BAB II LANDASAN TEORETIS. Dalam pengertian sehari-hari istilah kesenian dan kebudayaan sering diartikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORETIS. Dalam pengertian sehari-hari istilah kesenian dan kebudayaan sering diartikan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kesenian Dalam pengertian sehari-hari istilah kesenian dan kebudayaan sering diartikan sama. Padahal berdasarkan pemikiran ilmu sosial, kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Didalam kesenian terkandung nilai-nilai, norma, pengetahuan dan kepercayaan yang terintregrasi dalam kebudayaan sehari-hari masyarakat guna mencapai tujuan idealnya. Tujuan utamanya adalah menambah interprestasi dan melengkapi kehidupan, adakalanya pada suatu waktu dijadikan alat bantu untuk tujuan lainnya, seperti perjuangan agama, propaganda simbolisme dan keharmonisan tatanan kemasyarakatan. Kesenian juga merupakan ciri universal manusia, artinya setiap manusia secara naluriah mempunyai rasa seni. Hal tersebut karena setiap individu mempunyai bakat untuk mencipta seni, karena berkesenian merupakan kebutuhan setiap manusia. Tumbuh dan berkembangnya kesenian dipengaruhi oleh kondisi setempat, sehigga kesenian berbeda-beda disetiap tempat. Kesenianpun menggambarkan budaya setempat dan memberikan warna pada masyarakat di tempat itu serta memberikan gambaran umum tentang wujud suatu bangsa. Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat majemuk, pada setiap kelompok muncul berbagai jenis kesenian yang bersifat khas sebagai idenitas kebudayaan masing-masing. Kesenian yang mengandung pesan-pesan budaya itu berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan, yang pada gilirannya akan mejadi sarana bagi upaya mempertahankan kolektifitas sosial, walaupun dalam kenyataan empirik yang menjadi pendukung kesenian itu adalah individu-individu dari masyarakat yang bersangkutan (Suparlan: 1987:45). Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, berkesenian merupakan bagian dari kehidupan sehaari-hari manusia. Seni juga serng muncul dalam keja keseharian, misalnya

2 dalam kegiatan keagamaan, sosial, ekonomi, seni sering menjadi pengiring dan menjadi hal yang sulit untuk dilepas atau dihilangkan. Kesenian diciptakan oleh manusia pada awalnya tidak semata-mata atas dasar keindahan akan tetapi terdorong oleh suatu kebutuhan untuk amemperoleh gambaran, perlambangan dan wujud-wujud tertentu sebagai objek yang jelas mudah dikenal dan dipahami oleh mereka dalam melaksanakan kehidupan religius sesuai dengan kepercayaan yang telah diyakininya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan seni, sebagaimana dikutui dari Rasjoyo (1995: 14), yaiu: 1. Seni untuk tujuan keagamaan 2. Seni untuk tujuan ekspresivitas. 3. Seni untuk tujuan simbolis 4. Seni untuk tujuan kreatif 5. Seni untuk tujuan keindahan 6. Seni untuk tujuan komersial A. Wayang Kulit Purwa 1. Pengertian Wayang Kulit Wayang kulit purwa adalah hasil karya para pujangga pujangga Indonesia yang umurnya telah baratus-ratus tahun dengan mengalami perubahan dan perkembangan. Wayang kulit purwa digemari bukan oleh orang Indonesia saja, melainkan banyak orangorang asing menyukainya. Wayang kulit adalah wayang yang bonekanya terbuat dari kulit binatang yang biasanya kulit kerbau. Pertunjukan wayang kulit sampai sekarang masih digemari oelh berbagai lapisan masyarakat Indonesia mulai dari kota-kota sampai

