Kritik atas Kritik. Adinegoro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kritik atas Kritik. Adinegoro"

Transkripsi

1 Kritik atas Kritik Adinegoro Sekarang ini golongan yang hampir secara dasarnya Dr. Cipto dan Sutan Takdir Alisjahbana belum terkemuka, karena pujangga-pujangganya belum begitu menyadari dasar-dasarnya. Melainkan, masih dalam zaman mengkritik dan mencari jalan keluar ke lapangan yang amat lebat yang belum ada menara yang menunjukkan jalan dan tujuan. Namun, kita yakin pergeseran dalam pandangan itu baru bisa terjadi jika segala permasalahan itu telah menemukan sintesisnya (sebagaimana umunya yang telah terjadi pada dialektika, cat.peny.) Kelak akan tampak jelas perbedaan pendirian antara pandangan para ahli pendidik kita, yang satu atas dasar kemerdekaan yang menginginkan tertib damai, dan yang lain berdasar dinamika yang mementingkan kondisi perjuangan hidup, tidak mau lari kembali ke benteng masa lalu. Terbang kembali ke zaman Majapahit. Seperti kata Cipto. Kita memang tidak sepaham dengan kritik Sutan Takdir Alisjahbana yang mengatakan bahwa soal intelektualisme, individualisme, egoisme, dan materialisme itu bukan masalah masyarakat Indonesia, karena ini masalah yang universal. Ditemui di semua bangsa, di semua budaya, dahulu dan sekarang. Hanya saja kita jangan lupa bahwa penekanannya saja yang mesti dibedakan setiap kali mempertimbangkan masalah itu secara kebudayaan. Bahaya intelektualisme, individualisme, egoisme, dan materialisme itu memang ada dalam masyarakat kita, bukan cuma mimpi, hanya saja tidak sebesar di masyarakat Barat. Kita tidak heran dengan pendirian dan pemahaman pentolan-pentolan yang berbicara di Kongres Pendidikan Nasional itu, karena memang itu dasar filosofinya, hanya berbeda sedikit antara satu dengan lainnya. Antara Sutomo dengan Ki Hajar Perbedaannya hanya dalam tingkatannya, sedang dasar filosofinya tinggi dan khas sekalipun berpaling juga dari inti, membenarkan dunia dan menafikan dunia. Dalam batinnya tak membedakan antara rohani dan inti, tetapi inti itulah rohani, ibarat kulit telur dengan isinya menyatu. Dengan pembatasan filosofis lebih jelas kalau kita bilang bahwa dasar filosofis Tuan-tuan ialah idealisme yang terkurung tidak dalam posisi yang berlawanan. Memang mungkin begitu bila mengingat bahwa filosofi aliran Hindu umumnya meniadakan duniawi dan tujuan terakhirnya nirwana. Maka beraitan dengan ini kita sebutkan apa yang Dr. Cipto katakan: Haluan itu ialah melahirkan diri dari kemauan zaman sekarang vlucht uit het heden (Haluan itu bagai terbang ke masa lalu, cat.peny.) Sudah, memangnya barangkali begitu kalau mengingat, bahwa hinduistische filosofi ialah pada umumnya meniadakan duniawi dan tujuan yang paling terakhir ialah: nirwana. Maka berhubung dengan ini kita sebut apa yang Dr. Cipto bilang: Mereka bukan salah analisis atau salah mengemukakan masalah. Kalaupun ada salahnya ialah karena berlainan dasar filosofi antara Dr. Cipto (dalam Suara Umum) dan Sutan Takdir Alisjahbana (dalam Bintang Timur). Yang menimbulkan keheranan bukan lantaran salahnya itu, melainkan karena semua pembicara tersebut mencela intelektualisme padahal mereka sendiri berasal dari pendidikan intelektual. Bukan dari sekolah yang antiintelektualisme.

