BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Sudah semestinya ia. kebebasannya dan menguasai orang lain. Keinginan yang demikian itu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Sudah semestinya ia. kebebasannya dan menguasai orang lain. Keinginan yang demikian itu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Sudah semestinya ia menunjukkan eksistensinya di muka bumi ini terhadap makhluk lainnya. Secara fitrah manusia itu sama. Manusia dalam keadaan alamiah ingin mempertahankan kebebasannya dan menguasai orang lain. Keinginan yang demikian itu disebabkan karena naluri. Manusia ketika ingin mempertahankan dirinya ada hanya hukum alam, yaitu bahwa setiap orang berhak untuk berbuat dan memiliki segala sesuatu yang dianggap perlu guna mempertahankan diri. Akibatnya ialah bahwa mereka bertengkar, dan pertengkaran ini menimbulkan perang total, semua orang memerangi semua orang. Perang yang demikian menjadikan hidup menjadi buruk, kasar dan singkat. Manusia di dalam perang total itu kebajikan pokok ialah kekuatan dan kecurangan (Hadiwijono, 1980:34). Setiap manusia berhak mengatur dirinya dan kehidupannya masing-masing tanpa ada intervensi dari manusia yang lainnya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai akal dalam mengambil tindakan, sikap, gaya hidup dan menjalankan aktivitas lainnya dengan secara sadar dan penuh kebebasan. Manusia seperti inilah menjadi manusia yang sebenarnya sadar dengan eksistensinya sendiri. Manusia dalam sejarah pemikiran tentangnya dari abad ke abad terdapat pelbagai bentuk pemikiran yang disampaikan oleh para filsuf. Pemikiranpemikiran yang disampaikan itu tidak jarang memiliki perbedaan prinsip yang satu dengan yang lain, karena masing-masing memiliki titik tolak, latarbelakang 1

2 2 pemikiran, sudut pandang yang berbeda pula bahkan tak jarang terjadi kontroversi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya berbagai macam corak dan aliran pemikiran tentang manusia. Manusia dalam sejarah perkembangan filsafat senantiasa menjadi pusat pemikiran para filsuf dari zaman ke zaman. Meskipun para filsuf dalam mengisi tujuan formal, yakni menetapkan isi material dari pengertian manusia sempurna terdapat berbagai macam corak dan paham. Bahkan tidak jarang terjadi kontroversi di antara para filsuf oleh karena titik tolak dan anggapan yang sangat berbeda. Kontroversi ini kadang berlanjut dengan munculnya pendirian tentang hakikat manusia yang sering justru mempersempit wawasan dengan pemutlakan atas beberapa unsur dan karakter manusia dan tidak mengembangkan pemikiran lebih jauh lagi. Manusia sejak semula telah menarik perhatian dirinya sendiri. Keseluruhan segi dari padanya benar-benar memaksa perhatian untuk ditujukan kepadanya, apakah itu wujud yang dapat dilihat oleh mata ataukah wujud yang dapat ditangkap oleh indera yang lain; apakah tingkah laku sehari-hari beserta akibat berantai yang ditimbulkan; dan lebih lagi hal-hal yang ada di dalam manusia itu sendiri yang adanya serta gejala-gejalanya benar-benar selalu menimbulkan tanda yang belum terjawab dengan memuaskan, atau masih selalu menjadi bahan perenungan terus-menerus (Sanadji, 1985: 4). Dahler mengemukakan, bahwa manusia dari abad ke abad merupakan permasalahan yang fundamental, manusia merupakan problem, suatu persoalan bagi dirinya sendiri. Pertanyaan tentang apakah dan siapakah manusia itu,

