KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN OPERATOR PRODUKSI DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP) KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN OPERATOR PRODUKSI DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP) KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN OPERATOR PRODUKSI DI PT PERTAMINA EKSPLORASI DAN PRODUKSI (EP) KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2014 The Relationships With Working Shift Production Operator Of Fatigue In PTPertamina Exploration And Production (EP) Balongan District Indramayu 2014 Sarinah Basri K.,S.KM.,M.Kes 1, Silvia Apriliani 2 1 Staf Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra 2 Mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra Abstrak Sistem shift kerja sudah menjadi salah satu konsekuensi dari industri, dimana proses kegiatan produksinya berlangsung secara terus menerus selama 24 jam. Pekerjaan yang dilakukan lebih dari 8 jam/hari sangat beresiko menyebabkan kelelahan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan tingkat kelelahan operator produksi di PT Pertamina Indramayu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan terhadap 12 pekerja operator produksi dengan teknik kuesioner KAUPKK dengan skor tertinggi 3 dan skor terendah 1 untuk pernyataan kelelahan kerja, dan pengkodean 1 untuk shift malam dan pengkodean 0 untuk shift pagi. Hasil tersebut kemudian diolah menggunakan uji statistik Chi-Square yang ada dalam program SPSS versi 16.0 dengan taraf kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan sebesar 5%. Hasil penelitian berdasarkan uji statistik Chi-Square, diketahui terdapat hubungan yang kuat antara shift kerja malam dengan tingkat kelelahan operator produksi di PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu tahun Disarankan melakukan monitoring kesehatan pekerja secara berkala, diharapkan kepada pekerja yang bekerja shift pagi dan shift malam untuk memanfaatkan waktu istirahat pada saat bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencegah terjadinya kelelahan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kata Kunci Abstract : shift kerja, kelelahan kerja Shift work system has become one of the consequences of the industry, where the production activities take place continuously for 24 hours. Work is performed more than 8 hours / day is very risky cause fatigue. This study aimed to determine the relationship of the work shift production operator fatigue PT Pertamina Exploration and Production (EP) Balongan Indramayu. This research is descriptive analytic cross-sectional design. Data collection was carried out on 12 workers with a production operator KAUPKK questionnaire technique with the highest score of 3 and 1 the lowest scores for fatigue statement of work, and one for night shift coding and coding 0 for the morning shift. The results are then processed using Chi-Square test statistic is in SPSS version 16.0 with a 95% confidence level and the value of significance of 5%. The results based on statistical test Chi-Square, known to have a strong association between night shift work with production operator fatigue PT Pertamina Exploration and Production 1

