BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Sebagai individu yang memiliki kekurangan maka mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang kurang positif juga justru menambah beban permasalahan bagi para penyandang cacat. Sebenarnya dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada mereka harus disikapi secara positif agar mereka dapat dikembangkan seoptimal mungkin potensinya dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, serta pembangunan bangsa. Dalam rangka memberdayakan dan memenuhi hak-hak bagi anak berkebutuhan khusus, pengelolaan pendidikan luar biasa dituntut untuk dapat memotivasi dan mengembangkan potensi mereka dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang ada dalam program-program sekolah pengembangan potensi peserta didik merupakan hal yang penting dari pelaksanaan proses pembelajaran, guna membekali siswa kelak dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi, dan berani mempertahankan kebenaran, serta eksis dalam kehidupan bermasyarakat minimal mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri. Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali adalah sekolah khusus untuk anak-anak Tunarungu. Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Di Sekolah ini 1

2 terdapat siswa Sekolah Dasar 51 orang, Sekolah Menengah Pertama 15 orang dan Sekolah Menengah Atas 17 orang. Berbagai upaya telah banyak dan tak pernah berhenti dilakukan mulai dari tingkat pusat hinggga di tingkat sekolah untuk mengembangkan pendidikan bagi ABK di SLB B yang semakin bermutu, namun realita yang ada masih menunjukkan belum tercapainya apa yang dicita-citakan. Mutu ABK selama masih dalam proses hingga setelah lulus dari SLB masih diragukan untuk mampu hidup bermasyarakat secara wajar. Hal ini merupakan tantangan dan kewajiban bagi Universitas Pendidikan Ganesha, melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) merencanakan dan melaksanakan pendidikan ketrampilan bagi anak-anak SLB. Dipandang perlu untuk memberdayakan anak-anak SLB Bagian B untuk meningkatkan ketrampilan di bidang busana (kerajinan tangan). Mengingat mereka sudah memiliki ketrampilan dasar menjahit, membuat ketrampilan dan tersedianya alat-alat menjahit di sekolah. Menurut pendapat Sutrisno (1997) hal yang dapat kita lakukan dalam pembinaan anak-anak cacat adalah melakukan pendampingan pada mereka dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sehingga pada waktunya nanti mereka bisa memasuki atau justru dapat menciptakan lapangan kerja. Di masa pembangunan sekarang nilai ekonomi semakin berperan, maka kerajinan dipandang sebagai aset yang menguntungkan untuk dikembangkan. Dengan kata lain, kerajinan dipandang memiliki potensi ekonomi dalam perdagangan dan dunia pariwisata. Oleh karena itu, kegiatan kerajinan ini digalakkan dan diharapkan mampu meningkatkan devisa negara, sekaligus dapat memperluas lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan siswa SLB Bagian B ketika sudah lulus. Adapun program pelatihan yang akan diberikan adalah membuat kreasi benda fungsional dengan menggunakan tali tambang. Dipilihnya tali tambang sebagai bahan utama pembuatan produk kerajinan karena mudah didapat dan harganya tidak terlalu mahal, sedangkan kreasi fungsional yang akan dibuat adalah berupa benda-benda berupa hiasan yang memiliki fungsi bagi kehidupan 2

3 sehari-hari. Kreasi benda fungsional yang akan dibuat adalah gantungan pot, ikat pinggang, dll. Universitas Pendidikan Ganesha, membawahi Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) yang memiliki jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Pada sub program tata Busana 65% kurikulumnya mengajarkan praktikum aneka jenis ketrampilan. Oleh karena itu kegiatan dalam bentuk Pengabdian Masyarakat ini sangat relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada Sekolah Luar Biasa Bagian B Singaraja. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian analisis situasi, dapat dikemukanan bahwa anak-anak Sekolah Luar Biasa memiliki kekurangan, maka mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Mereka perlu bekal ketrampilan untuk kelangsungan hidupnya setelah lulus dari sekolah. Kurangnya ketrampilan dalam membuat kreasi produk fungsional dengan menggunakan tali tambang yang berorientasi pasar (siap jual), sedangkan peralatan yang tersedia cukup memadai untuk menunjang bidang tersebut. Selain itu anak-anak Sekolah Luar Biasa Bagian B Singaraja sangat membutuhkan ketrampilan tersebut, karena diharapkan setelah tamat nanti siap terjun ke masyarakat sudah mempunyai bekal ketrampilam yang memadai, sehingga mereka merupakan aset bangsa yang diperhitungkan, bukan sebaliknya dianggap beban bangsa. Oleh sebab itu untuk dapat memiliki sejumlah ketrampilam maka diperlukan sejumlah pelatihan ketrampilan yaitu: (a) mengidentifikasi bahan berupa tali tambang yang dibuat menjadi kreasi benda fungsioal yang siap jual, menghitung kebutuhan bahan utuk terwujudnya hasil, (b) mempersiapkan bahan untuk membuat bahan, (c) mengolah bahan menjadi kreasi benda fungsioal, mengemas hasil untuk siap dijual. Permasalahan ini harus segera ditangani secara komprehensif melalui strategi dan program yang terpadu agar dapat memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (peralatan/fasilitas) yang ada Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja. 3

4 Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame yang siap jual yang mampu menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA? b. Bagaimana tanggapan anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja (Siswa SMP dan SMA) terhadap pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di depan, maka tujuan yang inggin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah : a. Untuk memberikan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame yang siap jual yang mampu menumbuhkan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA. b. Untuk mengetahui tanggapan anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja (Siswa SMP dan SMA) terhadap pelatihan pembuatan kreasi benda dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame. 1.4 Manfaat Penelitian Jika tujuan di atas dapat tercapai diharapkan dapat bermanfaat pada : a. Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha yaitu merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi b. Bagi Dosen, melalui kegiatan ini dapat mengembangkan wawasan kemasyarakatan kalangan dosen dan mahasiswa, sehingga nantinya terjalin komunikasi yang efektif dan produktif antara perguruan tinggi dengan masyarakat, bagi peningkatan peran serta kalangan kampus dalam pemberdayaan masyarakat luas. 4

5 c. Hasil kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan, ketrampilan dan jiwa wirausaha pada anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang sedang mengenyam pendidikan tingkat SMP dan SMA. 5

