LAKIN Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAKIN Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015"

Transkripsi

1 LAKIN Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 Badan Karantina Pertanian 2016

2 KATA PENGANTAR Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu pada ketetapan MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme; Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah; Keputusan Kepala LAN RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terdapat siklus Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja dan kembali lagi ke Perencanaan Kinerja tahun berikutnya. Dalam Perencanaan Kinerja keberadaan dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) unit kerja sangat penting sebagai acuan kinerja. Renstra diturunkan setiap tahunnya dalam bentuk Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan dirangkum dalam suatu bentuk Penetapan Kinerja (PK). Dalam Pengukuran Kinerja sudah harus ditetapkan indikator-indikator kinerja yang tepat (SMART = Specific, Measurable, Attainable, Relevan, Time bound, Trackable). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKI N) merupakan bagian dari siklus SAKIP yaitu Pelaporan Kinerja untuk menginformasikan pencapaian sasaran, informasi kinerja yang telah diperjajikan, kemajuan pencapaian target jangka menengah, evaluasi dan analisis capaian kinerja, pembandingan data kinerja, informasi keuangan yang terkait pencapaian kinerja, permasalahan/hambatan yang dihadapi dalam rangka pencapaian kinerja. Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja i

3 Kinerja instansi pemerintah dinilai dengan memperhatikan beberapa dokumen yang menjadi acuan kinerja organisasi yaitu Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Pe rjanjian Kinerja (PK), dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN). Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani ( PKH Kehani) memiliki Sasaran berupa: 1. Tersusunnya kebijakan teknis perkarantinaan hewan; 2. Meningkatnya kualitas laboratorium karantina hewan pada UPT Karantina Pertanian; 3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko. Pencapaian sasaran tersebut dilakukan dengan menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang telah ditandatangani dan ditetapkan dalam kontrak kinerja antara Kepala PKH Kehani dengan Kepala Badan Karantina Pertanian dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK). Keberhasilan PKH Kehani dalam mencapai PK menunjukkan performa kinerja dari seluruh jajaran PKH Kehani. Melalui LAKIN ini kami berharap pihak terkait dapat mengetahui dan atau menilai kinerja PKH Kehani dan menjadi media pertanggungjawaban kinerja serta digunakan sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan kinerja di tahun yang akan datang. Jakarta, Januari 2016 Kepala Pusat Karantina Hewan Dan Keamanan Hayati Hewani Sujarwanto NIP Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja ii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii IKHTISAR EKSEKUTIF... iv I. PENDAHULUAN Organisasi dan Tata Kerja Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas Tugas dan Fungsi... 4 II. PERJANJIAN KINERA Moto Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Penetapan Kinerja Tahun III. KINERJA Pengukuran Kinerja Analisis Kinerja Matrik Pengukuran Kinerja Kinerja Tahun IV PENUTUP Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja iii

5 IKHTISAR EKSEKUTIF Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-nya sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani ( PKH Kehani), Badan Karantina Pertanian TA selesai disusun. Laporan kinerja berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani memiliki Tugas dan Fungsi (Tusi) yaitu Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan dan pengawasan keamanan hayati hewani. Sebagai upaya untuk menjalankan tugas tersebut, PKH Kehani menjalanakan fungsi yaitu: a. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup; b. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk hewan; c. Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor serta antar area. Berdasarkan Rencana Strategis Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani , PKH Kehani telah menetapkan sasaran dan indikator kinerja tahun 2015 sebagaimana tercantum di dalam Perjanjian Kinerja sebagai berikut: Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja iv

6 Tabel 1. Perjanjian Kinerja PKH Kehani Tahun 2016 NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Tersusunnya kebijakan teknis Jumlah peraturan/keputusan 2 Dok perkarantinaan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah keputusan Kepala 5 Dok Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan 5 Lap 2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian 3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko keamanan hayati hewani Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK 3 Dok 2 Dok Berdasarkan perjanjian kinerja tersebut, selanjutnya dapat diukur capain kinerja PKH Kehani Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut: Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja v

7 Tabel 2. Capaian Kinerja PKH Kehani 2015 Sasaran Indikator Kinerja Target Tersusunnya Jumlah 2 Peraturan/Keputusan Menteri: kebijakan teknis peraturan/keput 1. Tindakan Karantina Hewan perkarantinaan usan Menteri Antar Area; tentang pencegahan masuk dan 2. Tindakan Karantina Hewan menyebarnya Terhadap Pemasukan Karkas, HPHK, dan Daging dan/atau Jeroan keamanan Kedalam Wilayah Negara RI; hayati hewani Jumlah 5 Keputusan Kepala Badan keputusan Karantina Pertanian: Kepala Badan 1. Pedoman Tindakan Karantina Karantina Terhadap Media Pembawa Lain Pertanian Hewani tentang Realisasi Kegiatan 100% 100% 100% Capaian Out Put Kualitas yang dihasilkan: 1. Nota Dinas kepada KaBarantan dan SetbanTgl 17 Desember 2015 (75%) 2. Nota Dinas kepada KaBarantan dan Setban Tgl 31 Juli 2015 (75%) Kualitas yang dihasilkan: Nota Dinas kepada KaBarantan dan Setban Tgl 23 Desember 2015 (75%) Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja i

8 pencegahan 2. Pedoman TKH terhadap Pakan 100% Nota Dinas kepada masuk dan Hewan KaBarantan dan Setban Tgl 23 menyebarnya Desember 2015 (75%) HPHK, dan keamanan 3. Revisi Pedoman Tindakan 100% Nota Dinas kepada hayati hewani Karantina Hewan Ruminansia KaBarantan dan Setban Tgl 23 Besar Desember 2015 (75%) 4. Revisi Pedoman Tindakan 100% Nota Dinas kepada Karantina Hewan Unggas KaBarantan dan Setban Tgl 23 Desember 2015 (75%) 5. Pedoman Monitoring BAH dan 100% Nota Dinas kepada HBAH KaBarantan dan Setban Tgl 23 Desember 2015 (75%) Jumlah 5 laporan sebagai berikut: Kualitas yang dihasilkan: dokumen 1. Laporan workshop nasional 100% Adopsi rumusan tindak lanjut pembinaan, hasil tindakan karantina hewan penyempurnaan kebijakan dan dokumen operasional (100%) Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja ii

9 bimbingan 2. Laporan workshop nasional 100% Adopsi rumusan tindak lanjut teknis dan pengamatan status dan situasi dan Peta HPHK (100%) dokumen HPHK monitoring pencegahan 3. Laporan bimbingan teknis 100% Adopsi rekomendasi tindak masuk dan instalasi karantina produk lanjut (100%) menyebarnya hewan HPHK dan keamanan 4. Laporan bimbingan teknis 100% Adopsi rekomendasi tindak hayati hewani validasi metode pemanasan lanjut (100%) sarang walet 5. Laporan workshop diskripsi 100% Adopsi rekomendasi tindak media pembawa HPHK yang lanjut (100%) tergolong benda lain Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja iii