2 (EP) Balongan District of Indramayu district in It is recommended to monitor the health of workers on a regular basis, is expected to workers who worked the morning shift and night shift to utilize break time at work as well as possible to prevent the occurrence of fatigue which can lead to accidents. Keywords: shift work, work fatigue Pendahuluan Berbagai faktor dapat mempengaruhi produktivitas kerja salah satunya adalah kesehatan. Sehingga secara menyeluruh baik itu sektor industri formal dan informal serta besar kecilnya perusahaan dan jenis pekerjaan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk setiap pekerjanya memperoleh pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja untuk meningkatkan produktivitas. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat menyebabkan kecelakaan yang berakibat pada absensi atau kemangkiran pekerja. Hal ini akan sama berlakunya pada keselamatan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas. Baik kecelakan kerja ataupun gangguan kesehatan kerja yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah lingkungan kerja, perilaku kerja, dan shift kerja. Kerja shift akan merubah kebiasaan hidup seseorang dan juga perubahan fungsi irama tubuh yang disebut circadian rhythm. Shift kerja malam perlu mendapat perhatian karena irama faal manusia (circadian rhythm) terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, timbul reaksi psikologis dan pengaruh yang kumulatif 1. Adanya kerja shift pagi, sore atau siang, dan malam sudah menjadi kebutuhan untuk mendukung kegiatan produksi karena permintaan yang meningkat dan harus terpenuhi tepat waktu sehingga dalam pengerjaannya pekerja harus dibutuhkan tenaga dan aktivitas yang rutin secara terus menerus. Hal itu berdampak pada kesehatan pekerja, dimana akan menurunya kemampuan dan daya tahan tubuh pekerja. Kondisi tersebut merupakan akibat dari kelelahan yang di alami oleh pekerja. Berdasarkan data mengenai kecelakaan kerja yang tercatat di Kompas tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi. Lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2004 dalam Hariyati, 2009) 2. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya ada beberapa faktor yang beruhubungan dengan terjadinya kelelahan pada pekerja dibagian produksi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kementrian tenaga kerja Jepang terhadap perusahaan yang melibatkan sekitar pekerja di negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65 % pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28 % mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan 3. Hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu perusahaan di Indonesia tahun 2008 khususnya pada bagian produksi mengatakan rata-rata pekerja mengalami kelelahan dengan mengalami gejala sakit di kepala, nyeri di punggung, pening dan kekakuan di bahu 4. Pada pekerja pabrik bagian produksi menunjukkan adanya hubungan antara shift kerja dengan kelelahan 5. Seiring dengan perkembangan industri minyak dan gas yang menjanjikan dan nilai ekonomi yang diciptakan, makan dalam kegiatan proses produksinya berlangsung selama 24 jam per hari secara terus menerus dengan memperkerjakan pekerja secara shift (pola waktu kerja). Bekerja secara shift mempunyai jadwal yang bervariasi, biasanya 8 jam pershift. 2

3 PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Balongan merupakan bagian dari PT Pertamina RU VI Balongan. PT Pertamina merupakan salah satu pabrik yang menjalankan proses produkisnya sudah modern yaitu dikendalikan oleh mesin dan mengontrolnya dengan tombol indicator. Dalam proses produksinya berlangsung selama 24 jam selama 4 hari kerja dan 2 hari libur, dengan memberlakukan pola waktu kerja 2 shift (12 jam pershift) dengan tujuan untuk efisiensi tenaga kerja dan upah serta memberikan upah lembur yang tinggi. Shift pagi dimulai dari jam dan shift malam dimulai dari jam Pekerja shift bagian operator produksi terdiri 3 grup, 1 grup terdiri dari 6 orang pekerja yang dalam pelaksanaannya akan bergilir. Dari segi keselamatan dan kesehatan kerja untuk pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam perhari selama seminggu terus menerus akan mengalami masalah terutama pekerja yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan lama jam kerja yang dijalaninya. Jika hal itu terus menerus berlangsung maka akan mengganggu faal tubuh dan menyebabkan kelelahan. Metode Penelitian ini dilaksanakan di bagian operator produksi PT. Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. Jenis penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan desain rancangan penelitian cross sectional. Rancangan cross sectional adalah penelitian yang memberikan uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian cross sectional dilakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu dan mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan efek, observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas (faktor resiko) dan variabel (efek) dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan Populasi adalah keseluruhan objek penelitian 6. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja shift PT. Pertamina yang berjumlah 18 orang, dimana terbagi atas 3 Grup dan tiap grup berjumlah 6 orang pekerja pershift. Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang memenuhi kriteria pekerja shift pagi dan shift malam di PT Pertamina. Sampel di ambil dari 12 orang pekerja yang bekerja shift pagi dan shift malam dari 18 orang pekerja. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Pekerja yang bekerja shift di bagian operator produksi PT Pertamina Indramayu; 2) Responden mau menjadi subjek penelitian. Sedangkan Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah 1) responden tidak bersedia berpartisipasi dalam menjadi subjek penelitian; 2) Responden bukan bekerja dibagian operator produksi; 3) Responden yang sedang libur Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner KAUPKK. Sementara data sekunder diperoleh dari PT Balongan bagian operator produksi yang terdiri dari penjadwalan shift kerja pekerja yang berlaku pada saat penelitian berlangsung. Untuk pengambilan data tentang tingkat kelelahan pekerja, peneliti melakukan wawancara dengan memberikan kuesioner KAUPKK kepada pekerja shift pagi dan shift malam, sedangkan untuk shift kerja peneliti mengambil data penjadwalan dari PT Balongan. Hasil PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) yang terletak di Balongan kabupaten Indramayu, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Mei Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk 3

