BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Filsafat manusia itu sendiri merupakan bagian (cabang) dari sistem filsafat, yang secara metodis memiliki kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika, bahkan bila di bandingkan dengan ilmu-ilmu tentang manusia, seperti (antropologi dan psikologi). Tetapi secara ontologis filsafat manusia memiliki kedudukan yang lebih penting. Karena kajian dari semua cabang filsafat dan ilmu-ilmu tentang manusia tersebut adalah manusia yang secara spesifik menjadi objek kajian filsafat manusia (Bakker dan Zubair, 1990: 21). Objek material filsafat manusia adalah gejala atau ekspresi manusia, sama seperti ilmu-ilmu tentang manusia yang lain (Rapar, 1996: 103). Filsafat manusia menggunakan metode sintesis dan reflektif, mempunyai ciri-ciri, eksistensi, intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis pada filsafat manusia yaitu, mensintesiskan pengalaman dan pengetahuan ke dalam satu visi. Metode refleksi merupakan metode yang tidak bisa dipisahkan dari filsafat, termasuk 1

2 2 filsafat manusia. Refleksi yang dimaksud adalah menunjuk pada dua hal, yaitu; Pertama, pada pertanyaan esensi suatu hal. Kedua, pada proses pemahaman diri (self-understanding) berdasarkan pada totalitas gejala dan kejadian manusia yang sedang direnungkannya. Filsafat manusia dalam perkembangannya terbagi menjadi tujuh aliran dengan perincian yaitu, dua dari di antaranya adalah aliran tertua sekaligus terbesar. Adapun aliran yang selain dua aliran tersebut merupakan aliran yang menjadi reaksi atas dua aliran sebelumnya. Dua aliran tertua dan terbesar dalam filsafat adalah aliran idelisme dan materialisme. Adapun aliran idealime merupakan kebalikan dari materialisme, yang mana dalam aliran ini kenyataan sejati adalah bersifat spiritual, sedangkan esensi kenyataan dari sepritual itu sendiri adalah berpikir (res-cogitans). Ciri utama aliran ini keyakinan tentang adanya kekuatan spiritual (roh absolut). Beberapa ilmu yang menganut paham idealisme (spiritualisme) antara lain: teologi (tauhid), sufisme, seminari, budhisme (jika berasumsi bahwa semua berawal dari kekuatan roh absolut) atau sering disebut sebagai Tuhan. Tokoh-tokoh idealisme diantaranya Plato, Hegel, Leibnitz, Aristoteles, Descartes, Kant, Goethe, Agustinus (Bertens, 1975: 76). Materialisme adalah paham atau aliran dalam filsafat manusia yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk manusia adalah bersifat material atau fisik. ciri utamanya adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (re extensa), dan bersifat objektif. Dalam aliran ini disebut juga

3 3 naturalisme karena kata materi diganti dengan natura (alam) atau organisme. Ciri utamanya adalah menolak adanya kekuatan yang bersifat spiritual. Tokoh utama dalam aliran ini antara lain Anaximenes ( ), Anaximandros ( SM) Thales ( SM), Demokritos (± SM), Thomas Hobbes ( ) dan lain-lain (Bertens, 1975: 76). Thomas Hobbes ( ) termasuk filsuf yang mengatakan bahwa semua manusia itu memiliki sifat yang sama dalam keadaan alamiahnya (state of nature). Dengan kata lain, manusia dalam keadaan alamiah ingin mempertahankan kebebasannya dengan cara berkompetisi yang bertujuan memaksimalisasi kebahagiaan dan meminimalisasi penderitaan diri dalam kehidupan. Karena itulah, manusia dipandang sebagai homo homini lupus yaitu naluri manusia itu bagaikan serigala untuk selalu ingin mempertahankan dirinya sendiri, bersaing, dan saling membinasakan sesamanya. Konflik dan pertikaian antar sesama akan muncul manakala manusia mengikuti nalurinya tersebut. Untuk menciptakan kehidupan yang aman dari konflik dan pertikaian tersebut, maka manusia harus mengikuti akal sehat yaitu melepaskan hak untuk bebas berbuat sekehendak sendiri dengan bersatu melalui perjanjian sosial yang diserahkan pada satu penguasa (Leviathan) (Appadorai, 2005: 24). Konsepsi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam perkembangannya merupakan implementasi nyata dari konsep hak alamiah dalam pemikiran Thomas Hobbes yaitu hak alamiah merupakan jalan keluar untuk mengatasi keadaan yang

4 4 disebutnya homo homini lupus, bellum omnium contra omnes. Keadaan demikian dalam diri manusia tak ubahnya bagaikan binatang buas dalam legenda kuno yang disebut Leviathan. Keadaan seperti itulah yang bagi Hobbes manusia dengan akal sehatnya mendorong untuk membuat perjanjian masyarakat (contract social) dalam mana rakyat menyerahkan hak-haknya kepada penguasa. Bertitik dari sinilah, pandangan Hobbes ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai teori awal yang mengarah pengembangan konsep HAM dalam suatu Negara yang memiliki wewenang untuk mengatur hak-hak individu. Hobbes dalam filsafatnya memandang manusia adalah pusat persoalan sosial dan politik. Hobbes dalam hal ini memberikan sumbangan berarti dalam usaha memahami manusia. Dengan kata lain, manusia menurut Hobbes tidak bisa didekati dengan pendekatan normatif religius, karena pendekatan seperti ini semakin menjauhkan dari realitas sosial yang sebenarnya. Cara terbaik mendekati manusia adalah dengan melihat manusia sebagai alat mekanis dan memahaminya dari pendekatan matematis-geometris. Hal ini mendorong Hobbes menerima materialisme, mekanisme dan determinisme. Namun, Hobbes awal dari pemikirannya yaitu melukiskan manusia-manusia ketika mereka hidup dalam keadaan yang ia namakan state of nature dalam kondisi manusia sebelum dicetuskannya kontrak sosial bahwa kehidupan manusia dalam keadaan alamiah adalah buas dan serakah, yang diperjuangan melalui peperangan terus-menerus demi mempertahankan dirinya (Jones, 1969: 120).