10 Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya 3 Lab UPT terakreditasi: 1. Lab BKP Kelas I Banjarmasin (TPC dan RBT); 2. Lab BKP Kelas I Mataram (HI AI); 100% Ruang lingkup akreditasi: 1. TPC dan RBT 2. HI AI 3. Lab BKP Kelas II Cilegon 3. RBT (100%) (RBT). Meningkatnya kemampuan deteksi risiko Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK 2 Dokumen Bimbingan Teknis Analisis Risiko Implementatif: 1. Analisis Risiko di BBKP % 1. Dokumen Bimbingan Teknis Analisis Risiko HPHK di BBKP Surabaya Surabaya 2. Dokumen Bimbingan 2. Analisis Risiko di BKP Kelas I % Teknis Analisis Risiko Manado HPHK di BKP Kelas I Manado (100%) Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja iv

11 Keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian target PK ditentukan dengan persentase yang telah ditetapkan dengan klasifikasi sebagaiberikut: A. SANGAT BAIK : % B. BAIK : 76-95% C. CUKUP : 61-75% D. KURANG BAIK : 60% Berdasarkan tabel 1, capaian target PKHKehani dapat dihitung sebagai berikut: Rerata nilai realisasi kegiatan: 100% Rerata nilai kualitas hasil: 90% Rerata capaian target: 95% Setelah dilakukan perhitungan, capaian target PK PKHKehani adalah 95% sehingga masuk dalam klasifikasi BAIK. Beberapa hal yang menjadi hambatan dalam mencapai target yang telah ditetapkan dengan mengacu pada indikator dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Tidak tersedianya SOP dan atau tidak ada implementasi mengenai kepastian penetapan rancangan peraturan menteri. 2. Perubahan kebijakan Pemerintah pada awal tahun anggaran 2015 agar kegiatan diprioritaskan untuk diselenggarakan di fasilitas Pemerintah dan bukan lagi di hotel memberi konsekuensi revisi anggaran dan penyesuaian pelaksanaan kegiatan, sehingga realisasi cenderung mundur. 3. Jumlah tim penyusun pada PKH Kehani yang berasal dari pejabat fungsional Medik Veteriner Karantina Hewan kurang memadai, sehingga personel tim penyusun tersebut terlibat dalam berbagai kegiatan penyusunan kebijakan dan menjadi tidak fokus untuk memprioritaskan rancangan kebijakan apa yang harus diselesaikan. Pusat KH Kehani Laporan Akuntabilitas Kinerja i

12 BAB I PENDAHULUAN Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) berisi uraian pencapaian sasaran strategis sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen PK dan dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut sekurangkurangnya menyajikan informasi mengenai: a). pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; b). realisasi pencapaian indikator kinerja organisasi; c). penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja; dan d). pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan. Fokus pelaporan kinerja di dalam LAKIN adalah: (1). Kementerian/Lembaga /Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat hasil (outcome); (2). Unit kerja organisasi eselon I pada Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melaporkan pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat hasil (outcome) dan atau keluaran (output) penting; (3). Unit kerja mandiri lainnya melaporkan pencapaian sasaran strategis yang bersifat keluaran (output) penting dan atau keluaran (output) lainnya. Dengan demikian, mengingat PKH Kehani diangap sebagai suatu Unit Kerja Mandiri, maka fokus yang dilaporkan adalah pencapaian sasaran strategis yang bersidat keluaran ( output) penting dan atau keluaran (output) lainnya. Melalui penyusunan LAKIN PKH Kehani yang sesuai dengan pedoman, diharapkan dapat diperoleh manfaat yaitu sebagai: a). Bahan evaluasi kinerja PKH Kehani bagi pihak yang membutuhkan; b). Penyempurnaan dokumen perencanaan PKH Kehani untuk periode yang akan datang; c). Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan PKH Kehani yang akan datang; d). Penyempurnaan berbagai kebijakan PKH Kehani yang diperlukan. PKH Kehani LAKIN 1

13 1. Organisasi dan Tata Kerja Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani) dipimpin oleh Kepala Pusat dengan tingkat Jabatan Eselon 2A yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Karantina Pertanian. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala PKH Kehani selama tahun 2015 dibantu oleh Bidang Karantina Hewan Hidup; Bidang Karantina Produk Hewan; Bidang Keamanan Hayati Hewani; dan Kelompok Jabatan Fungsional. Gambar 1. Struktur Organisasi PKH Kehani 2. Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas a) Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan nepotisme (lembaran negara tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); b) Undang-undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan; c) Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; PKH Kehani LAKIN 2

14 d) Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan; e) Peraturan Presiden Nomor 45 tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian; f) Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani memiiliki total jumlah pegawai sebanyak 35 orang. Distribusi pegawai sesuai struktur organisasi sebagaimana tercantum pada Tabel 3. Berdasarkan analisis beban operasional saat ini PKH Kehani belum memiliki tingkat kesesuaian yang memadai antara jumlah distribusi dan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) terhadap kebutuhan organisasi sesuai tugas dan fungsi. Idealnya pada setiap Sub Bidang pada Pusat KH Kehani terdiri masing-masing minimal 3 orang Dokter Hewan Pejabat Fungsional, sehingga dalam 1 Bidang terdapat minimal 6 orang Dokter Hewan Pejabat Fungsional. Kondisi pada saat ini, pada Bidang Karantina Hewan Hidup jumlah Dokter Hewan selain pejabat eselon 4 ada 4 orang, adapun pada Bidang Karantina Produk Hewan jumlah Dokter Hewan selain pejabat eselon 4 ada 3 orang dan pada Bidang Keamanan Hayati Hewani ada 4 orang. Tabel 3. Distribusi SDM Berdasarkan Organisasi Unit Kerja NO. UNIT ORGANISASI JUMLAH (Orang) 1. PUSAT KHKEHANI Bidang Karantina Hewan Hidup Bidang Karantina Produk Hewan Bidang Keamanan Hayati Hewani Kelompok Jabatan Fungsional 5 Jumlah 35 PKH Kehani LAKIN 3

15 3. Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian; serta Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa tugas Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani adalah Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan dan pengawasan keamanan hayati hewani. Struktur organisasi Pusat KH Kehani sebagaimana tercantum pada Gambar 1. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/20115 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pertanian menyatakan bahwa Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani adalah sebagai berikut: a. Tugas a) Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis perkarantinaan hewan dan pengawasan keamanan hayati hewani; b) Bidang Karantina Hewan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup; c) Bidang Karantina Produk Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan perkarantinaan produk hewan; d) Bidang Keamanan Hayati Hewani mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor serta antar area; PKH Kehani LAKIN 4