6 BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Kerangka Pemecahaan Masalah Gambar 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Kondisi riil yang dijumpai pada Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali adalah sekolah khusus untuk anak-anak tuli bisu. Mereka pada umumnya sering dianggap kurang memiliki rasa percaya diri dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Mereka perlu bekal keterampilan untuk kelangsungan hidunya setelah lulus dari sekolah. Selama ini para guru keterampilan yang ada di SLB banyak memiliki waktu luang di luar jam mengajar, mereka juga belum terampil membuat suatu keterampilan yang bisa dilatihkan kepada para siswa. Sementara di sisi lain, siswa khususnya SMP dan SMA sangat membutuhkan berbagai keterampilan khususnya bidang busana (kerajinan tangan) mengingat sebagian besar siswanya adalah perempuan. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian tentang peltihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik Makrame dapat meningkatkan 6

7 jiwa wirausaha siswa. Berangkat dari kondisi riil dan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dipandang perlu untuk melakukan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik Makrame di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singgaraja. Oleh karena itu, sudah seharusnya perguruan tinggi melalui penerapan Dharma ke 3 yaitu Pengabdian Pada Masyarakat memberikan kontribusi untuk memecahkan persoalan tersebut. Realisasi pemecahan masalah terhadap kerangka pemecahan masalah dilakukan melalui pemberian pelatihan membuat kreasi benda fungsional dengan teknik makrame. Dengan harapan guru dapat trampil dan siswa memiliki jiwa wirausaha, sehingga dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi, dan berani mempertahankan kebenaran, serta eksis dalam kehidupan bermasyarakat minimal mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya sendiri Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 8 bulan yang terbagi dalam tiga tahap yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi. Tahap perencanaan telah ditetapkan hal-hal sebagai berikut: tempat/lokasi kegiatan dipilih di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Bali. Jenis kegiatan berupa pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame. Tahap pelaksanaan berupa penyajian materi secara teori selama 1 kali pertemuan dan dilanjutkan dengan 1 kali pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang beserta teknik pembuatan dengan teknik Makrame dan 1 kali pelaksanaan pendampingan ke sekolah, serta tahap terakhir adalah evaluasi akhir dan pelaporan. 2.2 Metode Pemecahan Masalah Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) menggunakan metode dalam bentuk pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame melalui ceramah, diskusi, praktek pembuatan benda fungsional dan tanya jawab. Kegiatan ini direncanakan selama 8 bulan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya : 1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan secara umum tentang langkah-langkah pembuatan benda fungsional dengan teknik makrame dan manfaat yang mampu menumbukan jiwa wirausaha pada siswa. 7

8 2. Diskusi digunakan untuk memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk saling bertukar pendapat, guna menambah pengetahuannya tentang keterampilan membuat kreasi benda fungsional dengan teknik makrame. 3. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum terakomodasi oleh kedua metode di atas. 4. Tugas latihan pembuatan benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame digunakan untuk menciptakan kreatifitas guru beserta siswa dalam menggolah bahan dan mengemas hasil untuk siap dijual. 5. Evaluasi hasil akhir. Pelatihan ini melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Tata Busana) yang mengampu mata kuliah Busana dan bekerja sama dengan SLB Negeri Bagian B yang melibatkat 30 guru dan siswa sebagai subyek sasaran. Pengabdian ini dilakukan dalam upaya mengadakan hubungan yang erat melalui pererapan disiplin ilmu khususnya dibidang Tata Busana. Guru dan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame yang lebih berkualitas dan dapat digunakan dikalangan sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja. 2.3 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran yang strategis untuk masalah ini adalah siswa SLB Negeri Bagian B Singaraja sebanyak 30 siswa. Dipilihnya siswa SLB Bagian B bertujuannya untuk meninkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberikan bekal hidup kelak bila siswa tersebut sudah lulus, sehinggaa pada waktunya nanti mereka bisa memasuki atau justru dapat menciptakan lapangan kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil kegiatan pelatihan tersebut sangat posistif dan antusias. Hal ini ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelatihan dan mereka mengharapkan bisa kembali diberikan pelatihan yang sejenis. 2.4 Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan Tingkat keberhasilan pelatihan ini dilakukan melalui pengamatan langsung melalui penilaian kinerja dan hasil produk pada peserta dalam proses persiapan, 8

9 pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembuatan kreasi produk fungsional dari bahan kain flantali tambang dilakukan oleh instruktur dengan mengacu pada indikator yang tercantun dalam rubrik yang telah disiapkan. Adapun model rubrik yang digunakan adalah rubrik untuk menilai ketrampilan proses sebagai berikut: Tabel Check list proses pembuatan benda fungsional No Ketrampilan yang diamati 1 Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat) 2 Penggunaan Peralatan yang benar 3 Ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk fungsional 4 Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kreteria yang diharapkan 5 Menata peralatan setelah selesai kegiatan 6 Kreatifitas produk 7 Kerapian produk 8 Kombinasi warna 5=sangat baik, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1= sangat kurang Skala Nilai Selanjutnya hasil akhir penilaian kinerja dirata-ratakan dan dikonversi menggunakan pedoman konversi sebagai berikut: Tabel Pedoman Hasil Evaluasi No Rentangan Nilai Katagori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang 9

10 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Sejarah Tali Tambang Seni pembuatan tali adalah salah satu kemahiran rahasia milik serikat pekerja di Abad Pertengahan. Begitu rahasinya sehingga sampai saat inipun hanya ada sedikit bukti tertulis tentang seni tersebut. Tali tambang adalah tali yang dipilin dan digunakan untuk berbagai aplikasi. Teknik pembuatan tali tambang di masa prasejarah tidak pernah tercatat, tetapi banyak bukti yang ditemukan menunjukkan kalau pembuatan tali telah dilakukan sejak SM (Sebelum Masehi). Tali kuno ini dibuat dengan teknik plintir atau dikepang. Petunujuk awal dari pembuatan tali tambang berdasarkan fungsinya sendiri datang dari jaman Mesir Kuno, bersamaan dengan bukti hasil karya mereka. Tali tambang pada jaman dahulu dibuat dari bahan alami yaitu serabut kelapa. Dengan perkembangan jaman yang sangat pesat, dan kegunaan tali tambang sangat bervariasi, maka dibuatlah kain tambang dari bahan sintetis. Saat ini bahan untuk membuat tali tambang menjadi 2 yaitu bahan alami (natural fiber) dan bahan buiatan (synthetic fiber). Yang termasuk bahan alami untuk tali adalah serat yang diambil dari tumbuhan, kebanyakan tumbuhan abacca dan sisal. Tali tambang dari bahan alami contohnya tali jute, tali sisal, dan tali manila. Tali tambang dari serat synthetic biasanya terbuat dari bahan baku plastik seperti polypropylene, polyethylene, nylon, dan polyester. 3.2 Kegunaan Tali Tambang Tali tambang yang terbuat dari bahan alami seperti manila dan sisal mempunyai keuntungan yaitu harga jualnya murah dan seratnya kasar. Keuntungan yang kedua alah tali tambang dari bahan alami ini banyak digunakan untuk membuat tangga di kapal. Selain memiliki keuntungan, tali alami inipun memiliki kelemahan yaitu tidak tahan lembab, sehingga lambat laun diciptakanlah tali tambang dari bahan 10