5 5 Perjanjian lahir dari keadaan yang tidak teratur tersebut dibuatlah pengikat oleh warga negara yaitu mereka bersepakat untuk membuat perjanjian dan membentuk penguasa atau pemerintah. Setelah pemerintahan terbentuk maka hakhak warga negara menjadi hilang dan warga negara tidak dapat memberontak. Dalam konteks ini, orang banyak yang dipersatukan dalam perjanjian sosial itu disebut commonwealth. Di dalam commonwealth yang diutamakan adalah perdamaian dan keamanan seluruh warga negara. Kewajiban pemerintah adalah mengusahakan perdamaian dan perlindungan warga negara sehingga merasa aman, dan menjanjikan kesejahteraan kepada rakyat. Kekuasaan pemerintahan dalam mengatur hak alamiah manusia menurut Hobbes itu ada pada raja dan gereja (negara dan agama), yang berarti kewajiban warga negara di depan Negara dan agama adalah menaati kekuasaan raja dan berbakti pada Tuhan. Berdasarkan dari hal tesebut, maka konsep Hak Asasi Manusia (HAM) dapat dipahami sebagai hubungan antara warga negara dan pemerintah yang diatur dalam hukum perjanjian atau undang-undang dan hukum Tuhan (agama). Teori kontrak sosial dalam pandangan Thomas Hobbes mengandaikan bahwa sebelum terbentuknya suatu Negara selalu terjadi peperangan antar sesama manusia yang disebut bellum omnium contra omnes. Hal tersebut merupakan ungkapan bahwa setiap orang selalu menunjukkan sikap egoistis. Karena itu, dibutuhkan kekuasaan bersama untuk mengakhiri peperangan tersebut, dan

6 6 kekuasaan itu harus dibentuk berdasarkan suatu perjanjian untuk menaati seseorang atau beberapa orang, dan orang yang melaksanakan perjanjian itu disebut yang berdaulat. Negara dalam melaksanakan perannya, memiliki beberapa hak yang sifatnya memaksa atau mengikat dengan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama. Pemikiran tentang Negara ini sudah ada sejak zaman Yunani, kemudian zaman Romawi, selanjutnya zaman abad Pertengahan, zaman Renaissance, zaman berkembangnya hukum alam, dan kemudian zaman berkembangnya teori kekuatan. Dalam hal ini, Hobbes memaparkan bahwa terbentuknya sebuah Negara dikarenakan oleh perjanjian masyarakat (kontrak sosial). Negara dalam teori ini lahir karena perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang tadinya hidup bebas. Perjanjian masyarakat ini tentunya diadakan agar kepentingan bersama dapat terpelihara dan terjamin (Hardiman, 2007: 71). Uraian di atas dapat dipahami bahwa Negara dalam pandangan Hobbes sebagai bagian dari upaya individu-individu untuk menjamin perdamaian, kendati antara individu-individu tersebut tidak dapat menghindarkan peperangan. Hak asasi manusia dalam konteks ini merupakan upaya Negara untuk menjamin perdamaian di antara warga negaranya. Karena itu, sebagai medium untuk menciptakan perdamaian, maka Hak Asasi Manusia (HAM) haruslah bersifat

7 7 universal dan dapat menjamin semua golongan, kelas dan perbedaan-perbedaan yang hidup di dalam suatu Negara. Konsepsi tentang Hak Asasi Manusia (HAM) telah mengalami proses perjalanan panjang. Konsepsi HAM ini dimulai dengan Magna Charta pada tahun 1215 dan diteruskan hingga saat ini. Salah satu tokoh filsafat yang berjasa dalam pemikiran Hak Asasi manusia adalah Plato. Ia menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) tidaklah sama antara satu individu dengan individu yang lain. Oleh karena itu, tidak ada persamaan kebebasan dan tentu saja tidak perlu usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi materiil yang sama (Budiardjo, 1988: 54). Hak adalah tuntutan yang dapat diajukan seseorang kepada orang lain sampai kepada batas-batas pelaksanaan hak tersebut. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia (Setiardjo, 1993: 71). Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Dalam arti ini, meskipun setiap orang terlahir dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang berbeda-beda, namun tetap memiliki hak-hak tersebut. Inilah sifat universal dari hak-hak tersebut. Selain bersifat universal, hak-hak tersebut juga tidak dapat dicabut (inalienable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti

8 8 menjadi manusia dan karena itu tetap memiliki hak-hak tersebut dimanapun ia berada. Bertitik tolak dari sinilah, Negara, pemerintah, atau organisasi apapun mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi Hak Asasi Manusia pada setiap manusia tanpa terkecuali. Hal ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia harus selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam pengembangan, penegakan dan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menarik kiranya untuk dikupas lebih lanjut tentang hak alamiah yang terdapat dalam state of nature pemikiran Thomas Hobbes. Pemikiran Hobbes dalam berfilsafatnya lebih menekankan pada cara bagaimana manusia bisa hidup bersama dan berdampingan secara damai. Pemerintahan yang telah ditunjuk oleh rakyatnya memiliki kekuasan tanpa batas dalam mengatur hak-hak asasi manusia yang mengacu pada kesejahteraan bersama. Hal ini semua dilakukan supaya tatanan kehidupan tetap bertahan, dan tidak jatuh ke dalam situasi perang atau konflik yang mana watak penyimpangan dalam diri manusia selalu mengedepankan egoisme dan hidonisme. Begitu juga, pemikiran Thomas Hobbes yang tertuang dalam karyanya Leviathan merupakan karya yang sangat menarik dan unik untuk dikaji, khususnya pada metodologi yang dibangun tentang psikologi manusia, hak alamiah, hukum alam, kontrak sosial, Negara dan kekuasaan. Bertitik tolak dari sinilah, penulis memanganggap bahwa konsep hak alamiah dalam state of nature Hobbes sebenarnya merupakan sebuah respon intelektual dan refleksi kritis

