Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.
|
|
- Utami Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Final MODEL BAHAN AJAR KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA DAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BERWAWASAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA UNTUK SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNARUNGU (SDLB-B) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM JAKARTA, 2010
2 Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu Pengarah Ketua Wakil Ketua Penyusun Kontributor : Dra. Diah Harianti, M.Psi : Drs. NS Vijaya, KN, MA. : Drs. Jarwadi, M.Pd : Tonny Santosa, M.Pd; Suhartatik, S.Pd; Daliman, S.Pd; Sigit Purwanto; Robertus Suparya : Dr. Bambang Nugroho, Dra. Maria Cecilia Susila Yuwati; Dra. Made Murdani; Drs. Yusep Supriatna; Drs. Mohamad Said; Ahmad Lubias, S.Pd ii
3 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan naskah bahan ajar ini walaupun masih banyak terdapat kekurangan. Kami sangat menyadari bahwa keberadaan model bahan ajar ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik kami harapkan untuk penyempurnaan naskah bahan ajar ini. Ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga buku ini selesai dan dapat disosialisasikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang telah diperbuat dan semoga buku ini dapat bermanfaat sehingga dapat meningkatkan mutu layanan pendidikan anak tunarungu. Jakarta, Tim Penyusun, iii
4 ABSTRAKSI Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut seyogyanya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Salah satu model bahan ajar yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum pada tahun 2010 ini adalah Model Bahan Ajar kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Berwawasan Budaya dan Karakter Bangsa untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B). Proses pengembangan model bahan ajar dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu penyusunan desain kegiatan, penyusunan kerangka dan pengembangan model bahan ajar, review model bahan ajar, penyusunan instrumen penilaian, ujicoba model bahan ajar, penelaahan dan perbaikan model bahan ajar, serta diakhiri dengan penyusunan laporan. Ruang lingkup dalam kegiatan model bahan ajar ini meliputi: jenis dan jenjang pendidikan adalah SDLB; jenis ketunaan: tunarungu, kelompok mata pelajaran adalah Estetika dan jasmani, Olahraga dan Kesehetan; mata pelajaran dan kelas: Seni Budaya (Seni Tari Kelas I dan Seni Rupa Kelas I dan IV) dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk kelas I dan VI. Pengembangan model bahan ajar ini tidak hanya memfokuskan pada mata pelajaran Seni Budaya maupun Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan semata, namun juga diharapkan mampu mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa terutama dalam kegiatan pembelajarannya. iv
5 Secara keseluruhan pengembangan model bahan ajar ini mendasarkan pada strategi kerja berupa workshop, kerja kelompok/individual, penugasan, diskusi fokus, dengan melibatkan para ahli, kepala sekolah, guru, pengawas, dinas pendidikan, dan pelaksana pendidikan lainnya. Salah satu karakteristik anak tunarungu adalah miskin bahasa sehingga dalam pengembangan model bahan ajar ini dilakukan dengan penekanan kompetensi bahasa khususnya dimulai dengan percakapan atau mempercakapkan hal yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam setiap kegiatan atau aktivitas juga diusahakan penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akan mengembangkan kemampuan bahasa dan komunikasi anak sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur sejak dini. Dari kegiatan ini telah diperoleh hasil, antara lain dalam bentuk model bahan ajar untuk Anak SDLB/SMPLB Tunarungu terutama untuk mata pelajaran Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan beserta contoh pemetaan SK-KD-Indikator kedalam tema dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Mengingat Pusat Kurikulum telah mengembangkan contoh model bahan ajar untuk pendidikan khusus, maka perlu ada tindak lanjut antara lain perlunya kerjasama dengan instansi terkait lainnya terutama Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa maupun instansi terlait lainnya untuk mengadakan sosialisasi dan juga perlu disertai dengan pelatihan-pelatihan bagi guru berkaitan dengan pengembangan bahan ajar sebagai salah satu unsur perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. v
6 DAFTAR ISI Tim Pengembang. ii Kata Pengantar..... iii Abstraksi.. iv Daftar Isi... vi Bab I: Pendahuluan.. 1 A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup D. Untuk Siapa Bahan Ajar ini E. Permasalahan... 3 F. Kegunaan. 3 Bab II: Prinsip Pengembangan dan Rambu-Rambu. 5 A. Prinsip Pengembangan B. Rambu-Rambu Penyusunan Bahan Ajar.. 5 C. Rambu-Rambu Pelaksanaan Bahan Ajar.. 7 D. Kerangka Bahan Ajar.. 9 Bab III: Contoh Model Bahan Ajar A. Pemetaan SK, KD, dan Indikator kedalam Tema B. Jaringan Tema C. Model Bahan Ajar Seni Tari Kelas I SDLB Tunarungu Seni Rupa Kelas I SDLB Tunarungu Seni Rupa Kelas IV SDLB Tunarungu 4. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas I SDLB Tunarungu Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas VI SDLB Tunarungu 64 Daftar Pustaka Glosarium vi
7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan khusus) di sekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan tersebut seyogyanya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama pada Pasal 5 Ayat (2) bahwa Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, dan Pasal 32 Ayat (1) bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, serta dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 15 menjelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Sementara dalam Permendiknas No. 24 tahun 2006 dan perubahannya yang diatur dalam Permendiknas No. 6 tahun 2007 tentang pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menyebutkan bahwa (1) satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh Balitbang bersama unit utama terkait dan (2) Balitbang mengembangkan dan mengujicobakan model-model kurikulum inovatif. 1
8 Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah melaksanakan pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan. Di antaranya adalah pengembangan bahan ajar pendidikan khusus untuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Pengembangan model-model kurikulum dan bahan ajar ini dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk memaksimalkan kualitas penerapan kurikulum dan bahan ajar yang digunakan. Dengan demikian, model kurikulum, silabus dan bahan ajar perlu disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik yang dapat digunakan sebagai (1) acuan atau referensi bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, silabus dan bahan ajar dan (2) bahan untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhannya. Berkaitan dengan hal ini, pada tahun tahun 2009 Pusat Kurikulum telah mengembangkan model bahan ajar untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Tunagrahita. Sebagai tindak lanjut, pada tahun 2010 akan mengembangkan model bahan ajar kelompok mata pelajaran estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan berwawasan budaya dan karakter bangsa untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B). Dalam rangka pengembangan bahan ajar untuk pendidikan khusus ini perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang dimulai dari penyusunan desain kegiatan, penyusunan kerangka dan pengembangan model bahan ajar, review model bahan ajar, penyusunan instrumen penilaian, ujicoba model bahan ajar, penelaahan dan perbaikan model bahan ajar, serta diakhiri dengan penyusunan laporan. B. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar yang hasilnya diharapkan mampu memotivasi dan membantu tenaga pendidik dan kependidikan dalam memberikan layanan pendidikan anak tuna rungu sesuai dengan potensi dan karakteristiknya. Melalui model ini dapat dijadikan acuan bagi satuan pendidikan untuk mengembangkan bahan pembelajaran yang lebih sesuai kebutuhan, lebih inovatif dan lebih efektif untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. 2
9 C. Ruang Lingkup Lingkup kegiatan pengembangan model bahan ajar untuk SDLB: 1. Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Luar Biasa 2. Jenis Ketunaan : Tunarungu 3. Komponen : Kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan D. Untuk Siapa Bahan Ajar ini? Model bahan ajar ini secara umum disusun untuk para penyelenggara pendidikan anak tunarungu, baik institusi segregasi maupun inklusi. Secara khusus model bahan ajar ini diharapkan dapat membantu meningkatkan profesionalitas guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan kesehatan agar berwawasan budaya dan karakter bangsa Indonesia. E. Permasalahan Permasalahan umum pendidikan anak tunarungu yang berkaitan dengan kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, antara lain: 1. Tidak semua sekolah yang menyelanggarakan pendidikan anak berkebutuhan khusus tunarungu memiliki tenaga atau guru khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) yang juga berbakat menari, yang berbakat menggambar atau melukis dan yang punya dasar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 2. Sebagian besar anak yang masuk ke sekolah khusus (SLB/SDLB Tunarungu) adalah anak yang mengalami kehilangan pendengaran 90 db atau lebih (kategori berat dan sangat berat), tidak memakai alat bantu mendengar (ABM) dan tidak mendapatkan pelayanan atau pelajaran BKPBI secara benar dan teratur. 