PENANGANAN PASCAPANEN BUNGA POTONG DAN TANAMAN HIAS POT
|
|
- Deddy Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 9 PENANGANAN PASCAPANEN BUNGA POTONG DAN TANAMAN HIAS POT Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti kuliah dan membaca bahan ajar pada bab ini, mahasiswa dan pembaca diharapkan akan mampu : Menjelaskan perbedaan dasar pasca panen tanaman hias/bunga potong dengan pascapanen komoditi hortikultura lainnya, Menjelaskan kehilangan pasca panen dan masalah penanganan pasca panen tanaman hias, Mendefinisikan pengertian kualitas dan menyebutkan beberapa faktor penentu kualitas bunga potong, Menyebutkan beberapa perubahan dalam senesen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Menjelaskan peranan etilen dalam senesen bunga potong, dan Menguraikan melalui penjelasan beberapa teknik penanganan pasca panen tanaman hias/bunga potong.
2 179 A. Pendahuluan Relatif sedikit informasi pengetahuan tentang fisiologi dan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias bila dibandingkan dengan tanaman buah maupun sayuran. Hal ini dikarenakan organ tanaman atau organ panenan yang kebanyakan berupa pucuk bunga dengan sekumpulan petal adalah merupakan sistim yang sangat berbeda dengan organ tanaman lainnya dalam hal proses-proses senesen. Waktu antara kematangan dengan senesen dan kematian sangatlah pendek bila dibandingkan organ lainnya seperti buah dan daun. Ada dua perbedaan mendasar dalam hal penanganan pascapanen dan fisiologi daripada senesen pada tanaman hias bila dibandingkan dengan produk-produk pertanian lainnya. Perbedaan tersebut meliputi : 1. Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit berakar, dan hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah merupakan sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal, androcium, gymnocium, tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masingmasing unit memiliki morfologi dan fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi dalam proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut. 2. Kebanyakan buah dan sayuran dipanen setelah mencapai stadia perkembangan yang sempurna atau perkembangan penuh. Teknik penanganan pascapanen dari pada buah dan sayuran adalah secara langsung ditujukan untuk penundaan senesen dan mempertahankan produk tetap dalam keadaan segar. Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga (flower bud) hingga stadia mekar penuh. Stadia
3 180 kedua, adalah kematangan, senesen, dan kemudian kelayuan. Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan untuk perangsangan pertumbuhan stadia pertama, dan penghambatan proses metabolisme pada stadia kedua. B. Kehilangan Pascapanen dan Masalah Penanganan Tanaman Hias Pot dan Bunga Potong Karena tinggi kandungan air jaringan maka tanaman hias pot ataupun bunga potong merupakan komoditi yang mudah rusak dan sulit untuk mempertahankan diri dari kekeringan. Sedangkan, bunga-bunga yang mulai mengering sangat tidak disukai oleh konsumen. Karena kelembutan dan kehalusannya maka tanaman hias pot maupun bunga potong sangat peka terhadap kerusakan fisik maupun kimia, dan infeksi patogen serta serangan hama selama dan setelah panen. Selain itu proses metabolisme untuk mempertahankan hidupnya sangat singkat, maka dari itu merupakan masalah penanganan pascapanen untuk komoditi ini perlu dicarikan jalan pemeecahannya. Terdapat fakta nyata bahwa sejumlah besar kehilangan hasil pada tanaman hias pot dan bunga potong terjadi pada periode pascapanen. Tercatat sebesar 20 persen karena tidak terjualnya komoditi akibat penanganan yang tidak tepat teknologi, lebih 10 persen komoditi gagal dipanen karena menunjukkan jeleknya kualitas pertumbuhan, dan lebih 50 persen rusak selama penanganan dan pengiriman. Praktek-praktek pemanenan, pengepakan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran, promosi, dan desain wadah penyimpanan merupakan rantai penanganan pascapanen pada dunis bisnis bunga potong dan tanaman hias pot ataupun tanaman hias lainnya (floriculture). Namun terdapat banyak variasi penerapan teknik dan pengetahuan diantara banyak pengusaha di bidang ini. Oleh karenyanya, pengusaha maupun petani
4 181 produsen komoditi ini harus mendapatkan pengetahuan yang tepat dan baik guna penanganan selama periode pascapanen komoditi bersangkutan. Perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias pot dan bunga potong akhirnya telah berkembang, walaupun laju perkembangannya masih sangat lamban. Teknik-teknik penanganan pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil pada komoditi panenan tanaman hias ini meliputi, 1. Seleksi kultivar (atau jenis-jenis) unggul, 2. Menentukan standar panen (tingkat kematangan), 3. Perlakuan kimia sebelum pengangkutan, 4. Teknik-teknik pengepakan, 5. Pengaturan lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dan komposisi atmosfir penyimpanan, 6. Penggunaan bahan-bahan preservatif (pengawet) dan senyawa-senyawa yang mengatur mekarnya kuncup bunga, dan 7. Model atau fasilitas pengangkutan. C. Kualitas Tanaman Hias dan Bunga Potong Kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat sesuatu itu bernilai atau unggul. Kata kualitas digunakan dalam berbagai aspek penilaian seperti kualitas pasar, kualitas pengiriman, kualitas internal, dan kualitas penampilan. Oleh Staby et.al. (1980) kualitas diartikan sebagai indikator komoditi bunga yang berhubungan dengan keindahan dan/atau kegunaannya. Sedangkan Kramer dan Twigg (1982) mengartikan kualitas sebagai perpaduan beberapa karakter indikator kualitas yang dapat diterima oleh konsumen. Kualitas tanaman hias potong (bunga ataupun daun) merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat, dan nilai harga yang mencerminkan nilai tanaman hias tersebut. Komponen kualitas bagi tanaman hias adalah kualitas dalam
5 182 penampilan atau kenampakan. Komponen tersebut meliputi beberapa aspek yang mencakup ukuran, bentuk, warna, kilap, cacat, keamanan, dan umur. Kesemua aspek kualitas di atas dirangkum dalam suatu aspek kualitas yang lebih umum, meliputi umur bunga, perubahan selama penanganan, dan pemasaran. Akan tetapi, kualitas bunga potong dan sekaligus tanaman hias pot ditentukan oleh konsumen komoditi bersangkutan. Unsur kualitas tersebut mencerminkan kualitas penampilan di pasar, dan terdiri atas unsur ukuran, bentuk, kebersihan permukaan, warna, dan kondisi atau tingkat kesegaran. Ukuran optimum produk berubah menurut waktu dan bergantung pada kemampuan atau daya beli konsumen. Di saat sekarang ini, konsumen cenderung memerlukan ukuran kecil sampai sedang terhadap bunga potong maupun tanaman hias pot. Mode penggunaan bunga potong juga mempengaruhi ukuran yang diminta oleh konsumen. Bunga potong dengan tangkai yang terlalu panjang atau bunga dengan ukuran besar, dan bunga potong (hias daun) dengan ukuran yang besar nampaknya tidak cocok digunakan untuk rangkaian bunga atau sebagai dekorasi dalam ruangan. Kriteria untuk menentukan kualitas sangat menentukan kriteria tingkat kematangan saat panen. Hal ini berbeda untuk setiap negara maupun kelompok masyarakat tertentu, mereka memiliki kriteria tersendiri. Namun kebanyakan masyarakat menyukai bunga potong, terutama bunga potong mawar, pada saat stadia kuncup. Anyelir dan krisan umumnya disukai bilama sudah mekar penuh. Khususnya di negara-negara Eropa, bunga potong yang disukai bila dalam keadaan stadia kuncup. Kerusakan fisik karena insekta, patogen ataupun akibat kerusakan lainnya yang nampak pada permukaan bunga atau tanaman hias akan mengurangi nilai kualitasnya. Produk berkualitas tinggi seharusnya bersih dan bebas hama-penyakit, kerusakan fisik lainnya, dan bebas sisa-sisa atau residu pestisida.