4 mendapatkan penemuan cadangan migas baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah diproduksikan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar kesinabungan produksi migas dapat terus dipertahankan. Analisis Univariat Berikut ini hasil distribusi shift kerja, dari 12 orang pekerja operator produksi adalah pekerja shift pagi berjumlah 6 orang (50%) dan pekerja shift malam berjumlah 6 orang (50%). Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Shift Kerja Operator Produksi di PT. Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2014 No. Kategori Jumlah Persen 1 Shift Pagi 6 50,0 % 2 Shift Malam 6 50,0 % Total Untuk distribusi kelelahan kerja dapat dilhat ditabel 2. Kelelahan (fatique) adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil diketahui bahwa dari 12 orang pekerja operator produksi mempunyai persentase yang sama, antara pekerja yang tidak mengalami kelelahan berjumlah 6 orang (50,0%) dan pekerja yang mengalami kelelahan berjumlah 6 orang (50,0%). Dapat disimpulkan bahwa 50,0 % dari 12 pekerja mengalami kelelahan setelah bekerja. Analisis Bivariat Diketahui bahwa dari 12 pekerja operator produksi yang bekerja shift pagi berbanding terbalik dengan pekerja yang bekerja shift malam. Pada pekerja shift pagi yang tidak lelah sebanyak 5 orang ( 41,7% ), sedangkan pekerja yang mengalami kelelahan sebanyak 1 orang (83,3 %). Sedangkan pekerja shift malam yang mengalami kelelahan sebanyak 5 orang (41,7%), dan sebaliknya pekerja yang tidak lelah sebanyak 1 orang (83,3 %). Berdasarkan hasil Uji Chi-square diperoleh nilai signifikan (P) = 0,021< 0,05, maka Ho di tolak berarti ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan tingkat kelelahan operator produksi. Melihat hasil tersebut bahwa shift kerja memiliki pengaruh terhadap tingkat kelelahan operator produksi. Untuk melihat keeratan dapat dilihat dari nilai Spearman Correlation yaitu 0,667 yang artinya keeratan hubungan shift kerja dengan tingkat kelelahan adalah hubungan kuat. Diketahui nilai Relative Risk = 5.000, yang artinya pekerja yang bekerja shift malam 5 kali lebih beresiko terhadap terjadinya kelelahan. Dan nilai CI 95% ( ), sehingga jaraknya bias dikarenakan sampel dalam penelitian ini sedikit. (dilihat dalam tabel 3) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kelelahan Operator Produksi di PT. Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2014 No. Kategori Jumlah Persen 1 Lelah 6 50,0 % 2 Tidak Lelah 6 50,0 % Total