3 3 merupakan sebuah pertanyaan besar yang selalu mengganggu pikiran manusia dari abad ke abad (Dahler, 1971: 15). Objek material penelitian ini menggunakan studi kasus konflik kepentingan antara Koalisi Merah Putih dengan Koalisi Indonesia Hebat. Dua koalisi kepentingan politik ini telah membuat manusia yang bergabung di dalamnya menjadi semakin buruk sebagaimana yang diungkapkan dalam teori Filsafat manusia Thomas Hobbes. Konflik dua kubu antara koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih adalah sebagai realitas sosial yang ada di negara kita tercinta terjadi pada tahun 2014, bertepatan dengan pemilihan presiden Republik Indonesia yang ke tujuh. Konflik dua koalisi ini terjadi karena adanya persaingan antara keduanya untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia. Dua koalisi ini bertarung untuk mendapatkan kekuasaan dan pemerintahan Indonesia selama lima tahun ke depan. KMP dan KIH melakukan berbagai hal dari hal yang paling baik hanya untuk mengambil simpati masyarakat agar memilihnya pada pemilihan presiden. Dua koalisi ini saling menyerang satu sama lain dari segala sisi, agama, suku, ras, budaya, dan lain sebagainnya. Hal ini untuk menjatuhkan musuh dalam bersaing agar salah satu dari mereka menjadi pilihan masyarakat. Masalah yang diperdebatkan KMP dan KIH: 1. Persaingan diawali dengan pemilihan presiden, 2. Pengesahan UU MD3, 3. Pengesahan tata tertib DPR, 4. Pengesahan UUD Pilkada,

4 4 5. Pemilihan pimpinan DPR, 6. Pemilihan paket pimpinan MPR. Masalah di atas tersebut akan peneliti bahas tentang realitas manusianya dengan mengunakan hakekat manusia dari Thomas Hobbes. Hobbes mengatakan bahwa manusia adalah pusat segala persoalan sosial dan politik. Hobbes dalam hal ini memberikan sumbangan berarti dalam usaha manusia memahami dirinya. Hobbes mengatakan bahwa, manusia tidak bisa didekati dengan pendekatan normatif religius, karena pendekatan seperti ini semakin menjauhkan manusia dari realitas sosial. Cara terbaik untuk mendekati manusia menurut Hobbes adalah dengan melihat manusia sebagai sebuah alat mekanis dan memahaminya dari pendekatan matematis geometris (Suhelmi, 2011: 169). Hobbes mengakui kekuatan akal dan naluri dalam mengendalikan perilaku manusia adalah sama kuatnya. Akal akan lebih dominan menentukan perilaku manusia daripada naluri, sementara di lain kesempatan naluri lebih berperan. Alam memang telah menentukan demikian. Menurut Hobbes dalam keadaan alamiah, manusia secara alamiah setara, manusia bisa bertindak semata-mata mengikuti keinginan-keinginan dirinya, yaitu memuasakan hawa nafsunya. Manusia akan selalu berusaha menemukan cara dan jalan untuk mencapai apa pun yang membuatnya senang. Sebaliknya, karena naluri itu pula membuatnya berusaha dengan jalan apapun menghindari apa pun yang tidak disukainya. Hobbes mengatakan bahwasannya kehidupan manusia hanyalah suatu usaha terus menerus memuasakan hawa nafsu dan mencari kebahagiaan dan menghindari apa yang tidak disukainya (Suhelmi, 2011: ).

5 5 Mengenai teori tentang manusia Hobbes di atas, menjelaskan bahwasanya memang benar manusia itu mempunyai hasrat yang paling tinggi adalah mempertahankan dirinya masing-masing di depan orang lain agar keberadaannya aman dan damai dari ancaman manusia di sekitarnya. Hakikat manusia yang sebenarnya jika di hubungkan dengan Hobbes adalah manusia yang merdeka dari segala kesedihan dan kesengsaraan yang diperbuat orang lain kepadanya, dan selalu mewaspadai manusia yang berada di sekitarnya karena menurutnya adalah manusia yang lain itu ancaman bagi dirinya sendiri. Mansuia selalu ingin berusaha sebelum diserang oleh manusia di sekelilingnya. Manusia selalu ingin menyerang manusia yang lain terlebih dahulu. Konflik yang terjadi di antara manusia yang bergabung di dalam kelompok Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalsisi Merah putih adalah manusia yang serigala bagi manusia yang lainnya. Mengapa demikian, karena kedua kelompok itu sama-sama mengancam satu sama lainnya demi merebut kekuasaan pemerintahan, jika kekuasaan itu didapatkan dari salah satu kelompok maka itulah yang disebut kebahagian dalam filsafat manusia Thomas Hobbes. Maka dari itu Koalisi Indonesia Hebat adalah ancaman bagi Koalisi Merah Putih dan juga sebaliknya juga. Hakikat alamiah yang melekat pada diri manusia itulah menurut Hobbes yang melahirkan persaingan sesama manusia, dalam usaha memaksimalisasi kebahagiaan dan meminimalisasi penderitaan diri, manusia akan berhadapan dengan manusia lain. Maka ada sebagian manusia yang akan lebih berhasil mencapai lebih banyak kebahagiaan dan sedikit penderitaannya, tetapi di lain

