BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679). Penyusunan laporan keuangan daerah merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah. Laporan keuangan yang disusun ini meliputi : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP basis akrual dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual pada Pemerintah Daerah. Pelaporan keuangan daerah adalah/ laporan pertanggungjawaban pemerintah daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Batang selama satu periode pelaporan. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektifitas dan 1

2 efisiensi pemerintah Kabupaten Batang, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan: 1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; 2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; 3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang serta hasil-hasil yang telah dicapai; 4. Menyediakan informasi mengenai upaya Pemerintah Kabupaten Batang dalam mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas; 5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; 6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah daerah mengenai kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan; 7. Menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih / kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit Laporan Operasional ( LO ) aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas Pemerintah Daerah Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4286); 2

3 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4028); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4575); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Repubilk Indonesia Tahun 2005 Nomor 4578); 9. Peratutan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4540); 3

4 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4614); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 4219); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5 ); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum; 4

5 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Daerah Tahun Anggaran 2016; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 nomor 547); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 11 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 11); 26. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Batang tahun 2016 Nomor 10); 27. Peraturan Bupati Batang Nomor 48 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2016; 28. Peraturan Bupati Batang Nomor 74 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun 2016 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2015 Nomor 74); 29. Peraturan Bupati Batang Nomor 40 tahun 2016 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang tahun anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Batang tahun 2016 Nomor 40). 30. Peraturan Bupati Batang Nomor 69 tahun 2015 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Berita Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 69 ); 31. Peraturan Bupati Batang Nomor 70 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang ( Berita Daerah Kabupaten Batang Tahun 2015 Nomor 70 ); 5

6 1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Kabupaten Batang, yang terdiri dari PPKD (BUD), SKPD dan BLUD. LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 terdiri dari : A. Laporan Realisasi Anggaran ( LRA ) LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer dan Pembiayaan Daerah. Data/informasi Keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal didasarkan pada LRA SKPD dan data / informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain pendapatan yang sah, Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan, Belanja Tak terduga, Transfer dan Pembiayaan (penerimaan dan pengeluaran) didasarkan pada LRA PPKD (BUD). B. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah Laporan yang menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal, Silpa/Sikpa, koreksi dan Saldo Akhir. C. Neraca Neraca memuat informasi mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca SKPD disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca BLUD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca PPKD (BUD) menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. D. Laporan Arus Kas (LAK) Laporan arus kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) selama Tahun Anggaran E. Laporan Operasional Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas yang tercermin dalam pendapatan LO, beban dan surplus/ defisit operasional dari suatu entitas yang penyajiannya dibandingkan dengan periode sebelumnya. 6

7 F. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit LO, koreksi dan ekuitas akhir. G. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Catatan Atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 disusun berdasarkan penggabungan antara laporan keuangan SKPD, Laporan Keuangan BLUD dan Laporan Keuangan PPKD (BUD). Laporan Keuangan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan BLUD terdiri dari Laporan realisasi Anggaran, Laporan operasional, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keauangan, sedangkan Laporan Keuangan PPKD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Opersional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Sistematika Penulisan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 memuat penjelasan dan atau catatan atas laporan keuangan dalam periode Tahun Anggaran 2015 yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 1.1. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan 1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan Sistematika Penulisan. Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD 2.1. Ekonomi Makro 7

8 Bab III Bab IV Bab V 2.2. Kebijakan Keuangan 2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan 3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan. Kebijakan Akuntansi 4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah 4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah 4.4. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP pada Pemerintah Daerah. Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan 5.1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan LRA Belanja Pembiayaan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 5.2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Saldo Anggaran Lebih Awal Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan Sisa lebih / kurang pembiayaan Anggaran Koreksi Kesalahan pembukuan tahun sebelumnya Saldo Anggaran Akhir 5.3. Neraca Aset Kewajiban Ekuitas 5.4. Laporan Operasional Pendapatan LO Beban Surplus / Defisit Kegiatan Operasional 8

9 Surplus / Defisit dari Kegiatan Non Operasional Pos Luar Biasa Surplus / Defisit Laporan Operasional 5.5. Laporan Perubahan Ekuitas Ekuitas Awal Surplus / Defisit LO Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan / Kesalahan Mendasar Ekuitas Akhir 5.6. Laporan Arus Kas Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Kas dari Investasi Aset Non Keuangan Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas dari Aktivitas Transitoris Saldo Akhir Kas Bab VI Penjelasan atas Informasi informasi Non Keuangan. Bab VII Penutup. 9

10 BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD 2.1. EKONOMI MAKRO Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang yang terbentuk dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965 tanggal 14 Juli 1965 berada pada jalur utara yang menghubungkan Jakarta-Surabaya. Luas daerah Kabupaten Batang adalah ,16 ha dan mempunyai batas-batas wilayah: a. Sebelah utara : Laut Jawa b. Sebelah selatan : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara c. Sebelah barat : Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan d. Sebelah Timur : Kabupaten Kendal Sebagai daerah agraris dimana sektor pertanian dan perkebunan merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk, luas pemanfaatan lahan pertanian adalah sebagai berikut: a. Tanah sawah : ,14 Ha b. Tanah Perkebunan : 7.909,11 Ha c. Tegal/Huma : ,75 Ha d. Padang Rumput : 89,95 Ha Potensi tanaman di sektor ini yang cukup menonjol untuk tanaman pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis tanaman sayur-sayuran yang banyak diusahakan adalah bawang merah, bawang daun, kentang, kubis dan cabai. Sedangkan untuk buah-buahan adalah durian, rambutan, nangka, mangga, jeruk dan pisang. Untuk jenis tanaman perkebunan adalah kelapa, tebu, teh, coklat, kopi dan cengkeh. Potensi perikanan Kabupaten Batang dapat dilihat dari letak geografis di tepi pantai Laut Jawa dengan garis pantai sepanjang 38,75 km dan lebar 4 mil merupakan potensi yang sangat strategis untuk pengembangan perikanan laut maupun perikanan darat yang terdiri dari tambak (air payau) dengan potensi lahan seluas 1.429,2 ha, kolam air tawar dengan potensi lahan seluas 300 ha dan perairan umum (sungai, waduk, sawah, dan genangan air). 10

11 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah/wilayah menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah/wilayah terhadap kemampuan produksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur ekonomi terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor. Dengan melihat kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB, maka dapat diketahui seberapa besar peran suatu sektor dalam menunjang perekonomian daerah. Struktur perekonomian di Kabupaten Batang dapat ditunjukkan oleh besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap total PDRB Kabupaten. Menurut Lapangan Usaha, pada Tahun 2015 sektor industri pengolahan memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Batang yaitu sebesar 33,43%, disusul sektor Pertanian sebesar 24%. Kontribusi terbesar ketiga diberikan oleh sektor Perdagangan, hotel dan Rumah Makan sebesar 12,71%. Sektor Pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terkecil yaitu hanya2,74% PDRB Per kapita PDRB perkapita dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur atau menilai indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah/wilayah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah (PDRB) dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya penduduk berpengaruh terhadap nilai PDRB per kapita. Sedang besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor yang terdapat di daerah tersebut. Perkembangan pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku setiap tahun mengalami peningkatan. Kenaikan pendapatan per kapita terbesar lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2014 sebesar 11,97%. Sedangkan berdasarkan harga konstan kenaikan pendapatan perkapita tertinggi lima tahun terakhir juga terjadi pada tahun 2011 sebesar 4,88%. 11

12 Tabel II.1. Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Batang Tahun Tahun Pendapatan perkapita adh berlaku (Rp) Pertumbuhan (%) Pendapatan perkapita adh konstan 2000 (Rp) Pertumbuhan (%) , , , , , , , , , ,68 Sumber : BPS Kabupaten Batang Nilai PDRB Per kapita Kabupaten Batang atas dasar harga berlaku sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan secara terus-menerus. Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita tercatat sebesar Rp ,00 dan secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun 2014 mencapai Rp ,00 Kenaikan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari nilai PDRB berdasarkan harga konstan Secara riil, Ternyata dari nilai PDRB per kapita sejak tahun 2010 terus mengalami kenaikan dari sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 di tahun Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan produk domestik yang mencerminkan kinerja perekonomian suatu daerah. Andil terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diamati secara sektoral, spasial, dan penggunaan nilai tambah, sehingga pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan pada sektor, wilayah atau komponen penggunaan apa yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang. 12

13 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2015 mencapai 5,60%, naik sekitar 0,17 poin dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang sebesar 5,43%. Tabel II.2. Laju Pertumbuhan Riil PDRB menurut Lapangan Usaha (persen) Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,75 (-0,42) 2,56 1,64 3,57 2. Pertambangan & Penggalian 2,42 4,62 5,08 4,36 7,27 3. Industri Pengolahan 6,81 8,22 8,88 6,50 5,32 4. Pengadaan listrik dan gas 8,25 11,20 7,93 0,45 (-2,35) 5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0,86 (-2,73) (-1,77) 1,94 2,42 6. Konstruksi 1,11 4,86 3,98 4,06 7,86 7. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 9,15 1,56 4,83 4,41 4,57 8. Transportasi dan pergudangan 5,25 5,44 10,41 10,04 7,64 9. Penyediaan akomodasi dan makan dan minum 4,81 3,73 2,36 6,58 8,16, 10. Informasi dan komunikasi 8,39 10,36 8,68 19,72 15, Jasa keuangan dan asuransi 2,25 1,90 2,83 3,22 6,24 12.Real estate 7,06 5,76 7,60 7,85 6, Jasa Perusahaan 9,88 7,40 13,72 10,65 8, Adm pemerintahan, pertanahan 1,69 0,93 1,96 0,53 7,25 dan jaminan sosial wajib 15. Jasa Pendidikan 21,58 20,22 8,47 10,15 6, Jasa kesehatan dan kegiatan sos 10,29 10,42 7,17 13,18 5,24 17.Jasa lainnya 2,45 0,92 8,59 8,84 4,10 Produk domestik regional bruto 6,`12 4,62 5,88 5,43 5,60 Sumber : BPS Kabupaten Batang Andil terbesar dalam laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang pada Tahun 2015 disumbang oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 15,64 %. Pada posisi berikutnya, oleh Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, Jasa perusahaan yang masing-masing mempunyai pertumbuhan sebesar 8,16 % dan 8,15 %. 13

14 Laju inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting. Laju inflasi Kabupaten Batang pada Tahun 2015 sebesar 2,94 % lebih rendah dari inflasi tahun 2014 sebesar 7,66 %. Untuk Tahun 2015 ini laju inflasi tertinggi pada sektor jasa sebesar 7,05% disusul dengan sector bahan makanan sebesar 3,11%. Kumulatif inflasi tahun 2015 sebesar 2,94% KEBIJAKAN KEUANGAN Kebijakan keuangan daerah mengacu pada dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang merupakan kesepakatan bersama antara Bupati Batang dengan DPRD Kabupaten Batang. Kebijakan keuangan mencakup kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara dan APBD Tahun Berikut uraian kebijakan keuangan tersebut Kebijakan Pendapatan Daerah Perencanaan terhadap target pendapatan daerah seyogyanya memperhatikan kondisi perekonomian saat ini. Hal ini perlu diperhatikan, karena kondisi saat ini ada kemungkinan bisa memberikan dampak pada Tahun Anggaran Untuk memperkuat pelaksanaan otonomi daerah, maka Kabupaten Batang harus berupaya menggali berbagai potensi pendapatan daerah tanpa harus membebani masyarakat. Hal ini dicanangkan dengan harapan secara bertahap, Kabupaten Batang mampu meningkatkan kemampuannya dalam kemandirian keuangan daerah, utamanya dalam memenuhi pembiayaan pembangunan daerah. Beberapa langkah yang ditempuh dapat dilakukan melalui intensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada dan dikelola secara lebih efisien dan efektif. Selanjutnya langkah lainnya adalah melalui ekstensifikasi pendapatan asli daerah dengan mengoptimalkan potensi melalui pembukaan peluang-peluang pendapatan baru yang mempunyai potensi besar. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, pelaksanaan pendapatan daerah selama ini lebih banyak diperoleh baik dari kewenangan yang dimiliki daerah sebagai bentuk dari adanya kewenangan daerah otonomi. 14