5 Tabel 3 Hubungan Shift Kerja Dengan Tingkat Kelelahan Operator Produksi di PT. Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2014 No. Shift Kerja 1 Shift Pagi 2 Shift Malam Tingkat Kelelahan Tidak Lelah Lelah ,7% 8,3% 1 5 8,3% 41,7% Jumlah Total 6 6 Pembahasan (%) 50,0 % 50,0 % P- value 0,02 1 Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan yang harus dijalankan terus-menerus (Pasal 85 ayat 2 UU No. 13/2002), seperti di bagian operator produksi PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Balongan. Sehingga di atur dalam Kepmenakertrans No. Kep- 233/Men/2003 Tahun 2003 tentang jenis dan sifat pekerjaan yang dijalankan secara terus menerus 8. Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift. Dalam pembagian waktu kerja PT Balongan bagian operator produksi membagi waktu kerja menjadi 2 shift dengan jam kerja 12 jam/shift yaitu shift pagi (pukul WIB) dan shift malam (pukul WIB). Hal itu tidak lepas dari proses kegiatan pekerjaan operator produksi PT Spearm an Correla tion Relative Risk 95% Confidence Interval 0, Balongan yang harus dijalankan terusmenerus tanpa henti. Dari 12 pekerja operator produksi yang bekerja shift pagi sebanyak 6 orang ( 50,0 % ), dan yang bekerja shift malam sebanyak 6 orang ( 50,0 % ). Circadian rhytm atau jam biologis yaitu jam tidur digunakan untuk kerja menjadi penyebab terjadinya kelelahan, sehingga masalah tersebut efek dari adanya shift kerja yang mempengaruhi 9. Shift kerja adalah pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dana malam 10. Lelah atau fatique menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan berasal dari bahasa Latin (fatique) berarti hilang lenyap (waste time). Kelelahan (fatique) adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala 1. Dari hasil dilihat bahwa dari 12 pekerja operator produksi yang mengalami kelelahan setelah bekerja sebanyak 6 orang (50,0 %), dan yang tidak mengalami kelelahan setelah bekerja sebanyak 6 orang (50,0 %). Dapat 5

6 disimpulkan bahwa 50,0 % dari12 pekerja mengalami kelelahan setelah bekerja. Sudah menjadi konsekuensi sebuah instansi maupun industri yang kegiatan pekerjanya dijalankan secara terus-menerus tanpa henti selama 24 jam, membagi waktu kerja pekerjanya kedalam pola waktu kerja secara bergiliran atau shift. Shift kerja ini dibuat tentu untuk lebih memanfaatkan sumber daya yang ada, meningkatkan produktivitas, serta pemperpanjang durasi pelayanan. Dan persepsi setiap orangpun berbeda-beda tentang adanya shift kerja tersebut. Mungkin sebagian orang sangat suka dan suka dengan shift kerja, dan sebagian lagi mengatakan kurang suka, tidak suka ataupun sangat tidak suka. Tentunya semua persepsi itu mempunyai berbagai alasan tersendiri, karena shift kerja berpengaruh terhadap kehidupan sosial, waktu tidur terganggu, pencernaan terganggu akibat waktu makan yang tidak teratur, dan menyebabkan gangguan circadian rhythm. Circardian rhythm setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift pagi dan siang terlihat sedikit perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu apabila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam 11,12. Irama faal tubuh sedikit atau banyak terganggu oleh sistem kerja malam - tidur siang. Fungsi-fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan sepenuhnya dengan irama kerja demikian. Hal ini dapat dibuktikan dari pengukuran suhu badan, nadi, tekanan darah dan lain-lain dari orang yang bekerja malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja siang hari 10. Sehingga kelelahan pada pekerja malam relatif sangat besar, dikarenakan faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan. Disamping itu sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan persyaratan simpatis pada malam hari. Padahal untuk bekerja, saraf simpatis harus melebihi kekuatan saraf parasimpatis. Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran bahwa dari 12 pekerja operator produksi yang bekerja shift pagi dan mengalami kelelahan sebanyak 1 orang ( 8,3 % ), pekerja yang bekerja shift pagi dan tidak mengalami kelelahan sebanyak 5 orang (41,7% ), sedangkan pekerja yang bekerja shift malam dan mengalami kelelahan sebanyak 5 orang (41,7%), pekerja yang bekerja shift malam dan tidak mengalami kelelahan 1 orang (8,3%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari para pekerja mengalami kelelahan pada shift malam yaitu sebanyak 5 orang ( 41,7% ) dari 12 orang pekerja operator produksi. Berdasarkan hasil Uji Chi-square diperoleh nilai signifikan (P) = 0,021< 0,05, maka Ho di tolak berarti ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan tingkat kelelahan operator produksi. Melihat hasil tersebut bahwa shift kerja memiliki pengaruh terhadap tingkat kelelahan operator produksi. Untuk melihat keeratan dapat dilihat dari nilai Spearman Correlation yaitu 0,667 yang artinya keeratan hubungan shift kerja dengan tingkat kelelahan adalah hubungan kuat. Diketahui nilai Relative Risk = 5.000, yang artinya pekerja yang bekerja shift malam 5 kali lebih beresiko terhadap terjadinya kelelahan. Dan nilai CI 95% ( ), sehingga jarakya bias dikarenakan sampel dalam penelitian ini sedikit. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai hubungan antara shift kerja dengan tingkat kelelahan operator produksi di PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) kecamatan Balongan kabupaten Indramayu tahun 2014, yang dilaksanakan pada tanggal 14 juli 15 juli 2014 dengan jumlah responden 12 orang, dan dapat disimpulkan, jumlah pekerja operator produksi adalah 18 orang, di bagi menjadi 3 regu, sedangkan 2 regu yang berjumlah 12 pekerja bekerja shift pagi dan shift malam pada saat penelitian berlangsung. Distribusi shift pagi dengan tingkat kelelahan pada pekerja operator produksi di PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) kecamatan Balongan kabupaten Indramayu tahun 2014, sebagian 6