11 synthetic. Tali tambang dari bahan sintetik memiliki keuntungan yaitu tahan air, oli, dan bahan kimia, kekuatan yang lebih tinggi, dan tahan gentakan sehingga banyak dipakai di kapal untuk aplikasi yang butuh kekuatan yang lebih tinggi. Berkembangnya tali tambang di pasaran, semakin mudah orang untuk mendapatkan dan mengkreasikan tali tambang ini menjadi produk yang memiliki nilai fungsi yang berbeda. Salah satunya adalah mengolah tali tambang ini menjadi benda seni yang memiliki nilai jual lebih. 3.3 Alat dan Bahan A. Alat-alat 1) Gunting Gunanya untuk menggunting tali tambang dan menggunting benang 2) Meteran Untuk mengukur panjang resluitingtali tambang yang akan dipakai 3) Penggaris membantu membuat pola 4) Cutter untuk memotong tali tambang 5) Jarum pentul Memegang ujung tali pada bantalan pasir 6) Bantalan pasir Untuk menyangga benang yang akan dijalin B. Bahan-bahan 1) Tali Tambang sebagai bahan utama dalam membuat kreasi fungsional 2) Pot Bunga Sebagai wadah untuk tanaman hias yang diletakkan digantungan pot 3) Manik-manik untuk menghias gantungan kunci, gelang, bando, dan jepit rambut 11

12 3.4 Teknik Macrame Seni Kerjainan Makrame adalah seni kerajinan yang memanfaatkan tali dan benang untuk menciptakan aneka ragam aksesoris dan produk. Seni ini juga maerupakan salah satu contoh seni rupa terapan. Secara umum bisa disimpulkan seni kerajinan Makrame adalah suatu bentuk seni kerajinan simpul-menyimpul yang pembuiatannya dengan cara digarap menggunakan rangkaian benang awal dan akhir sebuah hasil tenunan, dengan menciptakan banyak simpul pada rantai benang itu sehinga terbentuk berbagai jumbai dan rumbai. Namun hal yang harus diperhatikan, hasil akhir dari rangkaian itu dapat berbeda-beda. Hasil dari teknik seni ini bermacam-macam, diantaranya gelang tangan, tali ikat pinggang, gantungan pot, gantungan kunci, bando, dan jepit rambut. Teknik dasar simpul macramé adalah sebagai berikut. 1. Simpul Kepala 2. Simpul Rantai 3. Simpul Mati 4. Simpul Tunggal 5. Simpul Ganda 1 6. Simpul Ganda 2 12

13 3.5 Kreasi Benda Fungsional Produk fungsional menurut pandangan seni rupa ialah merupakan karya seni yang mempunyai fungsi tertentu dalam keseharian. Benda tersebut hasilnya bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari (Sulastiano, Harry, 2008) Benda fungsional merupakan benda yang dilihat dari aspek fungsi atau manfaat. Sedangkan benda fungsional lebih mengedepankan kegunaannya, seperti meja dan kursi. Namun terkadang batasan antara keduanya menjadi kabur. Banyak benda yang selain fungsional, juga estetis. Hal ini bertujuan selain menambah daya tariknya, juga untuk meningkatkan nilai komersilnya. Sedangkan benda Fungsional,menitik beratkan pada fungsi benda tersebut, misalkan Baju, Sepatu, Tas,Mobil,Motor,dll,dll. Karya kerajinan adalah sebagai suatu produk yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan praktis. Penciptaan tersebut memiliki beberapa tujuan yang penting antara lain, kegiatan membuat kerajinan sebagai mata pencaharian yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi. Kerajinan sebagai wahana penciptaan barang-barang fungsional yang memiliki nilai estetik. Nilai estetik pada karya kerajinan dapat diwujudkan dalam aspek bentuk, warna, dan ragam hiasnya, sedangkan nilai praktisnya dapat diwujudkan dalam bentuk yang ergonomik dan sesuai dengan anatomi tubuh manusia. Sebagai benda fungsional praktis harns dapat menjawab akan keamanan, kepuasan, dan kenyamanan digunakan. Pertimbangan ergonom i karya fungsional adalah kriteria utamanya, bukan estetiknya, estetik adalah sebagai eleman pelengkap yang memberikan nilai keindahan dan kesenangan. Nilai estetik dalam karya kerajinan dapat menambah daya tarik atau pemikat para konsumen dan memberikan kepuasan rasa indah tersendiri. Terciptanya sebuah karya kerajinan didasarkan atas pemikiran akan perpaduan 13

14 bahan, ide, teknik perwujudan, sehingga lahirlah kerajinan bentuk dua dan tiga demensi. Bentuk kerajinan itu dilahirkan dengan perpaduan komposisi, proporsi, harmoni, keseimbangan, nuansa, simbolik, dan Pemilihan bahan sangat penting karena bahan memilik1ikekuatan, bentuk yang bervariasi, tekstur, serat, pori-pori, yang semua ini dapat dimanfaatkan untuk menunjang kualitas bentuk dan estetik karya kerajinan. Teknik penciptaan yang baik dapat menentukan kesempumaan bentuk karya. Sedangkan aspek fungsi dapat menambah kenyamanan dan keamanan penggunaan produk kerajinan (ergonomi). Nilai estetik karya kerajinan dapat menambah kepuasan rasa indah bagi pemilik atau pemakai. Kerajinan mempunyai fungsi ganda selain fungsi praktis sekaliguis juga memiliki fungsi keindahan. Kreasi benda fungsional dalam pelatihan ini adalah berupa benda-benda yang diperlukan sehari-hari yang selain untuk menambah keindahan juga memiliki fungsi yang lain, adapun benda-benda tersebut adalah, gantungan pot, ikat pinggang, gelang dan lain-lain. 3.6 Kewirausahaan untuk Siswa SLB Bagian B Wirausaha merupakan terjemahan dan merupakan istilah Perancis yaitu Entrepreneur yang mengandung arti seseorang yang memimpin suatu perusahaan, disamping itu seseorang yang berani mengambil inisiatif guna memajukan usahanya dengan menciptakan lapangan kerja baru (Wahjoetomo, dalam Musdaliffah, 2007). Wirausaha bukanlah sekedar pengusaha, melainkan pengusaha yang sukses karena memiliki ciri-ciri serta kemampuan tertentu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Berbagai definisi yang menjelaskan tentang peranaan seorang wirausaha telah ditegaskan oleh ilmuwan maupun pengamat ekonomi, bahwa seorang wirausaha adalah: a. Orang yang memutuskan untuk mengambil resiko memperkenalkan jasa-jasa baru serta menciptakan teknologi baru untuk memajukan perekonomian dan berbagai tujuan-tujuannya, (Schumpeter dalam Musdaliffah, 2007). b. Orang yang mengorganisir, mengelola, serta menanggung resiko atas keputusan bisnisnya. 14