3. Kurangnya sumber belajar dan sarana prasarana yang sesuai dengan jenis kelainan anak. 4. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dalam bidang pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Sementara itu, seperti halnya anak berkebutuhan khusus lainnya, anak berkelainan tunarungu pada umumnya belum mendapatkan layanan pendidikan secara optimal, 3
10 maksudnya tidak dididik dari usia dini dan tidak mendapat layanan dengan metode yang sesuai. Oleh karena itu, melalui pengembangan model bahan ajar ini dapat dijadikan sebagai upaya memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kondisinya. Hal ini didasarkan atas permasalahan umum yang dihadapi anak tunarungu yang bersumber dari gangguan atau kelainan pendengarannya, antara lain: 1. Miskin dalam penguasaan bahasa 2. Kemampuan akademik kurang berkembang 3. Kemampuan auditoris sangat buruk karena tidak mempunyai alat bantu mendengar (ABM) 4. Defisit dalam komunikasi verbal. 5. Defisit dalam keterampilan sosial yang dapat mengganggu perkembangan emosi 6. Gangguan dalam perkembangan pribadi: kurang percaya diri. F. Kegunaan Hasil kegiatan pengembangan model bahan ajar kelompok mata pelajaran estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan berwawasan budaya dan karakter bangsa untuk SDLB Tunarungu ini dapat digunakan oleh berbagai pihak terkait, antara lain: 1. Pusat Kurikulum Melalui hasil pengembangan model bahan ajar pendidikan khusus ini dapat digunakan oleh Pusat Kurikulum dalam menyediakan model-model kurikulum yang dapat dijadikan sebagai acuan atau contoh oleh satuan pendidikan. 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa dan Dinas Pendidikan Hasil pengembangan model bahan ajar pendidikan khusus ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan/bagian yang akan dimasukkan dalam rangka pembinaan ke sekolah luar biasa atau sekolah yang berada dibawah binaannya. 3. Satuan Pendidikan Hasil pengembangan model bahan ajar pendidikan khusus ini dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan referensi bagi satuan pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya dalam rangka perencanaan dan proses pembelajaran untuk anak tunarungu. 4
11 BAB II PRINSIP PENGEMBANGAN DAN RAMBU-RAMBU A. Prinsip Pengembangan Pengembangan model bahan ajar ini berpusat pada : 1. Kebutuhan dan kemampuan anak tunarungu 2. Perkembangan IPTEK dan perkembangan pandangan masyarakat 3. Relevan dengan kehidupan di rumah dan masyarakat 4. Bobonya lebih memperhatikan latihan dan praktek mengingat keterbatasan kemampuan anak tunarungu. B. Rambu-Rambu / Panduan Penyusunan Model Bahan Ajar Kelompok Mata Pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) Dalam pengembangan model bahan ajar pendidikan tunarungu diperlukan rambu-rambu atau panduan dalam proses pengembangannya, antara lain: 1. Penyusunan bahan ajar kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bagi Kelas I - III SDLB-B dimulai dengan pemetaan SK-KD dan indikator ke dalam tema, jaringan tema, dan bahan ajar, sedangkan bagi Kelas IV dan VI SDLB-B dilakukan dengan menganalisis Standar Isi (SK dan KD) mata pelajaran yang bersangkutan. 2. Pemetaan SK-KD perlu memperhatikan kebutuhan, kemampuan, dan karakteristik peserta didik, dalam hal ini perlu memperhatikan minat dan bakat siswa serta dampak ketunarunguan dimana peserta didik tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan berbahasa, berkomunikasi dan fungsi pendengaran. 3. Indikator dirumuskan berdasarkan kata kerja operasional dan memperhatikan kemampuan dan karakteristik peserta didik; kata kerja yang digunakan merupakan kata kerja yang paling esensi dan komunikatif bagi peserta didik untuk melaksanakan perintah-perintah dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, muatan indikator lebih banyak mengutamakan unsur ketrampilan unjuk kerja yang dapat melibatkan peserta didik untuk melakukan aktivitas secara langsung. 5
12 4. Tema ditentukan dari hal-hal yang dekat dengan peserta didik, situasional, dan aktual serta bila diperlukan dirumuskan sub tema. Tema dalam bahan ajar ini adalah kajian-kajian pokok dalam kelompok mata pelajaran Estetika dan kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan serta menjadi satu kesatuan bahasan dari mata pelajaran lain. 5. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan merangkum indikator dan menitikberatkan pada muatan atau aspek psikomotor. 6. Kegiatan pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang wajib diberikan kepada siswa berdasarkan indikator yang telah dirumuskan untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Khusus Seni Tari kegiatan pembelajarannya merupakan rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan hasil kegiatan Program Khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama khusunya Bina Persepsi Bunyi Irama Musik, dimana ketrampilan persepsi bunyi merupakan landasan untuk mengikuti kegiatan Seni Tari. 7. Evaluasi, dirumuskan berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran Estetika dan Jasamani, Olahraga dan Kesehatan. Untuk memberikan nuansa kebahasaan kepadapeserta didik, evaluasi aspes teori dilaksanakan sebatas pengantar sebelum kegiatan inti dalam suasana percakapan. Evaluasi praktik lebih mengutamakan kinerja (unjuk kerja) peserta didik, dalam arti peserta didik melakukan praktik menari, menggambar atau olahraga. 8. Lembar Pengamatan yang ditampilkan merupakan contoh hasil penilaian yang menjadi pedoman atau dasar untuk melakukan analisis dan tindak lanjut berupa remediasi dan pengayaan. 9. Analisis dan tindak lanjut merupakan hasil penilaian/pengamatan terhadap ukuran keberhasilan kegiatan pembelajaran dimana peserta didik dapat menunjukkan kompetensi-kompetensi yang diharapkan. 10. Kompetensi peserta didik dideskripsikan berdasarkan hasil analisis evaluasi dan observasi sehingga berguna dalam penyusunan program tindak lanjut terutama dalam penelusuran minat dan bakat peserta didik. 6
13 C. Rambu-Rambu Pelaksanaan Bahan Ajar 1. Bahan ajar ini merupakan pedoman minimal sehingga diharapkan sekolah (guru) dapat mengembangkannya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan anak tunarungu, lingkungan dan budaya, serta perkembangan ilmu dan teknologi. 2. Bahan ajar ini digunakan secara fleksibel maksudnya: a. Apabila peserta didik dapat menyelesaikan bahan ajar ini maka peserta didik tersebut dapat mempelajari bahan ajar dengan tema yang sama untuk kelas yang lebih tinggi sekalipun masih tetap duduk di kelasnya. b. Apabila peserta didik tidak mampu menyelesaikan bahan ajar ini maka perlu diulangi pelaksanaannya atau diberikan bahan ajar yang diperuntukkan pada kelas sebelumnya, atau dibuat bahan ajar, dan RPP secara khusus. 3. Pendekatan dan Metode a. Dalam melaksanakan bahan ajar dilakukan pendekatan tematis yang bertolak dari pembelajaran bahasa (untuk Kelas I III) serta pendekatan mata pelajaran (Kelas IV VI). Khusus Seni Tari harus memperhatikan pencapaian hasil kegiatan BKPBI Musik, derajat kemampuan daya dengar dan baka serta minat peserta didik di bidang Seni Tari. b. Pendekatan kooperatif maksudnya peserta didik dapat belajar bersama-sama dalam mengerjakan suatu kegiatan atau proyek sehingga peserta didik yang lebih cepat dapat mencapai kompetensi-kompetensi tertetntu dapat membantu peserta didik lain yang kurang cepat menguasai kompetensi-kompetensi tersebut (peer-teaching). c. Pendekatan multi dimensi, maksudnya dalam melaksanakan pembelajaran tidak perlu hanya melaksanakan salah satu aspek dari peserta didik itu seperti: fisik saja tetapi harus mengembangkan seluruh aspek (fisik, intelektual, sosial, dan emosi). d. Untuk mengakomodasi kebutuhan bahasa peserta didik terhadap tugas-tugas belajar sangat disarankan guru menggunakan Metode Maternal Reflektif (MMR) karena kegiatan pembelajaran dengan MMR diwarnai dengan nuansa percakapan yang akan sangat peserta didik membantu mempercepat penguasaan bahasa peserta didik tunarungu. 7
14 4. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. 5. Sarana dan prasarana pelaksanaan pembelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan disesuaikan dengan kondisi setiap sekolah. 