9 9 terhadap proses sosial dan sejarah kehidupan manusia. Di samping itu juga, hingga saat ini penulis menganggap teori-teori Hobbes masih relevan dengan realitas sosial yang terjadi di Indonesia pada khususnya. Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila wajib melindungi dan menjunjung tinggi HAM, karena secara tidak tersirat masyarakat telah menyerahkan sebagian hak-haknya kepada Negara untuk dijadikan hukum (dalam teori kontrak sosial). Negara memiliki hak membuat hukum dan menjatuhkan hukuman atas pelanggaran HAM. Dalam hal ini, Negara mempunyai kekuasaan (power). Kekuasaan artinya mampu memaksakan kehendak kepada pihak lain. Kekuasaan Negara tertinggi berarti kekuasaan yang tertinggi dalam menentukan kehendak di dalam Negara tersebut (Joeniarto, 1990: 11). Membicarakan pelanggaran HAM memang selalu menjadi isu menarik. Bahkan semua yang melanggar kebebasan seseorang dinilai melanggar HAM. Adapun maksud pelanggaran HAM adalah perbuatan orang atau sekelompok orang termasuk aparat Negara baik sengaja atau tidak atau kelalaian secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, mencabut HAM orang atau kelompok orang yang dijamin oleh UU dan tidak mendapat atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar. Komisi HAM didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dan pelaksanaan HAM di Indonesia, serta

10 10 meningkatkan perlindungan dan penegakkan Hak Asasi Manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya. Berdasarkan Undang- Undang tentan Hak Asasi Manusia bahwa Komnas HAM memiliki fungsi untuk melaksanakan pengkajian, penyuluhan, serta mediasi mengenai HAM di Indonesia (Suwandi, 2005: 43). Muncul dan berkembangnya konsep HAM di Indonesia dalam hal penegakannya tentunya ditandai sejak HAM itu diperjuangkan ketika berhadapan dengan kesewenang-wenangan kekuasaan Negara. Pelanggaran HAM juga mungkin dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyatnya sendiri. Misalnya, pada masa Orde Baru yang telah diketahui bersama bahwa kebebasan, berserikat, dan mengeluarkan pendapat sangat dibatasi. Kejahatan-kejahatan kemanusiaan dalam berbagai bentuknya telah sering terjadi diberbagai daerah, seperti: penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan atas orang-orang yang dianggap dapat mengancam dan menggoyahkan eksistensi kekuasaannya. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa pada rezim Orde Baru yang represif dan otoriter telah banyak melakukan pelanggaran pelanggaran HAM, sehingga menimbulkan gejolak sosial dan politik yang pada akhirnya mengakibatkan kejatuhannya pada bulan Mei 1998 silam. Adapun pelanggaran HAM yang terjadi pada masa ini, terutama kasus Semanggi I dan II, Trisakti, dan kasus Poso.

11 11 2. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana manusia dalam pandangan Thomas Hobbes? b. Bagaimana pemikiran Thomas Hobbes mengenai hak alamiah? c. Bagaimana relevansi pemikiran Thomas Hobbes tentang manusia dan hak alamiah dengan pengembangan konsep HAM di Indonesia? 3. Keaslian Penelitian Setelah melakukan penelusuran terhadap kepustakaan, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, antara lain: a. Sentosa Tarigan (UGM, 1976) judul skripsi Filsafat Thomas Hobbes Tentang Asal Mula Negara, membahas asal mula Negara dalam pemikiran Thomas Hobbes. Objek formal asal mula negara, sedang objek materialnya pemikiran Thomas Hobbes. b. Margiyono (UGM, 1984) judul skripsi Sumbangan Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang HAM di Indonesia. Dalam skripsi ini lebih menekankan pada penjelasan tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia yang memfokuskan pada pemikiran Ki Hajar Dewantara.

12 12 c. Wasito (UGM, 2001), judul tesis Hak-hak Asasi Manusia Dalam Sistem Hukum Indonesia sebagai Negara Hukum Demokrasi Modern. Dalam tesis ini membahas objek formal hak-hak asasi manusia, sedangkan objek materialnya sisitem hukum di Indonesia. d. Danang Rahadyan P. (UGM, 2008), judul skripsi Komparasi Konsep Ubermensch dan Hak Asasi Manusia Universal, dalam skripsi ini menjelaskan pemikiran Ubermensch dalam kaintannya dengan hak asasi manusia secara universal. e. Arip Senjaya (UGM, 2010), judul tesis Bahasa Menurut Goenawan Mohamad dan Relevansinya Bagi Masalah HAM di Indonesia, berisi penjelasan umum atau deskripsi mengenai bahasa dan masalah hak asasi manusia di Indonesia. Berdasarkan penelusuran peneliti di lingkup Universitas Gadjah Mada belum ada penelitian Filsafat Manusia dalam Pemikiran Thomas Hobbes dan Relevansinya dengan Pengembangan Konsep Hak Asasi Manusia di Indonesia. karena itu penelitian ini dapat dikatakan baru pertama kali dilakukan serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

13 13 B. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menjelaskan secara deskriptif tentang landasan filosofis dalam pemikiran Thomas Hobbes. Berdasarkan uraian rumusan masalah penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendeskripsikan filsafat manusia dalam pemikiran Thomas Hobbes b. Mendeskripsikan pemikiran Thomas Hobbes mengenai hak alamiah. c. Menganalisis relevansi pemikiran Thomas Hobbes tentang hak alamiah bagi pengembangan konsep HAM di Indonesia. C. Mamfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: a. Bagi kajian filsafat, penelitian ini memperkaya khazanah kajian ilmu filsafat, khususnya mengenai kajian tokoh Thomas Hobbes kaitannya dengan Hak Asasi Manusia di Indonesia. b. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi referensi untuk mengembangkan penelitian yang terkait dengan tokoh Thomas Hobbes dengan meneliti aspekaspek pemikiran lainnya. c. Bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, sumbangsih penelitian ini bermanfaat bagi kehidupan berbangsa di Indonesia.