6 183 Warna merupakan komponen utama dan mempengaruhi daya tarik konsumen. Untuk mempertahankan agar warna berkualitas tinggi, beberapa senyawa kimia diaplikasikan dengan cara penyemprotan ataupun perendaman pangkal bunga potong. Karakter fisik dan anatomi seperti kerapuhan dan kekuatan fisik berhubungan dengan tekstur dan berkaitan langsung dengan kualitas keseluruhan yang dipertahankan. Berikut beberapa karakter yang mempengaruhi kualitas suatu bunga potong, 1. Ukuran dan bentuk akhir bunga, 2. Perkembangan kuncup dan kuncup-kuncup lateral lainnya, 3. Perubahan berat segar bunga, 4. Ketegaran dan kesegaran bunga disaat sampai pada konsumen, 5. Perubahan warna petal (mahkota bunga), ini merupakan penilaian bersifat objektif, 6. Kekuatan atau kekokohan tangkai bunga (pedikel), dan 7. Pencoklatan atau penguningan batang ataupun daun. D. Senesen dan Kematangan Pada Bunga Potong Senesen merupakan salah satu tahapan perkembangan biologis. Proses ini merupakan salah satu seri perubahan menuju kematian suatu organisme. Menurut Sacher, senesen diartikan sebagai stadia akhir dari suatu organ yang tidak dapat balik dan mengawali proses perusakan sel-sel, dan akhirnya kematian organ tersebut. Sedangkan menurut Leopold, senesen adalah sebagai proses perusakan yang merupakan penyebab alami daripada kematian suatu organ. Kematangan komoditi panenan yang dalam hal ini bunga potong merupakan faktor penting dalam kegiatan penanganan pascapanen. Dalam fisiologi pascapanen istilah matang sangat berbeda dengan istilah masak. Matang diartikan sebagai stadia pertumbuhan dan perkembangan yang lengkap atau stadia yang akan menjamin penyelenggaraan proses
7 184 pemasakan. Para ahli teknologi pascapanen mendefinisikan matang sebagai stadia pada saat komoditi mencapai fase perkembangan yang cukup setelah panenan dan penanganan pascapanen dan kualitasnya masih dapat diterima oleh konsumen. Didasari atas pengertian tersebut, maka tingkat kematangan komoditi hortikultura sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas jual komoditi bersangkutan. Namun demikian sangatlah sulit untuk menentukan tingkat kem,atangan pada suatu tanaman hias bunga potong. Hal ini dikarenakan kebanyakan pada bunga potong, stadia yang nampak secara mata telanjang (visual) merupakan hal yang menentukan kualitas bunga tersebut. Sebagai contoh, saat stadia kuncup pada kebanyakan jenis bunga merupakan saat panen yang baik karena pada saat itu merupakan kualitas yang baik juga diperoleh. Namun bila dilihat secara fisiologis, stadia kematangan pada saat tersebut belum tercapai. Jadi nampaknya dari kedua proses yang berbeda tersebut di atas, senesen merupakan hal penting bagi penanganan pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias pot. Menghambat senesen merupakan tujuan utama dalam teknologi pascapanen bunga potong. Terdapat beberapa perubahan selama senesen, yaitu : 1. Perubahan struktur. Gejala kehilangan berat segar jaringan bunga merupakan hal yang jelas pada stadia akhir senesen. Kehilangan air akan terjadi pada proses penuaan menunjukkan kehilangan integritas membran sehingga meningkatkan permeabilitas dan kebocoran. Perubahan mikroskopik yang dapat dilihat pada senesen daun adalah perubahan pada kloroplas. Kloroplas akan kehilangan tepung (amilum) karena diubah menjadi gula. Jadi penundaan atau perlambatan proses senesen daun berhubungan dengan penurunan peptida hydrolase pada daun arau penundaan laju pembentukannya.
8 Perubahan biokimia. Respirasi dan hidrolisis enzimatik pada komponen sel merupakan dua kejadian biokimia dan metabolisme yang terjadi selama senesen bunga, terutama organ petal. Peningkatan aktivitas enzim peroksidase sehubungan dengan peningkatan kadar peroksida yang terlibat dalam perangsangan senesen dan perangsangan pembentukan etilen. Selama periode senesen bunga, terjadi penurunan kandungan amilum atau tepung, polisakarida dinding sel, protein dan asam nukleat. Namun terjadi peningkatan aktivitas ribonuklease. Karena kejadian-kejadian ini, gejala yang dapat dilihat pada petal adalah perubahan warna dari merah menjadi biru. 3. Perubahan metabolisme. Laju respirasi pada kebanyakan bunga potong biasanya memuncak pada saat mekar bunga, dan kemudian menurun selama proses pematangan dan senesen. Kemudian terdapat puncak kedua yang sangat singkat dan kemudian menurun kembali. Upaya penundaan senesen pada bunga biasanya ditujukan pada penundaan tercapainya puncak kedua respirasi tersebut. Dalam aplikasinya, penundaan tersebut dapat menggunakan larutan sukrose sebagai bahan larutan vas ataupun dengan cara penyemprotan ke seluruh bagian bunga potong. Ketidak-pekaan respirasi terhadap sianida akan meningkat pada beberapa bunga. Hal ini menunjukkan pembentukan radikal-radikal bebas dengan potensialoksidasi yang tinggi akan merangsang senesen. Hal ini juga menyebabkan organ akan sangat peka terhadap etilen. 4. Perubahan pigmen. Proses hilangnya warna merupakan gejala umum kebanyakan senesen beberapa bunga potong. Dua komponen utama pigmen pada bunga seperti karotenoid dan anthosianin bertanggung jawab terhadap warnawarna bunga. Kandungan kedua pigmen tersebut akan berubah selama
9 186 perkembangan dan pematangan organ-organ tanaman, termasuk pula bunga. Perubahan warna pada petal yang sedang mengalami senesen sangat dipengaruhi oleh perubahan ph vakuola. Proses perubahan warna petal bunga yang semulanya berwarna merah disebabkan penuaan dan peningkatan ph. Hal ini dikarenakan selama proses perubahan tersebut berlangsung, perusakan protein terjadi sehingga meningkatkan kandungan amonia bebas tidak dapat dihindari. E. Peranan Etilen dalam Senesen Bunga Potong Dalam teknologi pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias pot, etilen memegang peranan penting, seringkali merugikan, meningkatkan laju senesen, dan mengurangi umur simpan, namun kadangkala menguntungkan seperti meningkatkan kualitas mekar bunga dan penyeragaman saat mekar kuncup bunga. Pengaruh etilen terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta senesen yang umum dijumpai di lingkungan tumbuh ataupun lingkungan penyimpanan secara umum adalah mengurangi daya tahan komoditi. Teknik untuk menghindari atau menghilangkan pengaruh negatif etilen merupakan masalah yang harus mendapat perhatian serius. Akan tetapi teknologi untuk mengurangi etilen pada ruang simpan, pak, dan areal atau ruang penanganan jarang dilakukan terhadap tanaman hias dan bunga potong. Padahal, kontaminasi etilen pada semua tingkatan proses pasca panen bunga potong adalah umum atau selalu ada. F. Gugurnya Bunga dan Hiasan Bunga Gugur atau rontoknya bunga dan organ-organ hias lainnya merupakan stadia terakhir daripada senesen. Berkaitan dengan gugurnya organ-organ tersebut, proses pembentukan lapisan absisi pada bunga terjadi. Hal ini sama
10 187 halnya dengan apa yang terjadi pada daun dan buah. Akan tetapi, pembelahan sel umumnya tidak merangsang rontoknya petal, karena lapisan absisi yang terbentuk tidak tegas. Rontoknya petal disebabkan oleh melunaknya lamella tengah sel. Faktor-faktor luar seperti goncangan fisik, luka yang ekstrim, gas-gas tertentu, dan senyawa-senyawa pengatur tumbuh dapat merupakan penyebab rontoknya bunga terutama petal. Berkaitan dengan faktor-faktor tersebut beberapa fenomena fisiologis yang dapat menjadikan dasar upaya pengendalian atau pencegahan rontoknya bunga, meliputi : 1. Etilen, merangsang rontoknya kuncup bunga dan petal kebanyakan jenisjenis bunga 2. Karbon-dioksida, berefek antagonis terhadap etilen, namun dapat pula merangsang rontoknya petal 3. Penyerbukan bunga, dapat merangsang gugurnya petal, karena berkaitan dengan meningkatnya produksi etilen Asam absisi merangsang rontoknya bunga, pucuk, kuncup, dan petal bunga. Konsentrasi asam absisi dalam jaringan berkorelasi dengan rontoknya bunga, sedangkan auksin menghambat gugurnya kuncup bunga dan petal. Sitokinin ternyata diketahui merupakan penghambat gugurnya bunga, dan lebih baik dibandingkan auksin khususnya pada bunga mawar. Pemberian asam absisi dari luar akan merangsang senesen bunga anyelir dan mawar. Akan tetapi dengan adanya pengaruh asam absisi terhadap menutupnya stomata, maka kehilangan air akan berkurang, khususnya pada kuncup bunga. Hal ini akan menunda senesen. Adanya pengaturan senesen oleh asam absisi ini dikarenakan asam absisi merangsang perkembangan yang berkaitan dengan kematangan dan m,eningkatnya kepekaan jaringan terhadap etilen. Peningkatan konsentrasi asam absisi akibat pemberian atau perlakuan etilen merupakan hasil reaksi sekunder melalui pengaruhnya pada permeabilitas membran dan stres air yang dirangsang oleh etilen.