16 e) Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugas Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan hewan hidup; b) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang perkarantinaan produk hewan; dan c) penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, dan pemantauan, serta evaluasi di bidang pengawasan invasive alien species, agensia hayati, produk rekayasa genetika, benda lain dan media pembawa lain impor, ekspor serta antar area. PKH Kehani LAKIN 5

17 BAB II PERJANJIAN KINERJA 1. Moto Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani sebagai unit kerja eselon 2 menetapkan Moto kinerja dengan mengacu pada Visi Badan Karantina Pertanian, yaitu: Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani sebagai Pusat Teknis yang Tangguh dan Terpercaya Dalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati Hewan, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta Keamanan Pangan. 2. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Dalam rangka mengejawantahkan Moto PKH Kehani, telah ditentukan Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja sesuai dengan Perjanjian Kinerja PKH Kehani Tahun 2015, sebagai berikut: Tabel 4. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja PKH Kehani 2015 Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Tersusunnya kebijakan teknis Jumlah peraturan/keputusan perkarantinaan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan keamanan hayati hewani PKH Kehani LAKIN 6

18 Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian Meningkatnya kemampuan deteksi risiko Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK Berdasarkan rencana strategis PKH Kehani Tahun , target sasaran kegiatan PKH Kehani adalah sebagai berikut: Tabel 5. Target sasaran PKH Kehani Sasaran Indikator Kinerja Kegiatan 1 Tersusunnya Jumlah kebijakan teknis peraturan/keputusan perkarantinaan hewan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani PKH Kehani LAKIN 7

19 Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan keamanan hayati hewani Sasaran Kegiatan 2 Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian Sasaran Kegiatan 3 Meningkatnya kemampuan deteksi risiko Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK Jenis-jenis kegiatan anggaran yang diselenggarakan pada tahun 2015 selanjutnya mengacu pada Renstra Pusat KH Kehani. PKH Kehani LAKIN 8

20 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Dalam rangka menjalankan Renstra PKH Kehani, telah dijabarkan dalam bentuk Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2015 sebagai berikut: Tabel 6. Rencana Kinerja Tahunan 2015 No. Rencana Kegiatan Target Realisasi Rencana Anggaran (Rp) Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani 1. Rumusan Kebijakan dan 4 Dokumen Rekomendasi Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani 1) Perumusan Tata Cara Tindakan Karantina Hewan Antar Area 2) Perumusan Penilaian Tingkat Risiko HPHK 3) Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan Ruminansia Besar 4) Penyunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan Unggas 5) Monitoring dan Evaluasi Hewan Hidup 6) Bimbingan Teknis Karantina Hewan Hidup (Pertemuan NAQCC, Workshop Nasional Pengamatan HPHK, Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina Hewan) PKH Kehani LAKIN 9

21 7) Rapat Evaluasi dan Koordinasi Pusat KH 8) Kegiatan Fungsional KH (Temu Koordinasi Fungsional KH) 9) Kajian Pulau Karantina 10) Kelayakan Pelabuhan Pemasukan Sapi 11) Tata Kelola Operasional Pusat KH dan Kehani 12) Perumusan Pedoman TKH thd Barang Bawaan & MP yang Dilalulintaskan Melalui Pos dan Jasa Titipan 13) Perumusan Pedoman Tindakan KH Terhadap Karkas, Daging dan Jeroan 14) Perumusan Pedoman Persyaratan Teknis IKPH Untuk Bahan Pakan Asal Hewan 15) Perumusan Pedoman Monitoring BAH dan HBAH 16) Monitoring dan Evaluasi Produk Hewan 17) Bimbingan Teknis Karantina Hewan Produk Hewan (Pertemuan Ahli Karantina Hewan, Forum Komunikasi Pengguna Jasa, Bimbingan Teknis Instalasi Karantina Produk Hewan, Koordinasi Kebijakan Ops Karantina Produk Hewan dengan Otoritas PKH Kehani LAKIN 10

22 Veteriner, Bimbingan Teknis Validasi Metode Pemanasan Sarang Walet, Rapat Perkembangan Pelaksanaan Ekspor Produk Hewan) 18) Perumusan Persyaratan Teknis dan Perlakuan Terhadap Alat Angkut 19) Perumusan Pedoman TKH Terhadap Pakan Hewan 20) Perumusan Persyaratan Teknis TKH Pemusnahan MP HPHK 21) Perumusan Pedoman TKH Perlakuan Terhadap Media Pembawa Lain Hewani 22) Monitoring & Evaluasi Keamanan Hayati Hewani 23) Workshop Diskripsi Media Pembawa HPHK Yang Tergolong Benda Lain Selanjutnya dengan mengacu RKT dan anggaran yang telah ditetapkan, PKH Kehani telah menentukan Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015 sebagai berikut: PKH Kehani LAKIN 11

23 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Tersusunnya kebijakan teknis Jumlah peraturan/keputusan 2 Dok perkarantinaan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah keputusan Kepala 5 Dok Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan 5 Lap 2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian 3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko keamanan hayati hewani Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK 3 Dok 2 Dok Kegiatan 1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Anggaran Rp Jumlah anggaran yang diperlukan untuk mencapai Penetapan Kinerja tersebut adalah Rp Keberhasilan dalam mencapai target PK, selanjutnya diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dengan menggunakan rumus perhitungan yang telah disepakati di Badan Karantina Pertanian. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani merupakan Unit Kerja Eselon II, dengan demikian pelaporan terhadap capaian Penetapan Kinerja mengacu pada Pasal 17 ayat (3) Peraturan Menteri Pendayagunan PKH Kehani LAKIN 12

24 Aparatur Negara Nomor 29 Tahun 2000 yaitu bahwa substansi yang dilaporkan adalah pencapaian sasaran strategis yang bersifat keluaran (output) pentingdan atau keluaran (output) lainnya. PKH Kehani LAKIN 13

25 BAB III KINERJA 1. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja pada PKH Kehani Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target Perjanjian Kinerja (PK) dengan capaian kinerja serta memperhitungkannya dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. Keberhasilan dan ketidakberhasilan pencapaian target PK ditentukan dengan persentase yang telah ditetapkan dengan klasifikasi sebagai berikut: A. SANGAT BAIK : % B. BAIK : 76-95% C. CUKUP : 61-75% D. KURANG BAIK : 60% Capaian target PKH Kehani selanjutnya dinilai dengan menghitung nilai rerata capaian target dan mencocokkan dengan klasifikasi persentase kualitas kebijakan yang telah disepakati. PKH Kehani LAKIN 14