3 pelosok-pelosok. Dengan kenyataan ini, sudah jelaslah bahwa pertnjukan wayang masih digemari, dimilii dan diresapi isi yang terkandung didalamnya. Suatu pertunjukan akan di gemari atau tidak terganung pula pada penyajiannya, jikalau penyajianny kurang menarik, tentu saja penggemarnya kurang, walaupun kesenian wayang kulit purwa itu adalah kesenian yang adiluhun. Dalam suatu pertunjukan, wayang berfungsi selain sebagai media hiburan, fungsi wayang yang lainnya adalah sebagai media pendidikan, penerangan dakwah dan lain sebagainya. Sudah dijelaskan pada bab I bahwa pengertian wayang purwa adalah secara luas bisa mengandung makna gambar (penikmatnya hanya mungkin dari arah muka) boneka tiruan manusia yang terbuat dari kardus, kulit, kertas dan kayu. Wayang bisa disebut juga bayangan. Wayang bisa disebut semu atau maya. Didalam wayang terdapat beberapa unsur seni yaitu seni drama (teater), seni pahat (kriya), seni lukis (rupa), seni sastra, seni suara (vokal) dan seni tari (gerak). Didalam penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian wayang supaya tidak ada kesalahpahaman. Dengan hal ini peneliti memaparkan beberapa pendapat tentang wayang yang diutarakan oleh para ahli, yaitu: Jajang Suryana (Ismunandar, 2002,59) menyebutkan bahwa perkataan wayang kulit berasal dari bahasa Jawa krama ngoko (bahasa Jawa halus dan kasar) yang berarti perwajahan yang terdiri dari barang dan sebelumnya, yang terkena cahaya (penerangan). Jajang Suryana (Mertosedono, 2002,59) memaparkan bahwa wayang kulit terbuat dari kulit dan menceritakan peranan orang Jawa pada jaman dahulu. Disebut wayang karena dapat dilihat bayangannya pada kelir, menggambarkan orang pada jaman dahulu yang terbayang dalam angan-angan.

4 Jajang Suryana (dalam kamus bahasa Sunda 2002,59) mengatakan pengertian wayang adalah sarupaning jejelemaan tina kulit atawa tina kai anu diibaratkeun anu dilakonkeunnana dina carita Mahabarata jste; sarupaning tongtonan sabangsa tunil atawa sandiwara boneka (wayang adalah perumpamaan orang-orangan yang terbuat dari kulit atau kayu yang diibaratkan atau yang diceritakan dari cerita Mahabarata dan lain sebagainya; yang berupa tontonan seperti sandiwara boneka). Tuti Sumukti (Groenendael, 2005,21), menyatakan bahwa wayang dapat berarti boneka atau tokoh dalam suatu drama dan yang utama diasosiasikan dengan teater boneka wayang, hal ini tergantung pada bahan yang digunakan atau dipakai untuk membuat boneka wayang itu. Orang dapat membedakan bahannya, kalau itu dibuat dari kulit, maka disebut wayang kulit sedangkan dibuatnya dari kayu maka disebut wayang golek. Wayang kulit yang pipih, kebanyakan diukir dan dicat secara artistik. Wayang kulit ini digerakan didepan lampu sedemikian rupa sehingga bayangannya jatuh pada kelir yang dibuat dari kain putih. Boneka wayang ini kalau ditempelkan di kelir oleh seorang dalang, bentuk garis-garisnya tampak nyata menembus kelir. Pengertian wayang menurut Bagyo Suharyono (2005, 25), mengatakan bahwa wayang berasal dari kata wewayangan atau wayangan, yang berarti bayangan. Arti harfiah dari pertunjukan wayang adalah pertunjukan bayang-bayang. Arti filsafat yang lebih dalam lagi adalah bayangan kehidupan manusia, atau angan-angan manusia tentang kehidupan manusia. Pengertian wayang menurut R.M. Soedarsono (1996, 47) mengatakan bahwa istilah wayang merupakan istilah yang memiliki makna yang sangat umum. Dalam

5 penggunaannya secara umum, kata wayang berarti pertunjukan yang berceritakan serta menggunakan dialog, yang mana aktor dan aktrisnya bias boneka dan bias pula manusia. Endo Suanda (2004, 12) mengatakan bahwa wayang suatu jenis boneka yang terdapat di Pulau Jawa, Madura, Bali, Lombok dan sebagian kecil di Sumatra dan Kalimantan. Wayang adalah boneka, tetapi dalam suatu set berjumlah banyak (ada yang sampai 200 buah atau lebih). Wayang dapat digerakan dan atau dapat dimainkan untuk menyajikan sebuah cerita Victoria M. Clara Van Groenedel (1987, 4) mengatakan bahwa wayang ialah gambaran tentang boneka, yang lebih tegas lagi adalah boneka pertunjukan wayang. Sujarno, dkk (2003, 27) mengatakan bahwa wayang purwa adalah pertunjukan wayang yang pementasan ceritanya bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Dimas Prasetyo (2007) mengatakan bahwa wayang artinya walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah wayang kulit purwa, seperti yang kita kenal sekarang. Tapi akhirnya makna ini meluas menjadi segala bentuk pertunjukan yang menggunakan dalang sebagai penuturnya. Kem (2008) mengatakan bahwa wayang berasal dari kata wod, yang artinya bayangan yang bergoyang-goyang, bolak-balik (berulang-ulang) atau mondar-mandir tidak tetap tempatnya. 2. wayag sebagai suatu kerya seni Sebagai bentuk budaya fisik, wayang kulit termasuk salah satu karya seni karena perwujudannya terdiri dari unsur-unsur yang dapat dihayati oleh indra mata dan dapat diraba. Jika dilihat dari segi seni rupa dan kerajinan, wayang dibedakan menjadi dua