11 188 Jadi jelas bahwa terdapat interaksi antara beberapa zat pengatur tumbuh terhadap proses senesen bunga beserta komponen-komponennya. Pemberian kombinasi antara sitokinin (dalam hal ini BAP) dengan auksin sangat efektif menunda senesen daripada penggunaan zat pengatur tumbuh tersebut secara sendiri-sendiri. G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Senesen 1. S u h u. Laju perkembangan dan senesen bunga potong maupun tanaman hias pot sangat dipengaruhi oleh suhu respirasi dan laju peningkatan suhu yang diakibatkan kegiatan respirasi tersebut menyebabkan proses perusakan dipercepat. Hal ini dapat terjadi pada pengepakan, karena kurangnya fasilitas pendinginan. Pengaruh suhu pendinginan akan nampak bilamana suhu pendinginan di bawah 12,5 C O. Pada keadaan suhu tersebut, chilling injury akan terjadi. 2. A i r. Tanaman hias termasuk bunga potong sangat peka terhadap kekeringan. Hal ini dikarenakan permukaan volume yang tinggi. Sedapat mungkin air yang hilang selama periode pascapanen dapat digantikan dengan air atau larutan dalam vas. Kelembaban relatif yang tinggi selama penyimpanan dan pengangkutan dapat mengurangi cekaman air. Pergerakan air di dalam batang atau tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan dalam vas. Larutan yang bersifat asam bergerak lebih cepat dibandingkan larutan yang bersifat netral atau basa. 3. Pemberian karbohidrat. Tidak seperti buah dan syuran, bunga dapat dipotong sebelum matang pada saat stadia kuncup. Hal ini sering secara komersial dilakukan pada mawar dan gladiol. Tetapi untuk anyelir, bunga dipanen saat mendekati mekar penuh, namun masih dapat dipanen pada stadia kuncup untuk tujuan penyimpanan yang lebih panjang.
12 189 Berat kering bunga mawar yang berkembang penuh lebih berat dua kali lipat dari bunga yang dipanen saat kuncup. Semakin berat bunga tersebut, semakin banyak sumber karbohidrat tersimpan. Batang atau tangkai bunga tidak dapat sepenuhnya memasok semua bahan yang diperlukan untuk menambah berat kering. Maka perlu adanya tambahan senyawa yang berasal dari larutan vas. Karena memasok karbohidrat untuk perkembangan dan respirasi sangat penting bagi kualitas dan lama hidup bunga dalam vas, maka cadangan yang cukup merupakan hal penting harus diperhatikan dalam penanganan komoditi panenan ini. Penambahan gula pada larutan vas akan memperpanjang umur bunga potong. Hal ini disebabkan kandungan protein pada bunga potong dihambat penghancurannya. Penghambatan dikarenakan gula menjaga mitokondria, sehingga perusakan terhadap struktur dan fungsi sel dapat dihindari. 4. Kondisi pertumbuhan. Kondisi prapanen yang sangat menentukan kualitas bunga potong adalah pertumbuhannya selama dilapang. Hal ini berkaitan dengan kandungan karbohidrat pada batang atau tangkai bunga. Semakin banyak persediaan karbohidrat semakin baik kualitas bunga potong tersebut. Faktor prapanen yang sangat mempengaruhi kualitas bunga potong disebutkan oleh beberapa peneliti adalah cahaya. Kuncup bunga yang terbentuk pada tanaman yang tumbuh pada kondisi intensitas cahaya rendah, bunga potongnya akan berumur pendek bila dibandingkan dengan kuncup bunga yang diperoleh dari tanaman yang tumbuh pada kondisi penyinaran penuh. Selain cahaya, faktor prapanen lainnya adalah suhu. Penurunan suhu lingkungan selama pertumbuhannya (kurang lebih tiga minggu sebelum panen) akan mengurangi umur bunga potong yang dihasilkannya. Pengaruh suhu ini berkaitan dengan meningkatnya kandungan senyawasenyawa phenolik pada daun. Pada suhu rendah, jumlah air yang diserap
13 190 akan berkurang, hal inilah yang menyebabkan kandungan beberapa senyawa phenolik tersebut meningkat. Kondisi cahaya dan suhu selama pertumbuhan atau selama masa prapanen, juga mempengaruhi pigmentasi, terutama pada warna petal. Hal ini disebabkan tidak lengkapnya proses perubahan kloroplas menjadi kromoplas. 5. Kondisi penyimpanan. Pemakaian atau pembongkaran karbohidrat yang tertimbun terjadi selama respirasi. Demikian pula halnya dengan potongan tanaman seperti bunga potong, respirasi terus berlangsung sehingga karbohidrat tertimbun terus dibongkar. Respirasi akan semakin cepat bilamana suhu lingkungan tinggi. Oleh karena itu dengan mengatur suhu sekitar penyimpanan akan dapat mengatur kecepatan atau tingkat respirasi itu sendiri. Hal ini berarti pula dapat mengatur pemakaian atau pembongkaran karbohidrat yang tersimpan pada organ bunga dan tangkainya. 6. Patogen. Faktor atau kondisi yang sangat efektif mempengaruhi kualitas bunga potong adalah adanya infeksi patogen, baik semasa pertumbuhan di lapang maupun setelah panen. Akan semakin jelek pengaruhnya bilamana patogen tersebut bersifat vascular dalam menginfeksinya. Jamur yang sering menginfeksi jaringan petal selama penyimpanan adalah Botrytis cinerea, yang berwarna abu-abu. Jamur ini akan tumbuh baik pada keadaan penyimpanan bersuhu rendah dan disertai keadaan kelembaban udara yang tinggi. 7. Zat pengatur tumbuh. Ada beberapa laporan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa etilen dapat merusak bunga, seperti senesen awal dan kelayuan pada petal (mahkota bunga).