14 14 D. Tinjauan Pustaka Pemikiran Tomas Hobbes mengenai state of nature ditulis dalam buku Levithan (1660) adalah tokoh yang memopulerkan pernyataannya homo homini lupus, bellum omnium contra omnes. Ia mengandaikan bahwa manusia pada dasarnya buruk, bengis dan egoistis, karena masing-masing berusaha mempertahankan dirinya dengan melakukan apapun dalam pemenuhannya. Bahkan dengan tindakan-tindakan yang dapat mencederai atau merugikan orang lain. Demi mempertahankan kehidupannya, manusia akan melawan apapun yang mengancamnya termasuk melihat manusia lain sebagai sosok yang dapat mengancam pertahanan dirinya. Keadaan semacam ini akan menimbulkan permasalahan dalam hubungan antar manusia/individu yaitu benturan antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam mengusahakan kepentingan terhadap pemeliharaan atau pertahanan diri. Karena itulah Hobbes memiliki gagasan bahwa untuk mengatasi kondisi kekacauan dan keluar dari problem tersebut, maka perlu diadakannya kontrak sosial (du contract social) yang diserahkan pada satu sosok penguasa yang keras, tegas dan ditakuti oleh rakyatnya (Hobbes dalam Gaskin, 1996: 11). Thomas Hobbes (1996) dalam buku Leviathan yang diedit oleh J.C.A. Gaskin dijelaskan bahwa hukum alam (Law of Nature) merupakan suatu aturan umum yang dihasilkan dari penalaran manusia yang menyatakan bahwa manusia dilarang melakukan tindakan yang dapat menghancurkan diri. Secara alamiah/kodratnya manusia tercipta secara setara dengan indera-indera pada tubuh dan pikiran. Dengan

15 15 begitu, ketika ditemukan satu orang lebih kuat daripada yang lain dalam hal ketubuhan atau kecepatan berpikir dan menganggap mereka berbeda antara satu dengan yang lain, maka itu bukan suatu hal yang penting. Karena manusia memiliki kecakapan serta keunikan masing-masing yang lemah bisa saja dapat membunuh yang kuat. Ini berarti siapapun, setiap orang tetap saja memiliki keadaan yang sama dimana mereka memungkinkan untuk hidup dalam keadaan berbahaya (Gaskin, 1996: ).. Selain itu, dalam pembahasan mengenai hukum alam, Hobbes juga menunjukkan bahwa konsep golden rule merupakan cerminan hukum alam (law of nature). Jika seseorang menginginkan agar orang lain berbuat seperti yang dikehendaki, maka ia harus berbuat seperti apa yang dikehendaki terhadap orang lain tersebut. Sebaliknya, apapun yang tidak dikehendaki terjadi, maka jangan lakukan hal tersebut kepada orang lain. Hobbes menunjukkan bahwa golden rule ini manusia seharusnya menghargai dan memandang keberadaan orang lain secara setara dan memiliki hak yang melekat secara alamiah. Dengan begitu, seseorang tidak akan melanggar hak-hak orang lain agar hak-haknya sendiri juga tidak dilanggar oleh orang lain (Gaskin, 1996: 86-95). Armada Riyanto (2001: 8) dalam buku HAM Telaah Filosofis Teologis menyebutkan bahwa Thomas Hobbes merupakan salah satu filsuf yang memiliki kontribusi langsung dalam pemikiran filsafat dan politik Negara. Ia berkontribusi besar dalam memberikan kerangka pemikiran hak asasi modern melalui teori natura

16 16 atau kodrat, state of nature (kondisi alami hidup manusia) dan hukum alam. Konsepsi Hak Asasi Manusia dapat dilihat pada teori natura, menurut Hobbes manusia harus dipikirkan dalam konteks dan ruang lingkup kondisi sebelum political society. Natura manusia adalah hidup manusia pada saat di mana belum atau tidak ada pemerintahan politik. Hal ini berarti tidak adanya hukum yang mengatur kehidupan manusia. Bila ada, pasti mengganggu hak kodrat ini. A.P. Martinich (1992: 104) dalam buku The Gods Of Leviathan Thomas Hobbes On Religion and Politics menyebut hukum kodrat termasuk hak alamiah. Namun keduanya ada perbedaan bahwa hukum alam ditambahkan dengan muatan atau kandungan kewajiban dari hak alamiah. Hobbes mengatakan bahwa hukum alamiah adalah hukum asli (genuine law). Hukum alam berkaitan dengan pelarangan untuk melakukan hal-hal yang merusak kehidupan atau merampas cara-cara kelangsungannya. Hukum alam ini mengajak setiap individu untuk menciptakan kedamaian sejauh mungkin membela diri bilamana dianggap perlu. Hukum alam itu juga berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian yang telah dibuat. Sementara hukum alam (Law of Nature), ini merupakan suatu aturan umum yang dihasilkan dari penalaran manusia yang menyatakan bahwa manusia dilarang melakukan tindakan yang dapat menghancurkan diri. Konsep State of nature disisi lain harus dipahami sebagai kondisi pra-political society (sebelum politik masyarakat). Manusia dalam societas politik adalah manusiamanusia yang tidak asli lagi, tidak otentik dan tidak orisinal. Manusia dalam societas

17 17 politik adalah manusia yang sudah memiliki peradaban. Mereka harus sudah taat kepada hukum dan sering kali hukum dijalankan tanpa adanya persoalan. Manusia dari kodratnya (state of nature) tidak mengenal hukum positif sebagaimana diberlakukan dalam political society. Sebab itu dalam state of nature tidak ada keadilan dan ketidakadilan (Riyanto, 2001: 9). Hobbes melihat hukum sebagai kebutuhan dasar bagi keamanan individu. Di tengah orang orang liar yang suka saling memangsa, Hukum merupakan alat yang penting bagi terciptanya masyarakat yang aman dan damai. Bagi Hobbes, sesuai posisinya sebagai penganut materialisme, manusia (sejak zaman purbakala) dikuasai oleh nafsu-nafsu alamiah untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri. Tidak ada pengertian adil atau tidak adil melainkan hanyalah nafsu-nafsu manusia. Didalam keadaan seperti itu terjadilah bellum omnium contra omnes dimana setiap orang selalu memperlihatkan keinginannya yang sungguh-sungguh egoistis. Bagi manusiamanusia seperti ini, jika tidak ada Hukum, maka demi mengejar kepentingan diri, mereka akan terlibat dalam war off all against all (perang semua melawan semua). Tanpa Hukum yang di tegakkan oleh penguasa yang kuat, maka individu-individu akan saling membinasakan. Hukum merupakan pilihan dasar manusia untuk mengamankan hidup masing-masing terhadap serangan orang lain (Riyanto, 2001:9). Bertrand Russell (2002: 720) dalam buku Sejarah Filsafat Barat Dan Kaitannya Dengan Sosio-Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang menjelaskan bahwa Thomas Hobbes sebagai penganut empiris-materialistik, menurutnya bahwa