15 c. Orang yang imajinatif yang ditandaii oleh kemampuannya dalam menetapkan sasaran, serta dapat mencapai sasaran itu, juga kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang. Karakteristik yang harus dimiliki oleh seseorang wirausaha diantaranya: a. Memiliki tanggung jawab pribadi b. Dinamis dan mampu memimpin c. Mempunyai sikap Optimis atas suatu peluang d. mampu mengantisipasi resiko e. Ulet, gigih, mempunyai tekad yang kuat f. Energik dan cerdas g. mampu melihat peluang h. Kreatif dan Inovatif i. Mampu mempengaruhi orang lain j. Tidak tergantung pada orang lain k. Bersikap positif terhadap perubahan l. Terbuka atas saran dan kritik yang membangun m. Selalu mengarahkan orientasinya ke masa depan Kemadirian dengan jalur kewirausahaan bagi masyarakat kecil pada saat ini merupakan landasan yang sangat mendasar, yang mau tidak mau harus dikembangkan. Kewirausahaan untuk masyarakat kecil penerapannya dilakukan secara sistematis dan diarahkan secara riil sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bentuk pendekatan pengembangan kelompok usaha produktif warga sekolah luar biasa bagian B juga mempunyai prospek yang baik, karena pola pendekatan ini sesuai dengan lingkungan mereka dan akan membawa tranfer nilai karena adanya kesamaan keadaan diantara mereka. Di samping itu bentuk pendekatan partisipasif dan emansipatori juga mampu menyamakan langkah masyarakat kecil dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. 15

16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pelatihan Membuat Kreasi Benda Fungsional dari Tali Tambang dengan Teknik Makrame untuk Menumbuhkan Jiwa Wirausaha di Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja Kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha di sekolah luar biasa negeri bagian b singaraja dilaksanakan selama 2 hari yaitu, pada hari kamis 28 April 2016 dan hari jumat 29 April Kegiatan dimulai pukul wita sampai dengan pukul wita. Kegiatan diawali dengan mengumpulkan peserta di aula SLB Negeri bagian B Singaraja sekaligus sebagai tempat pelatihan. Target peserta 30 orang dan yang hadir sebanyak 30 orang siswa (100%) yang terdiri dari siswa yang berjenis kelamin Laki-laki dan perempuan. Selanjutnya peserta dibagi menjadi 5 kelompok dimasing-masing kelompok mengerjakan pembuatan tali tambang dengan teknik makrame berupa kreasi benda fungsional, diantaranya: gantungan pot, gelang, jepit rambut, gantungan kunci, dan bando. a. Pelatihan membuat Kreasi Benda fungsionl dari Tali Tambang dengan Teknik Makrame. Acara selanjutnya instruktur (Dr. Ni Ketut Widiartini, S.Pd.,M.Pd) dibantu oleh anggota menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan benda bungsional dari tali tambang dengan metode ceramah. Peserta terlihat antusias menggikuti kegiatan ini, dan merekaa sangat tertarik untuk mencoba. Selanjutnya instruktur membagi lima kelompok. Kelompok tersebut adalah kelompok yang akan membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrme dengan berbagai bentuk, diantaranya bentuk gantungan pot, gelang, jepit rambut, gantungan kunci, dan bando. Kegiatan perkelompok dalam pembuatan benda fungsional dari tali tambang dengan menggunakan teknik makrame disesuaikan dengan bentuk benda fungsional yang akan dikerjakan dan masing-masing kelompok berjumlah enam orang. Adapun kegitan yang dilakukan pada proses pembuatan benda fungsional 16

17 dari tali tambang dengan teknik makrame pada dasarnya sama, yaitu peserta diberi kesempaatan untuk memilih bentuk benda, disain, dan warna tali yang akan dibuat dengan teknik makrame. Setiap kelompok peserta yang sudah memilih disain dan dan menetapkan pemilihan warna diberi kesempatan untuk bertanya. Langkah-langkah atau prosedur yang harus dilakukan oleh siswa-siswa sebelum membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame adalah : 1) pemilihan bahan 2) penggunaan peralatan yang benar, 3) ketepatan langkah kerja, 4) kerapian produk, dan 5) kombinasi warna. Hasil kegitan pelatihan membuat kreasi benda fungsionl dari tali tambang dengan teknik makrame secara umum dapat dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari presentase kehadiran peserta mencapai 100%. Poses dan hasil pelatihan selama pendampingan ke sekolah dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.1. Rekapitulasi Data Hasil Kegiatan Pelatihan Memuat Kreasi Benda Fungsional dengan Teknik Makrame No Peserta Total

18 No Peserta Total Total ,3 3 88,67 92,00 90,6 7 92,67 93,3 3 94,00 91,33 91,50 Skor maksimal = 150 Keterangan : 1. Persiapan pemilihan bahan, pengukuran, dan penyiapan alat, 2. Pengunaan peralatan yang benar 3. Ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk fungsional 4. Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan 5. Menata peralalatan setelah selesai kegiatan 6. Kreatifitas produk 7. Kerapian produk 8. Kombinasi warna Berdasarkan pada data Tabel 3.1 dapat dikatakan bahwa pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk pemilihan bahan, pengukuran, dan penyiapan alat memperoleh presentase 89,33% dalam kategori sangat baik, pengunaan peralatan yang benar memperoleh presentase 88,67% dalam kategori sangat baik, ketepatan langkah-langkah membuat kreasi produk fungsional memperoleh presentase 92,00% dalam kategori sangat baik, Kesesuaian hasil akhir yang dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan memperoleh presentase 90,67% dalam kategori sangat baik, menata peralalatan setelah selesai kegiatan memperoleh presentase 92,67% dalam kategori sangat baik, Kreatifitas produk memperoleh presentase 93,33% dalam kategori sangat baik, kerapian produk memperoleh presentase 91,33% dalam kategori sangat baik, dan pemilihan kombinasi warna memperoleh presentase 91,50% dalam kategori sangat baik. 18