26 Perjanjian Kinerja PH Kehani Tahun 2015 adalah sebagai berikut: PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI NO. SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Tersusunnya kebijakan teknis Jumlah peraturan/keputusan 2 Dok perkarantinaan Menteri tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah keputusan Kepala 5 Dok Badan Karantina Pertanian tentang pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK, dan keamanan hayati hewani Jumlah dokumen pembinaan, dokumen bimbingan teknis dan dokumen monitoring pencegahan masuk dan menyebarnya HPHK dan 5 Lap 2. Meningkatnya kualitas laboratorium UPT karantina pertanian 3. Meningkatnya kemampuan deteksi risiko keamanan hayati hewani Jumlah UPT yang laboratoriumnya terakreditasi sesuai ruang lingkup tugasnya Jumlah dokumen Analisis Resiko HPHK 3 Dok 2 Dok Kegiatan 1. Peningkatan Sistem Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Anggaran Rp Jumlah anggaran yang diperlukan untuk mencapai Penetapan Kinerja tersebut adalah Rp Dalam menentukan keberhasilan PK, sesuai dengan capaian target yang diperoleh. PKH Kehani LAKIN 15

27 2. ANALISIS KINERJA Analisis kinerja dilakukan dengan memberikan bobot kualitas terhadap capaian yang telah dihasilkan oleh PKH Kehani. Penilaian bobot kualitas mengacu pada tabel sebagai berikut: Tabel 7. Klasifikasi kualitas capaian No. Bobot Nilai Keterangan % Kebijakan telah ditetapkan dengan terbitnya Surat Keputusan % Kebijakan belum ditetapkan dan sudah disampaikan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian melalui Nota Dinas agar dapat diproses lebih lanjut % Kebijakan belum ditetapkan, naskah belum terselesaikan, dan belum disampaikan kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian melalui Nota Dinas. Setelah dilakukan pembobotan selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Analisis terhadap capaian PK PKH Kehani diuraikan sebagai berikut: A. Rancangan Peraturan Menteri 1) Perumusan Tata Cara Tindakan Karantina Hewan Antar Area Berdasarkan Pasal 1 angka 6 PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, bahwa area adalah daerah dalam suatu pulau, pulau, atau kelompok pulau di dalam negara Republik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama penyakit hewan karantina. Memperhatikan hal tersebut maka tindakan karantina hewan antar area dapat dipahami sebagai pelaksanaan tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas karantina terhadap media pembawa yang dilalulintaskan PKH Kehani LAKIN 16

28 antar daerah dalam suatu pulau, antar pulau, atau antar kelompok pulau di dalam Negara Republik Indonesia guna mencegah penyebaran hama penyakit hewan karantina. Ketentuan pokok mengenai pelaksanaan tindakan karantina hewan antar area mengenai pemasukan dan pengeluaran telah diatur dalam PP Nomor 82 Tahun 2000 yaitu dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 34 untuk Pemasukan, dan dalam Pasal 39 sampai dengan Pasal 51 untuk Pengeluaran. Ketentuan yang masih bersifat umum tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut karena selama ini pemahaman pelaksanaan tindakan karantina antar area masih berbeda-beda sehingga mengakibatkan pelaksanaan tindakan karantina hewan antar area di tempat pemasukan dan pengeluaran menjadi beragam. Terdapat beberapa perbedaan pemahaman dan belum ada pedoman rinci mengenai pelaksanan tindakan karantina hewan antar area. Hal ini bersifat kontraproduktif karena dapat mengakibatkan performa dan upaya pencegahan penyebaran HPHK di dalam wilayah Negara Republik Indonesia menjadi tidak optimal. Beberapa hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Belum adanya penetapoan area sebagai pertimbangan utama dalam pelaksanaan tindakan karantina hewa antar area, sebagaimana diatur dalam Pasal 73 PP Nomor 82 Tahun Belum adanya kejelasan yang rinci mengenai jenis-jenis dokumen lain sebagaimana diatur dalam Pasal 20 PP Nomor 82 Tahun Ketentuan penolakan terhadap media pembawa yang tidak disertai sertifikat kesehatan, sertifikat sanitasi, atau surat keterangan asal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan tidak disertai dengan dokumen lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 PP Nomor 82 Tahun 2000, perlu dijabarkan lebih lanjut sehingga pemahaman mengenai tidak disertai dengan sertifikat dan dokumen lain menjadi sama. PKH Kehani LAKIN 17

29 Ketentuan pemasukan terhadap hewan yang akan disembelih ke rumah pemotongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 PP Nomor 82 Tahun 2000 perlu dijabarkan lebih lanjut, sehingga pengawasan yang dilakukan oleh petugas karantina menjadi jelas dan tertib. Pemasukan dari pulau terpencil yang tidak ada petugas karantinanya perlu disusun kejelasan pengaturannya, karena secara fakta hal tersebut dapat terjadi. Tindakan karantina hewan antar area dipandang tidak memerlukan instalasi karantina. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 40 ayat (2) dan Pasal 45 huruf a PP Nomor 82 Tahun 2000, karena apabila dibutuhkan pemeriksaan intensif, maka pelaksanaan tindakan karantina dilakukan di instalasi karantina. Tindakan karantina antar area lebih diutamakan di tempat pemasukan. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 11 ayat (5) huruf b PP Nomor 82 Tahun 2000, karena tindakan karantina justru harus diutamakan di tempat pengeluaran. Dalam hal pengeluaran, sertifikat kesehatan hewan yang diterbitkan oleh dokter hewan yang berwenang hanya dapat dilakukan oleh dokter hewan yang bekerja pada instansi Pemerintah Daerah saja. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 41 ayat (2) dan ayat (4), karena sertifikat kesehatan hewan atau sertifikat sanitasi selain diterbitkan oleh dokter hewan yang berwenang juga dapat diterbitkan oleh dokter hewan yang ditunjuk Menteri setelah mendengar pertimbangan organisasi profesi. Selain itu, hewan kesayangan yang secara rutin kesehatannya diawasi oleh dokter hewan atau kelompok dokter hewan, sertifikat kesehatan hewan dapat diberikan oleh dokter hewan atau kelompok dokter hewan yang bersangkutan. Terhadap media pembawa yang tidak boleh dilakukan pengeluaran, dilakukan penggagalan pengeluaran. Hal ini tidak sesuai dengan dengan Pasal 42 ayat (1), karena tindakan yang PKH Kehani LAKIN 18

