PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan kinerja strategi bersaing (SB) suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara mengelola secara tepat budaya perusahaan (BP) yang terdiri dari nilai-nilai, sikap dan perilaku konstituennya (Wilderom et al., 2000; Wiley dan Brooks, 2000). Pengelolaan BP tersebut ditujukan untuk membentuk kesamaan perilaku konstituen berpartisipasi pada proses manajemen organisasi sehingga tujuan SB dapat tercapai. Untuk itu penelitian ini dilakukan dalam rangka menemukan strategi integrasi BP dengan SB pada agroindustri kelapa sawit (AKS). AKS Indonesia berkembang sejak tahun Saat ini AKS dapat memberikan lapangan kerja sekitar 2 juta orang, memiliki banyak aktor yaitu perusahaan swasta nasional dan multinasional, dan 14 perusahaan BUMN (PTPN), serta memiliki jumlah produksi CPO 5,380,447 ton dengan luas areal tanam 2,516,079 hektar pada tahun 1998 yang cenderung bertumbuh di masa depan (Casson, 2000). Pada tahun 2003, luas areal tanam kelapa sawit bertumbuh menjadi 5,239,000 hektar dengan jumlah produksi CPO adalah 10,308,000 ton dan PKO adalah 2,077,000 ton (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004). Agroindustri merupakan suatu perusahaan yang melakukan proses pengolahan bahan-bahan pertanian atau hewani (Austin di dalam Brown et al., 1994: 4). Sebagai suatu organisasi perusahaan agroindustri, AKS memiliki aktor yaitu konstituen yang melaksanakan berbagai proses manajemen organisasi. Pada AKS terdapat dua tipe konstituen yaitu individu pada tingkat managerial dan pelaksana sebagai konstituen utama, dan petani sebagai konstituen pendukung. Partisipasi kedua tipe konstituen tersebut pada tujuan bisnis berperan pada peningkatan daya saing AKS, sebab partisipasi konstituen membuat semua proses manajemen organisasi berlangsung efektif sesuai dengan tujuan bisnis yang ingin dicapai sehingga daya saing AKS meningkat. 1

2 AKS sebagai suatu organisasi agroindustri memiliki berlapis-lapis organisasi, mulai dari kelompok petani, organisasi kebun, organisasi pabrik, dan organisasi perusahaan. Pemberdayaan pada organisasi-organisasi tersebut dan konstituennya diharapkan dapat berperan positif sebagai nilai tambah yang mendorong daya saing AKS. Pemberdayaan konstituen dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan BP, karena dengan pendekatan ini dapat dirumuskan nilai-nilai yang dapat mempengaruhi perilaku kerja konstituen. Melalui pendekatan ini juga dapat dirancang kebijakan yang mendorong pembentukan nilai-nilai BP, kemudian nilai-nilai tersebut diterjemahkan pada berbagai kebijakan manajemen yang mempengaruhi konstituen menyesuaikan perilaku kerjanya dengan nilai-nilai tersebut sesuai dengan tujuan bisnis AKS. Perilaku berorientasi prestasi belum berkembang pada konstituen AKS sehingga menimbulkan dugaan bahwa manajemen organisasi AKS belum mengembangkan BP yang memiliki nilai-nilai berorientasi prestasi. Nilainilai yang berorientasi prestasi tersebut selain berada pada diri konstituen, juga harus berada di dalam setiap kebijakan organisasi, serta terlihat pada sikap dan tindakan para pemimpin AKS. Lingkungan kerja berupa implementasi nilai-nilai dalam kebijakan organisasi dan perilaku pemimpin merupakan obyek pembelajaran yang dapat mempengaruhi konstituen AKS membentuk perilaku prestatif. Schein (1985) menyatakan bahwa interaksi dengan lingkungan kerja dapat mendorong individu melakukan pembelajaran sehingga terbentuk nilainilai BP. Hasil pembelajaran selanjutnya membentuk pengetahuan tasit (bersifat subyektif) dan pengetahuan eksplisit (bersifat obyektif) yang mendorong individu berperilaku prestatif dalam bekerja (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Diduga bahwa nilai-nilai berorientasi prestasi belum terbentuk pada AKS, karena lingkungan kerja AKS belum memberikan apresiasi terhadap individu konstituen yang prestatif. Tindakan pemberian apresiasi tersebut sangat berperan mempengaruhi pengalaman kognitif individu pada pembentukan perilaku berprestasi pada diri konstituen. 2