15 A. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Batang pada tahun-tahun yang akan datang memerlukan upaya kemandirian daerah. Guna mendukung kemandirian daerah. Guna mendukung kemandirian daerah tersebut, maka salah satu tolok ukur keberhasilan daerah tersebut dilakukan dengan meningkatkan kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan dengan memperhatikan potensi dan kemampuan pendapatan daerah. Untuk mencapai target pendapatan daerah, diperlukan langkah-langkah dan arah kebijakan keuangan daerah sebagai berikut: 1. Melakukan intensifikasi terhadap pungutan pajak dan retribusi daerah melalui penyuluhan terhadap masyarakat, terutama kesadaran untuk membayar pajak dan retribusi daerah. 2. Penyederhanaan terhadap sistem dan prosedur administrasi, terutama sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, pemberian insentif atau rasionalisasi pajak/retribusi daerah. 3. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung mobilitas bagi pemungut penerimaan daerah maupun pemberian operasional bagi penerimaan pendapatan. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang berhubungan dengan penerimaan daerah, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola penerimaan daerah. 5. Melakukan penataan anggaran berbasis kinerja ( performance budget ) melalui penataan sistem penyusunan dan pdengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja yang lebih efisien, efektif dan berkesinambungan sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan biaya lebih rendah. 6. Melakukan peninjauan kembali terhadap berbagai kebijakan Pemerintah Kabupaten Batang, terutama yang terkait dengan atau dalam rangka optimalisasi pendapatan daerah, memberikan respon positif terhadap Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang baru. B. Kebijakan Dana Perimbangan Guna mencapai target Pendapatan dalam meningkatkan dana perimbangan, upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Batang antara lain: 15

16 1. Intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap berbagai sumber pendapatan dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan daerah. 2. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana prasarana perekonomian dan pelayanan publik Kebijakan Belanja Daerah A. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. Belanja Daerah merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah. Sehingga alokasi belanja daerah harus berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas dan proporsionalitas, sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan yang ditetapkan. Kebijakan yang diambil dalam mennetukan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga dan belanja yang dituangkan dalam program kegiatan sebagai berikut : 1. Kebijakan yang nyata akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 2. Kebijakan yang secara nyata dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia serta dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat. 3. Kebijakan yang dapat mendorong penyerapan tenaga kerja setempat. 4. Mengalokasikan belanja bunga Loan ADB, belanja subsidi pelayanan Pusskesmas, belanja hibah dan social, serta bantuan dkeuangan kepada desa. 5. Anggaran belanja tidak terduga untuk estimasi kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah serta tidak biasa /tanggap darurat, yang mendesak dan tidak tertampung dalam bentuk program kegiatan tahun berjalan. 16

17 6. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan dan penghargaan atas suatu prestasi. 7. Penganggaran pengadaan barang ( termasuk asset tetap ) yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Kebijakan pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan Kebijakan penerimaan pembiayaan Penerimaan pembiayaan direncanakan berasal dari SILPA tahun sebelumnya Kebijakan pengeluaran pembiayaan Pengeluaran pembiayaan daerah terdiri dari penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah dan pembayaran pokok utang yang jatuh tempo PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun 2016 disajikan secara ringkas sebagai berikut: APBD Tahun 2016 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan , ,20 ( ,80) Belanja dan Transfer , , ,28 Surplus/(Defisit) ( ,75) ( ,27) ,48 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan , ,23 (0,52) Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , , ,48 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran , ,96 17

18 Dari data di atas, realisasi pendapatan kurang dari target 4,77% yaitu sebesar (Rp ,80) dan Belanja yang tidak terserap 9,76% yaitu sebesar Rp ,28. Pencapaian kinerja menurut urusan Pemerintahan Daerah dapat kami sajikan tersendiri dalam bentuk buku matrik sebagai hasil kompilasi pencapaian kinerja keuangan SKPD se-kabupaten Batang yang telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran Dalam CaLK ini akan kami sajikan ringkasan pencapaian kinerja atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam berbagai urusan yang telah dilaksanakan selama Tahun 2016 baik urusan wajib maupun urusan pilihan yang diringkas dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Tahun Target Kinerja yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Batang disajikan dalam Buku LKPJ Bupati Tahun

19 BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2016 Anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemenuhan sumber-sumber keuangan daerah. Realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2016 secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. Realisasi pendapatan sebesar Rp ,20 lebih rendah (Rp ,80) yaitu 4,77% dibandingkan dengan target sebesar Rp , Realisasi belanja sebesar Rp ,47 lebih rendah Rp ,28 atau 9,76 % dibandingkan dengan anggaran sebesar Rp , Pada realisasi APBD Tahun Anggaran 2016 terjadi defisit sebesar (Rp ,27) Sedangkan pada pembiayaan terdapat pembiayaan netto sebesar Rp ,23 sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp ,96 Realisasi sasaran kinerja fiskal Pemerintah Kabupaten Batang selama tahun anggaran 2016 dapat dilihat pada tabel III.1. berikut ini : Tabel III.1. Ikhtisar Target dan Realisasi Kinerja Fiskal Pemerintah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 APBD Tahun 2016 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Surplus Penerimaan/Sisa Pengeluaran 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan , ,20 ( ,80) Belanja dan Transfer , , ,28 Surplus/(Defisit) ( ,75) ( ,27) ,48 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan , ,23 (0,52) Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , , ,48 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran , ,96 19

20 Dengan menggunakan anggaran sebagai tolok ukur kinerja, SILPA Tahun Anggaran 2016 berasal dari pendapatan yang tidak memenuhi target sebesar ( Rp ,80) atau 4,77%; sisa anggaran belanja sebesar Rp ,28 atau 9,76%; dan dari sisa pembiayaan netto sebesar Rp ,48 atau 0,12%. Rekapitulasi anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan Tahun Anggaran 2016 beserta realisasinya untuk setiap SKPD disajikan pada Lampiran 1a dan 1b. Sebagaimana disajikan pada lampiran tersebut, terdapat realisasi pendapatan di beberapa SKPD yang tidak memiliki anggaran pendapatan. Beberapa SKPD tersebut dinas dan badan yang bukan merupakan penghasil pendapatan, antara lain Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta dinas dan badan lainnya. Hal ini dikarenakan adanya penerimaan pendapatan melalui SKPD tersebut yang berasal dari Lain-lain PAD Yang Sah, diantaranya berasal dari pendapatan pengembalian belanja tahun lalu, dan pendapatan jasa giro pemegang kas Realisasi Anggaran Tahun 2015 Dibandingkan dengan Tahun 2016 Dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, pendapatan Tahun 2016 meningkat Rp ,39 atau 7,33%. Belanja Tahun 2016 meningkat sebesar Rp ,90 atau 14,08%. Pembiayaan netto tahun 2016 meningkat Rp ,24 atau 18,22%. Sedangkan SILPA menurun Rp ,27 atau 41,42% dengan perhitungannya sebagai berikut: 2016 (Rp) 2015 (Rp) Rp % 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan 1,498,614,094, ,396,266,245, ,347,848, Belanja dan Transfer 1,560,785,414, ,368,164,749, ,620,665, Surplus/(Defisit) (62,171,320,396.27) 28,101,495, (90,272,816,351.51) (321.24) 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 159,948,419, ,474,382, ,474,036, Pengeluaran Pembiayaan 4,081,253, ,627,459, (1,546,205,781.00) (27.48) Pembiayaan Netto 155,867,165, ,846,923, ,020,242, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Realisasi Realisasi 2016-Realisasi ,695,845, ,948,419, (66,252,573,678.27) (41.42) 20

21 3.2. HAMBATAN DAN KENDALA DALAM PENCAPAIAN TARGET YANG TELAH DITETAPKAN Permasalahan yang menghambat dan menjadi kendala dalam pencapaian target pendapatan maupun upaya optimalisasi belanja daerah antara lain sebagai berikut: Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Pendapatan Daerah Secara umum tidak terdapat kendala dalam upaya memperoleh pendapatan sesuai dengan target pendapatan yang telah ditetapkan. Pada kelompok Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah melebihi yang ditargetkan. Sedangkan pada kelompok Dana Perimbangan realisasi pendapatan tidak target yang ditetapkan. Adapun hambatan dan permasalahan utama dalam pendapatan daerah adalah sebagai berikut: Terbatasnya SDM baik kualitas maupun kuantitas dalam menangani pemungutan pajak; Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak; Banyak terjadi peralihan hak atas tanah namun tidak diikuti dengan permohonan mutasi SPPT sehingga subyek pajak sudah berubah; Kesulitan penagihan PBB tanah mrancang karena Wajib Pajak di luar kota alamatnya tidak jelas dan tidak ada nomor telpon/hp yang bisa dihubungi. Sedangkan pada kelompok Pendapatan transfer realisasi pendapatan tidak mencapai target yang telah ditetapkan, hal ini disebabkan karena : Dana Alokasi Khusus fisik tidak terealisasi 100 %, karena waktunya tidak mencukupi. Dana Alokasi Khusus Non fisik tidak terealisasi 100%, karena adanya penundaan dana sertfikasi guru berdasarkan Surat Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor S 579/PK/2016 Perihal Penyampaian Informasi kepada Daerah tentang penghentian penyaluran Dana Tunjangan Profesi Guru dan Tambahan Penghasilan TA 2016 tanggal 16 Agustus 2016 dan Surat Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27001/B/PR/2016 Perihal Penggunaan Sisa Dana (SILPA) dan Penghentian Penyaluran Transfer TPG dan DTP Tahun 2016 tanggal 23 Agustus

22 Hambatan dan Permasalahan Utama dalam Belanja Daerah Realisasi belanja Tahun 2016 mencapai 90,50%. Untuk belanja langsung, yakni untuk belanja dalam rangka pelaksanaan kegiatan, realisasinya mencapai 88,49%. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan belanja daerah diantaranya: Realisasi penyerapan anggaran di SKPD tidak berdasarkan pada anggaran kas yang sudah direncanakan, sehingga pencairan dana menumpuk di akhir tahun; Adanya persepsi dari SKPD pengajuan pencairan Ganti Uang (GU) jika uang persediaan sudah dipertanggungjawabkan 100%, sedangkan di Juknis pengelolaan APBD Tahun 2016 menyebutkan bahwa penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara pengeluaran apabila dana uang persediaan (UP) telah dipertanggungjawabkan sekurang-kurangnya 50% dari dana UP yang diterima; Belum maksimalnya koordinasi intern di SKPD antara pelaku yang terkait kegiatan, pengelola keuangan dan pengelola barang di SKPD; Kurang dapat mengimplementasikan peraturan perundang-undangan yang tiap tahun mengalami perubahan; Penerima bantuan sosial dan hibah tidak memenuhi persyaratan sebagaimana regulasi; Ada beberapa pekerjaan yang putus kontrak, tidak jadi lelang dan gagal lelang. 22

23 BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1 ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan perundangundangan wajib meyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Entitas pelaporan dalam LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 adalah Pemerintah Kabupaten Batang. Selain itu Pemerintah Kabupaten Batang memiliki entitas akuntansi yang terdiri dari SKPD dan PPKD (BUD) yang menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya. Entitas akuntansi adalah unit pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Batang meliputi dinas, badan, sekretariat daerah, sekretariat DPRD, kantor, kecamatan, dan kelurahan. Tabel 4.1 Entitas Akuntansi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 No. Kode SKPD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dinas Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (APBD dan BLUD) Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Energi Sumber Daya Mineral Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Badan Lingkungan Hidup Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik 23

