BAHASAN TERHADAP STATUS RISET 25 TAHUN SELAMAT ATAS KEBERHASILAN PLOT STREK DI KHDTK LABANAN

Transkripsi

1 BAHASAN TERHADAP STATUS RISET 25 TAHUN PLOT STREK DI KHDTK LABANAN Oleh : ENDANG SUHENDANG Guru Besar Ilmu Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Disampaikan dalam : Diskusi Ilmiah Status Riset 25 Tahun Plot STREK di KHDTK Labanan Jakarta, 1 Desember 215 SELAMAT ATAS KEBERHASILAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Badan Litbang dan Inovasi Kehutanan Kementerian LHK dalam : a. Menyelenggarakan penelitian secara berkelanjutan (multy years) dalam Plot STREK hingga mencapai 25 tahun (seperempat abad). b. Menyajikan hasilnya dalam bentuk buku Status Riset 25 Tahun Plot STREK di KHDTK Labanan (Susanty, 215). MENYAMBUT BAIK HASIL PENELITIAN terutama yang berkenaan dengan : Teknik Silvikultur untuk Regenerasi Hutan pada Areal Bekas Tebangan. 1

2 MENDUKUNG DAN MENDORONG Kementerian LHK untuk MENGEMBANGKAN (Lebih Lanjut) dan MENERAPKAN TEKNIK Hasil Penelitian ini Menjadi METODE dalam : a. Rehabilitasi Hutan pada areal Hutan Alam Bekas Tebangan. b. Pembangunan Hutan Tanaman pada lahan Hutan Tetap dengan Membentuk Hutan Heterogen Tidak Seumur yg berlandaskan pada Paradigma Pembangunan Hutan Tanaman Closed to the Natural Forest MENGAPA? 2

3 ALASAN FILOSOFIS DAN KONSEPTUAL a. Pola Pikir dalam Pengelolaan Hutan : Jumlah Ulangan Proses Produksi dlm Pengelolaan Hutan Bersifat Tidak Berhingga (infinite sequence of harvest at rotation age) (Faustman, 1849). ~ WVR C WVR C LEV C C ir R ( 1 r ) ( 1 r ) 1 i 1 di mana : LEV = Land Expectation Value R = rotation age (years) V R = volume (per hectare) yielding at R W = price of timber per unit of volume C = cost of reforestation per hectare r = interest rate ~ = infinite number ALASAN FILOSOFIS DAN KONSEPTUAL (Lanjutan) b. Kerancuan Pemahaman tentang Keluaran (Output) dan Hasil (Outcome) dalam Pengelolaan Hutan : Hasil dalam Pengelolaan Hutan seringkali melekat pada Keluaran, akan tetapi dalam pola pikir, metode, serta pelaksanaan kegiatan Perencanaan Pemanfaatan Hutan, Keduanya Harus Dipisahkan! 3

4 INPUT a. Penataan Htn b. Pembangunan Htn c. Pembinaan Htn PENGURUSAN HUTAN PROSES PRODUKSI HUTAN PENGELOLAAN HUTAN PROSES OUTPUT a. Memanen OUTCOME HUTAN b. Memungsikan HASIL HUTAN (Produktivi- c. Menikmati (Produktivitas Hutan) PEMANFAATAN HUTAN tas Hasil Hutan) Kata Kunci Pembeda Pengurusan vs Pengelolaan Pengurusan Htn : for all goods, benefits, and value that can be sustained for present and future generation Pengelolaan Htn : to meet specified goods, and objectives while maintaining the productivity of the forest. ALASAN EMPIRIS (FAKTUAL) CONTOH KASUS : a. Penerapan Metode Pengaturan Hasil Berdasarkan Jumlah Pohon pada Hutan Tidak Seumur : Kasus MNH-IPB (Metode Pengaturan Hasil berdasarkan Intensitas Penebangan Berimbang) 4