30 seharusnya dilakukan adalah penolakan dengan menerbitkan berita acara penolakan, bukan penggagalan. Terhadap media pembawa HPHK untuk keperluan apapun, seluruhnya diwajibkan untuk disertai dengan sertifikat kesehatan hewan dari dokter hewan berwenang. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 42 ayat (2) bahwa hewan kesayangan, bahan asal hewan atau hasil bahan asal hewan bukan untuk konsumsi yang akan dibawa oleh penumpang, dapat diberikan sertifikat kesehatan atau sertifikat sanitasi setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan karantina di tempat pengeluaran, dengan ketentuan: a. bukan berasal dari area atau tempat dari mana pengeluarannya dilarang atau dari daerah di mana sedang berjangkit hama penyakit hewan karantina yang dapat ditularkan melalui media pembawa tersebut; atau b. tidak termasuk yang pengeluarannya dilarang. Terhadap media pembawa yang terkena penyakit hewan selain HPHK, belum tersedia penanganan yang memadai dan belum ada prosedur yang jelas. Hal ini perlu diperinci agar tersedia prosedur yang jelas dan tertib, karena menurut Pasal 46 ayat (5) disebutkan bahwa jika dalam pelaksanaan tindakan karantina sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditemukan adanya gejala hama penyakit hewan yang bersifat individual dan atau penyakit hewan menular selain penyakit hewan karantina, maka: a. pemilik dapat meminta jasa dokter hewan lain untuk memberikan pengobatan atau perlakuan lain; dan b. kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, harus diberitahukan kepada dokter hewan karantina. Penolakan pemberangkatan hewan akibat kondisi fisik hewan yang tidak layak sebelum pengeluaran belum diimplementasikan secara optimal. Oleh karena itu, ketentuan penolakan pemberangkatan tersebut perlu diatur secara lebih rinci agar dapat memenuhi kaidah dalam Pasal 47 PP Nomor 82 Tahun PKH Kehani LAKIN 19

31 Selanjutnya permasalahan mengenai transit antar area, telah diatur dengan peraturan tersendiri. Pencapaian PK berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang Tindakan Karantina Hewan Antar Area dilaksanakan dalam 3 tahapan kegiatan yaitu: 1) Penyusunan Naskah Rancangan, 2) Uji Konsep Naskah Peraturan/ Kebijakan Teknis, dan 3) Pembahasan Terakhir. Hasil kegiatan berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang Tindakan Karantina Hewan Antar Area selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 17 Desember 2015 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya. Rangkaian kegiatan perumusan tata cara tindakan karantina hewan antar area dengan keluaran berupa Rancangan Peraturan Menteri Pertanian telah selesai dilaksanakan, dengan demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%. Evaluasi Pencapaian Kinerja Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Perumusan Tata Cara Tindakan Karantina Hewan Antar Area dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai. Analisis Pencapaian Kinerja Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum mencapai 100% karena rancangan peraturan yang dihasilkan belum ditetapkan oleh Menteri. PKH Kehani LAKIN 20

32 Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan perumusan tata cara tindakan karantina hewan antar area adalah sebesar Rp dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp atau 99,92%. 2) Perumusan Pedoman Tindakan KH Terhadap Karkas, Daging dan Jeroan Karantina hewan memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan pencegahan masuk tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Hal ini sesuai dengan tugas pokok karantina yang secara umum tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan serta diperjelas dalam PP Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan. Karkas, daging dan/atau jeroan (KDJ) merupakan jenis media pembawa hama penyakit hewan karantina berupa bahan asal hewan yang paling banyak dilalulintaskan. Hal ini karena karkas, dagingdan/atau jeroan merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh manusia. Protein secara umum dapat berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tubuh seseorang. Kebutuhan KDJ dalam negeri, sampai tahun 2014 masih harus dipenuhi dengan pemasukan dari luar negeri, karena produksi dalam negeri belum dapat memenuhi permintaan pasar. Pengaturan terkait pemasukan KDJ ke Indonesia sangat dinamis. Sejak tahun 2006 sampai dengan 2014, telah diterbitkan 9 (sembilan) Peraturan Menteri Pertanian yang mengatur persyaratan pemasukan KDJ ke dalam wilayah RI, yaitu: 1. Permentan No. 64/Permentan/OT.140/12/2006 tentang Pemasukan DanPengawasan Peredaran Karkas, Daging, Dan Jeroan Dari Luar Negeri; PKH Kehani LAKIN 21

33 2. Permentan Nomor 27 / Permentan/ Ot.140/ 3 /2007 TentangPerubahanPeraturan Menteri PertanianNomor 64/Permentan/OT.140/12/2006 Tentang Pemasukan Dan Pengawasan Peredaran Karkas,Daging, Dan Jeroan Dari Luar Negeri; 3. Permentan Nomor 61 / Permentan/ Ot.140/ 8 /2007TentangPerubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/Ot.140/12/2006 Juncto Peraturan MenteriPertanian Nomor 27 / Permentan/ Ot.140/ 3 /2007 TentangPemasukan Dan Pengawasan Peredaran Karkas,Daging, Dan Jeroan Dari Luar Negeri; 4. Permentan No. 50/Permentan/OT.140/9/2011 Tentang Rekomendasi Persetujuan Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan dan/atau Olahannya Kedalam Wilayah Negara RI; 5. Permentan No. 84/Permentan/PD.410/8/2013 Tentang Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan dan/atau Olahannya Kedalam Wilayah RI; 6. Permentan No. 96/Permentan/PD.410/9/2013 Tentang Perubahan Atas Permentan No. 84/2013; 7. Permentan No. 110/Permentan/PD.410/9/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Permentan No. 84/2013; 8. Permentan No. 139/Permentan/PD.410/12/2014 Tentang Pemasukan Karkas, Daging dan/atau Olahannya Kedalam Wilayah RI; dan 9. Permentan No. 02/Permentan/PD.410/1/2015 Tentang Perubahan Atas Permentan No. 139/2014; Permentan tersebut diatas, belum mengatur persyaratan dan tindakan karantina yang harus dilakukan oleh petugas karantina di tempat pemasukan. Rancangan permentan tentang tindakan karantina telah diajukan ke Biro Hukum Kementan sejak tahun 2011, namun sampai tahun 2014 belum dapat diterbitkan. PKH Kehani LAKIN 22

34 Akibat dari kesenjangan pengaturan tersebut, terjadi keberagaman pelaksanaan tindakan karantina terhadap KDJ di tingkat operasional. Salah satu temuan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah terjadi perbedaanantar UPTKP khususnya dalam hal pemeriksaan KDJ. Dalam upaya mengisi kesenjangan pengaturan, sambil menunggu permentan ditetapkan, pada tahun 2013 Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani telah menyusun Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Terhadap Bahan Asal Hewan Untuk Konsumsi (Karkas, Daging dan/atau Jeroan), yang telah ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor: 3410/Kpts/KH.210/L/11/2013. Namun seiring dengan perkembangan peraturan, substansi dalam Juknis tersebut belum dapat memberi acuan secara lengkap sesuai perkembangan peraturan bagi petugas karantina. Pada tahun 2015, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani melakukan pembahasan kembali rancangan permentan yang mengatur persyaratan dan tindakan karantina, dengan penambahan substansi untuk menyesuaikan dengan peraturan yang terkait. Adapun substansi yang diatur dalam rancangan permentan ini antara lain: 1. Persyaratan karantina 2. Tindakan karantina, dengan penjabaran detail hal-hal yang harus dilakukan saat tindakan 8P, khususnya pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan aspek teknis. Dalam Rancangan ini telah diatur ketentuan pemeriksaan terhadap KDJ, dimulai dari pemeriksaan fisik sampai dengan ketentuan pengambilan sampel untuk uji laboratorium. 3. Ketentuan lain, dengan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan UPTKP terhadap: a. Dokumen perizinan; dan b. Jenis-jenis yang diatur pemasukannya ke Indonesia. PKH Kehani LAKIN 23

