATI NI LUH NOPI ANDIYANI I DEWA AYU INTEN DWI PRIMAYANTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinci1) Ida Bagus Ketut Surya, Bagian Fisioterapi RSUD Wangaya Denpasar, Bali ABSTRAK
PENAMBAHAN ELASTIC BANDAGE PADA INTERVENSI DIATERMI, ULTRASONIK DAN MASSAGE TRANSVERFRICTION DAPAT MENURUNKAN NYERI AKIBAT CEDERA LIGAMEN KOLATERAL MEDIAL LUTUT 1) Ida Bagus Ketut Surya, Bagian Fisioterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit
Lebih terperinciI Nyoman Ady Pranatha Bagian Fisioterapi RSUP Sanglah Denpasar Program Studi Fisioterapi, Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK
PENAMBAHAN LATIHAN PENGUTAN DENGAN EN TREE PADA INTERVENSI ULTRA SOUND DAN TENS UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RSUP SANGLAH DENPASAR. I Nyoman Ady Pranatha Bagian Fisioterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melakukan aktifitasnya sepanjang hari tentunya akan melibatkan anggota gerak tubuh dan anggota tubuh yang banyak berperan dalam aktifitas kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit muskuloskletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia dan menjadi penyebab tingginya angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, pola kehidupan masyarakat Indonesia semakin hari semakin berkembang dan maju, dimana pola hidup tersebut dapat berpengaruh terhadap pembangunan
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN HIGH HEEL DENGAN RESIKO FASCIITIS PLANTARIS PADA SALES PROMOTION GIRLS (SPG) PT. SRI RATU MADIUN NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN HIGH HEEL DENGAN RESIKO FASCIITIS PLANTARIS PADA SALES PROMOTION GIRLS (SPG) PT. SRI RATU MADIUN NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupannya manusia memiliki banyak aktivitas untuk dilakukan baik itu rutin maupun tidak rutin. Ada berbagai macam aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia melakukan aktifitasnya tidak pernah lepas dari proses gerak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat, mencuci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang amat penting dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit,
Lebih terperinciEFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS
EFEK ACTIVE STRETCHING OTOT PLANTAR FLEXOR ANKLE TERHADAP PENURUNAN NYERI FASCIITIS PLANTARIS NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi Disusun Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan. kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan oleh seseorang dengan cara berlatih serta melalui suatu proses latihan yang terprogram, tersusun,
Lebih terperinciPENAMBAHAN KINESIOTAPING
PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA PERLAKUAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE LEBIH BAIK DALAM MENURUNKAN NYERI FUNGSIONALPADA PLANTAR FASCITIS OLEH KARENA PEMAKAIAN SEPATU HAK TINGGI (HIGH HEELS) 1) Zidni Sadati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat pelayanan kesehatan di masyarakat saat ini semakin maju dan berkembang sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini sebagai dampak dari perubahan pola penyakit-penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
Lebih terperinciPERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN Saya, yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat : Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti atau yang membantunya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan pembangunan dan pengetahuan serta teknologi memberikan dampak bagi segala bidang, khususnya dalam bidang ilmu kesehatan dan informasi. Meningkatnya ilmu pengetahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang terdapat di dunia saat ini sangatlah variasi dan berkembang seiring berkembangnya modernitas kehidupan dan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pola
Lebih terperinciRUPTUR TENDO ACHILLES
RUPTUR TENDO ACHILLES LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi karakteristik subjek penelitian Dalam penelitian ini sampel sejumlah 40 orang yang berasal dari populasi mahasiswa Fakultas Fisioterapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glenohumeral joint merupakan sendi joint yang paling luas gerakannya di tubuh kita. Glenohumeral joint termasuk sendi peluru dengan mangkok sendi yang sangat dangkal.
Lebih terperinciHal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan
2 Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kerja dan praktik fisioterapi yang menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas sehari-hari dengan menggunakan seluruh anggota tubuh dan tidak jarang mengalami gangguan pada tubuhnya. Kesehatan merupakan hal yang penting
Lebih terperinci