2 Kita sudah kemukakan bahwa menurut pendapat kita tidak betul jika masalah intelektualisme, individualisme, egoisme, materialisme bukan masalah masyarakat Indonesia. Malah kalau kita perhatikan dasar-dasar keagamaan, baik dari pihak Kristen atau Islam, materialisme itu diperangi juga, dilawan sebagai musuh dalam kemajuan keimanan manusia. Permusuhan terhadap sifat-sifat yang empat itu juga muncul dari agama Hindu. Sifat materialisme adalah sifat yang hanya mementingkan kemajuan kebendaan. Orang yang materialis tidak bisa diharap mau memperhatikan kemajuan sosial dan apa pun yang tidak mendatangkan keuntungan berupa uang atau benda, baginya tidak berharga. Demikian juga bangsa yang berdasarkan materialisme ibarat satu bangsa yang tidak mempunyai perasaan untuk kemajuan bidang lain kecuali mata duitan. Apakah intelektualisme bersarang dalam batinnya? Kalau mengikuti haluan itu pada keadaan seseorang, mestinya dia mempunyai otak dasar. Hanya melulu otak, tanpa perasaan kemanusiaan. Akibatnya, segala perbuatannya hanya dilakukan tanpa ada perasaan. Intelektualisme menghargai apa yang ada di pikiran saja. Ia tidak mewakili kepentingan perasaan. Inilah pendirian yang dalam bahasa Belanda disebut intelektualisme dingin. Meskipun manusia itu mempunyai jantung hati yang punya rasa gembira atau iba, tetapi perasaan itu tidak diperdulikan, hanya terpaku pada otak saja, pada keningnya yang lebar. Otak besar saja berbahaya bagi kita, sama dengan perut besar dan tabiat rakus, sebagaimana halnya materialisme. Individualisme yang berkawan karib sekali dengan egoisme ialah sekutu materialisme, karena tujuan hidupnya sendiri-sendiri bermusuhan dengan sosial. Kalau suatu bangsa meletakkan dasar pandangan hidup materialistis, kelak akan terjerumus ke lembah kapitalisme dan imperealisme, yang menggilas kaum lemah, dan memperbesar perbedaan kelas dalam masyarakat yang sudah pasti selalu ada perbedaan kelas-kelas itu. Sebagai obat penawar, Tuan Sutan Takdir Alisjahbana memberi resep yang boleh jadi menyesatkan. Meski kita maklum apa yang dimaksudkan dengan: Otak Indonesia harus diasah menyamai otak Barat, individu harus dihidupkan sehidup-hidupnya dan kepentingan diri harus disadarkan sesadar-sadarnya, serta bangsa Indonesia harus didorong memakai dan mengumpulkan harta dunia sebanyak mungkin, tetapi anjuran penulis tersebut bisa menyesatkan orang banyak. Oleh karena itu, harus diperbaiki susunan langkah kritiknya. Kalau salah langkah, dapat terjerumus ke dalam lembah yang tidak diinginkan siapa pun. Batas-batas tujuannya sudah hilang dalam garis-garis yang digambarkannya itu. Sebab amat luas kaburnya. Penulis bahkan bisa lebih menyesatkan orang-orang yang dikritik. Mengapa harus tepat betul apa yang dimaksud? Di manakah titik temu antara kedua macam pandangan itu? Kalau kita anggap keduanya betul, bagaimana baiknya menurut pikiran kita agar orang tidak keliru terhadap dua pandangan yang tampaknya berseberangan itu? Hal itu perlu diperhatikan khusus. Uraian berikut bukan lagi untuk mengadu perbandingan dan kritik, melainkan untuk menunjukkan hal-hal yang positif sebagaimana dikehendaki oleh Sutan Takdir Alisjahbana sejak awal. Kita tidak akan mengatakan bahwa pandangan yang satu bersifat negatif dalam istilahnya. Namun, positif dalam