6 6 pihak sebagian besar manusia lainnya lebih banyak menderita dari pada memperoleh kebahagiaan. manusia yang kalah dalam persaingan itu akan tersingkir, dan yang menang akan berkuasa (Suhelmi, 2011: 171). Hobbes menegaskan bahwa persaingan itu melahirkan rangsanganrangsangan alamiah untuk menggunakan kekuasaan dalam diri manusia, dalam menghadapi persaingan, manusia terdorong untuk menggunakan kekuasaan yang ada padanya. Kecenderungan itu semakin kuat menginggat manusia pada dasarnya adalah makhluk pemburu kekuasaan. Berdasarkan asumsi itu, Hobbes berpendapat bahwa kehidupan manusia akan selalu diwarnai oleh persaingan dan konflik kekuasaan. Kekerasan menjadi alat paling mampu yang sering digunakan dalam persaingan dan konflik itu. Tak mengherankan menurut Hobbes bila kemudian secara alamiah manusia akan saling memerangi manusia lainnya. Manusia akan menjadi serigala bagi manusia yang lainnya (homo homini lupus). Semua manusia akan berperang melawan semua (bellum omnium contra omnes. (Suhelmi, 2011: ) Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apa konflik mendasar antara KMP dan KIH? b. Bagaimana hakikat manusia menurut Thomas Hobbes? c. Bagaimana Konflik antara Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih ditinjau dari hakikat manusia Thomas Hobbes?

7 Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran peneliti, tidak ditemukan tulisan yang membahas mengenai filsafat manusia Thomas Hobbes. Hanya ada satu itupun membahas tentang asal mula negara dengan menggunakan pemikiran Thomas Hobbes. Berdasarkan penelusuran peneliti di lingkup Universitas Gadjah Mada dan universitas lainnya belum ada penelitian filsafat manusia dalam pemikiran Thomas Hobbes untuk meninjau konflik antara Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih.karena itu penelitian ini dapat dikatakan baru pertama kali dilakukan serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya Manfaat Penelitian 1) Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan sudut pandang yang baru mengenai hakikat manusia yang terjadi di dalam kelompok konflik kepentingan politik yang tergabung pada Koalisi Merah Putih dengan Koalisi Indonesia Hebat ditinjau dari filsafat manusia seorang filsuf Thomas Hobbes. 2) Bagi Ilmu Filsafat Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu kajian pustaka bagi akademisi jurusan ilmu filsafat, terutama konsentrasi terhadap Filsafat pada Manusia.

8 8 3) Bagi Bangsa dan Negara Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan manusia perpolitikan di Indonesia yang terjadi pada tahun 2014 terjadinya perebutan kekuasaan di antara dua koalisi yang mengatasnamakan kepentingan rakyat namun merugikan rakyat itu sendiri. Penelitian ini juga diharapkan untuk memberikan serta membangun kesadaran kepada politikus atau wakil rakyat atas tanggungjawab yang diamanahkan kepadanya, serta dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan dasar konflik antara KMP dan KIH. b. Menjelaskan secara deskriptif mengenai hakikat manusia menurut Thomas Hobbes. c. Menganalisis secara kritis kasus konflik antara KMP dan KIH dari tinjauan filsafat manusia Thomas Hobbes. 1.3 Tinjauan Pustaka Manusia adalah makhluk yang mempunyai akal. Manusia di dalam kehidupan sehari-hari manusia tahu tentang pekerjaannya, tentang rumahnya dan keluarganya, tentang kepandaian dan kekurangan-kekurangannya. Manusia membawa serta pengalaman dan macam-macam warisan, manusia menyusun rencana dan proyek-proyek baru. Aneka unsur dan aspek keadaan manusia diselidiki secara metodis-sistematis di dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan

9 9 kemudian pengetahuan itu dipergunakan secara terarah di dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, ilmu-ilmu eksakta meneliti manusia menurut unsur-unsur yang menyerupakannya dengan hal-hal yang bukan manusiawi. Unsur-unsur yang lebih khas manusiawi dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu sejarah, sosiologi, ilmu hukum, psikologi, dan antropologi budaya (Bakker, 2000: 11) Kehidupan manusia tidak bisa dihindari dari konflik. Manusia adalah makhluk yang sering melakukan kesalahan dan banyak kekurangan, dari masalah manusia tersebut menimbulkan perbedaan-perbedaan pendapat atau kepentingankepentingan yang bersifat individu maupun kelompoknya masing-masing. Dari hal tersebutlah menimbulkan konflik diantara manusia. Konflik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Konflik adalah kondisi yang terjadi ketika individu dan atau kelompok yang berbeda terlibat dalam kompetisi untuk mencapai tujuan-tujuan yang dipersepsikan sebagai tujuan yang tidak sejalan. Seringkali konflik terjadi secara disfungsional, yaitu berjalan melalui kompetisi yang tidak normal dengan menggunakan kekerasan fisik dan psikis. Penelitian ini akan membahas objek materinya adalah konflik antara Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah putih dengan tujuan agar sedikit bisa memberikan kontribusi serta menjawab permasalahan yang terjadi di antara keduanya. Perseteruan KIH dengan KMP di DPR sebagai imbas kekecewaan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada Pilpres 2014 yang lalu, mengalahkan Prabowo yang diusung KMP.

10 10 Politisi PDI-P Aria Bima yakin konflik ini akan segera berakhir, demikian ungkapnya dalam wawancara dengan Kompas.com. Ketua DPR Setya Novanto mengisyaratkan akan segera berakhirnya konflik antara kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP). "Doakan saja, minggu ini konflik itu berakhir," ujar Setya saat hendak pulang dari Kompleks Parlemen, Selasa (4/11/2014). Setya mengatakan, dua petinggi partai politik yang merepresentasikan dua kekuatan politik di parlemen telah menjalin komunikasi. Arya Bima yakin pertemuan itu memberikan sinyal baik bagi DPR. Fraksi-fraksi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) menggelar rapat konsultasi tandingan soal alat kelengkapan dewan (AKD) di ruang Pansus B, Gedung DPR, Jakarta. Wakil Ketua DPR sementara versi KIH, Effendi Simbolon mengatakan, rapat tersebut sebagai bentuk ketidakpercayaan atas pembentukan pimpinan komisi oleh Koalisi Merah Putih (KMP). "Kami tidak mengakui keabsahan pembentukan AKD dan pembentukan pimpinan komisi yang dibentuk oleh koalisi Prabowo (Subianto)," kata Effendi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/11/2014). Saling sikut antara KMP dan KIH bersumber dari pemilihan presiden (Pilpres). Ajang mengejar kekuasaan ini kemudian berkelanjutan di pemerintahan yang baru. Elite partai tidak mempertimbangkan dampaknya. Refli Harun mengatakan dalam menetapkan suatu keputusan dan kebijakan di DPR diambil melalui musyawarah mufakat, bukan saling mau menang sendiri dengan melakukan segala cara (Harun, 2014:1).