24 No. Kode SKPD Satuan Polisi Pamong Praja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bupati dan Wakil Bupati Bagian Pemerintahan Desa Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Bagian Hukum Bagian Pengendalian Pembangunan Bagian Kesejahteraan Rakyat Bagian Perekonomian Bagian organisasi Bagian Umum Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat DPRD Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (PPKD) Inspektorat Badan Kepegawaian Daerah Kecamatan Batang Kecamatan Tulis Kecamatan Subah Kecamatan Gringsing Kecamatan Limpung Kecamatan Tersono Kecamatan Reban Kecamatan Bawang Kecamatan Bandar Kecamatan Blado Kecamatan Wonotunggal Kecamatan Warungasem Kecamatan Kandeman Kecamatan Pecalungan Kecamatan Banyuputih Kelurahan Proyonanggan Selatan 24

25 No. Kode SKPD Kelurahan Proyonanggan Tengah Kelurahan Proyonanggan Utara Kelurahan Kauman Kelurahan Watesalit Kelurahan Sambong Kelurahan Kasepuhan Kelurahan Karangasem Utara Kelurahan Karangasem Selatan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kantor Perpustakaan danarsip Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 4.2 BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang tahun anggaran 2015 adalah basis akrual untuk pengakuan Pendapatan LO dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Basis kas untuk pengakuan Pendapatan LRA, Belanja, Transfer dan Pembiayaan. Penyusunan dan penyajian LKPD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2015 telah mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan ( SAP ) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Peraturan Bupati Batang Nomor 70 tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Batang. 25

26 4.3. BASIS PENGUKURAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Basis pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan meliputi basis pengukuran pendapatan LRA, belanja, transfer, pembiayaan, pendapatan LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas A. Pengukuran Pendapatan LRA Pendapatan LRA adalah semua penerimaan rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menambah hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan Daerah diklasifikasikan menurut kelompok pendapatan yang terdiri dari : 1. Pendapatan Asli Daerah ; 2. Dana Perimbangan; dan 3. Lain-lain Pendapatan daerah yang sah Pengukuran Pendapatan LRA dicatat berdasarkan penerimaan bruto dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah netto (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). B. Pengukuran Belanja. Belanja adalah semua pengeluaran dari Kas Umum Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode saldo anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. 1. Belanja dicatat sebesar nilai nominal pengeluaran uang dari Rekening Umum Kas Daerah; 2. Pengeluaran belanja dalam bentuk barang dan jasa diakui pada saat serah terima barang dan jasa sebesar nilai yang tercantum dalam Berita Acara ( BA ) serah terima. 3. Apabila dalam BA serah terima tidak dicantumkan nilai barang dan jasa tersebut, maka dapat dilakukan penaksiran atas nilai barang dan jasa yang bersangkutan. Adapun Klasifikasi Belanja yang digunakan: a. Belanja Operasi Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja 26

27 operasi antara lain meliputi belanja pegawai (belanja langsung maupun belanja tidak langsung), belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial. b. Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap berwujud dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi antara lain belanja untuk pengadaan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan aset lainnya. c. Belanja Lain-lain/Tak Terduga Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah Kabupaten Batang. C. Pengukuran Pembiayaan Pembiayaan ( financing ) adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Keuangan Kabupaten Batang, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah Kabupaten Batang terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan dicatat sebesar nominal penerimaan atau pengeluaran. D. Pengukuran Pendapatan LO. Pendapatan LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Akuntansi pendapatan LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). Pendapatan LO diukur dengan nilai nominal yaitu aliran masuk yang telah diterima oleh pemerintah daerah dan aliran yang akan diterima oleh pemerintah daerah. Aliran masuk yang diterima oleh Pemerintah Daerah, contoh pajak dengan metode self assesment. Aliran yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah dengan metode official assesment. 27

28 Pengukuran Pendapatan Hibah LO adalah : 1. Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar nilai kas yang diterima; 2. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang menyertakan nilai hibah dicatat sebesar nilai nominal pada saat terjadinya penerimaan hibah; 3. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah, dilakukan penilaian dengan berdasarkan : a. Menurut biayanya; b. Menurut harga pasar; atau c. Menurut perkiraan/taksiran harga wajar. Apabila pengukuran atas pendapaan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak menyertakan nilai hibah tidak dapat dilakukan, maka nilai hibah dalam bentuk barang/jasa/ surat berharga cukup diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. E. Pengukuran Beban. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Beban diukur dan dicatat berdasarkan nilai perolehan dan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang dikeluarkan dan atau akan dikeluarkan. Beban yang diukur dengan mata uang asing dikonversikan ke mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia ) pada saat pengakuan beban. Beban terdiri dari beban pegawai, beban persediaan, beban jasa, beban pemeliharaan, beban perjalanan dinas, beban penyusutan dan beban lain-lain. F. Pengukuran Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. Tidak termasuk pengertian sumber daya ekonomis adalah sumber daya alam seperti hutan, sungai, danau/rawa, kekayaan di dasar laut, dan kandungan 28

29 pertambangan dan harta peninggalan sejarah. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan dan /atau penguasaannya berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar dan Aset Non Lancar. 1. Aset Lancar Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pengukuran Aset lancar sebagai berikut: a. Kas dicatat sebesar nilai nominal; b. Setara kas dinilai sebesar harga perolehan, tidak termasuk bunga/hasil yang diharapkan akan diperoleh; c. Kas dan setara kas dalam valuta asing dijabarkan ke dalam rupiah dengan kurs pada tanggal neraca; d. Untuk beberapa jenis investasi jangka pendek, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi jangka pendek yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat, atau nilai wajar lainnya. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek dicatat sebesar biaya perolehan.apabila investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi jangka pendek dinilai berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi jangka pendek tersebut. Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. e. Piutang. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan / atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya bedasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. Piutang 29

30 dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang belum dilunasi. Terhadap piutang dilakukan penyisihan piutang tak tertagih. Dasar perhitungan penyisihan piutang tak tertagih adalah berdasarkan umur piutang. Penilaian dan penyajian piutang sebesar nilai bersih yang apat direalisasikan (net realizable value), yaitu dalam penilaian piutang di laporan keuangan harus dikurangkan dengan penyisihan piutang tak tertagih ( allowance for doubtful account). Perhitungan penyisihan piutang tak tertagih dilakukan dengan prosentase tertentu dari saldo piutang yang ada, dengan meneliti jatuh tempo umur piutang sebagai berikut : 1) Lancar, apabila umur piutang kurang dari 1 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 0,5% 2) Kurang Lancar, apabila umur piutang 1 tahun dan kurang dari 3 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 10% 3) Diragukan, apabila umur piutang 3 tahun dan kurang dari 5 tahun, penyisihan piutang tak tertagih 50% 4) Macet, apabila umur piutang 5 tahun atau lebih, penyisihan piutang tak tertagih 100% f. Persediaan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Daerah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/ atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12 ( dua belas) bulan mendatang. Pengukuran Persediaan dilakukan sebagai berikut: 1) Persediaan yang berasal dari pembelian dicatat dengan biaya perolehan; 2) Persediaan yang berasal dari kegiatan produksi pada SKPD dicatat sebesar harga pokok produksi; 3) Persediaan yang berasal dari hibah atau donasi dicatat sebesar nilai wajar persediaan. Persediaan Pemerintah Kabupaten Batang dicatat secara periodik, berdasarkan hasil inventarisasi fisik 30

31 2. Aset Non Lancar Aset non lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lainnya. a. Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen. 1) Investasi non permanen yang berupa dana yang disisihkan Pemerintah Kabupaten Batang dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergilir kepada kelompok masyarakat, dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Reliazable Value ). Nilai bersih bersih yang dapat direalisasikan adalah jumlah yang benar-benar dapat ditagih yaitu sebesar harga perolehan dikurangi perkiraan jumlah tak tertagih ditambahkan dengan perguliran dana yang berasal dari pendapatan dana bergulir. 2) Investasi Permanen Investasi permanen yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualkan, tetapi untuk mendapatkan devidn dan / atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan / atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa : Investasi jangka panjang yang bersifat permanen seperti penyertaan modal Pemerintah Daerah, dicatat sebesar biaya perolehan yang meliputi harga transaksi investasi jangka panjang ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi jangka panjang tersebut. b. Aset Tetap Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan digunakan untuk kegiatan Pemerintah Kabupaten Batang atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 31

32 1) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan; Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. 1. Aset Tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. 2. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset yang dapat disusutkan (depreciable asset) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Metode Penyusutan yang digunakan Pemerintah Kabupaten Batang adalah metode garis lurus dengan rumus : Nilai perolehan ( penilaian ) Masa Manfaat Pelaksanaan penyusutan dilakukan bersamaan dengan penerapan basis akrual terhitung sejak tahun perolehannya. Selain tanah, konstruksi dalam pengerjaan dan aset tetap lainnya berupa hewan, tanamandan buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik. Masa manfaat atau umur ekonomis yang digunakan sebagai dasar perhitungan penyusutan berdasarkan pada Keputusan Bupati Batang Nomor 940/690/2015 tentang Masa Manfaat Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Batang. 2) Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk memperoleh aset tetap sehingga siap dipakai, untuk meningkatkan kapasitas/efisiensi dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai aset tersebut. Besaran nilai minimum kapitalisasi aset tetap tersebut adalah sebagai berikut: Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat/perlengkapan olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah). 32

33 Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh aset tetap gedung dan bangunan baru yang nilainya samadengan dan atau lebih dari Rp ,00 diakui sebagai aset tetap gedung dan bangunan dalam neraca; Pengeluaran pemeliharaan untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp ,00 (dua puluh juta rupiah). Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran tanah, jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Pengeluaran-pengeluaran sama dengan atau lebih dari Rp ,00 (lima ratus ribu rupiah ) yang bisa dikategorikan sebagai barang pecah belah dan rawan hilang diklasifikasikan sebagai barang habis pakai. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh terhadap nilai aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran setelah perolehan awal aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja dan memenuhi nilai batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang besangkutan. c. Dana Cadangan. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar sehingga menjadi tidak proporsional apabila kebutuhan tersebut dipenuhi hanya melalui penerimaan daerah dalam satu tahun anggaran. Pembentukan maupun peruntukan dana cadangan harus diatur dengan Peraturan Daerah, sehingga dana cadangan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. 33

34 d. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya terdiri atas tagihan piutang penjualan angsuran, tagihan tuntutan perbendahraan, tuntutan Ganti kerugian daerah, aset kemitraan dengan pihak ketiga, aset tak berwujud dan aset lain-lain. Pengukurannya sebagai berikut: Tagihan Piutang penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu jumlah yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo; Tagihan tuntutan perbendaharaan dicatat sebesar nilai nominal dalam surat ketetapan pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas daerah; Tuntutan ganti kerugian daerah dicatat sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas daerah; Aset Kemitraan dengan pihak ketiga dicatat sebesar nilai bersih yang tercatat atau nilai bersih yang tercatat pada saat aset tersebut diserahkan; Aset tak berwujud dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi. Aset lain-lain. Pos aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, kemitraan dengan pihak ketiga dan aset yang sudah tidak bermanfaat. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif Pemerintah Daerah yang telah diajukan ke pengelola barang. G. Pengukuran Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Kabupaten Batang. 34