3 wujudnya. Ibarat pertentangan penjuru angin, timur dan barat serta dunia Timur dan dunia Barat. Dalam hal ini kita pakai istilah Timur, tidak semata-mata berarti Timur bermusuhan dengan Barat, melainkan ada makna lain. Ada perbedaan dan ada persamaan Barat dan Timur yang tidak perlu dipahami bersama. Dapat dijelaskan bahwa kita sama-sama sepaham dengan analisis kedua belah pihak yang bertentangan, meskipun salah satu mengatakan pihak lain salah analisis. Kalau perhatian tertuju pada ucapan anti saja, maka kita belum bisa mengatakan anti itu berarti negatif. Sebab, arti anti pada satu pendirian itu juga merupakan hasil pendirian yang positif. Umpamanya, seseorang disebut anti internasionalisme, karena dia pronasionalisme. Atau, orang menyebut dia anti-imperealisme, karena dia prokeadilan yang dapat diperoleh dengan cara aman. Anti materalisme karena proidealisme. Orang yang terlalu pro saja, kalau tidak mengenal anti berarti negatif juga, karena tidak akan tahu ada bahaya yang bisa mengancam pergerakannya. Orang pro-persatuan, umpamanya, juga harus tahu pendirian orang yang antipersatuan, agar pandangannya tidak berat sebelah dan mengetahui ranjauranjau di jalannya. Yang kita kehendaki ialah kepuasan dengan tidak berat sebelah dalam pemahaman kita. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh Tuan Sutan Takdir Alisjahbana sebagaimana tercantum dalam resep yang diberikan sebagai petunjuk bagi kita? Otak Timur mesti sama dengan otak Barat, kepentingan harus disetel ala Barat, gaya hidup harus diputar sama dengan kehidupan orang Barat. Dalam resep itu rasanya ada semacam kekeliruan, karena tidak dibedakan antara kultur dengan civilisatie (peradaban, cat.peny.), dua hal yang saling timbal balik, tetapi jelas berbeda, ibarat pohon kayu dengan kulitnya. Pohon itu memiliki nilai, tetapi kulitnya juga penting. Sutan Takdir Alisjahbana menghendaki kemajuan, sama seperti para pemrasaran yang dikritiknya, tetapi kemajuan yang dimaksudnya adalah peradaban bukan kebudayaan, kulitnya bukan kayunya. Ada bangsa yang hanya mempunyai civilisatie, tetapi tidak berkultur, ibarat satu manusia yang berwajah cantik tetapi berhati busuk. Sebaliknya, ada juga bangsa yang berbudaya tinggi, tetapi belum merata peradabannya, misalnya bangsa Tionghoa. Bangsa yang sudah memiliki keduanya misalnya bangsa Jepang, kebudayaan Timur dengan peradaban Barat! Budaya Timur tak dapat diubah menjadi budaya Barat, tetapi peradabannya bisa sama. Para pemimpin kita harus pandai membedakan antara budaya dan peradaban yang bisa dipertukarkan, dapat dipindah-pindah kata ahli filosofi Graf Keyserling dalam bukunya Die Neue Entstehende Welt (Dunia yang Baru Terwujud) Perbedaan kultur dengan peradaban ibarat manusia dengan pakiannya. Misalnya, bangsa Jepang sekarang. Ia tetap berkultur Timur, tetapi berperadaban Barat. Orang Jepang sudah mampu menyamakan kedudukannya dengan bangsa Eropa, karena peradaban Barat sudah dipindahkan ke Jepang, meski kulturnya masih tetap seperti dulu, ala Tiongkok.

4 Budaya ialah yang erat melekat pada jiwa setiap bangsa yang ditampakkan dalam karakternya, dalam wataknya yang tidak dapat diubah mengikuti barang tiruan. Namun, pengetahuannya, teknisnya, cara hidupnya, jelas sekali bisa berubah. Perhatikan saja bangsa kita sekarang sudah bisa makan memakai sendok, bisa mengemudikan motor, memakai pakaian mentereng, dan bisa menjalankan perusahaan-perusahaan besar, meskipun kita tetap tinggal dalam lingkungan budaya Timur. Kecerdasan Barat, kebutuhan hidup ala Barat, tetapi hati tetap Timur. Apa yang benar-benar berupa peradaban, contohnya, di bidang teknik. Kita belum tahu seberapa jauh kemajuan teknik mampu merasuk sampai ke sumsum bangsa kita. Boleh jadi pengaruhnya tidak akan terlalu sama seperti yang berlaku di Barat. Sebab reaksinya berlainan. Kalaupun kita sudah menjadi bangsa yang menyukai bidang teknik, tidak berarti menjadi seperti bangsa Jerman yang terkenal sebagai bangsa yang ahli teknologi. Teknik itu bisa terus berganti dan dapat dilihat dari bukti sehari-hari. Sepeda dan motor ialah bukti teknik yang sangat populer. Orang kita tidak heran melihat sepeda, bahkan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Demikian juga dengan lampu listrik, gramofon, dan telepon, dengan mudah kita mampu menyesuaikan. Bukankah sudah banyak bangsa kita yang amat berhasil belajar di sekolah-sekolah dengan kurikulum teknik. Tidakkah sudah banyak montir kita yang ahli dalam urusan teknik dan mesin-mesin? Beberapa orang Barat yang ahli pertukangan dan telah memimpin tukang-tukang bangsa Indonesia, tercengang melihat mereka begitu cepat menguasai bidang teknik. Akan tetapi, jangan bermimpi kita bisa mencetak orang menjadi Kant kedua atau Goethe Indonesia, karena itu masuk di wilayah budaya yang spesifik Barat. Orang kita bisa menjadi ahli pikir, yang mungkin saja akan sama modernnya dengan Tagore dan Ki Hajar yang lebih dalam serta lebih tersusun filosofinya. Faktanya sampai saat ini pahlawan-pahlawan pikiran alias para filosofis bangsa kita berbeda dengan Barat. Tentu kemajuannya pun kelak tetap akan berbeda terus dari kemajuan jiwa dan pikiran Barat. Sementara kalau peradaban bisa sama dengan peradaban Barat. Ringkasnya, budaya tidak dapat berpindah tempat. Boleh dibilang Borobudur tidak bisa dihasilkan oleh Benua Barat. Sebaliknya, bangunanbangunan zaman purbakala yang terdapat di Yunani tidak bisa ditiru oleh bangsa kita. Kesenian dan filosofi tidak bisa disamakan dengan teknik, karena bukan termasuk golongan peradaban yang bisa berpindah-pindah. Dalam tiap jiwa dan wataknya tersimpan pembawaan-pembawaan yang spesifik. Di Eropa lain dengan di sini, dan lahir sesuai dengan hukum alamnya masing-masing. Ibarat pohon yang berbuah dan berbunga menurut sifatnya. Pohon rambutan tidak akan berbuah mangga dan sebaliknya. Anak itik tidak mungkin menjadi ayam, dan sebaliknya. Buah apel kalau ditanam di Indonesia bisa tumbuh, tetapi tidak bisa berbuah, karena hawa dan tanah di sini berbeda. Demikian juga budaya Barat, kalaupun kita tiru di sini tidak akan berbuah. Namun, secara teknis ada satu kondisi yang tidak berhubungan dengan jiwa kebangsaan yang dapat tumbuh

