Sri Widyastuti Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sri Widyastuti Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram"

Transkripsi

1 123 KADAR KARAGENAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii STRAIN MAUMERE DAN TEMBALANG PADA BEBERAPA UMUR PANEN DI MULUK LOMBOK TENGAH CARRAGEENAN CONTENT OF THE TWO STRAINS OF SEAWEED Eucheuma cottonii, MAUMERE AND TEMBALANG, AT SEVERAL HARVESTING TIMES IN MALUK, CENTRAL LOMBOK Sri Widyastuti Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menentukan saat panen rumput laut Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Maumere yang ditanam dengan metoda patok di Muluk Lombok Tengah. Rumput laut Eucheuma cottonii strain Maumere dan Tembalang dipanen secara berkala pada hari ke 7, 21 dan 45 HST (hari setelah tanam) dari rumput laut yang ditanam dengan metode patok selama periode 45 HST. Pertumbuhan ditentukan dengan mengukur berat basah, berat kering dan penyusutan berat biomasa dari hasil panen tersebut. Setiap sampel kemudian dianalisis kadar karaginannya dengan metode pengendapan isopropanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metoda patok tersebut, strain Maumere tumbuh lebih baik dibandingkan dengan strain Tembalang. Selain itu, strain Maumere juga mengandung karaginan dengan kadar yang lebih tinggi bila dibandingan dengan strain Tembalang. Berdasar berat biomasa rumput laut dan kadar karaginan, maka saat panen untuk kedua strain disarankan dilakukan pada 45 HST. ABSTRACT The study was aimed at determining harvest time for strain Tembalang and Maumere of Eucheuma cottonii cultivated using a Bottom line method in Muluk Central Lombok. The seaweeds were harvested periodically at 7, 21 and 45 days after planting (DAP) from seaweeds grown during a period of 45 days. The growth was measured as fresh weight, dried weight, and weight loss during drying of the harvested seaweeds. The carrageenan content was estimated using isopropanol precipitation. Results showed that the Maumere strain grew better than that of Tembalang. In addition, the former also contained higher carrageenan than the later. Based on the biomass weight and carageenan content, it is recommended to harvest the both strain at least at 45 days DAP. Kata kunci: Eucheuma cottonii, strain Maumere, strain Tembalang, waktu panen dan kadar karaginan. Keywords: Eucheuma cottonii, Maumere, Tembalang, harvest time and carageenan content. PENDAHULUAN Indonesia memiliki luas perairan laut sekitar 5,8 juta km 2 yang dibatasi oleh pantai sepanjang km 2. Sampai saat ini, luas perairan laut yang sudah dimanfaatkan sekitar 2,2%, dengan total produksi sekitar ton berat kering (Dahuri, 2003). Kondisi inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi negara penyuplai rumput laut urutan keenam setelah China, Chili, Jepang, Filipina dan Korea Selatan, meskipun negaranegara tersebut memiliki luas pantai potensial untuk budidaya rumput lebih sempit dibandingkan dengan Indonesia. Perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang demikian tinggi, sebagai konsekuensi dari posisinya yang berada di daerah khatulistiwa, sehingga tidak mengherankan Indonesia dijuluki sebagai negara megadiversitas (Dwiono, 2005). Berdasarkan hasil ekspedisi Sibolga menunjukkan bahwa telah ditemukan sekitar 555 spesies rumput laut yang tumbuh di perairan laut Indonesia (Fascarini dan Prakash, 1990; Huda, 2002; Cristian dan Eddison, 2005; Anonim, 2006; Wanda dan Admaja, 2006). Spesies-spesies baru juga terus dilaporkan para peneliti setiap tahunnya. Sebagai contoh, telah dilaporkan sekitar 69 spesies rumput laut yang tumbuh di perairan laut Nusa Tenggara Barat (Sunarpi et al., 2006). Spesiesspesies rumput laut tersebut diketahui sebagai penghasil karaginan (Ramadani, 2007), agaragar (Yuniawati, 2007) atau alginat (Kusmiawati, 2008). Ketiga senyawa hidrokoloid tersebut dipahami sebagai bahan baku penting berbagai industri, seperti industri pangan, kesehatan, cat dan kosmetik. Hal inilah Agroteksos Vol.17 No.2 Agustus 2007