18 18 pengetahuan manusia hanya diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Sementara dalam materialismenya, ia mengasumsikan bahwa hidup tidak lain adalah gerakan dari anggota badan, sehingga hal ini tidak berbeda dengan gerakan mesin otomatis yang merupakan sebuah kehidupan tiruan (artificial life). Lebih lanjut, dalam bukunya Leviathan Ia juga menganalogikan bahwa persemakmuran (commonwealth) adalah seorang manusia tiruan (artificial man), dan kedaulatan adalah sebuah jiwa tiruan (artificial soul). Dengan tiruan-tiruan itulah dalam hidup ini bagi Hobbes yang dapat menggantikan akan sabda Tuhan kami jadikan manusia. F. Budi Hardiman (2004:71) dalam buku Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai Nietzsche menjelaskan bahwa konsep kontrak sosial yang berisikan dengan perjanjian-perjanjian harus dikelola oleh Negara karena tidak ada jaminan dari individu-individu untuk menciptakan kedamaian. Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh individu-individu tersebut rapuh. Dengan demikian, maka dibutuhkan lembaga Negara yang dapat menjadi penjamin adanya perdamaian bagi individu-individu yang terlibat. Hanya Negara yang memiliki kekuasaan monopoli dan memaksakan kehendaknya kepada rakyat. W.T. Jones (1969: 120) dalam buku Hobbes to Hume: A History of Western Philosophy menyebutkan bahwa Hobbes dalam filsafatnya menolak tradisi skolastik yang berusaha menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada

19 19 pikirannya tentang manusia dan kehidupan mental. Hal ini mendorongnya untuk menerima materialisme, mekanisme dan determinisme. Namun Hobbes melukiskan manusia-manusia ketika mereka hidup dalam keadaan yang ia namakan state of nature (keadaan alamiah), yang merupakan kondisi manusia sebelum dicetuskannya kontrak sosial bahwa kehidupan manusia dalam keadaan alamiah adalah buas dan singkat, karena merupakan perjuangan dan peperangan yang terus-menerus demi mempertahankan dirinya. S.A. Lloyd (2009: ) bukunya yang berjudul Morality in the Philosophy of Thomas Hobbes Cases in the Law of Nature membahas tentang filsafat moral menurut Thomas Hobbes, secara khusus membahas tentang hukum alam. Di dalam Negara, terdapat hubungan antara penguasa dengan rakyat yang saling membutuhkans satu sama lain. Di samping itu juga, buku ini membahas tentang hubungan kedua entitas itu dalam membentuk Negara berdaulat. Carl Schmitt (1996), The Leviathan in the state theory of Thomas Hobbes: Meaning and Failure Of A Political Symbol membahas tentang Leviathan dimulai dengan Leviathan sebagai gambar mitologis, dan impor seperti gambar untuk sejarah, mungkin politik, pada pencernaan teori politik Hobbes. Kemudian, interpretasi evaluasi Schmitt dari gambar ditetapkan, yang mengundang evaluasi pesan Leviathan, struktur, dan itu peran dalam teori politik Hobbes, dan sejarah teori politik demokrasi liberal. Hal ini memungkinkan untuk pemeriksaan keberatannya, melemahnya utamanya, yang paling eksplisit, serangan Tractatus Spinoza.

20 20 E. Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian ini adalah filsafat manusia dalam kaitannya dengan pengembangan konsep HAM di Indonesia. Menurut Abidin (2007: 3), filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Pada intinya filsafat manusia adalah ilmu filsafat yang membahas tentang esensi manusia yang mencakup semua dimensi dari manusia. Maksud dari semua dimensi adalah membahas tentang fisik manusia, mental manusia, hakikat manusia, kedudukan manusia, tujuan asasi hidup manusia, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup, dan lain-lain. P.A. van der Weij (1988: 6-7) menegaskan, bahwa manusia adalah suatu makhluk yang bertanya. Dari semula manusia berbakat filosofis sebagaimana tampak dengan jelas pada anak-anak. Bahkan manusia mempertanyakan dirinya sendiri, keberadaannya dan dunia seluruhnya. Manusia dapat diselidiki dalam kajian kefilsafatan. Menurut Theo Huijbers (1986: 10) dalam Manusia Merenungkan Makna Hidupnya, berpikir secara filsafat tentang manusia adalah mencari makna hidup yang benar, dengan sekaligus menilai secara kritis pandangan-pandangan yang telah dipegang lebih dulu tentang hidup manusia itu. Filsafat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia dan bagaimana hakikat dari manusia itu sendiri dan segala yang berkaitan pada manusia. Bisa juga diartikan filsafat manusia sebuah pandangan

21 21 tentang hakikat yang sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitannya yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam. Hakikat manusia adalah manusia itu merupakan berkaitan antara badan dan ruh, karenanya hakikat pada manusia adalah ruh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh saja, tanpa kedua subtansi tersebut tidak dapat dikatakan manusia (Munir, 2008: 12). Kajian filsafat manusia ini dipandang sebagai makluk yang memiliki kompleksitas di dalam dirinya. Dengan kata lain manusia terdiri atas unsur jamani dan rohani serta akal yang bisa menggerakkannya untuk melakukan suatu hal. Manusia juga bergantung pada lingkungan sosial dimana ia berada. Pertama, aspek unitas-kompleksitas manusia sebagai makhluk hidup yang terdiri dari berbagai taraf. Kedua, aspek historisitas yang mencakup persamaan dan perubahan di dalam proses. Ketiga, aspek sosialitas manusia yang mempunyai martabat pribadi dengan kebebasannya sehingga tidak boleh dikorbankan demi kepentingan yang lain (Hadi, 1996: 38-39). Manusia merupakan makhluk yang kompleks, dalam diri manusia terdapat kesatuan dan sekaligus keberagaman. Manusia terdiri dari badan dan jiwa, yang masing-masing mempunyai kegiatan, kemampuan, dan gaya serta perkembangannya sendiri. Kesatuan dan keberagaman jati diri manusia yang memberikan kekayaan kepada manusia, tetapi sekaligus menyebabkan kesulitan untuk memahaminya secara tepat tentang jati diri (Hadi, 1996: 25-26).