35 Kewajiban diklasifikasikan dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu 12 ( dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang mencakup semua kewajiban yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan mendatang. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal; Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunkanan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. H. Pengukuran Ekuitas Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah Kabupaten Batang yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Batan pada tanggal pelaporan; Saldo ekuitas di neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG BERKAITAN DENGAN KETENTUAN YANG ADA DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) PADA PEMERINTAH KABUPATEN BATANG. 1. Pengakuan Pendapatan LRA Pengakuan pendapatan LRA ditentukan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUN/RKUD sebagai salah satu tempat penampungannya. Oleh karena itu pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah perlu diinterpretasikan sebagai berikut: Pendapatan kas yang telah diterima pada Rekening Kas Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima oleh bendahara penerimaan sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke Rekening Umum Kas Daerah, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari Bendahara Umum Daerah; Pendapatan kas diakui saat diterima Unit SKPD, Satuan Kerja /SKPD dan digunakan langsung tanpa disetor ke Rekening Kas Umum Daerah, dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan daerah; 35

36 Pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung dalam/luar negeri yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan ; Pendapatan kas yang diterima entitas lain di luar entitas pemerintah berdasarkan otoritas yang diberikan oleh BUD dan BUD mengakuinya sebagai pendapatan; Jika bendahara penerimaan tersebut bukan merupakan bagian dari BUD maka pendapatan yang diterima oleh bendahara SKPD yang belum disetorkan ke kas daerah diakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Dalam hal Badan Layanan Umum Daerah, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Badan Layanan Umum Daerah. Pengembalian atas penerimaan LRA yang terjadi pada periode berjalan diakui sebagai pengurang Pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian pendapatan. Pengembalain pendapatan LRA pada tahun berikutnya setelah laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat normal dan berulang dicatat sebagai pengurang pendapatan LRA pada tahun terjadinya pengembalian. Koreksi dan pengembalian pendapatan LRA pada tahun berikutnya bsetelah laporan keuangan disampaikan ke DPRD, yang bersifat tidak normal dan tidak berulang, dicatat sebagai pengurang saldo anggaran lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. 2. Pengakuan Belanja Belanja menurut basis kas diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan yang telah dipertanggungjawabkan; Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan di SKPKD; Penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode berjalan dicatat sebagai pengurang belanja tahun berjalan; Penerimaan kembali belanja pada tahun anggaran berikutnya dicatat sebagai penerimaan lain-lain LRA 36

37 3. Pengakuan Pembiayaan Pengakuan penerimaan pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu tempat penampungan. Pengakuan pengeluaran pembiayaan ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh Rekening Kas Umum Daerah sebagai salah satu sumber pengeluaran. 4. Pengakuan Pendapatan LO Pendapatan LO diakui pada saat : a. Pemerintah Daerah memiliki hak atas pendapatan; b. Pemerintah Daerah menerima kas yang berasal dari Pendapatan. Pendapatan LO yang diperoleh untuk beberapa periode, maka pengakuannya dialokasikan untuk setiap periode pelaporan, kecuali pendapatan LO yang berasal daro ijin gangguan (HO), IMB dan ijin trayek maka pendapatan tersebut diakui seluruhnya pada saat kas diterima oleh Kas Daerah; Pendapatan LO yang berasal dari BPJS diakui pada saat pengajuan claim ke BPJS dan jika claim yang diterima tidak sesuai pengajuan maka dibuatkan jurnal koreksi; Pendapatan sekolah yang berasal dari APBD Propinsi, APBN, Komite Sekolah dan BOS diakui oleh Pemerintah Daerah pada saat dana tersebut masuk ke rekening sekolah. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode self assesment diakui pada saat realisasi kas diterima di kas daerah tanpa terlebih dahulu diterbitkannya surat ketetapan. Pengakuan pendapatan pajak yang dipungut dengan metode official assesment diakui pada saat telah diterbitkannya surat ketetapan yang mempunyai kekuatan hukum. Pendapatan transfer diakui bersamaan dengan diterimanya kas pada rekening kas umum daerah. 5. Pengakuan Beban. Beban diakui pada saat : 1) Timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah 37

38 2) Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset non kas dalam kegiatan operasional Pemerintah. 3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu, contoh penyusutan atau amortisasi. 6. Pengakuan Aset a. Pengakuan Aset Lancar sebagai berikut : 1) Kas dan setara kas diakui pada saat diterima atau dibayarkan atau pada saat kepemilikan dan/atau penguasaannya berpindah. 2) Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi jangka pendek apabila memenuhi salah satu kriteria : a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoeh Pemerintah Daerah b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 3) Pengakuan Piutang terjadi pada saat penerbitan Surat Ketetapan tentang piutang; dan/atau telah diterbitkan surat penagihan tdan telah dilaksanakan penagihan; dan/atau belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan. 4) Pengakuan persediaan pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/kepenguasaannya berpindah b. Aset non lancar 1) Pengakuan investasi jangka panjang. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah satu kriteria : Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh Pemerintah; Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai. 38

39 2) Pengakuan Aset Tetap Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Berwujud; Mempunyai manfaat lebih dari 12 ( dua belas ) bulan; Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal ; Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. 3) Pengakuan Aset Lainnya. Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan. Aset kerjasama/kemitraan berupa gedung dan /atau sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerjasama BSG, diakui pada saat pengadaan / pembangunan Gedung dan / atau sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk digunakan/ dioperasikan. Aset tak berwujud diakui jika, dan hanya jika : a) Kemungkinan besar aset tersebut akan memberikan manfaat ekonomis dan / atau manfaat sosial di masa depan kepasa entitas pelaporan atau entitas akuntansi; b) Mempunyai masa manfat lebih dari 12 bulan; c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal 4) Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat sekarang dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan handal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/ atau pada saat itu kewajiban timbul. 39

40 BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Bab ini membahas secara rinci mengenai akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan yang terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran terdiri atas akun pendapatan, belanja dan pembiayaan. Rekapitulasi Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 1.a dan 1.b. Uraian selengkapnya masing-masing akun laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut : PENDAPATAN LRA Pada tahun anggaran 2016 Pendapatan Daerah dianggarkan sebesar Rp ,00 dan direalisasikan sebesar Rp ,20 atau 95,23% dari target yang telah ditetapkan. Perbandingan antara anggaran dan realisasi pendapatan dalam Tahun Anggaran 2016 serta realisasi Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut: Pendapatan Tahun 2016 Tahun 2015 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pendapatan Asli Daerah , , ,81 2 Pendapatan Transfer , , ,00 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah , , , , , ,81 Berdasarkan rincian di atas terlihat realisasi Pendapatan Daerah tahun 2016 bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan Daerah Tahun 2015 lebih besar Rp ,39 atau 7,33 %. 40

41 Grafik V.I Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 Lain-lain Pendapatan yang Sah % % Pendapatan Asli Daerah % Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah Penjelasan untuk masing-masing jenis pendapatan daerah diuraikan sebagai berikut: PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas: 1) pendapatan pajak daerah; 2) retribusi daerah; 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang sah. Realisasi PAD Tahun 2016 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Pajak Daerah , , ,00 2 Hasil Retribusi Daerah , , ,00 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Berdasarkan rincian di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi PAD Tahun 2016 lebih tinggi Rp ,20 atau 6,57%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi PAD Tahun 2016 lebih besar Rp ,39 atau , , ,00 4 Lain-lain PAD yang Sah , , , , , ,81 41

42 meningkat 16,82%. Adapun penerimaan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PAD yaitu Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan kontribusi 63,22%. Realisasi masing-masing jenis PAD Tahun Anggaran 2016 dan 2015 diuraikan sebagai berikut: Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Batang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Realisasi PAD selama TA 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut: Pendapatan Pajak Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pajak Hotel , , ,00 Pajak Restoran , , ,00 Pajak Hiburan , , ,00 Pajak Reklame , , ,00 Pajak Penerangan Jalan , , ,00 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan , , ,00 Pajak Parkir , , ,00 Pajak Air Tanah , , ,00 Pajak Sarang Burung Walet , , ,00 Pajak Bumi dan Bangunan P , , ,00 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan , , , , , ,00 Berdasarkan rincian pendapatan pajak daerah di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan pajak daerah Tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau naik 3,27%. Kenaikan terbesar ada pada pajak parkir yaitu sebesar 31,47% dari anggarannya. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan pajak daerah tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau meningkat 2,80%. 42

43 Grafik VI.2. Perbandingan Realisasi Pajak Daerah TA (dalam milyar rupiah) Realisasi Retribusi Daerah Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Pendapatan Retribusi Daerah dikelola oleh masing-masing SKPD penghasil, dengan realisasi pada tahun anggaran 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut: 43

44 Hasil Retribusi Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan , , ,00 Retribusi Pelayanan persampahan/ , , ,00 kebersihan Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jln , , ,00 Retribusi Pelayanan Pasar , , ,00 Retribusi Pengujian Kendrn Bermotor , , ,00 Retribusi Pengendalian Menara , , , , ,00 R etribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah , , ,00 Retribusi Tempat Pelelangan , , ,00 Retribusi terminal , , ,00 Retribusi Tempat Khusus Parkir , , ,00 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedot Kakus , , ,00 Retribusi Rumah Potong Hewan , , ,00 Retribusi Pelayanan Kepelabuhan , , ,00 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga , , ,00 Retribusi Siaran Radio Abirawa , , , , , ,00 R etribusi P erizinan T ertentu Retribusi Izin Mendirikan Bangunan , , ,00 Retribusi Izin Gangguan/Keramaian , , ,00 Retribusi Izin Trayek , , ,00 Retribusi IMTA , , , , , ,00 Jumlah Hasil Retribusi Daerah , , ,00 Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil retribusi daerah Tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau 17,66%. Bila dibandingkan dengan realisasi 44

45 Tahun 2015, realisasi retribusi daerah Tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau naik 2,68%. Pada tahun anggaran 2016 hampir semua retribusi realisasinya melebihi 100%, kecuali beberapa obyek pendapatan yang tidak mencapai target yang ditetapkan adalah retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dan retribusi ijin trayek. Adapun realisasi Pendapatan Retribusi Tahun 2016 secara rinci untuk masing-masing SKPD adalah sebagai berikut: No KETERANGAN RETRIBUSI (Rp) 1 DINAS KESEHATAN ,00 2 DINAS BINA MARGA DAN SDA ,00 3 DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN ESDM ,00 4 DINAS PERHUBUNGAN, KOMINFO ,00 5 DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI ,00 6 BADAN LINGKUNGAN HIDUP ,00 7 DINAS TATA PEMERINTAHAN ,00 8 DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH ,00 9 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN ,00 10 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ,00 11 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN ,00 12 DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN KOPERASI ,00 JUMLAH ,00 Dilihat dari tabel di atas, maka retribusi yang terbesar adalah Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu sebesar Rp ,00, kemudian disusul Dinas Kelautan dan Perikanan sebesar Rp ,00 dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi sebesar Rp ,00. Pendapatan retribusi sebagaimana tersebut di atas termasuk pendapatan Tahun 2016 dan baru disetor tahun 2017 berada pada bendahara penerimaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebesar Rp ,00 dan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika sebesar Rp ,00. 45

46 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, merupakan penerimaan PAD yang berasal dari hasil penyertaan modal Pemerintah Kabupaten berupa bagian laba dari lembaga keuangan bank dan bukan bank adalah sebagai berikut: Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagian Laba atas Penyertaan Modal Perusahaan Daerah Air Minum , , ,00 Perusda Aneka Usaha , , ,00 BPR/BKK Batang dan Bapera , , ,00 Koperasi Serba Usaha Batang , , ,00 Cemerlang Bank Jateng - Deviden Bank Jateng , , , , , ,00 Realisasi bagian laba atas penyertaan modal berdasarkan kas yang masuk ke rekening Kas Daerah (STS). Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan lebih besar Rp5,00. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2016 tersebut lebih besar Rp ,00 atau menurun 8,35%. Realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tersebut dicatat berdasarkan basis kas, yakni diakui seluruhnya sebagai pendapatan atas semua penerimaan ke Kas Daerah pada Tahun Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah merupakan PAD dari berbagai sumber yang bersifat tidak tetap/rutin. Bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi Lain-lain PAD yang Sah Tahun Anggaran 2016 lebih besar Rp ,20 atau melebihi 7,08% dari yang dianggarkan, dengan rincian sebagai berikut: 46