19 b. Tanggapan Guru-guru terhadap Pelatihan membuat Kreasi Benda fungsionl dari Tali Tambang dengan Teknik Makrame Berdasarkan hasil kegiatan P2M bahwa kegiatan pengabdian ini mendapat respon yang positif dari para guru dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B. Dimana para peserta sangat antuias mengikuti kegiatan dan hasilnya juga sangat baik. 4.2 Pembahasan Sekolah Luar Biasa Negeri Bagian B Singaraja yang menitik beratkan pada keterampilan sebagai bekal untuk berwirausaha. Untuk mencapai keberhasilan tersebut peserta didik dituntut meningkatkan sumber dayanya agar lebih kreatif dalam menciptakan suatu produk. Salah satu hal yang dipandang perlu untuk mendapatkan penangganan sedini mungkin adalah keterampilan pembuatan benda fungsional dari tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha siswa SLB Negeri Bagian B. Berdasarkan hasil kegiatan P2M yang dipaparkan pada hasil, dapat dinyatakan bahwa kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang positif dari peserta, guru-guru, dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B, dimana para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dan hasilnya pun sangat baik. Hasil pengamatan para instruktur menunjukkan bahwa peserta pelatihan menunjukkan kinerja yang sangat baik mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan kegiatan, dan sebagian besar mampu membuat produk sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahap persiapan peserta pelatihan P2M mampu mempersiapkan dengan cekatan dan rapi segala keperluan yang dibutuhkan untuk kegiatan baik berupa bahan maupun alat. Pada tahap pelaksanaan (proses kerja) peserta mampu bekerja dengan terampil dan kreatif sehingga mampu menghasilkan produkproduk benda fungsional dari tambang dengan teknik makrame dalam bentuk gantungan pot, gantungan kunci, jepit, bando, dan gelang. Hasil produk dalam 19

20 pelatihan ini memenuhi kriteria yang diharapka, diakhir kegiatan para peserta juga bertanggungjawab untuk membereskan semua perlengkapan baik alat maupun bahan yang sudah selesai digunakan. Kegiatan P2M yang dilaksanakan di SLB Negeri bagian B dalam pelatihan membuat benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame para peserta juga sangat antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi antara peserta dengan instruktur, serta semua peserta menyatakan senang dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan yang diberikan. Hal ini menunjukkan respon peserta terhadap kegiatan pelatihan sangat positif. Dari metode ceramah dan demontrasi yang diterapkan pada kegiatan pelatihan tersebut, nampaknya peserta memahami materi pelatihan ini dengan baik dan dapat menggikuti kegiatan dengan senang hati. Hal ini terlihat dari kemampuan peserta membuat produk yang dapat menghasilkan produk sesuai kriteria yang diharapkan. Para peserta sangat tertarik untuk terus mencoba dengan model-model yang berbeda dan siswa mampu mengembangkan dengan kreatifitas masing-masing. Hal ini dapat menjadi peluang usaha bagi siswa-siswi dan siswa-siswi SLB Negeri Bagian B memiliki bekal keterampilan. Dengan demikian ke depannya peserta pelatihan mampu menjadi insan yang mandiri dan membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Adapun contoh pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengaan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha siswa SLB Negeri Bagian B yang akan di buat adalah bando, jepit rambut, gelang, dan gantungan pot. Untuk teknik pembuatan (terlampir). Salah satu contoh adalah membuat bando 1. Bahan a. Benang Nilon b. Tali Kur c. Manik-manik d. Bando 2. Alat a. Lilin 20

21 b. Gunting c. Lem Tembak 3. Langkah Kerja Langkah awal persiapkan tali kur 4 buah. 2 buah tali kur atau benang nilon dengan ukuran panjang ± 1,5 meter dan 2 buah tali kur dengan ukuran sesuai dengan panjang bando yang dipergunakan. Rapikan dan tata tali kur atau benang nilon dengan ukuran panjang 1,5 meter diletakan pada sisi kiri dan sisi kanan, sedangkan ukuran tali kur dengan panjang sesuai dengan ukuran bando diletakan pada bagian tengah. Selanjutnya tai kur atau benang nilon yang berada pada tangan sebelah kiri di bawa ke sebelah kanan melewati bagian atas tali kur atau benang nilon pada bagian tengah dengan berbentuk setengah lingkar. Sebaliknya tali kur pada bagian kanan di bawa kesebelah kiri melewati bagian bawah tali kur atau benang nilon dengan membentuk setengah lingkar. Tarik tali kur atau benang nilon dengan kuat. Selanjutnya tai kur atau benang nilon yang berada pada tangan sebelah kiri di bawa ke sebelah kanan melewati bagian bawah tali kur atau benang nilon pada bagian tengah dengan berbentuk setengah lingkar. Sebaliknya tali kur bagian kanan di bawa kesebelah kiri melewati bagian atas tali kur atau benang nilon dengan membentuk setengah lingkar. Tarik tali kur atau benang nilon dengan kuat. 21

22 Selanjutnya ulat tali kur atau benang nilon dengan panjang yang diinginkan dengan mengulang pada langkah ke dua dan ketiga dengan silih berganti. Tarik dengan kuat dan rapi agar dapat terlihat bentuk seperti gambar disamping. Untuk variasi pada bagian bando bisa menggunakan manik-manik dengan berbagai bahan baik yang berbahan kayu, plastik maupun batu-batuan. Untuk variasi ini bebas berdasarkan selera masing-masing maupun kreatifitas. Setelah memberikan manik-manik ulat kembali dengan bentuk awal dengan bentuk ulatan pada langkah dua, tiga, dan emapat. Jika sudah sesuai dengan panjang yang diinginkan, gunting tali kur atau benang nilon. Sisa pengguntingan, bakar tali kur atau benang nilon dengan api dan rekatkan langsung pada bagian sisi-sisinya. Jika sudah rapi siapkan bando dan lem tembak, lalu rekatkan pada bagian atas bando 4. Hasil produk benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame berupa bentuk bando menggunakan variasi manik-manik 22

23 Kegiatan P2M dapat dinyatakan bahwa kegiatan pelatihan membuat kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame untuk menumbuhkan jiwa wirausaha berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang positif dari peserta, guru-guru, dan kepala sekolah SLB Negeri Bagian B, dimana para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dan hasilnya sangat baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peserta pelatihan menunjukkan kinerja yang sangat baik mulai dari persiapan sampai akhir pelaksanaan kegiatan, dan sebagian besar mampu membuat produk sesuai dengan yang diharapkan. Hasil produk dari pelaihan P2m adalah sebagai berikut : 23