2 124 yang menyebabkan rumput laut memiliki nilai ekonomis tinggi karena memiliki pasar yang luas, baik regional, nasional bahkan internasional. Pembudidaya rumput laut di daerah NTB sebagian besar menanam rumput laut Eucheuma cottonii, spesies rumput laut penghasil karaginan (karaginofit) (Anonim, 2002, 2005; 2006; Aslan, 191, 1998; Bold dan Wynne, 1985; Buntaran dan Supriadi, 2005). Strain lokal, baik yang berwarna hijau atau coklat (Tembalang) telah ditanam oleh petani di daerah ini dalam kurun waktu yang panjang. Dalam upaya untuk menaikkan produksi rumput laut di daerah ini, pemerintah daerah telah mengintroduksi strain Maumere yang didatangkan dari daerah Maumere Nusa Tenggara Barat. Meskipun demikian, penanaman strain baru ini masih terbatas pada beberapa lokasi di daerah ini, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami kesesuaian lokasi dan sistem tanam strain tersebut. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pertumbuhan strain Maumere yang ditanam dengan metode rakit cukup baik di teluk Gerupuk Lombok Tengah (Widyastuti, 2008). Dalam rangka untuk memperluas areal tanam strain Maumere, perlu dilakukan uji coba di lokasi dengan metode tanaman yang berbeda. Artikel ini melaporkan kadar karaginan Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Maumere selama pertumbuhannya, yang ditanam dengan metode lepas dasar (patok) di Muluk Lombok Tengah, suatu lokasi yang kondisi lingkungannya berbeda dengan lingkungan perairan laut Gerupuk Lombok Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strain Maumere tumbuh lebih baik dengan kadar karaginan lebih tinggi dari strain Tembalang saat ditanam dengan metode patok di Muluk Lombok Tengah. Selain itu, data memberikan implikasi bahwa kedua strain tersebut sebaiknya dipanen setelah berumur 45 HST. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Juni sampai dengan 10 Agustus Penelitian lapang yang merupakan budidaya rumput laut berlangsung dengan sistem patok di Muluk kabupaten Lombok Tengah. Sampel rumput laut yang dikoleksi di lapang dianalisis kadar karaginannya di laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Penanaman rumput laut Dalam percobaan ini, rumput laut ditanam dengan metode lepas dasar (patok) sesuai diagram yang ditunjukkan pada Gambar 1. Setiap unit lepas dasar berukuran 10x10 m atau 100 m 2. Jarak antar satu tali dengan tali lainnya adalah 2,5 m. Penanaman bibit seberat 100 gram ditanam pada tali dengan jarak 20x20 cm. Karena itu, pada setiap unit lepas dasar terdapat 250 ikat bibit, yang setiap ikatnya terdapat 100 gram bibit. Mengingat dalam percobaan ini terdapat sebanyak sepuluh unit lepas dasar, maka dalam percobaan ini terdapat 2500 ikat bibit yang dijadikan populasi sampling. Pengambilan sampel rumput laut Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali, masing-masing pada umur 7, 21 dan 45 hari setelah tanam. Sampel diambil pada satu titik sampling pada setiap unit lepas dasar pada setiap kali pengambilan sampel. Karena itu, mengingat terdapat sepuluh unit lepas dasar, maka diambil sepuluh sampel pada setiap kali pengambilan sampel. Setiap sampel yang telah dikoleksi langsung ditimbang berat basahnya. Setelah itu, sampel dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60 o C sampai didapatkan berat yang konstan, sehingga berat kering sampel ditentukan saat sampel telah mencapai berat konstan. Dengan demikian, berat basah dan berat kering sampel merupakan nilai rata-rata dari sepuluh nilai ulangan sampel. Pengukuran kualitas air lokasi budidaya rumput laut Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat 0 dan 30 hari setelah tanam (HST). Parameter kualitas air yang diukur adalah COD (mg/l), BOD (mg/l), NO3 (mg/l), N (mg/l), P (mg/l), K (mg/l), Salinitas (%), ph, dan Suhu ( 0 C). Pengukuran kadar air tersebut dilakukan sesuai metode gravimetri (Sudarmadjo,1984). Analisis kadar karagenan rumput laut Kandungan rumput laut yang dianalisis adalah kadar karaginan. Analisis ini dilakukan pada setiap umur panen yang telah ditetapkan untuk kedua strain rumput laut yang digunakan pada percobaan ini, yaitu Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Maumere. Analisis kadar keragenan pada sampel dilakukan dengan metode pengendapan isopropanol sesuai prosedur Syamsuar (2006). Secara diagramatis proses ekstraksi karaginan dari sampel rumput laut dapat dilihat pada Widyastuti (2008). Sri Widyastuti: Kadar Karagenan

3 125 Gambar 1. Desain lepas dasar (bottom method) untuk budidaya Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Eucheuma cottonii strain Maumere di Muluk. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi lingkungan tumbuh perairan laut Muluk Lombok Tengah Hasil pengukuran beberapa parameter lingkungan pada hari ke 0 dan 30 HST pada perairan laut Muluk dapat ditunjukkan pada tabel 1. Parameter lingkungan selama percobaan relatif konstan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya perbedaan yang yang menyolok hasil pengukuran parameter lingkungan pada umur 0 dan 30 HST (Tabel 1). Bila dibandingkan dengan hasil pengukuran parameter lingkungan di teluk Gerupuk pada waktu yang sama (Widyastuti, 2008), maka kadar N, P, dan K di perairan Muluk sedikit lebih rendah. Namun demikian, parameter lain nampaknya tidak ada perbedaan antara kedua lingkungan perairan tersebut. Dengan demikikian dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan tumbuh di perairan laut Muluk mendekati kondisi optimal untuk pertumbuhan Eucheuma cottonii. Biomassa rumput laut Eucheuma cottonii varietas Tembalang dan Maumere Pertumbuhan rumput laut dalam percobaan ini diukur dengan menimbang berat rumput laut saat panen, yang dilanjutkan dengan pengukuran berat kering rumput laut pada kondisi berat kering konstant. Selain itu, untuk mengetahui penyusutannya, maka ditentukan berat susutnya yang merupakan selisih berat basah dengan berat kering sesuai prosedur Sitompul dan Bambang (1995). Ketiga parameter tersebut diukur secara periodik pada umur 7, 21 dan 45 HST untuk mendapatkan gambaran pertumbuhan rumput laut selama periode pertumbuhan 45 HST. Pengukuran parameter dengan interval dua minggu, disesuaikan dengan masa surutnya air laut, yaitu setiap dua minggu sekali. Tabel 1. Kondisi lingkungan tumbuh perairan laut Muluk Lombok Tengah Kondisi Lingkungan Perairan Parameter Muluk pada hari ke Lingkungan 0 HST 30 HST COD (mg/l) 0,50 0,53 BOD (mg/l) 0,23 0,21 NO3 (mg/l) 0,01 0,02 P (mg/l) 0,02 0,04 K (mg/l) Salinitas (%) Suhu ph 7,2 7,1 Agroteksos Vol.17 No.2 Agustus 2007

4 Berat basah rumput laut dan E. cottonii Tembalang yang ditanam dengan metode patok di Perairan Muluk di Muluk Lombok Tengah. Dengan kata lain, E. Cottonii strain Tembalang tidak dapat tumbuh dengan baik bila ditanam dengan metode patok di Muluk selama periode bulan Juli sampai dengan Agustus Fenomena tersebut berbeda dengan pertumbuhan strain tersebut bila ditanam dengan metode rakit di teluk Gerupuk Lombok Tengah (Widyastuti, 2008). 50 Berat kering rumput laut dan E. cottonii Tembalang yang ditanam dengan metode patok di Perairan Muluk Gambar 1. Berat basah rumput laut jenis Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Eucheuma cottonii strain Moumere yang ditanam dengan metode patok di perairan laut Muluk Lombok Tengah pada umur panen 7, 21 dan 45 HST. Data pada setiap titik merupakan rata-rata dari sepuluh ulangan±se. Data pada Gambar 1 menunjukkan pola pertumbuhan rumput yang cukup jelas, baik untuk strain Tembalang, maupun untuk strain Maumere. Sejak saat tanam sampai dengan umur 21 HST merupakan masa pertumbuhan cepat rumput laut kedua strain tersebut, dan setelah umur 21 HST sampai dengan akhir percobaan, pertumbuhan rumput laut lambat bahkan stagnan tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Fenomena pertumbuhan tersebut, tentunya berbeda dengan pertumbuhan kedua strain tersebut yang ditanam dengan metode rakit di teluk Gerupuk Lombok Tengah (Widyastuti, 2008), dimana pada lokasi tersebut kedua strain masih menunjukkan pertumbuhan yang linear sampai umur 45 HST. Pertumbuhan rumput laut selama peiode 45 HST, kedua strain menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Sebagai contoh, berat basah strain Tembalang jauh lebih rendah dari berat basah strain Maumere. Pola yang sama juga diamati pada parameter berat kering rumput laut (Gambar 2). Data pada gambar 2 bahkan menunjukkan bahwa strain Tembalang tidak mengalami perubahan selama percobaan. Data penyusutan berat rumput laut menunjukkan pola yang sama dengan data berat basah dan berat kering (Gambar 3). Karena itu, gabungan ketiga data tersebut (Gambar 1-3) memberikan indikasi yang cukup kuat bahwa pertumbuhan E. Cottonii strain Maumere lebih baik dari pertumbuhan E. Cottonii strain Tembalang yang ditanam dengan metode patok Gambar Berat kering rumput laut jenis Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Eucheuma cottonii strain Maumere yang ditanam dengan metode patok di perairan laut Muluk pada umur panen 7, 21 dan 45 HST. Data pada setiap titik merupakan rata-rata dari sepuluh ulangan±se. Penyusutan berat rumput laut dan E. cottonii Tembalang yang ditanam dengan metode patok di Perairan Muluk Gambar 3. Penyusutan berat rumput laut jenis Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Eucheuma cottonii strain Maumere yang ditanam dengan metode patok di perairan laur Muluk Lombok Tengah pada umur panen 7, 21 dan 45 HST. Data pada setiap titik merupakan rata-rata dari sepuluh ulangan±se. Sri Widyastuti: Kadar Karagenan

