MENINGKATKAN KETERAMPILAN IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PG-PAUD FKIP UNIVERSITAS TADULAKO.
|
|
- Deddy Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENINGKATKAN KETERAMPILAN IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PG-PAUD FKIP UNIVERSITAS TADULAKO Muraeni Musanib Dosen Program Studi PG-PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Abstrak Tujuan kegiatan Pelatihan Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus di Program Studi PG/PAUD adalah: 1) meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus; 2) meningkatkan kemampuan mahasiswa mengelompokkan anak berkebutuhan khusus; 3) meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penanganan awal anak berkebutuhan khusus. Kegiatan ini diikuti sebanyak 30 orang mahasiswa semester VII. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab, Kuesioner. Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 hari dimulai pukul sampai dengan pukul WIB, bertempat di Ruang Lab. PG/PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Hasil kegiatan adalah pengetahuannya dan keterampilan mahasiswa meningkat dari pengetahuan awalanya yang tidak tahu sama sekali menjadi; 1) 76% mahasiswa mampu mengidentifikasi anak berkebuthan khusus 2) 57% mahasiswa mampu mengelompokkan anak berkebutuhan khusus, 3) 32% mahasiswa mampu dalam melakukan penanganan awal anak berkebutuhan khusus.dengan demikan, pelatihan ini efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang identifikasi anak berkebutuhan khusus. Kata Kunci: Pelatihan, Keterampilan Identifikasi, Anak Berkebutuhan Khusus I. Pendahuluan A. Latar Belakang Fenomena anak berkebutuhan khusus tiap tahun menunjukkan peningkatan jumlah. Data penelitian di bawah ini menunjukkan jumlah peningkatan anak berkebutuhan khusus dari tahun ke tahun. Ekowarni (2003) menyebutkan data dari unit Psikiatri Anak (daycare) RSUD Dr.Soetomo Surabaya adanya peningkatan 20
2 Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013 (sebesar 3.33%) jumlah pasien anak ADHD dengan berbagai karakteristik dari tahun 2000 ke tahun Secara rinci, terdapat 30 jumlah anak dengan ADHD yang tanpa disertai gangguan lain (32,96%), 15 anak dengan ADHD dan gangguan tingkah laku (16.48%), 8 anak dengan spektrum autis (8.79%), 12 anak dengan ADHD dan epilepsi (13.19%), 13 anak dengan ADHD dan gangguan berbahasa (14.28%), 6 anak dengan ADHD dan kecerdasan batas ambang (6.59%) dan 2 anak dengan ADHD dan antisosial (2.20%). Data Balitbang Direktorat Pendidikan Luar Biasa pada tahuin 2006 yang menyoroti gangguan emosi dan perilaku anak, secara umum menemukan bahwa dari 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai rapornya kurang dari 6, dinyatakan 33% mengalami gangguan emosi dan perilaku (dalam Mahabbati, 2010). Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh dr.dwijo,sp.kj pada tahun , dari siswa usia 6-13 tahun di 10 SD wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat menunjukkan prevalensi 26,2% anak ADHD berdasarkan kriteria DSM IV (dalam Mahabbati, 2010). Peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus tersebut tidak seiring dengan pelayanan pendidikan inklusi. Merujuk data dari Direktorat PSLB tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah Anak Berkebutuhan Khusus yang sudah mengikuti pendidikan formal baru mencapai 24,7% atau anak dari populasi anak cacat di Indonesia, yaitu anak. Ini artinya masih terdapat sebanyak 65,3% Anak Berkebutuhan Khusus yang masih terseklusi, termarjinalisasikan dan terabaikan hak pendidikan. Bahkan angka tersebut diperkirakan dapat jauh lebih besar mengingat kecilnya angka prevalensi yang digunakan, yaitu 0,7% dari populasi penduduk serta masih buruknya sistem pendataan (dalam Sunaryo, 2009). Berdasarkan hasil penelitian (Sunardi 2009, dalam Suyanto, 2009) terhadap 12 sekolah penyelenggara inklusi di Kabupaten dan Kota Bandung, secara umum saat terdapat lima kelompok issue dan permasalahan pendidikan inklusi di tingkat sekolah, yaitu : pemahaman dan implementasinya, kebijakan sekolah, proses pembelajaran, kondisi guru, dan support system. Lebih spesifik, dari lima kelompok isu permasalahan pendidikan inklusi di tingkat sekolah khususnya di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), menurut Adnan, dkk (2012) adalah para pendidik anak usia dini di lembaga PAUD sebagai tangan kedua setelah orang 21
3 tua di rumah, masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengenali anak berkebutuhan khusus dengan berbagai karakteristiknya, sehingga mengakibatkan sulitnya anak-anak bekebutuham khusus ini diterima di lembaga PAUD untuk belajar bersama dengan anak lain. Tentu ini sangat bertentangan dengan konsep pendidikan untuk semua dan konsep pendidikan sedini mungkin. II. Landasan Teori Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Untuk mengetahui anak berkebutuhan khsusus melalui proses identifikasi. Identifikasi dini Anak Berkebutuhan Khusus dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional/ tingkah laku) seawal mungkin dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari identifikasi adalah ditemukannya anak-anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui program inkulusi. Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dapat dibagi menjadi: 1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan 2. Tunanrungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran 3. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan anggota tubuh/gerakan 4. Anak Berbakat/anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa 5. Tunagrahita 6. Anak lamban belajar 7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik (disleksia, disgrafia, atau diskalkulia) 8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi 9. Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku 22
4 Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013 III. Metode Penelitian A. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah mahasiswa program studi PG/PAUD Semester VII dan mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir, sebanyak 30 orang. B. Rancangan Penelitian 1. Pendataan Data digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus sebagai bahan yang digunakan Training (pelatihan) 2. Training (pelatihan) Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan training pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. Tujuannya adalah agar mahasiswa memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. 3. Care and Support Setelah melakukan training yang harus menjadi perhatian khusus adalah memantau dan memberikan dorongan kepada mahasiswa agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh betul diterapkan di masyarakat. IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Pendataan (Pretest) Hasil pengumpulan data ( pretst)mengenai pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus sangat minim. Menarik untuk di simak, dari 30 orang mahasiswa yang menjadi peserta pelatihan ini, teranyata tidak satupun yang memiliki keterampilan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. Pengetahuan mereka hanya sebatas pernah mendengar tentang anak berkebutuhan khusus, tidak mengetahui secara rinci mengenai apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus. 23
5 2. Pelatihan Kegiatan pelatihan identifikasi anak berkebutuhan khusus terlaksana pada hari Kamis, tanggal 28 Oktober Kegiatan ini berlangsung selama satu hari dari mulai pukul sampai dengan pukul WIB. Tempat kegiatan pelatihan di Ruang Lab. PGPAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Adapun pelaksanaan pelatihan identifikasi anak berkebutuhan khusus dapat dilihat secara terinci dalam jadwal kegiatan tersebut, sebagai berikut: Tabel 3.Jadwal Kegiatan Pelatihan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus No Waktu Uraian Materi Pelaksana Kegiatan 1. 08: Registrasi Peserta Panitia Seksi Kesekretariatan 2. 08: Pembukaan: Laporan Ketua Panitia Sambutan membuka Koordinator Program Studi Panitia Seksi Acara Drs. I Putu Suwika, M.Si 3. 09: Pelatihan Identifikasi ABK Sesi : Sesi 2. Pendidikan Inklusi Mengenal ABK 5. 11: Sesi 3. Lanjutan: Identifikasi ABK Dra. Shofyatun AR, M.Pd Dra. Shofyatun AR, M.Pd Ikhlas Rasido, S.Psi., M.Psi 6. 12: Istirahat Panitian dan Peserta 7. 13: Sesi 4. Assessmen ABK Ikhlas Rasido, S.Psi., M.Psi 8. 14: Sesi 5. Dra. Shofyatun AR., M.Pd 24
6 Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013 Penanganan ABK 9. 14: Penutupan: Koordinator Program Studi Ikhlas Rasido, S.Psi., M.Psi Panitia Seksi Acara Drs. I Putu Suwika, M.Si Kegiatan pelatihan kuesioner ini dibuka oleh Drs. I Putu Suwika, M.Si sebagai Koordinator Program Studi PG/PAUD FKIP Universitas Tadulako. Dalam sambutannya, ia mengharapkan Kegiatan sejenis dibudayakan di program studi PG/PAUD untuk mendorong budaya pengabdian di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako khususnya di Program Studi PG/PAUD. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pelatihan identifikasi anak berkebutuhan khusus ini dilaksanakan rutin setiap tahunnya. Sementara itu, Animo mahasiswa mengikuti kegiatan pelatihan ini sangat besar. Besarnya animo tersebut nampak dari antusiasme mahasiswa menyimak, mendengar, memperhatikan, dan banyaknya mahasiswa yang bertanya pada setiap sesi kegiatan pelatihan. Keadaan kelas menjadi lebih hidup dan bergairah sehingga waktu satu hari pelaksanaan kegiatan pelatihan ini tidak terasa berakhir. 3. Posttest Pada akhir kegiatan dilakuakan post tes untuk mengetahuai apakah terjadi perubahan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa sebelum dan setelah mengikuti pelatihan. Hasil dari posttest yang dijadikan Tolak ukur ukur dan kriteria keberhasilan kegiatan ini. Dimana repson peserta mengikuti kegiatan selama sehari penuh dengan persentase kehadiran peserta 100 %, pengetahuannya meningkat dari pengetahuan awalanya menjadi; 1) kemampuan mahasiswa mengidentifikasi anak berkebuthan khusus 76%, 2) kemampuan mahasiswa mengelompokkan anak berkebutuhan khusus 57%, 3) kemampuan mahasiswa dalam melakukan penanganan awal anak berkebutuhan khusus 32%. 25
7 4. Care and Support Setelah melakukan pelatihan yang harus menjadi perhatian khusus adalah memantau dan memberikan dorongan kepada mahasiswa agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh betul diterapkan di masyarakat. Salah satu cara memantau pengetahuan dan keterampilan mahasiswa diterapkan dimasyarakat melalui kerja sama dengan TK, TPA, RA, yang melaksanakan pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus. Sehingga mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan ini dapat terlibat langsung melalui kerja sama tersebut untuk menerapkannya di masyarakat. B. Pembahasan Menarik untuk di simak, dari 30 orang mahasiswa yang menjadi peserta pelatihan ini, teranyata tidak satupun yang memiliki keterampilan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. Pengetahuan mereka belum mengetahui secara rinci mengenai apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa pengetahuan dan keterampilan mahsiswa sangat minim terhadap anak berkebutuhan khusus? Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab dari ketidaktahuan tersebut. Faktor tersebut antara lain bisa karena 1) Mahasiswa tersebut kurang termotivasi untuk belajar selain yang diberikan oleh dosen yang mengajari mereka di Program Studi PG/PAUD 2) Ketersediaan literatur mengenai anak berkebutuhan khusus yang memang masih kurang 3) Dukungan dari Program Studi, karena program studi belum memasukkan topik atau kajian tentang anak berkebutuhan khsusus dalam kurikulum pendidikannya sehingga mahasiswa enggan untuk mempelajari anak berkebutuhan khusus. Sementara itu, Animo mahasiswa mengikuti kegiatan pelatihan ini sangat besar. Besarnya animo tersebut nampak dari antusiasme mahasiswa menyimak, mendengar, memperhatikan, dan banyaknya mahasiswa yang bertanya pada setiap sesi kegiatan pelatihan. Keadaan kelas menjadi lebih hidup dan bergairah sehingga waktu satu hari pelaksanaan kegiatan pelatihan 26
8 Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013 ini tidak terasa berakhir. Nampaknya jika dilihat dari hasil pretes yang dilakukan sebelum pelatihan dari pengetahuan mereka yang minim pada dasarnya karena mereka belum memperoleh stimulasi yang baik tentang anak berkebutuhan khsusus. Dengan kata lain, rasa keingintahuan mereka telah tumbuh dengan adanya stimuli tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil pretes mereka yang meningkat, dimana repson peserta mengikuti kegiatan selama sehari penuh dengan persentase kehadiran peserta 100 %, pengetahuannya meningkat dari pengetahuan awalanya menjadi; 1) kemampuan mahasiswa mengidentifikasi anak berkebuthan khusus 76%, 2) kemampuan mahasiswa mengelompokkan anak berkebutuhan khusus 57%, 3) kemampuan mahasiswa dalam melakukan penanganan awal anak berkebutuhan khusus 32%. Dengan demikan, pelatihan ini efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka tentang identifikasi anak berkebutuhan khusus. Selain hal tersebut diatas, kegiatan pelatihan ini memiliki kelebihan dan kekurang. Kelebihan dan kekurangan itu adalah : 1). Kelebihan Kegiatan Pelatihan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus a. Dukungan lembaga atau institusi dalam hal ini mulai universitas, fakultas, jurusan dan program studi sudah mulai memberikan ruang pengembangan pengetahuan dan keterampilan gagasan ide dalam menulis karya ilmiah khusus penulisan artikel jurnal elektronik untuk dipublikasikan. b. Kegiatan pelatihan penulisan artikel jurnal atau kegiatan PPM ini akan menjadi program rutin setiap program studi untuk pengembangan mahasiswa secara intelektual dan membantu sebagai syarat menyelesaikan tugas akhir mahasiswa. c. Partisipasi peserta dalam hal ini mahasiswa dalam kegiatan PPM ini sangat memberikan semangat yang luar biasa dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut. d. Anggaran atau pendanaan kegiatan tentu memberikan kemudahan bagi pelaksanaan kegiatan di level program studi. 27
9 e. Sarana prasarana kegiatan sebagai penunjang keberhasilan kegiatan cukup memadai untuk level program studi mulai ruangan kursi, meja dan LCD sebagai media dalam pelatihan tersebut. 2). Kelemahan Mahasiswa Pelatihan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus 1. Partisipasi peserta kegiatan PPM ini masih terbatas, belum mampu mengakomodir sebagian mahasiswa Program Studi PG/PAUD FKIP Universitas Tadulako. 2. Belum maksimalnya anggaran untuk kegiatan tersebut, karena berkaitan dengan jumlah peserta, materi dan hasil produk. 3. Waktu pelaksanaan hanya 1 hari, sehingga tidak maksimalnya materi secara utuh. V. Penutup A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Animo mahasiswa mengikuti kegiatan pelatihan ini sangat besar. Besarnya animo tersebut nampak dari antusiasme mahasiswa menyimak, mendengar, memperhatikan, dan banyaknya mahasiswa yang bertanya pada setiap sesi kegiatan pelatihan. 2. Pengetahuan dan keterampilan mahasiswa meningkat dari pengetahuan awalanya tidak tahu sama sekali menjadi; 1) 76% mahasiswa mampu mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus 2) 57% mahasiswa mampu mengelompokkan anak berkebutuhan khusus, 3) 32% mahasiswa mampu dalam melakukan penanganan awal anak berkebutuhan khusus. 3. Dengan demikan, pelatihan ini efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang identifikasi anak berkebutuhan khusus. B. Saran 1. Waktu pelaksanaan pelatihan hanya 1 hari, sehingga penyampaian materi kurang maksimal diberikan secara meyeluruh. 2. Kajian tentang anak berkebutuhan khsusus di masukkan dalam kurikulum Program Studi PG/PAUD sebagai mata kuliah pilihan 28
10 Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013 Daftar Pustaka Adnan, Evita, dkk Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Bahan Ajar Diklat Berjenjang: Diklat Dasar. Direktorat Pembinaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan PAUD NI Direktorat Jenderal PAUD NI Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan American Psychiatric Association Diagnotic and Statistical Manual of Mental Disorders. 4 th ed. WashsingtonD C:APA Departemen Pendidikan Nasional Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas, Dirjen Mandikdasmen, dan Direktorat P L B. (2007). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Depdiknas. Elliot, S The Effect of Teachers' Attitude Toward Inclusion on the Practice and Success Levels of Children with and without Disabilities in Physical Education. International Journal of Special Education Ekowarni, Endang Teori Modifikasi Perilaku, Diet, dan Obat untuk Penangan Perilaku Hiperaktivitas pada Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Jurnal ANIMA, Vol. 18. Nomor 2 Elisa, S & Wrastari, AT Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Faktor Pembentuk Sikap. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya : Jurnal Psikologi Perkembangan Dan PendidikanVol. 2, No. 01, Februari 2013 Fanu, J.L Deteksi Dini Masalah-Masalah Psikologi Anak. Yogyakarta : Think Florian, Leni Special or Inclusive Education: Future Trends. Dalam British Journal of Special Education. Hildayani, dkk Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka. Mahabbati, Aini. 2010, Pendidikan Inklusif Untuk Anak Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku (Tunalaras ). Jurnal Pendidikan Khusus (JPK) ISSN Vol.7, No.2, November
11 Hwang, Yoon-Suk Attitudes towards inclusion : gaps between belief and practice. International Journal of Special Education. Sunaryo, Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa). Jurusan PLB FIP UPI 30
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK PENDIDIKAN INKLUSI BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PG/PAUD FKIP UNIVERSITAS TADULAKO
Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK PENDIDIKAN INKLUSI BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PG/PAUD FKIP UNIVERSITAS TADULAKO
Lebih terperinciKesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi
Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi Nurul Hidayati Rofiah 1*, Muhammad Ragil Kurniawan 2 1,2 PGSD UAD *Email: nurulhidayati@pgsd.uad.ac.id Keywords: Wajib belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mohammad Effendi. Pengantar Pdikopedagogik Anak Berkelainan.(Jakarta: Bumi Aksara. 2006). hlm 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan anak berkebutuhan khusus bukan menjadi hal yang baru bagi masyarakat dalam beberapa dekade terakhir ini. Menurut World Health Organization, diperkirakan
Lebih terperinciINCLUSIVE EDUCATION IN SMP 23 PADANG
INCLUSIVE EDUCATION IN SMP 23 PADANG Nur Fajri Wilman 1 Ahmad Nurhuda dan Kaksim 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI SUMBAR 2. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI SUMBAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah
Lebih terperinciMENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Atien Nur Chamidah Jurs Pend. Luar Biasa Fak. Ilmu Pendidikan UNY atien@uny.c.id Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak cacat memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2013
PPM FAKULTAS LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2013 JUDUL : PELATIHAN INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MODEL LAYANAN AKOMODATIF BAGI GURU-GURU DAN ORANGTUA
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA
Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 9 IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA Lutfi Isni Badiah Prodi Pendidikan Khusus UNIPA Surabaya Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan istilah berbahasa Inggris kependekan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder (Attention = perhatian, Deficit = kekurangan, Hiperactivity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002 Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan bebas dari diskriminasi dalam bentuk apapun.
Lebih terperinci2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2017 KEMENRISTEK-DIKTI. Pendidikan Khusus. Pendidikan Layanan Khusus. PT. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki
Lebih terperinciEducational Psychology Journal
EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj TINJAUAN PSIKOLOGIS KESIAPAN GURU DALAM MENANGANI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PROGRAM INKLUSI (STUDI
Lebih terperinciAHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010
AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak berhak mendapat pendidikan, hal ini telah tercantum dalam deklarasi universal 1948 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak atas pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan
Lebih terperinciJADWAL UJI KOMPETENSI 4 SEMESTER II PROGRAM PPKHB ANGKATAN 6 TAHUN 2014
JADWAL UJI KOMPETENSI 4 SEMESTER II PRODI JURUSAN : PLB : ILMU PENDIDIKAN WAKTU MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU RUANG Senin, 23 Juni 2014 07.15-08.15 Identifikasi dan asesmen ABK Priyono, M.Si 2307 08.25-09.25
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU KELAS DALAM MENGIDENTIFIKASI MASALAH SISWA SD
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU KELAS DALAM MENGIDENTIFIKASI MASALAH SISWA SD Oleh : Sugiyatno. M.Pd, A.Ariyadi Warsito. M.Si, Agus Basuki. M.Pd A. Analisis Situasi Menurut PP nomor 28 tahun 1990 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciP 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta Risti Fiyana Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Matematika Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN P2M TENTANG PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS DENGAN METODE VAKT BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR. Oleh: Ehan BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN PELAKSANAAN P2M TENTANG PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS DENGAN METODE VAKT BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR Oleh: Ehan BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Di sekolah-sekolah umum khususnya sekolah
Lebih terperinciSeminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi acuan dari penulisan laporan ini. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka dapat diuraikan pokok-pokok
Lebih terperinciJURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PERSEPSI GURU REGULER TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMPN. Se-Kota MADYA SURABAYA
JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PERSEPSI GURU REGULER TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI SMPN Se-Kota MADYA SURABAYA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Lebih terperinciGambaran Implementasi Pendidikan Inklusif di Kota Mataram Dilihat dari Sikap Guru yang Mengajar
Gambaran Implementasi Pendidikan Inklusif di Kota Mataram Dilihat dari Sikap Guru yang Mengajar Erna Fitriatun dan Nopita Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP Mataram Email: ernafitriatun83@gmail.com
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS
PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah ditegaskan dalam UU RI 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Sebagai dampak berkembangnya suatu organisasi dan teknologi, menyebabkan pekerjaan manajemen pendidikan semakin kompleks.
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan
WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN YANG DIINDIVIDUALKAN BAGI GURU DALAM PELAYANAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TK SAWITRI, KOMPLEK UNJ DUREN SAWIT Suprihatin Jurusan Pendidikan Luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa dekade terakhir ini keberadaan anak berkebutuhan khusus bukan menjadi hal yang baru bagi masyarakat. Menurut World Health Organization, diperkirakan
Lebih terperinciNARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENYUSUNAN MODEL SPORT EDUCATION SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH Oleh: Ermawan Susanto, S.Pd.,
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sesungguhnya bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua warga negara tanpa kecuali. Dalam konteks pendidikan untuk
Lebih terperinciMENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART
MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART GUNAWAN WIRATNO, S.Pd SLB N Taliwang Jl Banjar No 7 Taliwang Sumbawa Barat Email. gun.wiratno@gmail.com A. PENGANTAR Pemerataan kesempatan untuk memperoleh
Lebih terperinciProsiding SNaPP2016 Kesehatan pissn eissn
Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI PADA ANAK DIDIK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD) MELALUI PELATIHAN TERAPI GERAK FOKUS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of Productive Employement and Social Integrationyaitu Promote equal access to all levels of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus di Indonesia bila dilihat dari data statistik jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004 adalah
Lebih terperinciPendidikan Inklusi di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Inklusi di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Nuraeni Program Studi Bimbingan dan Konseling, FIP IKIP Mataram E-mail: sasakrengganis@gmail.com Abstract: Inclusive education should be started
Lebih terperinciNARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN KTSP DI SD SE-KABUPATEN KULONPROGO.
NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN KTSP DI SD SE-KABUPATEN KULONPROGO Oleh: Ermawan Susanto, S.Pd., M.Pd. NIP. 19780702 200212 1 004 Dibiayai
Lebih terperinciSIKAP GURU TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSI
Seminar Nasional Kedua Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan SIKAP GURU TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSI ISBN: 978-602-361-102-7 Erna Fitriatun, Nopita Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Mataram)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
Lebih terperinciGAMBARAN KASUS PSIKOLOGI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG ANAK RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
GAMBARAN KASUS PSIKOLOGI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG ANAK RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Suci Murti Karini*), Sri Wahyu Herlinawati, Annang Giri Moelyo**) *)Staf Pengajar Prodi Psikologi&Bag.Ilmu Kes Anak
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SILABUS Mata Kuliah Seminar Pendidikan Anak Usia Dini Kode mata Kuliah GT 506 SKS 2 (dua) Prodi-Konsentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
Lebih terperinciALAT IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (AI ABK)
ALAT IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (AI ABK) DINAS PENDIDIKAN PROPINSI BANTEN PROYEK PENYELENGGARAAN DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR BIASA 2002 1 PENGANTAR Anak dengan kebutuhan khusus perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003 pasal 12 ayat (1.b) yaitu: Setiap peserta didik pada setiap satuan
Lebih terperinciINSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN DESKRIPSI DIRI IDENTITAS DOSEN
INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN DESKRIPSI DIRI IDENTITAS DOSEN 1. Nama Dosen yang Dinilai : Drs. DUDI GUNAWAN, M.Pd. 2. NIP : 19621121 198403 1 002 3. Perguruan Tinggi Pengusul : Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS
1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciBagaimana? Apa? Mengapa?
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu UNA 2017 1119 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No. 067261 MEDAN MARELAN Dahniar Harahap* 1 dan Nina Hastina 2 1,2) Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan,
Lebih terperinciSTKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA SILABUS KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEMESTER GENAP LEARNING DISABILITY DAN Jam 3 x 50
10 STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA SILABUS KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEMESTER GENAP LEARNING DISABILITY DAN Jam 3 x 50 KEBERBAKATAN Nama Mata Kuliah : Disability Keberbakatan Kode Mata Kuliah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi
Lebih terperinciTIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)
TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS
PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh
Lebih terperinciBAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PELATIHAN BE GOOD TEACHER ON INCLUSIVE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN IDENTIFIKASI ABK
EFEKTIVITAS PELATIHAN BE GOOD TEACHER ON INCLUSIVE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN IDENTIFIKASI ABK Prima Linda Saswira, Tuti Rahmi Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk dapat memperoleh pendidikan melekat pada semua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini telah berkembang dengan pesat, oleh karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang berusaha menjangkau semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai upaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, tingkatan intelektual manusia terbagi dalam tiga jenis 1. Pertama, individu dengan tingkat intelektual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragam serta beradaptasi dengan lingkungannya.
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Nur Hidayati, Sukarno, Lies Lestari PGSD, FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adanya perubahan paradigma baru tentang pendidikan, yaitu pendidikan untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas usia, tingkat
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN
SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kejadian diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus sering kali terjadi di Indonesia. Menurut Komnas HAM, anak berkebutuhan khusus yang merupakan bagian
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PPM
PPM PENERAPAN IPTEK OLAHRAGA LAPORAN KEGIATAN PPM Judul : PELATIHAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BAGI PENDIDIK PAUD BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK oleh : Dr. Lismadiana, M.Pd NIP. 19791207 200501
Lebih terperinciAnak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan
Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya Materi Penyuluhan Disajikan pada Penyuluhan Guru-guru SD Citepus 1-5 Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Dalam Program Pengabdian Masyarakat Dosen Jurusan PLB, FIP,
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN Judul PkM:
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN 2014 Judul PkM: PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIVITAS LUAR KELAS BAGI GURU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR Oleh: F. Suharjana, M.Pd. Sriawan, M.Kes.
Lebih terperinciEducation and Human Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG
27 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG Ina Agustin FKIP, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban Email: inaagustin88@gmail.com Abstrak. Penyelenggaraan pendidikan inklusi merupakan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah : Pendidikan Anak Luar Biasa Kode/SKS : / 2 Deskripsi singkat : Mata kuliah ini merupakan bagian dari psikologi pendidikan yang membahas tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari
Lebih terperinciPERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG
PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG Dewi Anggraeni Iswandia Dr. H. Kusmintardjo, M.Pd Dr. H. A. Yusuf Sobri, S. Sos, M.Pd Administrasi Pendidikan Fakultas
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd
PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd A. PEMBELAJARAN BAGI ABK B. PERTIMBANGAN PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KEBUTUHAN KHUSUS A. Pembelajaran
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : BABK Komptensi : Mengkaji, Memahami Konsep Dasar ABK dan Layanan Pendidikan serta ABK Pertemuan : 1-16 PERTEMUAN POKOK BAHASAN INDIKATOR KETERCAPAIAN KEGIATAN PERKULIAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan
Lebih terperinciJADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER PENDIDIKAN LUAR BIASA PERIODE 2016/2017 SEMESTER GENAP FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN - UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER PENDIDIKAN LUAR BIASA PERIODE 2016/ SEMESTER GENAP FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN - UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Hari Tanggal Jam Ruang Kode MK Mata Kuliah SKS SEM Kelas Jml Mhs
Lebih terperinciINOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO
INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO agung_hastomo@uny.ac.id Abstrak Artikel dengan judul Model penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki kewajiban pada warga negaranya untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada warga negara lainnya tanpa terkecuali termasuk
Lebih terperinciPerkembangan Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa di Indonesia (Development of Special
Perkembangan Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa di Indonesia (Development of Special Education in Indonesia) Zaenal Alimin Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus SPS UPI Jurusan PLB FIP UPI Perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan
Lebih terperinciSILABUS DAN SAP. Dr. Hj. Lely Halimah, M.Pd. Endah Silawati, M. Pd
SILABUS DAN SAP MATA KULIAH : PERENCANAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI KODE MATA KULIAH : UD502 PROGRAM : S-1 PGPAUD BOBOT SKS/SEMESTER : 2 (DUA) SEMESTER : 6 (ENAM) Dr. Hj. Lely Halimah, M.Pd. Endah Silawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan
Lebih terperinci