5 dan diminati orang di sini. Demikian juga hal-hal lain yang masuk wilayah peradaban. Kita membenarkan dalil-dalil Ki Hajar dan para ahli pikir lainnya dari bangsa kita yang bersuara filosofis di kongres pendidikan nasional yang baru berlalu, karena mereka membicarakan masalah budaya dan bahaya-bahaya yang dapat merusak budaya bangsa Indonesia, sedang Sutan Takdir Alisjahbana hanya mengemukakan peradaban. Di sinilah perselisihan terjadi, padahal perselisihan itu tidak bertentangan, tetapi berdampingan satu dengan yang lainnya. Budaya Timur tidak dapat diganti atau diubah menjadi budaya Barat, tetapi peradaban Barat dapat dipindahkan ke dunia Timur. Kalau orang berbicara masalah budaya, orang berselimut dalam satu kesadaran yang oleh orang Belanda dinamakan enerlijke geestesgesteldheid, behoorende, tot een bapaalde cultuur-ideaal, kondisi semangat batinnya sudah terpenuhi oleh budaya yang ideal. Orang Jawa dan daerah lain di Indonesia budayanya telah diwarnai oleh budaya Hindu zaman Majapahit yang menurut akal dianggap sebagai warisan budaya Majapahit, hingga Dr. Cipto bilang de Majapaiter Ki Hajar. Bagaimana bangkitnya budaya Indonesia di kemudian hari tentu berkaitan dengan kesadaran bangsa kita tentang keinsafan (pandangan, cat.peny.) hidupnya, kemerdekaan jiwanya. Itu menjadi makanan otak pahlawanpahlawan pikiran kita, khususnya falsafah budaya yang akan menentukan kemajuan budaya di zaman yang serba tak menentu ini. Akan kemajuan budaya di zaman yang serba tak menentu ini. Akan tetapi, satu hal yang sudah pasti adalah kita butuh peradaban ala Barat. Bidang pendidikan kita harus difokuskan pada apa yang masih kurang. Kemajuan bangsa Indonesia menjadi berat karena terlalu mengikuti budaya. Oleh karena itu, mulai sekarang kekurangankekurangan pada bidang itu mesti diperbaiki, agar terhindar dari kemajuan yang berat sebelah, yang tidak harmonis. Inilah garis besar jawaban atas maslaah yang terbentang di depan kita, kalau ditilik hanya pada sisi filosofisnya.

Didikan Barat dan Didikan Pesantren Menuju ke Masyarakat yang Dinamis

Didikan Barat dan Didikan Pesantren Menuju ke Masyarakat yang Dinamis Didikan Barat dan Didikan Pesantren Menuju ke Masyarakat yang Dinamis Sutan Takdir Alisjahbana Pada malam ke-2 Kongres Permusyawaratan Perguruan Indonesia di Solo barubaru ini amat menghebohkan debat antara

Lebih terperinci

Perbedaan Pandangan Hidup

Perbedaan Pandangan Hidup Perbedaan Pandangan Hidup R. Sutomo Kritik Tuan Sutan Takdir Alisjahbana tentang pembicaraan dalam Kongres Perguruan Nasional, saya sambut dengan beberapa karangan dan balasan, guna menjelaskan pengharapan,

