BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntan Publik Akuntan publik dikenal masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Fauzi (1999:12) mendefinisikan akuntan publik sebagai berikut: Akuntan publik adalah akuntan profesional yang diberi izin oleh negara sebagai akuntan swasta yang independen dengan memberikan jasa-jasanya untuk suatu pembayaran tertentu. Akuntan publik adalah profesi yang mempunyai posisi yang unik, pada satu sisi mendapat honor dari klien tetapi jika ia melaksanakan praktek publik (public practice) harus bersikap independensi (tidak memihak kepada salah satu pihak, baik klien maupun pihak lain) Profesi Akuntan Publik Informasi mengenai perusahaan diperlukan oleh pihak-pihak diluar perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. Umumnya mereka mendasarkan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan yang berlawanan pada situasi tersebut. Di satu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar. Di pihak lain, pihak perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang mereka investasikan. Adanya dua kepentingan yang berlawanan inilah yang menyebabkan timbul dan berkembangnya informasi akuntan publik. Manajemen memerlukan jasa pihak kedua agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya. Sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya. 11

2 12 Sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil oleh mereka. Karena pihak luar memerlukan jasa pihak ketiga untuk menilai keandalan pertanggungjawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam, keadaan ini memicu timbulnya kebutuhan jasa profesi akuntan publik. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan Struktur Kantor Akuntan Publik Bentuk hukum suatu Kantor Akuntan Publik berupa perusahaan perseorangan atau persekutuan. Pada umumnya semua Kantor Akuntan Publik memiliki struktur organisasi yang sama. Mulyadi (2000:33) menyatakan bahwa umumnya hirarki auditor dalam perikatan audit didalam Kantor Akuntan Publik dibagi menjadi sebagai berikut: 1. Rekan (partner) Partner menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan manajemen letter dan bertanggungjawab terhadap penagihan fee audit dari klien. 2. Manajer Manajer bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dalam waktu audit, mereview kertas kerja, laporan audit dan manajemen letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. 3. Auditor Senior Bertugas melaksanakan audit, bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor junior. 4. Junior auditor Auditor junior melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Berdasarkan kutipan di atas, rekan (partner) adalah orang bertanggung jawab penuh atas kegiatan-kegiatan kantor akuntan dan praktiknya serta memegang peran utaman dalam pengembangan klien. Manajer adalah orang yang bertanggung jawab atas kepenyeliaan dua atau lebih perikatan audit sekaligus, penentuan prosedur audit yang diterapkan untuk audit tertentu dan penjagaan

3 13 standar pekerjaan lapangan yang seragam. Auditor senior merupakan auditor penanggungjawab yakni auditor yang memenuhi syarat untuk memiliki tanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan audit dan auditor junior adalah seseorang yang baru bergabung dengan Kantor Akuntan Publik yang mempunyai pengalaman yang sangat terbatas dan bertugas melakukan tugas audit yang rinci. 2.2 Pengalaman Auditor Kepribadian manusia pada saat tertentu merupakan hasil dari proses interaksi dari bagian-bagian yang begitu intensif, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dan merupakan suatu subjek dari pengalaman. Nico Syukur (1988;21) menyatakan bahwa: Pengalaman adalah pengetahuan yang timbul bukan pertama-tama dari pemikiran, melainkan terutama dari pergaulan praktis dengan dunia. Pergaulan tersebut bersifat langsung, intuitif dan afektif. Istilah dunia mencakup orang maupun barang. Pengalaman bisa didapat melalui pergaulan praktis dengan dunia misalnya menekuni pekerjaan sesuatu atau berinteraksi dengan banyak orang. Semakin dalam seseorang menekuni pekerjaannya maka pengalamannya semakin bertambah begitu juga dengan interaksinya dengan banyak orang. Kepribadian terbentuk setiap saat, sehingga didalam perjalanan hidupnya, pengalaman manusia akan semakin bertambah. Oleh karena itu, seorang auditor dituntut untuk memiliki banyak pengalaman dalam bidang auditnya. Dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki, auditor akan dapat memenuhi tuntutan pekerjaannya, karena memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dituntut dari pekerjaan tersebut. Pengalaman yang dimiliki auditor akan memberikan kontribusi yang tinggi bagi pengembangan tugas auditnya Standar Umum Pertama Dalam melaksanakan tugas audit, auditor tidak mungkin untuk memeriksa semua bukti yang tersedia dan tidak mungkin memeriksa semua informasi di perusahaan yang diaudit berarti auditor harus mempunyai strategi dalam melaksanakan tugas auditnya. Untuk melakukan proses audit khususnya

4 14 perencanaan audit maka pengalaman auditor merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Standar Auditing pada Standar Umum Pertama (Seksi 150, paragraph 02) yang menyatakan: Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dengan pernyataan standar auditing ini, maka dimaksudkan bahwa orang yang melaksanakan tugas audit adalah orang yang benar-benar memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor dan bisa dikatakan keahlian dan pelatihan teknis tersebut didapat auditor dari pengalamannya yaitu lamanya ia bekerja sebagai auditor, frekuensi melaksanakan tugas audit dan pendidikan berkelanjutan Lamanya Bekerja Sebagai Auditor Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.470/KMK.017/1999) yaitu: Seorang akuntan publik untuk memperoleh ijin harus memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sebagai akuntan dan pengalaman audit umum sekurang-kurangnya 3000 (tiga ribu) jam dengan reputasi baik. Berdasarkan ketentuan di atas, maka menjadi seorang auditor yang berpengalaman harus memiliki pengalaman minimal 3 tahun dan sekurang- kurangnya 3000 (tiga ribu) jam sebagai akuntan dan pengalaman audit dengan reputasi baik. Hughes (1996;34) mengemukakan bahwa: Experience is not just a matter of what event happen to you, it also depends on how you percelve those event. Berdasarkan pendapat tersebut pengalaman tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada kita, tetapi dipengaruhi pula oleh bagaimana kita menanggapinya, termasuk juga bagaimana cara auditor dalam menanggapi tugas auditnya. Saat auditor junior melakukan penugasan audit ia belum memiliki kemampuan

5 15 layaknya auditor yang berpengalaman yang bekerjanya lebih lama dan mempunyai daya analisis yang kuat sehingga menimbulkan hasil- hasil penilaian yang berkualitas. (Bonner:1990) menyatakan bahwa: Dengan pengalaman yang dimiliki auditor maka dapat mengidentifikasikan informasi yang harus dipilih untuk menyimpulkan penilaian mereka. Informasi yang dipilih harus tepat agar penilaian yang muncul sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Konsekuensi dari kemampuan ini adalah ketetapan dalam merencanakan audit dengan efektif Frekuensi Melakukan Tugas Audit Brouwer (1984) mengemukakan bahwa: Hal yang baru, yang mengherankan, akan menjadi biasa dan hilang dalam kontinuitas dengan adanya pengalaman, sebagai contoh: waktu kita belajar bersepeda tidak disadari lagi kalau kita sudah pandai. Hal asing yang disadari akan menjadi biasa dengan pengalaman. Dengan semakin seringnya auditor melaksanakan tugas audit, pengalaman dan pengetahuannya akan semakin bertambah, sehingga kepercayaan diri auditor akan bertambah besar. Artinya pengalaman menghasilkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi karena pengalaman menghasilkan informasi yang tersimpan dalam memori. Dengan banyaknya informasi yang auditor punya maka auditor dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lebih percaya diri. Apabila seorang auditor sering melakukan tugas auditnya maka dia akan terbiasa dan akan memperoleh lebih banyak pengetahuan dalam tahap perencanaan audit yang efektif. Jadi diperkirakan dengan seringnya auditor melakasanakan tugas audit, maka kemampuan auditor dalam merencanakan audit akan efektif.

6 Pendidikan Berkelanjutan Hughes (1996;41) mengemukakan bahwa: Working with other who have different backgrounds, perspectives, or agendas can often be a growth experiences. Berdasarkan pendapat tersebut seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, keterampilan auditor dituntut untuk berkembang. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan tidak tertinggal oleh berbagai kemajuan teknologi adalah melalui program pendidikan dan pelatihan berkesinambungan. Tak dapat dipungkiri auditor diperlukan pelatihan dalam bidang akuntansi dan auditing, serta bidang-bidang operasional lainnya yang dibutuhkan oleh auditor dalam menjalankan tugas auditnya. Selain itu, kemampuan auditor harus ditingkatkan untuk mengantisipasi semua keadaan yang mungkin dihadapi akibat kemajuan yang begitu pesat. Secara formal, memang para auditor ini bisa mengikuti pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi lembaga pendidikan yang telah terukur kualitasnya, seperti pendidikan profesi akuntansi dan magister akuntansi. Dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan tidak menutup kemungkinan juga diselenggarakan dalam bentuk yang tidak formal. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam melaksanakan program pendidikan dan pelatihan berkesinambungan secara informal ini, misalnya pertemuan regular dengan auditor lain melakukan penelitian dalam bidang yang relevan, serta menghadiri seminar tentang akuntansi dan auditing. Auditor diharuskan mengikuti pendidikan berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan keahliannya. Auditor harus berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknikteknik audit. Diharapkan dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan auditor dapat meningkatkan keahliannya, termasuk dalam proses audit khususnya perencanaan audit yang merupakan tahap awal dalam proses auditnya. Pastinya apabila diawali dengan baik maka akan berakhir baik.

7 Perencanaan Audit Perencanaan audit merupakan langkah awal dari proses audit. Mengetahui apa yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya adalah hal penting dalam melaksanakan suatu kegiatan. Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) mendefenisikan bahwa dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan beberapa pertimbangan yang penting yaitu: 1) Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha dan industri dimana satuan usaha tersebut beroperasi didalamnya. 2) Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut. 3) Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengelola informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi perusahaan. 4) Penetapan tingkat rasio pengendalian yang direncanakan. 5) Perimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. 6) Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian. 7) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan dan ketidakberesan yang material atau transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 8) Sifat laporan keuangan yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas (misalnya: laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian yang telah diaudit. Abdul Halim (1998:72) menyatakan bahwa: Tahap perencanaan audit merupakan tahap yang mau tidak mau harus mendapat perhatian serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat dipungkiri, karena pekerjaan apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik. Oleh karena itu, perencanaan audit merupakan suatu keharusan apabila kita menghendaki pemeriksaan yang efektif dan efisien. Menurut Arens & Loebbecke (2000:218) memberikan tiga alasan mengapa auditor harus merencanakan pekerjaan dengan baik, yaitu: 1) To enable the auditor to obtain sufficient competence evidence for the circumstance. 2) To help keep audit cost reasonable. 3) To avoid misunderstanding with klien.

8 18 Perencanaan audit merupakan bagian terpenting maka alasan auditor merencanakan penugasannya yaitu untuk memperoleh bahan bukti yang cukup, membantu menekan biaya audit serta menghindari kesalahpahaman atau perselisihan dengan klien. Dengan kata lain alasan tersebut dikarenakan bahwa tahap perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan sebelum kegiatan dimulai. 2.4 Elemen-elemen perencanaan audit Ruang lingkup dari perencanaan audit adalah bervariasi sesuai dengan besarnya dan kompleksitasnya permasalahan objek yang diperiksa dan pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen elemen perencanaan audit menurut Arens & Loebbecke (2000:219) adalah: 1. Preplan 2. Obtain Background Information of Client 3. Obtain Information about Client s Legal Obligation 4. Perform Prelimanary Analitical Procedures 5. Set Materiality and Asset Acceptable Audit Risk and Inherent Risk 6. Understand Internal Control Structure and Asses Control risk 7. Develop Overall Audit Plan and Audit Program Elemen-elemen perencanaan audit di atas merupakan langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan sebelum kegiatan (proses audit) dimulai. Pada intinya suatu perencanaan audit haruslah direncanakan sebaik-baiknya demi kelangsungan tahap-tahap proses audit selanjutnya dan sebaiknya perencanaan audit tersebut dilakukan oleh auditor yang berpengalaman agar menambah keyakinan pemakai laporan sebagai alat dalam pengambilan keputusan Perencanaan Awal (Preplan) Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit, menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengindentifikasi alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penguasaan dan memperoleh surat penegasan.

9 19 Arens & Loebbecke (2000:218) menyatakan bahwa: Perencanaan awal menyangkut keputusan apakah akan menerima atau melanjutkan pelaksanaan audit bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan klien untuk diaudit, memilih staf untuk penugasan tersebut, dan mendapatkan surat penugasan. Perencanaan awal ini terdiri dari hal-hal berikut: 1. Menyelidiki klien Baru Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum mereka memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan usaha, stabilitas keuangan dan hubungan klien dengan KAP terdahulu. Auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan auditor sebelumnya dan harus mendapatkan izin dari klien sebelum komunikasi dilakukan. Arens & Loebbecke (2000:219) menyatakan bahwa: Untuk calon klien yang sebelumnya diaudit oleh KAP lain, auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan auditor sebelumnya. Tujuan ini adalah untuk membantu auditor pengganti dalam mengevaluasi apakah akan menerima penugasan ini. Dari komunikasi ini akan diperoleh informasi bahwa klien tidak mempunyai integritas atau terjadi perselisihan mengenai prinsip akuntansi, prosedur audit atau honorarium. Abdul Halim (1998:65) menyatakan bahwa: Komunikasi antar auditor dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis. Walaupun komunikasi tersebut dapat dilakukan sesudah menerima penugasan namun usahakan untuk melekukannya sebelum menerima penugasan. Dengan adanya komunikasi diantara auditor pengganti dengan auditor sebelumnya maka akan membantu auditor pengganti untuk mengevaluasi apakah klien tersebut dapat diterima atau ditolak. Apabila calon klien belum pernah diadakan penyelidikan menyeluruh maka sumber informasinya bisa dari pengacara atau lembaga-lembaga lain yang pernah terkait dengan perusahaan calon klien tersebut.

10 20 2. Melanjutkan Klien Lama Abdul Halim (1999:66) menyatakan bahwa: Auditor perlu menyelidiki apakah terdapat kekeliruan dan ketidakberesan dan pelanggaran hukum yang ditemukan dalam audit sebelumnya. Untuk melanjutkan klien lama juga harus dievaluasi untuk memeutuskan apakah dapat diterima atau audit tidak dilanjutkan. Penyebab tidak bisa dilanjutkan pemeriksaan bisa dikarenakan adanya perselisihan sebelumnya, jika terjadi tuntutan hukum terhadap KAP oleh klien, akuntan publik tidak dapat melakukan audit lagi, hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari penilaian subjektif yang dapat mempengaruhi independensi KAP. 3. Mengindentifikasi Alasan Klien Untuk Diaudit Arens & Loebbecke (2000:220) menyatakan bahwa: Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti jika laporan digunakan secara luas. Hal ini sering terjadi pada perusahaan publik, perusahaan dengan hutang banyak, dan perusahaan yang akan dijual dalam waktu dekat. Kemungkinan terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat pengalaman dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen. Selama audit berlangsung auditor dapat memperoleh informasi tambahan mengenai mengapa klien menghendaki audit dan untuk apa laporan keungan digunakan. 4. Staf Untuk Penugasan Arens & Loebbecke (2000:220) menyatakan bahwa: Menentukan staf yang pantas untuk melaksanakan penugasan adalah penting untuk memenuhi standar auditing yang berlaku umum meningkatkan efisiensi audit. Dalam penugasan yang lebih luas, mungkin ada satu atau lebih partner dan staf dengan tindakan pengalaman yang berbeda untuk mengaudit. Bisa juga dikerahkan ahli-ahli yang berspesialisasi dalam bidang-bidang teknik seperti statistik dan komputer audit. Dalam audit yang lebih sederhana mungkin hanya terdapat satu atau dua staf.

11 21 Pertimbangan utama yang mempengaruhi penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan dari tahun ke tahun. Seorang asisten staf yang belum berpengalaman mungkin saja akan menjadi non-partner yang paling berpengalaman dalam penugasan itu dalam beberapa tahun kemudian. Kesinambungan membantu KAP dalam menjaga mutu persyaratan teknis dan hubungan antar manusia yang lebih erat dengan klien. 5. Memperoleh Surat Penugasan Arens & Loebbecke (2000:220) menyatakan bahwa: Surat penugasan adalah kesepakatan antara KAP dan klien untuk pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Abdul Halim (1998:68) menyatakan bahwa surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk mendokumentasi dan menegaskan: 1. Penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien. 2. Tujuan dan lingkup audit. 3. Luas tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya, dan tanggung jawab manajemen atas informasi keuangan. 4. Kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan. 5. Kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk menyampaikan hasil penugasan. 6. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidakberesan material tidak akan terdeteksi. 7. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya. 8. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit. 9. Kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit. Sedangkan menurut Standar Auditing (SA) seksi 320 ada beberapa faktor yang menyebabkan auditor memutuskan pengiriman surat penugasan audit baru, yaitu: 1. Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan lingkup audit. 2. Adanya sarat-sarat penugasan yang direvisi atau khusus. 3. Perubahan manajemen yang terjadi akhir-akhir ini. 4. Perubahan signifikan dalam sifat dan urusan bisnis klien. 5. Persyaratan hukum.

12 22 Tujuan dari dibuat surat penugasan adalah untuk mempengaruhi salah pengertian sehingga surat penugasan harus dibuat secara tertulis. Surat penugasan adalah kesepakatan antara KAP dengan klien, isi dari surat tersebut menyatakan batasan dari penugasan, batas waktu, bantuan yang akan diberikan atau daftar rincian yang perlu dipersiapkan untuk auditor atau honorarium Memperoleh Informasi Mengenai Latar Belakang Klien (Obtain Background Information of Client) Auditor harus memiliki pengetahuan tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan surat atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat memahami latar belakang klien adalah dengan cara: meninjau lokasi pabrik dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan, mengindentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar. 1. Meninjau Pabrik dan Kantor Arens & Loebbecke (2000:223) menyatakan bahwa: Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diperoleh kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan pertama. Berdasarkan kutipan diatas dengan adanya peninjauan pabrik dan kantor maka akan diperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena bisa mengamati kegiatan operasi klien secara langsung. Abdul Halim (1998:74) menyatakan bahwa: Meninjau pabrik dan kantor bertujuan untuk mengetahui karateristik operasi klien, dan berkesempatan menjumpai personel kunci dan organisasi klien. Untuk memperoleh pemahaman bidang usaha klien diperlukan peninjauan atas bidang usaha klien yang bersangkutan, karena dengan demikian akan diperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi langsung dari sumber

13 23 yang dapat dipercaya, misalnya saja melakukan wawancara dengan pegawai, berdiskusi mengenai hal-hal penting dalam laporan akuntansi. Dengan cara demikian diharapkan auditor mampu melihat persoalan dari perspektif yang lebih luas. 2. Menelaah Kebijakan Perusahaan Kebijakan manajemen yang menyangkut perusahhan harus dievaluasi dengan teliti sebagai bahan dari audit, untuk meyakinkan bahwa keputusan kebijakan tersebut telah tercermin dalam laporan keuangan. Pendekatan yang digunakan oleh auditor adalah mencatat kebijakan-kebijakan apa saja yang dianggap penting dapat mempengaruhi suatu prosedur dalam pencatatan akuntansi sehingga auditor dapat mengetahui apakah kebijakan tersebut mengubah kebijakan akuntansi yang telah ada. Menurut Abdul Halim (1998:74) menjelaskan bahwa: Sumber-sumber kebijakan perusahaan dapat diperoleh dari penelaahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien, analisis laporan keuangan interim, penelaahan kontrak atau perjanjian penting, penelaahan notulen rapat klien dan sebagainya. Dengan menelaah kebijakan perusahaan maka sebagian besar kebijakan dan wewenang perusahaan tercermin dalam laporan keuangan tetapi tidak tercakup dalam sistem akuntansi. Dimaksudkannya kebijakan akuntansi yang penting kedalam arsip permanen bisa membantu auditor menetapkan apakah klien telah mengubah kebijakan akuntansi. 3. Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Arens & Loebbecke (2000:223) menyatakan bahwa: Transaksi hubungan istimewa adalah transaksi antara klien dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Adapun pihak-pihak istimewa yang dimaksud adalah hubungan kekeluargaan, hubungan organisasi dan lain- lain. Sedangkan menurut Mulyadi & Kanaka (1998:131) menyatakan bahwa: Pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan klien adalah perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien (misalnya pemegang saham utama) atau pihak-pihak lain, yang dalam melakukan transaksi, salah satu pihak dapat mempengaruhi kebijakan manajemen atau kebijakan operasional pihak lain.

14 24 Contoh umum adalah transaksi penjualan atau pembelian antara perusahaan anak, pertukaran peralatan antar dua perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama, pinjaman kepada pegawai. Contohnya yang agak langka misalnya ada pengaruh kuat pelanggan utama terhadap manajemen klien. Cara utama untuk mengidentifikasi pihak yang mempunyai hubungan istimewa misalnya bertanya kepada manajemen, menelaah arsip pasar modal, dan memeriksa daftar pemegang saham utama. 4. Mengevaluasi Kebutuhan Spesialisasi Dari Luar Arens & Loebbecke (2000:224) menyatakan bahwa: Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai mengenai industri klien untuk menentukan apakah diperlukan seorang spesialis. Dengan memiliki pemahaman bidang usaha klien, maka pihak auditor dapat mempertimbangkan perlu tidaknya seorang ahli yang berhubungan dengan operasi perusahaan tersebut yang dapat membantu memberikan pemahaman yang lebih baik bagi auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya. Perencanaan yang baik diperlukan untuk menjamin bahwa seorang spesialis itu benar-benar kompeten dan jika mungkin independent terhadap klien Memperoleh Informasi Mengenai Kewajiban Hukum Klien (Obtain Information about Client s Legal Obligation) Arens & Loebbecke (2000:224) menyatakan bahwa: Tiga dokumen dan catatan hukum yang berkaitan erat yang harus diperiksa pada awal penugasan antara lain : 1) Akta pendirian dan anggaran dasar perusahan. 2) Risalah rapat dewan direksi, dewan komisaris dan pemegang saham. 3) Kontrak-kontrak. Pengetahuan awal mengenai dokumen hukum dan catatan ini akan memungkinkan auditor untuk menginterpretasikan bahan bukti selama penugasan berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan yang pantas telah dilakukan dalam laporan keuangan.

15 25 Faktor- faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan dalam laporan keuangan. 1. Memahami Akta Pendirian dan Anggaran Dasar Perusahaan Akta pendirian perusahaan diterbitkan oleh negara dimana perusahaan didirikan dan merupakan dokumen hukum yang penting untuk mengakui suatu perusahaan sebagai suatu satuan usaha yang berdiri sendiri. Termasuk didalamnya adalah nama perseroan, tanggal pendirian, jenis dan jumlah modal saham yang disahkan untuk ditempatkan dan jenis kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh perseroan. Anggaran dasar mencakup peraturan dan prosedur yang ditetapkan oleh para pemegang saham perseroan. Didalamnya diuraikan hal-hal seperti tahun fiskal perseroan, frekuensi rapat pemegang saham, metode pemilikan para direktur dan komisaris dan kewajiban serta wewenang dari para pengurus perusahaan. Arens & Loebbecke (2000:224) menyatakan bahwa: Auditor harus memahami persyaratan akta pendirian dan anggaran dasar agar dapat menetapkan apakah laporan keuangan disajikan secara pantas. Auditor harus memeriksa anggaran dasar perusahaan dan mencatat peraturan yang dapat mempengaruhi audit atau operasi perusahaan. Pelanggaran terhadap anggaran dasar perusahaan menyebabkan auditor harus waspada terhadap adanya kemungkinan kecurangan menajemen dan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan atau tindakan yang melanggara hukum. Begitu pula pemahaman informasi yang menyangkut akta pendirian perusahaan. Dalam pemeriksaan ulang akta pendirian ini harus dimutakhirkan jika terjadi perubahan atau amandemen. Pengungkapan yang besar mengenai kekayaan pemegang saham, termasuk pembayaran dividen secara pantas, sangat tergantung pada persyaratan tersebut

16 26 2. Memeriksa Risalah Rapat Dewan Komisaris, Para Pemegang Saham, Komite Audit dan Pejabat Eksekutif. Notulen rapat perseroan adalah catatan resmi rapat dewan direksi dan pemegang saham. Termasuk didalamnya adalah ikhtisar masalah terpenting yang didiskusikan dalam rapat ini dan keputusan yang dibuat ileh direksi dan pemegang saham. Arens & Loebbecke (2000:225) menyatakan bahwa: Jika auditor tidak memeriksa notulen, dia mungkin tidak menyadari adanya informasi yang penting untuk menetapkan apakah laporan keuangan telah dibuat dengan benar. Jika auditor tidak memeriksa risalah rapat, auditor mungkin mengabaikan informasi yang perlu untuk menetapkan apakah laporan keuangan yang telah dibuat dengan benar. Auditor harus dapat membedakan data yang relevan dan tidak relevan pada saat membuat catatan ringkasan tentang notulen. 3. Memahami Kontrak Penjualan dan Pembelian Arens & Loebbecke (2000:224) menyatakan bahwa: Dalam memeriksa kontrak perhatian utama dipusatkan pada segi kesepakatan hukum yang mempengaruhi pengungkapan keuangan. Kontrak dapat mempunyai dampak penting pada laporan keuangan jika subjek dari kontrak dinyatakan langsung sebesar nilai uang tertentu, misalnya dalam hal hipotek atau kewajiban obligasi. Akibatnya yang mungkin ditimbulkan oleh kontrak terhadap laporan keuangan akan tergantung pada sifatnya. Contoh: kontrak harus mendapat perhatian auditor antara lain wesel, obligasi jangka panjang, ketentuan mengenai pensiunan, kontrak penyerahan barang, perjanjian royalti, kontrak serikat buruh dan sewa guna (lease). Kontrak-kontrak tersebut dimugkinkan dapat mengakibatkan timbulnya dampak penting dalam laporan keuangan. Oleh sebab itu auditor harus teliti dalam memeriksa dokumen tersebut.

17 Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan (Perform Prelimanary Analitical Procedures) Abdul Halim (1998:85) menyatakan bahwa: Prosedur analitis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan- hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis dapat dilakukan dengan metode perbandingan sederhana sampai model statistik dan matematis yang rumit dan kompleks. Berdasarkan kutipan diatas, prosedur analitis merupakan satu tipe bukti melalui analisis pembandingan dan hubungan berbagai informasi baik informasi kuantitatif maupun non kuantitatif guna menilai kewajaran suatu pos dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:132) menyatakan bahwa: Tujuan dari prosedur analitis dalam perencanaan audit adalah dapat membantu perencanaan, sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan digunkan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu. Dalam Standar Auditing (SA) seksi 329 paragraf 6 dijelaskan bahwa prosedur analitis dalam perencanaan audit harus ditunjukkan untuk: 1) Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transakai atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir, dan 2) Mengidentifikasikan bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit. Jadi tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal- hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, jumlah rasio dan trand yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit. Melakukan prosedur analitis ini sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan pemeriksaan dapat tergambar di dalamnya. Prosedur analitis diantaranya akan hal- hal penting dalam pemeriksaan yaitu: 1. Memahami bidang usaha klien Abdul Halim (1998:73) menyatakan bahwa: Memahami bidang usaha klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan oleh auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memeperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul dan menentukan prosedur audit yang direncanakan.

18 28 Sedangkan Mulyadi dan Kanaka (1998:129) memberikan penjelasan bahwa untuk memahami bisnis dan industri klien, auditor menempuh berbagai cara berikut ini: 1) Me-review kertas kerja audit tahun sebelumnya 2) Me-review data industri dan bisnis 3) Mengunjungi kantor dan pabrik klien 4) Meminta keterangan kepada komite audit 5) Menentukan adanya pihak- pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan klien 6) Mempertimbangkan dampak pernyataan standard akuntansi dan pernyataan standar auditing yang berlaku. Auditor harus mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang klien yang diperoleh di tahun sebelumnya sebagai landasan perencanaan audit pada tahun berjalan. Dengan melakukan prosedur analitis dimana informasi tahun sebelumnya yang tidak diaudit, dapat dilihat perubahan yang terjadi. 2. Penetapan Kemampuan Satuan Usaha untuk Menjaga Kelangsungan Hidupnya Arens& loebbecke (2000:224) menyatakan bahwa: Prosedur analitis seringkali berguna sebagai petunjuk adanya masalah keuangan yang kritis di perusahaan klien. Kemungkinan tersebut harus dipertimbangkan oleh auditor didalam melakukan penetapan risikorisiko yang berhubungan dengan audit. Seperti juga kaitannya dengan penggunaan asumsi kelangsungan hidup oleh manjemen dalam penyusunan laporan keuangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu hal ini. Misalnya jika rasio utang jangka panjang terhadap modal lebih tinggi dari normal bersamaan dengan rasio laba per-total aktiva yang lebih rendah dari rata- rata, maka risiko kegagalan keuangan relatif tinggi. Kondisi tersebut tidak hanya mempengaruhi perencanaan audit tetapi juga menunjukkan keraguan mengenai kemampuan satuan usaha menjaga kelangsungan hidupnya sehingga perlu dibuat modifikasi laporan.

19 29 3. Mengurangi Pengujian Audit yang Terinci Arens & Loebbecke (2000:224) menyatakan bahwa: Jika prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa maka implikasinya adalah adanya kemungkinan kekeliruan atau ketidakberesan material telah diminimasikan. Dalam hal ini prosedur analitis merupakan bahan bukti substantif yang mendukung pernyataan wajar atas saldo-saldo perkiraan yang berhubungan dan mungkin cukup dilakukan pengujian terinci yang lebih sedikit dengan perkiraan itu. Misalnya jika prosedur analitis atas saldo perkiraan yang kecil seperti asuransi dibayar dimuka adalah menguntungkan, jadi tidak diperlukan pengujian yang rinci. Dalam hal ini prosedur audit tertentu bisa dihilangkan, besar sampel dapat dikurangi atau saat pelaksanaan prosedur yang bersangkutan dapat dilaksanakan sesudah tanggal neraca. Prosedur analitis biasanya tidak mahal jika dibandingkan dengan pengujian terinci. Oleh karena itu, sebagian besar auditor mengganti pengujian terinci dengan pengujian terinci dengan pengujian analitis jika memungkinkan. Sebagai ilustrasi mungkin jauh lebih kecil biaya untuk menghitung dan menelaah rasio penjualan dan piutang usaha daripada melakukan konfirmasi piutang usaha. Jika mungkin untuk mengurangi atau mengganti konfirmasi dengan melakukan prosedur analitis sehingga dapat menghemat biaya yang cukup besar. Melakukan prosedur analitis ini sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan pemeriksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur analitis diantaranya akan hal-hal penting dalam pemeriksaan yaitu: seperti yang telah dikemukakan diatas seperti memahami bidang usaha klien, penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya serta mengurangi pengujian yang terinci. Prosedur yang biasa digunakan dalam hal ini adalah: 1. Membandingkan data klien dengan data industri 2. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya 3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien 4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor

20 30 5. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non- keuangan Dalam merancang dan menetapkan prosedur analitis digunakan pendekatan tujuh langkah yaitu: menentukan tujuan, prosedur analitis yang tepat, menggunakan data yang tepat, menerapkan keputusan, melaksanakan pengujian, analisis hasil serta menarik kesimpulan Menentukan Materialitas dan Menetapkan Risiko Audit yang dapat diterima (Set Materiality and Asset Acceptable Audit Risk and Inherent Risk) Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) mendefenisikan bahwa: Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. Abdul Halim (1998:78) menyatakan bahwa: Materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan yang salah pada informasi akuntansi pengambilan keputusan. yang dapat menimbulkan kesalahan dalam Sedangkan Mulyadi & Kanaka (1998:149) menyatakan bahwa: Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Berdasarkan ketiga pendapat di atas, pada intinya materialitas merupakan suatu kesalahan dalam laporan keuangan dianggap material apabila pengetahuan atas kesalahan tersebut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional serta menyandarkan keputusannya pada laporan tersebut.

21 31 Dalam Standar Proffesional Akuntan Publik diungkapkan bahwa perencanaan audit harus mempertimbangkan risiko dan materialitas, yaitu dalam: 1. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan 2. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus dipertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang disebutkan pada butir (1) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan sebagai dasar yang memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan. Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji yang material ia harus memberitahukan hal ini pada klien sehingga koreksi dapat dilakukan. Jika klien menolak untuk mengkoreksi laporan keuangan tersebut maka auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian. Ada lima langkah dalam menetapkan materialitas yaitu : 1. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas 2. Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas kedalam segmen 3. Mengestimasikan total salah saji dalam segmen 4. Mengestimasikan salah saji gabungan 5. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas Dua langkah pertama diperlukan untuk merencanakan luasnya pengujian, sedangkan tiga langkah berikutnya untuk mengevaluasikan hasil atau melaksanakan pengujian audit.

22 Memahami Struktur Pengendalian Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian (Understand Internal Control Structure and Asses Control risk) Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA seksi 150 tujuan pengkajian dan pemahaman struktur pengendalian internal adalah : Pemahaman yang memadai atas sistem pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Alasan perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian internal adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Sistem terdiri dari kebijakankebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran perusahaan yang dicapai, kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut pengendalian internal. Semakin baik struktur pengendalian internal maka semakin sempit pemeriksaan yang akan dilakukan atau semakin sedikit contoh yang diambil dan sebaliknya semakin lemah sistem pengendalian internal maka semakin banyak contoh yang harus dipilih. Akuntan harus memperhatikan bagian- bagian dari struktkr pengendalian internal yang lemah sehingga auditor dapat memilih dan menetapkan prosedur dan teknik yang tepat untuk dapat melaksanakan pemeriksaan dengan baik. Kepentingan auditor atas pengendalian internal yang baik berkaitan dengan kepentingan manajemen perusahaan klien terhadap hal tersebut yaitu tersedianya data yang andal yang bisa digunakan dalam pemeriksaan, dimana hal ini dijadikan dasar untuk menetapkan luasnya lingkup pengujian yang harus dilakukan serta prosedur pemeriksaan yang akan digunakan Mengembangkan Rencana dan Program Audit Menyeluruh (Develop Overall Audit Plan and Audit Program) Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Program audit harus

23 33 menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa: Dalam perencanaan audit auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi. Dalam mengembangkan program audit, auditor harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya, selama berlangsungnya audit perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut. Menurut Abdul Halim (1998:82) menyatakan bahwa: Program audit merupakan daftar prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh pekerja lapangan atau penghimpun bukti. Program audit meliputi sifat, luas dan saat pekerjaan yang harus dilakukan. Program Audit membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Untuk mentaati SPAP dalam memahami prosedur-prosedur klien dan untuk melaporakan serta memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-bukti guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus menyusun program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan yang baik sangat penting artinya bagi keberhasilan suatu pemeriksaan, sehingga auditor dapat melakukan pemeriksaannya secara terarah, karena program pemeriksaan tersebut petunjuk mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan. Program pemeriksaannya juga merupakan suatu alat pengendalian, dimana auditor dapat menyesuaikan pemeriksaannya dengan langganan dan jadwal yang telah ditetapkan. Program audit mencakup suatu daftar semua prosedur audit yang harus dijalankan untuk dapat menghimpun bahan bukti kompeten yang mencukupi, termasuk pula didalamnya rincian dari masing-masing prosedur yang menyangkut ukuran sampel, pos atau unsur yang dipilih dan saat pengujian.

24 Pengertian Efektivitas Efektivitas diukur dengan memperhatikan tujuan yang dapat dicapai atau mengacu kepada pencapaian suatu tujuan. Menurut Anthony (2000:11) pengertian efektivitas adalah: Effectiveness is the relationship between a responsibility center s output and objectives. The more these output contribute to the objectives, the more effective the unit is. Berdasarkan kutipan di atas efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas berhubungan dengan apakah tujuan organisasi tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. 2.5 Pengertian Efektivitas Perencanaan Audit Dari beberapa literatur yang ada, tidak satupun yang secara eksplisit menjabarkan pengertian efektivitas perencanaan audit. Oleh karena itu, untuk mendefenisikan efektivitas perencanaan audit, penulis menganalogikan terhadap pengertian efektivitas di atas, sehingga efektivitas perencanaan audit diartikan sebagai hubungan antara hasil program dengan tujuan atau target dari perencanaan audit tersebut. Untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan maka kita butuh langkah-langkah atau proses untuk pencapaian tujuan tersebut. Untuk pencapaian efektivitas perencanaan audit terdapat tahaptahap perencanaan audit yang telah dikemukakan sebelumnya. Pada intinya suatu perencanaan audit haruslah direncanakan sebaikbaiknya demi kelangsungan tahap-tahap proses audit selanjutnya. Sementara yang dimaksud dengan tujuannya adalah semua tahapan perencanaan audit tersebut dimaksudkan untuk membantu auditor melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini dunia lingkungan bisnis semakin kompleks dan kompetitif, setiap profesi berusaha untuk senantiasa menemukan kembali keunggulan kompetitif masing-masing

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang Pada Standar Pekerjaan Lapangan #1 (PSA 05) menyebutkan bahwa Pekerjaan (audit) harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya Perencanaan audit meliputi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam melakukan evaluasi perencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry, langkah awal yang penulis lakukan adalah dengan membuat permohonan izin kepada pihak KAP

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban Daftar Pertanyaan Petunjuk Pengisian Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban yang disediakan dengan singkat dan jelas dan sandainya Bapak/Ibu berkeberatan mencantumkan

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 PERENCANAAN

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

Lebih terperinci

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit. SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT SA Seksi 325 KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT Sumber: PSA No. 35 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN SUPERVISI

PERENCANAAN DAN SUPERVISI Standar Profesionail Akuntant Publik SA Seksi 3 1 1 PERENCANAAN DAN SUPERVISI Sumber: PSA No. 05 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

SURAT PERIKATAN AUDIT

SURAT PERIKATAN AUDIT SA Seksi 320 SURAT PERIKATAN AUDIT Sumber: PSA No. 55 Lihat Seksi 9320 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Tujuan Seksi ini adalah untuk memberikan panduan tentang: a. Persetujuan dengan klien

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci tedi last 09/17 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan

Lebih terperinci

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No. SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian

Lebih terperinci

PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS

PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat : untuk memungkinkan auditor mendapatkan

Lebih terperinci

STANDAR PERIKATAN AUDIT

STANDAR PERIKATAN AUDIT EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang KUESIONER Mohon Bapak / Ibu / Saudara menjawab pertanyaan di bawah ini dengan tanda ( ) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak / Ibu / Saudara. 1 ini berhubungan dengan prosedur audit.

Lebih terperinci

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16 Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan tedi last 09/16 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat: 1. Memudahkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan

Lebih terperinci

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN SA Seksi 317 UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN Sumber: PSA No. 31 PENDAHULUAN 01 Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahap penyelesaian audit sangat mempengaruhi keberhasilan hasil audit. Tahap ini sangat penting dan dilaksanakan setelah pelaksanaan audit atas berbagai siklus. Keputusan

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti Audit BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SPR 00 Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 00 PERIKATAN UNTUK REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan

Lebih terperinci

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Audit atas Estimasi Akuntansi SA Seksi 342 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Sumber: PSA No. 37 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit kompeten

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 319 PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber : PSA No. 69 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang pertimbangan auditor atas pengendalian intern klien

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Pertanyaan dan Jawaban BAB 6 1. Apakah manfaat yang didapat diperoleh dari perencanaan audit? Jawab : Maanfaat perencanaan audit adalah Membantu

Pertanyaan dan Jawaban BAB 6 1. Apakah manfaat yang didapat diperoleh dari perencanaan audit? Jawab : Maanfaat perencanaan audit adalah Membantu Pertanyaan dan Jawaban BAB 6 1. Apakah manfaat yang didapat diperoleh dari perencanaan audit? Jawab : Maanfaat perencanaan audit adalah Membantu auditor unuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area

Lebih terperinci

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA 0 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA Paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY (KAP ARHJ)

EVALUASI PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY (KAP ARHJ) EVALUASI PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY (KAP ARHJ) Danti Putri Utami Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER Dalam suatu general audit/financial audit (pemeriksaan umum), akuntan public pada akhir pemeriksaannya harus mengeluarkan laporan akuntan public yang terdiri

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI

KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI SA Seksi 315 KOMUNIKASI ANTARA AUDITOR PENDAHULU DENGAN AUDITOR PENGGANTI Sumber: PSA No. 16 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti

Lebih terperinci

PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN

PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN Sa Seksi 337 PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN TENTANG LITIGASI, KLAIM, DAN ASESMEN Sumber : PSA No. 74 01 seksi ini memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh auditor

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

AUDITING INVESTASI. SA Seksi 332. Sumber: PSA No. 07

AUDITING INVESTASI. SA Seksi 332. Sumber: PSA No. 07 SA Seksi 332 AUDITING INVESTASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN TERHADAP KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mengaudit investasi dalam efek, yaitu efek utang dan efek ekuitas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (agency theory) Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Mulyadi (2002) auditing adalah: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN

PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN SA Seksi 318 PEMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN Sumber: PSA 67 PENDAHULUAN 01 Tujuan Seksi ini adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang

Lebih terperinci

BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN

BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN SA Seksi 543 BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN Sumber: PSA No. 38 Lihat SA Seksi 9543 untuk Interpretasi Seksi ini. PENDAHULUAN 01 Seksi ini berisi panduan bagi auditor independen

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA SA Seksi 341 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA Sumber: PSA No. 30 Lihat SA Seksi 9341 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1 Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan Berkembangnya Profesi Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA BUKTI AUDIT Akuntansi Pemeriksan I Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Perbedaan Bukti audit dengan Bukti Hukum dan Ilmiah Karakteristik Bukti untuk Eksperimen Ilmiah, Kasus Hukum, dan Audit atas Laporan

Lebih terperinci

Chapter 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIK

Chapter 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIK Chapter 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIK Audit Plan PERENCANAAN AUDIT - Standar Pekerjaan Lapangan dalam Standar Auditing mengharuskan bahwa audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya - Tiga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun 1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko Audit ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI Laporan praktisi tentang prosedur yang disepakati yang berkaitan dengan asersi manajemen tentang kepatuhan entitas terhadap persyaratan tertentu atau tentang efektivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Audit Definisi auditing menurut Jusup (2014:10) adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Audit 2.1.1 Pengertian Kualitas Audit Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas sebagai kemungkinan dimana or akan menemukan dan melaporkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit SA 0 Dokumentasi Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 DOKUMENTASI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis suatu perusahaan sangat membutuhkan ringkasan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh perusahaan selama tahun buku yang merupakan proses akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan Audit Bentuk Baku Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan Paragraf Scope Paragraf Pendapat Nama KAP

BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan Audit Bentuk Baku Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan Paragraf Scope Paragraf Pendapat Nama KAP BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para pengguna laporan keuangan menyandarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DISUSUN SESUAI DENGAN SUATU BASAIS AKUNTANSI KOMPREHENSIF SELAIN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

LAPORAN KEUANGAN DISUSUN SESUAI DENGAN SUATU BASAIS AKUNTANSI KOMPREHENSIF SELAIN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA SA Seksi 623 LAPORAN KHUSUS Sumber: PSA No. 41 PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan dalam hubungannya dengan: a. Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan basis akuntansi

Lebih terperinci

Standar audit Sa 500. Bukti audit

Standar audit Sa 500. Bukti audit Standar audit Sa 500 Bukti audit SA paket 500.indb 1 Standar Audit Standar audit 500 BuKti audit (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K Materialitas, dan Risiko AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Materialitas 11-2 FASB definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian

Lebih terperinci

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

Standar Audit SA 500. Bukti Audit SA 00 Bukti Audit SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 BUKTI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH AUDITING CONTOH KASUS BUKTI AUDIT

MAKALAH MATA KULIAH AUDITING CONTOH KASUS BUKTI AUDIT MAKALAH MATA KULIAH AUDITING CONTOH KASUS BUKTI AUDIT Disusun oleh Kelompok 5 (AK5-B3): 1. Fitriah Fajr (142010300110) 2. Nur Sakdiyah (142010300148) 3. Yunda Roro Anggraini (142010300158) 4. Farikhatul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi a. Sifat Siklus Akuntansi Sifat siklus akuntansi suatu entitas atau perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepemilikan surat

Lebih terperinci

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02 Daftar Isi Standar Umum SA Seksi 200 STANDAR UMUM Sifat standar umum; pelatihan dan keahlian auditor; independensi; penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama dalam pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era masa kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang sudah go public pada umumnya menginginkan agar laporan keuangan mereka sesuai dengan standar

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN

KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN SA Seksi 360 KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN Sumber : PSA No. 68 PENDAHULUAN 01 Beberapa pernyataan standar auditing telah memberikan panduan tentang hubungan antara auditor dengan manajemen. Seksi ini menguraikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA 00 Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 PERTIMBANGAN KHUSUS AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan menyediakan

Lebih terperinci

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA

TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN AKBAR ANWARI LUBIS MUCHTI WIRAHADINATA TUGAS PRAKTIK AUDITING MODUL 1 DISUSUN OLEH : DAULAT HASIBUAN 130522063 AKBAR ANWARI LUBIS 130522064 MUCHTI WIRAHADINATA 130522065 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Auditing

1.1 Pengertian Auditing 1.1 Pengertian Auditing Secara umum Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan - pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,

Lebih terperinci

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL SA Seksi 323 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL Sumber: PSA No. 56 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) menurut Aturan Etika Kompartemen

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) menurut Aturan Etika Kompartemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik (IAI 2001:20000.1-20000.6) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh

Lebih terperinci

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca Subsequent Event Subsequent Events adalah : Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia usaha semakin ketat. Untuk meningkatkan daya saingnya, perusahaan hendaknya menghasilkan

Lebih terperinci

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No.

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No. SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR Sumber: PSA No. 36 Lihat SA Seksi 9553 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis. BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini menjelaskan mengenai dasar pemilihan topik, masalah yang diangkat, tujuan melakukan penulisan, serta kerangka pikir penulisan secara umum yang akan ditulis. 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa akuntan publik semakin tinggi dikarenakan bukan hanya perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. jasa akuntan publik semakin tinggi dikarenakan bukan hanya perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntan Publik merupakan profesi yang semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang mempunyai bisnis atau perusahaan, baik perusahaan perorangan,

Lebih terperinci