6 dimensi (dwimatra) dan tiga dimensi (trimatra). Karya seni rupa dua dimensi atau dwimatra adalah seni rupa yang wujudnya atau bentuknya berupa bidang datar dengan ukuran panjang dan lebar. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra adalah karya seni rupa yang wujudnya atau bentuknya berupa selain mempunyai ukuran panjang dan lebar juga mempunyai ukuran kedalaman. Wayang dilihat dari bentuk atau wujudnya memiliki ukuran panjang, lebar dan juga ukuran kedalaman sehigga wayang kulit dapat digolongkan ke dalam karya seni tiga dimensi. Wayang kulit jika dilihat daari seni tari, tidak jauh dari masalah gerak, karena setiap gerakan wayang kulit tidak sama seperti pada manusia yang menari, namun gerakan pada wayang kulit purwa dibatasi dengan keadaan wayang, maksudnya wayang terbuat dari kulit binatang. Dari segi busana dan riasnya wayang memiliki berbagai bentuk seni misalnya tentang keindahan, kedamaian dan sebagainya. C. Tokoh Punakawan Cungkring pada Wayang Kulit Purwa di Indramayu Penelitian wayang kulit telah banyak dilakukan oleh orang, terutama pada wayang kulit purwa. Banyak para ahli meneliti wayang kulit purwa dengan berbagai permasalahannya. Didalam penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa penelitian wayang yang telah diteliti sebelumnya supaya tidak ada kesalahpahaman. Diantara beberapa buku yang telah mengupas tentang wayang adalah buku yang ditulis oleh Hazim Amir yang berjudul Nilai-nilai Etis Wayang. Buku ini mengupas tentang nilainilai etis dalam wayang yang kaitannya dengan pendidikan watak. Buku Seni Kriya Wayang Kulit, Seni Rupa Tatahan dan Sunggingan yang ditulis oleh S. Haryanto. Buku ini memaparkan tentang bagaimana seni menatah atau menyinggung, masalah tentang bentuk tatahan dan jenis tatahan.

7 Buku selanjutnya adalah karya Tuti Sumukti yang berjudul Semar Dunia Batin Orang Jawa. Didalam buku ini hanya mengupas tentang Semar saja, mulai dari asal usulnya Semar sampai tingkah laku Semar. Buku Wayang Beber Wonosari yang ditulis oleh Bagyo Suharyono, didalam buku ini hanya mengupas tentang wayang beber di Wonosari, yaitu dari asal usul sampai dengan kelangkaan wayang beber di Wonosari. Buku yang ditulis oleh S.P. Adhika yang berjudul Dewaruci dan bukunya yang lain berjudul Nawaruci. Didalam buku ini hanya menerangkan masalah-masalah Bima yang mencari air kehidupan di dalam lautan yang ditipu oleh gurunya yaitu Resi Drona. Buku selanjutnya adalah buku yang ditulis oleh I. Made Purna dan Sri Mintosih, yang berjudul Arti dan Makna Tokoh Pewayangan Mahabarata dalam Pembentukan dan Pembinaan Watak (seri I) dan buku yang kedua dengan judul Arti dan Makna Tokoh Pewayangan Ramayana dalam Pembentukan dan Pembinaan Watak (seri I). Didalam buku ini hanya membahas beberapa tokoh satria, ponggawa dan putri pada wayang dengan mengkaji masalah nilai, silsilah dan riwayatnya saja. Buku Dalang di Balik Wayang yang ditulis oleh Victor M.Clara Groendael. Buku ini hanya menerangkan tentang dalang yang akan mendalang, seperti pendidikanya, syarat-syarat menjadi dalang dan lain sebagainya. Dari sekian banyaknya orang yang meneliti atau menulis tentang wayang, hanya membicaraan tentang wayang secara luas, tetapi tidak khusus kepada satu tokoh wayang. Walaupun ada yang meneliti tentang satu tokoh wayang yaitu dalam buku Semar Dunia Batin Orang Jawa yang ditulis oleh Tuti Sumukti hanya menulis tokoh Semar keseluruhan, tidak pada daerah tertentu karena bentuk wayang pada tokoh Semar setiap daerah pasti berbeda baik dari bentuk sunggingan atau tatahan, jenis busana, wanda dan