7 besar masuk dalam kategori tidak lelah sebanyak 5 orang (41,7%). Distribusi shift malam dengan tingkat kelelahan pada pekerja operator produksi di PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) kecamatan Balongan kabupaten Indramayu tahun 2014, sebagian besar masuk dalam kategori lelah sebanyak 5 orang (41,7%). Ada hubungan yang kuat antara shift kerja malam dengan tingkat kelelahan operator produksi di PT kecamatan Balongan kabupaten Indramayu tahun Saran Bagi Institusi Pabrik, diharapkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan untuk lebih seksama di dalam menentukan kebijakan tentang penjadwalan waktu shift kerja dengan jam kerja normal guna untuk meningkatkan produktivitas dengan meminimumkan gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja pekerja yang disebabkan oleh kelelahan. Health Safety Enviroment (HSE) atau LK3 yang ada di PT. Pertamina memonitoring dan menjaga kesehatan umum pekerja serta mengadakan pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya. Selain itu diharapkan dapat menetapkan batas usia pekerja untuk bekerja, dimana bertujuan untuk meminimalisir turunnya konsentrasi yang disebabkan oleh usia. Karena usia produktif adalah antara tahun (Departemen Kesehatan RI). Di negara Jepang pekerja yang berusia tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja relative lebih muda (Menurut Hidayat, 2003). Memberikan pelatihan, pendidikan atau pengarahan pada pekerja tentang cara mengatur waktu istirahat antara pekerjaan dengan waktu untuk keluarga dengan baik. Bagi Instansi Kesehatan Masyarakat, diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3), khususnya kelelahan kerja, serta diharapkan mahasiswa meneliti lebih lanjut tentang hubungan sikap dengan kelelahan kerja. Daftar Pustaka 1. Suma mur, P.K Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : Yayasan Swabhawa Karya. 2. Hariyati, M Pengaruh Beban Kerja terhadap Kelelaahan Kerja pada Pekerja Linting Manual di PT. Djitoe Indonesia. Jakarta. Skripsi FK-USM, Surakarta 3. Maulida Test Reliabilitas dan Validitas Indeks Kualitas Tidur Dari Pittsburg (PSQI) Versi Bahasa Indonesia Pada Lansia [Thesis]. Yogyakarta:Universitas Gajah Mada. 4. Miranti, Sitti Sanusi & Caecilla SW, Yunair Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung. Jurnal Online 5. Kimberly Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Labuhan Batu [Thesis]. Medan:Universitas Sumatera Utara 6. Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : CV Reneka Cipta. 7. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep. 233/MEN/2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan secara Terus-Menerus. 9. Grandjean, E Fitting The Task to The Man, A Text book of Occupational Ergonomics, 4 th edition. London : Taylor and Francis Ltd. 10. Suma mur, P.K Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Sagung Seto. 11. Mc. Cormick, E.J and D.R. Ilgen Fundamental Industrial andorganizational Psychology. 12. Monk T and S Folkard Circadian Rhytim and Shift Work, in R. Hockey, Stress and Fatigue Human Performance, Jhon Willey and sons, New York. 7

KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006

KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006 HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN KERJA BERGILIR DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI SEKSI PENUANGAN SUBSEKSI CASTING OPERATION PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2006 Departemen Kesehatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

HUBUNGAN ANTARA SHIFT HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA AREA TERBATAS DI PT. PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) KOTA BITUNG Gabriela Vania Samahati*, Odi R. Pinontoan*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014) Andri Gunawan e-mail : mixtape.inside.andri@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan infrastruktur transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional, baik di sektor tradisional maupun modern. Menurut ILO (2003), setiap

Lebih terperinci

GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT

GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT PAGI, SHIFT SIANG DAN SHIFT MALAM DI BAGIAN LOINING PT. SINAR PURE FOODS INTERNATIONAL BITUNG Christo Mononimbar*, B.S Lampus*, Ricky C. Sondakh* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desain stasiun kerja yang ergonomis merupakan suatu hal yang sangat penting untuk pencapaian suatu produktivitas kerja yang tinggi. Desain stasiun kerja akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM MONOMPIA KOTAMOBAGU Regina Fegi Ali*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.S Joseph*

Lebih terperinci

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak Penelitian ini dilakukan di pasar Bringharjo dan Giwangan dengan objek buruh gendong perempuan. Makalah

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Kerja dengan Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Batu Bata Relationship of Knowledgeand Attitudewith the Occupational Health by Occupational Diseases On Workers

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015 HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015 ( CORELATION BETWEEN WORK FATIQUE AND PRODUCTIVITY ON CAGING WIRE

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013 HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 203 Paulinus Masa Sato, Adriani Kadir 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERBEDAAN KELELAHAN KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT WANITA SHIFT PAGI DAN SHIFT MALAM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Ummy

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat kompleks dan memberikan manfaat serta kemudahan bagi manusia, tetapi di lain pihak menimbulkan

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak Kompleks Balapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu

Lebih terperinci

Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries

Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries *) **) Findi Purbonani *), Daru Lestantyo **), Ida Wahyuni **) Mahasiswa Bagian Peminatan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN USIA DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) KOTA MANADO TAHUN 2017 Made Ayu Sawitri*, Grace D. Kandou*, Rahayu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan kerja adalah

Lebih terperinci

PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG

PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG PERBEDAAN KELELAHAN DAN STRES KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT I, II DAN III BAGIAN PRODUKSI PABRIK MINUMAN PT. X SEMARANG Melcy Novitasari 1, Sisiwi Jayanti 2, Ekawati 3 1 Mahasiswa Peminatan Keselamatan

Lebih terperinci

Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu

Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Industri Keripik Melinjo di Desa Benda Indramayu The Workload with Fatigue Work in Industrial Workers Melinjo Chips in the Village of Benda Indramayu Sudibyo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO Jesi S.V. Rampengan*, Paul A. T. Kawatu *, Budi T.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk.