35 Dalam rancangan ini diatur bahwa dalam hal ditemukan jenis-jenis yang tidak terdapat dalam daftar yang diperbolehkan pemasukannya ke Indonesia, maka sesuai dengan kewenangan karantina yang diatur dalam UU No. 16/1992 dan PP No. 82/2000, UPTKP harus melaporkan kepada Kepala Barantan, dan Kepala Barantan akan menyampaikan informasi ini kepada penerbit izin. Pencapaian PK berupa Rancangan Permentan yang dilaksanakan dalam 2 tahapan kegiatan, yaitu: 1) Penyusunan Bahan Rancangan dan 2) Pembahasan Konsep Permentan. Hasil kegiatan berupa Rancangan Permentan Tentang Tindakan Karantina Terhadap Karkas, Daging dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RI selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 31 Juli 2015 kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya. Sesuai Memo Sekretaris Badan Karantina Pertanian No /HK.120/L1/12/2015 Tentang Evaluasi Prolegtan 2015, Rancangan Permentan Tentang Tindakan Karantina Terhadap Karkas, Daging dan/atau Jeroan telah masuk kedalam Program Legislasi Pertanian tahun Rancangan Permentan ini juga telah dilakukan notifikasi ke WTO, dengan nomor notifikasi G/SPS/N/IDN/106 tanggal 4 Januari Rangkaian kegiatan Penyusunan Permentan Tentang Tindakan Karantina Terhadap Karkas, Daging dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RI telah selesai dilaksanakan dengan demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%. EvaluasiPencapaianKinerja Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan Rancangan Permentan Tentang Tindakan Karantina Terhadap Karkas, Daging PKH Kehani LAKIN 24

36 dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RIdinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai. Analisis Pencapaian Kinerja Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum mencapai 100% karena rancangan peraturan yang dihasilkan belum ditetapkan oleh Menteri. Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau mendukung kegiatan Penyusunan Permentan Tentang Tindakan Karantina Terhadap Karkas, Daging dan/atau Jeroan Kedalam Wilayah RI adalah Rp dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp atau 94,90%. B. Rancangan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian 1) Perumusan Pedoman TKH Perlakuan terhadap Media Pembawa Lain Hewani Indonesia merupakan negara yang masih bebas beberapa penyakit hewan eksotik berbahaya, misalnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Bovine Spongioform Encephalopathy (BSE), dan African Swine Fever (ASF). Pencegahan dan penolakan hama penyakit hewan karantina merupakan tugas pokok dari Karantina Hewan. Kebijakan Karantina Hewan adalah mempertahankan status bebas Indonesia dari beberapa penyakit hewan eksotik dengan memberlakukan tindakan pengamanan maksimum ( maximum security) dan melakukan pengawasan serta pemeriksaan terhadap media pembawa hama penyakit hewan karantina. Belajar dari pengalaman negara lain, yaitu Inggris pada tahun 2001 terjadi wabah PMK yang diduga karena pemberian pakan ternak dari sisa sampah makanan dari pesawat. Departemen Pertanian Amerika ( United States Department of Agriculture/USDA) juga telah membuat kajian PKH Kehani LAKIN 25

37 pemasukan penyakit eksotik pada babi ke Amerika melalui sampah dari pesawat dan diketahui sampah dari pesawat memiliki kemungkinan risiko menyebarkan penyakit Hog Cholera, Foot and Mouth Disease, African Swine Fever dan Swine Vesicular Disease. Semakin meningkatnya perdagangan global dan lalu lintas hewan serta orang, maka semakin meningkat pula risiko masuknya hama penyakit hewan karatina. Perdagangan global dan lalu lintas hewan, antara lain menghasilkan sampah sisa makanan penumpang, sampah/kotoran ternak, dan peralatan bekas pakai. Sampah yang mengandung produk hewan, kotoran ternak, dan peralatan bekas pakai ternak atau petugas, dalam peraturan undang-undang karantina digolongkan sebagai media pembawa lain hewani. Media Pembawa lain hewani memiliki risiko masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina (HPHK) terutama bila alat angkut tersebut berasal dari negara/area yang belum bebas atau tertular HPHK. Media pembawa lain merupakan ikutan dari lalulintas media pembawa sehingga tidak ada persyaratan dan serifikasi tindakan karantina hanya pemusnahan dan perlakuan. Namun sampai saat ini pedoman tindakan karantina terhadap media pembawa lain belum ada sehingga masing-masing UPTKP melakukan tindakan karantina yang bervariasi, engan demikian dipandang perlu menyusun Pedoman Teknis/Pelaksananan Tindakan Karantina terhadap Media Pembawa Lain Hewani. Pasal 25 Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan telah mengamanatkan bahwa mendia pembawa lain yang terbawa oleh alat angkut dan diturunkan di tempat pemasukan harus dimusnahkan oleh pemilik alat angkut yang bersangkutan dibawah pengawasan petugas karantina. Pasal 56 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan juga mengamanatkan tindakan karantina terhadap media pembawa lain hewani: PKH Kehani LAKIN 26

38 (1) Media pembawa lain berupa sampah, sisa makanan penumpang, kotoran, sisa pakan dan bangkai hewan yang diturunkan dari alat angkut di tempat pemasukan atau tempat transit, harus dimusnahkan oleh penanggung jawab alat angkut dibawah pengawasan petugas karantina. (2) Media pembawa lain berupa sisa makanan atau produk yang tidak memenuhi persyaratan karantina yang terlanjur dibawa oleh penumpang ke tempat pemasukan, harus dibuang pada kotak sampah karantina. (3) Pemusnahan sampah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) harus dilakukan di dalam wilayah tempat pemasukan. (4) Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), dilaksanakan melalui koordinasi dan bantuan penanggung jawab tempat pemasukan. (5) Media pembawa berupa peralatan bekas dan peralatan orang yang diduga berpotensi membawa dan menyebarkan hama penyakit hewan karantina diberikan perlakuan. Pedoman Tindakan Karantina terhadap MPL Hewani disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman dan petunjuk bagi petugas karantina dalam melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa lain hewani dilapangan. Adapun tujuannya adalah untuk mencegah masuk dan tersebarnya HPHK yang dapat dibawa melalui media pembawa lain hewani. Pencapaian PK berupa kegiatan Perumusan Pedoman TKH Perlakuan terhadap Media Pembawa Lain Hewani dilaksanakan dalam 2 tahapan kegiatan yaitu: 1) Penyusunan Bahan Rancangan Prosedur/Juklak/Juknis 2). Pembahasan Konsep Prosedur/Juklak/Juknis PKH Kehani LAKIN 27