11 Landasan Teori Filsafat manusia adalah bagian atau cabang filsafat yang mengupas apa artinya menjadi manusia (Leahy, 1993: 1). Filsafat manusia mencoba memberi jawaban terhadap pertanyaan sebagai berikut: apakah dan siapakah manusia itu?. Apakah makna hidup dan berkegiatan itu?. Jadi, filsafat manusia tidak menciptakan persoalan mengenai manusia, tetapi menemukan, mengakui, merumuskan, memeriksa secara kritis dan berusaha tanpa mengenal lelah untuk memberikan jawaban, yang diharapkan dapat menyinari permasalahan konkret dan eksistensial (Sastra-pratedja, 1983:15). Filsafat manusia telah kerap kali dinamakan psikologi filosofis atau psikologi rasional sebagai lawan dari psikologi ilmiah, eksperimental, atau empiris. namun nama ini menimbulkan keberatan bahwa terlalu menekankan satu sudut manusia saja, ialah kehidupan sadar, sebab psyche berarti jiwa. Filsafat manusia membicarakan manusia seluruhnya, dengan segala sudutnya, maka jaman sekarang memakai nama antropologi. Nama itu berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti manusia, tetapi nama ini juga terpakai untuk menunjukkan ilmu-ilmu yang menyelidiki manusia secara positif, misalnya menurut aspek budaya, turunan, dan lain-lain; terutama dalam bahasa Inggris: anthropology. Oleh karena itu perlu diberi penjelasan tambahan, dan disebut antropologi filsafati untuk menunjukkan orientasi umum atau antropologi metafisik agar dengan khusus dipentingkan metode filosofis yang dipergunakan (Leahy, 1993: 1; Bakker, 2000: 18).

12 12 Manusia menurut Thomas Hobbes adalah makhluk yang sangat menginginkan kenikmatan dan keinginan menjauhi rasa sakit. Karena itulah, apa pun yang yang dilakukannya adalah demi memuaskan keinginannya dan untuk pemeliharaan diri. Keinginan itu bersifat individual. Jadi, kenikmatan yang diinginkannya adalah kenikmatan pribadi. Selain itu, manusia juga ingin menghindari dari penyakit secara pribadi (Rahman, 2013: ). Karena manusia ingin memuaskan keinginannya sendiri, maka manusia dalam melakukan apa pun bentuknya memiliki maksud untuk memuaskan kepentingannya sendiri. Manusia dalam usaha meraih kepentingan pribadi ini saling bersaing antar satu dengan yang lainnya. Persaingan ini dilakukan untuk memperebutkan sesuatu yang dapat mendatangkan kenikmatan dan menghilangkan rasa sakit. Manusia dalam persaingan ini tidak segan-segan untuk menundukkan dan menguasai sesamanya (Rahman, 2013: 259). Kekuasaan sangat penting bagi manusia. Tidak hanya untuk menguasai materi berupa harta benda, melainkan juga untuk dapat menguasai sesamanya. Manusia dengan menguasai sesamanya, akan memiliki budak-budak dari golongannya sendiri untuk mendatangkan kenikmatan pribadi dan pemeliharaan diri. Hobbes mengganggap kekuasaan sebagai sarana untuk mendapatkan kenikmatan dan pemeliharaan diri (Rahman, 2013: 259). Berdasarkan alasan tersebut, Hobbes pun menegaskan bahwa manusia yang bijaksana adalah manusia yang mampu memenuhi secara maksimal keinginankeinginannya dan menghindari rasa sakit untuk kesejahteraan individualnya. Oleh karena itu, manusia yang tidak mampu memenuhi keinginannya adalah manusia

13 13 yang lemah, manusia yang tidak bermartabat yang hanya bisa menjadi budak bagi manusia yang bijaksana. Oleh sebab itu, bagi Hobbes, yang terjadi dalam kehidupan sosial tak kurang dari perang semua melawan semua (bellum omnis contra omnia). Manusia dalam perang tersebut adalah serigala bagi sesamanya (homo homini Lupus) (Rahman, 2013: ). 1.5 Metode Penelitian Untuk melaksanakan penelitian ini maka diperlukan suatu metode penelitian yang sistematis agar mendapatkan hasil yang baik. Penelitian ini akan disusun secara runtut dari awal sampai akhir secara sistematis Bahan dan Materi Penelitian Bahan dan materi penelitian berfungsi sebagai sumber penting dalam pengambilan data. Adapun proses pengambilan data didapatkan dengan mencari dan memahami konflik antara kelompok manusia KMP dan KIH melalui berbagai macam media baik cetak maupun elektronik lainnya. Selain itu juga, dilakukan kajian pustaka pada buku, jurnal, majalah, ataupun koran yang mengulas atau menerbitkan berita yang berkaitan dengan konflik Koalisi tersebut. Penelitian kepustakaan ini menggunakan bahan dan materi penelitian melalui penulusuran pustaka yang membahas tema terkait objek formal dan objek material penelitian yaitu sumber pustaka yang mengulas tentang Konflik yang terjadi terhadap manusia KMP dan KIH, serta membahas teori filsafat manusia Thomas Hobbes. Bahan dan materi penelitian terdiri dari dua bagian yaitu sebagai berikut. a) Sumber Primer 1) Hobbes, Thomas Leviathan, Middlesex England: Penguin Books