22 22 Manusia secara alamiah memilki hak-hak dasar yang tidak dapat diambil dan dicabut oleh orang lain. Kebebasan dan kemerdekaan bagi manusia. Kebebasan menjadi kepantasan untuk dimilki setiap individu mengingat individu memliki perangkat tubuh dan akal budi yang telah termiliki sejak lahir sebagai makhluk hidup. Beranjak dari sinilah dapat dipahami bahwa setiap individu memiliki kebebasan menjadi suatu keutamaan yang layak dimiliki manusia dan patut diakui karena dengan kebebasannya manusia dapat mengakses hak-haknya, terutama menyangkut hak-hak dasarnya, maka atas dasar inilah kebebasan dalam bertindak maupun berpikir sesuai dengan pilihannya sendiri serta absennya suatu batasan yang membatasi dirinya untuk bertindak memang selayaknya dimiliki manusia. Komleksitas keberadaan manusia mengarahkan pada sistem pengembangan dan penegakan konsep HAM. Hak Asasi Manusia menurut Hobbes adalah hak alamiah melekat dan dimiliki oleh setiap individu manusia dalam hidupnya. Hal ini dapat dikatakan Hak Asasi Manusia merupakan hukum alam (natural law) yang dianggap sebagai hukum yang tertinggi dan abadi pada alam, yang kemudian dijadikan acuan dalam pembentukan norma moral dan aturan tingkah laku manusia. Begitu juga, kebebasan menurut Hobbes adalah bersifat alamiah. Artinya dalam kondisi alamiah (state of nature), kebebasan merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri manusia. Karean itulah, manusia denga hak bebas nya beserta keuatan dan kekuasaan (power) selalu disesuaikan dengan kehendaknya dalam rangka pemeliharaan diri (Hobbes dalam Gaskin, 1996: 86).

23 23 Keberadaan manusia secara alamiah atau kodratnya tercipta dengan inderaindera, tubuh dan pikiran. Karenanya manusia memiliki kecakapan serta keunikan masing-masing, yakni keadaan alamiahnya manusia menunjukkan tidak ada manusia yang kuat dan lemah, karena pada kenyataannya manusia yang lemah bisa saja membunuh yang kuat. Ini berarti siapapun, keberadaan manusia tetap saja memiliki keadaan yang sama dimana setiap manusia memungkinkan untuk hidup dalam keadaan yang berbahaya. Untuk menghindari kondisi tersebut maka manusia seharusnya menghargai dan memandang keberadaan orang lain secara setara dan memiliki hak yang sama dan melekat secara alamiah. Berdasarkan hal tersebut, eksistensi pengembangan konsep HAM sebenarnya bermuara pada kesadaran seseorang tidak akan melanggar hak-hak orang lain agar hak-haknya sendiri juga tidak dilanggar oleh orang lain. F. Metode Penelitian 1. Bahan Penelitian Bahan dalam penelitian ini terdiri atas bahan primer yang diambil dari buku-buku yang secara langsung membahas tentang permasalahan yang akan diteliti. Selain bahan primer, penelitian ini juga menggunakan bahan sekunder yaitu bahan kepustakaan yang secara tidak langsung membicarakan masalah yang akan diteliti, namun masih relevan untuk dikutip sebagai pembanding. Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas:

24 24 a. Bahan Primer 1. Hobbes, Thomas, 1996, Leviathan diedit oleh J.C.A. Gaskin, New York Press: Oxford University Press Inc. 2. Martinich, A.P. 1992, The Gods Of Leviathan Thomas Hobbes On Religion and Politics, Texas: Depertement Of Philosophy Cambridge University Of Texas At Austin. 3. S.A. Lloyd, 2009, Morality in the Philosophy of Thomas Hobbes Cases in the Law of Nature, New York, Cambridge University Press. 4. Carl Schmitt, 1996, The State Theory of Thomas Hobbes, Meaning and Failure of Political Symbol, London: Greenwood Press, b. Bahan Sekunder 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun Tentang Hak Asasi Manusia. 2. Weij, P.A.V.D, 1988, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia, terj. K. Bertens, Jakarta: PT. Gramedia. 3. Lay, Cornelis. dkk. 2002, KOMNAS HAM Pergulatan Dalam Tradisi Politik. Yogyakarta: FISIPOL UGM 4. Ahmad, Baidlowi dan Bahehagi, Imam, 2009, Filsafat Politik; Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

25 25 5. Russell, Bertrand. 2002, Sejarah Filsafat Barat, terj. Sigit Jatmiko, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 6. Hardiman, F. Budi Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai Nietzsche. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 2. Jalan Penelitian Penelitian ini diadakan dalam tiga tahap jalan penelitian literer: a. Tahap pertama meliputi: 1) Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder sesuai lingkup penelitian. 2) Pembuatan kategori dengan menyatukan dan mengumpulkan dalam satu kesatuan tersistimisasi. b. Tahap kedua meliputi: 1) Klasifikasi data selanjutnya dilakukan pendeskripsian dan penginterpretasian. 2) Analisis data sesuai dengan pemahaman peneliti tentang gejala hal yang berhubungan dengan obyek penelitian. c. Tahap Ketiga meliputi: 1) Penyusunan draft hasil penelitian. 2) Penyusunan laporan hasil penelitian secara sistematis dan mengikuti format atau urutan baku dalam penelitian.