5 i N/ha N/ha N/ha N/ha Endang Suhendang, Muhdin, Tatang Tiryana, Herry Purnomo, Teddy Rusolono, Budi Prihanto and Priyanto Faculty of Forestry-Bogor Agricultural University, Academic Ring Road Campus IPB Dramaga, Bogor, West Java, Indonesia INTRODUCTION Yield regulation based on stand volume or area by using selective cutting leads to unsustainable of un-even aged tropical forest A robust approach is necessary to regulate forest products and services to guarantee their sustainability Natural forest Heterogeneous Un-even aged YRM Number of Trees based (trees/year) TROPICAL RAIN FOREST Objective: to develop Yield Regulation Method (YRM) based on number of trees for tropical rain forest management METHODS Analyzing series data from permanent sample plots in PT Siak Raya Concessionaire Work Area, Riau Province ( ) Stand projection by using Leslie transition matrix Yield Regulation Method Based on Number of Trees for Managing Un-even Aged Tropical Forest Plantation forest Homogenous Even aged Yield Regulation Method (YRM) in Selective Cutting: Volume based (m 3 /year) Area based (ha/year) Sustainable Yield Unsustainable Yield RESULTS Formula for YRM based on number of trees (MNH-IPB) MNH-IPB Metode pengaturan Hasil berdasarkan Intensitas Penebangan Berimbang (Yield Regulation Method based on Proportionally Cutting Intensity) Note: AAC = annual allowable cut for certain Forest Management Unit-FMU (trees/year) L k = area of the-k th compartment (ha) r = cutting cycle (years) (n opt) k = the number of optimum trees that can be felled (trees/ha) for the-k th compartment, where: (n opt) k = I optn k and N k = the number of trees (diameter 2 cm) for all species in the-k th compartment (trees/ha) I opt = the optimum felling intensity. It is determined empirically for each FMU m ik = the number of class of diameter for the-i th species or species group in the-k th compartment t k = the number of species or species group in the-k th compartment s = the number of compartment in the FMU P ij = safety factor for the-i th species or species group, the-j th class of tree diameter ( < P ij < 1). It can be assumed that there is one P ij value for all compartment in certain FMU P ij can be computed empirically, using formula: Nij( ID) ij Pij t m N i j ij( ID) 1 1 ij N ij = number of tree in the standing stock for the-i th species or species group and the-j th class of diameter (trees/ha) (ID) ij = diameter increment of the-i th species or species group and the-j th class diameter (cm/year) m i = the number of class of diameter for the-i th species or species group t = the number of species or species group Comparison Curve Original By selective cutting based on volume Class of diameter Original By selective cutting based on MNH-IPB Class of diameter DISCUSSION REFERENCES Original curve will not be achieved Class of diameter Original curve will be achieved in 25- years depend on stand density and structure Class of diameter Application of MNH-IPB method is more precise than YRM based on volume method Muhdin, Suhendang E, Wahjono D, Purnomo H, Istomo, Simangunsong BCH Estimation of stand structure dynamics of logged-over natural forests. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 17(1):1-9 Suhendang E. 22. Growth and yield studies: Their implication for the management of Indonesian tropical forest. In: Ismail SM, Kiam TS, Hwai YY, Deris O, Korsgaard S (eds.) Proceedings of the Malaysia-ITTO International Workshop on Growth and Yield of Managed Tropical Forests. Kuala Lumpur, June 25-29, 22 ALASAN EMPIRIS (FAKTUAL) (Lanjutan) b.karakteristik Output (Tegakan Hutan) pada Regenerasi Hutan Alam Bekas Tebangan dengan Teknik Pembentukan Tegakan Hutan Seumur (Kasus utk Sistem Silvikultur TPTJ) Jenis Meranti Penelitian Eksploratif Hasil Penelitian bersifat Indikatif (Sumber : Sari, 215) 5

6 Kerapatan (ind/ha) Kerapatan (ind/ha) ALASAN EMPIRIS (FAKTUAL) (Lanjutan) 1. Kurva MAI Rata-Rata Diameter Pohon Hasil Permudaan dalam Jalur Tanaman Riap (cm/thn) (3, 1.14) (2,.72) (5, 1.49) Catatan : Asumsi dlm TPTJ, riap diameter 1,55 cm/th (MAI pd umur rotasi tebangan) (8, 1.32) (9,.96) Umur Tanaman (Thn) ALASAN EMPIRIS (FAKTUAL) (Lanjutan) 2. Kurva Fungsi Famili Sebaran utk Diameter Pohon (Struktur Tegakan Horizontal) : Kecenderungan Menjulur ke Kanan (Perilaku Hutan Tidak Seumur) 3 2 1,7 1,4 2, 2,7 3,3 (a) Umur tanaman 2 tahun ,5 3,2 4,9 6,6 8,3 (b) Umur tanaman 3 tahun 6

7 Kerapatan (ind/ha) Kerapatan (ind/ha) Kerapatan (ind/ha) ALASAN EMPIRIS (FAKTUAL) (Lanjutan) Kurva Fungsi Famili Sebaran utk Diameter Pohon (Struktur Tegakan Horizontal) : Kecenderungan Menjulur ke Kanan (Perilaku Hutan Tidak Seumur) 2,5 5,2 7,9 1,6 13,3 (c) Umur Tanaman 5 tahun , 7,7 12,3 17, 21,6 (d) Umur Tanaman 8 tahun ,8 7,2 1,6 13,9 17,3 (d) Umur Tanaman 9 tahun 3. Kesimpulan : 1) Riap Diameter Pohon Hasil Tanaman << Asumsi (Target?) dalam TPTJ 2) Karakteristik Ideal Bentuk Kurva Struktur Tegakan Horizontal Hutan Seumur Tidak Terbentuk (Mortality Pohon dgn Diameter Makin Besar Makin Tinggi?) 3) Pembentukan Tegakan Hutan Sesuai Asalnya Tidak Mungkin Dicapai : Komposisi Jenis Menjadi Sangat Rendah. 7

8 SINTESA 1. REGENERASI PD HUTAN ALAM BEKAS TEBANGAN DGN ARAH TERBENTUKNYA HUTAN YG SESUAI DGN WATAK LAHAN HUTAN TROPIS (HETEROGEN DAN TIDAK SEUMUR) LEBIH TEPAT DIBANDINGKAN DGN MEMBENTUK HUTAN YG HOMOGEN DAN SEUMUR. 2. PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN (TERMASUK HTI) DI INDONESIA (LAHAN HUTAN TROPIS) KE DEPAN LEBIH TEPAT UTK DIARAHKAN KE PEMBENTUKAN HUTAN TANAMAN YG LEBIH BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN SESUAI DGN WATAK TEMPAT TUMBUH PD LAHAN HUTAN TROPIS, YAITU HUTAN YG PALING MENDEKATI HUTAN ALAM YG TUMBUH ATAU PERNAH TUMBUH DI TEMPAT HUTAN TANAMAN AKAN DIBANGUN CLOSED TO THE NATURAL FOREST PARADIGM. (Weidelt, 1975; Johnson, 1977; dan Evans, 1982) MENGUSULKAN BADAN LITBANG DAN INOVASI KEHUTANAN KEMENTERIAN LHK HENDAKNYA MEMELOPORI GERAKAN PEMBANGUNAN HUTAN ABAD MENDATANG (THE NEXT CENTURY FOREST DEVELOPMENT) DENGAN CARA : MEREPLIKASI (MEMBUAT ULANGAN) PEMBANGUNAN HUTAN PENELITIAN DGN HASIL YG BERSIFAT MONUMENTAL SBG SALAH SATU CONTOH KISAH SUKSES BANGSA INDONESIA DLM MEMBANGUN HUTAN TANAMAN YG SESUAI DGN BENTUK HUTAN TANAMAN IDEAL DI INDONESIA BERDASARKAN PARADIGMA CLOSED TO THE NATURAL FOREST CONTOH KARYA MONUMENTAL : HUTAN PENELITIAN HAUR BENTES (JASINGA), KABUPATEN BOGOR 8