Lebih terperinci

Kongres Pendidikan Nasional Menyambut Pandangan Tuan Sutan Takdir Alisjahbana

Kongres Pendidikan Nasional Menyambut Pandangan Tuan Sutan Takdir Alisjahbana Kongres Pendidikan Nasional Menyambut Pandangan Tuan Sutan Takdir Alisjahbana R. Sutomo Di dalam karangan yang bertajuk Semboyan Tegas, Tuan Sutan Takdir Alisjahbana mengkritik beberapa prasaran kongres

Lebih terperinci

Seni Lukis Indonesia. Sekarang dan yang Akan Datang. S. Sujojono

Seni Lukis Indonesia. Sekarang dan yang Akan Datang. S. Sujojono Seni Lukis Indonesia Sekarang dan yang Akan Datang S. Sujojono Lukisan-lukisan yang kita lihat pada waktu sekarang, tidak lain yang terbanyak adalah lukisan-lukisan pemandangan (landschappen): sawah yang

Lebih terperinci

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin i Topik Makalah Keluarga Adalah Miniatur Perilaku Budaya Kelas : 1-ID08 Tanggal Penyerahan Makalah

Lebih terperinci

Oleh: Budhy Munawar-Rachman

Oleh: Budhy Munawar-Rachman Oleh: Budhy Munawar-Rachman PERSOALAN Timur dan Barat lebih berbentuk persaingan, konflik dan perang, daripada saling mengerti, bersahabat dan kerjasama. Barat: Kapitalisme, teknologi, imperialisme Timur:

Lebih terperinci

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan. 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia?

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan. 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia? Tugas Individu Manajemen strategik pendidikan Nama :Apri Eka Budiyono Nim : 2016081005 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia? Paradigma pendidikan yang sudah di tuliskan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM Landasan berfikir, zaman, dan tempat yang berbeda secara tidak langsung akan menimbulkan perbedaan, walaupun dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. Radio sebagai sarana komunikasi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

Indonesia Prae Indonesia. Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru 1)

Indonesia Prae Indonesia. Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru 1) Polemik 1 MENUJU MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN BARU INDONESIA PRAE INDONESIA Sutan Takdir Alisjahbana Sanusi Pane Dr. Purbatjaraka Dari Pujangga Baru dan Suara Umum Agustus September 1935 Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

GAPOK Hal positif dari teknologi: pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Informasi dan komunikasi menjadi lebih mudah dan cepat.

GAPOK Hal positif dari teknologi: pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Informasi dan komunikasi menjadi lebih mudah dan cepat. Hal positif dari teknologi: pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Informasi dan komunikasi menjadi lebih mudah dan cepat. Gereja dianjurkan menggemakan Sabda Allah dengan memanfaatkan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

PRAGMATISME (1) Pragmatisme:

PRAGMATISME (1) Pragmatisme: Pragmatisme: PRAGMATISME (1) Pragmatisme merupakan gerakan filsfat Amerika yang mencerminkan sifat-sifat kehidupan Amerika. Pragmatisme banyak hubungannya dengan nama seperti Charles S. Peirce (1839-1934),

Lebih terperinci

MENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA

MENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA MENGATASI KEMURUNGAN DAN MENERIMA KEDAMAIAN & SUKACITA 1. TUHAN YESUS, di dalam Matius 6:33, Roma 14:17 dan Markus 16: 17 Engkau perintahkan (mengarahkan) kepadaku untuk mencari Kerajaan Tuhan iaitu kebenaran,

Lebih terperinci

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode ...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode Sukakah saudara makan makanan yang telah disediakan dengan baik? Saya suka. Kita tahu bahwa ada cara yang betul dan cara yang salah untuk menyediakan makanan Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaum wanita adalah kaum yang sangat memperhatikan penampilan. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun identitas, penampilan juga sebagai

Lebih terperinci

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, manusia juga akan

Lebih terperinci

Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh

Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh Matius 25:1-4 Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL Oleh Sukiniarti FKIP UT Latar Belakang Masalah SDM yg akan datang adalah anak-anak dan generasi muda masa kini. Membina anak-anak masa kini merupakan

Lebih terperinci

MEMANDANG KEDEPAN GEREJA- GEREJA DI TIONGKOK

MEMANDANG KEDEPAN GEREJA- GEREJA DI TIONGKOK MEMANDANG KEDEPAN GEREJA- GEREJA DI TIONGKOK Pdt. Robert Morrison membawa injil ke Tiongkok sudah lewat 151 tahun. Jika kita memandang sejarah Tiongkok pada zaman modern itu, maka kita akan banyak mendengar