26 26 3. Analisis Hasil Penelitian Untuk memperoleh hasil maksimal yang diharapkan dari penelitian ini adalah menganalisis data secara ilmiah dalam sebuah penulisan karya ilmiah, tentu saja di perlukan metode sebagai sarana untuk memperoleh akurasi data yang dapat di pertanggung jawabkan secara akademis serta menghasilkan karya ilmiah yang sistematis. Adapun metode analisis yang digunakan sebagai berikut: a. Hermeneutika Peneliti menggunakan konsep hermeneutika Wilhelm Dilthey untuk menangkap kandungan makna esensial dari konsep hak alamiah manusia Thomas Hobbes. Hermeneutika Dilthey bertitik tolak dari filsafat hidup yang membutuhkan suatu pemahaman (Das Verstehen) dari historisitas dan pengalaman manusia (Mustansyir, 2009: 42). Verstehen bagi Dilthey termasuk interpretasi karena ia melibatkan penemuan kembali suatu makna yang tidak secara langsung jelas. Pemahaman tentang manusia tidak terlepas dari makna historisitas, karena manusia memahami dirinya melalui hidup, maka dibutuhkan interpretasi dalam suatu pemahaman (Mustansyir, 2009:45). Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menunjuk arti, mengungkapkan, menerangkan esensi nilai-nilai secara objektif yaitu makna tentang hak alamiah menurut Thomas Hobbes.

27 27 b. Heuristika Suatu metode untuk menemukan jalan baru dalam suatu ilmu pengetahuan bahkan pada filsafat itu sendiri (Peursen, 1985: ). Heuristika bertujuan untuk memahami kehidupan manusia secara umum dan dalam kehidupan sejarahnya. Dilthey berpandangan bahwa pertama, manusia hanya dapat dipahami melalui konsep tentang hidup. Kedua, manusia adalah makhluk menyejarah, karenanya hanya dapat diterangkan melalui sejarahnya (Kuntowijoyo, 2008: 3). Historisitas merupakan salah satu aspek yang memengaruhi manusia dalam membentuk jati dirinya, karena manusia selalu berkembang dalam ruang dan waktu. Peneliti mencoba menganalisis pemikiran Thomas Hobbes dengan tinjauan filsafat manusia sebagai acuan untuk menggali makna hak alamiah manusia, serta untuk menemukan relevansi pemikiran Thomas Hobbes dengan pengembangan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. G. Sistematika Penulisan Bab I merupakan bab pendahuluan. Terdiri atas latar belakang masalah yang menliputi masalah penelitian, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, analisis penelitian sistematika penulisan.

28 28 Bab II, berisi diskursus filsafat manusia, pembahasannya diawali dengan pengantar umum kajian filsafat terhadap manusia, pengertian filsafat manusia, metode filsafat manusia, ciri-ciri filsafat manusia, dan aliran-aliran filsafat manusia. Bab III, berisi biografi dan latar belakang pemikiran Thomas Hobbes meliputi riwayat hidup, Konteks Sosio-Historis ThomasHobbes, karya-karya Thomas Hobbes, tokoh-tokoh yang mempengaruhi Thomas Hobbes. Kemudian membahas pandangan Thomas Hobbes tentang manusia. Bab IV, berisi konsep Hak Alamiah Thomas Hobbes, diawali dengan historisitas konsep hak alamiah, dinamika pemikiran hak alamiah yang meliputi; landasan pemikiran hak alamiah, hak negatif dan hak positif. Hak alamiah: kepemilikan diri dalam kehidupan, yang meliputi; konsep moral: perwujudan nilai hak alamiah, kepemilikan diri: petunjuk adanya hak alamiah. Kemudian membahas teori kontrak sosial sebagai manifestasi hak alamiah, yang meliputi; kontrak sosial: jaminan atas perlindungan individu, negara sebagai produk kontrak sosial. Bab V, berisi relevansi hak alamiah Thomas Hobbes perspektif filsafat manusia dengan pengembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, diawali dengan permasalahan HAM, yang meliputi pengertian HAM dan sejarah perjuangan HAM, konsep pelaksanaan HAM dan perkembangan HAM yang meliputi perkembangan HAM di Indonesia dan penegakan HAM di Indonesia. Bab VI, berisi penutup, mencangkup kesimpulan dan saran.

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Modul ke: Pendahuluan Firman Alamsyah Ario Buntaran Fakultas Psikologi Program Studi S1 - Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Kontrak perkuliahan Tatap muka 14 x pertemuan

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah satu patokan untuk pengambilan keputusan-keputusan serta tindakan-tindakan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu : 1. Teori Demokrasi Klasik Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa pencerahan (Aufklärung) merupakan istilah yang digunakaan untuk menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada masa pencerahan,

Lebih terperinci

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini, BAB V PENUTUP Pada bab V penulis menyimpulkan keseluruhan pembahasan dalam skripsi. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan penulis ajukan dalam pembatasan masalah. Disamping itu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini mempunyai nilai keindahan. Nilai keindahan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang menjadi

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH BAGI POLITIK HUKUM. Negara perlu disatu sisi karena Negara merupakan institusi pelembagaan kepentingan umum dan di lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 09 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Hak Asasi Manusia : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM HAK ASASI MANUSIA Pengertian HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati yang fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA. Oleh : Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd. Pertemuan 4

FILSAFAT MANUSIA. Oleh : Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd.   Pertemuan 4 FILSAFAT MANUSIA Oleh : Drs. P. Priyoyuwono, M.Pd. email : petrus_priyoyuwono@uny.ac.id Pertemuan 4 A. PENDAHULUAN 1. Definisi Filsafat Manusia (FM) adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah- Nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN. Modul ke: 03Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN. Modul ke: 03Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: 03Fakultas Nurohma, FASILKOM NEGARA DAN PEMERINTAHAN S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika Pendahuluan DESKRIPSI Menjelaskan pengertian dan alasan terbentuknya negara, teori-teori

