BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Definisi yang berbeda mengenai konstipasi telah dijelaskan oleh berbagai literatur.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Definisi yang berbeda mengenai konstipasi telah dijelaskan oleh berbagai literatur."

Transkripsi

1 19 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Definisi yang berbeda mengenai konstipasi telah dijelaskan oleh berbagai literatur. The North American Society of Pediatric Gastroenterology and Nutrition mendefinisikan konstipasi sebagai terhambatnya atau sulitnya defekasi yang dialami 2 minggu atau lebih, dan cukup untuk menyebabkan masalah yang signifikan pada pasien. Konstipasi dikatakan idiopatik (disebut juga fungsional) ketika tidak bisa dijelaskan adanya abnormalitas anatomi, fisiologi, radiologi atau histopatologi. Hal ini yang membedakannya dengan konstipasi sekunder akibat penyebab organik. 11,12 Konstipasi merujuk pada frekuensi defekasi dan konsistensi tinja. Kedua parameter ini berubah seiring perubahan usia dan pola diet, hal ini biasanya meningkatkan kekhawatiran di kalangan orang tua yang kompulsif memantau kebiasaan defekasi anaknya. Bayi normal cenderung buang air besar setelah setiap kali pemberian makanan, tetapi pola ini bervariasi. Bayi yang diberi ASI memiliki frekuensi defekasi yang lebih sedikit dibanding bayi yang diberi susu formula konvensional. Anak diatas 6 tahun cenderung buang air besar 1 kali sehari. Frekuensi buang air besar yang berkurang harus diperhatikan jika konsistensi tinja keras, kering, besar yang tidak seperti biasanya, atau sulit untuk dikeluarkan Etiologi Penyebab konstipasi pada anak dibagi menjadi organik atau fungsional. Penyebab non-organik menjadi mayoritas (95%) pada kasus konstipasi.penyebab yang sering adalah makanan, kurangnya aktivitas, perilaku, dan masalah psikososial. 5,11

2 20 Konstipasi primer (fungsional/idiopatik) dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: normaltransit constipation (NTC), slow-transit constipation (STC), dan disfungsi dasar panggul. Tipe pertama merupakan tipe tersering, dimana tinja melewati usus besar dengan kecepatan normal, tetapi pasien mengalami kesulitan untuk mengeluarkannya. Tipe kedua digambarkan dengan pergerakan usus yang jarang, penurunan urgensi, atau usaha untuk buang air besar (sering terjadi pada perempuan). Disfungsi dasar panggul digambarkan sebagai gangguan fungsi dasar panggul atau sfingter anus. Pasien tipe ini sering mengeluhkan usaha yang berkepanjangan/berlebih untuk buang air besar, perasaan tidak puas, atau penggunaan tekanan perineal atau vagina saat defekasi untuk mengeluarkan tinja. 13 Penyebab organik termasuk kelainan anatomi, neuromuskular, metabolik, endokrin, dan lain-lain. 11,13 Konstipasi sekunder, sebagai contoh dikarenakan hipotiroid, penyakit Hirschsprun, atau perubahan kadar kalsium, merupakan hal yang jarang terjadi dan hanya sekitar kurang dari 10% kasus. Selain itu, alergi protein susu sapi, khususnya yang tidak dimediasi IgE, berkaitan dengan dismotilitas usus besar dapat menyebabkan konstipasi, dengan salah satu penelitian memperkirakan hingga 40% kasus konstipasi yang sulit diatasi (refrakter). 11,14 Pemahaman pemicu konstipasi pada anak sangat penting. Berkembangnya konstipasi fungsional pada anak merupakan proses yang dipicu oleh interaksi banyak faktor yang ada, yang berakhir pada retensi tinja yang dikehendaki, dan apabila perilaku dibiarkan akan menjadi konstipasi kronik. 15 Orang tua dari anak dengan konstipasi sering mengalami konstipasi ketika masa kanak-kanak. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya factor genetik berpengaruh. Diet memainkan peran dalam volume dan konsistensi material tinja. Beberapa makanan, seperti serat sayuran, cenderung membuat tinja lunak, sebaliknya makanan dan minuman lain,