8 lain sebagainya. Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang tokoh punakawan wayang kulit purwa Indramayu belum pernah diteliti, demikian pula dengan penelitian pada tokoh punakawan Cungkring yaitu tentang gerakan, tata rias dan tata busananya. Wayang yang diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini yakni wayang kulit purwa Indramayu pada tokoh punakawan Cungkring yang merupakan tokoh punakawan yang ada dalam lakon Mahabarata, Ramayana dan carangan. Tokoh punakawan Cungkring selalu ditunggu kehadirannya, karena banyolannya yang sangat menggelitik segar. Penulis ingin meneliti pada tokoh Cungkring yaitu tentang gerakan, rias dan busannya karena, menurut penulis yang pernah dengar bahwa dari gerakan, rias dan busana yang terkandung ditokoh Cungkring memiliki beberapa makna yang tersembunyi. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menelitinya. D. Gerak Tokoh Punakawan Cungkring Pada Wayang Kulit Purwa Indramayu Wayang kulit purwa Indramayu setiap okoh mempunyai erak yang khas, ada yang lincah, dinamis dan bahkan ada juga yang monoton. Setiap gerakan mencrikan peranan setiap tooh seperti sifatnya jujur, egois, kasar bijaksana dan sebagainya. La Meri (1978: 20) mengadakan perincan yang lebih cermat lagi tentang pola-pola gerak yang masingmasing mempunyai watak tersendiri, yaitu sebagai berikut: 1. Gerak yang berpola datar mempunyai watak terbuka, jujur, tetapi juga wataknya dangkal 2. Gerak yang berpola dalam, menjauhi atau mendekati penonton, memberikan kesan perasaan yang dalam

9 3. Gerak yang berpola vertikal keatas atau kebawah, memiliki watak yang egosentris dan sangat cocok untuk mengungkapka rasa menyerah. 4. Gerak yang berpola horizontal, mempunyai watak perasaa kesan kuat tetapi juga kesan bingung. 5. Gerak berpola lengkung berwatak manis. 6. Gerak yang berpola lurus atas siku-siku memberikan kesan kuat. 7. Gerak yang berpola murni yang tidak ada sedikitpun bagian badan yang bersilang mempunyai watak tenang dan terbuka. 8. Gerak yang berpola spiral lebih mendekatkan hubungan antara penari dengan penontonnya. Gerakan pada tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu sangatlah sederhana, karena tokoh ini sifatnya sangat sederhana sekali. Gerakan Cungkring disesuaikan dengan postur tubuhnya yang tinggi/jangkung dan sifatnya yang humoris. Berbagai gaya gerak yang digerakan pada tokoh punakawan Cungkring sangatlah monoton dan cenderung distorsi serta membosankan, hal ini membuat para dalang semakin kreatif dalam memberikan sentuhan-sentuhan baru dalam menggerakan tokoh ini dengan semaksimal mungkin. Banyak para dalang di Indramayu yang kurang begitu memperhatikan gerakan Cungkring hal ini sangat tertarik penulis untuk meneliti gerakan tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu. Oleh kerana itu, dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti bagaimana gerakan pada tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu.