14 191 H. Tanda-Tanda dan Gejala Yang Menurunkan Kualitas Beberapa gejala yang sering muncul pada bunga potong yang dapat menurunkan kualitas bunga atau merusak bunga adalah : 1. Menggulungnya helaian petal ke arah dalam. Gejala ini sering disebut sebagai bunga yang tidur (pada anyelir) 2. Layu dan menggulungnya helaian petal ke arah dalam 3. Layu pada sepal bagian ujung (terjadi pada anggrek) 4. Perangsangan pembentukan anthosianin Peningkatan konsentrasi etilen hingga ppm akan menyebabkan tingkat bunga tidur meningkat. Hal ini dapat dikurangi ataupun dihindari dengan penambahan karbon dioksida lebih dari 2 persen dalam ruang simpan. Pemberian etilen ternyata tidak akan merangsang senesen pada bunga yang masih belum mekar. Bila organ tersebut terluka secara fisik, etilen endogen akan meningkat dengan cepat. Kemudian setelah beberapa saat yang sangat singkat, etilen tersebut menurun tanpa memberikan efek senesen pada organ bunga potong. Akan tetapi bila pemberian etilen dilakukan terhadap bunga yang telah cukup matang atau dengan keadaan setelah mekar, etilen sangat efektif merangsang senesen. Jadi dengan tingkat kematangan yang berbeda, organ bunga potong memiliki respon yang berbeda terhadap kehadiran etilen tersebut. Ada beberapa faktor atau keadaan yang merangsang atau meningkatkan kepekaan jaringan bunga potong atau bunga-bunga pada tanaman pot terhadap etilen. Faktor tersebut meliputi : 1. Suhu, 2. Cekaman air, dan 3. Genetik.
15 192 Dalam kaitannya dengan faktor genetik, etilen yang diproduksi oleh jaringan atau organ bunga terkandung pada gen-gen yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan komponen bunga. Stilus memproduksi etilen lebih banyak dibandingkan bagian-bagian lain dari bunga. Pollen (butir sari) yang memproduksi auksin, lebih banyak merupakan sumber perangsang bagi stigma (kepala putik) untuk memproduksi etilen. Konsentrasi sitokinin alami (endogen) pada petal bunga mawar menurun dengan semakin tuanya organ tersebut. Konsentrasi tersebut lebih rendah pada jenis-jenis atau kultivar yang berumur pendek dibandingkan berumur panjang. Pemberian sitokinin dari luar ternyata dapat menunda senesen pada beberapa jenis tanaman hias. Pemberian sitokinin juga menghambat kehilangan berat kering bunga-bunga yang telah matang. Selain itu juga, sitokinin dapat merangsang penyerapan air melalui pemeliharaan keutuhan sel-sel. Konsentrasi sebesar 5 persen atau 5 ppm kinetin, dapat memperpanjang umur bunga potong anyelir dan mawar pada vas. Giberellin dapat juga meningkatkan ukuran bunga dan memperpanjang umur bunga pada vas (umur vas). Hal ini nampak nyata pada bunga potong anyelir. Auksin memegang peranan pada proses senesen bunga poinsettia. Penghambatan senesen tersebut berkaitan dengan produksi etilen. Akan tetapi kemampuan petal bunga berespon terhadap IAA merupakan fungsi umur fisiologis. Asam absisi berperan juga pada proses senesen bunga, dan konsentrasi asam absisi endogen meningkat dengan semakin layunya petal bunga. Asam absisi mempersingkat umur bunga dan bersamaan dengan itu merangsang difusi etilen dan gas-gas lain yang mendukung pengaruh negatif daripada asam absisi.
16 193 H. Penanganan Pascapanen Tanaman Hias Bunga Potong Kualitas atau mutu bunga potong tergantung pada penampilan dan daya tahan kesegarannya. Bunga potong dengan mutu unggul (prima) tentu memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan bunga potong bermutu rendah. Untuk mempertahankan mutu bunga potong tetap prima perlu memperhatikan beberapa perlakuan terutama saat bunga siap panen sampai pada pemanfaatnya oleh konsumen. Terdapat beberapa aspek dan tahapan proses dalam upaya perlakuan pascapanen tanaman hias sehingga komoditi tersebut masih dalam keadaan berkualitas baik sampai pada konsumen. Tahapan dan aspek-aspek tersebut meliputi, 1. Aspek bercocok tanam (prapanen) Dalam bercocok tanam tanaman hias yang ditujukan untuk pemanenan bagian-bagian hias yang dipotong (hias potong), tentunya harus memperhatikan aspek lingkungan yang sangat menentukan kualitas organ panenan tersebut. Cahaya dan suhu merupakan unsur iklim atau cuaca yang sangat berperan sebagai faktor tumbuh dalam menghasilkan bunga berkualitas baik. Perubahan suhu yang tidak tiba-tiba merupakan kondisi suhu yang menguntungkan, daripada suhu yang berubah secara drastis. 2. Kematangan komoditi saat panen Kematangan tanaman hias (organ bunga) merupakan suatu faktor penting, dan kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan memperkirakan ukuran tanaman ataupun tingkat perkembangan (derajat membukanya kuncup bunga). Sebagai contoh, pada mawar, keadaan kuncup merupakan stadia yang baik dan pada stadia ini kebanyakan tanaman mawar tahan terhadap penyakit fisiologis. Sedangkan bila perkembangan lewat dari keadaan kuncup atau telah telah mekar sebagian, kualitas bunga yang diperoleh rendah dan umur vas sangat singkat.
17 194 Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung banyak air, yaitu sekitar pukul Walaupun demikian panenan juga dapat dilakukan pada pukul Pada saat tersebut, penyerapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya. Jika pemanenan dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah. 3. Teknik Panenan. Panen tanaman hias (bunga potong) umumnya dilakukan secara manual. Penggunaan alat-alat mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat pengangkutan dan alat pengikat (penyatu) satuan-satuan potongan (tangkai) bunga. Tujuan panenan adalah untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat kematangan yang baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah, secepat mungkin, dan biaya murah. Alasan ini yang membuat panenan secara manual lebih cenderung dipilih untuk tanaman hias terutama bunga potong. Keuntungan-keuntungan panenan secara manual meliputi, a. Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang tepat sehingga memungkinkan penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat secara berulang, b. Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang rendah, c. Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan tenaga kerja, dan d. Panenan secara manual bermodal kecil. Masalah utama panenan secara manual terpusat pada tenaga kerja. Penyediaan tenaga kerja merupakan masalah bagi petani. Tenaga kerja dapat sangat mahal pada sat musim panen serentak. Meskipun demikian, kualitas merupakan aspek yang sangat penting demi suksesnya
18 195 pemasaran bunga potong. Hal inilah yang menyebabkan sistim panen secara manual tetap sebagai pilihan utama. 4. Grading Pengelompokan komoditi ke dalam klas atau kelompok kualitas tertentu, merupakan tujuan pada tahapan grading ini. Kesulitan menentukan klas kualitas hingga kini belum ada patolan yang baku. Society of American Florist mencoba menentukan beberapa patokan kualitas bunga potong bagi anggota-anggotanya. Kualitas bunga didasari atas kuncup dan mekarnya bunga, kekuatan tangkai, kualitas daun, lurus dan panjangnya tangkai bunga. Didasari atas pengertian kualitas yang telah dibahas didepan, maka untuk menentukan kualitas suatu komoditi memerlukan kriteria tersendiri. Kriteria tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu : a. Aspek kuantitatif, yang meliputi berat, panjang tangkai, jumlah daun, ukuran bunga, dan ukuran daun, b. Aspek kualitatif, yang meliputi bebas hama-penyakit, bebas kerusakan mekanik, dan kondisi bunga, dan c. Aspek yang tersembunyi dan menyangkut perasaan. Aspek ini biasanya dinilai dari penampilan (aspek keindahan), dan warna serta ukuran. 5. Bunching (pengikatan) Bunga-bunga biasanya dipasarkan dalam bentuk ikatan atau rangkaian tangkai, walaupun beberapa konsumen dan jenis bunga dipasarkan dalam bentuk 1 tangkai atau kuntum bunga saja. Kebanyakan pengikatan rangkaian bunga dilakukan secara manual. Kemudian, ikatan tersebut biasanya dibungkus kertas atau plastik polyethylene. 6. Packaging (pengepakan) dan penyimpanan Bunga-bunga potong umumnya dipak dengan menggunakan kotak kertas panjang, dan pada bagian atasnya diberikan lapisan. Ukuran kotak pak biasanya 50 cm x 30 cm. Untuk beberapa jenis tanaman hias (bunga) yang
19 196 besar seperti gladiol, sering menggunakan pak khusus dari bahan kayu kamfer yang dilapisi lilin. Ikatan beberapa potong bunga biasanya dipak secara individu (satu pak satu tangkai bunga potong). Untuk jenis-jenis yang kecil, pengepakan sering langsung terdiri dari beberapa ikatan dalam satu pak. Untuk pengepakan akhir, anatara sususan/lapisan bunga diberikan lapis pengaman berupa kertas koran ataupun plastik isolator. Bila pak yang digunakan cukup besar. Biasanya dibuatkan rak-rak dari kayu tipis. Hal ini bertujuan untuk melindungi bunga dari benturan-benturan fisik. Cara penyimpanan bunga potong tergantung pada jenis bunga. Cara-cara penyimpanan yang umum dilakukan untuk kebanyakan jenis bunga potong antara lain dengan merendam tangkai bunga ke dalam air, pemberian perlakuan kimia, ataupun dengan cara perlakuan pendinginan. Teknologi sederhana yaitu dengan cara merendam tangkai bunga ke dalam air yang bersih. Contoh ini banik bagi anyelir. Namun untuk anthurium dan gladiol akan menguntungkan bilamana tangkai bunga-bunga tersebut direndam dalam air yang hangat (30 35 O C) selama dua menit sebelum dikemas. Untuk bunga potong krisan, sebaiknya direndam dalam larutan pengawet (Chrysal 5 gr/l). Selama perendaman, bunga-bunga tersebut disimpan pada ruang dingin dengan kelembaban udara cukup tinggi. Dengan perlakuan kimia, kuntum bunga anyelir dapat dipertahankan tetap dalam stadia kuncup selama dalam penyimpanan. Kuncup tersebut kemudian diperlakukan dengan sukrosa untuk tujuan memekarkan kembali. 7. Pengaturan suhu pascapanen Pada dasarnya pengaturan suhu untuk tanaman hias adalah perlakuan pendinginan (cooling). Teknik-teknik cooling yang biasa diterapkan pada tanaman hias ataupun bunga potong meliputi :
20 197 a. Forced Air-Free Cooling Teknik pendinginan menggunakan tekanan udara. Sistim ini bekerja karena adanya perbedaan tekanan yang menyebabkan udara mengalir melalui ventilasi kontainer. Dicapainya pendinginan yang cepat karena adanya kontak antara udara dingin dengan produk yang hangat. b. Room Cooling Merupakan metode pendinginan yang luas pemakaiannya, yaitu dengan memasukkan tanaman hias atau bunga potong ke dalam ruangan penyimpanan. Ke dalam ruang simpan dialirkan udara dingin dan diatur agar bergerak secara horisontal mengenai tanaman hias atau bunga potong yang ada di dalam kontainer atau tempat penyimpanan. c. Vacuum Cooling Melalui metode ini, pendinginan diperoleh dengan cara mengurangi tekanan atmosfir di dalam ruangan yang besar, kuat, dan terbuat dari baja. Penurunan tekanan atmosfir juga mengurangi tekanan uap air berkurang, maka produk akan berevaporasi. Untuk mengurangi kehilangan berat, selama periode pendinginan dilakukan penyemprotan air secara halus ke dalam ruangan. d. Package Icing Cara ini merupakan cara pendinginan dengan memasukkan es ke dalam kontainer atau kotak pak penyimpanan. Jumlah es yang diberikan tergantung pada suhu awal produk. Es-es yang dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan berupa bongkah-bongkah es, pecahan es, atupun air es yang disemprotkan ke permukaan produk sesaat setelah dimasukkan. Pekerjaan pendinginan metode ini dilakukan secara manual. Pendinginan atau pengaturan suhu rendah ditujukan untuk menunda senesen. Jadi memperpanjang umur komoditi dalam simpanan. Perlakuan pendinginan biasanya dilakukan selama periode simpan atau pengumpulan
21 198 sesaat setelah panen, dan selama perjalanan sehingga nantinya bila sampai pada pasar, komoditi masih dalam keadaan segar. 8. Pengaturan air Air yang cukup merupakan faktor yang sangat penting dalam penanganan pascapanen bunga potong ataupun tanaman hias lainnya. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengaturan air, a. Bucket (ember-wadah) Syndrome Tanpa pendinginan yang cukup, bunga potong tidak mungkin diipertahankan tetap segar. Dahulu untuk menyediakan air yang cukup atau mempertahankan kelembaban, ke dalam kontainer dimasukan ember-ember berisi air. Kini dengan adanya pengaturan secara modern penggunaan ember telah ditinggalkan. Dengan menggunakan emberember berisi air, kelembaban tidak dapat diatur, dan air yang berada di dalam kontainer terlalu banyak sehingga mengurangi ruang simpan. b. Kualitas air Air dapat mempengaruhi ph dan bahan-bahan terlarut dalam air vas sehingga mempengaruhi umur vas bunga potong tersebut. Airpun mempengaruhi kualitas bunga potong sejak tanaman masih di lapangan atau masih dalam periode pertumbuhan. Oleh karena itu ada upaya memperbaiki kualitas air. Secara sederhana penambahan asam yang cukup, dapat menurunkan ph hingga 3 3,5. Asam sitrat merupakan asam yang baik untuk mengatur ph air tanpa efek yang membahayakan bila penambahan asam tersebut berlebihan. Garam 8-hydroxyquinoline dan aluminium sulfat umumnya digunakan sebagai bahan aktif bakterisida pada bunga-bunga potong. Disamping itu, bahan-bahan tersebut dapat sebagai bahan penurun kemasaman larutan vas. Untuk masa mendatang, kemungkinan digunakan penanganan kering pada bunga potong akan dilakukan. Pada sitim ini bunga-bunga tidak
22 199 diletakkan dalam air. Keuntungan lain metode kering ini adalah memperpanjang umur simpan dalam vas, efisien dalam penggunaan alat pendingin dan ruang pendingin, dan mengurangi biaya pananganan pascapanen. 9. Pemberian karbohidrat Pemberian senyawa-senyawa karbohidrat pada bunga potong bertujuan memperpanjang umur vas. Bahan-bahan komersial sebagai sumber karbohidrat adalah Floralife, Oasis, Florever, dan Vivalafleur. Penambahan karbohidrat yang cukup pada beberapa bunga potong selama 24 jam dalam larutan sukrosa segera setelah panen dapat memperpanjang umur vas. Berikut beberapa bahan karbohidrat yang sering digunakan sebagai bahan memperpanjang umur vas bunga potong, a. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dapat digunakan sebagai larutan vas untuk mawar b. 1,5 persen sukrose ditambahkan 320 ppm asam sitrat dan 25 ppm silver nitrat dapat digunakan sebagai larutan vas gladiol dan anyelir c. 1,5 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat dapat digunakan sebagai larutan vas kebanyakan jenis bunga d. 20 persen sukrose ditambahkan 250 ppm 8-hydroxy-quinoline sitrat digunakan sebagai larutan untuk merendam gladiol selama 24 jam e. 10 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan sebagai larutan merangsang membukanya kuncup anyelir f. 2 persen sukrose ditambahkan 200 ppm physan dapat digunakan sebagai larutan perangsang membukanya kuncup krisan Dapat dikatakan bahwa penggunaan bahan aktif larutan vas bunga potong, tingkat konsentrasinya berbeda untuk masing-masing varietas ataupun jenis tanaman. Biasanya, konsentrasi di atas 1,5 persen dapat menyebabkan terbakarnya daun-daun bunga potong mawar, tetapi pengaruhnya sangat kecil pada anyelir.
23 200 Dari beberapa hasil penelitian, dilaporkan bahwa penambahan karbohidrat sebagai sumber gula pada larutan vas, ternyata merangsang kerja sitokinin endogen untuk menunda senesen bunga, dan menghambat etilen dalam merangsang kelayuan (senesen). Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kekebalan jaringan atau organ terhadap etilen atau menunda pembentukan etilen alami. Hasil penelitian lainnya menjelaskan bahwa sukrose meningkatkan keseimbangan air pada jaringan bunga potong. Ini berkaitan dengan pengaruh gula pada proses membuka dan menutupnya stomata dan pengurangan kehilangan air. Kemudian, setelah pemberian gula mencapai ke kuntum bunga, terjadi peningkatan dalam keseimbangan air. Keseimbangan air ini berkaitan pula dengan menurunnya konsentrasi asam absisi endogen. 10. Pengatur tumbuh Penanganan pascapanen komoditi hortikultura termasuk tanaman hias dan bunga potong selalu melibatkan pengaruh etilen. Akan tetapi teknologi untuk mengurangi etilen pada ruang simpan, pak, dan areal atau ruang penanganan jarang dilakukan terhadap tanaman hias dan bunga potong. Padahal, kontaminasi etilen pada semua tingkatan proses pascapanen bunga potong adalah umum atau selalu ada. Secara umum, untuk memperpanjang umur bunga potong dengan pengaturan ruang simpan dan pak penyimpanan dirasa sudah cukup. Penghilangan etilen membutuhkan teknologi yang cukup mahal. Upaya memperpanjang umur simpan bunga potong yang sering dilakukan petani produsen adalah dengan menggunakan senyawa anti etilen seperti ion silver. Perendaman bunga potong pada larutan silver atau thiosulfat setelah panen dapat menghambat pembentukan etilen endogen maupun menghambat pengaruh etilen eksogen, sehingga kuncup-kuncup bunga masih dapat dipertahankan dalam keadaan tidur untuk beberapa waktu lamanya.
24 201 G. Penanganan Pascapanen Beberapa Bunga Potong M a w a r Karena banyaknya jenis warna bunga, bentuk, kebiasaan tumbuh, dan ukuran tanaman; mawar sangat digemari dan mempengaruhi kehidupan manusia. Dibandingkan bunga potong anyelir dan krisan, bunga potong mawar memiliki nilai komersial 50 persen lebih banyak dari kedua jenis bunga potong lainnya tersebut. Mawar sangat diperlukan untuk keperluan kegiatan sosial seprti Valentine s Day, Sweetheart s Day, Memorial day, dan Christmas. Termasuk juga untuk kegiatan keagamaan maupun sosial lainnya seperti perkawinan, ulang tahun, dan kegiatan pertemuan sosial lainnya. Terdapat dua jenis mawar yang umumnya tumbuh secara komersial untuk keperluan bunga potong. Pertama, Hybrid Tea (HT) merupakan jenis atau kultivar yang bercirikan memiliki satu kuntum bunga terminal dan beberapa kuntum bunga lateral. Kuntum lateral dibuang untuk merangsang pertumbuhan kuntum terminal ke arah yang lebih baik dan besar. Permintaan jenis mawar ini tergantung pada warna dan musim. Biasanya warna yang disukai meliputi merah, kuning, merah muda (pink), dan putih. Jenis kedua, Floribundas atau sering diistilahkan sebagai miniatur mawar. Mawar ini membentuk kuntum terminal dengan tangkai yang pendek, namun kuntum lateralnya tumbuh lebih subur. Oleh karenanya daya tarik mawar jenis ini terletak pada kuntum lateral. Dalam budidayanya, kuntum terminal atau apikal sering dipotong untuk merangsang dan memberikan peluang kuntum lateral berkembang baik. Warna mawar jenis ini yang digemari konsumen meliputi merah muda, kemudian disusul merah, kuning, putih, dan berwarna campuran. 1. Kualitas pascapanen Kultivar, panjang batang/tangkai, stadia kematangan, ukuran bunga, dan kondisi bunga dan daun merupakan faktor-faktor penting yang menentukan kualitas. Berikut, komponen kualitas bunga potong mawar,
25 202 a. Kekuatan batang dalam kemampuannya menopang bunga/kuntum secara tegak b. Keseragaman panjang batang/tangkai bunga c. Ukuran bunga (mewakili kultivar) d. Keseragaman dalam stadia perkembangan e. Bebas dari kerusakan fisik, memar, hama-penyakit, dan kerusakan/cacat warna f. Baik, sehat, dan normal pertumbuhannya; terutama daun yang menyertai kuntum bunga Tidak ada patokan dasar kualitas yang seragam antar negara maupun antar petani bunga potong mawar. Namun belakangan ini banyak petani menggunakan kriteria panjang batang/tangkai bunga sebagai parametar kualitas bunga potong mawar. Berikut klas kualitas bunga potong mawar berdasarkan panjang tangkai dan batang, Tabel Kriteria kualitas bunga potong mawar berdasarkan panjang batang/tangkai bunga Kode Panjang Batang dan Tangkai (cm) 0 < Komponen kualitas bunga potong mawar dapat juga ditentukan berdasarkan komponen penjualan. Komponen tersebut dituangkan dalam tabel berikut,
26 203 Tabel Komponen kualitas bunga potong mawar Komponen Penjualan Tingkat/Urutan Kualitas Baik Sedang Rendah Panjang batang dan tangkai 66 cm 56 cm 40 cm H a r g a tinggi Sedang Rendah Stadia perkembangan bunga terbuka penuh Agak terbuka kuncup Tingkat pembengkokan tangkai (pangkal tangkai) tidak 5 O sedang 5 O 45 O sangat >45 O Warna petal (perubahan tidak ada cukup sangat/ekstrem 2. Fisiologi dan biokimia Meskipun mawar merupakan tanaman asli daerah tropik, mawar dapat tumbuh dengan baik pada daerah temperate atau pada daerah bersuhu lebih dingin. Akan tetapi cahaya merupakan faktor pembatas utama pertumbuhan mawar pada daerah temperate tersebut. Suhu lingkungan tumbuh berpengaruh langsung pada kualitas bunga dan saat pembungaan. Suhu rendah (dibawah 13,2C O ) umumnya mengurangi produktivitas tanaman, namun meningkatkan kualitas bunga. Suhu tinggi (di atas 18,2C O ) mempengaruhi kualitas bunga, tetapi meningkatkan pertumbuhan dan pembungaan. Umur atau periode panenan akan lebih panjang hingga dua kali libat, bila suhu lingkungan tumbuh selama tiga minggu terakhir sebelum bunga dipanen dapat dipertahankan berkisar 21 24C O. Peningkatan respirasi dan hidrolisis komponen sel merupakan dua macam metabolisme yang mengalami perubahan dan memacu senesen kuntum bunga (petal). Perubahan-perubahan tersebut merangsang senesen pada bunga dan mengurangi penyerapan air melalui perangsangan pembentukan penutup jaringan vaskular pada batang (pangkal potongan).
27 Kegiatan-kegiatan yang mengurangi kerusakan pascapanen a. Praktek budidaya Pengaturan penyinaran dan suhu selama periode tumbuh sangat menguntungkan dalam upaya meningkatkan kualitas pascapanen. Suhu sebaiknya jangan turun atau naik secara mendadak. b. Panenan dan pengepakan Sejak pemangkasan hingga pembungaan mawar memerlukan hari selama musim panas, dan hari selama musim dingin. Setelah pembungaan, sekitar 3 7 hari bunga sudah dapat dipanen. Namun demikian, stadia panen untuk jenis-jenis mawar yang berbeda juga sangat tergantung pada varietas dan jarak pasar. Umumnya. Mawar kuning dapat dipanen saat stadia kuncup, sementara untuk varietas merah dan merah muda lebih baik bila dipanen sedikit lebih lambat. Untuk keperluan pasar yang dekat, pemanenan mawar dilakukan bila kuntum telah menunjukkan tanda-tanda menggulungnya petal pertama ke arah luar. Serdangkan untuk pasar yang lebih jauh, mawar sebaiknya dipanen lebih awal yaitu saat stadia kuncup. Pemotongan kuntum bunga biasanya mengikut sertakan 1 2 helai daun atau hingga batas dimana daun menunjukkan adanya mata tunas aksilar. Namun pada bulan-bulan Agustus hingga Januari, pemotongan mengikut sertakan lebih banyak daun. Kondisi tersebut menggambarkan kedaan iklim di wilayah beriklim temperate. Untuk wilayah beriklim tropik, jumlah daun lebih banyak pada saat musim dingin atau penghujan. Saat panen mempengaruhi lama simpan atau umur vas. Mawar yang dipanen sore hari, akan memiliki umur vas yang lebih panjang daripada
28 205 mawar yang dipanen pagi hari. Hal ini dikarenakan, mawar yang dipanen sore hari memiliki banyak tumpukan cadangan karbohidrat. Akan tetapi karena sistim pengangkutan yang tersedia memaksakan seringnya mawar dipanen pagi hari. Setelah pemanenan, potongan tangkai mawar dipisahkan ke dalam klas-klas kualitas masing-masing. Pengemlompokan pertama didasari atas panjang-pendek tangkai/batang dan dikelompokan dalam satu ikatan yang terdiri dari 10 atau 12 atau 25 tangkai bunga. Berikut klas atau standar panjang tangkai/batang mawar sebagai bunga potong berdasarkan SAF (The Society of American Florist), Tabel klasifikasi kualitas (panjang batang) 2 tipe mawar Tipe Grade minimum panjang batang (cm) biru merah hijau Hybrid Tea Sweetheart Kelompok-kelompok bunga tersebut kemudian dipak berdasarkan sasaran pemasaran. Artinya jenis atau bahan pak tergantung dari jauhdekatnya pasar. Biasanya, untuk pemasaran jarak jauh, bahan pak berupa kotak kayu tipis. Sedangkan untuk jarak dekat, cukup dengan menggunakan kotak karton. Ikatan bunga sebelumnya dibungkus dengan kertas atau plastik cellopen. Kertas atau plastik pembungkus sedemikian rupa diatur sehingga leher bunga terlindungi dari sentuhan fisik yang dapat merusak. Dinding bagian dalam kotak atau pak sebaiknya dilapisi plastik (khususnya bagi daerah tropika hal ini harus). Tujuannya adalah untuk menghindari uap air dalam kotak atau pak terserap oleh bahan kotak atau pak. Kadangkala untuk mempertahankan kelembaban, potongan es dimasukan dalam kotak. Cara lain untuk mempertahankan
29 206 kelembaban dapat juga dengan mengikat pangkal potongan bunga dengan kertas tissue basah. c. Penyimpanan pada suhu rendah Suhu rendah selama penanganan, penyimpanan, dan proses pemasaran atau pengangkutan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Atas dasar pemasaran atau pemenuhan konsumen, bunga potong maear ditangani melalui dua cara, yaitu Penanganan untuk pasar lokal, tanpa pendinginan Penanganan untuk pasar luar (jauh), memerlukan pendinginan Bunga potong mawar disimpan dalam larutan pengawet pada suhu 0 2C O segera setelah panen selama 3 hingga 4 jam. Setelah perendaman barulah bunga-bunga tersebut dapat diangkut. Perlakuan ini dimaksudkan untuk membuang panas yang dikeluarkan oleh jaringan, selain bertujuan untuk mengurangi laju respirasi. Pada sistim penyimpanan kering pada suhu 0 C O, bunga dapat disimpan hingga 15 hari. Bunga-bunga potong sebelum dimasukan dalam kotak-kotak penyimpan, pangkal batang/tangkai dipotong kemudian direndam terlebih dahulu dalam larutan pengawet selama 6 jam. Namun demikian, setelah sampai pada pedagang pengecer, sebaiknya bunga-bunga tersebut diperlakukan lagi dengan perendaman dalam larutan pengawet selama 4 6 jam pada keadaan suhu yang sangat rendah. d. Penyimpanan atmosfur terkendali Orang pertama yang melakukan kemungkinan penggunaan atmosfir terkendali pada bunga mawar adalah THORNTON. Penyimpanan pada atmosfir terkendali (CA) dapat memperpanjang umur simpan bunga potong mawar dibandingkan penyimpanan suhu rendah.
30 207 Untuk menunda membuka atau mekarnya kuncup mawar, penyimpanan CA dengan keadaan 5 25% CO 2 dan O 2 sangat menguntungkan. Bilamana O 2 berkurang hingga 0,25% maka akan menyebabkan kerusakan pada stigma, anther, dan jaringan kambium. Keadaan yang paling baik adalah 0,5% O 2 dan 5% CO 2. Taraf CO 2 yang meracun akan menyebabkan pencoklatan pada tipe petal dan tidak dapat membukanya kuncup bunga. Gejala ini akan terjadi pada keadaan suhu sangat rendah (0 C 0 ). Taraf CO 2 yang tinggi (di atas 15%) akan menciptakan kondisi yang dapat merubah pigmen pada petal karena ph sel menurun. e. Penyimpanan pada atmosfir termodifikasi (MA) Sejumlah kecil bunga potong mawar dapat di pak dengan menggunakan plastik tipis transparan seperti MSAT-300. Keadaan atmosfir dalam pak sistim ini tidak berubah. Karbondioksida akan terakumulasi di dalam pak, sementara konsentrasi oksigen berkurang sehingga kualitas bunga akan dapat dipertahankan. Bunga potong mawar yang disimpan atau dipak dalam MSAT-300 selama 5 hari pada suhu 5 7C O memiliki umur vas yang lebih panjang dan tidak mengurangi kualitas. f. Penggunaan bahan kimia atau bahan pengawet Penggunaan bahan kimia sebagai bahan pengawet merupakan upaya memperpanjang umur pascapanen tetap dalam keadaan berkualitas. Bahan-bahan tersebut sudah banyak beredar dan terbukti sangat bermanfaat bagi upaya memperpanjang umur vas ataupun umur simpan bunga potong mawar. Senyawa atau bahan kimia tersebut sering digunakan secara tunggal maupun kombinasi beberapa bahan.
31 208 Bahan kimia sederhana yang sering digunakan adalah sukrose. Kombinasi 5% sukrose dengan 200 ppm 8-hydroxy quinoline sulfat (8- HQS) padat memperpanjang mawar kultivar Velvet Time Rose. Bahan kimia pengawet sering pula disertakan dengan bakterisida maupun fungisida. Selain itu juga, beberapa senyawa kimia tidak saja bersifat fungisida maupun bakterisida, juga bersifat pengendali proses fisiologi yang merugikan. Sebagai contoh, penambahan 100 ppm sodium benzoat dalam 8-HQS serta sedikit sukrose dapat sebagai pengendali proses fisiologi pembentukan lendir tanpa berefek phitotoksis. g. Pengendalian hama-penyakit Penyebab kehilangan pascapanen baik kualitas maupun kuantitas yang sangat penting bagi bunga potong mawar adalah adanya serangan hama-penyakit. Penyakit pascapanen yang biasa muncul adalah penyakit yang disebabkan oleh Botrytis, Penicillium, dan Alternaria. Penyakit-penyakit ini biasa muncul pada fase penyimpanan. Jadi pengendalian terpadu merupakan pengendalian yang baik untuk mempertahankan kualitas sampai pada konsumen. Pengendalian tersebut adalah tindakan terintegrasi dari beberapa usaha pengendalian hama-penyakit seperti pemilihan jenis-jenis mawar yang tahan terhadap penyakit, cara budidaya yang bersih dan sehat (pemupukan, irigasidranasi, penyiangan, pemangkasan, hingga penetapan waktu panen yang tepat), penerapan teknologi yang baku, dan penggunaan bahan pengendali (kimia) dengan bijaksana.
32 209 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Bunga Potong Tinjauan Literatur. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. LIPI. Kader, Adel A., Postharvest Biology and Technology : An Overview. In Kader, Adel A., et.al. (Eds). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension, University of California, Division of Agriculture and Natural Resources. Reid, Michael S., Postharvest Handling Systems : Ornamentals. In Kader, Adel A., et.al. (Eds). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension, University of California, Division of Agriculture and Natural Resources. Poincelot, R.P Sustainable Horticulture Today and Tomorrow. Prentice Hall. Salunkhe, D.K., Bhat, N.R., and Desai, B.B., Postharvest Biotechnology of Flowers and Ornamental Plants. Springer-Verlag. Wills, R.B.H., Mc. Glasson, W.B., Graham, D., Lee, T.H., and Hall, E.G., Postharvest An Introduction to The Physiology and Handling of Fruits, and Vegetables. An Avi Book, Van Nostrand Reinhold, New York.
PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)
PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI DALAM PASCA PANEN PRODUK HORTIKULTURA
Bahan Ajar MK. Pasca Panen Hoertikultura PS Hortikultura, Fakultas Pertanian - UNRAM Semester Gasal Tahun Ajaran 2002-2003 Pokok Bahasan BIOTEKNOLOGI DALAM PASCA PANEN PRODUK HORTIKULTURA Disampaikan oleh
Lebih terperinciSetelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari bahan ajar pada bab ini, para mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat :
PENDAHULUAN Tujuan Pembelajaran, Setelah mengikuti perkuliahan atau mempelajari bahan ajar pada bab ini, para mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat : Mampu menjelaskan ruang lingkup bahasan pascapanen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA
Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.
Lebih terperinciBeberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,
Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Plantae
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA
TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PASCA PANEN BUNGA Ir Sitawati, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Pengembangan Model Pemasaran Tanaman Hias/Bunga di Kota Batu
Lebih terperinciBunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura
Cold Storage Hortikultura Panen C 6 H 12 O 6 + O 2 Respirasi 6 CO 2 + 6 H 2 O + 673 Kal Umur simpan produk Tergantung dari laju evolusi panas Kondisi lingkungan daun buah Sayuran : kailan, brokoli, horenzo,
Lebih terperinciFisiologi Pasca Panen Pada Bunga Anggrek Potong FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG
FISIOLOGI PASCA PANEN PADA BUNGA ANGGREK POTONG Oleh : Siswadi PENDAHULUAN Anggrek merupakan tanaman yang sangat banyak jenisnya, terutama keindahan bunganya. Bentuk, ukuran variasi warna, dan corak bunga
Lebih terperinciMATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP
MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang
I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN
PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunga potong adalah bunga yang kini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan rangkaian bunga salah satunya adalah Bunga Krisan. Hasil observasi di Pasar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi
3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi Stroberi merupakan tanaman herba tahunan. Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun stroberi merupakan daun majemuk beranak daun tiga (trifoliate) dengan tepi daunnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan
Lebih terperinciTEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS
TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen
4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.
Lebih terperinciRabu, 27 Maret Juliana Maisyara PANEN DAN PASCA PANEN ANGGREK PANEN DAN PASCA PANEN ANGGREK
PANEN DAN PASCA PANEN ANGGREK Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan
TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Florikultura merupakan sektor bisnis yang menjanjikan, salah satunya agribisnis bunga potong. Bisnis bunga potong berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan. Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika Ilmiah dan Botani Tanaman Krisan Klasifikasi ilmiah tanaman krisan menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2013) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bunga potong dapat diartikan sebagai bunga yang dipotong dari tanamannya dengan tujuan sebagai penghias ruangan atau karangan bunga. Menurut Widyawan dan Prahastuti
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Buah Naga
3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perendaman bunga potong pada hari ke 6 pengamatan disajikan pada Tabel 4.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ph larutan Derajat keasaman (ph) merupakan tingkatan asam basa suatu larutan yang diukur dengan skala 0 sampai dengan 14. Tinggi rendahnya ph air sangat dipengaruhi oleh kandungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin
Lebih terperinciTeknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk
Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017
7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas
Lebih terperincimerangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.
Pertemuan : Minggu ke 13 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Perkembangan buah dan biji Sub pokok bahasan : 1. Terbentuknya biji 2. Perkembangan buah 3. Perkecambahan biji 4. Penuaan dan kematian
Lebih terperinciPENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)
PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias mempunyai peran sangat penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis
Lebih terperinciASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN
ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting
Lebih terperinciTIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH
EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka
Lebih terperinciTEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti
TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya
TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan
Lebih terperinciBuah-buahan dan Sayur-sayuran
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut
Lebih terperinciKALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin
KALIN merangsang pembentukan organ Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN Kompetensi Dasar KD 3.1 Menganalisis hubungan antar faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Krisan (Crysanthemum sp.) Krisan (Crysanthemum sp.) adalah tanaman yang berasal dari Cina. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), tingkatan takson dari krisan adalah sebagai berikut
Lebih terperinciPENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH
III. PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH Potensi pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang
17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang
Lebih terperinciPENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA
PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui prinsip penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui tujuan penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium
14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. adalah jenis tanaman yang hidup baik pada daerah tropis dan wilayah iklim sedang. Di daerah tropis terong
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah
Lebih terperinciMenurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili
Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciHUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan
Lebih terperinciKULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN
KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan
14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan
4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan
Lebih terperinci47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas
Lebih terperinciFotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman
Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Kasma Rusdi (G11113006) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014 Abstrak Warna hijau pada daun merupakan salah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,
Lebih terperinci