3 21 seperti garam kalsium dari susu sapi, cenderung menyebabkan tinja keras. Diet elemental dan kimia tertentu yang mengurangi residu makanan dan dengan demikian mengurangi frekuensi buang air besar. 9 Ketika peningkatan aktivitas dan diet tinggi serat dapat bersifat protektif, faktor predisposisi yang meningkatkan risiko terjadinya konstipasi adalah usia, depresi, inaktivitas, asupan kalori yang rendah, tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah, sejumlah obat-obatan yang dikonsumsi, kekerasan fisik dan seksual, mulainya toilet training, perubahan pola makan, perubahan dari ASI menjadi susu sapi, atau perubahan dari makanan lunak menjadi padat, kelahiran saudara baru, pertama kali berada ditempat penitipan anak, bepergian, tidak tersedianya toilet. 11,16 Anak yang mengalami kesulitan saat toilet training cenderung mengalami konstipasi. Anak seperti ini biasanya kurang bisa beradaptasi dan memiliki mood negatif. Selain itu, konstipasi dapat juga terjadi akibat efek sekunder dari pergi ke sekolah yang terburu-buru di pagi hari, waktu penggunaan toilet sekolah yang cepat, penundaan buang air besar karena anak lebih tertarik mengerjakan hal lain. Terkadang tinja pada anak juga keras karena asupan cairan yang kurang saat liburan atau demam Epidemiologi Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak di dunia, baik di pelayanan primer maupun sekunder, serta melibatkan 40% bayi dan 30% anak usia sekolah. 5,14 Prevalensi dunia secara keseluruhan bervariasi karena perbedaan diantara tiap etnis tentang konstipasi yang dialami. Prevalensi konstipasi pada anak di dunia saat ini berkisar antara 0,7% sampai 29,6%. 6 Prevalensi konstipasi fungsional pada anak berkisar dari 4% sampai 36%. Di rumah sakit, 3% konstipasi

4 22 anak dirujuk ke bagian pediatrik dan hingga 25% ke bagian pediatrik gastroenterologi. 11,14 Konstipasi lebih jarang terjadi pada penduduk Afrika berkulit hitam dibandingkan dengan penduduk Afrika berkulit putih. Hal ini menunjukkan bahwa selain diet, faktor lingkungan lain juga memainkan peranan penting. 13 Adanya riwayat keluarga dijumpai pada 28-50% anak konstipasi dan insiden yang lebih tinggi dilaporkan pada kembar monozigot dibandingkan dizigot. 14 Umumnya perempuan lebih sering mengalami konstipasi dibanding laki-laki dengan rasio sebesar 3 berbanding 1. 13,16 Meskipun demikian, konstipasi cenderung sama pada kedua jenis kelamin dibawah usia 5 tahun, lebih sering terjadi pada perempuan diatas usia 13 tahun, dan puncak insiden pada saat toilet training sekitar usia 2-3 tahun hingga usia sebelum sekolah. 5, Patofisiologi Konstipasi Proses defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan persafaran yang normal dari rektum, otot puborektal dan sfingter ani. Rektum adalah organ sensitif yang mengawali proses defekasi. Tekanan pada dinding rektum oleh feses akan merangsang sistem saraf intrinsik rektum dan menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter ani eksterna kemudian menjadi relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon melalui anus. Apabila relaksasi sfingter ani interna tidak cukup kuat, maka sfingter ani eksterna akan berkontraksi secara refleks dan untuk selanjutnya akan diatur secara volunter. Otot puborektalis akan membantu sfingter ani eksterna sehingga anus mengalami konstriksi. Apabila konstriksi berlangsung cukup lama, refleks sfingter ani interna akan menghilang diikuti hilangnya keinginan defekasi. 17

5 23 Patofisiologi konstipasi pada anak berkaitan dengan banyak faktor. Borowitz, dkk. melaporkan bahwa defekasi yang menyakitkan adalah pencetus dari konstipasi. Nyeri saat defekasi akan membuat anak cenderung menahan defekasinya. Selama proses tersebut, mukosa rektum akan mengabsorbsi air dari feses, sehingga feses menjadi keras dan besar. Hal ini akan mengakibatkan defekasi menjadi semakin sulit. Karena sulitnya defekasi, terkadang dapat terjadi fisura anal yang akan memperburuk nyeri yang dialami anak. Hal ini akan membuat anak semakin berusaha untuk menahan defekasinya. Siklus retensi feses ini terjadi berulang-ulang dan menjadi reaksi otomatisasi. Seiring berjalannya waktu, akumulasi feses di rektum akan menyebabkan dilatasi rektum. Dilatasi rektum akan menyebabkan kemampuan sensorik rektum berkurang bersama dengan keinginan defekasi. Proses tersebut terjadi terus menerus dan mencetuskan konstipasi. 3,8,17, Manifestasi Klinis Gejala yang paling umum didapati adalah riwayat berkurangnya frekuensi defekasi. Seiring meningkatnya retensi feses, manifestasi konstipasi yang lain bermunculan seperti nyeri dan distensi abdomen yang menghilang setelah defekasi. Terkadang dijumpai riwayat feses yang keras atau feses yang sangat besar sehingga menyumbat saluran toilet. Enkopresis diantara feses yang keras sering salah didiagnosis sebagai diare. 4,8,17-19 Anak yang mengalami konstipasi biasanya mengalami anoreksia dan kurangnya kenaikan berat badan. Hal ini akan berkurang jika konstipasi teratasi. Anak sering melakukan manuver menahan feses seperti menyilangkan kedua kaki serta menarik kaki kanan dan kiri bergantian ke depan dan ke belakang sehingga kadang terkesan seperti kejang. Inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih sering

6 24 berkaitan dengan konstipasi pada anak. Semakin lama feses berada di rektum, semakin banyak bakteri berkoloni di perineum sehingga akan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. 4,8,17 Pada pemeriksaan fisik, didapati distensi abdomen dengan peristaltik normal, meningkat atau berkurang. Dapat dijumpai massa yang teraba di regio abdomen kiri dan kanan bawah serta suprapubis. Pada kasus yang berat, massa tinja kadang dapat teraba di daerah epigastrium. Tanda penting lain dari konstipasi adalah fisura ani dan ampula rekti yang besar. 8,17,19 Nyeri perut kronis dan retensi feses dapat menyebabkan kesulitan psikososial, gangguan dalam bergaul dan tekanan pada keluarga. Anak dengan konstipasi terlihat lebih pendiam, cenderung menarik diri, malu, kurang percaya diri dan marah saat dilakukan pemeriksaan dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki kelainan serupa. 4,19, Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan penting dalam diagnosis konstipasi. Dari anamnesis dijumpai manifestasi klinis seperti disebutkan di atas. 8,17-19,21 Temuan klinis tersebut kemudian disesuaikan dengan kriteria diagnosis konstipasi menurut ROME III. Diagnosis ditegakkan bila dijumpai setidaknya dua gejala selama sebulan pada anak usia kurang dari 4 tahun. Untuk anak usia lebih dari 4 tahun, harus dijumpai 2 gejala atau lebih yang tidak termasuk IBS dan gejalanya harus dijumpai setidaknya sekali dalam seminggu selama 2 bulan. 8,15,17,19,21 Dikatakan konstipasi akut bila keluhan berlangsung kurang dari 1-4 minggu dan konstipasi dikatakan kronis apabila keluhan berlangsung lebih dari 1

7 25 bulan. Pendapat lain yang diajukan oleh Croffie menyatakan bahwa konstipasi dikatakan kronis apabila berlangsung lebih dari 8 minggu. 17 Tabel 2.1. Kriteria Diagnosis konstipasi Berdasarkan ROME III. 8,17,19 Bayi/balita (usia < 4 tahun) Dalam 1 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria dibawah ini : 2 x defekasi/ minggu 1 x episode inkontinensia/minggu setelah memperoleh toilet skill. Riwayat retensi feses yang berlebihan atau riwayat sangat nyeri atau sembelit. Terdapat massa feses yang besar di rektum. Terdapat riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet. Keadaan tersebut dapat disertai dengan irritabel, Penurunan nafsu makan atau tidak nafsu makan. Hal ini juga dapat disertai oleh feses yang berukuran besar. Anak usia > 4 tahun Dalam 2 bulan paling kurang terdapat 2 kriteria di bawah ini : 2 x defekasi/ minggu. 1 x episode inkontinensia/minggu. Riwayat posisi menahan atau BAB tertahan. Riwayat nyeri saat buang air besar atau tinja yang keras. Terdapat massa feses yang besar di dalam rektum. Riwayat feses yang berukuran besar yang menyumbat toilet. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pengukuran kadar hormon tiroksin dan thyroid stimulating hormone (TSH), tes serologi, foto polos

8 26 abdomen, barium enema, manometri anorektal dan kolon, biopsi rektum, pemeriksaan transit marker radioopaque dan ultrasonorafi abdomen. Pemeriksaan penunjang tersebut dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding konstipasi. 8,17, Diagnosis Banding Pesudokonstipasi adalah salah satu diagnosis banding yang sering dijumpai. Pada pseudokonstipasi orang tua mengeluh bahwa anaknya menderita konstipasi padahal bukan konstipasi. Mereka mengeluh bayinya sering menggeliat, wajahnya memerah dan tampak mengejan kesakitan saat buang air besar. Perlu ditanyakan mengenai konsistensi tinja dan frekuensi defekasi, dilakukan pemeriksaan abdomen dan colok dubur. Apabila tinja lunak dan tidak dijumpai kelainan dalam pemeriksaan fisik, hal tersebut merupakan kondisi normal. 17 Apabila awitan konstipasi terjadi sejak lahir, perlu dipertimbangkan diagnosis banding penyakit Hirschsprung. Jika anak demam, anoreksia, mual, muntah dan terjadi penurunan berat badan perlu dipertimbangkan penyebab organik. Terdapat beberapa diagnosis banding lain dari konstipasi yang terkait gangguan psikis, organik, paparan obat dan lain-lain. 8,17,18, Penatalaksanaan Prinsip penanganan konstipasi adalah menentukan akumulasi feses (fecal impaction), evakuasi feses (fecal disimpaction), pencegahan berulangnya akumulasi feses dan menjaga pola defekasi menjadi teratur dengan terapi rumatan oral, edukasi kepada orang tua dan evaluasi hasil terapi. Perlu dijelaskan kepada orang