14 14 2) Bakker, Anton Antropologi Metafisik, Yogyakarta: Kanisius 3) Sumber Primer dalam penelitian ini adalah artikel dan karya ilmiah serta surat kabar yang berkaitan dengan konflik KMP dan KIH, dan buku-buku yang terkait pembahasan teori Filsafat manusia Thomas Hobbes. b) Sumber Sekunder 1) Skripsi yang ada kaitannya dengan tema penelitian baik menggunakan objek materinya maupun objek formalnya. 2) Buku, artikel, karya ilmiah, surat kabar, jurnal, dan media baik cetak maupun elektronik yang mengulas tentang Manusia maupun teorinya Thomas Hobbes Tahapan Penelitian Adapun tahapan penelitian yang diambil oleh peneliti berjalan berdasarkan tahap demi tahap, yaitu sebagai berikut: 1) Pengumpulan data kepustakaan yaitu pencarian literatur yang berkaitan dengan tema konflik KMP dan KIH dan data yang menyangkut filsafat manusia Thomas Hobbes.Pada tahapan ini penelitian dilakukan dengan mengumpulkan berbagai datum yang menunjang bagi penelitian, baik objek material maupun objek formal. 2) Pengklasifikasian dan pengolahan data yaitu mengelompokkan data yang terkait dengan objek formal dan obek material, dan melakukan analisis terhadap data tersebut.pada tahapan ini dilakukan klasifikasi terhadap data yang telah terkumpul. Pengklasifikasian ini bertujuan untuk membedakan data untuk objek formal dan objek material.

15 15 3) Penyusunan penelitian yaitu Setelah melakukan pengklasifikasian data maka tahapan berikutnya adalah penyusunan data penelitian yang sistematis dan objektif. Peneliti juga akan merumuskan analisis mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian Teknik Pengelolaan Data Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada buku Metodelogi Penelitian Filsafat karangan Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair (1994) penelitian ini merupakan penelitian tentang teori ilmiah yang menggunakan metode hermeneutika filosofis dengan model penelitian studi pustaka (library research). Setelah data terkumpul dan relevan untuk dikaji dan dianalisis dengan unsur metodis yang merupakan bagian terpenting dalam memproses data dan penyusunan secara ilmiah dengan unsur metodis berikut. 1) Deskripsi Seluruh hasil penelitian dibahasakan agar menjadi kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiranseperti halnya antara badan dan jiwa. Sebagaimana dalam ilmu sosial diberikan pendekripsian kasus kongkrit, demikan juga dalam penelitian filsafat disajikan deskripsi objek, dan situasi secara cermat agar pembahasan dalam penelitian dapat dipahami dengan jelas, sehingga suatu deskripsi merupakan salah satu unsur hakiki untuk menemukan eidos pada suatu fenomena tertentu. Sehingga memberikan uraian dan gambaran menyeluruh tentang hasil yang diinterpretasikan (Bakker, 1994: 54). Dalam penelitian ini akan mendiskripsikan tentang objek material yang berhubungan dengan konflik KMP dan KIH secara sistematis dan objektif, serta