Lebih terperinci

Iman Kristen dan Kebudayaan

Iman Kristen dan Kebudayaan Iman Kristen dan Kebudayaan Oleh: Ricky A.A Dumbela 682014088 Menuha Calvin 672014159 Hani Sandi Aji 562014054 Candrayani Sugiono 672014001 Yohana Dimara 672012186 Rodi 672014221 Yonas Sagita Adi C 682014046

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi

Lebih terperinci

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri Mungkin kelihatannya lebih mudah untuk mengandalkan beberapa ayat Alkitab yang kita gemari untuk membimbing dan menguatkan kita secara rohani. Akan tetapi, kita

Lebih terperinci

Revolusi Paradigma Pendidikan Monday, 31 August :21

Revolusi Paradigma Pendidikan Monday, 31 August :21 Kemanakah arah pendidikan nasional kita? Tidak jelas yang dituju. Centang perenang kebijakan pendidikan baik karena aktor maupun sistemnya membuat arah pendidikan nasional tidak pernah jelas yang mau dicapai.

Lebih terperinci

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

SEKOLAH SESUDAH INI. Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka. SEKOLAH SESUDAH INI "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka." Sorga adalah sebuah sekolah; bidang studinya, alam semesta; gurunya, Yang tak berkesudahan hari-nya. Cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para pahlawan Indonesia memperjuangkan kebebasan rakyat Indonesia dari penjajah dari generasi ke generasi sangatlah sulit, satu pahlawan gugur, lahir pahlawan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

[95] Ketika Peran Ibu Diperangi Friday, 18 January :09

[95] Ketika Peran Ibu Diperangi Friday, 18 January :09 Meski disebut hari ibu, namun arah perjuangan perempuan yang diinginkan ternyata bukan pada penguatan dan pengoptimalkan peran strategis seorang ibu, melainkan justru mencerabut peran itu dari diri perempuan.

Lebih terperinci

Diciptakan untuk Menjadi Serupa dengan Kristus.

Diciptakan untuk Menjadi Serupa dengan Kristus. 22 Diciptakan untuk Menjadi Serupa dengan Kristus. Allah mengetahui apa yang Dia kerjakan sejak semula. Dia memtuskan dari permulaan untuk membentuk kehidupan orang-orang yang mengasihi Dia serupa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 09TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur

PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 09TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Modul ke: PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA Fakultas 09TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Pokok Bahasan Pendahuluan A. Pengertian Etika B. Aliran-aliran Etika 1) Etika Deontologi 2)

Lebih terperinci

Written by Faztrack, Sedekah Community Wednesday, 01 February :25 - Last Updated Monday, 26 March :08

Written by Faztrack, Sedekah Community Wednesday, 01 February :25 - Last Updated Monday, 26 March :08 Jika hari ini Anda bilang ke istri, teman atau keluarga bahwa Anda ingin kaya, bagaimana reaksi mereka? mendukungkah atau meremehkan? Jika Anda ucapkan kata kaya atau orang kaya, apa yang terlintas dipikiran

Lebih terperinci

Kabar Gembira di tengah Gaya Hidup Modern

Kabar Gembira di tengah Gaya Hidup Modern Kabar Gembira di tengah Gaya Hidup Modern Yang dimaksud dengan Kabar Gembira adalah Injil dalam arti Sabda Allah dalam Alkitab. Jadi maksud dari tema diatas adalah peran Injil di tengah gaya hidup modern,

Lebih terperinci

Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif

Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif Tragedi nol buku, demikian sastrawan senior Taufiq Ismail sampaikan

Lebih terperinci

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #2 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #2 SUKACITA

SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #2 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #2 SUKACITA SPIRITUAL FRUITS THAT BRING REVIVAL #2 Buah Roh yang Membawa Kebangunan Rohani #2 SUKACITA PEMBUKAAN: Bulan ini kita ada dalam seri kotbah Spiritual Fruits that Bring Revival atau Buah Roh yang membawa

Lebih terperinci

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Surat Kepercayaan Gelanggang SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. kami

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.

Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S. Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S. Kusumah Pendahuluan Pergeseran tata nilai dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Lakon BILA MULA. Karya: JOKO SUCIANTO, SPd.

Lakon BILA MULA. Karya: JOKO SUCIANTO, SPd. Lakon BILA MULA Karya: JOKO SUCIANTO, SPd. LAMPU PADAM, REMANG-REMANG. MUSIK, BERNYANYI, MENARI, MERAUNG-RAUNG DI TELINGA YANG TERLUKA. SEIRING TARIAN YANG BERINGSUT. SUNGGUH ADANYA TIDAK MENGADA-ADA.

