MODEL BAHAN AJAR ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR
|
|
- Yuliani Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODEL BAHAN AJAR ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM 2008 Model Bahan Anak Ajar Autis di SD i
2 ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut seyogyanya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Dalam Penjelasan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 15 disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan keadaan tersebut maka Pusat Kurikulum Balitbangdiknas berusaha mengembangan model bahan ajar untuk membantu guru dalam memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan keadaan, kemampuan, dan karakteristik peserta didiknya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan model bahan ajar untuk pendidikan khusus, terutama untuk anak Autis di Sekolah Dasar. Melalui model bahan ajar ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengoptimalkan layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi, kemampuan, situasi dan kondisi peserta didik. Pengembangan model bahan ajar ini dilakukan melalui beberapa strategi kerja dengan melibatkan para ahli, kepala sekolah, guru, pengawas, dinas pendidikan, dan pelaksana pendidikan lainnya, serta direktorat terkait melalui sejumlah langkah kegiatan, mulai dari kajian konsep dan kajian kebutuhan lapangan, penyusunan kerangka dan pengembangan model, penyempurnaan model, ujicoba model, presentasi dan perbaikan model, finalisasi model dan diakhiri dengan penyusunan laporan. Melalui kegiatan ini telah diperoleh hasil, antara lain dalam bentuk profil anak, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau Program Pembelajaran Individual (PPI) beserta contoh model bahan ajar untuk Anak Autis di Sekolah Dasar. Mengingat Pusat Kurikulum telah mengembangkan contoh model bahan ajar untuk pendidikan khusus, maka perlu ada tindak lanjut antara lain perlunya kerjasama dengan direktorat terkait untuk sosialisasi dan juga perlu dilaksanakan pelatihanpelatihan bagi guru berkaitan dengan pengembangan bahan ajar sebagai salah satu unsur perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Model Bahan Anak Ajar Autis di SD i
3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke-khadirat Allah SWT., karena atas rakhmat dan karunia-nya model bahan ajar untuk peserta didik autis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Model bahan ajar ini disusun dalam upaya untuk menambah wawasan atau pengetahuan bagi guru sekolah umum dalam menyusun bahan ajar bagi peserta didik autis. Tahapan penyusunan model bahan ajar untuk peserta didik autis di SD umum (SD yang menyelenggarakan pendidikan inklusif untuk peserta didik autis) sebagai berikut : (1) Pembuatan profil peserta didik autistik, (2) Penyusunan silabus, SK-KD, dan Indikator (PPI), (3) Penyusunan jaringan tema (tematik), (4) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Individual (RPPI), dan (5) Penyusunan bahan ajar untuk peserta didik autistik yang bersangkutan (Sesuai PPI). Harapan kami semoga model bahan ajar ini bermanfaat bagi para guru maupun pihak terkait lainnya, sehingga dengan adanya model bahan ajar ini para guru dapat mengembangkan/menyusun bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik atau sesuai dengan kebutuhan khusus setiap peserta didik autistik. Tim Penyusun Model Bahan Ajar Autis di SD-2008 ii
4 DAFTAR ISI Hal ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii KONSEP PENGEMBANGAN MODEL... 1 A. Karakteristik Anak Autis.. 2 B. Tahapan, Rambu-Rambu Pengembangan, dan Komponen Model Bahan Ajar. 3 LAMPIRAN-LAMPIRAN: 1. Instrumen dan Format Observasi (untuk memperoleh profil peserta didik) 2. Contoh Model Bahan Ajar untuk Anak Autis di Sekolah Dasar: a. Kelas I b. Kelas II c. Kelas III d. Kelas IV e. Kelas V f. Kelas VI Model Bahan Ajar Autis di SD-2008 iii
5 KONSEP PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR UNTUK ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut seyogyanya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Untuk memenuhi harapan atau keingininan itu maka pada penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 15 menjelaskan sebagai berikut: Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Lahirnya paradigma pendidikan inklusif sarat dengan muatan kemanusiaan dan penegakan hak-hak azazi manusia. Inti (core) dalam paradigma pendidikan inklusif yaitu sistem pemberian layanan pendidikan dalam keberagamaan, dan falsafahnya yaitu menghargai perbedaan semua peserta didik. Pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua peserta didik serta mengakomodasi semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik Untuk kepentingan itulah maka di sekolah umum dikenalkan dan diselenggarakan pendidikan inklusif. Tujuan diselenggarakannya pendidikan inklusif di sekolah umum antara lain: Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus autis) untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan kondisi peserta didik, mempercepat penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar, meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah, menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta pembelajaran yang ramah terhadap semua peserta didik, dan dalam rangka menghilangkan hambatan belajar, partisipasi dan perkembangan. Prinsip pendidikan yang disesuaikan dalam seting pendidikan inkusif di sekolah umum menyebabkan adanya tuntutan yang besar terhadap guru sekolah umum. Tuntutan tersebut misalnya: (1) Merencanakan kegiatan pembelajaran yang sama untuk semua peserta didik menjadi merencanakan kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individual peserta didik, (2) Mengajarkan materi yang sama kepada peserta didik di kelas menjadi mengajar peserta didik yang disesuaikan dengan kebutuhan individualnya dalam seting kelas, dan (3) Menilai peserta didik di kelas dengan materi, cara dan waktu yang sama menjadi menilai peserta didik dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian materi, cara, dan waktu. Setiap guru harus mengetahui latar belakang dan kebutuhan masing-masing peserta didik agar dapat memberikan pelayanan dan bantuannya dengan tepat. Setiap peserta didik memiliki Model Bahan Anak Ajar Autis di SD 1
6 kebutuhan yang berbeda baik karena faktor yang bersifat permanen seperti hambatan penglihatan, hambatan pendengaran, hambatan fisik, autisme, ataupun yang tidak permanen seperti masalah sosial, bencana alam, dan lain-lain. Dengan diselenggarakannya pendidikan inklusif di sekolah umum akan memberi kesempatan kepada semua peserta didik berkebutuhan khusus untuk belajar belajar bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Begitu pula dengan peserta didik berkebutuhan khusus autistik (peserta didik autistik). Peserta didik autistik yang akhirakhir ini sangat pesat terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia, hadir di sekolah (khususnya dalam kegiatan belajar) sebagai individu yang berkehidupan sosial membawa: (a) dirinya, jasmani dan rohani, lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya menurut pertumbuhan dan perkembangannya; (b) potensi-potensi yang menggambarkan kemampuan-kemampuan, bersikap, berperilaku dan keterampilan sebagai perwujudan perkembangan minat, bakat, intelek, emosi dan sosial; dan (c) adat, kebiasaan dan peradaban sebagai pengaruh lingkungan budaya, agama dalam keluarga, dan masyarakat lingkungan tempat tinggalnya. Konsekuensi logis dengan adanya peserta didik autistik di sekolah umum adalah guru perlu memiliki pengetahuan dasar mengenai hakekat dan karakteristik peserta didik autistik. Dengan mengetahui hakekat dan karakteristik tersebut selanjutnya guru akan mengetahui kekuatan, kelemahan, kebutuhan belajarnya dan langkah-langkah bantuannya yang selanjutnya dituangkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Individual (RPPI). A. Karakteristik Anak Autis Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Powers (1989) karakteristik anak autistik adalah adanya enam (6) gejala/gangguan, yaitu dalam bidang: 1. Interaksi sosial: a. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan c. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta minum 2. Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi): a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. b. Senang meniru atau membeo (echolalia); Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya c. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi sirna d. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya e. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain; Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi f. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa Model Bahan Ajar Autis di SD