16 16 akan mendiskripsikan juga objek formalnya dengan menggunakan teori Manusia Thomas Hobbes. 2) Interpretasi Setiap penelitian dalam pelaksanaannya melibatkan peneliti berhadapan dengan kenyataan yang dapat berupa fakta, peristiwa, ataupun data. Karena pada dasarnya interpretasi berarti bahwa tercapai pemahaman benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari (Bakker, 1994: 42). Peneliti akan menginterpretasikan data yang dikumpulkan secara teliti dan objektif. 3) Holistika Holistika merupakan corak khas dan suatu kelebihan dalam konsepsi seperti filosofis, sebab justru filsafat berupaya mencapai kebenaran yang utuh. Penelitian filsafat ini subjek yang menjadi objek studi, tidak hanya dilihat secara atomistis, yaitu secara terisolasi dari lingkungan, maka manusia hanya dapat dipahami dengan memahami seluruh kenyataan dalam hubungan dengan dia, dan dia sendiri dalam hubungan dengan segalanya (Bakker, 1994: 46). Peneliti akan memahami masalah secara utuh tidak parsial apalgi subjektif, guna penguatan argumentasi yang akan dibagun oleh peneliti. 4) Refleksi Dengan unsur metodis ini penulis akan berupaya merefleksikan secara kritis mengenai konflik KMP dan KIH yang ditinjau dari sudut pandang filsafat manusia Thomas Hobbes dengan menjelaskan secara objektif kelebihan dan kekurangan teori filsafat manusia ketika digunakan untuk meninjau problema

17 17 konflik KMP dan KIH. kemudian menguraikan pandangan khas penulis sebagai sebuah saran dan kesimpulan. 1.6 Hasil Yang Dicapai Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Deskripsi tentang konflik mendasar antara KMP dan KIH. 2. Deskripsi tentang pemahaman hakikat manusia menurut Thomas Hobbes. 3. Analisis kritis tentang konflik mendasar KMP dan KIH dalam tinjauan Filsafat manusia Thomas Hobbes. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut. BAB I: berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai, sistematika penulisan dan daftar isi. BAB II: berisi tentang pembahasan objek formal penelitian yaitu mendiskripsikan teori hakikat filsafat manusia Thomas Hobbes. BAB III: berisi uraian tentang objek material penelitian yaitu menjelaskan akar masalah yang terjadi konflik antara KMP dan KIH. BAB IV: berisi penjelasan mengenai tinjauan filsafat manusia Thomas Hobbes terhadap Konflik KIH dan KMP.

18 18 BAB V: berisi penutup memuat kesimpulan dan saran terkait dengan inti penelitian terhadap manusia dari sudut pandang filsuf Thomas Hobbes melihat Konflik KMP dan KIH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan:

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: PENGANTAR SISTEM SOSIAL TKW 121 2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. KULIAH KE 2 HAKIKAT ILMU SOSIAL Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: a. Sosiologi merupakan ilmu

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemberitaan media massa di Indonesia meningkat dengan intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak munculnya Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

Analisis Isi Media Judul: MIP No.218 Jelang Pemilihan Ketua MPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 06/10/2014

Analisis Isi Media Judul: MIP No.218 Jelang Pemilihan Ketua MPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 06/10/2014 Analisis Isi Media Judul: MIP No218 Jelang Pemilihan Ketua MPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 06/10/2014 Sebaran Media Pemberitaan media hari ini tercatat ada 15 media baik daring, cetak, maupun elektronik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

Diterjemahkan oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm.

Diterjemahkan oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm. Filsafat Antropologi 1 Filsafat antropologi merupakan salah satu cabang dari filsafat teoritika. Selain itu filsafat antropologi juga dapat disebut sebagai ilmu. Palmquis memahami bahwa filsafat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah satu patokan untuk pengambilan keputusan-keputusan serta tindakan-tindakan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) 0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Oleh : Septy Indriyani (15105244006) Teknologi Pendidikan A A. PENDAHULUAN Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

M. Hamid Anwar, M. Phil.

M. Hamid Anwar, M. Phil. M. Hamid Anwar, M. Phil. Email: m_hamid@uny.ac.id Objek material Objek Formal : Pendidikan : Filsafat Philein/ Philos : Cinta Shopos/ Shopia : Kebijaksanaan Sebuah Upaya untuk mencapai kebijaksanaan dengan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa pencerahan (Aufklärung) merupakan istilah yang digunakaan untuk menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada masa pencerahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana tercantum pada Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan secara tegas bahwa Indonesia merupakan Negara Hukum. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Filsafat (Philosophia) : - Philo/Philos/Philein yang berarti cinta/pecinta/mencintai. - Sophia yang berarti kebijakan/kearifan/hikmah/hakekat