47 Lain-lain PAD yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Hasil Penjualan Aset Daerah Tidak Dipisahkan , , ,00 Penerimaan Jasa Giro , , ,00 Penerimaan Bunga Deposito , , ,00 Tuntutan Ganti Rugi Daerah , ,00 Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan , , ,00 Pendapatan Denda Retribusi , , ,00 Pendapatan Denda Pajak , , ,00 Pendapatan hasil eksekusi , ,00 atas jaminan - Pendapatan Dari , , ,00 Pengembalian Fasilitas Sosial dan fasilitas , , ,00 umum Pendapatan BLUD , , ,25 Pendapatan Ganti Rugi tanah , ,00 - Pendapatan BPJS Keshtn , , , ,81 Dari tabel tersebut terlihat bahwa obyek pendapatan penyumbang terbesar lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebesar Rp ,20 yang berasal dari RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp ,00 dan Puskesmas se Kabupaten Batang Rp ,20, disusul dengan Pendapatan dari Penerimaan bunga deposito sebesar Rp ,00. Sedangkan secara prosentase, obyek pendapatan yang melebihi anggaran terbesar adalah dari Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yaitu sebesar 2.924%. Sedangkan penerimaan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah tidak dianggarkan, namun terealisasi sebesar Rp ,00 Realisasi pendapatan dari pengembalian sebesar Rp ,00 termasuk di dalamnya pembayaran PBB tahun sebesar Rp ,00 Realisasi lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Tahun 2016 jika dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp ,39 atau sebesar 26,46%. Pada tahun anggaran 2016 terdapat realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang tidak diterima di rekening Kas Umum Daerah karena penerimaan tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu 47

48 Pendapatan BLUD (RSUD Kabupaten Batang dan Puskesmas se Kabupaten Batang) yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaaan Keuangan Badan layanan Umum sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun Berikut ini penjelasan masing-masing obyek pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah: a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan sebesar Rp ,00 terdiri atas: 1) Hasil penjualan drum bekas sebesar Rp ,00. 2) Penjualan hasil penebangan pohon sebesar Rp ,00 3) Hasil penjualan bahan-bahan bekas bangunan sebesar Rp ,00. 4) Penjualan hasil pertanian sebesar Rp ,00. 5) Penjualan hasil perikanan sebesar Rp ,00. b. Penerimaan Jasa Giro sebesar Rp ,00 terdiri atas: 1) Penerimaan Jasa Giro Kas Daerah sebesar Rp ,00. 2) Penerimaan Jasa Giro Bendahara sebesar Rp ,00. c. Pendapatan bunga deposito sebesar Rp ,00 merupakan pendapatan dari penempatan kas daerah pada deposito dengan jangka waktu satu bulan. Penempatan dana kas daerah dalam bentuk deposito merupakan bagian dari manajemen kas daerah yang bertujuan memperoleh hasil maksimal atas kas menganggur (idle cash). d. Penerimaan tuntutan ganti kerugian daerah sebesar Rp ,00 berasal dari Penerimaan dari kerugian uang/barang daerah. e. Penerimaan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sebesar Rp ,00 terdiri atas: 1) Bidang Pekerjaan Umum sebesar Rp ,00 2) Bidang Keluarga Berencana sebesar Rp ,00 3) Bidang Umum Pemerintahan Rp ,00 4) Bidang Pertanian dan peternakan Rp ,00 5) Bidang Kesehatan Rp ,00 6) Bidang Perdagangan Rp ,00 f. Pendapatan denda retribusi sebesar Rp ,00 terdiri atas : 1) Pendapatan denda retribusi perijinan tertentu sebesar Rp ,00. 48

49 2) Pendapatan denda keterlambatan pengembalian buku Rp ,00. g. Pendapatan denda pajak sebesar Rp ,00 h. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan sebesar Rp ,00 i. Pendapatan dari pengembalian sebesar Rp ,00 terdiri dari: 1) Sisa pembebanan anggaran sebesar Rp ,00. 2) Lain-lain penerimaan sebesar Rp ,00. j. Fasilitas Sosial dan fasilitas umum sebesar Rp ,00 berasal dari sewa MCK di lokasi pasar-pasar. k. Pendapatan BLUD sebesar Rp ,20 berasal dari: 1) Pendapatan BLUD ( RSUD Batang ) sebesar Rp ,00. 2) Pendapatan BLUD ( Puskesmas ) sebesar Rp ,20 l. Pendapatan Ganti Rugi Tanah ( SD Negeri 1 Gringsing ) sebesar Rp , PENDAPATAN TRANSFER Pendapatan Transfer berasal dari Pemerintah Pusat dan Provinsi, meliputi Transfer Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan dan transfer lainnya serta Transfer Pemerintah Provinsi. Realisasi pendapatan transfer Tahun Anggaran 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut: Pendapatan Transfer Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan , , ,00 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya ,00 Transfer Pemerintah Provinsi , , , , , ,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Tahun 2016 lebih rendah Rp ,00 atau 4,22%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2015 lebih besar Rp ,00 atau 1,54%. Adapun penjelasan masing-masing pendapatan transfer adalah sebagai berikut: 49

50 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Dana Perimbangan terdiri atas Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus dengan rincian sebagai berikut: Transfer Pemerintah Pusat- Dana Perimbangan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Dana Bagi Hasil Pajak , , ,00 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak , , ,00 (Sumber Daya Alam) Dana Alokasi Umum , , ,00 Dana Alokasi Khusus , , , , , ,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun Anggaran 2016 lebih kecil Rp ,00 atau 6,73%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan dana perimbangan Tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau meningkat 26,58%. Rincian obyek pendapatan dana perimbangan Tahun 2016 yang tidak memenuhi target adalah bagi hasil bukan pajak/sumber daya alam lebih kecil dari anggarannya sebesar Rp ,00 dan Dana Alokasi Khusus lebih kecil dari anggarannya sebesar Rp ,00. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2015 dan realisasi dana bagi hasil bukan pajak lebih besar Rp ,00 atau 0,06%. Adapun rincian Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan dapat dijelaskan sebagai berikut: a Dana Bagi Hasil Pajak Pendapatan bagi hasil pajak dari pemerintah pusat terdiri atas bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bagi hasil pajak penghasilan pasal 25 dan pasal 29 dan bagi hasil pajak penghasilan pasal 21`dengan rincian sebagai berikut : Dana Perimbangan-Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 dan 29 Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan Pasal 21 Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) , , , , , , , , , , , ,00 50

51 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil pajak Tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau 4,89%.. Dan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan bagi hasil pajak Tahun 2016 meningkat sebesar Rp ,00 atau 35,05% b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak terdiri atas Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam, dengan rincian sebagai berikut: Dana Perimbangan-Bagi Hasil Bukan Pajak: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil dari sumber daya alam kehutanan , , ,00 Bagi Hasil dari sumber daya alam perikanan , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi , , ,00 Bagi Hasil dari Pertambangan Umum , , ,00 Bagi Hasil Cukai Tembakau , , , , , ,00 Dari tabel tersebut terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2016 lebih rendah Rp ,00 atau 5,32 %. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pendapatan bagi hasil bukan pajak Tahun 2016 lebih tinggi Rp , c Dana Alokasi Umum (DAU) DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Alokasi DAU Tahun 2016 ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2016 dan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2016 tentang Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

52 Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, alokasi DAU untuk Kabupaten Batang adalah sebesar Rp ,00. Alokasi DAU Tahun Anggaran 2016 untuk Kabupaten Batang telah diterima seluruhnya pada Tahun Anggaran Penerimaan DAU Tahun 2016 ini lebih tinggi Rp ,00 dari penerimaan DAU Tahun 2015 atau 11,89 % d Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi DAK Tahun 2016 ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 137 tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah tahun 2016 dan Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2016 tentang Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan tahun Dana DAK untuk Kabupaten Batang terdiri dari DAK fisik dan DAK Non Fisik, dengan rincian sebagai berikut: 52

53 Dana Alokasi Khusus: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Dana Alokasi Khusus ( Fisik) DAK Bidang Pendidikan 5,123,040, ,098,432, ,100,230, DAK Bidang Kesehatan 17,329,084, ,329,084, ,449,060, DAK Bidang perumahan, air minum 2,285,130, dan Sanitasi 1,148,006, ,148,005, ,187,870, DAK Kelautan dan Perikanan 1,533,188, ,226,550, ,431,980, DAK Pertanian 4,691,676, ,753,341, ,763,110, DAK Lingkungan Hidup 1,012,544, ,012,544, ,116,040, DAK Keluarga Berencana 976,011, ,011, ,434,920, DAK Kehutanan 1,153,916, ,153,916, ,286,420, DAK Perhubungan 283,905, ,905, ,260, DAK Sarana Perdagangan 2,085,960, ,085,960, DAK Rujukan 7,455,366, ,455,366, DAK infra struktur publik 56,811,304, ,811,303, Jumlah 99,604,000, ,334,419, ,589,020, DAK Non Fisik DAK DAK Bant opr PAUD 7,668,000, ,668,000, DAK Tunjangan Profesi Guru 159,423,541, ,682,947, DAK Tambahan Penghasilan Guru 2,948,900, ,621,895, DAK Bantuan Operasional Keshtn 5,880,315, ,880,315, DAK Akreditasi Puskesmas 729,126, ,126, DAK Jaminan Persalinan 1,270,750, ,270,750, DAK Bantuan Operasional KB 706,500, ,500, DAK Proyek Pemda dan desentralisasi Bid Air 166,748, ,748, DAK Proyek Pemda dan desentralisasi Bid Irigasi 429,720, ,720, ,297,200, DAK Proyek Pemda dan desentralisasi Bid Jalan 482,126, ,126, ,612,180, Jumlah 179,705,726, ,638,127, ,909,380, Jumlah Total DAK 279,309,726, ,972,546, ,498,400, Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik Tahun 2016 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 97,72%, karena waktunya tidak cukup, sedangkan Dana Alokasi Khusus Non Fisik terealisasi sebesar Rp ,00 atau 59,34%, karena penghentian penyaluran Tunjangan profesi Guru PNSD tahun 2016 Triwulan III dan IV sesuai dengan surat Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kemeterian Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-579/PK/2016 Perihal Penyampaian Informasi kepada Daerah tentang Penghentian Penyaluran Dana Tunjangan Profesi Guru dan Tambahan Penghasilan TA 2016 dan surat Didrektur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 27001/B/PR/2016 Perihal Penggunaan Dana (SILPA) dan Penghentian Penyaluran Transfer TPG dan 53

54 DTP tahun 2016 tanggal 23 Agustus Jika dibandingkan dengan realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2015, maka realisasi pada Tahun 2016 mengalami kenaikan sebesar Rp ,00 atau 156,57% Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Batang tidak menerima transfer Pemerintah Pusat Lainnya, karena tunjangan profesi guru dan dana tambahan penghasilan guru masuk di Pendapatan Dana Alokasi Khusus non fisik Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi Pendapatan transfer pemerintah provinsi terdiri atas bagi hasil pajak dan bagi hasil lainnya dengan perincian sebagai berikut: Transfer Pemerintah Provinsi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bagi Hasil Pajak: Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor , , ,00 Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan , , ,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan , , ,00 Bermotor Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan , , ,00 Pemanfaatan Air Permukaan Bagi hasil dari pajak rokok , , , , , ,00 Dari tabel di atas terlihat bahwa bila dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pendapatan transfer Pemerintah Provinsi lebih kecil Rp ,00 atau 9,31%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2015 lebih tinggi Rp ,00 atau meningkat 0,27% Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Lain-lain Pendapatan Yang Sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Transfer meliputi bantuan keuangan dari provinsi dengan realisasi Tahun 2016 dan 2015 sebagai berikut: 54