5 127 Berbeda dengan strain Tembalang, strain Maumere tumbuh lebih baik (Gambar 1-3). Saat tanaman berumur 7 HST, kedua strain rumput laut menunjukkan pertumbuhan yang sama. Namun demikian, pengamatan pada hari ke HST, pertumbuhan strain Maumere jauh lebih baik dibandingkan dengan strain Tembalang. Sebagai gambaran, pada akhir percobaan, berat kering strain Maumere sekitar 35% lebih tinggi bila dibandingkan dengan berat kering strain Tembalang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa strain Maumere lebih cocok tumbuh dengan metode patok di perairan laut Muluk kabupaten Lombok Tengah. Kadar Karaginan rumput laut jenis Eucheuma cottonii strain Tembalang dan strain Maumere Sebaimana halnya data pertumbuhan, maka deposisi karaginan selama pertumbuhan kedua strain tersebut di Muluk Lombok Tengah mengikuti pola pertumbuhan (kombinasi gambar 1-3 dengan gambar 4). Selama periode 0-21 HST, penimbunan karaginan pada kedua strain rumput laut tersebut relatif sama, dimana pada keduanya proses penimbunan berjalan lambat (Gambar 4). Namun demikian, setelah periode tersebut, penimbunan karaginan cendrung berjalan lebih cepat, bahkan masih menunjukkan peningkatan penimbunan karaginan secara linier sampai akhir percobaan, saat kedua strain tersebut berumur 45 HST Total karaginan dan E. cottonii Tembalang yang ditanam dengan metode patok di Perairan Muluk Gambar 4. Kadar karaginan rumput laut jenis Eucheuma cottonii strain Tembalang dan Eucheuma cottonii strain Maumere yang ditanam dengan metode patok di perairan laur Muluk Lombok Tengah pada umur panen 7, 21 dan 45 HST. Data pada setiap titik merupakan rata-rata dari sepuluh ulangan±se. Bila dibandingkan deposisi karaginan kedua strain tersebut, maka strain Maumere menimbun karaginan dengan kadar lebih tinggi bila dibandingkan dengan strain Tembalang, khususnya selama periode pertumbuhan HST. Sebagai gambaran, kadar karaginan strain Maumere pada periode HST sekitar 31% lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar karaginan strain Tembalang. Hal ini memberikan indikasi bahwa strain Maumere yang ditanam dengan metode patok di Muluk mampu menimbun karaginan dengan kadar yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan strain Tembalang. Fenomena tersebut nampaknya konsisten dengan yang dilaporkan sebelumnya untuk strain yang sama dan ditanam dengan metode rakit di teluk Gerupuk Lombok Tengah (Widyastuti, 2008). Fenomena yang ditunjukkan pada gambar 1-4 memberikan gambaran yang cukup kuat bahwa kedua strain rumput laut tersebut sebaiknya dipanen setelah berumur 45 HST, bahkan lebih dari umur tersebut, mengingat data berat kering dan penimbunan karaginan masih menunjukkan peningkatan secara linear pada umur 45 HST. Hal ini penting untuk dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan produk rumput dengan berat kering yang cukup, dan kadar karaginan yang tinggi, mengingat saat tersebut terjadi penimbunan karaginan dengan kadar maksimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, antara lain: (1). Eucheuma cottonii strain Maumere yang ditanam dengan metode patok di perairan laut Muluk menunjukkan berat basah yang lebih tinggi dibandingkan dengan Eucheuma cottonii strain Tambalang; dan fenomena yang sama terjadi untuk penyusutan berat. (2). Berat kering rumput laut Eucheuma cottonii strain Maumere yang ditanam dengan metode patok lebih tinggi dari berat kering E. Cottonii strain Tembalang. (3). Kadar karaginan Eucheuma cottonii strain Maumere 31% berat kering, lebih tinggi dari kadar karaginan Eucheuma cottonii strain Tembalang yang hanya mencapai 12%. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkarakterisasi karagenan yang dihasilkan oleh kedua strain tersebut. Agroteksos Vol.17 No.2 Agustus 2007

6 128 DAFTAR PUSTAKA Abidin, G., 2005, Analisa kekerabatan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Varietas Hijau dan Coklat Menggunakan Metode Random Amplified Polymorphic DNA, Publikasi Ilmiah, Program Pascasarjana,Universitas Brawijaya, Malang. Anonim, 2002, Membuat Batik Dari Rumput Laut Khas Indonesia, Suara Pembaruan, Minggu 28 April Anonim, 2006, Perdagangan Rumput Laut, content.php? c=2593 diakses tanggal 22 Maret 2006 pukul 09:49 WITA. Aslan, L.M., Budidaya Rumput Laut. Kanasius. Yogyakarta Aslan, L.M., Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Bold, H.C and Wynne, M.J., Introduction to Alga. Prentice Hall Inc. USA. Buntaran dan Supriadi, 2005, Pembudidayaan dan Pemasyarakatan Produksi Bibit Rumput Laut Jenis E.cottonii dan E. spinosum., Loka Budidaya Laut Lombok. Gerupuk. Cristian, R. B. and Eddison J.P, Introduction of non-native Species of Kappaphycus (Rhodophyta, Gigartinales) insubtropical water comparative analysis of growth rate of Kappaphycus alvarezii and Kappaphycus striatum, in vitro and in the sea in south eastern Brazil. Journal Phycologycal. Vol 53. Dahuri R, 2003, Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Indonesia, Grfindo Jakarta. Dwiono Sigit A.P., 2005, Keanekaragaman Hayati Laut Dan Peluang Penelitiannya Di Indonesia, Makalah Disampaikan Dalam Seminar Nasional IKA HIMBI Lautku Masa Depanku. Mataram 5 Desember Foscarini, R. & Prakash, J., Hand Book of Eucheuma Seaweeds Cultivation in Fiji. Ministery of prymery industries fisheries Division and South Pacific aquaculture development project food and agriculture organization of the united nation. Huda, 2002, Budidaya Rumput Laut Eucheuma sp dan Gracilaria sp (diktat mata kuliah teknik budidaya air laut), Akademi Perikanan Sidoarjo, Sidoarjo. Indriani, H., Sumiarsih, E., Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta. Kusmiawati, L.., Kadar alginat makroalga yang tumbuh di perairan laut Lombok. Skripsi S1 PS Biologi FMIPA Unram. Mataram. Ramadani, S., Kadar karaginan makroalga yang tumbuh di perairan laut Lombok. Skripsi S1 PS Biologi FMIPA Unram. Mataram. Sitompul dan Bambang, Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Pres. Yogyakarta. Sudarmadji, S., Haryono, dan Suhardi, Prosedur Analisis UntukTanaman Pangan Dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Sunarpi, Jupri, A, dan Suripto, Keragaman Genetik Rumput Laut Yang Tumbuh Di Perairan Laut Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Balai Budidaya Laut. Stasiun Sekotong. Syamsuar, Karakteristik karaginan rumput laut E. Cottonii pada berbagai umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi. Tesis Pasca Sarjana. IPB Bogor. Widyastuti, S., Kadar karaginan rumput laut Eucheuma cottonii strain Maumere da Tembalang pada berbagai umur panen di teluk Gerupuk Lombok Tengah. Jurnal Lemlit (in press) Yuniawati., Kadar agar makroalga yang tumbuh di perairan laut Lombok. Skripsi S1 PS Biologi FMIPA Unram. Mataram. Sri Widyastuti: Kadar Karagenan

SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT

SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT 41 SIFAT FISIK DAN KIMIAWI KARAGENAN YANG DIEKSTRAK DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DAN E. spinosum PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA PHYSICAL AND CHEMICAL CHARACTERISTICS OF CARRAGEENAN EXTRACTED FROM E.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

Lebih terperinci

Exploration of Indigenous Brown Algae Species of Lombok for Carageenan Sources

Exploration of Indigenous Brown Algae Species of Lombok for Carageenan Sources Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 2 (Agustus 2008) 131-137 EKSPLORASI SPESIES ALGA COKELAT LOKAL LOMBOK SEBAGAI SUMBER KARAGINAN Exploration of Indigenous Brown Algae Species of Lombok for Carageenan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Alginate Content of the Seaweeds Grown in Coastal Zone of Lombok Extracted by Two Extraction Methods

Alginate Content of the Seaweeds Grown in Coastal Zone of Lombok Extracted by Two Extraction Methods KADAR ALGINAT RUMPUT LAUT YANG TUMBUH DI PERAIRAN LAUT LOMBOK YANG DIEKSTRAK DENGAN DUA METODE EKSTRAKSI Alginate Content of the Seaweeds Grown in Coastal Zone of Lombok Extracted by Two Extraction Methods

Lebih terperinci

PRAKATA. Purwokerto, Januari Penulis

PRAKATA. Purwokerto, Januari Penulis PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang berjudul Pertumbuhan

Lebih terperinci

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji 13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi

Lebih terperinci

Kata kunci: alga coklat, agar, rumput laut, agarofit dan kekuatan gel Keywords: brown algae, agarseaweed, agarophyte and gel strength

Kata kunci: alga coklat, agar, rumput laut, agarofit dan kekuatan gel Keywords: brown algae, agarseaweed, agarophyte and gel strength 29 PENGOLAHAN AGAR-AGAR DARI ALGA COKLAT STRAIN LOKAL LOMBOK MENGGUNAKAN DUA METODE EKSTRAKSI PROCESSING OF AGAR FROM BROWN ALGAE OF THE LOCAL STRAINS OF LOMBOK USING TWO EXTRACTION METHODS Sri Widyastuti

Lebih terperinci

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan Maspari Journal 03 (2011) 58-62 http://masparijournal.blogspot.com Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp dengan Metode Rak Bertingkat di Perairan Kalianda, Lampung Selatan Reza Novyandi, Riris Aryawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya

Lebih terperinci

Pertumbuhan Gracilaria Dengan Jarak Tanam Berbeda Di Tambak. Growth of Gracilaria under Different Planting Distances in Pond

Pertumbuhan Gracilaria Dengan Jarak Tanam Berbeda Di Tambak. Growth of Gracilaria under Different Planting Distances in Pond Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 157-161 (09) 157 Pertumbuhan Gracilaria Dengan Jarak Tanam Berbeda Di Tambak Growth of Gracilaria under Different Planting Distances in Pond Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU Made Vivi Oviantari dan I Putu Parwata Jurusan Analisis Kimia

Lebih terperinci

STUDI LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Euchema spinosum DAN Eucheuma cottoni DI PERAIRAN DESA KUTUH, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG-BALI

STUDI LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Euchema spinosum DAN Eucheuma cottoni DI PERAIRAN DESA KUTUH, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG-BALI STUDI LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Euchema spinosum DAN Eucheuma cottoni DI PERAIRAN DESA KUTUH, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG-BALI Dwi Budi Wiyanto 1 dan Komang Dianto 2 1) Prodi Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut 1 1. PENDAHULUAN Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Sargassum talusnya berwarna coklat, berukuran besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar

Lebih terperinci

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 4, No. 2, Agustus 2013 ISSN : 2086-3861 APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork) APPLICATION USE DIFFERENT

Lebih terperinci

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa

Lebih terperinci

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar Standar Nasional Indonesia Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : KAJIAN PERTUMBUHAN Kappaphycus alvarezii HASIL KULTUR JARINGAN PADA PERLAKUAN SUHU YANG BERBEDA Apri Arisandi 1, Marsoedi 2, Happy Nursyam 3, Aida Sartimbul 4 1) Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

Analisis finansial usaha budidaya rumput laut berdasarkan uji pertumbuhan bibit dengan dengan jarak ikat berbeda

Analisis finansial usaha budidaya rumput laut berdasarkan uji pertumbuhan bibit dengan dengan jarak ikat berbeda Budidaya Perairan September 213 Vol. 1 No. 3: 69-73 Analisis finansial usaha budidaya rumput laut berdasarkan uji pertumbuhan bibit dengan dengan jarak ikat berbeda (Financial analysis of seaweed cultivated

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5,8 juta km 2 dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km, serta jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau (KKP 2009).