9 27 tua bahwa penatalaksanaan konstipasi memakan waktu yang lama dan tidak ada solusi cepat pada kondisi tersebut. 8,17,21 Edukasi kepada orang tua termasuk penjelasan patogenesis penyakit adalah langkah awal dari penatalaksanaan konstipasi. Edukasi kepada orang tua penting dilakukan agar mereka dapat mengatur pola makan yang tepat dan menghilangkan mitos-mitos yang tidak benar seputar konstipasi. Selain itu, edukasi kepada orang tua juga akan mengurangi kecemasan merekadan meningkatkan kemauan mereka untuk terlibat dalam penatalaksanaan. 8,18,21 Evakuasi feses dapat dilakukan dengan terapi lewat rektum atau oral. Program evakuasi feses biasanya dilakukan selama 2-5 hari sampai terjadi evakuasi tinja secara lengkap dan sempurna. Terapi oral yang diberikan adalah mineral oil (paraffin liquid) dengan dosis ml/tahun, maksimal 240 ml/hari kecuali pada bayi. Larutan polietilen glikol (PEG) juga dapat diberikan dengan dosis 20 ml/kgbb/jam, maksimal ml/jam yang diberikan dengan pipa nasogastrik selama 4 jam/hari. Evakuasi feses lewat rektum dapat dilakukan dengan mengunakan enema fosfat hipertonik (dengan dosis 3 ml/kgbb, 2 kali sehari, maksimal 6 kali enema), enema garam fisiologis (dengan dosis ml) atau mineral oil 120 ml. Pada bayi digunakan supositoria atau enema gliserin 2-5 ml. 8,17,18,21

10 28 Tabel 2.2. Pilihan Terapi Farmakologis untuk Konstipasi dan Efek Sampingnya. 18 Laxativ dosis side efek keterangan Osmotik 1-3 ml/kg/hr dosis terbagi menimbulkan gas, kejang laktulose tersedia sebagai larutan 70% pada perut sarbitol 1-3 ml/kg/hr dosis terbagi sama seperti laktulose lebih mahal dari tersedia sebagai larutan 70% laktulose extrak gandu 2-10 ml/240 ml dari susu atau jus cocok untuk minum bayi dari botol magnesium 1-3 ml/kg/hr bayi rentan keracunan hidroxide magnesium <6thn, 1-3 ml/kg/hr bayi mudah keracunan citrat 6-12 thn, ml/hr magnesium >12 thn, ml/hr Dalam dosis terbagi PEG g/kg/hr untuk 3 hr rasanya enak dan Diterima anak Suntikan osmotik Suntikan fospa < 2thn tidak boleh diberikan resiko trauma pada dinding beberapa anion akan 2 thn 6 ml/kg hingga 135 ml anus, distensi perut, muntah diserab, tapi bila ginjal Normal keracunan tdk Terjadi. LAVAGE Polyetylene Glycol-cairan 25 ml/kg/hr (hingga 1000 ml/hr) mual, perdarahan, kram sebagian informasi Elektrolit (hingga 1000 ml/hr) melalui selang perut, muntah, iritasi anus diperoleh dari total Nasogastrik sampai bersih atau 20 ml irigasi colon, mungkin /kgbb/hr. Utk maintenance : utk anak membutuhkan selang Yang lebih tua 5-10 ml/kgbb/hr nasogastrik Lubricant Mineral oil < 1 thn tidak direkomendasikan aspirasi lipoid pneumoni, BAB yang lunak, dan me ml/thn umur, hingga 210 ml/hr. Secara tiori dapat dapat nurunkan penyerapan air. Maintenance 1-3 ml/kg/hr. Diserab dan larut dalam Lemak. Nyer perut, catartic Colon. Stimulant Senna 2-6 tahun : 2,5-7,5 ml/hr: idiosintatik hepatitis, melanosis melanosis coli membaik 6-12 tahun ; 15 ml/hr. Coli, hipertrofik osteoartropati, setelah 4-12 minggu obat Persediaan : syr 8,8 mg analgetik nefropati. Dihentikan. Tersedia juga tablet kecil Bisacodil 2 thn : supositori 1-3 nyeri perut, diare,hipokalemi Tablet per dosis. Mukosa rektal abnormal, proktitis Tersedia dalam 5 mcg tablet. 10 mcg supositori Gliserin tidak ada efek samping. Terapi rumatan dilakukan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa bulan bahkan tahun untuk mencegah berulangnya konstipasi. Aspek penting dari terapi rumatan jangka panjang adalah membentuk kebiasaan defekasi yang teratur. Beberapa cara untuk metode ini antara lain modifikasi perilaku, pemberian diet serat, laksatif, terapi farmakologis dan pendekatan psikologis. Jumlah serat yang dianjurkan untuk dikonsumsi anak adalah gram/hari dan pada kasus konstipasi jumlahnya ditingkatkan sampai gram/hari. Serat diperoleh dari buah-buahan. Modifikasi perilaku dilakukan dengan melatih anak buang air besar

11 29 saat motilitas kolon paling tinggi (setelah bangun tidur dan setelah makan pagi atau malam). Diberikan waktu menit bagi anak untuk buang air besar agar anak tidak tertekan. Toilet training juga dianjurkan untuk anak berusia 18 bulan sampai 3 tahun. Latihan dan aktivitas fisik bermanfaat dalam membantu melatih otot-otot yang mengatur defekasi dan memperbaiki gerakan usus. Penambahan asam palmitat, prebiotik oligosakarida dan whey protein yang terhidrolisa dapat melunakkan feses. Probiotik seperti Bifidobacterium lactis, Lactobacillus reuteri dan Lactobacillus casei rhamnosus bermanfaat dalam meningkatkan frekuensi defekasi. 8,17,18,21 Gambar 2.1. Diagram Penatalaksanaan Konstipasi pada Anak. 17 Konstipasi Evaluasi klinis dari riwayat dan hasil pemeriksaan Menentukan Penyebab karena penyakit organik Pemeriksaan yang sesuai Konstipasi fungsional positif negatif Latihan ke toilet dan penjelasan mengidentifikasi dan menyisihkan faktor resiko. Penanganan khusus Pengosongan rektal dari massa feses Pemberian PEG oral respon Respon negatif enema / supositoria maintenance

12 30 Osmotik laksatif laksatif stimulan respon Tidak ada respon follow up selidiki perjalanannya Manometri colon Manometri anorektal pemberhentian obat bertahap abnormal Operasi -Prosedur ACE -Reseksi sigmoid abnormal biofeedback 2.9. Komplikasi dan Prognosis Tingginya proporsi kekambuhan telah dilaporkan setelah keberhasilan penatalaksanaan awal. Kekambuhan ini dilaporkan lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Meskipun demikian, anak dengan konstipasi dibawah usia 5 tahun memiliki prognosis yang baik, dengan konstipasi dapat diatasi pada 88% anak pada kelompok usia ini. 7 Konstipasi fungsional biasanya dapat diatasi dengan penatalaksanaan rutin walaupun kegagalan dilaporkan pada 20% anak. 5,11 Anak yang tidak mengalami perbaikan datang dari keluarga dengan masalah psikososial, dimana diduga akibat menurunnya tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat. 14 Prognosis sembuh total yang didefinisikan sebagai tidak adanya inkontinensia fekal dan konstipasi, telah dilaporkan sebanyak 45% pada follow up 5 tahun. 11 Pada 50% anak umumnya dengan konstipasi kronik akan sembuh setelah 1 tahun dan 65% sampai 70% setelah 2 tahun, dengan angka keberhasilan lebih tinggi pada keluarga yang termotivasi dan patuh. Dua penelitian menunjukkan 34% sampai 47% kasus menetap 3-12 tahun setelah memulai pengobatan. 14

13 31 Durasi konstipasi yang panjang sebelum didiagnosis berkaitan dengan hasil yang lebih buruk. 4 Selain itu,onset gejala yang lebih awal pada tahun pertama, riwayat konstipasi pada keluarga, percaya diri yang rendah dan kekerasan seksual berkaitan dengan prognosis yang buruk. 11 Diagnosis yang cepat dan penatalaksanaan yang efektif dapat memberikan hasil yang lebih baik. 4 Jika konstipasi terus berlanjut maka beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah inkontinensia fekal dan urin, hemoroid, fisura anus, impaksi fekal, perdarahan rektum, infeksi saluran kemih, obstruksi atau perforasi usus, prolaps rektum, dan lazy bowel syndrome (akibat ketergantungan laksatif). Meningkatnya tekanan intratoraks akibat usaha mengedan saat defekasi dapat mereduksi aliran arteri koroner, serebral serta perifer, dan dapat menyebabkan terjadinya hernia, perburukan refluks gastroesofageal, serangan iskemik transien dan sinkop pada pasien yang lebih tua. 12, Konstipasi dan Kualitas Hidup Anak Meskipun konstipasi jarang berhubungan dengan komplikasi yang mengancam nyawa, anak dengan konstipasi akan mengalami gangguan kualitas hidup yang signifikan dibandingkan dengan populasi anak normal. Kualitas hidup berkaitan erat dengan kesejahteraan emosional dan fisik anak. Sebagai tambahan, bukan hanya kualitas hidup anak yang terganggu, melainkan kualitas hidup keluarga secara keseluruhan. Orang tua dan keluarga yang memiliki anak dengan konstipasi menunjukkan penurunan kualitas hidup di berbagai aspek. 4,6,7,10,19 Penelitian di New jersey dari tahun 2002 sampai oktober 2003 membandingkan kualitas hidup anak dengan konstipasi beserta keluarganya dengan anak yang memiliki kelainan berupa Inflammatory Bowel Disease (IBD) dan

14 32 Gastoesophageal Reflux Disease (GERD) serta kelompok anak normal dan keluarganya. Hasilnya menunjukkan bahwa anak dengan konstipasi memiliki ratarata kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan anak dengan IBD, GERD dan anak normal. Kualitas hidup anak yang rendah berkaitan dengan nyeri perut dan defekasi yang menyakitkan. Kualitas hidup orang tua anak dengan konstipasi menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan anak mereka sendiri. Orang tua anak dengan kelainan saluran cerna menunjukkan nilai kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan orang tua anak normal. Diantara kelainan yang diteliti, orang tua anak dengan konstipasi memiliki nilai kualitas hidup yang paling rendah. Lamanya gejala kontipasi pada anak dan adanya riwayat konstipasi pada keluarga berhubungan dengan rendahnya nilai kualitas hidup orang tuanya. Penelitian ini masih memiliki kekurangan karena menggunakan PedsQL yang menilai kualitas hidup anak secara umum dan tidak spesifik untuk konstipasi. 4,20 Total skor nilai dari penyakit Skor Kualitas hidup Gambar 2.2. Nilai Total Kualitas Hidup Anak Berdasarkan PedsQL. HC= kelompok anak normal, IBD= kelompok anak dengan IBD, GERD= kelompok anak dengan GERD, CONS= kelompok anak dengan konstipasi. 4 Penelitian di China tahun 2013 dengan menggunakan instrumen HRQOL menunjukkan bahwa nilai kualitas hidup anak dan orang tua dengan konstipasi lebih

15 33 rendah secara signifikan dibandingkan dengan anak yang normal. Hal-hal yang mempengaruhi hasil tersebut antara lain usia anak, hubungan anak dengan pengasuh, lamanya konstipasi, frekuensi defekasi, defekasi yang menyakitkan, nyeri perut yang tidak spesifik, tingkat pendidikan pengasuh, HRQOL dari pengasuh dan status ekonomi keluarga. Kelemahan penelitian ini sama dengan kelemahan pada penelitian yang dilakukan oleh Youssef, dkk. yaitu terkait instrumen penilaian kualitas hidup yang digunakan. 19 Tabel 2.3. Nilai Rata-rata Kualitas Hidup Menurut PedsQL. 19 Menurut penelitian di Srilanka melakukan penelitian terhadap anak berusia tahun pada 4 sekolah. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas hidup terkait kesehatan pada anak dengan konstipasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol pada keempat domain penilaian. Hal-hal yang berkaitan dengan kualitas hidup pada penelitian itu antara lain nyeri abdomen dan keparahan gejala saluran cerna. Selain itu, gejala somatik juga dijumpai lebih sering pada anak dengan konstipasi dibandingkan dengan anak normal.

16 34 Tabel 2.4. Nilai Rata-rata Kualitas Hidup Menurut PedsQL. 20 Penelitian lain yang menunjukkan adanya hubungan antara konstipasi dengan kualitas hidup anak dilakukan di Australia dengan instrumen penilaian PedsQL, di Brazil dengan instrumen penilaian CHQ-PF50 dan di Belanda dengan instrumen penilaian DDL. Semua penelitian tersebut menunjukkan kualitas hidup yang lebih rendah pada anak dengan konstipasi dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. 10,20 Penelitian di Amsterdam tahun 2009 terhadap orang dewasa muda yang mengalami konstipasi pada masa anak-anak di Belanda. Dari penelitian tersebut, dilaporkan bahwa kualitas hidup terkait kesehatan pada orang dewasa muda yang menjalani pengobatan dengan sempurna tidak berbeda dengan kelompok dewasa muda yang sehat. Perbedaan kualitas hidup terlihat pada kelompok dewasa muda yang gagal menjalani pengobatan dan tetap mengalami konstipasi sampai usia dewasa. Kelompok tersebut mengeluhkan nyeri saat berdefekasi dan penurunan kualitas kesehatan secara umum sehingga mengganggu kehidupan sosial mereka. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pengobatan konstipasi yang tepat dan tuntas untuk memperbaiki kualitas hidup pasien. 7

17 Penilaian Kualitas Hidup Anak Penilaian kualitas hidup anak terkait kesehatan dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Terdapat berbagai kuesioner yang memiliki spesifisitas masing-masing dalam menilai kualitas hidup pasien terkait usia dan penyakit yang diderita. Pemilihan kuesioner yang tepat sangatlah penting dalam mendeteksi aspek spesifik dari kesejahteraan pasien. Kuesioner yang spesifik terhadap suatu penyakit akan cenderung menilai akibat dari penyakit itu sendiri tanpa mendeteksi perubahan umum dari fungsi keseharian pasien. Oleh karena itu, kuesioner yang optimal adalah kuesioner yang menggabungkan aspek spesifik dan umum dari kualitas hidup. Namun hal ini akan menambah kerumitan dari penelitian dan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi kuesioner tersebut. 10 Kuesioner yang bersifat umum untuk pasien anak antara lain PedsQL dan CHQ-PF50. PedsQL dikembangkan oleh Varni, dkk. yang terdiri dari pertanyaan untuk penilaian terhadap anak dan orang tua yang telah divalidasi untuk anak usia 2-8 tahun. Orang tua dan anak menjawab pertanyaan tersebut secara terpisah dan pertanyaan biasanya dibacakan untuk anak kurang dari 7 tahun. Terdapat 23 pertanyaan yang menilai fungsi fisik, emosi, sosial dan sekolah. Setiap pertanyaan dinilai dengan 5 skala secara berurutan dimana 0 berarti bukan merupakan masalah dan 4 berarti selalu menjadi masalah. Skala penilaian dikonversi menjadi nilai bulat dimana semakin tinggi nilai bulat, semakin baik kualitas hidup. 4,10,19 CHQ- PF50 terdiri dari 50 pertanyaan untuk menilai kesejahteraan psikososial dan fisik anak usia 5-18 tahun. Terdapat 15 domain kesehatan yang dinilai dari 50 pertanyaan di dalam kuesioner tersebut. Setiap domain akan diberi nilai dimana semakin tinggi nilainya, maka semakin baik kualitas hidup pasien.instrumen penilaian kualitas hidup yang spesifik untuk konstipasi adalah Defecation Disorder

18 36 List (DDL). Kuesioner ini ditujukan kepada anak usia 7-15 tahun. Kuesioner ini terdiri dari 37 pertanyaan yang mencakup 4 domain yaitu konstipasi, fungsi emosi, fungsi sosial dan pengobatan atau intervensi. 10 Gambar.2.3. Kerangka konseptual Asupan cairan Aktivitas anak Asupan serat Obat yang diminum Penderita konstipasi Rome Criteria III Konstipasi fungsional Tanpa Konstipasi fungsional Kualitas hidup PedsQL Kualitas hidup PedsQL : yang diamati dalam penelitian : Kualitas hidup

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi dibandingkan dengan pola defekasi individu yang bersangkutan, yaitu frekuensi defekasi kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konstipasi 2.1.1 Definisi Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang padat dengan frekuensi buang air besar lebih atau sama dengan 3 hari sekali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagai sumber energi vital manusia agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Kandungan dalam makanan yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGGUNAAN UTAMA OBAT PENCAHAR 2.1.1 KONSTIPASI Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Konstipasi merupakan masalah yang cukup sering terjadi pada anak. Prevalensinya diperkirakan 0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM (dalam Jurnalis, 2013), prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serius bila tidak ditangani dengan baik. Menurut the North American

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serius bila tidak ditangani dengan baik. Menurut the North American BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2010, angka kematian bayi di Indonesia

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009). Menurut UU RI No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyebab munculnya masalah kesehatan pada anak usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun) adalah pola makan yang tidak tepat. Anak usia sekolah dasar memiliki

Lebih terperinci

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya BAB II A. Pengertian Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. (Brunner & Suddarth, 2001) Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi defekasi masih kontroversial.

BAB VI PEMBAHASAN. Pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi defekasi masih kontroversial. BAB VI PEMBAHASAN 1. Karakteristik Subyek Penelitian Pengaruh jenis kelamin terhadap frekuensi defekasi masih kontroversial. Perbedaan frekuensi defekasi berdasarkan jenis kelamin hanya didapatkan pada

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL

MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL MAKALAH ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA ATRESIA ANI DAN ATRESIA REKTAL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Dosen : Yuliasti Eka Purwaningrum SST, MPH Disusun oleh :

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Apakah IBS itu? Irritable bowel syndrome (IBS), juga dikenal sebagai "kejang usus besar," adalah gangguan umum. Sementara kebanyakan orang mengalami masalah pencernaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. 2005, angka harapan hidup orang Indonesia adalah 70,0 tahun. Tahun 2006 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan, secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B DENGAN POST OP HEMOROIDECTOMI DI RUANG MELATI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan dapat menimbulkan masalah serius. Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 2.1.1.Gangguan Ansietas Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada anak dan remaja. Ansietas adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah gangguan umum dan bermasalah yang didefinisikan sebagai keluarnya urine yang disengaja atau involunter ditempat tidur (biasanya dimalam

Lebih terperinci

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS

DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS DIVERTICULITIS Definisi Diverticulitis Diverticulitis adalah suatu kondisi dimana diverticuli pada kolon (usus besar) pecah. Pecahnya berakibat pada infeksi pada jaringan-jaringan yang mengelilingi

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada

BAB I. PENDAHULUAN. terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan tiadanya sel ganglion parasimpatis pada pleksus submukosus Meissneri dan pleksus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan Keluhan-keluhan Selama Kehamilan Keluhan-keluhan pada umumnya terjadi selama masa kehamilan. Keluhan tersebut umum didapatkan pada kondisi hamil dan merupakan kejadian yang normal. Keluhan tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB 2 PEMBAHASAN. Badan kesehatan dunia (World health organization) dan badan PBB yang

BAB 2 PEMBAHASAN. Badan kesehatan dunia (World health organization) dan badan PBB yang BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian ASI Badan kesehatan dunia (World health organization) dan badan PBB yang mendanai program untuk anak anak (united nation childern n fund) menetapkan pemberian ASI Eksklusif

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Fungsional Konstipasi adalah ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna, yaitu berkurangnya frekuensi buang air besar dari biasanya yaitu kurang

Lebih terperinci

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya? Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S Secara biologis pada masa usia lanjut, segala kegiatan proses hidup sel akan mengalami penurunan Hal-hal keadaan yang dapat ikut

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hirschsprung s disease merupakan penyakit motilitas usus kongenital yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ansietas 2.1.1. Definisi Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vegetarian telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada saat berdiri tahun 1998, jumlah vegetarian yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker kolorektal adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan kanker kolorektal menyumbang 9% dari semua kejadian kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini berkembang semakin cepat. Di dunia ini, diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi

Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi 1. 1. DEFINISI BAB I PENDAHULUAN Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

Lebih terperinci

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. CA. KOLON DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. ETIOLOGI Penyebab kanker usus besar masih

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI. BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI

Lebih terperinci

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt Farmakoterapi I Diar dan konstipasi Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt DEFINISI Diare Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan dengan kondisi normal. BAB (defekasi) dengan jumlah tinja

Lebih terperinci

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium Softgel Cegah Osteoporosis Calcium softgel mampu mencegah terjadinya Osteoporosis. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Berkemih Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh yang diserang adalah pada usus besar yang mengalami, usus besar atau kolon dalam anatomi adalah

Lebih terperinci

GANGGUAN ELIMINASI. Dr. Noorhana, SpKJ(K)

GANGGUAN ELIMINASI. Dr. Noorhana, SpKJ(K) GANGGUAN ELIMINASI Dr. Noorhana, SpKJ(K) ENURESIS Definisi: BAK involunter atau yang disengaja. Keparahan ditentukan oleh frekuensi BAK; kuantitasnya tidak menentukan diagnosis. Lamanya waktu sebelum kontinensia:

Lebih terperinci

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009 TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : 080210101051 Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

MASALAH ELIMINASI FECAL

MASALAH ELIMINASI FECAL e Obat-obatan Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009). Hemoroid adalah struktur

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 54321 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. derita oleh orang dewasa. Sehingga sering dikatakan bahwa saluran

Bab I PENDAHULUAN. derita oleh orang dewasa. Sehingga sering dikatakan bahwa saluran Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan saluran cerna merupakan penyakit yang sering di derita oleh orang dewasa. Sehingga sering dikatakan bahwa saluran pencernaan merupakan organ yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN, Nephrotic Syndrome) merupakan salah satu penyakit ginjal terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo

Lebih terperinci

Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age

Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age Prof. Dr. M. Juffrie, PhD, SpA (K) Untuk membicarakan mengenai gangguan sistem gastrointestinal pada bayi dengan small for gestational

Lebih terperinci

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi, Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki

Lebih terperinci