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. PPB MAJALENGKA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Sari

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN

STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN STUDI KOMPARATIF KUALITAS TIDUR PERAWAT SHIFT DAN NON SHIFT DI UNIT RAWAT INAP DAN UNIT RAWAT JALAN Amalia Safitrie 1), M.Hasib Ardani 2) 1). Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN, BEBAN KERJA, DAN SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. BATANG HARI TEMBESI KOTA JAMBI TAHUN 2016 Ummu Kalsum 1), Diah Merdekawati 2), Nur Hidayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Heni Nurhayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kini menghadapi persaingan dunia kerja hingga bekerja dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, sehingga tentu saja hal ini berbeda dengan menangani pasien penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki dua masalah gizi utama yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kelebihan gizi menyebabkan obesitas yang banyak terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi) Apriani Sukmawati 1) Sri Maywati dan Yuldan Faturrahman

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan INDONESIA

Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan INDONESIA Perbandingan Biaya dan Produktivitas Pekerja Antara Shift Pagi dan Shift Malam Pada Proyek Pembangunan Gedung The Manhattan Medan Michael Tanaka 1 dan indra jaya pandia 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA TENAGA KERJA KONTRAK DI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN

ANALISIS DESKRIPTIF PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA TENAGA KERJA KONTRAK DI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN ANALISIS DESKRIPTIF PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA TENAGA KERJA KONTRAK DI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN Oleh: Sudibyo Ahmad dan Otong Komaruyaman Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV. HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.X GARMEN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. X LABUHAN BATU

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. X LABUHAN BATU PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. X LABUHAN BATU Kimberly Febrina Kodrat Fakultas Teknik Universitas Al Azhar Medan E-mail: Kimberlyfebriana@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado PERBEDAAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT KERJA PAGI, SIANG DAN MALAM DI BAGIAN PRODUKSI PT. ROYAL COCONUT KAWANGKOAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Rombe Novita*, Paul A. T. Kawatu*, Wulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam kebutuhan diciptakan dan dikondisikan untuk memenuhi kehidupan manusia, salah satunya adalah energi. Energi merupakan hal esensial dalam seluruh aktifitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Lebih terperinci

: Anxiety, depression, shift work, stress.

: Anxiety, depression, shift work, stress. Correlation Between Night Shift With Depression, Anxiety And Stress On Workers In Cane Roll Mill Maintenance Subdivision At Ptpn VII Bunga Mayang Yani F, Soleha TU, Larasati TA, Maria J Medical Faculty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nugraheni (2009), Perkembangan teknologi yang pesat, baik di bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya cara baru dalam menawarkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

HUBUNGAN ANTARA SHIFT HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA TERHADAP KARYAWAN DI INFORMA FURNISHING MANADO Jessica Vena Florencia Ukus*, Paul A.T. Kawatu*, Ricky C. Sondakh* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI KOTA MANADO Raudhah Nur Amalia Makalalag*, Angela

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TKBM DI PELABUHAN PEKANBARU TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TKBM DI PELABUHAN PEKANBARU TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TKBM DI PELABUHAN PEKANBARU TAHUN 015 THE FACTORS RELATED WITH OCCUPATIONAL FATIGUE ON TKBM WORKERS IN PORT PEKANBARU 015 Retno Putri 1)* 1) Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KESESUAIAN HARAPAN ORANG TUA DENGAN DIRI DALAM PILIHAN STUDI LANJUT DENGAN TINGKAT STRES PADA SISWA KELAS XII DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Dita Dityas Hariyanto NIM 092310101015

Lebih terperinci

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL Retno Widiastuti 1, Dian Eko Hari Purnomo 2, Adhitya Nur M. 1 3 1,2,3 Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PENAMBANG EMAS WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT TATELU KECAMATAN DIMEMBE Griffit J. Budiak*, A. J. M. Rattu*, Paul

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill)

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill) PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM (Survei pada Pekerja Bagian Produksi di Pabrik Pakan Ternak Andhika Feedmill) Agus Saepul Ulum Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD. PERBEDAAN KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM DI RUANG SENTRAL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULUTENGGO SEKTOR MINAHASA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL BITUNG Ariestha Carolin Sariowan