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat

BAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat 93 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan antara Pemerintah Daerah dan Dewan

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah

Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah Tugas Ringkasan Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah Imelda Polii Pracecilia Damongilala Anastania Maria Stephanie Bokong Pontoh UNIVERSITAS SAM RATULANGI TEKNIK ARSITEKTUR MANADO 2006 PANCASILA SEBAGAI

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI sejak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI sejak Reformasi 1998 hingga kini terus menjadi soroton oleh berbagai kalangan, seperti media massa, Lembaga

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Kelima butir sila yang

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Kelima butir sila yang 209 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Kelima butir sila yang memuat nilai luhur bangsa diringkas Soekarno ke dalam nilai gotong-royong. Fakta bahwa masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan. sistematis untuk mewujudkan kebenaran.

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan. sistematis untuk mewujudkan kebenaran. BAB III METODE PENELITIAN Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di wilayah publik transseksual dipandang sebagai perbuatan yang melanggar hukum, tabu, dan dosa. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU:

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: SUMBER PUSTAKA ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR, Dra. Elly M. Setiadi, M.Si, dkk. TIU : Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008; Mahasiswa dapat memahami dan

Lebih terperinci

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME Maully Syifa Devinta, Ni matul Azizah, Reny Hanim Anggraini A. Pengertian Epistemologi. Epistemologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia memiliki di dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak. Manusia

Lebih terperinci

BAB IV MODEL PENELITIAN FILSAFAT

BAB IV MODEL PENELITIAN FILSAFAT BAB IV MODEL PENELITIAN FILSAFAT 4.1 PENDAHULUAN Bab IV ini menjelaskan tentang model-model penelitian filsafat. Mengapa penelitian filsafat memerlukan model? Bab IV ini memerlukan wawasan mahasiswa tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan hukum ataupun Pemerintah pasti melibatkan soal tanah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan hukum ataupun Pemerintah pasti melibatkan soal tanah, oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah bagi kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting, karena setiap kegiatan yang dilakukan baik perseorangan, sekelompok orang, suatu badan hukum ataupun

Lebih terperinci

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan

Lebih terperinci

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Modul ke: Pendahuluan Firman Alamsyah Ario Buntaran Fakultas Psikologi Program Studi S1 - Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Kontrak perkuliahan Tatap muka 14 x pertemuan

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, 58 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau bisa disebut juga metode riset ini memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, yang berarti ilmu yang menerangkan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Modul ke: Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Filsafat dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok masyarakat, rumah tangga juga merupakan sendi dasar dalam membina dan terwujudnya suatu negara. Indonesia

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014 RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 15/PUU-XIII/2015 Hak Interpelasi, Hak Angket, Hak Menyatakan Pendapat, dan komposisi jabatan wakil komisi Dewan Perwakilan Rakyat I. PEMOHON Abu Bakar. KUASA HUKUM Munathsir

Lebih terperinci

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA 0 L E H Dra. SALLIYANTI, M.Hum UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2004 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR....i DAFTAR ISI...ii BAB I. PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai BAB III METODE PENELITIAN Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai pengalaman subjek yang menderita HIV positif. Teori Viktor E. Frankl dalam penelitian ini dinyatakan bukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah kampanye/campaign. Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi alumunium batangan, dengan mutu sesuai standar internasional

Lebih terperinci

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era global dewasa ini terutama dalam bidang teknologi informasi menjadikan internet tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi seperti mengirim

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kepuasan pernikahan pada pasangan suami dan istri yang terlibat dalam dual career family berdasarkan aspek-aspek

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 2011:310) dengan radio rumah tangga pada tahun 1920-an. Selanjutnya pada tahun 1940-an diciptakan

Lebih terperinci

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,

Lebih terperinci