39 Hasil kegiatan berupa Pedoman Tindakan Karantina terhadapa Media Pembawa Lain Hewani selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian Memo Dinas Tanggal 23 Desember 2015 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya. Rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman TKH Perlakuan terhadap Media Pembawa Lain Hewani telah selesai dilaksanakan dengan demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%. Evaluasi Pencapaian Kinerja Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Penyusunan Pedoman Tindakan Karantina terhadap Media Pembawa Lain Hewani dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai. Analisis Pencapaian Kinerja Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum ditetapkan oleh Kepala Badan. Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan dan/atau mendukung kegiatan Perumusan Pedoman TKH Perlakuan Terhadap Media Pembawa Lain Hewani adalah Rp ,- dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp ,- atau 94,28%. 2) Perumusan Pedoman TKH terhadap Pakan Hewan Pakan merupakan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak terutama pengaruhnya pada peningkatan berat badan dan performa ternak yang diinginkan. Dalam upaya mensukseskan program swasembada daging maka ketersediaan pakan ternak yang cukup dan aman sangat dibutuhkan. Peningkatan populasi, produksi daging, susu PKH Kehani LAKIN 28

40 dan telur sebagai hasil ternak sangat tergantung dari penyediaan pakan yang baik dan berkualitas. Pakan yang dibuat untuk konsumsi ternak juga harus memperhatikan aspek kesehatan hewan karena pada kondisi sekarang banyak ditemukan penyakit hewan yang dapat ditularkan oleh pakan. Penyakit BSE (Bovine Spongioform Encephalopaty) misalnya adalah penyakit yang ditimbulkan akibat sapi mengonsumsi pakan berasal dari campuran tepung daging tulang (MBM), tepung ikan dan tepung darah, sehingga penetapan standar pakan yang baik dan tidak berbahaya lagi bagi kesehatan ternak harus ditaati dan menjadi acuan penyusunan formulasi ransum ternak. Selain aspek kesehatan hewan, pakan juga perlu memperhatikan aspek keamanan pakan. Hal ini karena han pakan selain berasal dari hewan dapat pula berasal dari tumbuhan misalnya bungkil jagung, sawit, maupun kacang tanah. Bahan pakan ini bila diolah atau disimpan dalam kondisi lembab dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang akan memproduksi toksin yang dapat membahayakan kesehatan ternak dan pada akhirnya akan membahayakan manusia yang mengkonsumsinya, misalnya Aflatoksin, Okratoksin dan zearalenon. Pencapaian PK berupa Pedoman tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pakan. Kegiatan ini perumusan pedoman ini dilaksanakan dalam 2 tahapan kegiatan yaitu: 1) Penyusunan bahan rancangan prosedur/juklak/juknis, dan 2) Pembahasan Konsep prosedur/juklak/juknis. Hasil kegiatan berupa Pedoman Tindakan Karantina Hewan terhadap Pakan dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 23 Desember 2015 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretaris Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya. Rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Tindakan Karantina Hewan terhadap Pakan dengan keluaran berupa Rancangan Keputusan Kepala PKH Kehani LAKIN 29

41 Badan Karantina Pertanian telah selesai dilaksanakan, dengan demikian PK dari kegiatan ini telah berhasil dicapai dengan bobot kualitas 75%. Evaluasi Pencapaian Kinerja Pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan Perumusan Pedoman Tindakan Karantina Hewan terhadap Pakan dinilai tidak menemui kendala yang berarti dan output yang diharapkan telah berhasil dicapai. Analisis Pencapaian Kinerja Kinerja diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam PK dan dihitung sesuai dengan rumus yang telah disepakati. Nilai kinerja belum mencapai 100% karena rancangan pedoman yang dihasilkan belum ditetapkan oleh Kepala Badan. Total anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan Perumusan Pedoman TKH terhadap Pakan Hewan adalah sebesar Rp dan realisasi penyerapan anggarannya adalah Rp atau 95,80%. 3) Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan Ruminansia Besar Berdasarkan data yang ada, lalulintas lalulintas ruminasia memiliki jumlah dan frekuensi yang sangat tinggi. Lalulintas ruminansia ini berdampak terhadap risiko masuk, keluar, dan tersebarnya HPHK. Untuk itulah lalulintas ruminansia harus dilakukan tindakan karantina dalam rangka meminimalisir risiko penyebaran HPHK. Badan Karantina Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknisnya di seluruh Indonesia sebagai institusi yang diberi tugas dan fungsi pencegahan masuk dan tersebarnnya HPHK melaksanakan tindakan karantina sesuai prosedur dan peraturan yang ada, untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan mempertahankan wilayah Republik Indonesia dari status bebas HPHK. PKH Kehani LAKIN 30

42 Dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina untuk pemasukan dan pengeluaran ruminansia dari dan ke luar wilayah negara Republik Indonesia harus dilakukan penanganan dan pemeriksaan yang ketat terhadap ruminansia tersebut. Hal ini untuk menjamin tersedianya ruminansia yang memenuhi syarat kesehatan, syarat keamanan hayati dan menjamin terselenggaranya usaha budidaya peternakan. Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan pedoman dalam penanganan dan pemeriksaan ruminansia dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina sebagai acuan bagi petugas di lapangan dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina yang profesional berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan. Kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan Ruminansia Besar dalam rangka merevisi Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 853/Kpts/KH.020/L/5/2011 tentang Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Terhadap Lalulintas Sapi (Impor Dan Antar Area). Kegiatan ini diharapkan akan menghasilkan rumusan kebijakan terkait dengan tata cara pelaksanaan tindakan karantina hewan terhadap ruminansia yang banyak dilalulintaskan. Rumusan hasil pembahasan dimaksud untuk dituangkan dalam konsep rancangan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian. Pencapaian PK berupa kegiatan Penyusunan Revisi Pedoman Tindakan Karantina Hewan Ruminansia Besar dilaksanakan dalam 2 tahapan kegiatan yaitu: 1) Penyusunan Naskah Pedoman, dan 2) Pembahasan Terakhir Naskah Pedoman. Hasil kegiatan berupa Rancangan Pedoman Tindakan Karantina Hewan terhadap Ruminansia selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyampaian Nota Dinas Tanggal 23 Desember 2015 kepada Kepala Badan Karantina Pertanian dan ditembuskan kepada Sekretariat Badan Karantina Pertanian untuk diproses penetapannya. PKH Kehani LAKIN 31

LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012

LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012 LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012 Badan Karantina Pertanian 2012 KATA PENGANTAR Penerapan Sistem Akuntabnilitas Kinerja Instansi Pemeintah (SAKIP) mengacu pada ketetapan MPR

Lebih terperinci

LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012

LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012 LAKIP Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2012 Badan Karantina Pertanian 2013 KATA PENGANTAR Penerapan Sistem Akuntabnilitas Kinerja Instansi Pemeintah (SAKIP) mengacu pada ketetapan MPR

Lebih terperinci

RKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015

RKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 RKT Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 Badan Karantina Pertanian 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2013 Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, drh. Sujarwanto, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2013 Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, drh. Sujarwanto, MM NIP KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani) 2014 merupakan salah satu keharusan unit kerja Badan Karantina Pertanian (Barantan) sebagai salah

Lebih terperinci

LAKIN. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2016

LAKIN. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2016 LAKIN Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2016 Badan Karantina Pertanian 2016 2017 KATA PENGANTAR Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu pada ketetapan

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian i PEDOMAN PELAPORAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Bagian Perencanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 i TIM PENYUSUN Bagian Perancanaan Sekretariat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

MEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian merupakan institusi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati dengan visi Menjadi Pusat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN HASIL BAHAN ASAL HEWAN KONSUMSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG TlNDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA

KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI RENCANA AKSI LAKIP KEMENTERIAN AGAMA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA JAKARTA, MARET 2011 DAFTAR ISI Hal BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Dasar Hukum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.469, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Karantina Hewan. Sarang Walet. Tindakan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/OT.140/3/2013

Lebih terperinci

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1040, 2014 KEMENPOLHUKAM. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Sistem. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1070, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Sapi. Bakalan. Induk Potong. Pemasukan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/Permentan/PD.410/8/2013

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK KE DALAM DAN KE LUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN 2016 NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 852 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perda

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perda BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1285, 2014 KEMENTAN. KEMENTERIAN PERTANIAN. Pemasukan. Karkas. Daging Jeroan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110/Permentan/PD.410/9/2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/Permentan/PD.410/10/2013 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN SAPI INDUKAN, SAPI BAKALAN, DAN SAPI SIAP POTONG KE DALAM WILAYAH NEGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 56/Permentan/OT.140/9/2010 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2030, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Karatina Hewan. Instalasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/KR.100/12/2015 TENTANG INSTALASI KARANTINA

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1218, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Karantina Hewan. Sapi. Indukan. Bakalan. Siap Potong. Tindakan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 2 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi % 2 Dok 2 Dok 100 kebijakan teknis peraturan/keputusan IKHTISAR EKSEKUTIF Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagai salah satu Unit Kerja Eselon II Lingkup Badan Karantina Pertanian, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan

Rencana Kinerja Tahunan Rencana Kinerja Tahunan PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI TA. 2015 BADAN KARANTINA PERTANIAN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG MENTERI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN ATAU PENGELUARAN SARANG WALET KE DAN DARI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG REKOMENDASI PERSETUJUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN TERNAK KE DALAM DAN KELUAR WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 08/MEN/2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN IKAN JENIS ATAU VARIETAS BARU KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan tata kelola pemerintahan merupakan agenda penting dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem manajemen pemerintahan yang

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL

SEKRETARIAT JENDERAL LAPORAN KINERJA BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK TAHUN ANGGARAN 2014 SEKRETARIAT JENDERAL JAKARTA 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah, maka perlu mewujudkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN. Komoditas Pertanian. Pelarangan. Jepang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN. Komoditas Pertanian. Pelarangan. Jepang. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN. Komoditas Pertanian. Pelarangan. Jepang. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PELARANGAN

Lebih terperinci

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal peningkatan daya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G TINDAKAN KARANTINA UNTUK PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DARI LUAR NEGERI DAN DARI SUATU AREA KE AREA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Kinerja. Rencana Tahunan. Rencana Aksi. LAKIP. Penyusunan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan 2013 i KATA PENGANTAR

Rencana Kinerja Tahunan 2013 i KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanat UU No. 8 tahun 1999, TAP MPR No. XI/MPR/1999, dan Inpres No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta sebagai wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 567 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERAPAN SISTIM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG TINDAKAN KARANTINA UNTUK PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT IKAN KARANTINA DARI LUAR NEGERI DAN DARI SUATU

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN ANGGARAN 2014 LINGKUNGAN HIDUP

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN ANGGARAN 2014 LINGKUNGAN HIDUP LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN ANGGARAN 2014 HIDUP BADAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN KARANTINA HEWAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TARAKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN KARANTINA HEWAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TARAKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN KARANTINA HEWAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TARAKAN Lampiran 1. ALUR MEKANISME IMPOR/PEMASUKAN DOMESTIK KETERANGAN 1.1.Pengguna jasa/pemilik melaporkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/PD.410/9/ /9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/PD.410/9/ /9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/PD.410/9/2013.410/9/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 85/Permentan/PD.410/8/2013 TENTANG PEMASUKAN SAPI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) merupakan suatu hal yang penting bagi terselenggaranya manajemen

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Laporan Kinerja

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIT 11 (LANTAI 2 DAN 3)

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN 2015-2018

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT )

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT ) 1 STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT ) KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN 2015 2 STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017 LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Lampiran Matrik Kinerja TA. (Kegiatan dan Target) PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR KINERJA LOKASI 2 4 5 6 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERKARANTINAAN

Lebih terperinci

Penilaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Melalui Indikator Kinerja Utama

Penilaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Melalui Indikator Kinerja Utama Penilaian Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Melalui Indikator Kinerja Utama DISAMPAIKAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PELAYANAN PUBLIK PPVT DAN PERIZINAN PERTANIAN Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya Belilas Km. 06 Pematang Reba

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2015 BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Perencanaan Kinerja Tahunan merupakan proses penyusunan rencana

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah fundamental yang dihadapi Pembangunan Pertanian saat ini antara lain: (1) Laju konversi lahan yang tidak terkendali; (2) Infrastruktur pertanian yang tidak memadai;

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2015 KEMENTAN. Sapi Bakalan. Sapi Indukan. Wilayah RI. Pemasukan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PERMENTAN/PK.440/8/2015 TENTANG

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 Banun Harpini Kepala Badan Karantina Pertanian Realisasi Anggaran Per Kegiatan TA 2017 (Per 29 Mei 2017 - jam 9.00) No Kegiatan Pagu Total Realisasi Total

Lebih terperinci

LAPORAN TRIWULAN II CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014

LAPORAN TRIWULAN II CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 LAPORAN TRIWULAN II CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesulitan dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan kinerja

Lebih terperinci