55 Lain-lain Pendapatan yang Sah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Pendapatan Hibah ,00 Pendapatan Lainnya , , ,00 Berikut ini penjelasan masing-masing obyek Lain-lain Pendapatan yang Sah yang berasal dari pendapatan lainnya terdiri dari : a. Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya sebesar Rp ,00 meliputi : FEDEP sebesar Rp ,00. TMMD sebesar Rp ,00. Penyusunan sistem informasi profil daerah sebesar Rp ,00. Pendidikan Untuk Semua (PUS) sebesar Rp ,00. TKPKD sebesar Rp ,00 Bantuan akibat kekurangan yodium (GAKY) sebesar Jumlah , , ,00 Rp ,00 Bantuan sarana dan prasarana sebesar Rp ,00 berupa pembangunan pasar Batang sebesar Rp ,00, peningkatan jalan ruas Limpung- Kalangsono- Bulu sebesar Rp ,00, peningkatan jalan ruas Plelen Kedawung sebesar Rp ,00 dan Pembangunan jembatan Pandansari Karangdadap sebesar Rp ,00. Bantuan Pendidikan sebesar Rp ,00 Belanja Operasional Rp ,00 berupa rintisan desa berdikari sebesar Rp ,00 dan pendampingan KPMD sebesar Rp ,00 b. Pendapatan Dana Desa sebesar Rp ,00 c. Kompensasi atas Pembayaran Pajak PPh pasal 21 sebesar Rp , BELANJA Belanja daerah merupakan pengeluaran daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Belanja Daerah terdiri atas belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga. Anggaran dan realisasi belanja Tahun 2016 untuk masing-masing SKPD disajikan pada lampiran 1a. 55

56 Anggaran dan realisasi belanja daerah Tahun Anggaran 2016 serta realisasi Tahun Anggaran 2015, adalah sebagai berikut: Belanja Daerah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Operasi , , ,57 Belanja Modal , , ,00 Belanja Tidak Terduga , , ,00 Transfer , , , , , ,57 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja Tahun 2016 lebih rendah Rp ,28. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi belanja Tahun 2016 lebih besar Rp ,90 atau 14,08% Berikut penjelasan untuk masing-masing kelompok belanja: BELANJA OPERASI Belanja operasi meliputi pengeluaran untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah yang memberikan manfaat jangka pendek. Belanja Operasi terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan, dengan rincian sebagai berikut: Belanja Operasi: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Pegawai 825,822,610, ,922,018, ,289,300, Belanja Barang 278,050,040, ,141,318, ,351,994, Bunga 45,000, ,967, ,239, Hibah 70,684,493, ,443,356, ,078,153, Bantuan Sosial 28,171,900, ,062,495, ,486,936, Bantuan Keuangan 809,933, ,200, ,561, ,203,583,978, ,066,297,357, ,026,867,185, Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja operasi Tahun 2016 lebih rendah Rp ,16 atau 11,41%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi belanja operasi Tahun 2016 lebih besar Rp ,90 atau 3,84%. 56

57 Belanja Pegawai Belanja pegawai terdiri atas belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan rincian anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2016 sebagai berikut: Belanja Pegawai: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Tidak Langsung: Gaji dan Tunjangan , ,00 98,49 ( ,00) (1,51) Tambahan Penghasilan PNS , ,00 68,23 ( ,00) (31,77) Belanja Lain Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH , ,00 99,69 ( ,00) (0,31) Biaya Pemungutan Pajak Daerah , ,00 97,11 ( ,00) (2,89) , ,00 88,50 ( ,00) (11,50) Belanja Langsung: Honorarium PNS , ,00 90,46 ( ,52) (9,54) Honorarium Non PNS , ,00 92,49 ( ,00) (7,51) Uang Lembur , ,00 83,53 ( ,00) (16,47) Belanja pegawai BLUD , ,00 87,44 ( ,00) (12,56) , ,00 89,84 ( ,52) (10,16) , ,00 88,63 ( ,52) (11,37) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa realisasi belanja pegawai tahun 2016 sebesar Rp ,00 (88,63%) dengan sisa anggaran sebesar Rp ,52 (11,37%). Realisasi belanja pegawai yang tidak terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp ,00, diantaranya diperuntukkan bagi pembayaran gaji dan tunjangan PNS dan CPNS (termasuk guru), gaji dan tunjangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD dan biaya pemungutan pajak daerah. Realisasi belanja pegawai yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan sebesar Rp ,00, diantaranya dalam bentuk honorarium panitia pelaksana kegiatan, honorarium tim dan honorarium tenaga ahli Belanja Barang Anggaran dan realisasi belanja barang Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut : 57

58 Belanja Barang: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Bahan Pakai Habis 15,730,142, ,497,390, (1,232,752,028.00) (7.84) Belanja Bahan/Material 15,416,574, ,150,893, (265,681,169.00) (1.72) Belanja Jasa Kantor 44,217,897, ,428,558, (2,789,338,980.00) (6.31) Belanja Premi Asuransi 1,148,331, ,844, (842,486,543.00) (73.37) Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 10,530,335, ,326,866, (1,203,469,163.00) (11.43) Belanja Cetak Dan Penggandaan 8,782,352, ,386,429, (395,923,693.00) (4.51) Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir 5,963,054, ,478,108, (484,945,814.00) (8.13) Belanja Makan Minum 15,397,652, ,216,099, (2,181,553,705.00) (14.17) Belanja Pakaian Dinas Dan Atributnya 3,464,701, ,388,772, (75,929,300.00) (2.19) Belanja Perjalanan Dinas 24,423,492, ,312,824, (2,110,667,737.00) (8.64) Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi Dan Bimbingan Teknis PNS 4,814,035, ,911,729, (902,305,984.00) (18.74) Belanja perjalanan pindah tugas - - #DIV/0! Belanja Pemeliharaan 13,533,530, ,083,074, (4,450,456,156.00) (32.88) Belanja Jasa konsultasi 7,474,656, ,189,075, (285,581,100.00) (3.82) Belanja Survey dan Penyusunan Design Enginering 248,591, ,641, (4,949,100.00) (1.99) Belanja Barang dan Jasa BLUD 82,990,587, ,862,812, (17,127,774,774.64) (20.64) Belanja Barang dan Jasa Dana JKN 359,173, ,173, Belanja jasa narasumber /instruktur/tenaga ahli/pembicara 6,399,466, ,000,023, (399,443,000.00) (6.24) Jumlah 260,894,576, ,141,318, (34,753,258,246.64) (13.32) Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa belanja barang pada tahun 2016 direalisasikan sebesar Rp ,47 (86,68%) dari anggaran yang telah ditetapkan dengan sisa anggaran sebesar Rp ,64 atau 13,32% Pada tahun 2016 terdapat realisasi Belanja Barang yang tidak melalui Rekening Kas Umum Daerah karena pengeluaran belanja tersebut diatur tersendiri oleh peraturan yang berlaku, yaitu pengeluaran belanja BLUD (RSUD ) Kabupaten Batang dan BLUD ( Puskesmas ) yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun Belanja Bunga Belanja bunga digunakan untuk membayar bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka panjang. 58

59 Realisasi belanja bunga tahun 2016 sebesar Rp ,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp ,00, realisasi bunga utang pinjaman lebih rendah Rp atau 88,98% Belanja Subsidi Belanja Subsidi adalah pengeluaran pemerintah daerah yang diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat. Pemerintah Kabupaten Batang tidak menganggarkan dan tidak merealisasikan belanja dimaksud Belanja Hibah Belanja hibah digunakan untuk pemberian uang, barang dan atau jasa dari pemerintah daerah kepada perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Dari yang dianggarkan sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 tidak terserap sebesar Rp ,00 atau 8,42%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan Tahun 2015 maka realisasi Tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau 208,47%. Anggaran dan realisasi belanja hibah Tahun 2016 serta perbandingannya dengan realisasi Tahun 2015 adalah sebagai berikut: Belanja Hibah: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) hibah kepada badan/lembaga/organisasi hibah kepada kelompok /anggota masyarakat ,339,994, ,434,154, ,767,996, ,499,963, ,009,202, ,310,157, ,839,957, ,443,356, ,078,153, Belanja hibah kepada Badan/Lembaga/organisasi meliputi : 1. Pengembangan sarana dan prasarana PAUD (Disdikpora Kab. Batang) sebesar Rp ,00 2. Badan Operasional Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Formal (Disdikpora Kab. Batang ) sebesar Rp ,00 59

60 3. Bantuan Operasional Sarana Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Non Formal (Disdikpora Kab.Batang ) sebesar Rp ,00 4. Penyelnggaraan Paket A setara SD (Disdikpora Kab. Batang) sebesar Rp ,00 5. Penyelenggaraan Paket B setara SMP ( Disdikpora Kab. Batang ) sebesar Rp ,00 6. Penyelenggaraan Paket C setara SMU ( Disdikpora Kab.Batang ) sebesar Rp ,00 7. Bantuan Operasional Sekolah dan Penyelenggaraan Ujian SMP/MTs Swasta sebesar Rp ,00 8. Bantuan Operasional Sekolah dan Penyelenggaraan Ujian SMA/SMK (Disdikpora Kab. Batang ) sebesar Rp ,00 9. Pembangunan Gedung Sekolah sebesar Rp , Penambahan ruang kelas sekolah sebesar Rp , Penambahan Ruang Guru Sekolah sebesar Rp , Pembangunan Sarana Prasarana bermain sebesar Rp , Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir sebesar Rp , Pembangunan Sarana Air Bersih dan sanitary sebesar Rp , Pengadaan alat praktek dan peraga siswa sebesar Rp , Pengadaan mebeleur sekolah sebesar Rp , Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah sebesar Rp , Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah sebesar Rp , Rehabilitasi sedang/berat ruang kelas sekolah (pemasangan plafon) sebesar Rp , Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini sebesar Rp , Penambahan Ruang Kelas baru sebesar Rp , Penambahan ruang Kelas Sekolah sebesar Rp , Pembangunan gedung sekolah (PAUD) sebesar Rp , Rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah sebesar Rp , Pembangunan Gedung Sekolah (TK) sebesar Rp ,00 60

61 26. Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parker sebesar Rp , Pengadaan mebeleur sekolah sebesar Rp , Rehabilitasi sedang berat bangunan sekolah ( akseleresi Disdikpora Kab.Batang ) sebesar Rp , Belanja Hibah Formi (Bagian Kesra ) sebesar Rp , Belanja Hibah KONI sebesar Rp , Belanja Hibah KORPRI sebesar Rp , Belanja Hibah KPAD sebesar Rp , Belanja Hibah LVRI sebesar Rp , Belanja Hibah PCNU sebesar Rp , Belanja Hibah PD Muhammadiyah sebesar Rp , Belanja Hibah PEPABRI sebesar Rp , Belanja Hibah PMI sebesar Rp , Belanja Hibah PRAMUKA sebesar Rp , TMMD, Pendamping TMMD dan Bhakti TNI sebesar Rp , Belanja Hibah Generasi Muda dan Olah Raga Masyarakat sebesar Rp , Belanja Hibah KPU, Panwas dan Pengamanan Pemilu sebesar Rp , Belanja Hibah Kesenian sebesar Rp , Belanja Hibah Pertinda sebesar Rp , Belanja Hibah Sarana Ibadah sebesar Rp , Belanja Hibah ormas/yayasan/lsm sebesar Rp , Belanja Hibah Majlis Taklim, jamaah tahlil dan Pondok Pesantren sebesar Rp , Belanja Rehab Sedang / Berat bangunan sekolah Bagian Kesra Rp , Belanja Hibah Rehab Play Group sebesar Rp , Belanja Hibah PD Rifaiyah sebesar Rp , Belanja Hibah KNPI sebesar Rp , Belanja Bantuan kepada Dharma Wanita sebesar Rp , Belanja Hibah FPTI sebesar Rp ,00 61