Lebih terperinci

Studi Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Berbagai Metode Penanaman yang berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

Studi Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Berbagai Metode Penanaman yang berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan ii Maspari Journal 03 (2011) 51-57 http://masparijournal.blogspot.com Studi Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Berbagai Metode Penanaman yang berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

Lebih terperinci

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan LAMA PENCAHAYAAN MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DENGAN METODE RAKIT APUNG Haryo Triajie, Yudhita, P, dan Mahfud Efendy Program studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura

Lebih terperinci

The growth of regenerated tissue culture of Kappaphycus alvarezii with different planting spaces

The growth of regenerated tissue culture of Kappaphycus alvarezii with different planting spaces Pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii hasil kultur jaringan pada jarak tanam yang berbeda The growth of regenerated tissue culture of Kappaphycus alvarezii with different planting spaces Ayuningsih

Lebih terperinci

Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini

Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini 1.2 Ansar Ismail, 2 Rully Tuiyo, 2 Mulis 1 ansarismail@yahoo.com 2 Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

KANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

KANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA KANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA Veronika dan Munifatul Izzati Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang perbedaan

Lebih terperinci

Tesis. Diajukan kepada Program Studi Magister Biologi untuk Memperoleh Gelar Master Sains Biologi (M.Si) Oleh: Alis Suprihatin NPM:

Tesis. Diajukan kepada Program Studi Magister Biologi untuk Memperoleh Gelar Master Sains Biologi (M.Si) Oleh: Alis Suprihatin NPM: Kesesuaian Perairan Pantai di Kampung Lilinta, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat untuk Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Rawai Tesis Diajukan kepada Program Studi Magister

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT DISUSUN OLEH : NAMA : ANANG SETYA WIBOWO NIM : 11.01.2938 KELAS : D3 TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 TEKNOLOGI BUDIDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput

Lebih terperinci

Oleh : ONNY C

Oleh : ONNY C JENIS, KELIMPAHAN DAN PATOGENISITAS BAKTERI PADA THALLUS RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii YANG TERSERANG ICE-ICE DI PERAIRAN PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA Oleh : ONNY C14103066 SKRIPSI Sebagai

Lebih terperinci

A ALISIS KELAYAKA LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRA TELUK DODI GA KABUPATE HALMAHERA BARAT

A ALISIS KELAYAKA LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRA TELUK DODI GA KABUPATE HALMAHERA BARAT A ALISIS KELAYAKA LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRA TELUK DODI GA KABUPATE HALMAHERA BARAT (Feasibility Study on Seaweed Culture Locations in Dodinga Bay, West Halmahera Regency) Adnan Sj. Wantasen

Lebih terperinci

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan 1 B. D. Putra et al. / Maspari Journal 03 (2011) 36-41 Maspari Journal 03 (2011) 36-41 http://masparijournal.blogspot.com Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda

Lebih terperinci

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pertumbuhan dan Produksi Sargassum duplicatum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan komoditas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Media Litbang Sulteng III (1) : 21 26, Mei 2010 ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Oleh : Novalina Serdiati, Irawati Mei Widiastuti

Lebih terperinci

Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) yang dibudidaya dalam kantong jaring dengan berat awal berbeda di Teluk Talengen Kepulauan Sangihe

Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) yang dibudidaya dalam kantong jaring dengan berat awal berbeda di Teluk Talengen Kepulauan Sangihe Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) yang dibudidaya dalam kantong jaring dengan berat awal berbeda di Teluk Talengen Kepulauan Sangihe (The growth of seaweed (Kappaphycus alvarezii) cultured

Lebih terperinci

PRODUKSI Gracilaria verrucosa YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DENGAN BERAT BIBIT DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA

PRODUKSI Gracilaria verrucosa YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DENGAN BERAT BIBIT DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA J. Agrisains 12 (1) : 57-62, April 2011 ISSN : 1412-3657 PRODUKSI Gracilaria verrucosa YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DENGAN BERAT BIBIT DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA Irawati Mei Widiastuti 1) 1) Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan 4.1. Laju Pertumbuhan Mutlak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan mutlak Alga K. alvarezii dengan pemeliharaan selama 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii pada perbedaan kedalaman dan berat awal di perairan Talengen Kabupaten Kepulauan Sangihe

Pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii pada perbedaan kedalaman dan berat awal di perairan Talengen Kabupaten Kepulauan Sangihe Pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii pada perbedaan kedalaman dan berat awal di perairan Talengen Kabupaten Kepulauan Sangihe (The growth of Kappaphycus alvarezii under different depth and initial

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Rumput laut merupakan sumber daya alam lautan yang memiliki nilai gizi lengkap dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Rumput laut makanan (edible seaweed) telah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO Feasibility Analysis of Seaweed Farming in the Village Mallasoro Bangkala District Jeneponto Irmayani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan

I. PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi, dan industri lainnya

Lebih terperinci

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 31 Oktober 2011 sampai 18 Desember 2011 selama 42 hari masa pemeliharaan di Tambak Balai Layanan Usaha Produksi

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian Materi Bahan Bahan yang digunakan untuk budidaya adalah rumput laut S. polycystum yang diambil dari Pantai Karangbolong (Cilacap), NaOH 0,5%,

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI DESA LONTAR, KECAMATAN TIRTAYASA, KABUPATEN SERANG

EVALUASI KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI DESA LONTAR, KECAMATAN TIRTAYASA, KABUPATEN SERANG Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 2 : 49-55. Desember 205 EVALUASI KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI DESA LONTAR, KECAMATAN TIRTAYASA, KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

PERBEDAAN MUSIM TANAM TERHADAP PERFORMA BUDIDAYA EMPAT VARIAN RUMPUT LAUT EUCHEUMATOIDS DI TELUK GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT

PERBEDAAN MUSIM TANAM TERHADAP PERFORMA BUDIDAYA EMPAT VARIAN RUMPUT LAUT EUCHEUMATOIDS DI TELUK GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT Perbedaan musim tanam terhadap performa budidaya... (Erlania) PERBEDAAN MUSIM TANAM TERHADAP PERFORMA BUDIDAYA EMPAT VARIAN RUMPUT LAUT EUCHEUMATOIDS DI TELUK GERUPUK, NUSA TENGGARA BARAT Erlania dan I

Lebih terperinci

PENGARUH PERIODE PANEN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii: KAJIAN RENDEMEN DAN ORGANOLEPTIK KARAGINAN

PENGARUH PERIODE PANEN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii: KAJIAN RENDEMEN DAN ORGANOLEPTIK KARAGINAN MASPARI JOURNAL Juli 2016, 8(2):127-135 PENGARUH PERIODE PANEN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii: KAJIAN RENDEMEN DAN ORGANOLEPTIK KARAGINAN THE EFFECT OF DIFFERENT

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : Pengaruh Kedalaman Tanam Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum Pada Budidaya dengan Metode Rawai Yuniarlin Hilmi Farnani, Nunik Cokrowati, Nihla Farida Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KARAGINAN RUMPUT LAUT

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KARAGINAN RUMPUT LAUT PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus sp. YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN DAN TANPA KANTONG JARING Muhammad Safir 1) dan Amal Aqmal 2) 1) Program studi Ilmu akuakultur, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN STRAIN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK. Dodi Hermawan 1) ABSTRACT

PENGARUH PERBEDAAN STRAIN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK. Dodi Hermawan 1) ABSTRACT PENGARUH PERBEDAAN STRAIN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SPESIFIK (Effect of Different Strain of Kappaphycus alvarezii on Specific Growth Rate) Dodi Hermawan 1) 1) Jurusan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... xii ABSTRAK...

Lebih terperinci

4 LAlU PERHUMBUMAN DAN PWOSEHTASE BERAT KERIN6 DARl

4 LAlU PERHUMBUMAN DAN PWOSEHTASE BERAT KERIN6 DARl 4 LAlU PERHUMBUMAN DAN PWOSEHTASE BERAT KERIN6 DARl ALGA MERAH (Eucheuma cottonii) PADW METODA PENANAMAM WAKIT TERCIPUNG DAN LEPAS DASAR Dl PERAIRAN PAWTAI GEGER, HUSA DUA, PROPlHSl Ball S K R I P S I

Lebih terperinci

4 LAlU PERHUMBUMAN DAN PWOSEHTASE BERAT KERIN6 DARl

4 LAlU PERHUMBUMAN DAN PWOSEHTASE BERAT KERIN6 DARl 4 LAlU PERHUMBUMAN DAN PWOSEHTASE BERAT KERIN6 DARl ALGA MERAH (Eucheuma cottonii) PADW METODA PENANAMAM WAKIT TERCIPUNG DAN LEPAS DASAR Dl PERAIRAN PAWTAI GEGER, HUSA DUA, PROPlHSl Ball S K R I P S I

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN Kappaphycus alvarezii DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK Sargassum aquifolium

PERTUMBUHAN Kappaphycus alvarezii DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK Sargassum aquifolium Keywords: carrageenan, dry weigth, extract, growth, submersion. 62 PERTUMBUHAN Kappaphycus alvarezii DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK Sargassum aquifolium GROWTH PERFORMANCE OF Kappaphycus alvarezii WITH ADDING

Lebih terperinci

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 1 (2) : 198-203, Juni 2013 ISSN : 2338-3011 MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA Profit Maximization Of Seaweed

Lebih terperinci

LAJU KECEPATAN PENYERANGAN ICE-ICE PADA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI PERAIRAN BLUTO SUMENEP MADURA

LAJU KECEPATAN PENYERANGAN ICE-ICE PADA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI PERAIRAN BLUTO SUMENEP MADURA LAJU KECEPATAN PENYERANGAN ICE-ICE PADA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI PERAIRAN BLUTO SUMENEP MADURA Abdul Qadir Jailani, Indah Wahyuni Abida, Haryo Triajie Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun Sekotong Lombok Barat, NTB. Pelaksanaan penelitian selama ± 65 hari dari bulan Februari hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.24 (1) April 2014: ISSN:

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.24 (1) April 2014: ISSN: PENGARUH PERBEDAAN VARIETAS RUMPUT LAUT (Kappaphycus sp) DAN VARIASI KEDALAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT MENGGUNAKAN METODE BUDIDAYA Top Down Effect of Different Types of Seaweed (Kappaphycus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR 695 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR Petrus Rani Pong-Masak *), Muslimin

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 06, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA Oleh : Mappiratu 1) ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni Dan Gracilaria sp.) DENGAN METODE LONG LINE DI PERAIRAN PANTAI BULU JEPARA

PERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni Dan Gracilaria sp.) DENGAN METODE LONG LINE DI PERAIRAN PANTAI BULU JEPARA PERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni Dan Gracilaria sp.) DENGAN METODE LONG LINE DI PERAIRAN PANTAI BULU JEPARA Growth of Seaweed Culture (Eucheuma cottoni and Gracilaria sp.) with Long Line

Lebih terperinci

Vera Framegari, Nirwani, Gunawan Widi Santosa *)

Vera Framegari, Nirwani, Gunawan Widi Santosa *) Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 48-53 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr STUDI HERBIVORI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty OLEH IKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL

Lebih terperinci

Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014

Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014 Pengaruh Dosis Perendaman Pupuk Formula Alam Hijau terhadap Pertumbuhan Alga Kappaphycus alvarezii di Desa Ilodulunga Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo 1,2 Alfandi Daud, 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, dengan garis pantai sekitar 81.000 km. Wilayah lautannya meliputi 5,8 juta km2 atau

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH :

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH : KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH : AMRY MUHRAWAN KADIR G 621 08 011 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VII Nomor 1 Tahun 2004

Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VII Nomor 1 Tahun 2004 PENGARUH UMUR PANEN RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum filipendula) TERHADAP MUTU FISIKO-KIMIA NATRIUM ALGINAT YANG DIHASILKANNYA Nurul Hak * dan Tazwir * Abstrak Penelitian tentang pengaruh umur panen rumput

Lebih terperinci

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar Komoditas unggulan Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik diperkirakan terdapat 555 species rumput laut total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar luas area budidaya rumput laut 1.110.900

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKOLOGIS TERHADAP SEBARAN PENYAKIT ICE-ICE

DAMPAK FAKTOR EKOLOGIS TERHADAP SEBARAN PENYAKIT ICE-ICE DAMPAK FAKTOR EKOLOGIS TERHADAP SEBARAN PENYAKIT ICE-ICE Apri Arisandi, Akhmad Farid Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura e-mail: apri_unijoyo@yahoo.com ABSTRAK Faktor ekologis berperan

Lebih terperinci

EVALUASI PERFORMANSI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DARI BIBIT YANG BERBEDA DI PERAIRAN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

EVALUASI PERFORMANSI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DARI BIBIT YANG BERBEDA DI PERAIRAN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma EVALUASI PERFORMANSI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DARI BIBIT YANG BERBEDA DI PERAIRAN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Makmur

Lebih terperinci

PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN THALLUS RUMPUT LAUT

PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN THALLUS RUMPUT LAUT PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN THALLUS RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) YANG DIRENDAM AIR BERAS DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA Nursyahran dan Reskiati Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Materi 1.1.Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit rumput laut Sargassum polycystum Bibit tanaman yang digunakan pada

Lebih terperinci

OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2008, Hal. 31 38 ISSN: 1412-3126 Vol. 15, No.1 ANALISIS RASIO BIAYA SUMBERDAYA DOMESTIK USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI INDONESIA. OLEH: MIRA CLENIA Peneliti pada Balai

Lebih terperinci

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN Agritrop, Desember 2017 Agritrop, ISSN 1693-2877 Vol. 15 (2): 237-241 EISSN 2502-0455 Volume 15 (2) 237 http://jurnal.unmuhjember.ac.id/ index.php/agritrop APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.480 buah dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Idris, et al. 2007) mempunyai potensi yang besar untuk

Lebih terperinci

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN: PENGARUH JARAK LOKASI PEMELIHARAAN TERHADAP MORFOLOGI SEL DAN MORFOLOGI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI DESA LOBUK KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP Ardiansyah Rozaki 1, Haryo Triajie 2, Eva Ari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) 1 KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) Sry Wulan Dangkua 1, Asri Silvana Naiu 2, Faiza A Dali 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimiawi

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT (Eucheuma) PADA SPESIES YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT (Eucheuma) PADA SPESIES YANG BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT (Eucheuma) PADA SPESIES YANG BERBEDA Anton *) *) Teknologi Budidaya Perikanan-Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone. Jl. Sungai Musi KM 9. Waetuo-Watampone

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan ABSTRAK Eucheuma spinosum adalah suatu jenis rumput laut penghasil karaginan. Karaginan banyak digunakan sebagai stabilitator, emulsifier dalam bidang industri pangan, kosmetik dan obat-obatan. Kualitas

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus sp. PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA. Siti Masthora 1), Ira Maya Abdiani 2)

STUDI KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus sp. PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA. Siti Masthora 1), Ira Maya Abdiani 2) Studi Kandungan Karaginan Rumput Laut (Siti Masthora dan Ira Maya Abdiani) STUDI KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus sp. PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA Siti Masthora 1), Ira Maya Abdiani 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia. Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 2, 31-35 (Oktober 2014) Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index ISSN 2337-4403 e-issn 2337-5000 jasm-pn00066

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi 1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu bibit Sargassum polycystum, sampel air laut, kertas Whatman no.1, HCL 1N, Phenolpthaelin,

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Panen dan Bobot Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut (Eucheuma spinosum) Menggunakan Metode Long Line

Pengaruh Umur Panen dan Bobot Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut (Eucheuma spinosum) Menggunakan Metode Long Line Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 03 No. 12 Sep 2013 (156 163) ISSN : 2303-3959 Pengaruh Umur Panen dan Bobot Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut (Eucheuma spinosum) Menggunakan

Lebih terperinci

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013 KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT JENIS Kappaphycus alvarezii PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA DI PERAIRAN DESA TIHENGO KABUPATEN GORONTALO UTARA Maya Harun, Roike I Montolalu dan I Ketut Suwetja

Lebih terperinci

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.) PENGARUH PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) PADA SISTEM OLAH TANAH THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditas yang diunggulkan di sektor kelautan dan perikanan.. Tujuan

I. PENDAHULUAN. komoditas yang diunggulkan di sektor kelautan dan perikanan.. Tujuan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi pasar dan liberalisasi investasi, peran sektor pertanian menjadi semakin penting dan strategis sebagai andalan bagi pertumbuhan ekonomi. Salah satu pusat

Lebih terperinci