10 D. Rias Tokoh Punakawan Cungkring pada Wayang Kulit Purwa Indramayu Menurut Dedi Rosala,dkk (1999,139) mengatakan bahwa pengertian tata rias secara umum merupakan perkembangan dari istilah berhias dan bersolek. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tata rias adalah usaha untuk mewujudkan dan mamperkuat penampilan watak dari pesan secara visual. Didalam wayang, rias tidak dapat ditinggalkan karena, rias merupakan fasilitas untuk menata rupa mukanya dan tubuhnya yang sesuai dengan karakter. Rias pada tokoh punakawan Cungkring mencerminkan kesederhana dan sifat Cungkring sebagai manusia biasa atau punakawan para satria. Rias dalam wayang kulit purwa Indramayu merupakan pembentukan karakter atau watak, sebagian besar terwujud dalam bentuk raut muka, yaitu dalam bentuk sikap dan warnanya. Raut muka wayang kulit purwa Indramayu pada tokoh punakawan Cungkring mengutamakan pelukisan watak dasar lahir dan batin manusia Indramayu. Perwujudan watak dasar tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu itu dilukiskan dalam pola bentuk dan warna raut muka atau wajah, yaitu pada pola bentuk mata, bentuk hidung, bentuk mulut, warna muka, posisi muka dan juga pada posisi perbandingan ukuran tubuh. Pelukisan watak ini dijelaskan dengan suara yang diucapkan oleh Ki dalang, atau yang disebut dengan Astawecana. Didalam tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu, riasnya terdiri dari bentuk alis, bentuk hidung yang panjang, bentuk mulut dan lain sebagainya. Rias Cungkring yang sederhana ini, mencerminkan sifatnya yang sederhana dan suka humoris. Raut muka pada tokoh Cungkring ini, memberikan jiwa wayang itu. Posisi atau letak bagian-bagiannya memegang peranan penting agar wayang itu hidup

11 dan menarik. Tokoh Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu mempunyai ciri khas pada rias wajahnya yaitu sebagai berikut: 1. Hidung panjang. 2. Mata juling sedikit. 3. Mulut gusen (tertawa kecil) dan sedikit monyong dengan gigi terlihat satu biji. 4. Muka berbentuk totol-totol atau bintik hitam. 5. Kumis tipis yang mengikuti bentuk mulut dan alis yang mengikuti bentuk mata. Sesuai dengan penjelasan di atas tentang ciri-ciri tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu, bahwa Cungkring memiliki sifat yang sederhana dan humoris. Didalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti bagaimana rias yang terkandung pada tokoh punakawan Cungkring. E. Busana Tokoh Punakawan Cungkring pada Wayang Kulit Purwa Indramayu Busana tidak pernah jauh dari kehidupan manausia, karena busana atau busana merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan. Pada jaman moderen seperti ini, berbagai macam busana banyak sekali macamnya. Setiap tokoh wayang kulit purwa Indramayu mempunyai busana yang khas sesuai dengan karakter, sifat dan wataknya. Di Indamayu tidak jauh beda nama busana yang dikenakan pada setiap tokoh baik itu tokoh satria, tokoh ponggawa, tokoh dewa, tokoh pendeta, tokoh denawa dan maupun tokoh punakawan Setiap tokoh pada wayang kulit purwa Indramayu tidak jauh hubungannya dengan busana, karena busana melambangkan keserasian setiap tokohnya, maka dalam wayang kulit purwa Indramayu sangat khas busana yang dikenakannya pada setiap tokoh.

12 Didalam wayang kulit purwa Indramayu banyak dijumpai berbagai macam busana wayang yang merupakan pakaian tokoh tertentu, yang kalau letak busananya sedikit berubah, tokoh wayang tersebut menjadi berlainan sifat dan karakternya. Berbagai macam motif, warna pada busana wayang kulit purwa memilii makna tertentu. La Meri (1975: 106), menganalisisnya lebih mendalam, yaitu sebagai berikut: 1. Merah adalah menarik 2. Biru adalah tentram 3. Hitam adalah kebijaksanaan, sedih 4. Putih adalah kesucian 5. kuning adalah penuh gembira 6. Hitam menelan warna sinar, putih memantulkannya 7. Abu-abu mudah sekali menangkap, memberi keuntungn warna dari sinar. Pada umumnya atribut dalam busana setiap tokoh selalu ada baik itu tokoh satria, ponggawa, danawa dan punakawan. Sebenarnya pakaian tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu tidak memakai baju, tetapi hanya memakai seperti celana yang berbentuk cawet yang panjang dan didodot. Pakaian bagian bawah menunjukan kedudukan tokoh wayang punakawan. Busana seorang tokoh punakawan akan tampak lebih sederhana dari pada dibandingkan dengan tokoh satria, ponggawa, danawa dan lain sebagainya. Disamping itu, berdasarkan bentuk pakaian tokoh wayang ini bagian bawah oleh para seniman di Indramayu dibuatnya sesederhana mungkin. Tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu selain busananya yang sederhana, perlengkapannya yang lain juga sederhana seperti memakai kalung sederhana dan membawa sebuah senjata yang berupa kampak. Didalam penelitian

13 ini, peneliti ingin meneliti lebih jauh dan mendalam tentang bagaimana busana pada tokoh punakawan Cungkring pada wayang kulit purwa Indramayu.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Manusia adalah makhluk budaya, dan penuh simbol-simbol. Dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki budaya yang sangat banyak. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat.