62 53. Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Paket A sebesar Rp , Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Paket B sebesar Rp , Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Paket C sebesar Rp , Bantuan Kursus Kewirausahaan Desa sebesar Rp , Bantuan Fasilitasi Penguatan Manajemen Desa Vokasi sebesar Rp , Bantuan Fasilitasi Keakasaraan Dasar sebesar Rp , Bantuan Fasilitasi Keaksaraan Lanjutan sebesar Rp , Bantuan Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar sebesar Rp , Bantuan Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kursus dan Pelatihan (LKP) sebesar Rp , Bantuan Fasilitasi Rintisan Taman Bacaan Masyarakat Desa Vokasi sebesar Rp , Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini sebesar Rp , Pembangunan Ruang Kelas Baru (MA) sebesar Rp , Bantuan Pengadaan Sarana Alat Pendidikan sebesar Rp , Bantuan Rehab Gedung Sekolah (RA) sebesar Rp , Bantuan Pendampingan BOS Provinsi Jawa Tengah Jenjang SD/MI sebesar Rp , Bantuan Pendampingan BOS Provinsi Jawa Tengah Jenjang SMP/MTs sebesar Rp , Hibah kepada KODIM Batang sebesar Rp , Hibah kepada Kanminvetcad IV-09 /BTG sebesar Rp ,00 Sedangkan belanja hibah kepada kelompok anggota masyarakat meliputi : 1. Belanja barang yang diserahkan kepada mayarakat sebesar Rp ,00 2. Uang yang diserahkan ke masyarakat sebesar Rp ,00 3. Belanja hibah kemsayarakatan sebesar Rp ,00 62

63 4. Belanja Hibah usaha ekonomi desa simpan pinjam sebesar Rp ,00 5. Belanja hibah UP2K PKK sebesar Rp ,00 6. Hibah kepada kelompok masyarakat Lakpesdam NU sebesar Rp ,00 7. Belanja Hibah Kelompok Usaha Bersama sebesar Rp ,00 8. Pembanguna Prasarana dan Sarana Sanitasi sebesar Rp ,00 9. Hibah Air Minum Pedesaan sebesar Rp , Belanja Hibah TPQ dan Madin sebesar Rp , Belanja Hibah rehab Makam sebesar Rp , Belanja Bantuan Sosial Bantuan sosial merupakan pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Pada Tahun 2016 realisasi bantuan sosial sebesar Rp ,00 lebih kecil Rp ,00 atau 3,94% dari anggarannya. Dan jika dibandingkan dengan Tahun 2015 maka realisasi belanja bantuan social naik sebesar Rp ,00 atau 74,75% sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini: Bantuan Sosial Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Bant.sosial kpd kelompok masyarakat Bant.sosial kpdanggota masyarakat , , , , , , , ,00 Bantuan sosial kepada anggota masyarakat sebesar Rp ,00 meliputi: 1. Bantuan fasilitasi Posyandu Rp , Bantuan lumbung Desa sebesar Rp ,00 Bantuan sosial kepada anggota masyarakat sebesar Rp ,00 meliputi : 63

64 1. Bantuan beasiswa untuk untuk masyarakat berprestasi sebesar Rp ,00 2. Bantuan penyandang masalah social sebesar Rp ,00 3. Bantuan tunjangan kesejahteraan Guru TK, RA dan BA sebesar Rp ,00 4. Bantuan Tunjangan Kesejateraan Guru TPQ dan Madin sebesar Rp ,00 5. Bantuan Yatim Piatu sebesar Rp ,00 6. Jaminan Kesehatan Daerah sebesar Rp ,00 7. Bantuan Pemugaran Rumah Tidak Layak Huni sebesar Rp ,00 8. Bantuan penyediaan makanan tambahan anak sekolah sebesar Rp ,00 9. Bantuan pemberian makanan tambahan Posyandu sebesar Rp , Bantuan keuangan bagi calon transmigrasi sebesar Rp , Penerimaan tambahan kesejahteraan tenaga medis pusat di Kabupaten Batang TA 2016 sebesar Rp , Bantuan uang duka bagi keluarga TKI sebesar Rp , Bantuan social bagi penyandang Disabilitas berat sebesar Rp , Bantuan social bagi usia lanjut terlantar sebesar Rp , Bantuan Pemugaran Rumah Tidak Layak Huni ( perubahan ) sebesar Rp , Belanja Bantuan Keuangan. Belanja bantuan keuangan berupa bantuan keuangan kepada partai politik, realisasinya sebesar Rp ,00 dibandingkan dengan anggarannya sebesar Rp ,00 lebih rendah sebesar Rp ,00 atau 10,71%. Realisasi bantuan keuangan kepada partai politik meliputi : 1. Nasdem sebesar Rp ,00 2. PKB sebesar Rp ,00 3. PKS sebesar Rp ,00 4. PDI P sebesar Rp ,00 64

65 5. GOLKAR sebesar Rp ,00 6. GERINDRA sebesar Rp ,00 7. DEMOKRAT sebesar Rp ,00 8. PAN sebesar Rp ,00 9. HANURA sebesar Rp , Belanja Modal Belanja modal mencakup pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta aset tetap lainnya yang terdiri atas: Tahun 2016 Tahun 2015 Belanja Modal: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Belanja Tanah , , ,00 Belanja Peralatan dan Mesin , , ,00 Belanja Gedung dan Bangunan , , ,00 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan , , ,00 Belanja Aset Tetap Lainnya , , ,00 Belanja Aset Lainnya , , , , ,00 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi belanja modal Tahun 2016 lebih rendah Rp ,12 atau 11,637%. Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2015, realisasi belanja modal Tahun 2016 lebih besar Rp ,00 atau 15,74%. Realisasi belanja modal sudah termasuk biaya biaya untuk memperoleh aset tetap tersebut. 65

66 Realisasi belanja modal berdasarkan obyek belanja disajikan pada tabel berikut: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Lebih/(Kurang) % Belanja Modal Pengadaan Tanah ,22 ( ) (27,78) Belanja Modal Peralatan dan Mesin: Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Berat ,55 ( ) (1,45) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Angkutan ,81 ( ) (2,19) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Bengkel ,25 ( ) (1,75) Belanja Modal Pengadaan Alat-AlatPertanian Dan Peternakan ,98 (5.220) (0,02) Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Kantor Rumah Tangga ,64 ( ) (8,36) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Studio ,12 ( ) (3,88) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Komunikasi ,60 ( ) (5,40) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Ukur ,75 ( ) (47,25) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Kedokteran ,39 ( ) (25,61) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Laboratorium ,96 ( ) (21,04) Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Persenjataan/Keamanan ,87 ( ) (6,13) ,57 ( ) (11,43) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Bangunan ,93 ( ) (10,07) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan: Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan ,83 ( ) (3,17) Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jembatan ( ) - Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air ,14 ( ) (6,86) Belanja Modal Pengadaan Penerangan Jalan, Taman Dan Hutan Kota - - #DIV/0! - #DIV/0! Belanja Modal Pengadaan Instalasi Listrik Dan Telepon ,10 ( ) (10,90) ,55 ( ) (9,45) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya: Belanja Modal Pengadaan Buku/Kepustakaan ,15 ( ) (88,85) Belanja Modal Pengadaan Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan - - #DIV/0! - #DIV/0! Belanja Modal Pengadaan Hewan/Ternak Dan Tanaman ,43 ( ) (1,57) ,37 ( ) (64,63) Belanja Modal Aset Lainnya: ,19 ( ) (30,81) Jumlah Belanja Modal ,33 ( ) (11,67) Belanja Modal Tanah Belanja modal tanah pada tahun 2016 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 88,01% dari anggaran sebesar Rp ,00. Pengeluaran belanja atas tanah terinci pada SKPD tercantum dalam lampiran Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja modal peralatan dan mesin pada tahun 2016 terealisasi sebesar Rp ,00 - atau 88,57% dari anggaran sebesar Rp ,00.Pengeluaran belanja atas peralatan dan mesin terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran 2. 66

67 Belanja Modal Bangunan dan Gedung Belanja modal bangunan dan gedung pada tahun 2016 terealisasi sebesar Rp ,00- atau 89,93% dari anggaran sebesar Rp ,00.Pengeluaran belanja modal bangunan dan gedung terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Anggaran belanja modal jalan, iriasi dan jaringan pada tahun 2016 adalah sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 90,55%.Pengeluaran belanja modal jalan, irigasi dan jaringan terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Anggaran belanja modal aset tetap lainnya meliputi buku dan kepustakaan, barang bercorak seni dan hewan ternak dan tanaman pada tahun 2016 adalah sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 35,37%.Pengeluaran belanja modal aset tetap lainnya terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Modal Aset Lainnya Anggaran dan realisasi belanja modal aset lainnya tahun 2016 sebesar Rp ,00 terealisasi sebesar Rp ,00 atau 69,19%. Pengeluaran belanja modal aset lainnya terinci pada SKPD sebagaimana tercantum dalam lampiran Belanja Tak Terduga Belanja Tak Terduga (BTT) adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bantuan sosial dan pengeluaran tak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan adalah pengeluaran-pengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan masyarakat, tetapi anggarannya tidak tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi belanja tidak terduga sebesar Rp ,00 atau 32,58% dari anggaran sebesar Rp ,00. Dibandingkan dengan realisasi tahun 67

68 2015 Rp ,00 maka realisasi Tahun 2016 naik sebesar Rp ,00 atau 656,15%. Realisasi belanja tersebut dipergunakan untuk penyetoran kembali sisa Bantuan Operasional Sekolah (BOS Tahun 2011) Kabupaten Batang TA 2016 yang dikelola oleh DISDIKPORA Kabupaten Batang Belanja Transfer Akun transfer digunakan untuk menampung pengeluaran uang dari Pemerintah Kabupaten Batang ke entitas pelaporan lain. Pada tahun 2016 Pemerinah Kabupaten Batang mengalokasikan pengeluaran transfer ke Desa sebesar Rp ,00 dan direalisasikan sebesar Rp ,00 (99,78%). Sedangkan bila dibandingkan dengan realisasi Tahun 2015, realisasi Tahun 2016 lebih tinggi Rp ,00 atau 82,69%.. Belanja Transfer / Bagi Hasil Ke Desa terdiri dari: a Bagi Hasil Pajak Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Pajak Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0, b Bagi Hasil Retribusi Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Retribusi Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, c Bagi Hasil Lainnya Anggaran dan Realisasi Bagi Hasil Lainnya Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2015 sebesar Rp0, d Transfer ke Desa Realisasi belanja transfer sebesar Rp ,00 dipergunakan untuk pengeluaran sebagai berikut: a) Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp ,00. b) Bantuan Penyelenggaraan Pilkades sebesar Rp ,00 c) Bantuan Dana Desa (APBN) sebesar sebesar Rp ,00. d) Bantuan Pembangunan/ Renovasi balai desa sebesar Rp ,00 e) Pembangunan Pembangunan Gedung Posyandu sebesar Rp ,00. 68