7 3. Pola bermain: a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya b. Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, gasing c. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif d. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. 4. Gangguan sensoris: a. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga b. Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda c. Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. 5. Perkembangan terlambat atau tidak normal: a. Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak normal, khususnya dalam ketrampilan sosial, komunikasi dan kognisi. b. Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun atau bahkan sirna, misalnya pernah dapat bicara kemudian hilang. 6. Penampakan gejala: a. Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil. Biasanya sebelum usia 3 tahun gejala sudah ada b. Pada beberapa anak sekitar umur 5 6 tahun gejala tampak agak berkurang. Gejala lain yang juga sering tampak pada anak autistik adalah dalam bidang perilaku antara lain memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyanggoyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang, tidak suka pada perubahan, dan dapat pula duduk bengong dengan tatapan mata yang kosong. Gejala dalam bidang emosi yaitu sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan, mengamuk tidak terkendali (temper tantrum) jika dilarang atau diberikan keinginannya; bahkan kadang suka menyerang dan merusak. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri dan tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain. Tidak semua gejala di atas ada pada anak autistik. Gejala dapat beraneka ragam sehingga tampak bahwa tidak ada anak autistik yang benar-benar sama dalam semua tingkah lakunya. Sedangkan perbandingan laki laki : perempuan adalah sekitar 4 : 1 dan terdapat pada semua lapisan masyarakat, etnik/ras, religi, tingkat sosio-ekonomi serta geografi (Holmes, 1998). Model Bahan Ajar Autis di SD
8 B. Tahapan, Rambu-Rambu Pengembangan, dan Komponen Model Bahan Ajar Dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan bagi peserta didik autistik di sekolah umum, guru dituntut untuk lebih terampil dalam merancang pembelajaran, mengembangkan bahan ajar dan alat bantu pembelajaran, menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat atau berorientasi kepada peserta didik autistik dan merancang serta melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dengan mengadakan penyesuaian-penyesuaian materi, cara dan waktu sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik autistik.. Masalah penting yang sering dihadapi guru sekolah umum dalam kegiatan pembelajaran bagi peserta didik autistik adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat atau sesuai dalam rangka membantu peserta didik autistik mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa peserta didik autistik mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial dan perilakunya yang akan berpengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajarnya. Untuk mencermati lebih jauh tentang latar belakang, potensi, dan kondisi khusus pada peserta didik autistik, guru perlu mengadakan asesmen. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut (Lerner). Tujuan utama asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik dapat belajar dengan baik jika mereka kreatif, aktif dan kegiatannya berdasarkan pada pengalaman peserta didik. Guru yang mengetahui dan memahami keadaan ini dapat dengan mudah memasukannya ke dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada kelas inklusif perencanaan pembelajaran yang kreatif dan aktif berdasarkan pengalaman, kondisi dan kemampuan peserta didik bukanlah tambahan tetapi diperlukan oleh semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus. Konsekuensi logis dengan adanya peserta didik autistik di sekolah umum adalah guru perlu memiliki pengetahuan dasar mengenai hakekat dan karakteristik peserta didik autistik. Dengan mengetahui hakekat dan karakteristik tersebut selanjutnya guru akan mengetahui kelemahan, kekuatan, dan kebutuhan belajarnya, serta langkah-langkah bantuannya yang selanjutnya dituangkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Individual (RPPI). Untuk menambah wawasan atau pengetahuan bagi guru sekolah umum dalam menyusun bahan ajar bagi peserta didik autistik, Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas menyusun model bahan ajar. Tahapan penyusunan model bahan ajar untuk peserta didik autistik di SD umum (SD yang menyelenggarakan pendidikan inklusif untuk peserta didik autistik) sebagai berikut : 1. Pembuatan profil peserta didik autistik a. Identitas /data peserta didik 1) Riwayat keluarga 2) Riwayat kesehatan 3) Riwayat pendidikan Model Bahan Ajar Autis di SD
