Pemodelan Sistem Kendali Irigasi Drip Untuk Budidaya Tanaman Kedelai Berbasis Analisis Evapotranspirasi Penman Monteith

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemodelan Sistem Kendali Irigasi Drip Untuk Budidaya Tanaman Kedelai Berbasis Analisis Evapotranspirasi Penman Monteith"

Transkripsi

1 Pemodelan Sistem Kendali Irigasi Drip Untuk Budidaya Tanaman Kedelai Berbasis Analisis Evapotranspirasi Penman Monteith Susilo Adi Widyanto 1,a *, Achmad Hidayatno 2,a, Sahid 3,c, Romansyah 1,d 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Diponegoro 2 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro 3 Jurusan Konversi Energi, Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia a susilo70@yahoo.com, b achmadhidayatno@undip.ac.id, c sahid@gmail.com, romansyah@gmail.com Abstrak Perubahan iklim yang semakin ekstrim ditandai dengan kenaikan temperatur bumi dan ketidak-teraturan musim yang berdampak pada penurunan produktivitas sektor pertanian. Pada sisi yang lain, beban demografi terus bertambah sedangkan lahan pertanian semakin menyusut. Oleh karena itu pemanfaatan teknologi dalam sektor pertanian merupakan hal yang segera dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas bahan pangan. Paper ini mengusulkan suatu metode penghitungan kebutuhan air irigasi pada satu musim panen untuk tanaman kedelai yang dimodelkan dalam bentuk sistem kendali irigasi sehingga dapat menghemat penggunaan air irigasi. Model yang dikembangkan didasarkan pada persamaan Penman Monteith untuk menghitung evapotranspirasi referensi dengan menggunakan parameter temperatur, kelembaban, kecepatan angin dan radiasi netto. Sebagai tahap awal, perhitungan kebutuhan air dilakukan secara manual untuk menentukan pengaruh setiap parameter masukan terhadap proses evapotranspirasi. Selanjutnya hasil perhitungan tersebut akan digunakan untuk memvalidasi pemodelan sistem kendali yang menggunakan Matlab-Simulink. Dengan menggunakan data hasil pengukuran cuaca selama 24 jam, model yang dikembangkan akan digunakan untuk mengestimasi kondisi evapotranspirasi lokasi yang akan digunakan sebagai pilot project budidaya tanaman kedelai sehingga dapat ditentukan kebutuhan air irigasinya pada satu musim panen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tempratur 22 o C dan kelembaban 83%, evapotranspirasi menurun pada kenaikan kecepatan angin, sedangkan pada temperatur 39 kelembaban 45%, kecepatan angin mendorong terjadinya proses evapotranspirasi. Dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa proses evapotranspirasi maksimum terjadi pada siang hari antara pukul s/d WIB pada harga 2,2 mm/jam dan evapotranspirasi minimum terjadi pada pukul s/d pada harga 0,1 mm/jam. Kata Kunci: PENMAN MONTEITH, EVAPOTRANSPIRASI, BUDIDAYA TANAMAN, KEDELAI, RADIASI NETTO. Pendahuluan Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan sehingga ketersediannya mutlak diperlukan sepanjang masa. Kebutuhan akan pangan juga terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Namun pada sisi yang lain, daya dukung alam semakin menurun akibat eksploitasi yang semakin tidak terkendali. Perubahan iklim juga menunjukkan pola yang semakin ekstrim yang berdampak pada pola ketidakteraturan musim, kenaikan temperatur bumi dan ketidak-seimbangan daya dukung alam. Sementara, lahan pertanian terus menyusut, akibat alih fungsi lahan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 saja penyusutan lahan panen padi

2 nasional mencapai 12,63 ribu hektar atau sekitar 0,1% total luas lahan [1]. Perluasan lahan budidaya memiliki kendala yang besar, sekalipun kekurangan bahan pangan dalam negeri terus menghantui yang secara langsung berdampak pada kenaikan harganya. Seperti halnya bahan pangan kedelai, jumlah lahan kedelai yang dimiliki Indonesia hingga akhir tahun 2013 hanya sekitar hektar dengan jumlah produksi per tahunnya hanya mencapai ribu ton. Hal tersebut sangatlah kurang dibandingkan dengan kebutuhan kedelai per tahunnya yang mencapai 2,2 juta hingga 2,3 juta ton. Sehingga sisanya sebanyak 1,4 juta hingga 1,5 juta ton kedelai harus dipasok dari impor yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat dan Brasil [2]. Selain diperlukan perbaikan tata aturan penggunaan lahan, tindakan nyata untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas produk pertanian mendesak diperlukan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, penerapan sistem otomasi pertanian merupakan salah satu usaha yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Penerapan sistem irigasi terotomasi yang mampu menghemat air dan melipat-gandakan produktivitas panen merupakan usaha awal yang dapat segera dilakukan. Dengan teknologi ini lahan-lahan tidak produktif yang ada dapat dimanfaatkan dan keberhasilan panen tidak lagi tergantung pada musim yang semakin acak. Dari pengembangan sistem irigasi terotomasi, berbagai prosedur lanjutan untuk pengelolaan budidaya tanaman produksi dapat diintegrasikan ke dalamnya sehingga penelitian ini merupakan awal dalam pengembangan sistem pertanian terotomasi. Mempertimbangkan kondisi tersebut, penelitian ini mengusulkan pengembangan sistem kendali irigasi terotomasi berdasarkan analisis evapotranspirasi, dimana sistem irigasi tersebut mengacu pada analisis kesetimbangan air dalam tanah daerah akar[3] yang secara dominan ditentukan oleh proses evaporasi oleh tanah dan transpirasi oleh tanaman. Proses evapotranspirasi berkaitan erat dengan kondisi cuaca yang mencakup temperatur udara, kelembaban udara, net radiation dan kecepatan angin. Beberapa Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) parameter lainnya yang juga digunakan untuk pengendalian air irigasi adalah karakterisk tanah, karakteristik tanaman dan kondisi hujan. Dari berbagai metode, irigasi drip merupakan cara yang paling efisien dimana air dialirkan secara lambat kedalam tanah yang berlokasi didekat tanaman. Hanya daerah sekitar akar tanaman yang dibasahi oleh metode irigasi drip [4]. Penerapan sistem irigasi terotomasi harus mempertimbangkan topografi dan sumber air. Pengembangan sistem irigasi cerdas yang diterapkan pada pertanian pasir telah dilakukan oleh Michael dkk. Faktor penting metode ini adalah proses penjadwalan yang didasarkan pada perhitungan kesetimbangan air tanaman [3]. Secara teoritis, konsusi air dari suatu areal pertanian adalah proporsional dengan kandungan air yang hilang yang disebabkan oleh evaporasi tanah dan transpirasi tanaman yang umum disebut dengan evapotranspirasi[5]. Evapotranspirasi referensi (ETo) didefinisikan sebagai air yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan tanaman rumput dengan ketinggian 3-6 inch yang tumbuh menutupi tanah. ETo dapat dihitung dengan persamaan Penman Monteith seperti dinyatakan dalam Persamaan 1 berikut ini [6],[7]. = 0,404 ( ) + ( ) / [ + (1 + 0,34 )]...(1) dimana : ET 0 = evapotranspirasi referensi [mm/hari], = net radiation [MJ /(m 2 hari)], G = soil heat flux density [MJ /(m 2 hari)], T = tmpratur rata-rata harian pada ketinggian 2m [ C], = kecepatan angin pada ketinggian 2m [m/det], = tekanan upa jenuh [kpa], = tekanan uap aktual [kpa], = (T)= saturation vapor pressure deficit [kpa], D = slope kurva tekanan uap [kpa C-1], g = konstanta psikosometrik [kpa/ C ], P = tekanan [kpa], z = elevasi dari permukaan laut [m], e (T) = tekanan uap jenuh pada T [kpa], λ = kalor laten penguapan, 2.45 [MJ/ kg], Cp = kalor spesifik, 1,013x10-3 [MJ/ kg C], ε =

3 rasio berat molekul uap air/udara kering = 0,622 Dalam aplikasi proses pengendalian, untuk menghasilkan kondisi tumbuh optimal, respon sistem kendali yang berupa volume air irigasi tidak mungkin dilakukan dalam periode harian. Oleh karena itu modifikasi persamaan Penman Monteith perlu dilakukan, sehingga kondisi evapotranspirasi dapat diestimasi dalam periode yang dibutuhkan. Karena pertimbangan pendistribusian air irigasi, maka modifikasi persamaan Penman Monteith dilakukan untuk menentukan kondisi evapotranspirasi tiap jam, sehingga Persamaan tersebut menjadi [6]: =, ( ) ( ( ) )...(2) (, ) Secara praktis, untuk menentukan volume air yang harus diberikan ke lokasi budidaya, harga ETo hasil perhitungan harus dikalikan dengan Koefisien Tanaman ( crop coefficient- Kc) dan metode irigasi yang diterapkan (untuk irigasi drip, fw = 0,4) seperti dinyatakan dalam Persamaan 3 [6]. ETc = ETo. Kc. fw....(3) Pada suatu tanaman budidaya, nilai Kc brvariasi tergantung pada tahapan pertumbuhannya. Secara umum tahapan tersebut dibedakan kedalam tahap awal (Kc ini), tahapan pertumbuhan tengah (Kc mid) dan tahap pertumbuhan akhir (Kc end). Berdasarkan data literatur, tanaman kedelai memiliki harga Kc ini, Kc mid dan Kc end adalah sebesar 1,65; 1,15 dan 0,65[6]. Metode Penelitian Pemodelan proses evapotranspirasi Penman Monteith per jam dilakukan dengan menggunakan Matlab-Simulink. Sebelum dimodelkan evapotranspirasi Penman Monteith dihitung dengan menggunakan Excel. Dengan prosedur yang dibuat, pengaruh masing-masing parameter masukan terhadap kondisi evapotranspirasi ditentukan. Hal ini penting diketahui dalam proses desain sistem pengukuran maupun sistem pengendalian. Hasil yang diperoleh juga Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) digunakan untuk memverifikasi hasil pemodelan. Pada Pemodelan tahap awal, nilai masukan yang diberikan berupa harga yang konstan dan hasilnya dibandingkan dengan hasil perhitungan Excel. Pada pemodelan berikutnya, parameter masukan yang berupa temperatur, kelembaban dan kecepatan angin menggunakan sinyal kontinyu. Dengan menggunakan data hasil pengukuran cuaca selama 24 jam, pemodelan tersebut akan digunakan untuk menentukan pola evapotranspirasi di lokasi yang nantinya akan digunakan sebagai pilot project penerapan sistem irigasi terotomasi. Hasil dan Pembahasan Persamaan Penman Monteith merupakan suatu persamaan untuk menghitung proses evapotranspirasi referensi (ETo) suatu tanaman. Mengacu pada Persamaan 1 di atas, perhitungan ETo mengikuti prosedur perhitungan sebagai berikut: o Data parameter masukan (temp maks (T max), temp min (T min), kelembaban maks (RH max), kelembaban min (RH min), kec angin rata-rata (u 2), lama penyinaran matahari aktual (n)) o Perhitungan tekanan udara sebagai fungsi ketinggian lokasi dari permukaan laut (P fungsi dari elevasi) o Psychrometric constant (Ϫ). o Menghitung slope of saturation vapour pressure curve pada temperature T (Δ) o Menghitung vapour pressure deficit (es-ea) o Menghitung net radiation (Rn) o Menentukan nilai soil heat flux (G) o Menghitung Grass reference evapotranspiration (ETo) Dengan menggunakan harga-harga parameter masukan seperti dinyatakan dalam Tabel 1, maka harga ETo yang terjadi adalah 4,72 mm/hari. Volume air yang diuapkan melalui proses evaporasi dan transpirasi sama dengan harga ETo dikalikan dengan luas lahan yang ditinjau.

4 Tabel 1. Prosedur Perhitungan ETo harian PARAMETER NILAI SATUAN Temperatur maks (Tmax) 40 C Temperatur min (Tmin) 21,83 C Kelembaban maks (RHmax) 84,5 % Kelembaban min (RHmin) 43 % Waktu penyinaran matahari (n) 9,250 jam Kecepatan angin 2,780 m/det Tekanan udara 98,958 kpa ETo harian 4,7168 mm/hari Mengacu pada Persamaan Penman Monteith yang dimodifikasi, perhitungan ETo per jam dapat dihitung dengan prosedur yang sama dengan perhitungan ETo harian Hasil yang diperoleh seperti ditunjukkan dalam Tabel 2. Dari hasil perhitungan ETo harian dengan menggunakan formula Penman Monteith standar, harga ETo = 4,716 mm/hari. Bila dibandingkan dengan hasil penjumlahan harga ETo perjam selama 24 jam, harga ETo harian sangatlah kecil. Penjumlahan harga ETo per jam tersebut mencapai 15,14 mm/hari. Perbedaan nilai yang begitu besar diakibatkan oleh berfluktuasinya kecepatan angin, sedangkan pada temperatur tinggi pengaruh kecepatan angin dominan terhadap harga ETo. Kondisi fluktuasi kecepatan angin tersebut tidak dapat diwakili dengan kecepatan angin rata-rata harian yang nilainya sangat kecil dibandingkan kondisi riilnya. Dari hasil perhitungan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa error dapat diminimalkan dengan memperkecil waktu sampling pengambilan data cuaca sekaligus digunakan untuk menghitung ETo. Dengan mensimulasikan parameter masukkannya yang berupa variasi temperaturkelembaban dan kecepatan angin, maka pengaruh masing-masing parameter masukan dapat ditentukan. Gambar 1menunjukkan pengaruh kecepatan angin terhadap kondisi evapotranspirasi. Kurva tersebut menunjukkan bahwa pada temperatur tinggi (siang hari) peningkatan kecepatan angin berkonstribusi positif pada evapotranspirasi, dan sebaliknya pada temperatur rendah (tengah malam hari), kenaikan kecepatan angin berkonstribusi negatif pada evapotranspirasi. Tabel 2. Prosedur Perhitungan ETo per Jam PARAMETER NILAI SATUAN Tekanan udara (P) 98,958 kpa Elevasi 200 m Temperatur (T) 22 o C Kelembaban (RH) 82 % Kecepatan angin (u2) 0 m/det ETo per jam 0,22 mm/jam Gambar 1. Pengaruh kecepatan angin pada kondisi evapotranspirasi referensi (ETo). Dengan memvariasikan temperaturkelembaban, kondisi evapotranspirasi pada berbagai kecepatan angin ditunjukkan dalam Gambar 2. Pada temperatur sekitar 21 o C, evapotranspirasi maksimum terjadi pada berbagai kecepatan angin. Evapotranspirasi terus turun dan bernilai minimum pada temperatur 24 o C, dan terus mingkat sebanding dengan kenaikan temperatur (turunnya kelembaban). Gambar 2. Pengaruh temperatur-kelembaban pada kondisi evapotranspirasi.

5 3.3 Pemodelan Pengandalian Dengan Matlab-Simulink Pemodelan kondisi evapotranspirasi Penman Monteith dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Matlab- data Simulink. Dengan menggunakan masukan berupa data hasil pengukuran cuaca dalam siklus 24 jam, pola ETo dapat dilihat. Data hasil pengukuran dimasukkan kedalam Table lookup seperti ditunjukkan dalam Gambar 3, sedangkan Gambar 4 menunjukkan diagram blok pemodelan evapotranspirasi Penman Monteith dengan Matlab-Simulink. Gambar 4. Diagram pemodelan proses evapotranspirasi referensi (ETo) dengan Matlab-Simulink. Contoh data hasil pengukuran cuaca yang digunakan sebagai dataa masukan pemodelan seperti ditunjukkan dalam Gambar 5. Sedangkan Pola ETo yang dihitung dengan Excel dan hasil pemodelan ditunjukkan dalam Gambar 6a dan 6b. Keduanya menunjukkan hasil yang identik. ETo maksimum dan minimum terjadi pada pukul dengan nilai 2,2 mm/jam dan pukul dengan nilai 0,23 mm/jam. (a) Gambar 3. Data hasil pengukuran cuaca dimasukkan ke dalam table lookup untuk memodelkan proses evapotranspirasi referensi (ETo). (b) (c) Gambar 5. Hasil pengukuran cuaca tanggal Juni 2015, a. Temperatur, b. Kelembaban, c. Kecepatan angin.

6 pyranometer Input parameter masukan POWER BANK DRIVER SOLENOID VALVE (a) Gambar 7. Desain sistem kendali irigasi berbasis analisis evapotranspiirasi Penman Monteith. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih ditujukan kepada Program Riset Insentif Sinas 2015 dari Kementrian Riset dan Teknologi yang telah mendukung penelitiann ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Vighornes atas bantuannya dalam melakukan penelitian di Lavoratorium Proses Produksi dan Otomasi UNDIP. (b) Gambar 6 a. Pola ETo hasil perhitungan dengan Excel dalam siklus 24 jam hasil pengukuran, b. Pola evapotranspirasi dalam siklus 24 jam berdasarkan dataa pengukuran cuaca tanggal Juni 2015 hasil pemodelan dengan Matlab-Simulink. Hasil pemodelan ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk proses desain sistem kendali mandiri berbasis mikrokontroler. Parameter masukan akan digantikan dengan sinyal yang dihasilkan oleh sensor, sedangkan prosedur perhitungan yang telah dimodelkan akan dimasukkan kedalam sistem program tertanam ( embeded programming). Diagram blok sistem kendali mandiri seperti ditunjukkan dalam Gambar 7. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi panas (temperatur tinggi -kelembaban rendah) kecepatan angin mempercepat proses evapotranspirasi, sedangkan pada kondisi dingin (temperatur rendah-kelembaban tinggi) kecepatan angin berkontribusi pada penurunan proses evapotranspirasi. Karena kondisi kecepatan angin yang berfluktuasi, analisis proses evapotranspirasi dengan persamaan Penman Monteith harian jauh lebih rendah dibandingkan dengan analisis evapotranspirasi per jam. Oleh karena itu untuk meminimalisir error, analisis evapotranspirasi per jam cenderung dipilih dengan waktu sampling pengambilan data cuaca yang diperpendek. Referensi [1] Media Indonesia, 2 Juli 2010 [2] Detik finance, 04/03/2014 [3] D. Michael, L. Mary, Shedd, S.L. Davis, Smart Irrigation Controllers: Operation of Evapotranspiration-Based Controllers, University of Florida, Report number: AE

7 [4] C. Brouwer, K. Prins, M. Kay. M. Heibloem, Irrigation Water Management: Irrigation Methods, FAO - Food and Agriculture Organization of The United Nations, [5] P. Brown, Turf Irrigation Management Series I, The University of Arizona College of Agriculture, [6] R.G. Allen, L.S. Pereira, D. Raes, M. Smith Crop Evapotranspiration - Guidelines for computing crop water requirements, FAO Irrigation and Drainage Paper 56, Rome, [7] L. Zotarelli, M.D. Dukes, C.C. Romero, K.W. Migliaccio and K.T. Morgan, Step by Step Calculation of the Penman- Monteith Evapotranspiration (FAO-56 Method), University of Florida, Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk membentuk jaringan tanaman, diuapkan, perkolasi dan pengolahan tanah. Kebutuhan

Lebih terperinci

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri 1 Evapotranspirasi adalah. Evaporasi (penguapan) didefinisikan sebagai peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

Kata kunci: faktor penyesuai, evapotranspirasi, tomat, hidroponik, green house

Kata kunci: faktor penyesuai, evapotranspirasi, tomat, hidroponik, green house FAKTOR PENYESUAI UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN TOMAT YANG DITANAM SECARA HIDROPONIK DI GREEN HOUSE 1 (Adjustment Factor for Predicting Hydroponic Tomato Evapotranspiration Grown in a Green House)

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) PERBANDINGAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PADI METODA DENGAN CROPWAT-8.0 (CALCULATION OF PADDY IRRIGATION REQUIREMENT RATIO ON WITH CROPWAT-8.0 METHOD) Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **) Departement

Lebih terperinci

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Kajian Evapotranspirasi Potensial Standar Pada Daerah Irigasi Muara Jalai KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Djuang Panjaitan Abstrak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI IRIGASI BERBASIS ANALISIS EVAPOTRANSPIRASI DENGAN KONTROLER ON/OFF

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI IRIGASI BERBASIS ANALISIS EVAPOTRANSPIRASI DENGAN KONTROLER ON/OFF RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI IRIGASI BERBASIS ANALISIS EVAPOTRANSPIRASI DENGAN KONTROLER ON/OFF *Guntur Rian Muhammad Nur 1, Susilo Adi Widyanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI ALIRAN SPRINKLE TEKANAN RENDAH

ANALISIS DISTRIBUSI ALIRAN SPRINKLE TEKANAN RENDAH Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS DISTRIBUSI ALIRAN SPRINKLE TEKANAN RENDAH Susilo Adi Widyanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL ANALISIS POLA TANAM DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DI DAERAH IRIGASI KALIBAWANG Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : JAKKON

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv MOTTO...... vi ABSTRAK...... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR NOTASI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM ALOKASI AIR(PAA) BERBASIS OPEN OFFICE CALC. Arif Faisol 1), Indarto 2) :

PENGEMBANGAN PROGRAM ALOKASI AIR(PAA) BERBASIS OPEN OFFICE CALC. Arif Faisol 1), Indarto 2) : PENGEMBANGAN PROGRAM ALOKASI AIR(PAA) BERBASIS OPEN OFFICE CALC Arif Faisol 1), Indarto 2) 1) Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari 98314 E-mail : merak_41@yahoo.com

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN TUGAS AKHIR Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: KHARDE MANIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Evapotranspirasi 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo) xviii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo) Evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM NAMA : ARIES FIRMAN HIDAYAT (H1A115603) SAIDATIL MUHIRAH (H1A115609) SAIFUL

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang

Lebih terperinci

IV. PENGUAPAN (EVAPORATION)

IV. PENGUAPAN (EVAPORATION) IV. PENGUAPAN (EVAPORATION) Penguapan (E) merupakan suatu proses berubahnya molekul air di permukaan menjadi molekul uap air di atmosfer. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap besarnya penguapan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Hasil Pengolahan Band VNIR dan SWIR Hasil pengolahan dari nilai piksel band VNIR dan SWIR yang dibahas pada bab ini yaitu citra albedo, NDVI dan emisivitas. Ketiganya

Lebih terperinci

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI v n t= 1 = 1 n t= 1 DEFt Di W t 2. Nilai maksimum deficit ratio v 2 = max DEFt Dt 3. Nilai maksimum deficit v = max { } DEF 3 t BAB III METODOLOGI 24 Tahapan Penelitian Pola pengoperasian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. danau. Secara umum persamaan dari neraca air adalah : - G 0 - ΔS. : debit aliran masuk dan keluar

BAB III LANDASAN TEORI. danau. Secara umum persamaan dari neraca air adalah : - G 0 - ΔS. : debit aliran masuk dan keluar BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Neraca Air Menurut Triatmodjo (2010), neraca air dapat dinyatakan dalam interval waktu singkat atau untuk durasi panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Si Sc 2 0 1 3 Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila PRESIPITASI Presipitasi it iadalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer kepermukaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di Laboratorium Teknik Sumber Daya Air Universitas Lampung B. Alat dan

Lebih terperinci

ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO

ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO Mantu Ririn, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Laju dan Jumlah Penyerapan Air

Laju dan Jumlah Penyerapan Air IRIGASI Apa Komentar Anda? Laju dan Jumlah Penyerapan Air Tergantung kondisi tanah (kadar lengas vs hisapan matrik, hantaran hidrolik, difusitas) Tergantung kondisi tanaman (density akar, kedalaman akar,laju

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI IRIGASI BERBASIS ANALISIS EVAPOTRANSPIRASI DENGAN KONTROLER PI

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI IRIGASI BERBASIS ANALISIS EVAPOTRANSPIRASI DENGAN KONTROLER PI RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI IRIGASI BERBASIS ANALISIS EVAPOTRANSPIRASI DENGAN KONTROLER PI *Suwoko 1, Susilo Adi Widyanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to

5/16/2013 SUHU / TEMPERATUR. This page was created using Nitro PDF SDK trial software. To purchase, go to IV. Suhu dan Kelembaban Udara - Pengertian Suhu - Variasi suhu - Pengaruh Suhu terhadap pertanian - Pengertian Kelembaban - Variasi Kelembaban - Pengaruh Kelembaban terhadap pertanian SUHU / TEMPERATUR

Lebih terperinci

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 3: 233-238 PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c KEDELAI (Glycine max (L Merril VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER ESTIMATION

Lebih terperinci

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Musyadik 1), Agussalim dan Pungky Nungkat 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN POLA TANAM DALAM MENINGKATKAN INDEKS PERTANAMAN 1

ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN POLA TANAM DALAM MENINGKATKAN INDEKS PERTANAMAN 1 ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN POLA TANAM DALAM MENINGKATKAN INDEKS PERTANAMAN 1 Tujuan: Budi Indra Setiawan 2 1) Menjelaskan proses perhitungan neraca air di lahan pertanian 2) Mengidentifikasi pergantian

Lebih terperinci

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013 DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT ANALISIS POTENSI ENERGI MATAHARI DI KALIMANTAN BARAT Ida sartika Nuraini 1), Nurdeka Hidayanto 2), Wandayantolis 3) Stasiun Klimatologi Kelas II Mempawah Kalimantan Barat sartikanuraini@gmail.com, nurdeka.hidayanto@gmail.com,

Lebih terperinci

Kajian Hidro-Klimatologi Daerah Cirebon-Indramayu-Majalengka- Kuningan (Ciayu Majakuning)

Kajian Hidro-Klimatologi Daerah Cirebon-Indramayu-Majalengka- Kuningan (Ciayu Majakuning) Jurnal Biologi Indonesia 5 (3):355-361 (2009) Kajian Hidro-Klimatologi Daerah Cirebon-Indramayu-Majalengka- Kuningan (Ciayu Majakuning) Dodo Gunawan Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA METEOROLOGI

BAB 2 DATA METEOROLOGI BAB 2 DATA METEOROLOGI CUACA DAN IKLIM Data Meteorologi sangat penting didalam analisa Hidrologi pada suatu daerah aliran, karena meteorologi erat hubungannya dengan karakteristik daerah aliran. Persoalan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

IV. APLIKASI CROPWAT 8

IV. APLIKASI CROPWAT 8 IV. APLIKASI CROPWAT 8 Dalam pokok bahasan aplikasi cropwat 8 akan dibahas mengenai: Menghitung ETo Menghitung ETm Fase kritis tanaman terkait kebutuhan air (ky) Menghitung CWR Menghitung IWR Schedulling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai Tanaman cabai termasuk suku terung-terungan (Solanaceae), berbentuk perdu, dan tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai hibrida varietas Serambi dapat ditanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem otomasi di bidang pertanian kurangnya berkembang dan adanya beberapa kendala di bidang pertanian, sehingga mengakibatkan kurangnya hasil yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian sejenis mengenai Kajian Kebutuhan Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi sebelumnya pernah ditulis oleh (Oktawirawan, 2015) dengan judul Kajian

Lebih terperinci

Tata cara penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-Monteith

Tata cara penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-Monteith Badan Standardisasi Nasional Tata cara penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman-Monteith ICS 19.040; 17.120.20; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Wenas Ganda Kurnia, Laura Prastika Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu Email: gaw.lorelindubariri@gmail.com

Lebih terperinci

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi Dave Steve Kandey Liany A. Hendratta, Jeffry S. F. Sumarauw Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Curah Hujan Wilayah dengan Metode Poligon Thiessen

BAB III LANDASAN TEORI Curah Hujan Wilayah dengan Metode Poligon Thiessen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah Hujan Wilayah dengan Metode Poligon Thiessen Data hujan yang tercatat pada sebuah stasiun hujan merupakan data hujan titik (point rainfall), sedangkan dalam analisis neraca

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN METODE PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI PENMAN DI KABUPATEN GORONTALO Widiyawati, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK

Lebih terperinci

K c = K cb + K e. K e. K cb. Gambar 3 Skema nilai K c tunggal dan K c ganda selama pertumbuhan tanaman (Allen, 1998) K c generatif.

K c = K cb + K e. K e. K cb. Gambar 3 Skema nilai K c tunggal dan K c ganda selama pertumbuhan tanaman (Allen, 1998) K c generatif. oleh iklim, ketersediaan air tanah, dan karakteristik pertumbuhannya. Menurut Allen (1998) pada kondisi irigasi normal (biasa yang dilakukan petani) untuk menghitung nilai kebutuhan air tanaman (ET c )

Lebih terperinci

MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING

MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING (DRYLAND MOISTURE BALANCE MODELS : DETERMINATION OF DRYLAND CROPPING CALENDER) SUGENG PRIJONO Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA DETERMINATION OF SOY BEANS PLANTING TIME BASED ON WATER BALANCE SHEET ANALYSIS IN SOUTH KONAWE

Lebih terperinci

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit Tim KITA PPKS Dalam uraian ini akan ditampilkan Frequently Ask Questions (FAQ) atau pertanyaan yang sering disampaikan terkait

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR SH. Hasibuan Analisa Kebutuhan Air Irigasi Kabupaten Kampar Abstrak Tujuan dari penelitian adalah menganalisa kebutuhan air irigasi di

Lebih terperinci

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari DATA METEOROLOGI 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari Umum Data meteorology sangat penting didalam analisa hidrologi pada suatu daerah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN IRIGASI PADI BERDASARKAN METODE KP-01 DAN CROPWAT 8 SKRIPSI INDAH DWI SUKMA ANGGRAENI F

ANALISIS KEBUTUHAN IRIGASI PADI BERDASARKAN METODE KP-01 DAN CROPWAT 8 SKRIPSI INDAH DWI SUKMA ANGGRAENI F ANALISIS KEBUTUHAN IRIGASI PADI BERDASARKAN METODE KP-01 DAN CROPWAT 8 SKRIPSI INDAH DWI SUKMA ANGGRAENI F44080039 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ANALYSIS OF PADDY IRRIGATION

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN IRIGASI SECARA DEFISIT TERHADAP PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) MELALUI SISTEM IRIGASI TETES Firnanda

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo

INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 INSTRUKSI KERJA Pengolahan Data Hujan dan Penghitungan ETo Jurusan Tanah Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini mempunyai arti penting

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. 6 Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. Kehilangan Air Tanaman Kentang Data yang digunakan untuk menduga nilai kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan

Lebih terperinci

Evapotranspirasi (evapotranspiration)

Evapotranspirasi (evapotranspiration) PENGUAPAN Kompetensi: Memahami tentang dasar- dasar hidrologi, parameter hidrologi (hujan, klimatologi dan aliran), metode-metode analisis serta aplikasinya dalam rekayasa teknik sipil. Sub Kompetensi:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air baik di atmosfir, di permukaan bumi maupun di bawah permukaan

Lebih terperinci

Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari Design of Mapwindow Plug-In to estimate water irrigation requirement: Application at Sampean Baru Water Irrigation District PENGEMBANGAN PLUG-IN MAPWINDOW UNTUK PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI(PoKAI):

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pendugaan Parameter Input 4.1.1. Pendugaan Albedo Albedo merupakan rasio antara radiasi gelombang pendek yang dipantulkan dengan radiasi gelombang pendek yang datang. Namun

Lebih terperinci

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh Colloqium Doqtum/Ujian Sarjana Teknik Sipil M. FAKHRU ROZI 09 0404

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan

Lebih terperinci

ARBITEK ISSN : Jurnal Teknik Sipil & Arsitektur EISSN :

ARBITEK ISSN : Jurnal Teknik Sipil & Arsitektur EISSN : ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI D.I BATANG SINAMAR LINTAU BUO SUMATERA BARAT Rizky Franchitika Staff Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Medan Area Jl Kolam No 1 Medan Estate-Medan. Kampus Universitas

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : 1.Penyiapan lahan 2.Penggunaan konsumtif 3.Perkolasi dan rembesan 4.Pergantian lapisan air 5.Curah hujan efektif

Lebih terperinci

OPTIMASI DISTRIBUSI AIR PADA TIAP MUSIM TANAM SISTEM JARINGAN IRIGASI AIR TANAH DAERAH IRIGASI MAGEPANDA KABUPATEN SIKKA PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

OPTIMASI DISTRIBUSI AIR PADA TIAP MUSIM TANAM SISTEM JARINGAN IRIGASI AIR TANAH DAERAH IRIGASI MAGEPANDA KABUPATEN SIKKA PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR OPTIMASI DISTRIBUSI AIR PADA TIAP MUSIM TANAM SISTEM JARINGAN IRIGASI AIR TANAH DAERAH IRIGASI MAGEPANDA KABUPATEN SIKKA PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM ALOKASI AIR (PAA) SEDERHANA BERBASIS EXCEL

PENGEMBANGAN PROGRAM ALOKASI AIR (PAA) SEDERHANA BERBASIS EXCEL Media Teknik Sipil, Volume X, Juli 2010 ISSN 1412-0976 PENGEMBANGAN PROGRAM ALOKASI AIR (PAA) SEDERHANA BERBASIS EXCEL Indarto 1), Arif Faisol 2) 1) Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air (Puslit-PSDA),

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan

Lebih terperinci

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Musyadik, Agussalim 1) dan Tri Marsetyowati 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara Jl. Prof. Muh. Yamin No. 89 Puuwatu Kendari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 237 Desa, dan 6 Kelurahan definitif. Wilayah Serdang Bedagai di sebelah

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian I. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan spesifikasi lokasi 05 0 22 LS dan 105 0 14

Lebih terperinci

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH

WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH WATER BALANCE DAS KAITI SAMO KECAMATAN RAMBAH Rismalinda Water Balance das Kaiti Samo Kecamatan Rambah Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan keseimbangan antara ketersediaan air dengan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERTANIAN. Keyword : irrigation water management, SRI, NFR, unsuitable provision of water

TEKNOLOGI PERTANIAN. Keyword : irrigation water management, SRI, NFR, unsuitable provision of water 1 TEKNOLOGI PERTANIAN Kajian Kebutuhan Air Irigasi Tanaman Padi SRI, Semi SRI Dan Konvensional Pada Petani (Studi Kasus di Desa Garahan, Study of The Water Requirement for Rice Crop Irrigation Using SRI,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

Derajat dari reaksi biokimia pada suatu organisme dipengaruhi oleh:

Derajat dari reaksi biokimia pada suatu organisme dipengaruhi oleh: TERMODINAMIKA Derajat dari reaksi biokimia pada suatu organisme dipengaruhi oleh: Temperatur (organisme dan lingkungan) Penyebaran radian kalor laten Kapasitas kalor Resistansi Sifat Atmosfer dan Temperatur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

PENENTUAN DIMENSI KOLAM PENAMPUNGAN PADA SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN (WATER HARVESTING) UNTUK MENDUKUNG POLA TANAM PADI DAN KEDELAI

PENENTUAN DIMENSI KOLAM PENAMPUNGAN PADA SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN (WATER HARVESTING) UNTUK MENDUKUNG POLA TANAM PADI DAN KEDELAI Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4 No. 1: 41-50 PENENTUAN DIMENSI KOLAM PENAMPUNGAN PADA SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN (WATER HARVESTING) UNTUK MENDUKUNG POLA TANAM PADI DAN KEDELAI DETERMINATION OF LAND

Lebih terperinci

Asep Sapei 1 dan Irma Kusmawati 2

Asep Sapei 1 dan Irma Kusmawati 2 PERUBAHAN POLA PENYEBARAN KADAR AIR MEDIA TANAM ARANG SEKAM DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.) PADA PEMBERIAN AIR SECARA TERUS MENERUS DENGAN IRIGASI TETES Asep Sapei 1 dan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada abad ke-19, minuman kopi sangat populer di seluruh dunia dan mulai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada abad ke-19, minuman kopi sangat populer di seluruh dunia dan mulai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Kopi Pada abad ke-19, minuman kopi sangat populer di seluruh dunia dan mulai menjadi gaya hidup masyarakat. Bahkan di Amerika, kopi menjadi minuman tradisional

Lebih terperinci