Lebih terperinci

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI

KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN DRILLING PERTAMINA EP JAMBI Sukmal Fahri dan Eko Pasha Politeknik Kesehatan Jambi Abstract Pengaruh kebisingan berkaitan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja

Kata Kunci: Shift Kerja, Kelelahan kerja PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA SHIFT KERJA PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT DI RSU. HERMANA LEMBEAN Beatrice C. Winerungan *, Benedictus S. Lampus,*, Paul A.T Kawatu, * *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan perkembangan sebuah negara. Sektor transportasi harus memiliki sistem manajemen yang sangat baik

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA SHIFT KERJA DAN STRES KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA TERHADAP KARYAWAN DI PT. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI LAHENDONG KOTA TOMOHON. Herry Kurnia Pondaag*, Paul A. T. Kawatu*, Nancy

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA Urai Yuniarsih, Sunarsieh dan Salbiah Jurusan Kesehatan lingkungan Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DAN PENGETAHUAN TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD PADA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN DI DINAS PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO TAHUN 2016 Kairupan Felly

Lebih terperinci

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN 2013 Hamdani STIKES Harapan Ibu Jambi Prodi IKM Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA DI PT. COLOMBUS DAN ELECTRONIC DAN FURNITURE KOTA KOTAMOBAGU Megawati Datunsolang*, Grace D. Kandou*, Paul A.T. Kawatu

Lebih terperinci

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Maharany Dhyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu Knowledge and Attitudes Workers in the use of Personal Protective Equipment

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di segala aspek mendorong kita untuk dapat mengimbanginya.

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 PENGUKURAN KELELAHAN KERJA MENGGUNAKAN METODE BOURDON WIERSMA UNTUK MENGEVALUASI KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA GUDANG FINISH GOOD MENGGER BANDUNG (Studi Kasus: PT. PAPANDAYAN COCOA INDUSTRIES (PCI)) WORK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 78 IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Syamsul Gultom 1) 1) Ilmu Keolahragaan, FIK UNIMED. Email: syamsulgultom@gamail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERSEPSI KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERSEPSI KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERSEPSI KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA UNIT PRODUKSI PAVING BLOCK CV.SUMBER GALIAN KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA UNIT PRODUKSI PAVING BLOCK CV.SUMBER GALIAN KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA UNIT PRODUKSI PAVING BLOCK CV.SUMBER GALIAN KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR Related Factors to the Fatigue in Workers of Production Unit Paving

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA Militiachristy Fristiany Lumintang*, Paul A.T. Kawatu*,

Lebih terperinci

Pengukuran Kelelahan Shift Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. BGR Jambi

Pengukuran Kelelahan Shift Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. BGR Jambi Pengukuran Kelelahan Shift Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. BGR Jambi Diana Chandra Dewi 1, Julianus Hutabarat 2, Prima Vitasari 3 1,2,3) Program Studi Teknik Industri S-2, Pascasarjana, Institut

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengolahan dan analisa data maka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi perusahaan sebagai dasar peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nina Aditya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SANTI EKASARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang sehat dan produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapanya yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU Mentari Laalah *, Johan Josephus *, Jimmy F. Rumampuk * * Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Hubungan Kelengkapan Alat Pelindung Diri, Lama Pembagian Waktu Kerja, dan Pemahaman Pekerja Tentang Briefing dengan Kecelakaan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit PT. Bukit Barisan Indah Prima Jambi Armaidi Darmawan

Lebih terperinci

SEMARANG. Disusun Oleh: J PROGRAM FAKULTAS

SEMARANG. Disusun Oleh: J PROGRAM FAKULTAS PERBEDAAN KELELAHAN KERJA SUBJEKTIF ANTARA SHIFT PAGI, SIANG DAN MALAM PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN KAYU DI PT. ALBASIA SEJAHTERAA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG Skripsi inii Disusun Guna Memenuhi

Lebih terperinci