24 BAB V PENUTUP 5.1 SIMPULAN Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame yang mampu menumbuhkan jiwa wirausaha dalam kategori sangat baik. Proses pembuatan benda fungsional dapat diterapkan menjadi lima benda fungsional dalam bentuk gantungan pot, bando, gantungan kunci, gelang, dan jepit rambut. 2. Tanggapan anak-anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Bagian B Singaraja terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan membuat produk kreasi benda fungsional dari tali tambang dengan teknik makrame ini sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator kehadiran anak-anak mencapai 100%, dan 24

25 selama kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini berjalan dengan lancar, selain itu peserta sangat antusias dan aktif dalam mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir. Hal ini nampak melalui interaksi intensif yang terjadi antara peserta dengan instruktur. Dari metode ceramah dan demonstrasi yang dilakukan secara langsung, nampaknya peserta memahami materi pelatihan dengan baik, hal ini terbukti para peserta mampu membuat produk kreasi benda dan dijadikan sebagai peluang usaha sehingga nantinya siswa-siswi mampu menjadi insan yang lebih mandiri. 5.2 Saran 1. Disarankan untuk menggunakan manik-manik dalam proses pembuatan benda fungsional agar dipilih lubang manik-manik dengan ukuran yang besar, agar pada saat memasukan tali tambang tidak mengalami kesulitan. 2. Sebelum mengalami proses bembuat benda fungsional, hendaknya dilakukan proses pemilihan teknik macrame terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya kesalahan. DAFTAR PUTAKA Angendari, Diah, Pelatihan Membuat Kreasi Benda Fungsional dari Kain Flanel untuk Menumbuhkan Jiwa Wirausaha di Sekolah Luar Biasa B Singaraja. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat Undiksha. Imawati, Emi Risna Aksesori & Perengkaan Anak Dari kain Felt. PT Gramnedia Pustaka Utama: Jakarta. Lunaya art. 15 April 2010.Petunjuk dasar Berkresai dengan Tali Tambang. Diakses 10 Oktober Mira. 9 September Tali Tambang dan Kreasinya. Diakses 10 Oktober Musdalifah Pemberdayaan anak Jalanan Melalui program Life Skill Bidang Busana. Artikel pada Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Peningkatan Kualitas Sumber Daya manusia melalui Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. UPI Bandung, 30 Oktober

26 Sulastiano, Harry. Seni dan Budaya Grafindo Media Pratama. Jakarta

PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA.

PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA. PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA oleh, Made Diah Angendari Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA

PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK SULAM PITA DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN UDYANA WIGUNA SINGARAJA Made Diah Angendari Universitas Pendidikan Ganesha dekdiahku@yahoo.com ABSTRAK Kegiatan Pengabdian pada

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN KETERAMPILAN MENGOLAH PEPAYA MENJADI PRODUK MAKANAN DAN KERAJINAN SULAM PITA PADA PARA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BAGIAN B SINGARAJA Oleh: Luh Masdarini,

Lebih terperinci

PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA

PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA Oleh: Made Diah Angendari, dkk ABSTRAK Kegiatan Pengabdian pada

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAN KETERAMPILAN MENGOLAH MANGGA MENJADI PRODUK MAKANAN DAN MERAJUT PADA PARA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BAGIAN B SINGARAJA Oleh: Luh Masdarini, S.Pd.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL PADA ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ANAK ASUHAN (PSAA) UDIYANA WIGUNA SINGARAJA Oleh : Made Diah Angendari,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM PKM PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PROGRAM PKM PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PROGRAM PKM PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN MEMBUAT AKSESORIS DAN MILINERIS DARI KAIN PERCA PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA B NEGERI SINGARAJA Oleh : Made Diah Angendari, S.Pd.,M.Pd./0016037404

Lebih terperinci

7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN 7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK MENJALIN Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik menjalin desain dan prinsip teknik menjalin, jenis bahan

Lebih terperinci

M A K R A M E (KERAJINAN DENGAN TEKNIK SIMPUL)

M A K R A M E (KERAJINAN DENGAN TEKNIK SIMPUL) M A K R A M E (KERAJINAN DENGAN TEKNIK SIMPUL) Disampaikan dalam Kegiatan Magang Program D2 dan S1 Dosen UNSRI Palembang tanggal 1 Agustus - 30 September 2006 di Kampus Bumi Siliwangi Oleh: BANDI SOBANDI

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN MEMBUAT KREASI BENDA FUNGSIONAL DARI KAIN FLANEL UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA Oleh : Made Diah Angendari,

Lebih terperinci

PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA

PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA Desi Trisnawati, Ranelis, Wendra, Lucy Prasilia Prodi Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Bangsa yang ingin maju haruslah memajukan pendidikannya terlebih. kebutuhan dengan segala keterampilan yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Bangsa yang ingin maju haruslah memajukan pendidikannya terlebih. kebutuhan dengan segala keterampilan yang dimilikinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang ingin maju haruslah memajukan pendidikannya terlebih dahulu. Karena melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan merupakan salah satu negara berkembang, yang pada saat ini sedang giat melakukan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Proses

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

PROPOSAL PRAKARYA DAN KEWIRAUSAAN PRODUK KERAJINAN BAHAN KERAS AESTHETIC FLOWER VASE

PROPOSAL PRAKARYA DAN KEWIRAUSAAN PRODUK KERAJINAN BAHAN KERAS AESTHETIC FLOWER VASE PROPOSAL PRAKARYA DAN KEWIRAUSAAN PRODUK KERAJINAN BAHAN KERAS AESTHETIC FLOWER VASE Disusun oleh : Hanif Zuniar Haq 08 XI IPS 2 SMA NEGERI 1 MADIUN KOTA MADIUN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

PELATIHAN MANICURE, PEDICURE, DAN NAIL ART PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA

PELATIHAN MANICURE, PEDICURE, DAN NAIL ART PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA PELATIHAN MANICURE, PEDICURE, DAN NAIL ART PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA Made Diah Angendari 1, Putu Agus Mayuni 2, Ni Ketut Widiartini 3, I Dewa Ayu Made Budhyani 4 Fakultas

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD MAKRAME. Dosen Pengampu : Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd

MAKALAH PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD MAKRAME. Dosen Pengampu : Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd MAKALAH PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD MAKRAME Dosen Pengampu : Edy Siswanto, S.Pd., M.Pd Disusun oleh : 1. Dewi Suryani (14.141.019) 2. Ocella Ayu F (14.141.020) 3. Anis Rahmawati (14.141.022) 4. Elvina

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN MENGHIAS KAIN DENGAN TEKNIK PAINTING PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B SINGARAJA Oleh : Made Diah Angendari, S.Pd.,M.Pd./0016070 (Ketua) Dr. Ni

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Konsep Dasar Penataan Display Penataan berasal dari kata bahasa Inggris display yang artinya mempertunjukkan, memamerkan, atau memperagakan sesuatu

Lebih terperinci

A. Judul Program. B. Latar Belakang Masalah

A. Judul Program. B. Latar Belakang Masalah A. Judul Program Aneka Kreasi Kain Flanel dan Kain Perca Bagi Santriwati Yatim Di Panti Asuhan Aisyiah Cipayung Jakarta Timur Untuk Bekal Wirausaha Mandiri B. Latar Belakang Masalah Saat ini pekerjaan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN MANICURE, PEDICURE, DAN NAIL ART PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN MANICURE, PEDICURE, DAN NAIL ART PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN MANICURE, PEDICURE, DAN NAIL ART PADA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI BAGIAN B SINGARAJA Oleh : Made Diah Angendari, S.Pd.,M.Pd./0016070 (Ketua) Putu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asstia Rachmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asstia Rachmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi yang berkembang dengan sangat cepat menuntut ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas tinggi dalam bidang fashion. Kebutuhan

Lebih terperinci

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll. SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI 1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut

Lebih terperinci

PENUMBUHKEMBANGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA MELALUI PELATIHAN TEKNIK DASAR MAKRAME DALAM PEMBUATAN TAS DARI TALIKUR

PENUMBUHKEMBANGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA MELALUI PELATIHAN TEKNIK DASAR MAKRAME DALAM PEMBUATAN TAS DARI TALIKUR PENUMBUHKEMBANGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA MELALUI PELATIHAN TEKNIK DASAR MAKRAME DALAM PEMBUATAN TAS DARI TALIKUR Indah Hartati 1 *, Laeli Kurniasari 1 1 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PELATIHAN KETERAMPILAN MENGOLAH ROTI MANIS SEBAGAI PELUANG BERWIRAUSAHA PADA PARA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI BAGIAN B SINGARAJA.

PELATIHAN KETERAMPILAN MENGOLAH ROTI MANIS SEBAGAI PELUANG BERWIRAUSAHA PADA PARA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI BAGIAN B SINGARAJA. LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAN KETERAMPILAN MENGOLAH ROTI MANIS SEBAGAI PELUANG BERWIRAUSAHA PADA PARA SISWA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI BAGIAN B SINGARAJA Oleh: Luh Masdarini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetik dan nilai artistik. Karya seni rupa tercipta dengan mengolah konsep titik, garis, bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan tersedianya tenaga kerja yang berkualitas terutama dibidang teknologi dan industri, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMANFAATAN BROS PERCA BATIK SEBAGAI WADAH CREATIVITY AND MOTORIC TRAINING PADA ANAK TUNARUNGU

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMANFAATAN BROS PERCA BATIK SEBAGAI WADAH CREATIVITY AND MOTORIC TRAINING PADA ANAK TUNARUNGU USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMANFAATAN BROS PERCA BATIK SEBAGAI WADAH CREATIVITY AND MOTORIC TRAINING PADA ANAK TUNARUNGU BIDANG KEGIATAN: PKM-M Diusulkan oleh: Khoriskiya Novita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami penyimpangan dari normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya meningkatkan kualitas hidup manusia kearah yang lebih baik dengan membekali kemampuan, keterampilan, dan dari sikap tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Seni Budaya merupakan satu diantara mata pelajaran yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Seni Budaya merupakan satu diantara mata pelajaran yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Seni Budaya merupakan satu diantara mata pelajaran yang ada di sekolah. Mata pelajaran Seni Budaya merupakan mata pelajaran yang memberikan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di tuntut memberikan

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Program PPL merupakan program kegiatan yang bertujuan mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon tenaga kependidikan. Calon tenaga pendidik tidak hanya memiliki kompetensi di bidang

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT. Mudjiati

PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT. Mudjiati PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT Mudjiati Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Garut merupakan merupakan

Lebih terperinci

PELATIHAN KETERAMPILAN MENJAHIT PAKAIAN UNTUK PELAJAR DARI KELUARGA KURANG MAMPU. Oleh. Syahrizal, Sri Meiyenti. Fisip Universitas Andalas.

PELATIHAN KETERAMPILAN MENJAHIT PAKAIAN UNTUK PELAJAR DARI KELUARGA KURANG MAMPU. Oleh. Syahrizal, Sri Meiyenti. Fisip Universitas Andalas. PELATIHAN KETERAMPILAN MENJAHIT PAKAIAN UNTUK PELAJAR DARI KELUARGA KURANG MAMPU Oleh Syahrizal, Sri Meiyenti Fisip Universitas Andalas Abstrak Di kelurahan Koto Panjang Ikur Koto kecamatan Koto Tangah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu sarana untuk mencurahkan rasa yang ada di dalam diri sehingga menghasilkan suatu karya yang bernilai sesuai dengan ungkapan yang dituangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus. Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri kreatif merupakan kelompok industri kecil yang mengeksploitasi ide atau kekayaan intelektual dibidang handicraft, sehingga memiliki nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang membangun, menempatkan pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala bidang. Pendidikan dalam suatu

Lebih terperinci

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 1. Tas Laptop Dari Kain Perca Anda punya baju/rok batik yang kekecilan/robek? Mau makai bikin nggak pede, padahal kain batiknya masih bagus. Apa boleh buat, daur ulang

Lebih terperinci

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses optimalisasi potensi anak ke arah pencapaian kemampuan sebagai standar atau output hasil belajar, sesuai dengan

Lebih terperinci

PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG

PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG Sri Sulistyorini, Hardjono, Yuyarti Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN VAKASIONAL TEPAT GUNA BAGI ABK H.M.UMAR DJANI MARTASUTA

PENDIDIKAN VAKASIONAL TEPAT GUNA BAGI ABK H.M.UMAR DJANI MARTASUTA PENDIDIKAN VAKASIONAL TEPAT GUNA BAGI ABK H.M.UMAR DJANI MARTASUTA Peraturan Pemerintah: 1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL 2. PP 19 Tahun 2005 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Menjadi insan-insan yang terdidik merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal tersebut menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan manusia menuju kedewasaan (KH. Dewantara dalam Djumali dkk, 2011: 2). Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN KRIYA TEKSTIL. Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAHAN PERKULIAHAN KRIYA TEKSTIL. Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds BAHAN PERKULIAHAN KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