3 Nilai-nilai berorientasi prestasi belum terbentuk, juga diakibatkan karena pemimpin AKS belum berperan optimal pada pembelajaran dan pengelolaan pengetahuan tasit dan eksplisit yang dimiliki konstituen. Pentingnya peran pemimpin ditegaskan oleh Bass (1990) bahwa pemimpin harus dapat berperan sebagai pembentuk BP (culture creator) melalui caranya mengarahkan individu dan peran contoh (role models) yang dilakukannya. Kedua bentuk tindakan pemimpin tersebut menjadi obyek pembelajaran yang mempengaruhi perilaku kerja konstituen, sebab tindakan seorang pemimpin merupakan preferensi konstituen untuk berperilaku dalam bekerja. Sejak diterapkan kebijakan pola perkebunan inti rakyat (PIR) pada tahun 1977, petani menjadi konstituen penting AKS melalui program kemitraan. Namun program ini belum memperlihatkan hasil yang baik, karena selain faktor pendidikan petani (Wahyono dan Daswir, 1993), juga karena adanya konflik kelembagaan di tingkat petani dan sikap petani yang membutuhkan informasi harga TBS yang dapat dipercayainya. Selain itu, ditemukan kasus di Jambi, adanya pabrik kelapa sawit (PKS) nirlahan yang memberikan pilihan harga tandan buah segar (TBS) kepada petani. Kondisi tersebut merupakan permasalahan yang menyulitkan inti untuk memastikan pasokan TBS dari petani. Pendekatan BP dalam manajemen organisasi AKS memungkinkan untuk mengatasi permasalahan di atas. Melalui pendekatan ini, pihak manajemen AKS dapat memahami nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku kerja petani, sedangkan petani dapat memahami dan melaksanakan kewajibannya sebagai konstituen yang telah mendapatkan manfaat ekonomik dengan keberadaan AKS. Pada awalnya BP pada AKS mengarah pada kegiatan produksi tetapi sejak diterapkan pola PIR pada tahun 1977, perkebunan besar BUMN mengalami perubahan budaya yaitu dari budaya berorientasi produksi menjadi BP yang berorientasi manusia (Pulungan dan Mangoensoekarjo, 2003: 515). Perubahan ini harus mendorong manajemen merumuskan BP yang dapat mendorong konstituennya terlibat pada aspek produksi. 3