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat. PENDAHULUAN 9 Gbr. 1-34: Muka liong dibuat oleh para seniman desa (bukan orang Tionghoa) dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Di sana, liong dan barongsay biasa dipertunjukkan dalam upacara Sidekah Bumi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat 143 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat Sunda yang sangat digemari bukan saja di daerah Jawa Barat, melainkan juga di daerah lain

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

Bab VI Simpulan & Saran

Bab VI Simpulan & Saran Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang merupakan representasi kehidupan manusia yang memuat nilai, norma, etika, estetika, serta aturan-aturan dalam berbuat dan bertingkah laku yang baik. Wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang terus berkembang dari zaman ke zaman,

Lebih terperinci

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias BAB VII TATA RIAS STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian Tata Rias Menyebutkan Tujuan dan fungsi tata rias Menyebutkan bahan dan Perlengkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloomfield (dalam Abdul Wahab, 1995, h.40) makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batasbatas unsur-unsur penting situasi di

Lebih terperinci

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni Pengertian Seni Rupa Secara sederhana, seni rupa adalah ungkapan ide atau perasaan yang estetis dan bermakna dari pembuatnya yang diwujudkan melalui media rupa yang bisa ditangka dan dirasakan dengan rabaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai budaya masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang dilakukan turun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia eksotisme penuh dengan berbagai macam seni budaya, dari pulau Sabang sampai Merauke berbeda budaya yang dimiliki oleh setiap daerahnya. Berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wayang wong merupakan suatu khasanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wayang wong merupakan suatu khasanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang orang atau yang dalam bahasa Jawa sering disebut dengan istilah wayang wong merupakan suatu khasanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai kesopanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang mementaskan cerita tentang Ramayana dan Mahabarata yang dimainkan oleh aktor dengan memerankan tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia catur termasuk olahraga yang sering dimainkan. Di setiap sudut wilayah kita dapat menjumpai orang bermain catur. Bahkan bagi beberapa orang, olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA 2.1. Pengertian Seni Pengertian Seni sering dikaitkan dengan keindahan atau kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui ataupun kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui pada

Lebih terperinci

KOMPOSISI TARI 1. Gerak Tari

KOMPOSISI TARI 1. Gerak Tari KOMPOSISI TARI Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa komposisi identik dengan lantai atau posisi penari di atas pentas. Namun ada pula yang mengatakan bahwa komposisi tari adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang besar dan luas. Dengan kondisi geografis yang demikian, membuat Indonesia menjadi negara yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian skripsi yang telah penulis bahas tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus menjadi inti sari daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat,

BAB I PENDAHULUAN. masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang adalah suatu kebudayaan yang ada di Indonesia sejak ajaran Hindu masih tersebar diseluruh Nusantara. Menurut Kodirun (dalam Koentjaranigrat, 1990:329). Daerah

Lebih terperinci

Written by Administrator Monday, 03 December :37 - Last Updated Monday, 28 January :28

Written by Administrator Monday, 03 December :37 - Last Updated Monday, 28 January :28 Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak 1500 th. sebelum Masehi, karena nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa, ada yang baik ada yang jahat. Agar tidak diganggu

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang terdapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS DIPONEGORO MASYARAKAT DAN KESENIAN INDONESIA SEJARAH WAYANG KULIT SEBAGI KESENIAN INDONESIA Disusun Oleh: Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Masyarakat dan Kesenian Indonesia AHMAD ISLAHUDIN ALI 13030 1111

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan wayang sebagai salah satu aset berharga budaya Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya. Wayang sudah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang perlu dibina dan dikembangkan agar tetap terjaga kelestariannya. Perkembangan kesenian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

misalnya : puisi, lukisan, tarian, kerajinan, dan sebagainya8. Sedangkan

misalnya : puisi, lukisan, tarian, kerajinan, dan sebagainya8. Sedangkan Pusat Seni Tradisional Jogjakarta BAB II KESENIAN TRADISIONAL JOGJAKARTA 2.1. DEFINISI SENI TRADISIONAL Seni dapat diartikan sebagai penjelmaan rasa indah yang terkandung di dalam hati setiap orang, yang

Lebih terperinci

RESUME MEDIA PETUNJUKAN PRIYATIN NIM.