9 b. Gambaran kemampuan peserta didik 1) Kemampuaan mengikuti tugas 2) Kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif 3) Kemampuan motorik kasar dan halus 4) Kemampuan sosialisasi (interaksi sosial) 5) Kemampuan bina diri 6) Kondisi emosi dan perilaku c. Karakteristik peserta didik autistik 1) Kekuatan (strengths) 2) Kelemahan (weaknesses) 3) Perilaku (positif dan negatif) 4) Kebutuhan 5) Langkah-langkah bantuan 6) Catatan penting lainnya. 2. Penyusunan silabus, SK-KD, dan Indikator (PPI) 3. Penyusunan jaringan tema (tematik) 4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Individual (RPPI) 5. Penyusunan bahan ajar untuk peserta didik autistik yang bersangkutan (Sesuai PPI). Adapun komponen kelengkapan model bahan ajar untuk anak Autis di SD ini adalah: 1. Profil Anak 2. Jaringan tema 3. Silabus 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Individual (RPPI) 5. Model bahan ajar LAMPIRAN 1. Instrumen dan Format observasi untuk mendapatkan profil peserta didik 2. Model Bahan Ajar untu Anak Autis di Sekolah Dasar, untuk: a. Kelas I b. Kelas II c. Kelas III d. Kelas IV e. Kelas V, dan f. Kelas VI Model Bahan Ajar Autis di SD
10 DAFTAR PUSTAKA Baron-Cohen, S. & Bolton, P. (1996) Autism the facts. New York: Oxford University Press Dowty, Terri dan Cowlishaw, Kitt (2002). Home Educating Our Autistic Spectrum Children. London: Jessica Kingsley Publishers. Erba, Heather Whiteford (2000). Early Intervention Programs for Children with Autism: Conceptual Frame Work for implementation dalam American Journal of Orthopsychiatry, volume 70 (1) Fouse, Beth. (1999). Creating a Win Win IEP for Students with Autism. Arlington TX: Future Horizons Harris, Sandra L.dan Weiss, Mary Jane. (1998). Right from the start: Behavioral Intervention for Young Children with Autism. Bethesda-MD: Woodbine House Holmes, David L. (1998). Autism through the Life Span: The Eden Model. Bethesda- MD: Woodbine House Maurice, Chaterine. (1996). Behavioral Intervention for Young Children with Autism. Austin - TX : Pro-Ed. Powers, Michael D. (1989). Children with Autism: A Parent s guide. Bethesda-MD: Woodbine House Myles, Brenda Smith dan Andreon, Diane. ( ). Assessment for Effective Intervention dalam Official Journal of the Council for Educational Diagnostic Services, volume 27. Stainback, Susan dan Stainback, William. (1997). Inclusion, A Guide for Educators. Baltimore MD: Paul Brookes Publishing Co. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2007 tentang Standar Isi dan Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Model Bahan Ajar Autis di SD
11 Lampiran 1: INSTRUMEN OBSERVASI UNTUK MENDAPATKAN PROFIL PESERTA DIDIK 1. IDENTITAS SISWA Tanggal Periksa :... Nama Anak :... Usia :... Kelas :... Nama Orang Tua :... Riwayat Pendidikan :... Riwayat Kesehatan :... Catatan lain yang penting : OBSERVASI 1. Kemampuan peserta didik mengikuti tugas: Apakah peserta didik dapat duduk mandiri dengan tenang atau jalan-jalan di dalam kelas? Apakah ada kontak mata? jika ya, berapa lama (1 detik, 3 detik, 5 detik, atau lebih lama) Bagaimana rentang perhatian peserta didik panjang atau pendek, sebutkan lama dan kualitasnya! Bagaimana pemahaman peserta didik terhadap instruksi yang diberikan? Bagaimana daya tangkap peserta didik teradap materi yang diberikan? (langsung mengerti, harus diulang-ulang, tidak mengerti dan harus diarahkan dll.) Bagaimana pelaksanaan tugas peserta didik? (mandiri dengan cepat, mandiri tapi lama, dibantu penuh, dibantu sedikit) Bagaimana kepatuhan peserta didik? (patuh, menolak tugas, ngeyel atau sama sekali tidak patuh) 2. Kemampuan motorik kasar dan halus Apakah peserta didik dapat melakukan gerakan motorik kasar seperti :berjalan, berlari, berdiri satu kaki, jongkok, senam dll.? Apakah cara peserta didik memegang pensil sudah benar? Bagaimana kemampuan motorik halus peserta didik seperti: menulis, mewarnai, menggambar, menggunting, melipat dsb. 3. Kemampuan bahasa Reseptif dan Ekpresif Apakah peserta didik memahami instruksi 1 tahap, 2 tahap atau 3 tahap? Apakah peserta didik memahami konsep sama/matching, identifikasi dan klasifikasi? Apakah peserta didik dapat berbicara dan berkomunikasi dua arah? Apakah artikulasi peserta didik jelas? Model Bahan Ajar Autis di SD
12 Apakah peserta didik dapat mengemukakan keinginannya? Apakah peserta didik dapat menyampaikan pesan dengan tepat? Apakah peserta didik dapat bertanya dan menjawab pertanyaan? 4. Kemampuan Akademik Apakah peserta didik dapat mengenal warna, bentuk, huruf, angka dan benda sekitar? Apakah peserta didik dapat memahami konsep warna, bentuk, huruf, angka dan benda? Apakah peserta didik dapat mengenal dan mengidentifikasi anggota tubuh dan mengetahui fungsinya? Apakah peserta didik dapat membaca dan memahami bacaan yang dibacanya? Apakah peserta didik dapat berhitung? Apakah peserta didik dapat menyelesaikan soal penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan soal bentuk cerita dsb. Apakah peserta didik dapat berceritera? Apakah peserta didik dapat menceritakan gambar? 5. Kemampuan emosi dan sosialisasi Apakah peserta didik suka menganggu teman, kegiatan pembelajaran? Bagaimana sikap/perilaku peserta didik jika keinginan tidak dikabulkan? Apakah peserta didik sering marah, berteriak atau mengamuk? Apakah peserta didik melakukan tindakan destruktif (memukul, menendang, mencakar, menggigit dll) Apakah peserta didik mudah menyesuaikan diri dengan orang atau tempat yang baru baginya? Apakah peserta didik menangis atau menolak bertemu dengan orang yang baru dikenalnya? Apakah peserta didik dapat menjawab pertanyaan sosial seperti : siapa namamu, di mana rumahmu dll? Apakah peserta didik mempunyai minat bermain dan dapat bermain dengan teman sebayanya? 6. Kemampuan Bina Diri Apakah peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti makan-minum, membuka-memakai baju/sepatu, toilet training secara mandiri? Apakah peserta didik dapat membersihkan dirinya tanpa bantuan? Apakah peserta didik dapat merapikan alat tulis, mainan atau perlengkapan lain setelah menggunakannya? Model Bahan Ajar Autis di SD
13 FORMAT : HASIL OBSERVASI (KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK) NO KEMAMPUAN KEKUATAN KELEMAHAN KEBUTUHAN LANGKAH- LANGKAH BANTUAN 1 Kemampuan mengikuti tugas 2 Kemampuan motorik 3 Kemampuan bahasa 4 Kemampuan akademik 5 Kemampuan emosi dan sosialisasi 6 Kemampuan bina diri Model Bahan Ajar Autis di SD
BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS
BAB II INFORMASI GANGGUAN AUTIS 2.1 Definisi Informasi Informasi adalah ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil belajar, pengalaman, atau instruksi. Namun informasi memiliki banyak arti bergantung
Lebih terperinciPedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY
Pedoman Identifikasi Anak Autis Sukinah jurusan PLB FIP UNY Adanya gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non-verbal Terlambat bicara Tidak ada usaha untuk berkomunikasi Meracau dengan bahasa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciMODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *)
MODIFIKASI PERILAKU BAGI ANAK AUTIS *) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY Hakikat pembelajaran tidak lain adalah upaya mengubah perilaku. Perilaku yang diharapkan merupakan tujuan utama dari proses
Lebih terperinciIsian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua)
Isian Form 1 INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK (Diisi oleh Orang tua) Petunjuk : Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan
Lebih terperinciMasalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus. Mohamad Sugiarmin
Masalah Tingkah Laku Anak Berkebutuhan Khusus Mohamad Sugiarmin Apakah tingkah laku itu? Secara umum sesuatu yang dikatakan atau dilakukan seseorang Contoh: Mata Asbun berwarna merah Asbun sering mengedipkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi munculnya fenomena anak autis yang menempuh pendidikan di lembaga pendidikan umum selayaknya anak normal atau bahkan banyak dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciII. Deskripsi Kondisi Anak
I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan yang mana manusia tidak bisa terhindar dari proses komunikasi. Pentingnya proses komunikasi
Lebih terperinciAdriatik Ivanti, M.Psi, Psi
Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Autism aritnya hidup sendiri Karakteristik tingkah laku, adanya defisit pada area: 1. Interaksi sosial 2. Komunikasi 3. Tingkah laku berulang dan terbatas A. Adanya gangguan
Lebih terperincimenyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.