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar

Lebih terperinci

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran ix Tinjauan Mata Kuliah F ilsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara filsafat, yakni mengkaji hukum hingga sampai inti (hakikat) dari hukum. Ilmu hukum dalam arti luas terdiri atas dogmatik hukum,

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Sudah semestinya ia. kebebasannya dan menguasai orang lain. Keinginan yang demikian itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Sudah semestinya ia. kebebasannya dan menguasai orang lain. Keinginan yang demikian itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Sudah semestinya ia menunjukkan eksistensinya di muka bumi ini terhadap makhluk lainnya. Secara fitrah manusia itu

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Glosarium

Daftar Pustaka. Glosarium Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI MANUSIA by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI : - BENAR - MILIK /KEPUNYAAN - KEWENANGAN - KEKUASAAN UNTUK BERBUAT SESUATU : -

Lebih terperinci

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Hak Asasi Manusia Modul ke: Pada Modul ini kita akan membahas tentang pengertian, tujuan, perkembangan pemikiran, permasalahan penegakan dan lembaga penegak hak asasi manusia neg Fakultas DESAIN SENI KREATIF

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Filsafat (Philosophia) : - Philo/Philos/Philein yang berarti cinta/pecinta/mencintai. - Sophia yang berarti kebijakan/kearifan/hikmah/hakekat

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEHENDAK & KEBEBASAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEHENDAK & KEBEBASAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEHENDAK & KEBEBASAN Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Kehendak dan Kebebasan Kecuali memiliki pengetahuan yang merupakan

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Zainal, 2006, Filafat Manusia: Manusia Memahami Melalui Filsafat, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Zainal, 2006, Filafat Manusia: Manusia Memahami Melalui Filsafat, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 156 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal, 2006, Filafat Manusia: Manusia Memahami Melalui Filsafat, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Ahadian, Ridwan Indra, 1991, Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945, CV. Haji Masagung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan:

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: PENGANTAR SISTEM SOSIAL TKW 121 2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. KULIAH KE 2 HAKIKAT ILMU SOSIAL Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: a. Sosiologi merupakan ilmu

Lebih terperinci

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN KEWARGANEGARAAN HAM Hak Asasi Manusia Disusun oleh : Lanny Ariani (125100601111013) Khanza Jasmine (125100601111015) Budi Satriyo (125100601111017) Avia Intan Rafiqa (125100601111019) FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan definisi dan pengertian rule of law 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

A. Pengertian Pancasila

A. Pengertian Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI A. Pengertian Pancasila Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara Welfare State (Negara Kesejahteraan) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Peradilan administrasi merupakan salah satu perwujudan negara hukum, peradilan administrasi di Indonesia dikenal dengan sebutan Pengadilan Tata Usaha Negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem Filsafat PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07 Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pendahuluan Pancasila merupakan filsafat bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hak Asasi merupakan isu pesat berkembang pada akhir abad ke-20 dan pada permulaan abad ke-21 ini, baik secara nasional maupun internasional. Hak Asasi Manusia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

Negara Hukum. Manusia

Negara Hukum. Manusia Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara hukum / Rule of Law / Rechtsstaat yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa Negara demokrasi adalah negara hukum, namun negara hukum belum

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA Oleh : DENY KURNIAWAN NIM 11.11.5172 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI, DR, M.MA. KELOMPOK E PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Ekonomi disuatu Negara memang sudah menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan karena pada hakikatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen Modul ke: 06Fakultas Gunawan Ekonomi PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen Latar belakang Teori dan Konsep Globalisasi telah mengancam bahkan menguasai

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa memahami sejarah perkembangan ilmu politik Mahasiswa menganalisa perkembangan ilmu politik SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK Dapat kita kaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana tercantum pada Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan secara tegas bahwa Indonesia merupakan Negara Hukum. Maka

Lebih terperinci

http://sasmini.staff.hukum.uns.ac.id Mengapa Filsafat Eropa.? KEBUDAYAAN YUNANI (PLATO DAN ARISTOTELES) ==> ALEXANDER AGUNG (ROMAWI) PENYEBARAN HELLENISME PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN 1. ZAMAN YUNAN-_ROMAWI

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM HAK AZASI MANUSIA Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri Latar Historis dan Filosofis (1) Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hak-haknya sebagai manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara kita (Indonesia) tentang pendidikan juga diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan Pengertian dan

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi dan perubahan sosial, tidak hanya perubahan-perubahan yang berlangsung dengan intensif ditingkat

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT

PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Di susun oleh NAMA : Aji Guruh Prasetyo NIM : 11.11.4619 PROGRAM JURUSAN : TI : Teknik Informatika

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS Tugas Makalah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. Konsep Manusia Dalam Berbagai Sudut Pandang Pencarian makna dan hakekat manusia dilakukan melalui berbagai pendekatan. Para filosuf memahami manusia

Lebih terperinci

Teori Asal Mula Negara Andrie Irawan, SH., MH

Teori Asal Mula Negara Andrie Irawan, SH., MH Teori Asal Mula Negara Andrie Irawan, SH., MH Teori Perjanjian Masyarakat Dalam ilmu politik dikenal 2 jenis perjanjian masyarakat yaitu perjanjian masyarakat sebenarnya (pactum unionis atau social contract

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara

Lebih terperinci

BAB XII. Aktualisasi Pancasila dalam Lingkungan Perguruan Tinggi

BAB XII. Aktualisasi Pancasila dalam Lingkungan Perguruan Tinggi BAB XII Aktualisasi Pancasila dalam Lingkungan Perguruan Tinggi 1. Pemahaman Aktualisasi Aktualisasi adalah sesuatu mengaktualkan. Dalam masalah ini adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila itu benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek pembaharuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana tersangka dari tingkat pendahulu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Materi Ini Memuat : Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi Humas 2 Latar belakang Teori dan Konsep Globalisasi telah mengancam bahkan menguasai eksistensi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA Disusun Oleh: Nama : Heruadhi Cahyono Nim : 11.02.7917 Dosen : Drs. Khalis Purwanto, MM STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci