BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679). Penyusunan laporan keuangan daerah merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah. Laporan keuangan yang disusun ini meliputi : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP basis akrual dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Daerah. Pelaporan keuangan daerah adalah/ laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Batang selama satu periode pelaporan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektifitas dan 1

2 efisiensi pemerintah Kabupaten Batang, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan: 1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; 2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; 3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang serta hasil-hasil yang telah dicapai; 4. Menyediakan informasi mengenai upaya Pemerintah Kabupaten Batang dalam mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas; 5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; 6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah daerah mengenai kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan; 7. Menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih / kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit Laporan Operasional ( LO ) aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas Pemerintah Daerah Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 disusun berdasarkan: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4286); 2

3 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4028); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4575); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Repubilk Indonesia Tahun 2005 Nomor 4578); 9. Peratutan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4540); 3

4 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4614); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 4219); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5 ); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; 4

5 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 12); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 6); 27. Peraturan Bupati Batang Nomor 54 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015; 28. Peraturan Bupati Batang Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2014 Nomor 68) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Batang Nomor 41 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belaja Daerah Kabupaten Batang tahun Anggaran 2015 (Berita Daerah kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 41); 29. Peraturan Bupati Batang Nomor 59 tahun 2015 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun anggaran 2015 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 59). 30. Peraturan Bupati Batang Nomor 69 tahun 2015 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 69 ); 31. Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 70 ); 5

6 1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Kabupaten Batang, yang terdiri dari PPKD (BUD), SKPD dan BLUD. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 terdiri dari : A. Laporan Realisasi Anggaran ( LRA ) LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer dan Pembiayaan Daerah. Data/informasi Keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal didasarkan pada LRA SKPD dan data / informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain pendapatan yang sah, Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan, Belanja Tak terduga, Transfer dan Pembiayaan ( penerimaan dan pengeluaran ) didasarkan pada LRA PPKD (BUD). B. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah Laporan yang menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal, Silpa/Sikpa, koreksi dan Saldo Akhir. C. Neraca Neraca memuat informasi mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca SKPD disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca BLUD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca PPKD (BUD) menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. D. Laporan Arus Kas (LAK) Laporan arus kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) selama Tahun Anggaran E. Laporan Operasional Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas yang tercermin dalam pendapatan LO, beban dan surplus/ defisit operasional dari suatu entitas yang penyajiannya dibandingkan dengan periode sebelumnya. 6

7 F. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit LO, koreksi dan ekuitas akhir. G. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Catatan Atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 disusun berdasarkan penggabungan antara laporan keuangan SKPD, Laporan Keuangan BLUD dan Laporan Keuangan PPKD (BUD). Laporan Keuangan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan BLUD terdiri dari Laporan realisasi Anggaran, Laporan operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keauangan, sedangkan Laporan Keuangan PPKD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Opersional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Perubahan Kebijakan Akuntansi. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 disusun dan disajikan berdasarkan basis akrual, dimana pada tahun-tahun sebelumnya disusun dan disajikan berdasarkan basis kas menuju akrual. Perubahan basis akuntansi ini sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Pemerintahan pada Pemerintah Daerah dan Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang. 7

8 Perubahan penerapan kebijakan akuntansi mengakibatkan adanya penyajian kembali (restatement) untuk pos-pos yang ada pada pos Neraca. Berdasarkan identifikasi maka perlu disajikan kembali antara lain untuk akun sebagai berikut : Piutang yang menampilkan nilai wajar setelah dikurangi penyisihan piutang. Beban dibayar dimuka, sebelumnya diakui seluruhnya sebagai belanja, apabila belum dimanfaatkan seluruhnya, maka disajikan sebagai akun beban dibayar. Aset Tetap, yang menampilkan nilai buku setelah dikurangi akumulasi penyusutan Aset tidak Berwujud, yang menampilkan nilai buku setelah dikurangi akumulasi amortisasi Utang Bunga, perlu disajikan kembali terkait dengan akrual utang bunga akibat adanya utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Pendapatan Diterima Dimuka, perlu disajikan kembali karena pada periode sebelumnya belum disajikan. Ekuitas, perlu disajikan kembali karena kebijakan yang digunakan dalam pengklasifikasian entitas berbeda. Penerapan basis akrual pertama kali juga menghasilkan Laporan operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Perubahan SAL. Untuk membandingkan dengan laporan sebelumnya, kami sajikan juga Laporan Operasional Tahun 2014 dan Laporan Perubahan Ekuitas

9 1.4. Sistematika Penulisan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 memuat penjelasan dan atau catatan atas laporan keuangan dalam periode Tahun Anggaran 2015 yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 1.1. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan Perubahan Kebijakan Akuntansi 1.4. Sistematika Penulisan. Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD 2.1. Ekonomi Makro 2.2. Kebijakan Keuangan 2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD. Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan 3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Bab IV Kebijakan Akuntansi 4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah 4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP pada Pemerintah Daerah. Bab V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan 5.1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan LRA Belanja Pembiayaan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 9

10 5.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Saldo Anggaran Lebih Awal Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan Sisa lebih / kurang pembiayaan Anggaran Koreksi Kesalahan pembukuan tahun sebelumnya Saldo Anggaran Akhir 5.3. Neraca Aset Kewajiban Ekuitas 5.4. Laporan Arus Kas Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Kas dari Investasi Aset Non Keuangan Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas dari Aktivitas Transitoris Saldo Akhir Kas 5.5. Laporan Operasional Pendapatan LO Beban Surplus / Defisit Kegiatan Operasional Surplus / Defisit dari Kegiatan Non Operasional Pos Luar Biasa Surplus / Defisit Laporan Operasional 5.6. Laporan Perubahan Ekuitas Ekuitas Awal Surplus / Defisit LO Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan / Kesalahan Mendasar Ekuitas Akhir Bab VI Penjelasan atas Informasi informasi Non Keuangan. Bab VII Penutup. 10

11 BAB II EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD 2.1. EKONOMI MAKRO Kabupaten Batang yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965 tanggal 14 Juli 1965 berada pada jalur utara yang menghubungkan Jakarta-Surabaya. Luas daerah Kabupaten Batang adalah ,16 ha dan mempunyai batas-batas wilayah: a. Sebelah utara : Laut Jawa b. Sebelah selatan : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara c. Sebelah barat : Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan d. Sebelah Timur : Kabupaten Kendal Sebagai daerah agraris dimana sektor pertanian dan perkebunan merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk, luas pemanfaatan lahan pertanian adalah sebagai berikut: a. Tanah sawah : ,08 Ha b. Tanah Perkebunan : 7.909,11 Ha c. Tegal/Huma : ,75 Ha d. Padang Rumput : 89,95 Ha Potensi tanaman di sektor ini yang cukup menonjol untuk tanaman pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis tanaman sayur-sayuran yang banyak diusahakan adalah bawang merah, bawang daun, kentang, kubis dan cabai. Sedangkan untuk buah-buahan adalah durian, rambutan, nangka, mangga, jeruk dan pisang. Untuk jenis tanaman perkebunan adalah kelapa, tebu, teh, coklat, kopi dan cengkeh. Potensi perikanan Kabupaten Batang dapat dilihat dari letak geografis di tepi pantai Laut Jawa dengan garis pantai sepanjang 38,75 km dan lebar 4 mil merupakan potensi yang sangat strategis untuk pengembangan perikanan laut maupun perikanan darat yang terdiri dari tambak (air payau) dengan potensi lahan seluas 1.429,2 ha, kolam air tawar dengan potensi lahan seluas 300 ha dan perairan umum (sungai, waduk, sawah, dan genangan air). 11

12 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah/wilayah menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah/wilayah terhadap kemampuan produksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur ekonomi terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor. Dengan melihat kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB, maka dapat diketahui seberapa besar peran suatu sektor dalam menunjang perekonomian daerah. Struktur perekonomian di Kabupaten Batang dapat ditunjukkan oleh besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB Kabupaten. Menurut harga berlaku, pada Tahun 2014 sektor industri pengolahan memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Batang yaitu sebesar 27,43%, disusul sektor Pertanian sebesar 23,80%. Kontribusi terbesar ketiga diberikan oleh sektor Perdagangan, hotel dan Rumah Makan sebesar 17,81%. Sektor Pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil yaitu hanya 1,30% PDRB Per kapita PDRB perkapita dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur atau menilai indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah/wilayah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah (PDRB) dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya penduduk berpengaruh terhadap nilai PDRB per kapita. Sedang besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor yang terdapat di daerah tersebut. Perkembangan pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku setiap tahun mengalami peningkatan. Kenaikan pendapatan per kapita terbesar lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2014 sebesar 11,97%. Sedangkan berdasarkan harga konstan kenaikan pendapatan perkapita tertinggi lima tahun terakhir juga terjadi pada tahun 2011 sebesar 4,88%. 12

13 Tabel II.1. Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Batang Tahun Tahun Pendapatan perkapita adh berlaku (Rp) Pertumbuhan (% ) Pendapatan perkapita adh konstan 2000 (Rp) Pertumbuhan (% ) , , , , , , , , , ,68 Sumber : BPS Kabupaten Batang Nilai PDRB Per kapita Kabupaten Batang atas dasar harga berlaku sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan secara terus-menerus. Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita tercatat sebesar Rp ,00, dan secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun 2014 mencapai Rp ,00. Kenaikan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB berdasarkan harga konstan Secara riil, Ternyata dari nilai PDRB per kapita sejak tahun 2010 terus mengalami kenaikan dari sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 di tahun Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan produk domestik yang mencerminkan kinerja perekonomian suatu daerah. Andil terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diamati secara sektoral, spasial, dan penggunaan nilai tambah, sehingga pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan pada sektor, wilayah atau komponen penggunaan apa yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang. 13

14 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2014 mencapai 5,16 persen, turun sekitar 0,01 poin dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2013 yang sebesar 5,17 persen. Tabel II.2. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Batang (%) Sektor Pertanian 2,95 2,38 1,62 3,03 2,91 2. Pertambangan & Penggalian 4,4 3,51 5,28 5,01 4,97 3. Industri Pengolahan 4,83 5,72 4,71 4,95 4,98 4. Listrik, Gas dan Air bersih 5,87 2,96 5,59 5,9 5,47 5. Bangunan 4,04 3,92 5,64 5,87 5,89 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,33 5,89 7,36 7,49 6,91 7. Angkutan dan Telekomunikasi 7,16 7,25 5,83 5,59 5,96 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,56 6,69 7,79 8,89 7,01 9. Jasa-jasa 8,63 9,17 7,74 5,03 6,15 PDRB 4,97 5,26 5,02 5,17 5,16 Sumber : BPS Kabupaten Batang Andil sektoral yang terbesar dalam laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2014 disumbang oleh sector Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 7,01 persen. Pada posisi berikutnya, oleh sektor Perdagangan, hotel dan Restoran dan sektor Jasa-jasa yang masing-masing mempunyai pertumbuhan sebesar 6,91 persen dan 6,15 persen. Laju inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting. Laju inflasi Kabupaten Batang pada Tahun ,66 persen lebih rendah dari inflasi tahun 2013 sebesar 8,08 persen. Untuk Tahun 2014 ini laju inflasi tertinggi pada sektor Bahan Makanan sebesar 13,64% disusul sektor Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 7,89.%. Kumulatif inflasi tahun 2014 sebesar 7,66%. 14

15 2.2. KEBIJAKAN KEUANGAN Kebijakan keuangan daerah mengacu pada dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang merupakan kesepakatan bersama antara Bupati Batang dengan DPRD Kabupaten Batang. Kebijakan keuangan mencakup kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Berikut uraian kebijakan keuangan tersebut Kebijakan Pendapatan Daerah Perencanaan terhadap target pendapatan daerah seyogyanya memperhatikan kondisi perekonomian saat ini. Hal ini perlu diperhatikan, karena kondisi saat ini ada kemungkinan bisa memberikan dampak pada Tahun Anggaran Untuk memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka Kabupaten Batang harus berupaya menggali berbagai potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani masyarakat. Hal ini dicanangkan dengan harapan secara bertahap, Kabupaten Batang mampu meningkatkan kemampuannya dalam kemandirian keuangan daerah, utamanya dalam memenuhi pembiayaan pembangunan daerah. Beberapa langkah yang ditempuh dapat dilakukan melalui intensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada dan dikelola secara lebih efisien dan efektif. Selanjutnya langkah lainnya adalah melalui ekstensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi melalui pembukaan peluang-peluang pendapatan baru yang mempunyai potensi besar. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, pelaksanaan pendapatan daerah selama ini lebih banyak diperoleh baik dari kewenangan yang dimiliki daerah sebagai bentuk dari adanya kewenangan daerah otonomi. A. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Perkembangan kondisi perekonomian saat ini, secara langsung maupun tidak langsung juga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro dan global. Dampaknya, kondisi ini tentu memberikan pengaruh terhadap kelangsungan kondisi keuangan di Kabupaten Batang pada tahun anggaran

16 Hingga saat ini dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional maupun daya beli masyarakat tentu berpengaruh pada capaian PAD di masing-masing daerah, tidak terkecuali di Kabupaten Batang. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Batang diharapkan tidak menerapkan kebijkan yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Bahkan sebaliknya perlu ada kebijakan yang bisa memberikan rangsangan atau insentif untuk menarik agar perekonomian masyarakat stabil dan meningkat. Secara umum kebijakan keuangan daerah diarahkan pada peningkatan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan efisinsi anggaran yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan. Untuk mencapai target pendapatan daerah, diperlukan langkah-langkah dan arah kebijakan keuangan daerah sebagai berikut: 1. Optimalisasi berbagai sumber-sumber pendapatan daerah khususnya sumber-sumber Pendapatan asli daerah melalui optimalisasi pendataan dan penerimaan wajib pajak dan retribusi daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maupun regulasi yang terkait lainnya. 2. Melakukan intensifikasi terhadap pungutan pajak dan retribusi daerah. 3. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat, terutama kesadaran untuk membayar pajak dan retribusi daerah. 4. Penyederhanaan terhadap sistem dan prosedur administrasi, terutama sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, pemberian insentif atau rasionalisasi pajak/retribusi daerah, melakukan peningkatan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah, serta melakukan peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan Pendapatan Asli Daerah yang diikuti dengan peningkatan mutu, kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan. 5. Mengoptimalkan pendapatan dengan tidak menaikkan tarif pajak maupun menaikkan tarif retribusi / penyesuaian retribusi khusus retribusi parkir. 6. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung mobilitas bagi pemungut penerimaan daerah maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan. 7. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah. 16

17 8. Melakukan peninjauan kembali terhadap berbagai kebijakan pemerintah Kabupaten Batang, terutama yang terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah, memberikan respon positif terhadap Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru. 9. Melakukan penetapan terhadap pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, mempertimbangkan hasil dari nilai kekayaan daerah yang disertakan sesuai dengan tujuan dan fungsi penyertaan modal. 10. Menaikkan tarif pajak dan retribusi daerah. B. Kebijakan Dana Perimbangan Pelaksanaan proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 sudah dimulai sejak bulan Juni Sedangkan penetapan alokasi Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2015 secara definitif belum ditetapkan. Oleh karena itu, maka penentuan besarnya dana perimbangan menggunakan pagu perkiraan. Guna mencapai target Pendapatan dalam meningkatkan dana perimbangan, upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Batang antara lain: a. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik; b. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap berbagai sumber pendapatan yang bersumber dari Bagi hasil pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah Kebijakan Belanja Daerah A. Kebijakan terkait dengan Perencanaan Belanja Daerah Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2015, Pemerintah Daerah Kabupaten Batang harus mempunyai daya dan upaya dalam menetapkan target capaian baik dalam konteks daerah, satuan kerja dan kegiatan yang senada, senafas dan sejalan dengan urusan yang menjadi kewenangannya. Selain itu, perlu ada upaya-upaya kreatif dan inovatif supaya Belanja Langsung mendapat porsi alokasi yang lebih 17

18 besar dari Belanja Tidak Langsung, dan Belanja Modal mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari Belanja Barang dan Jasa. B. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. Untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga, mutasi dan penambahan PNSD perlu diperhitungkan accress yang besarnya dibatasi maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai (gaji pokok dan tunjangan). Kebijakan yang diambil dalam menentukan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga dituangkan dalam program kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi masalah mendesak dan diperlukan oleh masyarakat luas scara langsung, agar tercipta stabilitas ekonomi dan daerah. 2. Kebijakan yang berhubungan dengan tumpuan hajat hidup sebagaian besar masyarakat. 3. Kebijakan yang secara nyata akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 4. Kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 5. Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia. 6. Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. 7. Kebijakan yang dapat mendorong penyerapan tenaga kerja setempat. 8. Mengalokasikan belanja pendamping kegiatan Dana Alokasi Daerah. 9. Mengalokasikan belanja bunga loan ADB, belanja subsidi pelayanan puskesmas, belanja hibah dan sosial serta bantuan kepada desa. 10. Anggaran belanja tidak terduga untuk estimasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah serta tidak biasa/tanggap darurat, yang mendesak dan tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan tahun berjalan. 18

19 11. Menghapus/menghilangkan belanja jasa administrasi keuangan secara proporsional (jasa pelayanan SPMU/SP2D). 12. Jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. 13. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan dan penghargaan atas suatu prestasi. 14. Penganggaran pengadaan barang ( termasuk aset tetap ) yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. 15. Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja, studi banding dan bimbingan teknis atau sejenisnya, dilakukan secara selektif, dengan mempertimbangkan asepek-aspek urgensi dan kompetetnsi serta memperhatikan target kinerja dan manfat dari perjalanan dinas dimaksud. 16. Penganggaran belanja perjalanan dinas di luar kegiatan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi maksimal 20% dari anggaran kegiatan yang bersangkutan KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Kebijakan pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan Kebijakan penerimaan pembiayaan Penerimaan pembiayaan direncanakan berasal dari SILPA tahun sebelumnya Kebijakan pengeluaran pembiayaan Pengeluaran pembiayaan daerah terdiri dari penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, dan pembentukan dana cadangan. 19

20 2.4. PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 disajikan secara ringkas sebagai berikut: APBD Tahun 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan , , ,81 Belanja dan Transfer , , ,42 Surplus/(Defisit) ( ,99) , ,23 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan , ,99 ( ,00) Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , ,99 ( ,00) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran , ,23 Dari data di atas, realisasi pendapatan melampaui target 1,18% yaitu sebesar Rp ,81 dan Belanja yang tidak terserap 9,50% yaitu sebesar Rp ,42. Pencapaian kinerja menurut urusan Pemerintahan Daerah dapat kami sajikan tersendiri dalam bentuk buku matrik sebagai hasil kompilasi pencapaian kinerja keuangan SKPD se-kabupaten Batang yang telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran Dalam CaLK ini akan kami sajikan ringkasan pencapaian kinerja atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam berbagai urusan yang telah dilaksanakan selama Tahun 2014 baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang diringkas dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Tahun Target Kinerja yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Batang disajikan dalam Buku LKPJ Bupati Tahun

21 BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2015 Anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemenuhan sumber-sumber keuangan daerah. Realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2015 secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. Realisasi pendapatan sebesar Rp ,81 lebih besar Rp ,81 yaitu 1,18% dibandingkan dengan target sebesar Rp , Realisasi belanja sebesar Rp ,57 lebih rendah Rp ,42 atau 9,51 % dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp , Pada realisasi APBD Tahun Anggaran 2015 terjadi surplus sebesar Rp ,24 Sedangkan pada pembiayaan terdapat pembiayaan netto sebesar Rp ,99 sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp ,23 Realisasi sasaran kinerja fiskal Pemerintah Kabupaten Batang selama tahun anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel III.1. berikut ini : Tabel III.1. Ikhtisar Target dan Realisasi Kinerja Fiskal Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 APBD Tahun 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan , , ,81 Belanja dan Transfer , , ,42 Surplus/(Defisit) ( ,99) , ,23 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan , ,99 ( ,00) Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , ,99 ( ,00) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran , ,23 21

22 Dengan menggunakan anggaran sebagai tolok ukur kinerja, SILPA Tahun Anggaran 2015 berasal dari over target pendapatan sebesar Rp ,81 atau 1,18%; sisa anggaran belanja sebesar Rp ,42 atau 9,50%; dan dari sisa pembiayaan netto sebesar (Rp ,00) atau 0,008%. Rekapitulasi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2015 beserta realisasinya untuk setiap SKPD disajikan pada Lampiran 1a dan 1b. Sebagaimana disajikan pada lampiran tersebut, terdapat realisasi pendapatan di beberapa SKPD yang tidak memiliki anggaran pendapatan. Beberapa SKPD tersebut dinas dan badan yang bukan merupakan penghasil pendapatan, antara lain Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dinas dan badan lainnya. Hal ini dikarenakan adanya penerimaan pendapatan melalui SKPD tersebut yang berasal dari Lain-lain PAD Yang Sah, diantaranya berasal dari pendapatan pengembalian belanja tahun lalu, dan pendapatan jasa giro pemegang kas Realisasi Anggaran Tahun 2014 Dibandingkan dengan Tahun 2015 Dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, pendapatan Tahun 2015 meningkat Rp ,89 atau 15,28%. Belanja Tahun 2015 meningkat sebesar Rp ,64 atau 12,86%. Pembiayaan netto tahun 2015 menurun Rp ,01 atau 4,84%. Sedangkan SILPA meningkat Rp ,24 atau 16,34% dengan perhitungannya sebagai berikut: 2015 (Rp) 2014 (Rp) Rp % 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan , , ,89 15,28 Belanja dan Transfer , , ,64 12,86 Surplus/(Defisit) ,24 ( ,01) ,25 (2.740,96) 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan , ,00 ( ,01) (6,28) Pengeluaran Pembiayaan , ,00 ( ,00) (30,90) Pembiayaan Netto , ,00 ( ,01) (4,84) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Realisasi Realisasi 2015-Realisasi , , ,24 16,34 22

23 3.2. HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENCAPAIAN TARGET YANG TELAH DITETAPKAN Permasalahan yang menghambat dan menjadi kendala dalam pencapaian target pendapatan maupun upaya optimalisasi belanja daerah antara lain sebagai berikut: Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Pendapatan Daerah Secara umum tidak terdapat kendala dalam upaya memperoleh pendapatan sesuai dengan target pendapatan yang telah ditetapkan. Pada kelompok Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah melebihi yang ditargetkan. Sedangkan pada kelompok Dana Perimbangan realisasi pendapatan di bawah target yang ditetapkan. Adapun hambatan dan permasalahan utama dalam pendapatan daerah adalah sebagai berikut: Terbatasnya SDM baik kualitas maupun kuantitas dalam menangani pemungutan pajak; Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak; Banyak terjadi peralihan hak atas tanah namun tidak diikuti dengan permohonan mutasi SPPT sehingga subyek pajak sudah berubah; Kesulitan penagihan PBB tanah mrancang karena Wajib Pajak di luar kota alamatnya tidak jelas dan tidak ada nomor telpon/hp yang bisa dihubungi Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Belanja Daerah Realisasi belanja Tahun 2015 mencapai 90,50%. Untuk belanja langsung, yakni untuk belanja dalam rangka pelaksanaan kegiatan, realisasinya mencapai 88,49%. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan belanja daerah diantaranya: Realisasi penyerapan anggaran di SKPD tidak berdasarkan pada anggaran kas yang sudah direncanakan, sehingga pencairan dana menumpuk di akhir tahun; Adanya persepsi dari SKPD pengajuan pencairan Ganti Uang (GU) jika uang persediaan sudah dipertanggungjawabkan 100%, sedangkan di Juknis pengelolaan APBD Tahun 2015 menyebutkan bahwa penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran apabila dana uang persediaan (UP) telah 23

24 dipertanggungjawabkan sekurang-kurangnya 50% dari dana UP yang diterima; Kualitas dan profesionalisme SDM aparatur belum memadai. Belum maksimalnya koordinasi intern di SKPD antara pelaku yang terkait kegiatan, pengelola keuangan dan pengelola barang di SKPD; Kurang dapat mengimplementasikan peraturan perundang-undangan yang tiap tahun mengalami perubahan; Penerima bantuan sosial dan hibah tidak memenuhi persyaratan sebagaimana regulasi; SKPD pengampu belanja hibah dan bantuan sosial mengajukan pencairannya terlambat di penghujung akhir tahun sehingga tidak terproses pencairannya. Pengadaan alat peraga (DAK Pendidikan) gagal lelang, dikarenakan pada waktu proses pelelangan penawaran tidak memenuhi syarat. 24

25 BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1 ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan perundangundangan wajib meyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas pelaporan dalam LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 adalah Pemerintah Kabupaten Batang. Selain itu Pemerintah Kabupaten Batang memiliki entitas akuntansi yang terdiri dari SKPD dan PPKD (BUD) yang menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya. Entitas akuntansi adalah unit pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Batang meliputi dinas, badan, sekretariat daerah, sekretariat DPRD, kantor, kecamatan, dan kelurahan. Tabel 4.1 Entitas Akuntansi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 No. Kode SKPD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dinas Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (APBD dan BLUD) Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Energi Sumber Daya Mineral Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Badan Lingkungan Hidup Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 25

26 No. Kode SKPD Satuan Polisi Pamong Praja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bupati dan Wakil Bupati Bagian Pemerintahan Desa Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Bagian Hukum Bagian Pengendalian Pembangunan Bagian Kesejahteraan Rakyat Bagian Perekonomian Bagian organisasi Bagian Umum Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat DPRD Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKD) Inspektorat Badan Kepegawaian Daerah Kecamatan Batang Kecamatan Tulis Kecamatan Subah Kecamatan Gringsing Kecamatan Limpung Kecamatan Tersono Kecamatan Reban Kecamatan Bawang Kecamatan Bandar Kecamatan Blado Kecamatan Wonotunggal Kecamatan Warungasem Kecamatan Kandeman Kecamatan Pecalungan Kecamatan Banyuputih Kelurahan Proyonanggan Selatan 26

27 No. Kode SKPD Kelurahan Proyonanggan Tengah Kelurahan Proyonanggan Utara Kelurahan Kauman Kelurahan Watesalit Kelurahan Sambong Kelurahan Kasepuhan Kelurahan Karangasem Utara Kelurahan Karangasem Selatan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kantor Perpustakaan danarsip Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 4.2 BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang tahun anggaran 2015 adalah basis akrual untuk pengakuan Pendapatan LO dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Basis kas untuk pengakuan Pendapatan LRA, Belanja, Transfer dan Pembiayaan. Penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 telah mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan ( SAP ) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Peraturan Bupati Batang Nomor 70 tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang. 27

28 4.3. BASIS PENGUKURAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Basis pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan meliputi basis pengukuran pendapatan LRA, belanja, transfer, pembiayaan, pendapatan LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas A. Pengukuran Pendapatan LRA Pendapatan LRA adalah semua penerimaan rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menambah hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan Daerah diklasifikasikan menurut kelompok pendapatan yang terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah ; 2. Dana Perimbangan; dan 3. Lain-lain Pendapatan daerah yang sah Pengukuran Pendapatan LRA dicatat berdasarkan penerimaan bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah netto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). B. Pengukuran Belanja. Belanja adalah semua pengeluaran dari Kas Umum Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode saldo anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. 1. Belanja dicatat sebesar nilai nominal pengeluaran uang dari Rekening Umum Kas Daerah; 2. Pengeluaran belanja dalam bentuk barang dan jasa diakui pada saat serah terima barang dan jasa sebesar nilai yang tercantum dalam Berita Acara ( BA ) serah terima. 3. Apabila dalam BA serah terima tidak dicantumkan nilai barang dan jasa tersebut, maka dapat dilakukan penaksiran atas nilai barang dan jasa yang bersangkutan. Adapun Klasifikasi Belanja yang digunakan: a. Belanja Operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja 28

29 operasi antara lain meliputi belanja pegawai (belanja langsung maupun belanja tidak langsung), belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. b. Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap berwujud dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi antara lain belanja untuk pengadaan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan aset lainnya. c. Belanja Lain-lain/Tak Terduga Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah Kabupaten Batang. C. Pengukuran Pembiayaan Pembiayaan ( financing ) adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Keuangan Kabupaten Batang, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah Kabupaten Batang terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan dicatat sebesar nominal penerimaan atau pengeluaran. D. Pengukuran Pendapatan LO. Pendapatan LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Akuntansi pendapatan LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). Pendapatan LO diukur dengan nilai nominal yaitu aliran masuk yang telah diterima oleh pemerintah daerah dan aliran yang akan diterima oleh pemerintah daerah. Aliran masuk yang diterima oleh Pemerintah Daerah, contoh pajak dengan metode self assesment. Aliran yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah dengan metode official assesment. 29

30 Pengukuran Pendapatan Hibah LO adalah : 1. Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar nilai kas yang diterima; 2. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang menyertakan nilai hibah dicatat sebesar nilai nominal pada saat terjadinya penerimaan hibah; 3. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah, dilakukan penilaian dengan berdasarkan : a. Menurut biayanya; b. Menurut harga pasar; atau c. Menurut perkiraan/taksiran harga wajar. Apabila pengukuran atas pendapaan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah tidak dapat dilakukan, maka nilai hibah dalam bentuk barang/jasa/ surat berharga cukup diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. E. Pengukuran Beban. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Beban diukur dan dicatat berdasarkan nilai perolehan dan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang dikeluarkan dan atau akan dikeluarkan. Beban yang diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia ) pada saat pengakuan beban. Beban terdiri dari beban pegawai, beban persediaan, beban jasa, beban pemeliharaan, beban perjalanan dinas, beban penyusutan dan beban lain-lain. F. Pengukuran Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Tidak termasuk pengertian sumber daya ekonomis adalah sumber daya alam seperti hutan, sungai, danau/rawa, kekayaan di dasar laut, dan kandungan 30

31 pertambangan dan harta peninggalan sejarah. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan dan /atau penguasaannya berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar dan Aset Non Lancar. 1. Aset Lancar Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pengukuran Aset lancar sebagai berikut: a. Kas dicatat sebesar nilai nominal; b. Setara kas dinilai sebesar harga perolehan, tidak termasuk bunga/hasil yang diharapkan akan diperoleh; c. Kas dan setara kas dalam valuta asing dijabarkan ke dalam rupiah dengan kurs pada tanggal neraca; d. Untuk beberapa jenis investasi jangka pendek, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi jangka pendek yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat, atau nilai wajar lainnya. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek dicatat sebesar biaya perolehan.apabila investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi jangka pendek dinilai berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi jangka pendek tersebut. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. e. Piutang. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan / atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya bedasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. Piutang 31

32 dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang belum dilunasi. Terhadap piutang dilakukan penyisihan piutang tak tertagih. Dasar perhitungan penyisihan piutang tak tertagih adalah berdasarkan umur piutang. Penilaian dan penyajian piutang sebesar nilai bersih yang apat direalisasikan (net realizable value), yaitu dalam penilaian piutang di laporan keuangan harus dikurangkan dengan penyisihan piutang tak tertagih ( allowance for doubtful account). Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih dilakukan dengan prosentase tertentu dari saldo piutang yang ada, dengan meneliti jatuh tempo umur piutang sebagai berikut : 1) Lancar, apabila umur piutang kurang dari 1 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 0,5% 2) Kurang Lancar, apabila umur piutang 1 tahun dan kurang dari 3 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 10% 3) Diragukan, apabila umur piutang 3 tahun dan kurang dari 5 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 50% 4) Macet, apabila umur piutang 5 tahun atau lebih, penyisihan piutang tak tertagih 100% f. Persediaan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/ atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12 ( dua belas) bulan mendatang. Pengukuran Persediaan dilakukan sebagai berikut: 1) Persediaan yang berasal dari pembelian dicatat dengan biaya perolehan; 2) Persediaan yang berasal dari kegiatan produksi pada SKPD dicatat sebesar harga pokok produksi; 3) Persediaan yang berasal dari hibah atau donasi dicatat sebesar nilai wajar persediaan. Persediaan Pemerintah Kabupaten Batang dicatat secara periodik, berdasarkan hasil inventarisasi fisik 32

33 2. Aset Non Lancar Aset non lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lainnya. a. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen. 1) Investasi non permanen yang berupa dana yang disisihkan Pemerintah Kabupaten Batang dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergilir kepada kelompok masyarakat, dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Reliazable Value ). Nilai bersih bersih yang dapat direalisasikan adalah jumlah yang benar-benar dapat ditagih yaitu sebesar harga perolehan dikurangi perkiraan jumlah tak tertagih ditambahkan dengan perguliran dana yang berasal dari pendapatan dana bergulir. 2) Investasi Permanen Investasi permanen yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualkan, tetapi untuk mendapatkan devidn dan / atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan / atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa : Investasi jangka panjang yang bersifat permanen seperti penyertaan modal Pemerintah Daerah, dicatat sebesar biaya perolehan yang meliputi harga transaksi investasi jangka panjang ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi jangka panjang tersebut. b. Aset Tetap Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan digunakan untuk kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 33

34 1) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan; Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. 1. Aset Tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. 2. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset yang dapat disusutkan (depreciable asset) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Metode Penyusutan yang digunakan Pemerintah Kabupaten Batang adalah metode garis lurus dengan rumus : Nilai perolehan ( penilaian ) Masa Manfaat Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis akrual terhitung sejak tahun perolehannya. Selain tanah, konstruksi dalam pengerjaan dan aset tetap lainnya berupa hewan, tanamandan buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik. Masa manfaat atau umur ekonomis yang digunakan sebagai dasar perhitungan penyusutan berdasarkan pada Keputusan Bupati Batang Nomor 940/690/2015 tentang Masa Manfaat Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Batang. 2) Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap sehingga siap dipakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut. Besaran nilai minimum kapitalisasi aset tetap tersebut adalah sebagai berikut: Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat/perlengkapan olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah). 34

35 Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh aset tetap gedung dan bangunan baru yang nilainya samadengan dan atau lebih dari Rp ,00 diakui sebagai aset tetap gedung dan bangunan dalam neraca; Pengeluaran pemeliharaan untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp ,00 (dua puluh juta rupiah). Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran tanah, jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Pengeluaran-pengeluaran sama dengan atau lebih dari Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah ) yang bisa dikategorikan sebagai barang pecah belah dan rawan hilang diklasifikasikan sebagai barang habis pakai. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh terhadap nilai aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja dan memenuhi nilai batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang besangkutan. c. Dana Cadangan. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar sehingga menjadi tidak proporsional apabila kebutuhan tersebut dipenuhi hanya melalui penerimaan daerah dalam satu tahun anggaran. Pembentukan maupun peruntukan dana cadangan harus diatur dengan Peraturan Daerah, sehingga dana cadangan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. 35

36 d. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya terdiri atas tagihan piutang penjualan angsuran, tagihan tuntutan perbendahraan, tuntutan Ganti kerugian daerah, aset kemitraan dengan pihak ketiga, aset tak berwujud dan aset lain-lain. Pengukurannya sebagai berikut: Tagihan Piutang penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu jumlah yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo; Tagihan tuntutan perbendaharaan dicatat sebesar nilai nominal dalam surat ketetapan pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas daerah; Tuntutan ganti kerugian daerah dicatat sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas daerah; Aset Kemitraan dengan pihak ketiga dicatat sebesar nilai bersih yang tercatat atau nilai bersih yang tercatat pada saat aset tersebut diserahkan; Aset tak berwujud dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi. Aset lain-lain. Pos aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, kemitraan dengan pihak ketiga dan aset yang sudah tidak bermanfaat. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif Pemerintah Daerah yang telah diajukan ke pengelola barang. 36

37 G. Pengukuran Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Kabupaten Batang. Kewajiban diklasifikasikan dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu 12 ( dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang mencakup semua kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari 12 ( dua belas ) bulan mendatang. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal; Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunkanan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. H. Pengukuran Ekuitas Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah Kabupaten Batang yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Batan pada tanggal pelaporan; Saldo ekuitas di neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas. 37

38 4.4. PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG BERKAITAN DENGAN KETENTUAN YANG ADA DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) PADA PEMERINTAH KABUPATEN BATANG. 1. Pengakuan Pendapatan LRA Pengakuan pendapatan LRA ditentukan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUN/RKUD sebagai salah satu tempat penampungannya. Oleh karena itu pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah perlu diinterpretasikan sebagai berikut: Pendapatan kas yang telah diterima pada Rekening Kas Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima oleh bendahara penerimaan sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke Rekening Umum Kas Daerah, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari Bendahara Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima Unit SKPD, Satuan Kerja /SKPD dan digunakan langsung tanpa disetor ke Rekening Kas Umum Daerah, dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan daerah; Pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung dalam/luar negeri yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan ; Pendapatan kas yang diterima entitas lain di luar entitas pemerintah berdasarkan otoritas yang diberikan oleh BUD dan BUD mengakuinya sebagai pendapatan; Jika bendahara penerimaan tersebut bukan merupakan bagian dari BUD maka pendapatan yang diterima oleh bendahara SKPD yang belum disetorkan ke kas daerah diakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Dalam hal Badan Layanan Umum Daerah, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Badan Layanan Umum Daerah. Pengembalian atas penerimaan LRA yang terjadi pada periode berjalan diakui sebagai pengurang Pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian pendapatan. Pengembalain pendapatan LRA pada tahun berikutnya setelah 38

39 laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat normal dan berulang dicatat sebagai pengurang pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian. Koreksi dan pengembalian pendapatan LRA pada tahun berikutnya bsetelah laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat tidak normal dan tidak berulang, dicatat sebagai pengurang saldo anggaran lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. 2. Pengakuan Belanja Belanja menurut basis kas diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan; Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan di SKPKD; Penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode berjalan dicatat sebagai pengurang belanja tahun berjalan; Penerimaan kembali belanja pada tahun anggaran berikutnya dicatat sebagai penerimaan lain-lain LRA 3. Pengakuan Pembiayaan Pengakuan penerimaan pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu tempat penampungan. Pengakuan pengeluaran pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu sumber pengeluaran. 4. Pengakuan Pendapatan LO Pendapatan LO diakui pada saat : a. Pemerintah Daerah memiliki hak atas pendapatan; b. Pemerintah Daerah menerima kas yang berasal dari Pendapatan. Pendapatan LO yang diperoleh untuk beberapa periode, maka pengakuannya dialokasikan untuk setiap periode pelaporan, kecuali pendapatan LO yang berasal daro ijin gangguan (HO), IMB dan ijin trayek maka pendapatan tersebut diakui seluruhnya pada saat kas diterima oleh Kas Daerah; 39

40 Pendapatan LO yang berasal dari BPJS diakui pada saat pengajuan claim ke BPJS dan jika claim yang diterima tidak sesuai pengajuan maka dibuatkan jurnal koreksi; Pendapatan sekolah yang berasal dari APBD Propinsi, APBN, Komite Sekolah dan BOS diakui oleh Pemerintah Daerah pada saat dana tersebut masuk ke rekening sekolah. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode self assesment diakui pada saat realisasi kas diterima di kas daerah tanpa terlebih dahulu diterbitkannya surat ketetapan. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode official assesment diakui pada saat telah diterbitkannya surat ketetapan yang mempunyai kekuatan hukum. Pendapatan transfer diakui bersamaan dengan diterimanya kas pada rekening kas umum daerah. 5. Pengakuan Beban. Beban diakui pada saat : 1) Timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah 2) Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional Pemerintah. 3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu, contoh penyusutan atau amortisasi. 6. Pengakuan Aset a. Pengakuan Aset Lancar sebagai berikut : 1) Kas dan setara kas diakui pada saat diterima atau dibayarkan atau pada saat kepemilikan dan/atau penguasaannya berpindah. 2) Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi jangka pendek apabila memenuhi salah satu kriteria : a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoeh Pemerintah Daerah b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 40

41 3) Pengakuan Piutang terjadi pada saat penerbitan Surat Ketetapan tentang piutang; dan/atau telah diterbitkan surat penagihan tdan telah dilaksanakan penagihan; dan/atau belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan. 4) Pengakuan persediaan pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/kepenguasaannya berpindah b. Aset non lancar 1) Pengakuan investasi jangka panjang. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria : Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh Pemerintah; Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 2) Pengakuan Aset Tetap Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Berwujud; Mempunyai manfaat lebih dari 12 ( dua belas ) bulan; Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal ; Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. 3) Pengakuan Aset Lainnya. Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan. Aset kerjasama/kemitraan berupa gedung dan /atau sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerjasama BSG, diakui pada saat pengadaan / pembangunan Gedung dan / atau sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk digunakan/ dioperasikan. 41

42 Aset tak berwujud diakui jika, dan hanya jika : a) Kemungkinan besar aset tersebut akan memberikan manfaat ekonomis dan / atau manfaat sosial di masa depan kepasa entitas pelaporan atau entitas akuntansi; b) Mempunyai masa manfat lebih dari 12 bulan; c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal 4) Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat sekarang dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan handal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/ atau pada saat itu kewajiban timbul. 42

43 BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Bab ini membahas secara rinci mengenai akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran terdiri atas akun pendapatan, belanja dan pembiayaan. Rekapitulasi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 1.a dan 1.b. Uraian selengkapnya masing-masing akun laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut : PENDAPATAN LRA Pada tahun anggaran 2015 Pendapatan Daerah dianggarkan sebesar Rp ,00 dan direalisasikan sebesar Rp ,81 atau 101,18% dari target yang telah ditetapkan. Perbandingan antara anggaran dan realisasi pendapatan dalam Tahun Anggaran 2015 serta realisasi Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut: Tahun 2015 Tahun 2014 Pendapatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pendapatan Asli Daerah , , ,92 2 Pendapatan Transfer , , ,00 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah , , , , , ,92 Berdasarkan rincian di atas terlihat realisasi Pendapatan Daerah tahun 2015 bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan Daerah Tahun 2014 lebih besar Rp ,89 atau 15,28 %. 43

44 Grafik V.I Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2015 Lain-lain Pendapatan yang Sah 8,58% 12,89% Pendapatan Asli Daerah 78,53% Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah Penjelasan untuk masing-masing jenis pendapatan daerah diuraikan sebagai berikut: PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas: 1) pendapatan pajak daerah; 2) retribusi daerah; 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah. Realisasi PAD Tahun 2015 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pajak Daerah , , ,00 2 Hasil Retribusi Daerah , , ,00 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Berdasarkan rincian di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi PAD Tahun 2015 lebih besar Rp ,81 atau 6,59%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi PAD Tahun 2015 lebih besar Rp ,89 atau meningkat , , ,00 4 Lain-lain PAD yang Sah , , , , , ,92 44