2 tersebut dapat disimpulkan bahwa autisme yang terjadi pada anak dapat menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain
Lebih terperinciChapter I AUTISMA Autisma
Chapter I AUTISMA Autisma berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autisma seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Autisma merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya gangguan
Lebih terperinciTahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN
ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu
Lebih terperinciTim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis
PROGRAM PEMBELAJARAN BAGI ANAK AUTISTIK Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis MEMILIH PROGRAM PEMBELAJARAN Program Penilaian Kemampuan Memilih Program untuk memulai pembelajaran Saatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan
Lebih terperinciTim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.
Final MODEL BAHAN AJAR KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA DAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BERWAWASAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA UNTUK SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNARUNGU (SDLB-B) KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan suatu karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu menginginkan anaknya berkembang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinciDESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS
DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS (Model Bahan Ajar Program Khusus Tunarungu SLB) Oleh: Tim Pengembang KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM
Lebih terperinciTernyata Dimas Autis. Berawal dari Kontak Mata 1
Ternyata Dimas Autis Berawal dari Kontak Mata 1 Kenali Autisme Menghadapi kenyaataan Dimas autis, saya banyak belajar tentang autisme. Tak kenal maka tak sayang, demikian kata pepatah. Tak kenal maka ta
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah
Lebih terperinciPermasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY
Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis
67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciE-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI METODE MULTISENSORI BAGI ANAK AUTIS ABSTRAK This study begins of encountered a child with autism who do not understand with the concept of numbers.
Lebih terperinciLampiran 1. Tabel keputusan
Lampiran 1 Tabel keputusan No 1. Umur (U) DIAGNOSA/SPEKT GEJALA (G) RUM (S) Interval Gejala umum (keseluruhan) S1 S2 S3 S4 S 5 Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di era jaman sekarang pendidikan sangatlah penting. Bukan hanya untuk mendapatkan ijasah namun juga mendapat pengetahuan, pengalaman, serta mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini yang berlangsung (0 6) tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa. Setiap warga negara Indonesia, tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi,
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Rencana pelaksanaan pembelajaran harus dibuat sebelum pelaksanaan pembelajaran Rencana pembelajaran harus mengacu kepada karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Hormat saya, Penyusun
KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi tugas akhir skripsi, maka penyusun bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Sikap ibu anak autistik terhadap pelaksanaan intervensi perilaku dengan metoda ABA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa
26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan sekitar
Lebih terperinciSEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK
SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri
Lebih terperinciUPAYA MEMBANTU ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin
UPAYA MEMBANTU ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin Apa itu anak autis? Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, biasanya mulai muncul sebelum usia tiga tahun. Gangguan ini menyebabkan kesulitan
Lebih terperinciMENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?
MAKALAH PPM Pelatihan Penerapan Kecerdasan Majemuk melalui Model Pembelajaran Tematik Di SDN Kiyaran I dan II Cangkringan Sleman Oleh: Woro Sri Hastuti/ PGSD FIP UNY woro_uny@yahoo.com MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education
110 BAB V PENUTUP A. Simpulan Pendidikan inklusif sebagai suatu kecenderungan baru dalam sistem pendidikan hadir sebagai konsekuensi logis dari adanya demokrasi pendidikan dan tegaknya hak asasi manusia
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh
PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN
Lebih terperinciPengembangan Perilaku Adaptif Bagi Anak Autis. M. Sugiarmin
Pengembangan Perilaku Adaptif Bagi Anak Autis M. Sugiarmin PENDAHULUAN 1. Konsep Perilaku 2. Hambatan Perilaku a. Perilaku Berkelebihan (Eksesif) b. Perilaku Berkekurangan(Defisit) 3. Teknik-teknik Pengubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional yang
Lebih terperinciPELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG
PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG Sri Sulistyorini, Hardjono, Yuyarti Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciD S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua sangat menginginkan anaknya lebih baik, lebih hebat dan lebih berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden age,
Lebih terperinciKEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI
KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.
Lebih terperinciadapun tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya sebagai berikut:
Aspek Aspek Perkembangan Anak Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Perkembangan Anak.inilah yang menarik darianak karena anak berkebang tidak secara serentak, dalam artian anak berkembang secara bertahap sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam perkembangan, mulai dari perkembangan kognisi, emosi, maupun sosial. Secara umum, seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Peaget (1896) dalam buku Konsep dan Makna
Lebih terperinciINSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH SE-PROPINSI BANTEN. Nama Lengkap
Lampiran I INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH SE-PROPINSI BANTEN A. Identitas Anak Nama Lengkap Jenis Kelamin Anak ke Tempat Tgl Lahir Sekolah :.. : Laki-laki / Perempuan. : dari..
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan kompetensi GPK dalam
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan kompetensi GPK dalam seting sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif yang disusun berdasarkan temuan
Lebih terperinciAnak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan
Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya Materi Penyuluhan Disajikan pada Penyuluhan Guru-guru SD Citepus 1-5 Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Dalam Program Pengabdian Masyarakat Dosen Jurusan PLB, FIP,
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN INTERAKSI DAN KOMUNIKASI ANAK AUTISTIC SPECTRUM DISORDER (ASD)
MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN INTERAKSI DAN KOMUNIKASI ANAK AUTISTIC SPECTRUM DISORDER (ASD) Oleh: Zaenal Alimin, M. Sugiarmin, Oom S. Homdijah Abtrak Kata kunci: Model Pembelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan dewasa ini dapat dilihat dari peningkatan sistem pelaksanaan pendidikan dan pengembangan pembelajaran yang selalu diusahakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum. Definisi pendidikan secara luas (hidup) adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh Azam Rizqi Muttaqin NIM. FO.5.4.10.135 Persoalan pendidikan hingga kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan sebagaimana yang tersebut dalam Undangundang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN ESTETIKA, JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN
STRATEGI PENGEMBANGAN ESTETIKA, JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2017 Perlunya Strategi pengembangan agar : a. Kegiatan pembelajaran menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan
Lebih terperinciAnak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009
Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Pengantar Variasi potensi dan masalah yang terdapat pada ABK Pemahaman yang beragam tentang ABK Koordinasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia ( Depdiknas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia agar mampu menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban
Lebih terperinci2014 PENGGUNAAN TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari baik yang dapat diamati secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas (Zainal Aqib, 2002 : 79). Guru sebagai
Lebih terperinciSTIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL Oleh: dr. Nia Kania, SpA., MKes PENDAHULUAN Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang
Lebih terperinciLETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini
LAMPIRAN LETTER OF CONSENT Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Usia : Alamat : Menyatakan bersedia dengan sukarela untuk Membantu peneliti dalam menyusun penelitiannya yg berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa, yakni dengan cara menciptakan SDM yang berkualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : A. Simpulan 1. Identitas, pengalaman dan pemahaman
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan
Lebih terperinci