6. Evaluasi dilakukan secara klasikal maupun individual selama proses pembelajaran atau pada akhir pembelajaran. Evaluasi juga dapat dilakukan pada waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijakan yang berlaku untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil evaluasi dicatat dalam bentuk kualitatif, kuantitatif, atau gabungan dari kedua hal itu. 7. Tempat pembelajaran, dapat dilaksanakan di dalam ruangan atau di luar ruangan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di masyarakat di sekitar lingkungan sekolah (out door learning) akan memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mempraktikkan secara langsung sehingga masyarakat akan melihat kemampuan anak tunarungu secara nyata yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan harga diri. 8. Tindak lanjut Pada akhir pembelajaran peserta didik yang sudah mampu diberi pengayaan untuk mempelajari bahan lain dengan lingkup yang lebih luas dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari seperti mengikuti lomba, pentas seni, yang akhirnya diharapkan menjadi suatu profesi serta menjadi bekal hidup dan penghidupannya. Bagi yang belum/tidak mampu diadakan pengulangan atau remediasi. Perlu ada kerjasama dengan orangtua agar anak dapat mempraktikkan kegiatan yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan di masyarakat. 8
15 D. Kerangka model bahan ajar Model Bahan Ajar SDLB B Tema : Mata pelajaran : Kelas /semester : SK : KD : Indikator : Tujuan pembelajaran : A.Kegiatan B. Evaluasi: 1. Lisan 2. Praktik / Penugasan / Perbuatan C. Lembar Pengamatan: 1. Kriteria 2. Hasil D. Analisis dan Tindak Lanjut 9
DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS
DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS (Model Bahan Ajar Program Khusus Tunarungu SLB) Oleh: Tim Pengembang KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciKTSP DAN IMPLEMENTASINYA
KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap potensi
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciPENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1
PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciD S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan
Lebih terperinci2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. Pendidikan Khusus. Pendidikan Layanan Khusus. PT. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan logis.pendidikan diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang siap menghadapi kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik memerlukan proses pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu sesuai
Lebih terperinciPENYUSUNAN PENYUSUN KTSP
PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru adalah sebuah profesi yang merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut suatu keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan. Mengutip pendapat Haris (2009) profesionalisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinci4. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII 1. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program IPS, Pro-
3. Struktur Kurikulum SMA/MA Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Masalah
BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR : 10/D/KR/2017 TENTANG
SALINAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman Gedung E Lantai 14 Komplek Kemdikbud, Senayan, Jakarta 10270 Telepon/Faksimili: 57906195
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
Lebih terperinciImplementasi Pendidikan Segregasi
Implementasi Pendidikan Segregasi Pelaksanaan layanan pendidikan segregasi atau sekolah luar biasa, pada dasarnya dikembangkan berlandaskan UUSPN no. 2/1989. Bentuk pelaksanaannya diatur melalui pasal-pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,
Lebih terperinci2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga Negara Indonesia dan untuk itu setiap warga Negara termasuk anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pendidikan yang bermutu
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu manusia yang cerdas, terampil, kreatif, mau
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34
HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam
Lebih terperinciii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh
PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2016 Oleh SRI DELVINA,S.Pd NIP. 198601162010012024 SLB NEGERI PELALAWAN KEC. PANGKALAN KERINCI KAB. PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan paling dasar untuk membangun kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Bangsa Indonesia
Lebih terperinci2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinci2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam hal perkembangan potensinya dalam semua aspek. Sejalan dengan perkataan A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum memiliki tujuan untuk membentuk kedewasaan individu dalam berbagai aspek, baik pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan Sekolah Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Secara umum pendidikan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan
Lebih terperinciSLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penting dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Pengertian pendidikan sendiri ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciMelaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan
Lebih terperinciPERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK
Jurnal Pendidikan Rokania Vol. I (No. 1/2016) 20-26 20 PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Oleh Nia Purnama Sari Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.
Lebih terperinciSTUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU
234 STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU Rezka B. Pohan 1, Wahid Munawar 2, Sriyono 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr.
Lebih terperinciPERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE
PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
Lebih terperinciPANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH
PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah yang lebih maju ditentukan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas, yaitu
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 6 SEMARANG
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 6 SEMARANG Disusun Oleh: Nama : M. Alghozaly. H NIM : 1102409023 Prodi : Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciMENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1
PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, juga merupakan senjata yang paling ampuh untuk meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keharusan negara untuk mampu menciptakan rakyat yang cerdas ditiap-tiap bidangnya dan mengenai pendidikan sebagai suatu alat terciptanya negara yang baik dalam perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengartikan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pendidikan harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
Lebih terperinciPENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Kuncoro Asih Nugroho, M.Pd. I. PENDAHULUAN A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Tujuan tersebut berlaku bagi
Lebih terperinciWALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa pendidikan merupakan hak
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia sama-sama memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan serta potensi untuk mewujudkanya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
86 A. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bina komunikasi persepsi bunyi dan irama (BKPBI), sangat penting diajarkan kepada anak tunarungu yang masih memiliki sisa pendengaran maupun yang total mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penddikan adalah hak setiap warga negara. Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk semua warga negaranya tanpa diskriminasi. Pendidikan untuk semua diwujudkan
Lebih terperinciSTRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS. 1. Struktur Kurikulum SDLB KELAS DAN ALOKASI
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR : 10/D/KR/2017 TANGGAL : 4 April 2017 TENTANG STRUKTUR KURIKULUM, KOMPETENSI INTI- KOMPETENSI DASAR, DAN PEDOMAN IMPLEMENTASI
Lebih terperinciSasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar
Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab II pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu modal seseorang untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pada dasarnya setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang
Lebih terperinciwarga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan di segala bidang, salah satu komponen kehidupan yang harus dipenuhi manusia adalah pendidikan. Pendidikan dalam hal ini adalah konsep
Lebih terperinciMATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd
MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK By: Estuhono, S.Pd, M.Pd PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM Estuhono, S.Pd, M.Pd I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan UndangUndang
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA
LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA DISUSUN OLEH : Chrisbi Adi Ibnu Gurinda Didik Eko Saputro Suci Novira Aditiani (K2311013) (K2311018) (K2311074) PENDIDIKAN FISIKA A 2011 FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,
Lebih terperinciREVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) yang berbunyi Setiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini tercantum dalam pasal
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan
Lebih terperinci