RESUME MEDIA PETUNJUKAN PRIYATIN NIM. RESUME MEDIA PETUNJUKAN PRIYATIN NIM. 8106118082 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI INFORMASI PUBLIK (KIP) KONSENTRASI STUDI PRODUKSI MEDIA INFORMASI PUBLIK SEKOLAH TINGGII MULTI MEDIA MMTC YOGYAKARTAA 2012 MEDIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Boneka adalah salah satu karya seni yang berupa macam-macam bentuk, Bentuk ini merupakan organisasi atau satu kesatuan, atau komposisi dari unsurunsur pendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki beragam kesenian daerah, diantaranya adalah Jaipongan, Odong odong, Tanjidor, Topeng Banjet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa yang bermacam-macam dari sabang sampai merauke. Budaya lokal pada sisi

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa yang bermacam-macam dari sabang sampai merauke. Budaya lokal pada sisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku, kesenian, budaya, dan bahasa yang bermacam-macam dari sabang sampai merauke. Budaya lokal pada sisi lain

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosialbudaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 5/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI KARYA. Desain Logo dan Pylon A care Dental Clinic dan Dimas Ayu Salon & Spa. Dalam

BAB V IMPLEMENTASI KARYA. Desain Logo dan Pylon A care Dental Clinic dan Dimas Ayu Salon & Spa. Dalam BAB V IMPLEMENTASI KARYA Karya yang dibuat dalam proses Kerja praktek ini adalah perancangan Desain Logo dan Pylon A care Dental Clinic dan Dimas Ayu Salon & Spa. Dalam implementasi ini ada prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi dan budaya, cerita yang banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan teknologi dan budaya yang semakin maju membuat terjadinya pergeseran nilai kehidupan dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Kegiatan Belajar 1 Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Seorang seniman atau desainer (perancang) mengolah unsur-unsur seni rupa sesuai dengan keahlian dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA 2017 Judul : "Kakak dan Adik" Nama seniman : Basuki Abdullah tahun : 1971 ukuran : 65 x 79 cm. Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul Kakak dan Adik (1978) ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan bentuk dan ragam kebudayaan. Kebudayaan yang hidup pada berbagai suku bangsa menyumbangkan kekayaan melimpah bagi kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

Pagelaran Wayang Ringkas

Pagelaran Wayang Ringkas LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT NASIONAL XIV Jakarta, 12 16 Juni 2006 KODE : 33 NAS Bidang Lomba Keahlian Seni Pedalangan Pagelaran Wayang Ringkas Test Project DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku etnis dan bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing. Dari berbagai suku dan etnis

Lebih terperinci

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI A. Pengertian Tari Batasan konsep tetang tari banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, tetapi perlu diingat bahwa batasan yang dikemukakan seseorang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi tidak ada lagi sekat yang membatasi ruang kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat dengan mudah di konsumsi dan di adaptasi

Lebih terperinci

Antropologi Psikologi

Antropologi Psikologi Modul ke: Antropologi Psikologi Wujud dan Unsur Kebudayaan Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Wujud Kebudayaan Koentjaraningrat menyebutkan kebudayaan ada tiga

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 256 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Umum Munculnya berbagai gejala yang menunjukkan degradasi moral di masyarakat berpangkal pada dilupakannya Sang Pencipta dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teoritis Sosiodrama adalah: Drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. 1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA 42 BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1 Gambar 4.1 Judul : Momen 1 Edisi : 3/5 Tahun : 2016 Karya pertama ini merupakan salah satu momen bahagia dalam keluarga dimana ada sepasang suami istri yang tidak sabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

Lebih terperinci

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 63 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 5.1 Judul Seri Prangko Gambar 5.1 Judul Seri Prangko Font yang digunakan dalam judul seri prangko antara lain: Pada tulisan Kampung Betawi menggunakan font Aquiline

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser 1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses

Lebih terperinci