Lebih terperinci

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok Sebagaimana telah diutarakan, bahwa hubungan interpersonal yang cukup lama dapat meninggalkan kesan-kesan yang mendalam terhadap sesama anggota kelompok dan juga

Lebih terperinci

Renaissance. Encep Supriatna

Renaissance. Encep Supriatna Renaissance Encep Supriatna Pengertian Lahir kembali budaya Yunani-Romawi kuno Enligtenment menjunjung tinggi reason, Metode Ilmiah,dan Kemampuan Manusia untuk menyempurnakan dirinya dan masyarakat sekitarnya.

Lebih terperinci

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme: Idealis/Idealisme: IDEALISME (1) Orang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya; Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum

Lebih terperinci

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Lima Belas Tahun Tidak Lama Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Lima Belas Tahun Tidak Lama Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun belakangan ini

Lebih terperinci

THE FINANCIAL TRANSFORMATION #4 TRANSFORMASI KEUANGAN #4 WISDOM FOR FINANCIAL WONDERS HIKMAT MENGALAMI KEAJAIBAN KEUANGAN

THE FINANCIAL TRANSFORMATION #4 TRANSFORMASI KEUANGAN #4 WISDOM FOR FINANCIAL WONDERS HIKMAT MENGALAMI KEAJAIBAN KEUANGAN THE FINANCIAL TRANSFORMATION #4 TRANSFORMASI KEUANGAN #4 WISDOM FOR FINANCIAL WONDERS HIKMAT MENGALAMI KEAJAIBAN KEUANGAN PEMBUKAAN Hari ini saya ingin membagikan kepada kita semua sebuah Firman Tuhan

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (4/10)

Seri Iman Kristen (4/10) Seri Iman Kristen (4/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Kejatuhan Manusia Kode Pelajaran : DIK-P04 Pelajaran 04 - KEJATUHAN MANUSIA DAFTAR ISI Ayat Alkitab Ayat Kunci 1. Larangan

Lebih terperinci

Kalender Doa April Berdoa Bagi Wanita Yang Sangat Miskin

Kalender Doa April Berdoa Bagi Wanita Yang Sangat Miskin Kalender Doa April 2015 Berdoa Bagi Wanita Yang Sangat Miskin Di seluruh dunia pertolongan bagai kaum wanita yang sangat miskin sedang berlangsung. Banyaknya kampanye untuk menyediakan vaksin, obat malaria,

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra berfungsi sebagai penuangan ide penulis berdasarkan realita kehidupan atau imajinasi. Selain itu, karya sastra juga dapat diposisikan sebagai dokumentasi

Lebih terperinci

Foto: Kahar. Buruh Menggugat

Foto: Kahar. Buruh Menggugat Bagian I UMUM 1 Buruh Menggugat Foto: Kahar Kita membutuhkan pertumbuhan ekonomi. Ini adalah sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Karena dengan pertumbuhan ekonomi itulah, kita memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Bangsa akan maju jika para pemuda memiliki karakter nasionalisme. Nasionalisme merupakan bagian penting

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 A. Analisis Terhadap Konsep Pendidikan Keluarga Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

Jati Diri Bangsa 1. Prof. Dr. Der. Soz Gumilar Rusliwa Somantri Rektor Universitas Indonesia

Jati Diri Bangsa 1. Prof. Dr. Der. Soz Gumilar Rusliwa Somantri Rektor Universitas Indonesia Jati Diri Bangsa 1 Prof. Dr. Der. Soz Gumilar Rusliwa Somantri Rektor Universitas Indonesia Percakapan mengenai jati diri bangsa menyembunyikan asumsi mengenai kesejatian yang bercokol pada fundamen sebuah

Lebih terperinci

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. BAB II PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. 2.1 Pancasila Sebagai Pedoman Bangsa Pancasila adalah ideologi bangsa dan

Lebih terperinci

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th. Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14 Pdt. Andi Halim, S.Th. Ayat 1. Orang-orang kudus bukan orang yang sama sekali tidak ada cacatnya. Di dunia ini semua orang berdosa, tanpa kecuali, temasuk bunda Maria, santo-santa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang memiliki ragam budaya, suku, bahasa dan agama. Selama kurang lebih 350 tahun Indonesia mengalami masa penjajahan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak di dalam kitab Ta lim Muta allim adalah 1) Akhlak

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA Modul ke: PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id DR. Rais Hidayat, M.Pd Kompetensi Mahasiswa dapat mengetahui sejarah Pancasila Mahasiswa