45 4,10%. Adapun penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD yaitu Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan kontribusi 58,40%. Realisasi masing-masing jenis PAD Tahun Anggaran 2015 dan 2014 diuraikan sebagai berikut: Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Batang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Realisasi PAD selama TA 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: Pendapatan Pajak Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pajak Hotel , , ,00 Pajak Restoran , , ,00 Pajak Hiburan , , ,00 Pajak Reklame , , ,00 Pajak Penerangan Jalan , , ,00 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan , , ,00 Pajak Parkir , , ,00 Pajak Air Tanah , , ,00 Pajak Sarang Burung Walet , , ,00 Pajak Bumi dan Bangunan P , , ,00 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan , , , , , ,00 Berdasarkan rincian pendapatan pajak daerah di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan pajak daerah Tahun 2015 lebih besar Rp ,00 atau naik 6,30%. Kenaikan terbesar ada pada Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan yaitu sebesar 21,57% dari anggarannya. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan pajak daerah tahun 2015 lebih besar Rp ,00 atau meningkat 20.53%. Pendapatan pajak daerah tersebut termasuk pendapatan 2015 dan baru disetor tahun 2016 yang berada pada bendahara penerimaan DPPKAD sebesar Rp ,00. 45

46 Grafik VI.2. Perbandingan Realisasi Pajak Daerah TA (dalam milyar rupiah) ,99 18,76 17,04 16,03 9,725 5,983 1,562 0,436 1,142 0, Retribusi 1,465 0,165 0,019 0,399 0,296 0,226 Daerah 0,997 0,204 0,016 0,3890,061 0,659 Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Retribusi Daerah dikelola oleh masing-masing SKPD penghasil, dengan realisasi pada Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut:

47 Realisasi Retribusi Daerah Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Retribusi Daerah dikelola oleh masing-masing SKPD penghasil, dengan realisasi pada tahun anggaran 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: Hasil Retribusi Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan , , ,00 Retribusi Pelayanan persampahan/ , , ,00 kebersihan Retr bi cetak KK,KTP & akte Capil ,00 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jln , , ,00 Retribusi Pelayanan Pasar , , ,00 Retribusi Pengujian Kendrn Bermotor , , ,00 Retribusi Pengendalian Menara , , , , , ,00 Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah , , ,00 Retribusi Tempat Pelelangan , , ,00 Retribusi terminal , , ,00 Retribusi Tempat Khusus Parkir , , ,00 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedot Kakus , , ,00 Retribusi Rumah Potong Hewan , , ,00 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan , , ,00 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga , , ,00 Retribusi Siaran Radio Abirawa , , , , , ,00 Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Izin Mendirikan Bangunan , , ,00 Retribusi Izin Gangguan/Keramaian , , ,00 Retribusi Izin Trayek , , ,00 Retribusi Izin Usaha , ,00 Retribusi IMTA , , , , ,00 Jumlah Hasil Retribusi Daerah , , ,00 47

48 Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil retribusi daerah Tahun 2015 lebih besar Rp ,00 atau 14,40%. Bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi retribusi daerah Tahun 2015 lebih kecil Rp ,00 atau turun 35,79%. Pada tahun angaran 2015 hampir semua retribusi realisasinya melebihi 100%, kecuali beberapa obyek pendapatan yang tidak mencapai target yang ditetapkan adalah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi pengendalian menara telekomunikasi dan retribusi tempat khusus parkir. Untuk retribusi pengendalian menara telekomunikasi yang tidak mencapai target secara signifikan (terealisasi 67,46%) hal ini disebabkan karena adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XII/2014 yang mengabulkan gugatan pemohon seluruhnya ( PT Kame Komunikasi Indonesia ) dan menyatakan bahwa penjelasan pasal 124 UU PDRD yang menyatakan bahwa tarif retribusi ditetapkan paling tinggi 2% ( dua persen ) dari NJOP PBB menara telekomunikasi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Adapun realisasi Pendapatan Retribusi Tahun 2015 secara rinci untuk masing-masing SKPD adalah sebagai berikut: No Keterangan Retribusi (Rp) 1 DINAS KESEHATAN ,00 2 DINAS BINA MARGA DAN SDA ,00 3 DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN ESDM ,00 4 DINAS PERHUBUNGAN, KOMINFO ,00 5 BADAN LINGKUNGAN HIDUP ,00 6 DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI ,00 7 BAGIAN TATA PEMERINTAHAN ,00 8 BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL ,00 9 DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH ,00 48

49 No Keterangan Retribusi (Rp) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA , ,00 12 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN ,00 13 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI ,00 JUMLAH ,00 Dilihat dari tabel di atas, maka retribusi yang terbesar adalah Dinas Kesehatan sebesar Rp ,00, kemudian disusul Dinas Kelautan dan Perikanan sebesar Rp ,00 dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi sebesar Rp ,00. Pendapatan retribusi sebagaimana tersebut di atas termasuk pendapatan Tahun 2015 dan baru disetor tahun 2016 berada pada bendahara penerimaan SKPD berikut: 1. Dinas Kelautan dan Perikanan sebesar Rp ,00 merupakan retribusi tempat pelelangan ikan. 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebesar Rp ,00 merupakan pendapatan retribusi tempat rekreasi dan olah raga dan retribusi tempat khusus parkir. 3. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika sebesar Rp ,00 yang terdiri dari retribusi terminal dan retribusi parkir Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, merupakan penerimaan PAD yang berasal dari hasil penyertaan modal Pemerintah Kabupaten berupa bagian laba dari lembaga keuangan bank dan bukan bank adalah sebagai berikut: 49

50 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagian Laba atas Penyertaan Modal Perusahaan Daerah Air Minum , , ,00 Perusda Aneka Usaha , , ,00 BPR/BKK Batang , , ,00 Koperasi Serba Usaha Batang , ,00 Cemerlang Bank Jateng - Deviden Bank Jateng , , ,00 -AMU Bank Jateng , , ,00 Realisasi bagian laba atas penyertaan modal berdasarkan kas yang masuk ke rekening Kas Daerah (STS). Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan lebih besar Rp ,00 atau 0,05%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 tersebut lebih besar Rp ,00 atau menurun 6,84%. Realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tersebut dicatat berdasarkan basis kas, yakni diakui seluruhnya sebagai pendapatan atas semua penerimaan ke Kas Daerah pada Tahun Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah merupakan PAD dari berbagai sumber yang bersifat tidak tetap/rutin. Bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi Lain-lain PAD yang Sah Tahun Anggaran 2015 lebih besar Rp ,81 atau melebihi 6,08% dari yang dianggarkan, dengan rincian sebagai berikut: 50

51 Lain-lain PAD yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Hasil Penjualan Aset Daerah Tidak Dipisahkan , , ,00 Penerimaan Jasa Giro , , ,00 Penerimaan Bunga Deposito , , ,00 Tuntutan Ganti Rugi Daerah , , ,00 Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan , , ,00 Pendapatan Denda Retribusi , , ,00 Pendapatan Denda Pajak , ,00 Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan ,00 Pendapatan Dari , , ,00 Pengembalian Fasilitas Sosial dan fasilitas , , ,00 umum Pendapatan BLUD , , ,75 Pendapatan BPJS Keshtn , , , , , ,92 Dari tabel tersebut terlihat bahwa obyek pendapatan penyumbang terbesar lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp ,25, disusul dengan Pendapatan BPJS Kesehatan sebesar Rp ,56 dan Penerimaan bunga deposito sebesar Rp ,00. Sedangkan secara prosentase, obyek pendapatan yang melebihi anggaran terbesar adalah dari Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yaitu sebesar 1.091,69%. Dari tabel dapat diketahui bahwa realisasi lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Tahun 2015 jika dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar Rp ,89 atau sebesar 7,03%. Pada tahun anggaran 2015 terdapat realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang tidak diterima di rekening Kas Umum Daerah karena penerimaan tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu (1) Dana Kapitasi JKN yang diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik 51

52 Pemerintah Daerah dan (2) Pendapatan BLUD (RSUD Kabupaten Batang) yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaaan Keuangan Badan layanan Umum sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun Berikut ini penjelasan masing-masing obyek pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah: a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan sebesar Rp ,00 terdiri atas: 1) Hasil penjualan peralatan/perlengkapan kantor tidak terpakai sebesar Rp ,00. 2) Hasil penjualan drum bekas sebesar Rp ,00. 3) Penjualan hasil penebangan pohon sebesar Rp ,00 4) Hasil penjualan bahan-bahan bekas bangunan sebesar Rp ,00. 5) Penjualan hasil pertanian sebesar Rp ,00. 6) Penjualan hasil perikanan sebesar Rp ,00. b. Penerimaan Jasa Giro sebesar Rp ,00 terdiri atas: 1) Penerimaan Jasa Giro Kas Daerah sebesar Rp ,00. 2) Penerimaan Jasa Giro Bendahara sebesar Rp ,00. c. Pendapatan bunga deposito sebesar Rp ,00 merupakan pendapatan dari penempatan kas daerah pada deposito dengan jangka waktu satu bulan. Penempatan dana kas daerah dalam bentuk deposito merupakan bagian dari manajemen kas daerah yang bertujuan memperoleh hasil maksimal atas kas menganggur (idle cash). d. Penerimaan tuntutan ganti kerugian daerah sebesar Rp ,00 berasal dari: 1) Penerimaan dari kerugian uang daerah Rp ,00. 2) Penerimaan dari kerugian barang daerah Rp ,00. e. Penerimaan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sebesar Rp ,00 terdiri atas: 1) Bidang Pendidikan sebesar Rp ,00 2) Bidang Pekerjaan Umum sebesar Rp ,00 3) Bidang Perhubungan dan Pariwisata sebesar Rp ,00 4) Bidang Kelautan Rp ,00 5) Bidang Pertanian dan peternakan Rp ,00 52

53 6) Bidang Kesehatan Rp ,00 f. Pendapatan denda retribusi sebesar Rp ,00 terdiri atas : 1) Pendapatan denda retribusi perijinan tertentu sebesar Rp ,00. 2) Pendapatan denda keterlambatan pengembalian buku Rp ,00. g. Pendapatan denda pajak sebesar Rp ,00 h. Pendapatan dari pengembalian sebesar Rp ,00 terdiri dari: 1) Sisa pembebanan anggaran sebesar Rp ,00. 2) Lain-lain penerimaan sebesar Rp ,00. i. Fasilitas Sosial dan fasilitas umum sebesar Rp ,00, berasal dari sewa MCK di lokasi pasar-pasar. j. Pendapatan BLUD sebesar Rp ,25 berasal dari: 1) Pendapatan jasa layanan sebesar Rp ,00. 2) Pendapatan hasil kerja sama dengan pihak lain sebesar Rp ,00. 3) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebesar Rp ,25. k. Pendapatan BPJS Kesehatan sebesar Rp ,56 merupakan BPJS kapitasi PENDAPATAN TRANSFER Pendapatan Transfer berasal dari Pemerintah Pusat dan Provinsi, meliputi Transfer Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan dan transfer lainnya serta Transfer Pemerintah Provinsi. Realisasi pendapatan transfer Tahun Anggaran 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut: Pendapatan Transfer Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan , , ,00 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya , , ,00 Transfer Pemerintah Provinsi , , , , , ,00 53

54 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Tahun 2015 lebih tinggi Rp ,00 atau 0,59%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 lebih besar Rp ,00 atau 9,11%. Adapun penjelasan masing-masing pendapatan transfer adalah sebagai berikut: Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Perimbangan terdiri atas Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus dengan rincian sebagai berikut: Transfer Pemerintah Pusat- Dana Perimbangan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Dana Bagi Hasil Pajak , , ,00 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak , , ,00 (Sumber Daya Alam) Dana Alokasi Umum , , ,00 Dana Alokasi Khusus , , , , , ,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun Anggaran 2015 lebih kecil Rp ,00 atau 0,89%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun 2014 lebih besar Rp ,00 atau meningkat 6,30%. Rincian obyek pendapatan dana perimbangan Tahun 2015 yang tidak memenuhi target adalah dari dana bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2014 realisasi dana bagi hasil pajak lebih kecil Rp ,00 dan realisasi dana bagi hasil bukan pajak dari anggarannya lebih kecil Rp ,00 atau kurang sebesar 0,38%. Adapun rincian Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 54

55 a Dana Bagi Hasil Pajak Pendapatan bagi hasil pajak dari pemerintah pusat terdiri atas bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bagi hasil pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 dan bagi hasil pajak penghasilan pasal 21`dengan rincian sebagai berikut: Dana Perimbangan-Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 dan 29 Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 21 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) , , , , , , , , , , , ,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak Tahun 2015 kurang Rp ,00 atau 25,17%. Hal ini disebabkan semua obyek pendapatan dana perimbangan bagi hasil pajak tidak terealisasi sebagaimana yang telah dianggarkan. Dan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan bagi hasil pajak Tahun 2015 meningkat sebesar Rp ,00 atau 14,29% b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak terdiri atas Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam, dengan rincian sebagai berikut: Dana Perimbangan-Bagi Hasil Bukan Pajak: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan , , ,00 Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Umum , , ,00 Bagi Hasil Cukai Tembakau , , , , , ,00 55

56 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2015 lebih rendah Rp ,00 atau 0,38 %. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2015 lebih rendah Rp , c Dana Alokasi Umum (DAU) DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Alokasi DAU Tahun 2015 ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, alokasi DAU untuk Kabupaten Batang adalah sebesar Rp ,00. Alokasi DAU Tahun Anggaran 2015 untuk Kabupaten Batang telah diterima seluruhnya pada Tahun Anggaran Penerimaan DAU Tahun 2015 ini lebih tinggi Rp ,00 dari penerimaan DAU Tahun 2014 atau 3,61% d Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi DAK Tahun 2015 ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 162 tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah tahun 2015 dan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan tahun

57 Dana DAK untuk Kabupaten Batang meliputi 11 ( sebelas) bidang, dengan rincian sebagai berikut: Dana Alokasi Khusus: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) DAK Bidang Pendidikan , , ,00 DAK Bidang Kesehatan , , ,00 DAK Infrastruktur Jalan , , ,00 DAK Infrastruktur Irigasi , , ,00 DAK Infrastruktur Air Minum , , ,00 DAK Infrastruktur Sanitasi , , ,00 DAK Kelautan dan Perikanan , , ,00 DAK Pertanian , , ,00 DAK Lingkungan Hidup , , ,00 DAK Keluarga Berencana , , ,00 DAK Kehutanan , , ,00 DAK Keselamatan dan Transportasi , , ,00 DAK Perdagangan Pasar ,00 DAK Rujukan ,00 Jumlah , , ,00 Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2015 telah diterima seluruhnya oleh Pemerintah Kabupaten Batang. Jika dibandingkan dengan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2014, maka realisasi pada Tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau 52,36% Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Pendapatan transfer pemerintah pusat lainnya terealisasi sebesar Rp ,00 atau 100% dari anggarannya berasal dari dana penyesuaian a Dana Otonomi Khusus Dana Otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah.sehingga Pemerintah Kabuapaten Batang tidak menganggarkan dan tidak merealisasikannya b Dana Penyesuaian Pendapatan yang berasal dari dana penyesuaian terdiri dari tunjangan profesi guru PNSD sebesar Rp ,00 dan Dana Tambahan Penghasilan guru PNSD sebesar Rp ,00 57

58 Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi Pendapatan transfer pemerintah provinsi terdiri atas bagi hasil pajak dan bagi hasil lainnya dengan perincian sebagai berikut: Dari tabel di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Pemerintah Provinsi lebih besar Rp ,00 atau 20,20%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 lebih tinggi Rp ,00 atau meningkat 25,45% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Lain-lain Pendapatan Yang Sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Transfer meliputi bantuan keuangan dari provinsi dengan realisasi Tahun 2015 dan 2014 sebagai berikut: Berikut ini penjelasan masing-masing obyek Lain-lain Pendapatan yang Sah: 1. Dana hibah diberikan Pemerintah pusat kepada Pemerintah Kabupaten Batang sebagai Transfer Pemerintah Provinsi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil Pajak: Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor , , ,00 Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan , , ,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan , , ,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan , , ,00 Pemanfaatan Air Permukaan Bagi hasil dari pajak rokok , , , , , , Lain-lain Pendapatan yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pendapatan Hibah , , ,00 Pendapatan Lainnya , , ,00 Jumlah , , ,00 dana pengganti atas pelaksanaan kegiatan peningkatan akses penyediaan air minum bagi masyarakat yang belum memiliki akses sambungan air minum perpipaan, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pedoman Pengelolaan 58

59 Program Hibah Air Minum yang ditetapkan pada tahun 2013 oleh Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. Pemerintah memberikan dana hibah kepada Pemerintah Kabupaten Batang sesuai dengan Surat Menteri Keuangan tentang Persetujuan Penerusan hibah Luar Negeri untuk Program Hibah Air Minum kepada Pemerintah Kabupaten Batang Nomor S-153/MK.7/2013 tanggal 11 April Dana hibah sebagaimana dimaksud diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Batang berdasarkan capaian kinerja atas pelaksanaan kegiatan pemasangan sambungan Rumah (SR) baru yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada Tahun 2015 mendapatkan Dana Hibah sebesar Rp ,00 untuk pembangunan lebih dari 1000 SR. 2. Pendapatan lainnya sebesar Rp ,00 terdiri atas: a. Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya sebesar Rp ,00 FEDEP sebesar Rp ,00. TMMD sebesar Rp ,00. Penyusunan sistem informasi profil daerah sebesar Rp ,00. Primatani berbasis pekarangan sebesar Rp ,00. Pendidikan Untuk Semua (PUS) sebesar Rp ,00. TKPKD sebesar Rp ,00 Bantuan sarana prasarana sebesar Rp ,00. Bantuan pendidikan sebesar Rp ,00. Bantuan Keuangan Desa Pemula dan Desa Prakarsa sebesar Rp ,00 Bantuan keuangan bersifat umum dari retribusi daerah tera dan tera ulang sebesar Rp ,00 Bantuan keuangan bersifat umum dari Retribusi Daerah ijin Usaha Perikanan sebesar Rp ,00 b. Pendapatan Dana Desa sebesar Rp ,00 c. Kompensasi atas Pembayaran Pajak PPh pasal 21 sebesar Rp

60 BELANJA Belanja daerah merupakan pengeluaran daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Belanja Daerah terdiri atas belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga. Anggaran dan realisasi belanja Tahun 2015 untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 2. Anggaran dan realisasi belanja daerah Tahun Anggaran 2015 serta realisasi Tahun Anggaran 2014, adalah sebagai berikut: Belanja Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Operasi , , ,93 Belanja Modal , , ,00 Belanja Tidak Terduga , , ,00 Transfer , , , , , ,93 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja Tahun 2015 lebih rendah Rp ,42 atau 9,50%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi belanja Tahun 2015 lebih besar Rp ,64 atau 12,86%. Berikut penjelasan untuk masing-masing kelompok belanja: BELANJA OPERASI Belanja operasi meliputi pengeluaran untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah yang memberikan manfaat jangka pendek. Belanja Operasi terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan, dengan rincian sebagai berikut: Belanja Operasi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Pegawai , , ,00 Belanja Barang , , ,93 Bunga , , ,00 Hibah , , ,00 Bantuan Sosial , , ,00 Bantuan Keuangan , , , , , ,93 60

61 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja operasi Tahun 2015 lebih rendah Rp ,42 atau 9,43%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi belanja operasi Tahun 2015 lebih besar Rp ,64 atau 1,63% Belanja Pegawai Belanja pegawai terdiri atas belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan rincian anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut : Belanja Pegawai: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Tidak Langsung: Gaji dan Tunjangan , ,00 97,47 ( ,99) (2,53) Tambahan Penghasilan PNS , ,00 76,34 ( ,00) (23,66) Belanja Lain Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH , ,00 100, Biaya Pemungutan Pajak Daerah , ,00 92,13 ( ,00) (7,87) , ,00 90,81 ( ,99) (9,19) Belanja Langsung: Honorarium PNS , ,00 91,09 ( ,00) (8,91) Honorarium Non PNS , ,00 96,76 ( ,00) (3,24) Uang Lembur , ,00 90,87 ( ,00) (9,13) Belanja pegawai BLUD , ,00 96,40 ( ,00) (3,60) , ,00 94,39 ( ,00) (5,61) , ,00 91,14 ( ,99) (8,86) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa realisasi belanja pegawai tahun 2015 sebesar Rp ( 91,14% ) dengan sisa anggaran sebesar Rp ,99 (8,86%). Realisasi belanja pegawai yang tidak terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp ,00, diantaranya diperuntukkan bagi pembayaran gaji dan tunjangan PNS dan CPNS (termasuk guru), gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD dan biaya pemungutan pajak daerah. Realisasi belanja pegawai yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp ,00, diantaranya dalam bentuk honorarium panitia pelaksana kegiatan, honorarium tim dan honorarium tenaga ahli. 61

62 Belanja Barang Anggaran dan realisasi belanja barang Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut: Belanja Barang: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Bahan Pakai Habis , ,00 92,32 ( ,00) (7,68) Belanja Bahan/Material , ,00 96,24 ( ,00) (3,76) Belanja Jasa Kantor , ,00 93,19 ( ,00) (6,81) Belanja Premi Asuransi , ,00 92,68 ( ,00) (7,32) Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor , ,00 85,36 ( ,00) (14,64) Belanja Cetak Dan Penggandaan , ,00 94,98 ( ,00) (5,02) Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir , ,00 89,69 ( ,00) (10,31) Belanja Makan Minum , ,00 90,98 ( ,00) (9,02) Belanja Pakaian Dinas Dan Atributnya , ,00 97,95 ( ,00) (2,05) Belanja Perjalanan Dinas , ,00 87,12 ( ,00) (12,88) Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi Dan Bimbingan Teknis , ,00 87,37 ( ,00) (12,63) PNS Belanja perjalanan pindah tugas - - #DIV/0! Belanja Pemeliharaan , ,00 94,25 ( ,00) (5,75) Belanja Jasa konsultasi , ,00 94,18 ( ,00) (5,82) Belanja Survey dan Penyusunan Design Enginering , ,00 90,92 ( ,00) (9,08) Belanja Barang dan Jasa BLUD , ,00 93,93 ( ,00) (6,07) Belanja Barang yang Akan Diserahkan kepada , ,00 88,78 ( ,00) (11,22) Masyarakat/Pihak Ketiga Belanja Barang dan Jasa Dana JKN , ,57 63,72 ( ,43) (36,28) Uang untuk diberikan kpd masy/pihak ketiga , ,00 95,89 ( ,00) (4,11) Belanja jasa narasumber /instruktur/tenaga ahli/pembicara , ,00 93,27 ( ,00) (6,73) Jumlah , ,57 89,70 ( ,43) (10,30) Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa belanja barang pada tahun 2015 direalisasikan sebesar Rp ,57 atau 89,70% dari anggaran yang telah ditetapkan dengan sisa anggaran sebesar Rp ,43 atau 10,30%. Pada tahun 2015 terdapat realisasi Belanja Barang yang tidak melalui Rekening Kas Umum Daerah karena pengeluaran belanja tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu (1) pengeluaran untuk dana kapitasi JKN yang diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang pengelolaan dan pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik 62

63 Pemerintah Daerah dan (2) pengeluaran belanja BLUD (RSUD) Kabupaten Batang yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun Belanja Bunga Belanja bunga digunakan untuk membayar bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka panjang. Realisasi belanja bunga tahun 2015 sebesar Rp ,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp ,00, realisasi bunga utang pinjaman lebih rendah Rp ,00 atau 46,13% Belanja Subsidi Belanja Subsidi adalah pengeluaran pemerintah daerah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah Kabupaten Batang tidak menganggarkan dan tidak merealisasikan belanja dimaksud Belanja Hibah Belanja hibah digunakan untuk pemberian uang, barang dan atau jasa dari pemerintah daerah kepada perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Dari yang dianggarkan sebesar Rp ,00 tidak terserap sebesar Rp ,00 atau 13,65%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan Tahun 2014 maka realisasi Tahun 2014 lebih kecil Rp ,00 atau 27,97%. Anggaran dan realisasi belanja hibah Tahun 2015 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2014 adalah sebagai berikut: 63

64 Belanja Hibah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) hibah kepada badan/lembaga/organisasi hibah kepada kelompok /anggota masyarakat , , , , , , , , ,00 Belanja hibah tersebut belum termasuk realisasi belanja barang dan realisasi belanja modal dari SKPD yang dihibahkan kepada desa dan masyarakat Belanja Bantuan Sosial Bantuan sosial merupakan pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada Tahun 2015 realisasi bantuan sosial sebesar Rp ,00 lebih kecil Rp ,00 atau 11,92% dari anggarannya. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2014 maka realisasi belanja bantuan sosial turun sebesar Rp ,00 atau 50,78% sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini: Bantuan Sosial Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bant.sosial kpd kelompok masyarakat Bant.sosial kpdanggota masyarakat Bantuan sosial kepada anggota masyarakat meliputi : 1. Bantuan pemugaran rumah tidak layak huni (RTLH) sebesar Rp , Bantuan beasiswa untuk masyarakat berprestasi sebesar Rp , , , , , , , ,00 3. Bantuan Penyandang Masalah sosial sebesar Rp ,00 64

65 4. Bantuan tunjangan kesejahteraan Guru TK, RA dan BA sebesar Rp ,00 5. Bantuan tunjangan kesejahteraan guru TPQ dan Madin sebesar Rp ,00 6. Bantuan Yatim Piatu sebesar Rp ,00 7. Jamkesda sebesar Rp ,00 8. BP SPAMS sebesar Rp ,00 9. Lumbung desa sebesar Rp , Rehab pasar desa sebesar Rp , Modal Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED SP) sebesar Rp , Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah sebesar Rp , Pemberian Makanan Tambahan Posyandu sebesar Rp , Modal UP2K PKK sebesar Rp , Bantuan Idul Fitri/Kaum Dhuafa sebesar Rp , Bantuan Asistensi orang dengan kecacatan sebesar Rp , Bantuan Kegiatan PKK sebesar Rp , Bantuan THR tenaga medis pusat sebesar Rp , Belanja Bantuan Keuangan. Belanja bantuan keuangan berupa bantuan keuangan kepada partai politik, realisasinya sebesar Rp ,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp ,00 lebih rendah sebesar Rp ,00 atau 21,41% BELANJA MODAL Belanja modal mencakup pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta aset tetap lainnya yang terdiri atas: 65

66 Tahun 2015 Tahun 2014 Belanja Modal: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Tanah , , ,00 Belanja Peralatan dan Mesin , , ,00 Belanja Gedung dan Bangunan , , ,00 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan , , ,00 Belanja Aset Tetap Lainnya , , ,00 Belanja Aset Lainnya , , , ,00 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja modal Tahun 2015 lebih rendah Rp ,00 atau 14,98%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2014, realisasi belanja modal Tahun 2015 lebih besar Rp ,00 atau 22,97%. Realisasi belanja modal sudah termasuk biaya administrasi perkantoran yang melekat pada biaya perolehan modal tersebut. Grafik V.3. Perbandingan realisasi Belanja Modal Realisasi belanja modal berdasarkan obyek belanja disajikan pada tabel berikut: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Modal Pengadaan Tanah ,55 ( ) (16,45) Belanja Modal Peralatan dan Mesin: Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Berat ,75 ( ) (14,25) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Angkutan ,32 ( ) (4,68) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Bengkel ,80 ( ) (4,20) Belanja Modal Pengadaan Alat-AlatPertanian Dan Peternakan ,48 ( ) (0,52) Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kantor Rumah Tangga ,76 ( ) (7,24) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Studio ,09 ( ) (12,91) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Komunikasi , ,48 Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Ukur ,24 ( ) (4,76) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran ,42 ( ) (21,58) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Laboratorium ,78 ( ) (38,22) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Persenjataan/Keamanan ,97 ( ) (1,03) ,01 ( ) (16,99) 66

67 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian ,73 ( ) (19,27) Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan: Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan ,30 ( ) (1,70) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan ,52 ( ) (6,48) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air - Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan, Taman ,15 ( ) (2,85) Dan Hutan Kota Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik Dan Telepon ,10 ( ) (3,90) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya: Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan ,62 ( ) (2,38) Belanja Modal Pengadaan Barang Bercorak Kesenian, ,23 ( ) (1,77) Kebudayaan Belanja Modal Pengadaan Hewan/T ernak Dan Tanaman ,76 ( ) (16,24) ,66 ( ) (11,34) Belanja Modal Aset Lainnya: Jumlah Belanja Modal , , Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah pada tahun 2015 terealisasi sebesar Rp ,- atau 83,55% dari anggaran sebesar Rp Pengeluaran belanja atas tanah terinci pada SKPD tercantum dalam lampiran Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja modal peralatan dan mesin pada tahun 2015 terealisasi sebesar Rp ,00 - atau 83,01% dari anggaran sebesar Rp ,00.Pengeluaran belanja atas peralatan dan mesin terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Modal Bangunan dan Gedung Belanja modal bangunan dan gedung pada tahun 2015 terealisasi sebesar Rp ,00- atau 80,73% dari anggaran sebesar Rp ,00.Pengeluaran belanja modal bangunan dan gedung terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Anggaran belanja modal jalan, iriasi dan jaringan pada tahun 2015 adalah sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 67

68 atau 96,10%.Pengeluaran belanja modal jalan, irigasi dan jaringan terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Anggaran belanja modal aset tetap lainnya meliputi buku dan kepustakaan, barang bercorak seni dan hewan ternak dan tanaman pada tahun 2015 adalah sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 88,66%.Pengeluaran belanja modal aset tetap lainnya terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Modal Aset Lainnya Anggaran dan realisasi belanja modal aset lainnya tahun 2015 sebesar Rp0, BELANJA TAK TERDUGA Belanja Tak Terduga (BTT) adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bantuan sosial dan pengeluaran tak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan adalah pengeluaranpengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan masyarakat, tetapi anggarannya tidak tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi belanja tidak terduga sebesar Rp ,00 atau 4,31% dari anggaran sebesar Rp ,00. Dibandingkan dengan Tahun 2014 maka realisasi Tahun 2015 turun sebesar Rp ,00 atau 88,68%. Realisasi belanja tersebut dipergunakan untuk penanganan bencana kebakaran pasar Simbang Desa Kecamatan Tulis, pekerjaan Los Pasar Darurat Pasar Simbang desa BELANJA TRANSFER Akun transfer digunakan untuk menampung pengeluaran uang dari Pemerintah Kabupaten Batang ke entitas pelaporan lain. Pada tahun 2015 Pemerinah Kabupaten Batang mengalokasikan pengeluaran transfer ke Desa sebesar Rp ,00 dan direalisasikan sebesar Rp ,00 (99,48%). Sedangkan bila dibandingkan dengan 68

69 realisasi Tahun 2014, realisasi Tahun 2015 lebih tinggi Rp ,00 atau 237,12%.. Belanja Transfer / Bagi Hasil Ke Desa terdiri dari: a Bagi Hasil Pajak Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Pajak Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, b Bagi Hasil Retribusi Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Retribusi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, c Bagi Hasil Lainnya Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Lainnya Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, d Transfer ke Desa Realisasi belanja transfer sebesar Rp ,00 dipergunakan untuk pengeluaran sebagai berikut: a) Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp ,00. b) Bantuan Dana Desa (APBN) sebesar sebesar Rp ,00. c) Pembangunan/Renovasi Kantor/Balai Desa sebesar Rp ,00. d) Sarana/prasarana desa sebesar Rp ,00. e) Sarana/prasarana kantor desa sebesar Rp ,00. f) Pembangunan Pasar Desa sebesar Rp ,00. g) Pembangunan Lingkungan sebesar Rp ,00. h) Sarana Perikanan sebesar Rp ,00. i) Lapangan Sepak Bola Desa sebesar Rp ,00 j) Pengadaan peralatan/seragam kesenian sebesar Rp ,00 k) Bidang perekonomian / simpan pinjam sebesar Rp ,00 l) Kegiatan UMKM sebesar Rp ,00 m) Sarpras Pertanian dan peternakan sebesar Rp ,00 n) Sarana peribadatan sebesar Rp ,00 69