MAGANG KEWIRAUSAHAAN PADA INDUSTRI MENDONG BAGI MAHASISWA PGSD UPI SEBAGAI TINDAK LANJUT PROGRAM KWU. HODIDJAH, dkk

MAGANG KEWIRAUSAHAAN PADA INDUSTRI MENDONG BAGI MAHASISWA PGSD UPI SEBAGAI TINDAK LANJUT PROGRAM KWU. HODIDJAH, dkk MAGANG KEWIRAUSAHAAN PADA INDUSTRI MENDONG BAGI MAHASISWA PGSD UPI SEBAGAI TINDAK LANJUT PROGRAM KWU HODIDJAH, dkk ABSTRAKSI Dalam upaya meningkatkan kemandirian mahasiswa, diperlukan program yang menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam. mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu memberikan sumbangan besar dalam mengarahkan pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif, terampil dan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM BANCI LUCU ONLINE: PENJUALAN BANCI (BANDUL KUNCI) MENGGUNAKAN SISTEM ONLINE

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM BANCI LUCU ONLINE: PENJUALAN BANCI (BANDUL KUNCI) MENGGUNAKAN SISTEM ONLINE i PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM BANCI LUCU ONLINE: PENJUALAN BANCI (BANDUL KUNCI) MENGGUNAKAN SISTEM ONLINE BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN DIUSULKAN OLEH : Riza Susanti C0213057 / 2013

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Proses perancangan Bahan dasar Serat katun Tali katun Pewarnaan Simpul Eksplorasi Hasil eksplorasi terpilih Perancangan produk Proses produksi KARYA Proses perancangan 42

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buangan yang disebut sampah atau limbah. Laju produksi limbah akan terus

BAB I PENDAHULUAN. buangan yang disebut sampah atau limbah. Laju produksi limbah akan terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat perekonomian Indonesia yang mengalami pasang surut, menuntut masyakarat agar lebih berusaha keras untuk lebih keras mencari nafkah guna mencukupkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan dan diperoleh seluruh manusia sebagai usaha dalam mengembangkan potensi diri. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM PEMBUATAN HANDICRAFT DENGAN MEMANFAATKAN BARANG BEKAS SUATU UPAYA PENINGKATAN PEREKONOMIAN KELUARGA DI KOTA TEBING TINGGI Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak luar biasa bertujuan mengembangkan kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEDOTAN AQUA GELAS UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI ANAK PANTI ASUHAN REKSO PUTRO YOGYAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH SEDOTAN AQUA GELAS UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI ANAK PANTI ASUHAN REKSO PUTRO YOGYAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH SEDOTAN AQUA GELAS UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI ANAK PANTI ASUHAN REKSO PUTRO YOGYAKARTA Oleh : Widyabakti Sabatari, M.Sn Staf Pengajar di Jurusan PTBB Prodi Teknik Busana FT UNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain yang memberikan pelayanan atau fasilitas pada kegiatan hidup manusia. Membuat desain mebel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur bagi suatu bangsa. Pendidikan sangat berarti bagi seluruh bangsa di dunia ini. Lembaga pendidikan seharusnya mampu menciptakan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti berbagai peralatan dapur, rumah tangga, bahan bangunan, benda benda perlengkap interior

Lebih terperinci

Kata kunci: Desa Sekaran, lenan rumah tangga, teknik patchwork quilting.

Kata kunci: Desa Sekaran, lenan rumah tangga, teknik patchwork quilting. PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PEMBUATAN LENAN RUMAH TANGGA DENGAN TEKNIK PATCHWORK QUILTING PADA IBU-IBU PKK DI DESA SEKARAN KELURAHAN SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG Marwiyah Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu instansi atau lembaga pendidikan yang memiliki sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Kegiatan inti dari sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bahan alam telah dimanfaatkan manusia sejak zaman prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahan alam banyak digunakan untuk menunjang keperluan sehari-hari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan arus informasi serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat pesat saat ini, yang penuh dengan tantangan dan persaingan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS SMU N I PENGASIH KULON PROGO MELALUI KETERAMPILAN SULAM MENYULAM

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS SMU N I PENGASIH KULON PROGO MELALUI KETERAMPILAN SULAM MENYULAM LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS SMU N I PENGASIH KULON PROGO MELALUI KETERAMPILAN SULAM MENYULAM OLEH: WIDJININGSIH, M.PD EMY BUDIASTUTI, M.PD. WIDIHASTUTI, S.PD.

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume Nomor September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 205-220 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGHIAS SANDAL JEPIT MELALUI MEDIA AUDIO

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang masalah

PENDAHULUAN Latar belakang masalah PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan masyarakat. Tujuan utama pendidikan adalah memberi kemampuan pada manusia untuk hidup di masyarakat. Kemampuan ini berupa

Lebih terperinci

LAPORAN PROPOSAL PENGANTAR BISNIS AKSESORIS

LAPORAN PROPOSAL PENGANTAR BISNIS AKSESORIS LAPORAN PROPOSAL PENGANTAR BISNIS AKSESORIS Oleh 1. Muvidah 01112063 2. Renny Dwi Wulandari 01112044 3. Milia Riyan Diana 01212115 3. Dewi Rahma Yanti 01112085 4. Priyanto Siadjono 01111036 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu berkarya, menciptakan karya yang berguna baik untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu berkarya, menciptakan karya yang berguna baik untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan berperan dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, sikap dan nilai-nilai baru dalam masyarakat. Setiap individu dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar seseorang dalam mendapatkan bekal ilmu pengetahuan yang tidak hanya bermanfaat untuk masa sekarang melainkan bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) ialah ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

Kunci Jawaban Soal Semester Prakarya Kewirausahaan Kelas X

Kunci Jawaban Soal Semester Prakarya Kewirausahaan Kelas X Kunci Jawaban Soal Semester Prakarya Kewirausahaan Kelas X Ini adalah kunci jawaban soal semester prakarya dan kewirausahaan kelas X di SMAN 1 Praya dan semoga dengan kunci jawaban ini anak didik dapat

Lebih terperinci

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP 305 PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP Sri Susilogati Sumarti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan setiap A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan setiap manusia, tidak ada seorang pun yang dapat hidup secara sempurna tanpa melalui proses pendidikan.

Lebih terperinci