4 Perubahan BP pada AKS di atas adalah sesuatu yang mendasar, sebab konstitusi manusia sebagai individu memiliki persepsi, tata nilai, dan sikap yang tidak mudah untuk merubahnya. Untuk itu dibutuhkan peran pemimpin organisasi yang dapat melakukan pembelajaran dan mengelola pengetahuan yang dimiliki individu dan organisasi. Peran tersebut dibutuhkan agar manajemen AKS dapat mendaya-gunakan perbedaan tata nilai individu konstituennya menjadi suatu sumberdaya potensial yang menunjang pelaksanaan semua kebijakan strategiknya. BP seringkali tidak berperan pada tujuan bisnis AKS karena BP diindentikkan sebagai suatu retorika yang tidak dapat dioperasionalkan, dan pelaksanaan kebijakan-kebijakan AKS tidak sesuai dengan nilai-nilai BP sehingga konstituen tidak berpartisipasi pada tujuan bisnis AKS. Seharusnya nilai-nilai BP digunakan sebagai landasan filosofis untuk menjabarkan kebijakan organisasi, sehingga BP menjadi identitas organisasi. Beberapa AKS ditemukan sudah merumuskan aspek filosofikal BP-nya tetapi sangat sulit teridentifikasi dalam berbagai kebijakannya. Oleh karenanya, nilai-nilai BP harus terkandung pada berbagai kebijakan bisnis, dan pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan tujuan bisnis AKS agar BP bersifat operatif untuk peningkatan daya saing AKS. Peningkatan daya saing suatu perusahaan dapat dilakukan melalui pengelolaan BP secara tepat (Wilderom et al., 2000; Wiley dan Brooks, 2000). Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan cara merumuskan strategi organisasi yang mengintegrasikan budaya perusahaan dengan strategi bersaing (SB) pada AKS. Strategi tersebut diformulasikan berdasarkan dimensi-dimensi BP yaitu nilai-nilai, serta faktor-faktor pembentuk nilai-nilai dan sasaran BP. Disisi lain, sasaran BP adalah pembentukan perilaku partisipatif pada: (a) pencapaian sasaran BP yaitu efektifitas perusahaan, kualitas, kinerja, inovasi, dan adaptif pada perubahan lingkungan bisnis, (b) pembentukan nilai-nilai BP, dan (c) pelaksanaan kebijakan SB. Jika BP dapat diarahkan untuk membentuk perilaku partisipatif konstituen AKS maka BP bersifat operatif terhadap SB, sehingga merencanakan SB 4

5 harus dilakukan seiring dengan kegiatan pemberdayaan yang mendorong konstituen mengembangkan perilaku partisipatif terhadap tujuan bisnis AKS. Cara ini merupakan pendekatan berbasis nilai-nilai strategik (strategic values) BP, yaitu arah kebijakan dan pelaksanaan SB harus dirumuskan dengan mempertimbangkan aspek nilai-nilai BP sebagai dimensi utama untuk meningkatkan daya saing. Berdasarkan pengalaman memberikan pelatihan dan konsultansi, secara umum ditemukan bahwa perusahaan-perusahaan mengalami permasalahan daya saing, karena kurang memberikan perhatian pada pengelolaan nilai-nilai sebagai unsur terpenting BP. Padahal perusahaan-perusahaan tersebut memiliki SDM, teknologi, modal, bahan baku, dan produk yang potensial yang semuanya sesuai dengan standar yang dibutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa aspek manajemen BP merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku individu dan organisasi terhadap tujuan persaingan yang ingin dicapai perusahaan-perusahaan tersebut. Keadaan ini juga terdapat pada AKS secara umum, sehingga keseluruhan uraian latar belakang pada bab ini memberikan inspirasi penelitian ini untuk mengkaji strategi organisasi yang mengintegrasikan BP dengan strategi bersaing. Dasar Pemikiran Pemimpin berperan pada (a) pembentukan lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi skema mental konstituen pada pekerjaannya dan pencapaian sasaran BP secara efektif, dan (b) pembentukan BP sehingga terbentuk nilainilai dan sekaligus juga mengefektifkan pencapaian sasaran BP. Peran tersebut jika dapat diintegrasikan dengan kebijakan SB, maka tujuan bisnis AKS dapat tercapai sehingga AKS menjadi kompetitif (Gambar 1). Untuk itu perlu diketahui peran pemimpin pada strategi integrasi organisasi yang memadukan BP dengan SB pada AKS. Perilaku partisipatif konstituen akan membantu organisasi AKS melaksanakan semua proses manajemen bisnis dan pelaksanaan kebijakan strategiknya. Individu konstituen akan memutuskan turut berpartisipasi jika skema mentalnya (mental scheme) yang terdiri dari nilai-nilai, sikap dan tin- 5