70 5.1.3 PEMBIAYAAN Pembiayaan merupakan transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara anggaran pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Daerah meliputi Penerimaan dan Pengeluaran, dengan anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2015 dan 2014 serta Pembiayaan Netto, adalah sebagai berikut: Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Penerimaan Pembiayaan , , ,00 2 Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , , ,00 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pembiayaan neto tahun 2015 lebih rendah Rp ,00 atau 0,008%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2014, realisasi pembiayaan netto 2015 lebih rendah Rp ,01 atau 4,84% Penerimaaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan mencakup penerimaan kas daerah yang berasal dari penggunaan SILPA tahun lalu, pencairan dana cadangan, penerimaan pinjaman daerah, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman, dengan rincian sebagai berikut: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penggunaan SILPA , , ,00 b Pencairan dana cadangan - c Penerimaan Pinjaman Daerah - d Penerimaan Kembali Pemberian - Pinjaman Daerah Penerimaan Pembiayaan , , ,00 70

71 Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) merupakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2014 yang dialokasikan untuk pembiayaan pada Tahun Anggaran Jumlah yang telah ditetapkan sebagai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2014 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar anggarannya yaitu Rp ,99. Namun demikian realisasinya berkurang sebesar (Rp ,00) karena nilai tersebut bukan pendapatan tahun 2014, namun merupakan hutang belanja. Yaitu honor/jasa pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan yang belum diserahkan ke penerimanya Pencairan Dana Cadangan Anggaran dan Realisasi Pencairan Dana Cadangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, Penerimaan Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan mencakup pengeluaran kas daerah yang dipergunakan untuk penyertaan modal, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. Rincian dan penjelasan lebih lanjut mengenai pengeluaran pembiayaan Tahun 2015 adalah sebagai berikut: 71

72 Pengeluaran Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah , , ,00 b Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat , , ,00 c Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Lainnya , , , , , ,00 Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari : Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Penyertaan Modal (Investasi ) Pemerintah Daerah pada tahun 2015 sebesar Rp ,00 terdiri dari : a. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PDAM Kabupaten Batang sebesar Rp ,00 b. Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PT.Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Kabupaten Batang Tahun 2015 yang dikelola oleh PT Bank Jateng Cabang Batang Kabupaten Batang sebesar Rp , Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat merupakan angsuran pinjaman SLA-860/DP3/1996 Pemerintah Daerah kepada Asian Development Bank sebesar Rp , Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan realisasi Pemberian Pinjaman Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 adalah sebesar Rp0, Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya merupakan pembayaran utang kepada pihak ketiga sebesar Rp ,00 berupa jaminan pemeliharaan atas kegiatan kontrak pembangunan di Tahun 2015 dimana pemeliharaannya dilaksanakan di Tahun 2015, antara lain berupa Pembangunan Pagar Keliling UPTD BLK tahun 2013 Kabupaten Batang 72

73 TA 2015, Kegiatan Pembangunan Gedung Kantor Kabupaten Batang TA 2015 yang dikelola oleh DINSOSNAKERTRANS Kab. Batang dan Pengadaan Konstruksi / Pembelian Gedung Kantor ( Rehabilitasi rumah sakit (Ruang Genset ), Kegiatan Rehab Bangunan Rumah Sakit Kab. Batang Tahun 2015, yang dikelola oleh RSUD Kabupaten Batang Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Akun sisa lebih pembiayaan anggaran merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan dan realisasi pengeluaran selama tahun Berikut rincian sisa lebih pembiayaan anggaran : Anggaran 2015 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) Realisasi 2014 (Rp) 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan , , ,92 Belanja dan Transfer , , ,93 Surplus/(Defisit) ( ,99) ,24 ( ,01) 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan , , ,00 Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , , ,00 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran , ,99 Berdasarkan perhitungan pada laporan realisasi anggaran terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran Tahun 2015 sebesar Rp ,23. Namun demikian posisi uang yang ada di Pemerintah Kabupaten Batang sebesar Rp ,23, hal ini terjadi karena terdapat hutang pajak sebesar Rp ,00 dan hutang jangka pendek lainnya sebesar Rp ,00. Adapun Saldo Kas per 31 Desember 2015 sebesar Rp ,23 terdiri dari: 1. Rekening Kas di BUD/Rekening Kas Umum Daerah sebesar Rp ,00 sama dengan posisi saldo kas di Buku Kas Umum Daerah (BIX) per 31 Desember Deposito Pemerintah kabupaten Batang sebesar Rp ,00 yang berada pada: 73

74 a. Deposito pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Batang sebesar Rp ,00. b. Deposito pada Bank Negara Indonesia sebesar Rp ,00. c. Deposito pada Bank Mandiri sebesar Rp , Kas di Bendahara Penerimaan SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp ,23 terdiri dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp ,00 dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah (Pendapatan BPJS Kapitasi) sebesar Rp ,23 4. Kas di Bendahara Pengeluaran SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp , Kas di BLUD RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp ,00 Posisi Kas di BLUD RSUD per 31 Desember 2015 terdiri dari: a. Kas di Bendahara Penerimaan BLUD RSUD sebesar Rp ,00. b. Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD RSUD sebesar Rp , Kas lainnya sebesar Rp ,00 Di dalam SILPA sebesar Rp ,23 terdapat kas yang telah dibatasi penggunaannya (SILPA terikat) sebesar Rp ,23 dan SILPA bebas sebesar Rp ,00 sebagaimana tabel berikut: Uraian EX. Sd 2013 EX. Sd Jumlah Dana Sertifikasi Guru , , ,00 Tambahan Penghasilan Guru , , ,00 Dana BOS , ,00 BLUD RSUD , ,00 Dana Cukai , ,00 Bantuan Keuangan Propinsi , ,00 Sisa DAK , , , ,00 BPJS , ,23 Jumlah SILPA Terikat , , , ,23 Silpa Tidak Terikat ,00 Tota SILPA , , , ,23 74

75 5.2. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun 2015 dibandingkan dengan tahun Saldo Anggaran Lebih Awal Saldo Anggaran Lebih Awal adalah saldo anggaran lebih pada tahun sebelumnya, yaitu tahun Saldo Anggaran Lebih tahun 2014 adalah sebesar Rp , Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan adalah sebesar Saldo Anggaran Lebih tahun 2014 yang digunakan untuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah Tahun Anggaran 2015, yaitu sebesar Rp , Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran ( SILPA/SIKPA) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Batang pada Tahun Anggaran 2015 menghasilkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp ,23 yang berasal dari (1) pendapatan melampaui target sebesar Rp ,81 (2) saldo pelaksanaan belanja daerah sebesar Rp ,42 dan (3) saldo pembiayaan netto sebesar (Rp ,00) Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya merupakan hutang belanja jasa layanan di Dinas Kesehatan sebesar Rp ,00 yang pada tahun 2014 dihitung menjadi pendapatan sehingga menjadi komponen SILPA. Sehingga pada laporan keuangan tahun 2015 menjadi pengurang penggunaan SILPA tahun Saldo Anggaran Akhir Saldo anggaran lebih akhir sebesar Rp ,23 berasal dari transaksi Saldo Anggaran Lebih Awal ditambah /dikurangi dengan sisa lebih/kurang pembiayaan, penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan dan koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya. 75

76 5.3. NERACA Neraca terdiri atas asset, kewajiban dan ekuitas. Uraian selengkapnya akunakun dalam neraca adalah sebagai berikut : ASET Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset Pemerintah Kabupaten Batang terbagi dalam : Uraian 31 Desember Desember Aset Lancar , ,15 2. Investasi Jangka Panjang , ,93 3. Aset Tetap , ,02 4. Aset Lainnya , , , ,20 Berdasarkan rincian Aset di atas terlihat bahwa secara umum terjadi kenaikan aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Batang yaitu sebesar Rp ,84 atau 12,88%. Aset yang dimiliki sebagian besar terdiri dari Aset Tetap yaitu sebesar 85,43% dari keseluruhan aset yang dimiliki. Berikut komposisi Aset Pemerintah Kabupaten Batang. Investasi Jk Pjg 3.8% Aset Tetap 85% Aset Lancar 0.28% Aset Lainnya 85.76% 76

BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2013 Tanggal : 24 December 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BATANG RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE 1.01.01 DINAS

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Batang Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Batang Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Peraturan Daerah Nomor : 11 Tahun 2015 Tanggal : 30 Desember 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2016 KODE 1 1.01 Urusan Wajib 1.593.047.361.579,00 1.004.816.393.171,00 526.340.097.066,00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan daerah terdiri dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR I. PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 (Dalam

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 REALISASI 2015 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP LAPORAN KEUANGAN SKPD TAHUN ANGGARAN 06 PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN Kata Pengantar Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN [ AUDITED ] LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional

Lebih terperinci

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAGIAN HUKUM DAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 U R A I A N JUMLAH Tahun 2015 Tahun 2014 ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN -1- LAMPIRAN XI PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN A. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA Lampiran III.2 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 SALINAN WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU, Menimbang : a. bahwa memenuhi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 4 1. NERACA KOMPARATIF NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 No Rek Uraian Ref 2009 2008 (dalam Rupiah) 1. A. ASET 5.1.1 1.1 I. ASET LANCAR 5.1.1.a 1.1.1 1. Kas di Kas Daerah 5.1.1.a.1 55.109.719.193,82

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) ASET PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 3 DESEMBER 24 DAN 23 (Audited) 24 23 Kenaikan /Penurunan (Rp) (Rp) (Rp) ASET LANCAR Kas di Kas Daerah - - - Bank 3,926,359,944 656,5,79,88 (345,23,79,936) Deposito

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi i Pernyataan Tanggung Jawab ii Ringkasan Eksekutif 5 A. Laporan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) ASET PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) 2014 2013 Kenaikan /Penurunan (Rp) (Rp) (Rp) ASET LANCAR Kas di Kas Daerah - - - Bank 310,926,359,944 656,050,079,880 (345,123,719,936)

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 A. NERACA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 Uraian Reff 2015 2014 ASET G.5.1.1 ASET LANCAR G.5.1.1.1 Kas di Kas Daerah G.5.1.1.1.1 135.348.133.135,77 93.099.242.994,09 Kas di Bendahara Pengeluaran G.5.1.1.1.2

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI

WALIKOTA BUKITTINGGI WALIKOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013 B U P A T I P U R W O R E J O PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 2013 PERDA KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 13 HLM, LD No. 23 ABSTRAK : -

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RANCANGAN BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa memenuhi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJ0 NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014 BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI TOLITOLI Menimbang : a.

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95 PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKPD : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2016 dan 2015 Dalam Rupiah

Lebih terperinci