Lebih terperinci

Konsepsi Ideal Kemanusiaan

Konsepsi Ideal Kemanusiaan Konsepsi Ideal Kemanusiaan 1. Perkembangan Konsepsi Ideal Konsepsi ideal kemanusiaan diperlukan sebagai upaya penetapan arah sasaran serta menjadi rujukan operasional sejauh mana pencapaian telah diraih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda senantiasa selalu menempati peran yang strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi dan dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA 4.1. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Proses Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan segala potensi dan keterampilan

Lebih terperinci

DALAM PERUBAHAN GLOBAL

DALAM PERUBAHAN GLOBAL PERADABAN ISLAM I: TELAAH ATAS PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PERAN KEPEMIMPINAN POLITIK DALAM PERUBAHAN GLOBAL Oleh Nurcholish Madjid Masyarakat manusia dalam berbagai bentuk kesatuannya seperti komunitas, umat,

Lebih terperinci

Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat

Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat Kampungmuslim.org Di dalam al-quran, Adam adalah nama dari Nabi Adam [as]. Namun Adam juga digunakan al-quran untuk menyebut umat manusia. Atau manusia sebagai

Lebih terperinci

Apakah Allah Mengharapkan Terlalu Banyak?

Apakah Allah Mengharapkan Terlalu Banyak? Apakah Allah Mengharapkan Terlalu Banyak?... Rencana-Nya begitu besar! Sam berumur tujuh belas tahun dan untuk pertama kalinya ia jauh dari rumah. Di kota kelahirannya dia telah menyelesaikan sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecantikan mulai menjadi sebuah tren gaya hidup di beberapa kalangan yang tidak bisa ditinggalkan baik oleh kaum wanita maupun pria. Wanita maupun pria

Lebih terperinci

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai.

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 1 2 3 4 1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 2. Siapa bersungguh-sungguh, mendapat. 3. Siapa yang sabar beruntung. 4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. 5. Pergaulilah orang yang punya kejujuran

Lebih terperinci

MEMPERBAHARUI PIKIRAN (AKAL BUDI)

MEMPERBAHARUI PIKIRAN (AKAL BUDI) Level 2 Pelajaran 3 MEMPERBAHARUI PIKIRAN (AKAL BUDI) Oleh Don Krow Hari ini kita akan bicara mengenai memperbaharui pikiran (akal budi). Saya ingin bacakan 2 ayat. Yang pertama dari Filipi 4:8. Ayat itu

Lebih terperinci

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3.

Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. PANCASILA LANJUT Asas dan dasar negara Kebangsaan republik Indonesia. Asas dan dasar itu terdiri atas lima hal yaitu: 1. Peri Kebangsaan 2. Peri kemanusiaan 3. Peri ketuhanan 4. Peri kerakyatan 5. Kesejahteraan

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang merupakan landasan ilmiah dalam

Lebih terperinci

Lemahnya Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Nilai-nilai Pancasila

Lemahnya Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Nilai-nilai Pancasila Lemahnya Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Nilai-nilai Pancasila Disusun oleh : Nama : Sunu Arif Budi Wibowo NIM : 11.11.4817 Kelompok : C Jurusan : S1-Teknik Informatika Nama Dosen : Drs.Tahajudin

Lebih terperinci

46. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK

46. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK 46. KOMPETENSI INTI DAN SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.

Lebih terperinci

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja Pola Tuhan Bagi Para Pekerja Kim mempelajari alasan-alasan bagi perkumpulan orang percaya dalam gereja yang mula-mula. Ia melihat adanya bermacam-macam keperluan yang mempersatukan mereka - keperluan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato merupakan seni, dan tubuh merupakan satu dari objek pertama dalam seni, sebuah objek alami dengan tambahan berupa simbol bertransformasi menjadi objek dalam kebudayaan

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS X

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS X MODUL BAHASA INDONESIA KELAS X Disusun oleh: Cicilia Ingga Kusuma, S. Pd. Bahasa Indonesia 1 EKSPOSISI Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Etika kerja pada perusahaan sangat berperan penting dalam menjalankan arus kerja karyawan di dalam kantor. Etika kerja ini bermaksud agar para karyawan menjalankan pekerjaannya secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para pendiri bangsa ini ketika merumuskan ide tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. para pendiri bangsa ini ketika merumuskan ide tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang berfungsi sebagai pemersatu masyarakat Indonesia dalam wilayah nusantara yang begitu luas dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Manusia dalam kehidupannya adalah manusia yang hidup dalam sebuah institusi. Institusi yang merupakan wujud implementasi kehidupan sosial manusia. Di mana pun keberadaannya manusia tidak

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis karya Akhdiat Kartamihardja dengan menggunakan kajian strukturalisme genetik penulis dapat

Lebih terperinci