6 dakan mendapatkan dorongan/penguatan positif (positive reinforcement) dari lingkungan organisasi AKS. Penguatan tersebut dapat tercipta dari praktek kepemimpinan, penghargaan pada prestasi, konsistensi pelaksanaan kebijakan, dan iklim organisasi yang menghargai saling percaya (trust), integritas (integrity), kebenaran (truthful), dan keadilan (fairness). Krisis yang dialami organisasi bisnis diyakini secara umum disebabkan karena faktor-faktor penguatan tersebut bersifat negatif, artinya tidak dapat diidentifikasi dan tidak dilaksanakan sebagai standar perilaku organisasi. Lingkungan Kerja Skema mental konstituen Peran Pemimpin AKS Sasaran BP Strategi Bersaing Generik Budaya Perusahaan Nilai-nilai Strategi Integrasi Tujuan Bisnis AKS (Kompetitif) Gambar 1. Kerangka konseptual dasar pemikiran. Unsur-unsur penguatan tersebut berperan mempengaruhi pembentukan persepsi, keyakinan, dan kognitif konstituen yang menghasilkan perilaku partisipatif pada pencapaian berbagai tujuan bisnis AKS. Hal ini menunjukkan bahwa proses manajemen strategi bisnis berkaitan erat dengan proses manajemen BP, dimana aspek perilaku yang terbentuk melalui manajemen BP merupakan konstrain utama keberhasilan pelaksanaan strategi bisnis. Pengembangan partisipasi konstituen dengan pendekatan BP diharapkan akan menunjang sasaran bisnis AKS. Untuk itu diperlukan usaha-usaha manajemen AKS untuk (a) mengidentifikasi dan mengevaluasi nilai-nilai BP pada konstituen dan organisasi AKS, (b) mengetahui faktor-faktor utama pembentuk tata nilai, (c) mengetahui sasaran BP yang mempengaruhi pem- 6

7 bentukan nilai-nilai, dan (d) mengetahui bentuk strategi bersaing yang sesuai dengan sasaran bisnis AKS maupun ekspektasi konstituennya. Kemudian hasil dari keempat usaha tersebut dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan organisasi yang dapat mendorong partisipasi semua konstituen. Keempat cara di atas dapat terlaksana jika para pemimpin AKS dapat mengelola proses pembelajaran dan pengetahuan, dan menjabarkan visi dan misi yang dipahami oleh seluruh konstituen AKS. Peran pemimpin tersebut akan efektif bilamana kebijakan organisasi dilaksanakan secara konsisten, dan pemimpin melibatkan diri pada permasalahan kerja konstituennya. Aktifitas kepemimpinan ini berperan mempengaruhi pembentukan perilaku partisipasi konstituen pada pembentukan nilai-nilai BP, pencapaian sasaran BP, dan pelaksanaan SB pada AKS. Mempertimbangkan aspek BP pada perumusan kebijakan organisasi merupakan pendekatan untuk melaksanakan strategi bersaing AKS. Kerangka Porter (1980) memberi landasan pemikiran strategi generik bahwa faktor komitmen yang terdapat pada organisasi dan konstituen akan memudahkan organisasi melaksanakan salah satu kebijakan strategiknya yaitu berorientasi biaya, keunikan produk, atau fokus (biaya atau keunikan produk). Pada konteks BP, perilaku komitmen organisasi dan konstituen merupakan produk BP yang bermanfaat untuk pelaksanaan berbagai tujuan bisnis. Hal ini dinyatakan oleh Ulrich (1998) dan Moon (2000) bahwa jika BP dapat mendorong komitmen organisasi dan konstituen, maka akan meningkatkan kinerja organisasi. Dengan demikian, komitmen yang dimiliki organisasi dan konstituennya merupakan modal intelektual yang berperan pada peningkatan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnisnya. Pada konstruk BP, perilaku komitmen terbentuk karena adanya nilainilai yang diyakini organisasi dan konstituennya. Pengelolaan BP yang berperan pada pembentukan perilaku komitmen konstituen terhadap kebijakan strategi bersaing, memerlukan suatu pendekatan strategi organisasi yang mengintegrasikan BP dengan strategi bersaing pada AKS. 7

8 Perumusan strategi integrasi BP dengan SB memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk dioperasionalkan pada AKS. Perumusan tersebut harus diarahkan pada 2 konsiderasi yaitu manusia dan tugas. Konsiderasi manusia yaitu kebijakan-kebijakan organisasi diarahkan untuk pembentukan nilai-nilai dan perilaku konstituen, dan konsiderasi tugas yaitu kebijakan-kebijakan organisasi diarahkan pada pengembangan kemampuan konstituen untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan lebih baik. Pada pelaksanaan kedua konsiderasi kebijakan integrasi dari BP dengan SB tersebut memerlukan peran pemimpin pada pembentukan nilai-nilai BP, pencapaian sasaran BP dan pelaksanaan SB. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menemukan bentuk strategi organisasi AKS yang mengintegrasikan budaya perusahaan dengan strategi bersaing dalam upaya memberdayakan organisasi dan konstituennya untuk peningkatan daya saing AKS. 2. Merumuskan arah kebijakan manajemen organisasi AKS berdasarkan konsiderasi manusia dan tugas agar budaya perusahaan bersifat operatif menunjang pelaksanaan strategi bersaing. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Untuk meningkatkan kompetensi dan perilaku partisipatif konstituen melalui penggunaan pendekatan BP dalam perumusan kebijakan-kebijakan strategik organisasi sehingga daya saing AKS meningkat. 2. Memberikan arah cara berpikir dan bertindak para manager untuk mengembangkan peran manajerial dan kepemimpinan yang mempertimbangkan nilai-nilai oganisasi sebagai dasar pembentukan kompetensi dan perilaku partisipatif konstituen yang sesuai dengan kebijakan SB-AKS. 3. Untuk pengembangan ilmu manajemen perilaku organisasi, budaya perusahaan, manajemen sumber daya manusia, dan strategi organisasi khususnya pada kajian manajemen agroindustri. 8

9 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini merupakan kajian pada lingkup manajemen perilaku organisasi dan strategi bersaing dengan obyek penelitian adalah AKS. Unit analisis adalah individu responden yang berasal dari tingkat managerial dan pelaksana pada PTPN VI di Jambi dan Pinangtinggi (Propinsi Jambi), PTPN VIII di Malingping (Propinsi Jawa Barat) dan PTPN XIV di Makassar dan Burau (Propinsi Sulawesi Selatan), dan anggota kelompok tani plasma pada areal kerja ketiga PTPN tersebut. Ruang lingkup penelitian ini mencakup kajian mengenai: 1. Urutan tata nilai (values system) pada masing-masing konstituen AKS. Melalui temuan urutan tata nilai tersebut akan diketahui nilai-nilai utama (core values) dan nilai-nilai kritikal (critical values) pada AKS. 2. Interaksi faktor-faktor pembentuk BP (PBP) yang mempengaruhi pembentukan nilai-nilai. Melalui temuan ini akan diketahui peranan faktorfaktor PBP apa saja yang menunjang pembentukan nilai-nilai BP-AKS. 3. Interaksi antar faktor-faktor PBP pada sasaran BP (SBP), sehingga AKS dapat mengetahui faktor-faktor PBP yang perlu dikembangkan sesuai dengan SBP tertentu yang ingin dicapai. 4. Pengaruh faktor-faktor SBP pada pembentukan nilai-nilai untuk menemukan faktor-faktor SBP tertentu yang dapat mempengaruhi pembentukan nilai-nilai BP pada AKS. 5. Pengaruh faktor-faktor PBP dan SBP pada strategi bersaing (SB) generik untuk mengetahui tipe SB tertentu yang dapat dikembangkan AKS sesuai dengan faktor-faktor PBP dan SBP yang ditemukan. 6. Pengaruh kombinasi individu SB generik yang mempengaruhi nilai-nilai. Diharapkan melalui kombinasi SB generik ini dapat tercapai pembentukan nilai-nilai BP dan peningkatan daya saing AKS. 7. Peran sasaran antara sebagai kovariat pada semua interaksi pada butir (1) sampai (6) di atas, sehingga dapat diketahui faktor sasaran antara yang berperan sebagai pengintegrasi antara BP dan SB pada AKS. Temuan ini 9

10 dapat membantu manajemen AKS mengembangkan lingkungan organisasi yang sesuai dengan faktor-faktor yang ada pada sasaran antara. 8. Perumusan bentuk strategi integrasi berdasarkan uji hipotesis pada butir 1 sampai 7 di atas untuk perumusan arah kebijakan strategi integrasi. 9. Perumusan arah kebijakan strategi integrasi BP dan SB berdasarkan konsiderasi manusia dan tugas untuk operasionalisasi strategi integrasi pada AKS. Keterbatasan (limitasi) penelitian ini adalah dilakukan pada 3 propinsi (Jambi, Banten, dan Sulawesi Selatan) tetapi tidak dapat dianggap mewakili Indonesia Barat, Tengah, dan Timur, karena dipilih tidak berdasarkan prosedur metode acak. Selain itu, karena hanya dilakukan pada PTPN, sehingga tidak dapat dianggap mewakili seluruh AKS Indonesia karena perusahaan swasta tidak terlibat. Pengelompokan responden dilakukan berdasarkan data latar belakang yang diberikan responden pada kuesioner. Untuk mengatasi ketidak-lengkapan respons (nonresponse error) pada kuesioner, dilakukan observasi lapangan dan wawancara kepada responden yang dianggap mewakili ketiga kelompok tersebut. Penelitian ini menggunakan 3 domain analisis yaitu persepsi, keyakinan, dan kognitif. Tidak dilakukan analisis keterkaitan antar domain, tetapi berdasarkan hasil analisis pada masing-masing domain ditujukan untuk mendapatkan domain yang paling nyata berperan pada tujuan hipotesis. Hasil pengujian pada masing-masing domain selanjutnya disintesis untuk merumuskan arah kebijakan strategi integrasi BP dengan SB. Diharapkan penelitian lebih lanjut berdasarkan keterkaitan antar domain-domain tersebut. Penelitian ini menggunakan metode General Linear Model Multivariate dan dendogram dengan asumsi terdapat hubungan linier antar peubah yang dianalisis. Keterbatasan metode ini adalah pada kondisi nyata seringkali berlangsung dinamis dan kompleks, sehingga disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode yang dapat mengakomodasi dinamika dan kompleksitas BP pada AKS. 10

STRATEGI INTEGRASI BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN STRATEGI BERSAING PADA AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT WILLEM DAGI

STRATEGI INTEGRASI BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN STRATEGI BERSAING PADA AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT WILLEM DAGI STRATEGI INTEGRASI BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN STRATEGI BERSAING PADA AGROINDUSTRI KELAPA SAWIT WILLEM DAGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

DAFTARISI

DAFTARISI DAFTARISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN xvi xvii xviii I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang ~ 1 1.2 Identifikasi Masalah 8 1.3 Rumusan Masalah 10 1.4 Tujuan Penelitian 10 1.5 Manfaat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuhan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu sub sistem pembangunan nasional harus selalu memperhatikan dan senantiasa diupayakan untuk menunjang pembangunan wilayah setempat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara atau biasa disebut sebagai PTPN merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kewenangan untuk mengelola perkebunan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

KATA PENGANTAR. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul " Strategi Peningkatan Harga

Lebih terperinci

OLEH DODI EKAPRASETYA A

OLEH DODI EKAPRASETYA A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara ) OLEH DODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset berharga dalam setiap organisasi. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu prioritas dalam manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri perbankan, khususnya bank umum, merupakan pusat dari sistem keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat penyimpanan dana, membantu pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelolainformasi yang mengalir di dalam dan di luar lingkungannya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. mengelolainformasi yang mengalir di dalam dan di luar lingkungannya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Di era globalisasi dewasa ini, perusahaan dituntut untuk memperhatikan dan mengelolainformasi yang mengalir di dalam dan di luar lingkungannya. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas pokok Bank Indonesia (BI) sebagaimana ditetapkan dalam Undang undang tentang Bank Sentral, memiliki fungsi yang sangat strategis yaitu mencapai dan memelihara

Lebih terperinci

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel 54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1999 mengalami kenaikan yang cukup

I. PENDAHULUAN. areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1999 mengalami kenaikan yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama periode 1998-2003 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya sebesar 12,2%. Pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang menghasilkan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf (2005), pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha agroindustri. PTPN IV (Persero) Medan mengusahakan perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. bidang usaha agroindustri. PTPN IV (Persero) Medan mengusahakan perkebunan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PTPN IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PTPN IV (Persero) Medan mengusahakan perkebunan dan pengelolahan komoditas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan knowledge based economy (ekonomi berbasis pengetahuan) dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan knowledge based economy (ekonomi berbasis pengetahuan) dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dunia bisnis untuk merebut pasar terasa demikian ketat. Munculnya perusahaan-perusahaan baru dengan menggunakan teknologi modern, menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dan menggantikan kelemahan-kelemahan manusia, salah satu bentuk dari kecanggihan teknologi tersebut adalah

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit telah menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa negara non migas, penciptaan lapangan kerja dan pelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan organisasi sebenarnya sudah ada sejak sejarah awal peradaban manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Makalah Disusun Oleh : Imam Anggara 11.12.5617 11.S1SI.04 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012-03-16 KATA PENGANTAR Makalah ini mengangkat judul tentang Peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A.. Latar Belakang Subsektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia mempunyai peranan strategis, antara lain sebagai penyerap tenaga kerja, penyedia pangan, penopang pertumbuhan industri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

MATERI 2 KONSEP RENCANA STRATEGIS PERUSAHAAN

MATERI 2 KONSEP RENCANA STRATEGIS PERUSAHAAN MATERI 2 KONSEP RENCANA STRATEGIS PERUSAHAAN 2.1. Pendahuluan Rencana strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, tentunya untuk dapat bersaing sebuah perusahaan memerlukan adanya sistem manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN TUGAS SARJANA

PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN TUGAS SARJANA PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian strategi yang menjadi salah satu pilar bagi perekonomian Indonesia.Komoditi ini memberikan sumber pendapatan yang

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Nilai dari sumber daya manusia akan tampak jelas ketika perusahaan. asset jika sumber daya manusianya berkualitas.

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Nilai dari sumber daya manusia akan tampak jelas ketika perusahaan. asset jika sumber daya manusianya berkualitas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan hidup perusahaan salah satunya ditentukan oleh sumber daya manusia. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Nilai dari

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Media Informatika Vol.16 No.2 (2017) MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Muksin Wijaya Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 96 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang menghasilkan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf (2005), pada tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap bentuk usaha baik profit maupun nonprofit memerlukan seorang pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. Kebijaksanaan dan keputusan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori strategi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sumber daya yang tak terlihat (intangible resources) seperti pengetahuan, keahlian, motivasi, budaya, teknologi, kompetensi

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agroindustri kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik paparan secara deskriptif maupun pengujian hipotesis yang telah ditetapkan pada hubungan antara iklim organisasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan organiasi mengalami perubahan, Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan organiasi mengalami perubahan, Perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan organiasi mengalami perubahan, Perubahan tersebut terjadi akibat adanya era globalisasi yang mempengaruhi perubahan disegala bidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan maupun kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja karyawan merupakan prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan per satuan periode waktu dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kekuatan utama yang harus dimiliki dan dipersiapkan oleh organisasi untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin canggih terletak pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dikarenakan para karyawan bahkan pimpinan kurang memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dikarenakan para karyawan bahkan pimpinan kurang memiliki rasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis terdapat sejumlah organisasi atau perusahaan yang mengalami kegagalan maupun yang hampir gagal dalam mencapai tujuannya. Hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN 6.1 Kaidah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 yang berisi Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah ini merupakan pedoman bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 133 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Tesis ini telah membahas hasil penelitian mengenai implementasi rencana kegiatan madrasah (RKM) di Kabupaten Bandung Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub sektor agroindustri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 PT. Perkebunan Nusantara IV 4.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang penggabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perubahan politik dan administrasi pemerintahan melalui pemberian otonomi luas kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan perkebunan dewasa ini memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, karena komoditas ini merupakan salah satu andalan sumber devisa

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau A. Kemampuan Daya Dukung Wilayah (DDW) Terhadap Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Robbins, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Robbins, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan kesatuan sosial yang yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diindentifikasikan, bekerja secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu pelabuhan besar di Indonesia yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah nasional yang sedang dihadapi oleh bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah nasional yang sedang dihadapi oleh bangsa BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Salah satu masalah nasional yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri alat

Lebih terperinci

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun

1.000 ha Kelapa Sawit. Karet. tahun 1.500 1.200 900 600 300 1.000 ha Karet Kelapa Sawit 0 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 tahun Kebun Masyarakat* TBS PKS Keterangan Inti TBS * Perkebunan Rakyat Pengangkutan TBS (yang diprogramkan) Pengangkutan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT SKALA KECIL (MINI PLANT)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT SKALA KECIL (MINI PLANT) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT SKALA KECIL (MINI PLANT) Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian PENDAHULUAN Kebijakan pengembangan agribisnis kelapa sawit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, selain beberapa desa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai kompetisi super ketat antarindividu, antarorganisasi dan bahkan antarbangsa, yang kemudian direspon dengan reformasi dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal terhadap komitmen organisasi. Penelitian sebelumnya menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia handal yang menguasai lingkup kompetensi kerja secara profesional. Hal tersebut diperlukan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri 5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar belakang. Pada masa-masa penuh ketidak pastian seperti saat ini, adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar belakang. Pada masa-masa penuh ketidak pastian seperti saat ini, adanya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada masa-masa penuh ketidak pastian seperti saat ini, adanya suatu pemahaman akan pentingnya membangun dan menjaga suatu perusahaan yang kokoh dari dalam, yang dapat

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasukin era globalisasi merupakan suatu tahap yang harus dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Memasukin era globalisasi merupakan suatu tahap yang harus dilalui oleh 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasukin era globalisasi merupakan suatu tahap yang harus dilalui oleh setiap perusahaan dalam menjalankan operasional guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Langkah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR ISTILAH...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR ISTILAH... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR ISTILAH... vii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4

Lebih terperinci

KUESIONER A. IDENTITAS RESPONDEN. Nama : Umur : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : 1. Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang terbagi dalam dua

KUESIONER A. IDENTITAS RESPONDEN. Nama : Umur : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : 1. Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang terbagi dalam dua 124 KUESIONER A. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : 1. Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang terbagi dalam dua bagian. 2. Jawaban setiap pertanyaan telah disediakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan yang cepat berubah dengan percepatan (acceleration) yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat serta kompetitif dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat serta kompetitif dengan permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang berubah cepat serta kompetitif dengan permasalahan yang semakin kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan sebagai mahluk yang tidak dapat hidup sendiri atau disebut juga sebagai mahluk sosial. Setiap manusia bergantung satu sama lain dalam memenuhi

Lebih terperinci