69 f) Bantuan Pembangunan Pasar Desa sebesar Rp ,00. g) Bantuan Percepatan Pemerataan Pembangunan Desa Lunas PBB P2 sebesar Rp ,00. h) Bantuan Pembangunan infra struktur Desa sebesar Rp ,00 i) Bantuan sarana prasarana desa sebesar Rp ,00 j) Bantuan sarana prasarana air bersih sebesar Rp ,00 k) Pembangunan PKD sebesar Rp ,00. l) Bantuan Keuangan kepada Desa sebesar Rp ,00. m) Bantuan Keuangan untuk kemasyarakatan sebesar Rp ,00 n) Bantuan pembangunan/rehab balai/kantor desa sebesar Rp , PEMBIAYAAN Pembiayaan merupakan transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara anggaran pendapatan daerah dan belanja daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Daerah meliputi Penerimaan dan Pengeluaran, dengan anggaran dan realisasi Tahun Anggaran 2016 dan 2015 serta Pembiayaan Netto, adalah sebagai berikut: Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) 1 Penerimaan Pembiayaan , , ,99 2 Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , , ,99 Dibandingkan dengan anggarannya, realisasi pembiayaan neto tahun 2016 lebih rendah Rp ,48 atau 0,01%. Sedangkan bila dibandingkan 69

70 dengan realisasi Tahun 2015, realisasi pembiayaan netto 2016 lebih tinggi Rp ,24 atau 18,22% Penerimaaan Pembiayaan Penerimaan pembiayaan mencakup penerimaan kas daerah yang berasal dari penggunaan SILPA tahun lalu, pencairan dana cadangan, penerimaan pinjaman daerah, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman, dengan rincian sebagai berikut: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penggunaan SILPA , , ,99 b Pencairan dana cadangan - c Penerimaan Pinjaman Daerah - d Penerimaan Kembali Pemberian - Pinjaman Daerah Penerimaan Pembiayaan , , , Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) Penggunaan Sisa Pembiayaan Anggaran (SILPA) merupakan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2015 yang dialokasikan untuk pembiayaan pada Tahun Anggaran Jumlah yang telah ditetapkan sebagai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2015 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2016 adalah Rp , Pencairan Dana Cadangan Anggaran dan Realisasi Pencairan Dana Cadangan Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0, Penerimaan Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Batang Tahun 2016 sebesar Rp0,00. 70

71 Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan mencakup pengeluaran kas daerah yang dipergunakan untuk penyertaan modal, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. Rincian dan penjelasan lebih lanjut mengenai pengeluaran pembiayaan Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Pengeluaran Pembiayaan: Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) a Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah , , ,00 b Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat , , ,00 c Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Lainnya ,00 Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari : , , , Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Penyertaan Modal (Investasi ) Pemerintah Daerah pada tahun 2016 sebesar Rp ,00 terdiri dari : a. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PDAM Kabupaten Batang sebesar Rp ,00 b. Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemerintah Daerah Kabupaten Batang kepada PT.Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Kabupaten Batang Tahun 2016 yang dikelola oleh PT Bank Jateng Cabang Batang Kabupaten Batang sebesar Rp , Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat merupakan angsuran pinjaman SLA-860/DP3/1996 Pemerintah Daerah kepada Asian Development Bank sebesar Rp , Pemberian Pinjaman Daerah Anggaran dan realisasi Pemberian Pinjaman Daerah Kabupaten Batang Tahun 2016 adalah sebesar Rp0, Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri Lainnya Anggaran dan realaisasi pembayaran pokok pinjaman dalam negeri lainnya adalah 0. 71

72 5.1.4 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Akun sisa lebih pembiayaan anggaran merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan dan realisasi pengeluaran selama tahun Berikut rincian sisa lebih pembiayaan anggaran : Anggaran 2016(Rp) Realisasi 2016(Rp) Realisasi 2015(Rp) 1 Pendapatan dan Belanja Pendapatan , , ,81 Belanja dan Transfer , , ,57 Surplus/(Defisit) ( ,75) ( ,27) ,24 2 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan , , ,99 Pengeluaran Pembiayaan , , ,00 Pembiayaan Netto , , ,99 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran , ,23 Berdasarkan perhitungan pada laporan realisasi anggaran terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran Tahun 2016 sebesar Rp ,96. Namun demikian posisi uang yang ada di Pemerintah Kabupaten Batang sebesar Rp ,25, hal ini terjadi karena terdapat hutang pajak sebesar Rp ,00 dan hutang jangka pendek lainnya sebesar Rp ,29. Adapun Saldo Kas per 31 Desember 2016 sebesar Rp ,96 terdiri dari: 1. Rekening Kas di BUD/Rekening Kas Umum Daerah sebesar Rp ,00 sama dengan posisi saldo kas di Buku Kas Umum Daerah (BIX) per 31 Desember Deposito Pemerintah kabupaten Batang sebesar Rp ,00 yang berada pada: a. Deposito pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Batang sebesar Rp ,00. b. Deposito pada Bank Jateng sebesar Rp , Kas di Bendahara Penerimaan SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp ,00 yang berasal dari retribusi daerah. 4. Kas di Bendahara Pengeluaran SKPD se-kabupaten Batang sebesar Rp0. 72

73 5. Kas di BLUD RSUD Kabupaten Batang sebesar Rp ,00 Posisi Kas di BLUD RSUD per 31 Desember 2016 terdiri dari: a. Kas di Bendahara Penerimaan BLUD RSUD sebesar Rp ,00. b. Kas di Bendahara Pengeluaran BLUD RSUD sebesar Rp , Kas di BLUD Puskesmas sebesar Rp ,96 Di dalam SILPA sebesar Rp ,96 terdapat kas yang telah dibatasi penggunaannya (SILPA terikat) sebesar Rp ,60 dan SILPA bebas sebesar Rp ,36 sebagaimana tabel berikut: Uraian EX. Sd 2014 EX. Sd Jumlah Dana Sertifikasi Guru , ,00 Tambahan Penghasilan Guru , ,00 BLUD RSUD , ,00 BLUD Puskesmas , ,96 Dana cukai , ,00 Sisa DAK , , , Jumlah SILPA Terikat , , , ,96 Silpa Tidak Terikat ,00 Tota SILPA , , , , LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun 2016 dibandingkan dengan tahun Saldo Anggaran Lebih Awal Saldo Anggaran Lebih Awal adalah saldo anggaran lebih pada tahun sebelumnya, yaitu tahun Saldo Anggaran Lebih tahun 2015 adalah sebesar Rp , Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan adalah sebesar Saldo Anggaran Lebih tahun 2016 yang digunakan untuk pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah Tahun Anggaran 2016, yaitu sebesar Rp ,23 73

74 5.5.4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran ( SILPA/SIKPA) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Batang pada Tahun Anggaran 2016 menghasilkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp ,96 yang berasal dari (1) pendapatan tidak memenuhi target sebesar ( Rp ,80) (2) saldo pelaksanaan belanja daerah sebesar Rp ,28 dan (3) saldo pembiayaan netto sebesar Rp , Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya adalah Rp Saldo Anggaran Akhir Saldo anggaran lebih akhir sebesar Rp ,96 berasal dari transaksi Saldo Anggaran Lebih Awal ditambah /dikurangi dengan sisa lebih/kurang pembiayaan, penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan dan koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya NERACA Neraca terdiri atas aset, kewajiban dan ekuitas. Uraian selengkapnya akun-akun dalam neraca adalah sebagai berikut : ASET Aset adalah sumber daya ekonomi 85.76% yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset Pemerintah Kabupaten Batang terbagi dalam : Uraian 31 Desember Desember Aset Lancar , ,04 2. Investasi Jangka Panjang , ,01 3. Aset Tetap , ,79 4. Aset Lainnya , , , ,04 74

75 Berdasarkan rincian Aset di atas terlihat bahwa secara umum terjadi kenaikan aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Batang yaitu sebesar Rp ,56 atau 10,15 %. Aset yang dimiliki sebagian besar terdiri dari aset tetap yaitu sebesar 82% dari keseluruhan aset yang dimiliki. Berikut komposisi Aset Pemerintah Kabupaten Batang ASET LANCAR Aset lancar merupakan kelompok pos/rekening yang menggambarkan kekayaan daerah yang dapat dicairkan atau memiliki perputaran paling lama 85.76% satu tahun terhitung sejak tanggal neraca. Saldo keseluruhan kelompok akun aset lancar per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2016 dapat dirinci sebagai berikut: Aset Lancar 31 Desember Desember Kas di Kasda , ,00 2 Kas di Bendahara Pengeluaran , ,00 3 Kas di Bendahara Penerimaan , ,23 4 Kas di BLUD , ,00 5 Kas Lainnya , ,00 6 Piutang Pajak Daerah , ,00 7 Piutang Retribusi , ,00 8 Penyisihan Piutang tak tertagih ( ,70) ( ,67) 9 Belanja Dibayar Dimuka ,00 10 Piutang Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan , ,00 11 Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi , ,00 13 Piutang Lainnya , ,00 12 Persediaan , , , ,04 75

BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2013 Tanggal : 24 December 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BATANG RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE 1.01.01 DINAS

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Peraturan Daerah Nomor : 11 Tahun 2015 Tanggal : 30 Desember 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN ANGGARAN 2016 KODE 1 1.01 Urusan Wajib 1.593.047.361.579,00 1.004.816.393.171,00 526.340.097.066,00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR I. PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Batang Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Batang Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Pengelolaan keuangan daerah diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN -1- LAMPIRAN XI PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN A. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP LAPORAN KEUANGAN SKPD TAHUN ANGGARAN 06 PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN Kata Pengantar Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN BAB III EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1 EKONOMI MAKRO Berdasarkan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Pekalongan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 4 1. NERACA KOMPARATIF NERACA PER 31 Desember 2009 dan 2008 No Rek Uraian Ref 2009 2008 (dalam Rupiah) 1. A. ASET 5.1.1 1.1 I. ASET LANCAR 5.1.1.a 1.1.1 1. Kas di Kas Daerah 5.1.1.a.1 55.109.719.193,82

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi Laporan Realisasi Anggaran

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 (Dalam

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2014 T E N T A N G PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014 U R A I A N JUMLAH Tahun 2015 Tahun 2014 ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008 1. NERACA KOMPARATIF LAPORAN KEUANGAN POKOK PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI N E R A C A Per 31 Desember Tahun 2009 dan Tahun 2008 (dalam rupiah) Ref 31 Desember 2009 31 Desember 2008 1 ASET 4.1.1. 2 ASET

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60 LAPORAN OPERASIONAL Tujuan Laporan Operasional 284. Tujuan penyusunan Laporan Operasional adalah untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle). Sehingga

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 REALISASI 2015 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 SALINAN WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016 BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA Lampiran III.2 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT YANG BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan daerah terdiri dari

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) ASET PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 3 DESEMBER 24 DAN 23 (Audited) 24 23 Kenaikan /Penurunan (Rp) (Rp) (Rp) ASET LANCAR Kas di Kas Daerah - - - Bank 3,926,359,944 656,5,79,88 (345,23,79,936) Deposito

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) ASET PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) 2014 2013 Kenaikan /Penurunan (Rp) (Rp) (Rp) ASET LANCAR Kas di Kas Daerah - - - Bank 310,926,359,944 656,050,079,880 (345,123,719,936)

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN [ AUDITED ] LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI

WALIKOTA BUKITTINGGI WALIKOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

B U P A T I K U N I N G A N

B U P A T I K U N I N G A N B U P A T I K U N I N G A N PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2015 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 2013 PERDA KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 13 HLM, LD No. 23 ABSTRAK : -

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Laporan Keuangan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan disusun dan disediakan sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. No.1818, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015 TENTANG PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN LAMPIRAN II PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN Kebijakan tentang LRA bertujuan untuk menetapkan perlakuan Akuntansi

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah

tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah PROVINSI JAWA BARAT KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung Jalan. Caringin No. 103 Bandung Telp/Fax (022) 5410403 PEMERINTAH KOTA BANDUNG KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi i Pernyataan Tanggung Jawab ii Ringkasan Eksekutif 5 A. Laporan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN NO 1 PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- - Tujuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang

Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta Dan Kabupaten Subang SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

TAR== LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

TAR== LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 3 TAR== LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci