ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh KIKI SETYA DEWI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh KIKI SETYA DEWI H Menyetujui, Agustus 2008 Ir. Budi Purwanto, ME Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Ujian : 22 Juli 2008 Tanggal Lulus :

4 ABSTRAK KIKI SETYA DEWI. H Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Benih Padi Bersertifikat (Studi Kasus PT Citra Agro Indonesia, Ponorogo). Di bawah bimbingan Budi Purwanto. Terkait dengan upaya pemerintah mendorong usaha benih dan menggalakkan penggunaan benih padi bersertifikat membuka peluang usaha baru bagi para badan usaha. Adanya pasar benih padi yang berkembang diwujudkan menjadi usaha baru yang diharapkan memberikan nilai tambah bagi PT Citra Agro Indonesia (Agrindo). Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui kekuatan dan kelemahan posisi keuangan perusahaan, (2) mengetahui kebutuhan dana dan mengevaluasi alternatif sumber dana yang tersedia, (3) mengetahui tingkat kelayakan dan nilai tambah dari pengembangan usaha benih padi dan (4) mengestimasi kondisi perusahaan dengan adanya pengambilan keputusan penerimaan Usaha Benih Padi Bersertifikat (UBPB) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data bahwa kondisi likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas perusahaan secara rata-rata menunjukkan kondisi yang baik kecuali pada tahun Perolehan proyek sangat berpengaruh terhadap keuangan perusahaan. Dana yang dibutuhkan untuk menjalankan UBPB sebesar Rp ,- terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol sebesar Rp ,- dan perkiraan modal kerja sebesar Rp ,-. Perusahaan hanya mencukupi 24% dari total kebutuhan dana. Sisanya sebesar 76% menggunakan dana eksternal yakni pinjaman bank. UBPB layak didirikan dilihat dari beberapa aspek. Pertama, aspek pasar dan pemasaran yang mencakup bentuk pasar, kecenderungan permintaan dan penawaran, perhitungan pasar, analisis persaingan dan strategi bauran pemasaran. Kedua, aspek teknik dan teknologi mencakup lokasi; proses produksi; pemilihan mesin, peralatan dan rencana investasi dan pengawasan kualitas produk. Ketiga, bahwa secara yuridis UBPB dijalankan sesuai dengan peraturan dan ketetapan perundangan yang berlaku. Pemerintah mendukung keterlibatan swasta dalam usaha perbenihan karena turut serta dalam mewujudkan program ketahanan pangan. Keempat, aspek manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tenaga kerja. Kelima, aspek finansial mencakup kebutuhan dan sumber dana, proyeksi penerimaan, penilaian investasi, proforma laba rugi dan neraca serta analisis rasio proforma. Kriteria kelayakan investasi menghasilkan Payback Period selama 1,7 tahun; NPV sebesar Rp ,-; IRR 36 %; PI atau Net B/C sebesar 9,56; BEP sebesar Rp ,- untuk kelas benih ES pada volume produksi 45 ton/tahun, serta BEP ss sebesar Rp ,- pada volume produksi 38 ton/tahun. Berdasarkan analisis sensitifitas maka UBPB sensitif terhadap penurunan penjualan dan menyebabkan UBPB menjadi tidak layak. Sedangkan berdasarkan hasil proyeksi pada konsolidasi proforma Agrindo menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik. UBPB memberikan sumbangsih terhadap kinerja perusahaan. Dengan mengembangkan UBPB, perusahaan memiliki pemasukan yang cenderung tetap tanpa terpengaruh banyak atau sedikitnya perolehan proyek.

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 11 September Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Slamet dan Sulasmi. Perjalanan akademis penulis diawali pada TK Dharma Wanita Sumberbening pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SD Negeri 1 Sumberbening Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Balerejo, Kabupaten Madiun. Pada tahun 2001 melanjutkan ke SMU Negeri 3 Madiun. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama di Institut Pertanian Bogor, penulis mengikuti kegiatan perkuliahan dan kemahasiswaan lainnya. Penulis aktif dalam berbagai aktivitas kemahasiswaan seperti Klub Agribisnis Asrama TPB 2004/2005, Koran Kampus (Marketing Manager periode 2004/2005 dan Bendahara periode 2005/2006), Sekretaris Paguyuban Sadulur Madiun (PASMAD) periode 2005/2006, Treasury Divisi Administration, Secretary and Finance periode 2005/2006 Himpunan Profesi Mahasiswa Manajemen (COM@) dan Bendahara DR.B (Dokter Bisnis). Penulis juga merupakan salah satu penerima beasiswa dari Yayasan Danamon Peduli sejak mengawali studi di Institut Pertanian Bogor.

6 KATA PENGANTAR Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Benih Padi Bersertifikat (Studi Kasus PT Citra Agro Indonesia, Ponorogo) dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini membahas kinerja keuangan perusahaan, kelayakan usaha benih padi bersertifikat dan proyeksi proforma. Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan khususnya untuk mengembangkan usaha benih padi bersertifikat. Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Budi Purwanto, ME sebagai dosen pembimbing yang tetap meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta pengarahan berharga selama penulisan. 2. Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM dan Ibu Beatrice Mantoroadi SE.Ak, MM atas kesediaannya sebagai dosen penguji. Masukan dan arahannya sangat berarti bagi pembelajaran dan pemahaman bagi penulis. 3. Seluruh tim PT Citra Agro Indonesia atas kesediaanya membantu dan mengarahkan penulis selama penelitian. 4. Yayasan Danamon Peduli atas dukungannya yang begitu besar selama penulis menjalani studi. Ibu Resa, Bpk Fauzan, Bpk Wijaya, Mas Chris, Ibu Tya, Bpk Heri dan Ibu Like yang telah memberikan motivasi dan semangatnya. 5. Staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan dan memperkaya khasanah pengetahuan bagi pihak yang membaca. Bogor, Agustus 2008 Penulis

7 ABSTRAK DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Benih Padi Bersertifikat Pengertian Pasar Benih Teknologi Benih Kebijakan Pemerintah Laporan Keuangan Neraca Laporan Laba Rugi Laporan Arus Kas Kinerja Keuangan Likuiditas Solvabilitas Aktivitas Profitabilitas Kelayakan Usaha Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknik dan Teknologi Aspek Hukum dan Kebijakan Aspek Manajemen Aspek Finansial III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka pemikiran Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kualitatif iii iv vi vii viii ix

8 Analisis Kuantitatif Kinerja Keuangan Kelayakan Finansial IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Kegiatan Bisnis Tujuan Perusahaan Organisasi Perusahaan Gambaran Umum Kondisi Keuangan Perusahaan Analisis Rasio Keuangan Analisis Likuiditas Analisis Solvabilitas Analisis Aktivitas Analisis Profitabilitas Analisis Kelayakan Usaha Benih Padi Bersertifikat Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Teknik dan Teknologi Aspek Hukum dan Kebijakan Aspek Manajemen Aspek Finansial Laporan Proforma dan Proyeksi Kinerja Keuangan Laporan Proforma Proyeksi Kinerja Keuangan KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 77

9 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Perkembangan luas panen padi berdasarkan penggunaan benih di Indonesia Produksi tanaman pangan, Propinsi Jawa Timur Laporan laba rugi PT. Citra Agro Indonesia ( ) Laporan neraca PT. Citra Agro Indonesia ( ) Rasio likuiditas periode Rasio solvabilitas periode Rasio aktivitas periode Rasio profitabilitas periode Perkiraan kebutuhan benih pada lahan sawah Proyeksi permintaan dan penawaran benih padi potensial se WKBP Madiun Proyeksi peluang dan pangsa pasar Data penangkar benih padi bersertifikat WKBP Madiun Kebutuhan investasi Kebutuhan dan sumber dana Proyeksi penerimaan UBPB Agrindo Nilai kriteria penilaian investasi UBPB Proyeksi rasio likuiditas UBPB Agrindo Proyeksi rasio solvabilitas UBPB Agrindo Proyeksi rasio aktivitas UBPB Agrindo Proyeksi rasio profitabilitas UBPB Agrindo... 70

10 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Skema alur benih, produsen dan pengawas mutu benih Indonesia Kerangka pemikiran Kegiatan bisnis Agrindo Pelaksana operasional perusahaan Tahapan produksi benih Agrindo Peta wilayah kerja BPSB Jawa Timur Struktur organisasi kegiatan operasional usaha benih padi... 58

11 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Struktur organisasi PT Citra Agro Indonesia Rencana kebutuhan fisik pendirian UBPB Daftar indeks harga barang pendirian UBPB Rencana kebutuhan dana pendirian UBPB Perhitungan biaya penyusutan aset Perhitungan kredit Rekapitulasi biaya ( BT & BTT ) Biaya produksi Perhitungan Net Present Value (NPV) Perhitungan PBP dan BEP Perhitungan BEP Proyeksi laba rugi & anggaran kas UBPB Proyeksi neraca UBPB Rencana kebutuhan dana (kenaikan bahan baku input operasional) Cashflow sensitivitas kenaikan bahan baku (10%) Rencana kebutuhan dana (kenaikan biaya tenaga kerja) Cashflow sensitivitas kenaikan biaya tenaga kerja Sensitivitas penurunan penjualan Cashflow sensitivitas penurunan penjualan Laporan laba rugi proforma PT Citra Agro Indonesia Laporan neraca proforma PT Citra Agro Indonesia Proyeksi laba rugi konsolidasi proforma PT Citra Agro Indonesia Laporan neraca konsolidasi proforma PT Citra Agro Indonesia.. 100

12 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan berperan penting sebagai penyedia lapangan usaha sebagian besar masyarakat, pendapatan nasional, stabilitas ekonomi, sosial dan keamanan masyarakat. Salah satu komoditi pangan yang penting dan menyangkut kepentingan nasional adalah padi/beras. Dimana beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar (95%) penduduk Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya melalui peningkatan ketahanan pangan sebagai salah satu program revitalisasi pertanian. Upaya peningkatan ketahanan pangan menemui beberapa kendala antara lain kapasitas sumberdaya alam pertanian terutama lahan dan air yang terbatas dan bahkan semakin menurun. Selama kurun waktu , luas panen padi menyusut sebesar 1,06 % per tahun. Penurunan tersebut diduga karena adanya konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian, serangan hama penyakit, banjir dan kekeringan serta adanya respon petani terhadap perubahan rasio harga padi terhadap harga komoditas pangan lainnya yang lebih menguntungkan (Departemen Pertanian, 2005). Kendala tersebut dapat menurunkan laju pertumbuhan padi dan menimbulkan kerawanan pangan nasional. Disisi lain permintaan beras nasional diperkirakan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, 2015, 2020 dan 2025, kebutuhan beras nasional diperkirakan masing-masing sebesar 55,8 juta ton; 58,9 juta ton; 62,3 juta ton dan 65,8 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) (Badan Litbang Deptan, 2005). Peningkatan produktivitas padi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Upaya tersebut salah satunya dengan penggunaan benih varietas unggul. Benih yang terkontrol mutunya akan dapat meningkatkan produksi dan mengurangi risiko kegagalan budi daya tanaman. Benih tersebut harus melalui proses sertifikasi untuk menjaga kemurnian dan mutu benih. Secara nasional penggunaan benih bersertifikat untuk padi relatif masih kecil. Tabel 1 menggambarkan

13 bahwa selama tahun , rata-rata penggunaan benih padi berlabel sekitar 22,02 % dari total luas panen. Penggunaan benih berlabel cenderung meningkat pada tahun yang mencapai %. Tabel 1. Perkembangan luas panen padi berdasarkan penggunaan benih di Indonesia Luas Panen Berlabel Tidak Berlabel Tahun (000 Ha) 000 Ha % 000 Ha % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,80 Rataan Sumber : Ditjen Tanaman Pangan dalam Sayaka (2006) Sayaka (2006) menyatakan bahwa dalam periode , penggunaan benih berlabel di provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan relatif lebih tinggi dari nasional. Penggunaan benih berlabel di Jawa Timur rata-rata telah mencapai 38%, bahkan mendekati 60% mulai tahun Sedangkan penggunaan benih berlabel di Sulawesi Selatan pada tahun lebih tinggi dari nasional yaitu sekitar 30%. Sedangkan Rachman dkk (2004) menyatakan bahwa ketersediaan benih baik dari aspek kualitas maupun kualitas masih harus ditingkatkan di lima provinsi studi yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Sektor pertanian berperan cukup penting dalam perekonomian Jawa Timur. Tabel 2 menunjukkan perkembangan produksi komoditi tanaman pangan wilayah Jawa Timur. Dapat dilihat bahwa padi merupakan komoditi yang paling banyak dihasilkan. Produktivitas padi dalam kurun waktu enam tahun terakhir tidak mengalami perubahan atau peningkatan yang signifikan. Jumlah keseluruhan dari padi ladang dan padi sawah menunjukkan bahwa produksi padi berkisar sembilan juta ton. Hal tersebut perlu ditingkatkan untuk membantu terpenuhinya kebutuhan beras nasional dan mewujudkan upaya swasembada beras berkelanjutan. Dinas Pertanian Jawa Timur menegaskan bahwa upaya peningkatan produksi padi salah satunya dengan

14 peningkatan penggunaan benih padi bersertifikat dan penanaman serta pengembangan padi hibrida ( 2007). Hal tersebut menunjukkan adanya peluang yang potensial bagi pengembangan Usaha Benih Padi Bersertifikat (UBPB) khususnya di wilayah Jawa Timur. Tabel 2. Produksi tanaman pangan Propinsi Jawa Timur (dalam ton) Komoditi Padi Padi Ladang Padi Sawah ,369, Jagung Kacang Hijau Kacang Tanah Kedele Ubijalar Ubikayu/ Ketela Pohon Sumber: [16 Februari, 2008] PT Citra Agro Indonesia (Agrindo), yang cakupan wilayah bisnisnya adalah Jawa Timur khususnya Ponorogo dan sekitarnya, berupaya meraih eksistensi dengan aktif melihat dan memanfaatkan peluang usaha yang ada. Agrindo mulai menjalankan UBPB yang diharapkan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian studi kelayakan dengan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan untuk mengidentifikasi apakah pengembangan UBPB layak untuk dilaksanakan Perumusan Masalah Pasar yang dibidik oleh Agrindo untuk saat ini adalah pemerintah daerah dan badan usaha lain. Target pasar tersebut membawa beberapa konsekuensi bahwa Agrindo harus aktif mencari peluang. Hal ini mengingat investasi untuk pembangunan yang dilakukan pemerintah dirancang sesuai kebutuhan daerah. Terlebih setelah penerapan otonomi daerah, maka besar kecil dan ketersediaan peluang investasi sangat bergantung pada Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD). Pemanfaatan peluang mendorong adanya diversifikasi bisnis demi keberlangsungan perusahaan. Salah satu bisnis yang dikembangkan adalah UBPB. Perkembangan Agrindo mengindikasikan bahwa permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana kesiapan Agrindo menghadapai situasi bisnis yang tidak menentu. Dalam arti bahwa bisnis yang dijalankan sangat

15 tergantung pada perolehan proyek. Akibat proyek yang cenderung bersifat musiman, perusahaan cenderung menghadapi permasalahan dalam pengaturan keuangan. Sementara kegiatan dan biaya operasional perusahaan cenderung tidak menyusut proporsionalnya dengan berkurangnya kegiatan proyek, sehingga aspek keuangan dalam hal ini sangat penting sebagai dasar keputusan investasi. Dalam rangka ekspansi usaha, Agrindo perlu mengkaji sejauh mana kesiapan finansial UBPB yang baru dijalankan. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kondisi keuangan perusahaan? 2. Apakah cash flow yang tersedia cukup untuk mengembangkan bisnis baru? Kalau tidak, berapa dan darimana perusahaan mendapatkan pendanaan? 3. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha benih padi bagi PT Agrindo? Apakah akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan? 4. Apakah kondisi perusahaan setelah UBPB menjadi lebih baik? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kekuatan dan kelemahan posisi keuangan perusahaan. 2. Mengetahui kebutuhan dana dan mengevaluasi alternatif sumber dana yang tersedia. 3. Mengetahui tingkat kelayakan dan nilai tambah yang diciptakan pengembangan usaha benih padi. 4. Mengestimasi kondisi perusahaan dengan adanya pengambilan keputusan penerimaan UBPB Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan posisi keuangan. Sebagai pertimbangan dalam menyusun strategi dan dasar pengambilan keputusan bagi pengembangan usaha. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan sebagai referensi dan tambahan informasi maupun penelitian selanjutnya.

16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Padi Bersertifikat Pengertian Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Benih yang bermutu adalah hasil dari segala usaha untuk mengatasi hal-hal yang dapat berpengaruh negatif mulai saat benih dibentuk sampai nanti bila ditanam kembali. Hasil benih ini diberi sertifikat sehingga dinamakan benih bersertifikat (Sadjad, 1993). Benih bersertifikat adalah benih yang didalam proses produksinya menerapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan standar mutu benih baik dalam lapangan maupun laboratorium yang diawasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) melalui benih bersertifikat (Sutopo dalam Diana, 2003). Wirawan dan Sri (2002) menjelaskan bahwa berdasarkan tahapan generasi perbanyakan dan tingkat standar mutunya, benih bersertifikat dikelompokkan menjadi empat kelas yakni : 1. Benih Penjenis (Breeder Seed, BS) Benih penjenis adalah benih yang diproduksi dan diawasi oleh pemulia tanaman dan atau oleh instansi yang menanganinya. Benih ini sebagai sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khusus untuk benih ini tidak dilakukan sertifikasi tetapi diberikan label warna putih. 2. Benih Dasar (Foundation Seed, FS) Benih dasar merupakan turunan pertama (F1) dari benih penjenis. Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat, sehingga kemurnian varietas dapat terjaga. Benih dasar diproduksi oleh Balai Benih dan prosesnya diawasi dan disertifikasi oleh BPSB. Benih jenis ini diberi label warna putih.

17 3. Benih Pokok (Stock Seed, SS) Benih pokok adalah keturunan dari benih penjenis atau benih dasar yang diproduksi dan dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat terjaga dan memenuhi Standar mutu yang ditetapkan, serta harus disertifikasi sebagai benih pokok oleh BPSB. Benih jenis ini diberi label berlabel ungu. 4. Benih Sebar (Extension Seed, ES) Benih sebar merupakan keturunan benih pokok. Produksinya tetap mempertahankan identitas maupun kemurnian varietas dan memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih ini diberi label sertifikasi berwarna biru. Penggunaan benih bersertifikat memiliki keunggulan dibanding dengan benih biasa. Keunggulan-keunggulan tersebut antara lain : 1. Penghematan penggunaan benih. 2. Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakan buah, sehingga dapat dipanen sekaligus. 3. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam. 4. Meningkatkan mutu produksi beras yang dihasikan Pasar Benih Para ahli ekonomi menggambarkan pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas sebuah produk atau kelompok produk tertentu. Sedangkan orang-orang bisnis sering menggunakan istilah pasar untuk meliput berbagai pengelompokkan pelanggan (Kotler, 2000). Wirawan dan Sri (2002) menyatakan bahwa dalam skema sistem perbenihan di Indonesia, telah ditentukan lembaga-lembaga yang berkompeten untuk memproduksi setiap jenjang kelas benih bersertifikat. Pengawasan pemasaran dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbenihan melalui BPSB langsung kepada petani. Dinas Pertanian Tingkat I dan II melakukan pembinaan dan koordinasi kepada BUMN, swasta dan penangkar. Dengan demikian dapat

18 diketahui posisi dan peran lembaga pemerintah atau swasta dalam industri tersebut. Hal ini seperti pada Gambar 1 dibawah ini. Pembinaan & ALUR BENIH PRODUSEN Direktorat Jenderal Litbang Pemerinta Dinas Pertanian BPSB Pelepasan Varietas baru (Breeder Benih Dasar BBI BUMN Swasta BBU Dinas Pertanian Benih Pokok BUMN, swasta, Benih sebar BBP BUMN, swasta, Pemasaran PETANI Gambar 1. Skema alur benih, produsen dan pengawas mutu benih Indonesia Keterangan : Pengawasan pemasaran BBI = Balai Benih Induk Sertifikasi BBU= Balai Benih Utama Alur benih Pembinaan & koordinasi Komando BBP = Balai Benih Pembantu

19 Rachman dkk (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Sistem Pemasaran Benih dan Pupuk dan Pembiayaan Usaha Tani menyatakan bahwa struktur pasar benih secara umum dicirikan oleh: 1. Pangsa pasarnya terkonsentrasi pada dua BUMN yaitu PT. Sang Hyang Seri (SHS) dan PT. Pertani; 2. Terdeferensiasi dari segi kualitas, jenis varietas dan tingkatan jenis benih (SS dan ES); 3. Tidak adanya hambatan masuk dan keluar pasar; dan 4. Informasi harga benih menurut jenis dan kualitas relatif mudah diperoleh. Sedangkan kinerja industri perbenihan nasional dicirikan oleh beberapa hal berikut : 1. Pangsa pasar benih yang didominasi oleh padi; 2. Benih unggul bersertifikat dikontrol oleh pemerintah melalui subsidi harga; 3. BPSB bertanggung jawab dalam pengawasan mutu benih, dan PT. SHS dan PT. Pertani merupakan pemasok terbesar kebutuhan benih nasional; 4. Eksistensi pasar benih masih lemah karena sebagian besar (60-70%) petani memproduksi benih sendiri untuk kepentingan usaha taninya; dan. 5. Persepsi petani terhadap penggunaan benih bersertifikat merupakan pengembangan sistem perbenihan nasional. Sayaka dkk (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Sistem Perbenihan Komoditas Pangan dan Perkebunan Utama menyatakan bahwa kinerja industri benih dari penangkar swasta/lokal lebih baik dari PT. SHS dan PT. Pertani. Terbukti pasar benih padi, jagung dan kedelai di Provinsi Jawa Timur yang lebih mencerminkan pasar persaingan sempurna, dimana pangsa pasarnya 60-80% didominasi oleh penangkar swasta/lokal. Alasan petani mengunakan benih bersertifikat disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut:

20 1. Benih ini mampu memberikan produksi yang lebih tinggi dibanding yang tidak bersertifikat. Dengan penggunaan input produksi yang relatif tidak banyak berbeda, benih padi bersertifikat mampu memberikan produksi sekitar 15%-25% lebih tinggi dari yang tidak bersertifikat. 2. Penampakan tanaman lebih serempak sehingga lebih memudahkan dalam pemeliharaan. 3. Dalam memutuskan untuk menentukan jenis benih lebih banyak ditentukan oleh kualitas benih, bukan harga. 4. Petani cukup akses terhadap benih bersertifikat dimana frekuensi penggunaannya berkisar 1-2 kali dalam setahun. Sedangkan alasan tidak menggunakan benih bersertifikat adalah tidak adanya jaminan daya tumbuh dan produktivitas benih yang lebih. Selain itu karena akses untuk mendapatkan benih yang sulit khususnya petani yang lokasinya terpencil Teknologi Benih Teknologi dalam industri benih diawali dengan perlengkapan yang masih sederhana dan penggeraknya masih bersifat manual. Teknologi benih makin berkembang dan proses produksinya makin mekanis baik di lapang maupun pemrosesannya sesudah panen. Sadjad (1997) menggolongkan industri benih berdasarkan teknologinya menjadi lima tingkat, yaitu: 1. Industri benih Tingkat I, dimana teknologi yang digunakan merupakan teknologi sederhana. 2. Industri Benih Tingkat II, dimana industri telah menggunakan mesin-mesin pembersih. 3. Industri Benih Tingkat III, merupakan industri benih yang telah melaksanakan pemilahan benih yang sudah bersih. Industri benih ini menghasilkan kinerja fisik benih yang prima. 4. Industri Benih Tingkat IV Pada tingkatan industri tingkat IV, benih selain diproduksi seperti pada tingkat III, industri ini selalu berhubungan dengan kegiatan

21 penelitian dan pengembangan (litbang) meski belum memiliki sendiri untuk terjamin kelanjutan industrinya. 5. Industri Benih Tingkat V Industri benih tingkat V ini memiliki kemampuan memproduksi benih hasil litbang sendiri. Litbang ini juga melakukan penelititian dan pengembangan teknologi Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang mendukung sistem perbenihan di Indonesia tercantum dalam UU No. 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman dan UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Sadjad (1993) mengemukakan bahwa sesuai UU No. 12 Tahun 1992 maka dalam komersialisasi benih, benih dari varietas unggul yang telah dilepas (benih bina) harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan pemerintah. Sertifikasi adalah satu cara pengawasan mutu benih baik di lapangan maupun di laboratorium, untuk menjamin tingkat kemurnian benih dengan pemberian sertifikat/label atas perbanyakan benih dengan peraturan/prosedur yang berlaku. Dasar pelaksanaan sertifikasi tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman. Mugnisjah dan Setiawan (1990) membedakan program perbenihan menjadi tiga, yaitu program perbenihan resmi, semi-resmi dan swasta. Dalam program perbenihan resmi, pemerintah memegang tanggung jawab sepenuhnya dalam mengembangkan program dan mengusahakan agar benih yang bermutu baik tersedia untuk petani. Dalam program perbenihan semi-resmi terdapat agen-agen pemerintah yang mampu menghasilkan, mengolah dan mendistribusikan benih. Sedangkan dalam program perbenihan swasta, peran perusahaan swasta sangat dominan. Oleh karena itu, perlu adanya keterlibatan antara ketiga lembaga dalam mengembangkan program perbenihan agar tidak terdapat tumpang tindih dan menjamin program berkembang.

22 2.2. Laporan Keuangan Salah satu cara untuk menilai perkembangan perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama periode tertentu. Sartono (2000) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi. Dengan analisis keuangan dapat diketahui kelemahan dan kekuatan dibidang finansial sehingga membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2002). Dalam suatu perusahaan sekurang-kurangnya memiliki tiga macam laporan keuangan, yaitu laporan neraca, laporan laba rugi yang dan laporan arus tunai (Kadarsan dalam Irwan, 2003) Neraca Neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Sisi kiri neraca menunjukkan aktiva perusahaan, sedangkan sisi kanan neraca menunjukkan kewajiban dan ekuitas atau klaim terhadap ekuitas tersebut (Astuti, 2004). Neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu, ekuitas pemegang saham dari pemilik, kewajiban dan modal yang disediakan pemilik (Keown, et al, 2004). Aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan serta aktiva tidak berwujud lainnya. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus dan laba yang ditahan (Munawir, 2002).

23 Komponen neraca Agrindo terdiri dari aktiva dan pasiva. Sisi aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Aktiva lancar dibagi menjadi kas dan setara kas, piutang dan persediaan. Sedangkan pasiva terdiri dari kewajiban baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas. Kewajiban jangka pendek terdiri dari hutang usaha, hutang bank dan beban yang masih harus dibayar (Agrindo, 2007) Laporan Laba Rugi Astuti (2004) mendefinisikan laporan laba rugi sebagai laporan yang mengikhtiarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun. Keown, et al (2004) menyatakan bahwa laporan laba rugi menyajikan informasi keuangan yang dihubungkan dengan lima aktivitas besar usaha, diantaranya : 1. Penghasilan (penjualan), adalah uang yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa perusahaan. 2. Harga pokok penjualan, merupakan biaya produksi atau biaya untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang akan dijual. 3. Beban operasi yang berhubungan dengan (a) pemasaran dan distribusi produk atau jasa dan (b) administrasi bisnis. 4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga dibayarkan kepada kreditur perusahaan dan pembayaran deviden kepada pemegang saham istimewa. 5. Beban pajak, yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan pajak pendapatan perusahaan. Susunan laporan laba rugi terdiri dari beberapa bagian. Pertama, menunjukkan pendapatan usaha pekerjaan proyek diikuti dengan beban pokok proyek. Kedua, menunjukkan biaya usaha yang terdiri dari biaya administrasi dan umum, biaya gaji dan penyusutan. Ketiga adalah pos lain-lain yang terdiri dari pendapatan lain-lain diikuti beban lain-lain. Keempat adalah pajak pendapatan. Dan terakhir adalah laba atau rugi bersih (Agrindo, 2007).

24 Laporan Arus Kas Astuti (2004) mendefinisikan bahwa arus kas bersih adalah kas aktual yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu tahun tertentu. Laporan arus kas memisahkan aktivitas menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Aktivitas operasi, yang mencakup kegiatan operasional yang mengakibatkan perubahan kas dan menghasilkan laba bersih. 2. Aktivitas investasi, yang meliputi kegiatan investasi atau membeli dan menjual aktiva tetap. 3. Aktivitas pembiayaan, yang mencakup kas yang diperoleh selama tahun berjalan dengan menerbitkan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang atau saham. Aliran kas merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan. Dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dan keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode. Umar (2005) mengemukakan bahwa komponen utama aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dibagi menjadi: 1. Aliran kas awal (initial cash flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow). 2. Aliran kas operasional (operational cash flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan pengeluran dan penerimaan selama operasi perusahaan. Oleh sebab itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow). 3. Aliran kas akhir (terminal cash flow) merupakan aliran kas dari nilai sisa aktiva tetap yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat dijadikan acuan dalam melihat perkembangan dan proporsi keuangan perusahaan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja serta mengidentifikasi strategi yang dapat dilakukan

25 untuk meningkatkan kinerja dimasa datang (Irwan, 2003). Untuk melihat kinerja keuangan dilakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan membandingkan hasil analisis rasio keuangan periode satu dengan lainnya dalam perusahaan yang sama. Rasio yang digunakan adalah: Likuiditas Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangan yang sudah jatuh tempo (Munawir, 2002). Dalam sebuah analisis keuangan, likuiditas diperlukan untuk mengetahui apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya. Analisis pada aspek likuiditas dapat digunakan untuk menganalisa dan mengintrepetasikan posisi keuangan jangka pendek serta membantu manajemen dalam mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Posisi keuangan perusahaan kuat apabila likuiditas keuangannya baik, dengan kata lain mampu memenuhi kewajibankewajiban tepat pada waktunya saat ditagih, memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal, membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan dan memelihara tingkat kredit yang menguntungkan Solvabilitas Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sartono, 2000). Menurut Munawir (2002), suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan didanai, pengunaan hutang dalam membiayai aset-aset perusahan, perbandingan antara utang dan ekuitas digunakan dalam mendanai aktiva dan kemampuan modal sendiri perusahaan maka diperlukan analisis solvabilitas Aktivitas Aktivitas menunjukkan kemampuan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan (Astuti, 2004). Analisis aktivitas

26 menunjukkan bagaiman perusahaan menggunakan sumber daya atau kekayaan yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Dengan demikian perusahaan dapat memaksimalkan usahanya dalam mencapai laba yang diinginkan. Menurut Sartono (2000), analisis rasio aktivitas usaha menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba atau mencapai keuntungan selama periode tertentu (Astuti, 2004). Analisis profitabilitas memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam mencapai target laba atau menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusankeputusan perusahaan. Menurut Munawir (2002), analisis rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu Kelayakan Usaha Aspek Pasar dan Pemasaran Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan bahwa analisis pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen. Menurut Umar (2005), terdapat tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya dan tingkah lakunya dalam pembelian. Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2004) mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

27 Aspek Teknik dan Teknologi Kadariah (2001) menjelaskan bahwa aspek teknik meliputi evaluasi tentang input dan output dari barang dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek. Hal-hal penting yang menyangkut aspek teknis adalah : 1. Lokasi proyek, yakni dimana proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. 2. Besar skala operasi/produksi yang ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. 3. Kriteria pemilihan mesin dan peralatan utama serta alat pembantunya. 4. Cara proses produksi dilakukan dan layout pabrik dipilih. 5. Jenis teknologi yang digunakan Aspek Hukum dan Kebijakan Husnan dan Suwarsono (2000) menyatakan bahwa aspek hukum mempelajari tentang bentuk usaha yang dipergunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan, dan sebagainya. Umar (2005) menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah suatu rencana bisnis diyakini layak dari sisi yuridis dapat dipelajari dari berbagai sisi pendekatan. Diantaranya adalah siapa pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan dilaksanakan, dimana dan bagaimana bisnis akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan bisnis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Aspek Manajemen Husnan dan Suwarsono (2000) menjelaskan bahwa aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen baik dalam pembangunan proyek bisnis maupun implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya. Manajemen berfungsi untuk aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian,

28 pelaksanaan dan pengendalian (Umar, 2005). Hal yang perlu dianalisis dalam aspek manajemen, yaitu bentuk organisasi, kebutuhan SDM, spesifikasi jabatan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dan sistem penggajian Aspek Finansial Menurut Umar (2005) bahwa tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus. Pada umumnya ada empat metode yang dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Payback Period, Net Present Value, Internal Rate Of Return, Profitability Index serta Break Event Point. Selain itu, digunakan analisis sensitivitas untuk memperkirakan ketidakpastian dalam proyek bisnis. Payback period adalah banyaknya tahun yang diperlukan untuk mengembalikan pengeluaran kas awal (Keown,et al, 2004). Net present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara present value kas bersih dengan present value investasi selama umur investasi. NPV digunakan untuk melihat manfaat bersih sekarang dari suatu kegiatan usaha. Internal rate of return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah sekarang netto NPV sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi kegiatan atau discount rate yang membuat NPV sama dengan nol. Profitability Indeks (PI) merupakan rasio nilai arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal. Break Event Point ( analisis pulang pokok) adalah suatu alat analisis yang digunakan ntuk

29 mengetahui hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan. Analisis sensitivitas adalah proses untuk menentukan bagaimana distribusi dari pengembalian yang mungkin untuk proyek tertentu terpengaruh oleh perubahan di dalam variabel masukan tertentu (Keown, et al, 2004). Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh apa yang akan terjadi akibat dari perubahan input terhadap nilai output di akhir perhitungan.

30 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan menghadapi tantangan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan manajemen secara berkesinambungan, perusahaan harus mampu mengoptimalkan sumber pemasukan dari beberapa unit bisnisnya. Perusahaan juga harus mengantisipasi dan menyiapkan rencana ketika terjadi penurunan perolehan pengerjaan proyek. Karena hal ini akan berpengaruh pada pendanaan operasional dan investasi perusahaan. Dalam melihat efektivitas keputusan investasi dan keputusan pembiayaan, kondisi keuangan perusahaan dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Budiman (2006) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan, baik dalam pencapaian laba; pembiayaan yang efisien; penjualan maksimum dan kondisi perusahaan yang sehat, maka perusahaan harus meningkatkan kinerja keuangannya. Penilaian kinerja keuangan adalah salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola keuangannya. Keputusan investasi atau pengembangan usaha setidaknya didukung dengan sebuah analisis layak tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan. Tujuan diadakannya analisis proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Putera (2006) menyatakan bahwa studi kelayakan proyek mempunyai tujuan untuk menilai suatu proyek apakah bisa memberikan manfaat bagi yang akan melaksanakan proyek tersebut dan untuk menilai kemantapan bisnis yang akan dijalankan perusahaan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada dalam Gambar 2.

31 Agrindo Evaluasi kekuatan dan kelemahan kondisi keuangan Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas Rasio Aktivitas Rasio Peluang dan ancaman UBPB Pasar dan Teknik dan Hukum Manajemen Finansial UBPB Kelayakan UBPB Sumber Dana Analisis Rasio Proforma Pengembangan Usaha Gambar 2. Kerangka pemikiran Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja keuangan sebagai pertimbangan investasi UBPB. Kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan dilihat dari segi likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas perusahaan. Keempat hal tersebut dapat dijadikan landasan dalam melihat perkembangan kondisi keuangan perusahaan. Peluang dan ancaman UBPB dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi, hukum dan kebijakan, manajemen dan finansial. Kelayakan UBPB dianalisis menggunakan studi kelayakan baik dari aspek non finansial maupun finansial. Analisis non finansial dilakukan dengan deskriptif dan intrepetatif. Analisis finansial dilakukan dengan menghitung

32 Payback Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), Break Even Point (BEP) dan Sensitivitas. Kebutuhan dana untuk merealisasikan investasi dapat terpenuhi apabila terdapat sumber dana yang mendukung. Dengan melakukan evaluasi atas alternatif sumber dana yang akan digunakan perusahaan maka dapat diketahui kelebihan dan kekurangan penggunaan sumber dana tersebut. Kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan setelah adanya UBPB dilihat melalui analisis rasio terhadap laporan proforma. Analisis yang dilakukan secara teknis sama dengan analisis rasio keuangan, tetapi menggunakan proyeksi dan konsolidasi. Menurut Sundjaja dan Inge (2003), laporan proforma merupakan proyeksi laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laba rugi suatu perusahaan. Dengan demikian dapat diketahui juga perubahan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah adanya UBPB Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu pada PT Citra Agro Indonesia (Agrindo) di Jalan Batoro Katong 237, Ponorogo, Jawa Timur. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena adanya kesediaan perusahaan dijadikan bahan kajian studi tugas akhir. Sebelumnya telah dilakukan pra penelitian dengan bentuk magang kerja pada bulan Juli sampai dengan Agustus Informasi yang diperoleh selama magang digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan topik penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari laporan keuangan, laporan manajemen dan arsip Agrindo. Data sekunder bersumber dari studi pustaka baik dari skripsi, jurnal, buku, surat kabar, internet dan literatur maupun informasi dari beberapa instansi terkait Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan untuk penelitian diperoleh melalui beberapa cara. Pertama, survei yaitu dengan mengajukan pertanyaan atau

33 mewawancarai orang-orang dan merekam jawabannya untuk dianalisis. Pihak manajemen yang diwawancarai yakni direktur utama, kabid keuangan dan koordinator produksi bibit dan benih. Pihak eksternal antara lain kepala satgas dan petugas BPSB (Madiun, Ponorogo, Magetan dan Nganjuk). Kedua, observasi yaitu mencatat informasi yang disaksikan selama penelitian. Ketiga yakni studi kepustakaan Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspek-aspek non finansial yang berkaitan dengan pengembangan usaha benih padi. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif dan interpretatif. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi, hukum dan kebijakan dan manajemen Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif yakni dengan melakukan evaluasi kinerja keuangan untuk memperoleh gambaran kekuatan dan kelemahan posisi keuangan perusahaan. Analisis ini sebagai evaluasi sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola keuangannya. Sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam keputusan pembiayan dan investasi. Untuk mengkaji kelayakan investasi perusahaan dalam proyek benih maka dilakukan analisis kelayakan finansial. Kemudian hasil analisis tersebut dijelaskan secara deskriptif. Hal yang dilakukan berkenaan dengan kinerja keuangan dan aspek finansial yaitu dengan menghitung rasio keuangan dan kriteria penilaian investasi menggunakan alat bantu Microsoft Office Excel Kinerja Keuangan 1. Analisis Likuiditas Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

34 saat jatuh tempo. Rasio yang dianalisis adalah Rasio Lancar (Current Ratio/CR), dimana rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dirumuskan dengan : Aktiva lancar CR = Hutang lancar X 100 % Rasio Cepat (Quick Ratio/QR), menunjukkan likuiditas perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Dirumuskan dengan : Aktiva lancar - Persediaan QR = X 100 Hutang lancar % 2. Analisis Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk memenuhi kemampuan suatu perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: Rasio hutang (Debt to Total Asset Ratio/DTAR) menunjukkan proporsi antara total hutang dengan kekayaan perusahaan yang dimiliki. Dirumuskan dengan : DTAR = Total Hutang Total Aktiva Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) Menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Dirumuskan dengan : Total Hutang DER = Total Ekuitas X 100 % (1)... (2 ) X 100 %. (3)... (4)

35 3. Analisis Aktivitas Rasio aktivitas memperlihatkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh penjualan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Rasio Perputaran Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio/TATOR) Rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan seluruh asset perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan penjualan/pendapatan. Dirumuskan dengan : Penjualan / Pendapatan TATOR = X 100 %... (5) Total Aktiva Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over Ratio/WCTR) Rasio digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan tiap rupiah modal kerja. Dirumuskan dengan : Penjualan WCTR = X 100 %...(6) Modal Kerja Bersih 4. Analisis Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return of Equity) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Dirumuskan dengan : Laba Bersih ROE = X 100 %..... (7)

36 Total Modal Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return of Investment/ROI ) Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi yang ditanam dalam perusahaan oleh investor. ROI digunakan sebagai peringatan dini atas tindakan yang perlu diambil agar perusahaan dapat berjalan lancar dan terus menghasilkan keuntungan. Dirumuskan dengan : ROI Kelayakan Finansial Laba Bersih = X 100 % Total Aktiva Kriteria investasi yang dapat digunakan yakni perhitungan dengan Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), Break Event Point (BEP) dan Sensitivitas. 1. Metode Perolehan Pemulihan (Payback Period) Payback Period adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengembalikan investasi awal suatu proyek. Untuk memudahkan pilihan diterima atau ditolaknya suatu proyek maka digunakan metode periode pengembalian diskonto. Metode tersebut menggunakan arus kas bersih yang didiskonto yang dirumuskan dengan: PBP = PBP = T : n= 1 CFt Io = 0 Dimana : PBP = Pay Back Period CF t = Arus kas pada tahun ke-t Io = Jumlah investasi awal Kriteria : t... (8).... (9) PBP > periode pembayaran maksimum: usaha tidak layak PBP < periode pembayaran maksimum: usaha layak

37 2. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Rumus perhitungan NPV adalah : NPV Dimana: k n ACF t (1+k) t = tingkat diskonto yang tepat; yaitu tingkat pengembalian yang disyaratkan atau biaya modal = usia proyek yang diharapkan ACF t = arus kas bebas tahunan pada periode waktu t Io Kriteria : = Investasi awal NPV 0,0: usaha layak, NPV < 0,0: usaha tidak layak 3. Internal Rate Of Return (IRR) Internal Rate Return adalah suatu teknik untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai kas sekarang arus kas masuk dengan investasi awalnya. Dirumuskan dengan : Io Dimana: ACF t (1+IRR) t ACFt = Arus kas bebas tahunan pada periode waktu t n = Usia sebuah proyek IRR = Tingkat pengembalian internal proyek Io = = n t=1 Kriteria : n t=1 = Investasi awal - I0..(10).. (11) IRR tingkat pengembalian yang berlaku: usaha layak

38 IRR < tingkat pengembalian yang berlaku: usaha tidak layak. 4. Profitability Index (PI) Profitability Index adalah rasio nilai arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal. Profitability Index (PI) atau Indeks Keuntungan dirumuskan dengan: n ACFt t=1 (1 + k)t PI =...(12) Io Dimana: ACFt= arus kas tahunan setelah pajak pada periode t k = tingkat diskonto yang tepat Io = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha Kriteria : PI 1,0 : usaha layak, PI < 1,0 : usaha tidak layak 5. Break Event Point (BEP) Titik impas (Break Event Point) adalah kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan mauun kerugian. Dirumuskan dengan: TR=TC Atau Q.P = FC + VC.X BEP(Rp) = FC (1 VC)/P..... (13) BEP(q) = FC.. (14) P - VC Dimana : BEP(Rp) = titik impas untuk total harga BEP(q) = titik impas untuk total jumlah yang diproduksi P = Harga jual per unit

39 FC = Fixed Cost VC = Variabel Cost 6. Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada penerimaan total apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak terduga yang berbeda dengan perkiraan dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsur lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis

40 1V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan PT Citra Agro Indonesia (Agrindo) didirikan oleh Joko Wijayanto, SE. Agrindo berawal dari usaha perdagangan yang dijalankan dengan komoditi utamanya adalah tanaman perkebunan. Adanya perkembangan usaha mendorong pemilik untuk merubah status usaha menjadi berbadan hukum Persekutuan Komanditer. Badan usaha tersebut didirikan pada tahun 1994 dengan nama CV. Citra Pembangunan Indonesia (CPI). CPI didirikan atas dasar kerjasama yang dibangun bersama dengan sekutu Sri Utami, SE. Perubahan status menjadi berbadan hukum semakin menguatkan posisi bisnis CPI. Nama CPI mulai dikenal dan diperhitungkan utamanya oleh kalangan pengusaha lokal Ponorogo. Pada tahun 2005, status hukum perusahaan berubah menjadi badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Perubahan tersebut secara hukum dinyatakan dengan Akta Notaris Sri Ampeni.S, SH No 03 tanggal 18 Januari Kemudian dikuatkan dengan Surat Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor C HT TH.2005, tanggal 16 Februari Dengan adanya perubahan tersebut Agrindo berupaya meraih eksistensi dan kinerja perusahaan yang lebih baik Kegiatan Bisnis Secara garis besar core bisnis dari Agrindo adalah usaha dalam bidang Agrobusiness dan Supplier. Strategi utama bisnis dari Agrindo untuk saat ini adalah keikutsertaan dalam proyek atau tender yang diadakan oleh instansi pemerintah atau swasta. Bisnis yang dijalankan oleh Agrindo dapat digolongkan menjadi tiga kategori utama antara lain :

41 1. Agrobisnis Komoditi bisnis Agrindo meliputi tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Usaha ini ditujukan untuk memenuhi permintaan baik lokal maupun nasional, dengan pihak swasta ataupun pemerintah. Bisnis yang dijalankan antara lain : a. Bidang usaha penyediaan benih dan bibit untuk tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan. Agrindo membuka diri dalam menjalin kerjasama pengadaan benih dan bibit baik untuk proyek maupun non proyek. Agrindo telah berperan dalam pengembangan sektor kehutanan salah satunya dengan terlibat dalam Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN). b. Jual beli hasil tanaman pertanian dan perkebunan. Hasil pertanian yang diperdagangkan seperti beras, jagung dan kedelai. Sedangkan tanaman hasil perkebunan diantaranya seperti jeruk keprok siem, kopi, cengkeh dan jenis palawija lainnya. c. Industri pupuk organik (bokhasi) Pupuk bokhasi merupakan pupuk olahan dari bahan organik atau dari hasil limbah hewan ternak. Bahan alami yang terkandung dalam pupuk organik memberikan manfaat bagi pertumbuhan tanaman dan tentunya lebih ekonomis. 2. Proyek konstruksi Kegiatan konstruksi yang dijalankan sebagian besar berorientasi untuk proyek fisik yang diadakan oleh instansi pemerintah. Meskipun terdapat beberapa kegiatan konstruksi yang dijalankan atas permintaan swasta. Beberapa kegiatan konstruksi yang telah dilaksanakan oleh Agrindo antara lain: 1. Pembangunan screenhouse untuk tempat pembenihan; 2. Peningkatan dan rehabilitasi baik jalan maupun gedung; 3. Pembangunan perumahan Graha Citra Mandiri di Ponorogo; 4. Pembangunan SPBU;dan kegiatan konstruksi lainnya.

42 3. Perdagangan umum Perdagangan yang dijalankan oleh Agrindo cenderung melihat peluang pasar yang sedang meningkat atau fleksibel. Dengan demikian usaha ini sifatnya melihat peluang dan permintaan pasar. Beberapa diantaranya adalah jasa pengadaan barang, alat peraga pertanian, jual beli tanah kapling, dll. Berikut gambar tentang kegiatan bisnis yang dijalankan oleh Agrindo. Gambar 3. Kegiatan bisnis Agrindo Agrindo menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik instansi pemerintah, swasta usaha maupun kelompok tani untuk mendukung upaya bisnisnya. Bentuk kerjasama tersebut antara lain kerjasama intiplasma, pendampingan, kemitraan dan bagi hasil Tujuan Perusahaan Secara garis besar bahwa tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah menjadi perusahaan yang maju, mandiri dan dinamis serta memberi manfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan bersama. Adapun visi dan misi perusahaan adalah: Visi 1. Meningkatkan komoditi unggulan sektor pertanian yang berkualitas. 2. Menjadi mitra usaha terpercaya dalam pengembangan potensi sektor pertanian di Indonesia.

43 Misi 1. Misi Sosial : Meningkatkan kesejahteraan ekonomi bersama mitra usaha dan masyarakat melalui pengembangan usaha dalam sektor pertanian. 2. Misi Bisnis Secara ekonomi mampu menghasilkan profitabilitas yang tinggi sesuai kapasitas dan kinerja perusahaan yang optimal dengan upaya membangun iklim kerja yang kondusif, nyaman dan kekeluargaan. 3. Misi Pembangunan Sektor Pertanian Membantu dan mendukung program pemerintah dalam peningkatan kualitas disektor pertanian Organisasi Perusahaan Sistem pengelolaan bisnis yang dijalankan oleh Agrindo adalah pemilik sekaligus sebagai pengelola. Pemilik sebagai direktur utama membawahi beberapa direktorat. Masing-masing direktorat membawahi beberapa staf. Sedangkan karyawan yang dipekerjakan terdiri dari karyawan tetap dan tidak tetap. Karyawan tetap adalah para tenaga kerja kantor dan pelaksana teknis yang menjadi penanggung jawab harian. Karyawan tidak tetap adalah tenaga kerja harian atau buruh yang dipekerjakan untuk masa tertentu. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara garis besar dalam pelaksanaan operasional, dibentuk beberapa tim yang dikoordinir oleh satu orang. Hal ini untuk memudahkan pengaturan sumber daya karyawan dan transaksi keuangan. Kordinator tersebut diberi kepercayaan untuk mengatur tenaga kerja dibawahnya dan harus memberikan laporan perkembangan kepada bagian keuangan. Selanjutnya untuk disampaikan kepada direktur utama seperti yang terlihat pada Gambar 4. Koordinator tersebut diantaranya adalah bagian produksi bibit dan benih, konstruksi dan administrasi kantor.

44 Gambar 4. Pelaksana operasional perusahaan 4.2. Gambaran Umum Kondisi Keuangan Perusahaan Secara garis besar kondisi keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pendapatan perusahaan terdiri dari pendapatan proyek (lebih dari 95%) dan lainnya seperti jual beli hasil pertanian dan perkebunan serta perdagangan umum. Pada Tabel 3 dapat dilihat perkembangan pendapatan proyek dalam lima periode terakhir. Aktivitas yang paling mencolok yakni pada tahun Dimana perusahaan mengalami penurunan usaha karena tidak adanya perolehan pekerjaan proyek. Perusahaan mendapatkan laba bersih tertinggi pada tahun 2004 dan rugi pada tahun Dimana rata-rata persentase laba terhadap pendapatan usaha sebesar 8,87 %. Tabel 3. Laporan laba rugi PT. Citra Agro Indonesia ( ) (000 Rp) Komponen Pendapatan usaha: Pengadaan bibit jeruk Pengadaan bibit jati Pengadaan bibit MPTS&Tan.Unggulan Pengadaan pupuk organik Pengadaan benih padi dan jagung Pengadaan bibit penghijauan Total Penerimaan Beban Pokok Proyek Biaya Usaha Laba Usaha ( ) Pendapatan lain-lain Beban lain-lain (8.458) (11.832) (28.352) Laba Bersih sebelum pajak ( ) Pajak ( ) ( ) (15.989) (75.652) Laba(Rugi) Bersih ( ) Sumber : Laporan keuangan PT. Citra Agro Indonesia

45 Aktiva perusahaan mengalami fluktuasi tiap tahun. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 4 Laporan neraca Agrindo. Aktiva tertinggi diperoleh perusahaan pada tahun 2004 sebesar Rp ,-. Kondisi ini disebabkan karena adanya peningkatan kas, piutang dan persediaan yang dimiliki perusahaan. Pada tahun 2005 perusahaan menjual beberapa aset untuk meningkatkan kas perusahaan. Kondisi aktiva terendah yakni pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp ,-. Kewajiban perusahaan menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada tahun 2005 perusahaan memiliki nilai kewajiban tertinggi dibanding tahun sebelum dan sesudahnya. Hal ini karena perusahaan tidak mendapatkan pekerjan proyek sementara perusahaan masih memiliki tanggungan kewajiban pada tahun berjalan. Kondisi tersebut juga memicu turunnya ekuitas perusahaan. Sehingga perusahaan melakukan penarikan modal untuk melakukan pendanaan dan pembiayaan operasional. Sedangkan nilai kas dan setara kas yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir periode tahun 2007 sebesar Rp ,-. Tabel 4. Laporan Neraca PT Citra Agro Indonesia ( ) (000 Rp) Komponen AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan setara kas Piutang Persediaan Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tetap (nilai buku) Aktiva Lain-Lain TOTAL AKTIVA PASIVA Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Jumlah Kewajiban EKUITAS Modal Jumlah Ekuitas TOTAL PASIVA Sumber : Laporan keuangan PT. Citra Agro Indonesia

46 4.3.Analisis Rasio Keuangan Analisis Likuiditas Analisis pada aspek likuiditas dapat digunakan untuk menganalisa dan mengintrepetasikan posisi keuangan jangka pendek serta membantu manajemen dalam mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. Analisis likuiditas meliputi analisis rasio lancar dan cepat. Rasio likuiditas dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Rasio likuiditas periode (%) Tahun Rasio Lancar Rasio Cepat * -* Rataan *nilai rasio tidak dihitung karena tidak terdapat hutang lancar a. Rasio Lancar Rasio lancar bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan hasil perhitungan, rataan rasio adalah 229,85% dengan catatan tidak dilakukan perhitungan untuk tahun Nilai rataan ini berarti bahwa setiap satu rupiah hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 2,30,-. Dengan standar nilai dua, maka dapat dilihat bahwa perusahan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek dan mempunyai keadaan yang aman bagi kreditur jangka pendek. b. Rasio Cepat Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang yang paling likuid untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio cepat perusahaan menunjukkan kondisi yang berfluktuasi. Nilai rataan yang diperoleh adalah 196,43% tanpa memperhitungkan rasio tahun Angka tersebut berarti setiap satu rupiah hutang lancar dijamin oleh Rp 1,96,- aktiva lancar.

47 Rasio tahun 2006 tidak dapat diolah karena perusahaan tidak memiliki kewajiban jangka pendek. Dengan standar umum satu maka dapat dikatakan perusahaan berada dalam kondisi yang likuid Analisis Solvabilitas Analisis solvabilitas diukur untuk mengukur kemampuan perusahan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam analisis ini yang diukur adalah rasio hutang dan rasio hutang terhadap ekuitas. Rasio ini disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rasio solvabilitas periode (%) Rasio Utang Tahun Rasio Utang Terhadap Ekuitas Rataan a. Rasio Hutang (DTAR) Rasio ini mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai dari pinjaman. Berdasarkan hasil perhitungan, rasio hutang perusahaan mengalami fluktuasi. Rasio mengalami peningkatan pada tahun Nilai rataan rasio yang didapat adalah 22,94%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang sebesar 22,94%. Dengan demikian risiko yang harus ditanggung perusahaan tidak terlalu besar dan mengindikasikan bahwa perusahaan membiayai operasional usahanya dari modal sendiri. b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (DER) Rasio total hutang terhadap modal menunjukkan proporsi hutang yang dapat dijamin dengan ekuitas. Perkembangan rasio ini menunjukkan angka yang berfluktuasi. Rataan rasio sebesar 31,15% yang berarti setiap satu rupiah modal perusahaan dapat menjamin hutangnya sebesar Rp 0,3115. Hal ini menunjukkan

48 bahwa kemampuan ekuitas perusahaan untuk menjamin kewajibannya cukup baik. Rata-rata yang kurang dari 100 menunjukkan baiknya kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajibannya. Dengan demikian tingkat keamanan perusahaan cukup bagus berdasarkan rasio ini Analisis Aktivitas Analisis aktivitas dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Rasio yang digunakan adalah rasio perputaran aktiva dan rasio perputaran modal kerja seperti terlihat dalam Tabel 7. Tabel 7. Rasio aktivitas periode (%) Rasio Perputaran Rasio Perputaran Tahun Aktiva Modal Kerja Rataan a. Rasio Perputaran Aktiva (TATOR) Rasio perputaran aktiva menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rataan rasio ini adalah 65,54%. Angka ini berarti setiap satu rupiah total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,66. Dengan demikian perusahaan telah mengelola aktivanya secara efisien. b. Rasio Perputaran Modal Kerja (WCTR) Perputaran modal kerja menggambarkan jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari setiap modal kerja yang digunakan. Rata-rata rasio ini adalah sebesar 82,26%. Angka ini berarti setiap satu rupiah modal kerja yang digunakan, perusahaan mampu menghasilkan pendapatan sebesar sebesar Rp 0,82. Nilai positif menunjukkan perusahan efisien dalam menggunakan modal kerja.

49 Analisis Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu perusahaan dalam mencapai keuntungan selama periode tertentu. Analisis profitabilitas dilakukan dengan menggunakan rasio tingkat pengembalian investasi dan tingkat pengembalian ekuitas seperti terlihat pada Tabel 8. Hasil rasio tersebut dibandingkan dengan suku bunga deposito rata-rata empat bank yakni BTN, Bukopin, Danamon dan BRI sebesar 6% untuk periode 12 bulan (sumber: indonesia.com, 2008). Tabel 8. Rasio profitabilitas periode (%) Tahun ROE ROI ,03 12, ,05 13, (4,27) (2,69) ,09 2, ,26 5,80 Rataan 7, 83 6, 37 a. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai ROE menunjukkan angka yang negatif pada tahun Penurunan nilai tersebut dikarenakan kekosongan pendapatan proyek yang menjadi indikator utama dalam keberlangsungan perusahaan. Sehingga terjadi penarikan atas modal perusahaan. Rataan yang diperoleh untuk nilai ROE dalam lima tahun terakhir adalah sebesar 7,83%. Artinya setiap satu rupiah ekuitas/modal mampu menghasilkan keuntungan Rp 0,08,-. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan menghasilkan laba yang cukup baik karena nilai tersebut diatas suku bunga deposito. b. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) ROI menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan. Selain itu untuk melihat bagaimana efektifitas dari

50 keseluruhan operasi perusahaan. Secara rata-rata nilai ROI perusahaan dalam lima tahun terakhir menunjukkan nilai positif yakni 6,37%. Hal tersebut berarti setiap satu rupiah aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan Rp 0,064,-. Apabila dibandingkan dengan suku bunga deposito rata-rata yang berlaku, maka nilai ini mengindikasikan bahwa perusahaan masih mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan apabila investor menyimpan dananya sebagai deposito. Rasio menunjukkan nilai positif kecuali pada tahun Penurunan nilai tersebut dikarenakan kekosongan pendapatan proyek yang menjadi indikator utama dalam keberlangsungan perusahaan. Tetapi perusahaan mampu membenahi pendapatannya pada tahun 2007 sehingga rasio meningkat menjadi 5,8%. Peningkatan ini dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan laba dari aktivitas proyek yang juga meningkat. Berdasarkan gambaran umum kondisi keuangan perusahaan bahwa pendapatan perusahaan berfluktuasi tergantung perolehan proyek. Hasil analisis likuiditas menunjukkan bahwa secara keseluruhan perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek. Analisis solvabilitas menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajibannya. Analisis aktivitas menunjukkan bahwa perusahaan telah efisien dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki. Analisis profitabilitas menunjukkan nilai yang cukup baik meskipun terdapat nilai yang negatif untuk periode tahun Secara keseluruhan rata-rata nilai analisis menujukkan bahwa kinerja keuangan Agrindo untuk periode terbilang baik Analisis Kelayakan Usaha Benih Padi Bersertifikat Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran diperlukan untuk menilai sejauh mana potensi bisnis tersebut untuk dijalankan. Analisis terhadap aspek ini menjadi perhatian pertama agar dapat diketahui sejauh mana

51 peluang dan pangsa pasar yang tersedia. Dengan demikian perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar sasaran yang diinginkan. 1. Bentuk Pasar Bentuk pasar produsen untuk usaha benih padi adalah pasar persaingan sempurna. Hal ini didasari pada penelitian Sayaka dkk pada tahun 2006 dimana salah satu studi kasusnya di Jawa Timur. Pada jenis pasar ini, jumlah produsen tidak terbatas karena pada dasarnya industri ini dapat dijalankan oleh berbagai pihak selama mereka mampu. Sedangkan bentuk pasar konsumen yang dipilih yakni pasar penjual kembali (reseller). Hal ini karena perusahaan telah memiliki networking dalam pasar reseller sehingga memudahkan dalam penjualan. Selain itu, perusahaan masih terkendala dalam pemasaran secara langsung kepada konsumen karena benih yang dipasarkan adalah benih dengan merek baru. 2. Kecenderungan Permintaan dan Penawaran Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas dan Kepala BPSB Satuan Tugas (Satgas) Madiun diperoleh informasi bahwa budaya tani di Wilayah Kerja Pengawasan Benih (WKPB) Madiun (Madiun, Magetan, Nganjuk, Ngawi, Pacitan dan Ponorogo) cukup maju. Kesadaran petani terhadap pentingnya benih bermutu cukup baik. Diperkirakan bahwa persentase penggunaan benih bersertifikat berkisar 60%. Tabel 9 dibawah ini menunjukkan kebutuhan benih padi berdasarkan luas tanam padi pada lahan sawah. Dengan asumsi penggunaan benih 30 kg/ha, maka dapat diperkirakan bahwa kebutuhan benih berkisar ton. Dengan demikian proyeksi permintaan potensial benih bersertifikat adalah sebesar 6.407,24 ton/musim panen. Tabel 9. Perkiraan kebutuhan benih pada lahan sawah No Wilayah Luas Tanam (Ha)* Kebutuhan Benih (ton)** 1 Madiun Magetan Nganjuk Ngawi Pacitan

52 6 Ponorogo TOTAL * sumber: ** asumsi penggunaan benih 30 kg/ha Berdasarkan data BPSB Madiun bahwa jumlah penangkar benih baik swasta maupun pemerintah wilayah se WKPB Madiun pada tahun 2004 adalah sebanyak 60 penangkar. Dengan rata-rata peningkatan setiap tahunnya sebesar 5% maka pada tahun 2008 diprediksikan bahwa jumlah penangkar benih padi berkisar sebanyak 75 penangkar. Informasi benih lulus uji dari laboratorium BPSB menyebutkan bahwa dalam satu kali masa panen, rata-rata total benih yang diproduksi oleh 14 penangkar adalah 600,11 ton. Dengan demikian rata-rata penangkar mampu memproduksi benih padi sebanyak 43 ton, sehingga diproyeksikan penawaran benih padi sebesar ton/masa panen. Tabel 10 menunjukkan proyeksi penawaran dan permintaan potensial benih padi dengan asumsi dua kali masa panen. Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa peluang usaha bisnis ini masih terbuka lebar bagi penangkar benih padi. Peluang sebesar 49,7% menunjukkan bahwa potensi pasar benih padi yang belum terakomodasi cukup besar. Terlebih pemerintah telah menggalakkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang mendorong penggunaan benih bermutu guna mendukung pencapaian sasaran peningkatan produksi padi. Subsidi yang diberikan pemerintah setidaknya telah mendorong kesadaran petani akan penggunaan benih bermutu dan bersertifikat. Dengan demikian diharapkan kecenderungan petani untuk mengutamakan penggunaan benih tersebut semakin besar kedepannya. Tabel 10. Proyeksi permintaan dan penawaran benih padi potensial se WKBP Madiun (dalam ton) Uraian Nilai Permintaan ,5 Penawaran Selisih 6.364,5

53 Peluang 49,7% 3. Peluang dan Pangsa Pasar Pangsa pasar UBPB Agrindo dapat diperkirakan berdasarkan rencana penjualan dan peluang yang ada. Perusahaan merencanakan kenaikan penjualan sebesar 20% setiap tahun. Pada tahun kelima perusahaan merencanakan perluasan pasar. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama sebagai upaya pengembangan UBPB agar semakin dikenal baik dikalangan petani maupun penangkar benih. Kedua, untuk mengakomodasi pasar potensial benih padi bersertifikat khususnya di Jawa Timur. Ketiga untuk mengantisipasi penurunan produksi padi karena penurunan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Dengan demikian perusahaan perlu memperluas wilayah pemasaran. Berdasarkan rencana pemasaran diatas maka dapat diperkirakan peluang dan pangsa pasar perusahaan dalam UBPB Agrindo seperti dalam Tabel 11. Berdasarkan perhitungan, maka peluang perusahaan relatif besar dan dapat meraih pangsa pasar sekitar 7%-27% dari sekitar 70%-90% peluang yang ada. Tabel 11. Proyeksi peluang dan pangsa pasar Tahun Peluang Rencana Selisih Peluang Pangsa (ton) Penjualan (ton) (ton) (%) Pasar (%) , , , , , , , , ,547 1,037 8, ,547 1,244 8, ,547 1,493 8, ,547 1,792 7, ,547 2,150 7, ,547 2,580 6, Analisis Persaingan

54 Pengadaan dan distribusi benih termasuk di wilayah Jawa Timur masih didominasi oleh PT. SHS dan PT. Pertani. Keduanya merupakan produsen benih utama yang mampu berproduksi sekitar 40-60% (Rachman dkk, 2004). Hal ini dikarenakan badan usaha tersebut merupakan perusahaan benih tanaman pangan dan BUMN sehingga berperan sangat dominan dalam skema pengadaan dan distribusi benih. Data BPSB Satgas Madiun (2008) menggambarkan bahwa PT. SHS dan PT. Pertani merupakan produsen benih yang dominan. Dimana PT. Pertani menguasai hampir 25% pangsa pasar dan PT. SHS sebesar 21%. Perkiraan tersebut didapat dari perbandingan kapasitas produksi 14 produsen benih yang paling aktif memproduksi benih (Tabel 12). Kedua BUMN tersebut juga sering mengadakan kemitraan dengan penangkar. Sedangkan penangkar swasta bisa bertahan dalam bisnis tersebut karena memiliki jaringan dan dukungan fasilitas yang kuat. Tabel 12. Data penangkar benih padi bersertifikat WKBP Madiun No Nama Produsen Stok(ton) % 1 UD Dwi Saputra 47, UD Tani Dadi 71, PT Pertani 146, Balai Benih Padi 18, UD Hasil Tani 79, UD PurwoTani 8, UD Sumber Rejeki 20, PT SHS 126, PB Puspa Tani 26, UD Tani Maju 7, Mitra Tani 16, KB Kartisari 6, UD Tani Unggul 5, PB Karya Diperta 17, TOTAL 600, Sumber: BPSB Madiun (2008) Berdasarkan wawancara dengan Kepala Satgas dan petugas BPSB (Madiun, Ponorogo, Magetan dan Nganjuk) bahwa varietas yang sering dibudidayakan adalah Ciherang dan IR 64. Dimana kelas benih yang dominan adalah Benih Pokok (SS) dan Benih

55 Sebar (ES). Kedua varietas tersebut bertahan dan menjadi primadona dikalangan penangkar dan petani. Para penangkar menyukai benih tersebut karena permintaan dari BUMN, swasta dan petani cenderung lebih tinggi pada kedua varietas tersebut. Petani terpengaruh karena image varietas IR 64 telah melekat sebagai benih unggul sejak tercapainya swasembada beras. Sehingga meskipun banyak varietas baru yang telah dikeluarkan, varietas tersebut tetap menjadi pilihan. 5. Strategi Marketing Mix (Bauran Pemasaran) Dalam kegiatan pemasaran, Agrindo memperhatikan asas enam tepat sesuai dengan standar BPSB Propinsi Jawa Timur (www. bpsb-jatim.net), yakni: 1. Tepat Mutu, yakni benih yang diproduksi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan pemerintah. 2. Tepat Varietas, yakni benih yang diproduksi dengan komposisi varietas sesuai anjuran pemerintah dan selera konsumen. 3. Tepat Jumlah, yakni benih yang diproduksi dalam jumlah yang cukup sesuai perkiraan volume permintaan pasar. 4. Tepat Harga, yakni benih disediakan dengan harga sesuai dengan mutu dan terjangkau oleh daya beli sebagian besar petani. 5. Tepat Lokasi, yakni benih disediakan di tempat yang dekat dan mudah dijangkau petani. 6. Tepat Waktu, yakni benih yang disediakan tepat saat diperlukan petani. Strategi pemasaran dipaparkan dalam bauran pemasaran yang mendukung upaya pemasaran benih padi bersertifikat. Bauran pemasaran meliputi empat komponen sebagai berikut: a) Product (Produk) Benih padi yang dipasarkan Agrindo utamanya adalah varietas Ciherang dan IR 64. Tidak menutup kemungkinan varietas lain seperti Cibogo, Membramo, Way Apo Buru, dll

56 disesuaikan dengan kebutuhan dan selera pasar. Kelas benih yang dijual adalah SS (benih pokok) dan ES (benih sebar). Agrindo berusaha mengutamakan kualitas dan kemurnian benih untuk memperoleh benih yang bermutu. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan pengolahan benih yang baik dengan sistem sertifikasi dan didukung sarana yang memadai. Mutu produk salah satunya ditunjang oleh kemasan yang inovatif dan diterima konsumen. Konsumen umumnya menyukai kemasan yang baik sebagai identifikasi awal dari atribut produk. Kemasan benih Agrindo yang dipasarkan yakni kemasan 5 kg dan 50 kg. Benih dikemas dengan kantong plastik agar tahan tembusan air. Hal ini ditujukan supaya konsumen dapat dengan mudah membawa benih, terutama petani yang umumnya langsung dibawa ke sawah. Selain itu memudahkan petani dalam hal pengukuran kebutuhan benih dan pengalokasian dana. Dalam kemasan benih dicantumkan label sebagai bukti hasil sertifikasi agar konsumen mengetahui mutu benih padi yang dibeli. Informasi dalam label tersebut antara lain nama produsen, alamat, lokasi, jenis tanaman, varietas, nomor kelompok, tanggal pengujian, kadar air, benih murni, benih varietas lain, kotoran benih, gulma, daya tumbuh, biji keras, penyakit dan kelas benih. Ciri khas juga mendukung apresiasi konsumen terhadap suatu produk. Ciri tersebut diwujudkan dengan memberikan branding (merek) yakni benih Padi Kita. Hal tersebut bertujuan agar lebih mudah diingat dan membedakan dengan produk pesaing. b) Price (Harga) Penetapan harga adalah berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi benih dengan mempertimbangkan harga pasar yang berlaku dan mark up. Kisaran harga benih di pasar konsumen atau petani yakni antara

57 Rp hingga Rp per kg. Agrindo menetapkan mark up sebesar 30%. Hal ini didasarkan pada pertimbangan profit, pasar dan risiko seperti produk pertanian yang umumnya bersifat mudah rusak. Perusahaan menetapkan harga jual kepada penyalur sebesar Rp 4.200/kg untuk kelas ES dan Rp 4.400/kg untuk kelas SS. Harga jual untuk kedua kelas berbeda karena perusahaan mengikuti harga pasar benih, dimana permintaan untuk kelas SS umumnya lebih tinggi. Selain itu untuk memberikan margin kepada penyalur dan agen. Harga jual direncanakan mengalami kenaikan sebesar 4 persen setiap tahun untuk mengimbangi peningkatan biaya produksi karena perkiraan adanya inflasi sebesar 6 persen setiap tahunnya. c) Place (Distribusi) Pemasaran yang efektif apabila didukung dengan perencanaan distribusi yang memadai. Terkait dengan saluran pemasaran, maka disesuaikan dengan target pasar, target produksi dan penjualan. Distribusi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar reseller dan konsumen. Dimana saluran distribusi yang digunakan agar produk sampai kepada konsumen (kelompok tani/petani) melibatkan perantara yakni penyalur dan agen. Berdasarkan pengamatan bahwa terlepas dari tugas dan kewajibannnya, petugas berperan dalam alur/mata rantai pemasaran benih. Mereka selain sebagai pembawa informasi dan penghubung juga berperan dalam distribusi benih ke penangkar. Dengan demikian perusahaan menjalin kerjasama dengan semua pihak termasuk petugas. d) Promotion (Promosi) Kegiatan promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk kepada konsumen dan memudahkan pelaksanaan penjualan. Promosi disesuaikan dengan budaya dan karakter

58 konsumen akhir (petani). Aktivitas promosi ditekankan pada saat masa tanam hampir dimulai. Hal ini penting agar konsumen masih mengingat dengan jelas keunggulankeunggulan benih padi yang ditawarkan. Bentuk kegiatan promosi yang akan dilakukan antara lain: 1. Pertemuan dengan penyalur. 2. Kunjungan dan penyuluhan kepada kelompok tani. 3. Demonstrasi Plot (Demplot), yakni membuat petak percontohan agar petani sebagai konsumen mengetahui langsung keunggulan dan kelemahan benih yang ditanam. 4. Hadiah, berupa merchandise seperti kaos, kalender, topi dan lain-lain yang bertuliskan nama perusahaan dan produk benih padi. 5. Penyebaran informasi melalui brosur, poster dan spanduk. Informasi tersebut ditempatkan di kios-kios pertanian. Karena petani mendapatkan informasi sekaligus promosi ketika membeli di kios Aspek Teknik dan Teknologi Aspek teknik dan teknologi diperlukan untuk melihat apakah dari segi pembangunan proyek dan implementasi secara teknis dapat dilaksanakan dan berkaitan dengan teknologi yang digunakan. Dalam pembahasan ini akan dibahas beberapa faktor diantaranya adalah: 1. Lokasi Berdasarkan wawancara dengan kabid anggaran dan produksi Agrindo, lokasi pengolahan pasca panen benih berada di dua area yakni Ponorogo dan Madiun. Hal ini mengingat Agrindo sebelumnya telah memiliki aset di dua tempat tersebut. Untuk di Ponorogo, letak gudang ini menjadi satu kompleks dengan kantor Agrindo. Kepemilikan tanah di Madiun yakni di Desa Rebahan, Kecamatan Balerejo dimanfaatkan pusat pengolahan benih, selain sebagai gudang dan lapangan jemur. Pada tahun awal investasi, Agrindo membangun gudang dan lapangan jemur di Madiun.

59 Pertimbangan dalam pembangunan fisik di Madiun adalah pertama karena tanah aset Agrindo letaknya sangat strategis, yakni 200 m kearah jalan raya (dekat dengan Jalan Raya Caruban- Surabaya). Kedua, tempatnya tidak terlalu dekat dengan pemukiman penduduk. Sehingga dapat menghindari faktor kebisingan mesin maupun polusi debu dari penjemuran gabah. Ketiga, akan mengurangi biaya sewa gudang dan jemuran. Keempat, dapat memudahkan dalam rencana distribusi untuk wilayah pemasaran bagian utara. Terakhir, dapat dijadikan investasi jangka panjang untuk kegiatan usaha bidang pertanian Agrindo lainnya. 2. Proses Produksi Fokus kegiatan operasional Agrindo adalah pengolahan pasca panen dari gabah menjadi benih yang siap di pasarkan. Kegiatan dilakukan untuk dua musim tanam yakni ketika musim kemarau (gadu) dan hujan (rendeng). Selain itu ditargetkan proporsi produksi kelas benih ES dan SS masing-masing 50%. Tahapan dalam kegiatan produksi antara lain: 1. Pencarian Areal Kerjasama Agrindo melakukan kerjasama dengan kelompok tani dalam menjalankan proses pertanaman. Dalam kerjasama tersebut Agrindo menawarkan bantuan kredit (pinjaman modal tanpa bunga) sarana produksi (saprodi) termasuk benih sumber (FS/SS/BS) yang dibeli dari Balai Benih kepada kelompok tani. Pinjaman tersebut akan dikembalikan pada saat panen. Besarnya pinjaman untuk pembelian saprodi adalah sebesar Rp 1 juta/ha. Dimana hasil panen yang lulus sertifikasi nantinya dibeli oleh Agrindo dengan harga lebih tinggi dari harga pasar. Kerjasama tersebut dikuatkan dengan adanya perjanjian pada kedua belah pihak. Kerjasama ini menunjukkan bahwa Agrindo berupaya untuk komitmen terhadap visinya yakni menjadi

60 mitra usaha terpercaya dalam pengembangan potensi sektor pertanian. 2. Produksi Benih Pada dasarnya teknik menanam padi untuk dijadikan benih unggul sama dengan teknik menanam padi pada umumnya. Hanya berbeda pada prinsip genetis dimana aspek kemurnian genetik menentukan kelulusan sertifikasi (Wirawan dan Sri, 2002). Teknik budidaya padi meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan dan pengelolaan air, roguing dan panen. Kegiatan tersebut berada dalam kendali petani namun tetap dikontrol oleh Agrindo. Sertifikasi pada dasarnya bertujuan untuk menjaga kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul. Adapun tahapan sertifikasi dalam tahap ini antara lain: a) Pemeriksaan Lapang Pendahuluan Dalam pemeriksaan ini, petugas BPSB akan menguji kebenaran data lapangan yang diajukan penangkar seperti dalam surat permohonan sertifikasi. Permohonan sertifikasi dari penangkar disertai dengan: a) Bukti label benih b) Peta lahan c) Salinan kontrak dan kerjasama (apabila dilakukan kerjasama dengan petani/kelompok tani) Apabila data menunjukkan kesesuaian maka lahan tersebut dinyatakan sebagai lahan produksi benih bersertifikat. Permohonan ini diajukan paling lambat 10 hari sebelum tanam. b) Pemeriksaan Fase Vegetatif

61 Pemeriksaan dilakukan 30 hari setelah tanam. Pemeriksaan akan dilakukan terhadap keberadaaan campuran varietas lain (CVL). Agar standar lapang benih bersertifikat terpenuhi dilakukan roguing. Apabila dinyatakan lulus maka lahan dapat diteruskan untuk proses sertifikasi dan apabila tidak lulus dilakukan roguing ulang dan mengajukan pemeriksaan ulangan. Pemeriksaan ini hanya berlaku satu kali. c) Pemeriksaan Fase Generatif Pemeriksaan ini dilakukan pada fase berbunga yakni 30 hari sebelum panen. Dalam pemeriksaan ini diamati keberadaan CVL dengan pengamatan pada organ produktif. Seperti pada pengawasan fase vegetatif, penangkar diberi kesempatan melakukan pengawasan ulang jika hasil pemeriksaan dinyatakan tidak lulus. d) Pemeriksaan Menjelang Panen Pemeriksaan ini dilakukan satu minggu sebelum panen. Hal yang diperiksa meliputi komponen buah dan benih. Pada pemeriksaan ini tidak diberi kesempatan pemeriksaan ulang. Panen dilakukan pada saat pertanaman 80-90% telah matang. Pada saat ini kadar air benih berkisar 17-23%. Selain benih, alat-alat panen dan pengolahan benih harus dilakukan pemeriksaan. 3. Pembelian Gabah Calon Benih Sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dan petani maka hasil panen yang telah lulus sertifikasi dibeli oleh Agrindo. Sedangkan yang tidak lulus sertifikasi bisa dijual bebas oleh petani dengan tetap mengembalikan pinjaman modal. Gabah calon benih dibeli dengan tambahan lima persen diatas harga pasar. Hasil pembelian akan dipotong pinjaman petani pada awal produksi. 4. Pengolahan Calon Benih

62 Gabah calon benih diangkut ke gudang dan dijemur untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dapat dilakukan secara tradisional yakni dijemur dan menggunakan mesin. Setelah dikeringkan benih memasuki proses pembersihan dan disimpan dalam karung di gudang. Petugas benih melakukan pengawasan secara periodik selama pengolahan benih. Dilanjutkan dengan pengambilan contoh benih guna pengujian di laboratorium. Prosedur sertifikasi yang paling terakhir adalah pengawasan pemasangan label sertifikasi apabila telah dinyatakan lulus uji laboratorium. Apabila masa edar benih telah habis dan akan diedarkan kembali maka wajib melakukan pengujian dan pelabelan ulang. 5. Pemasaran Benih yang dinyatakan lulus uji selanjutnya dapat dipasarkan. Kegiatan pemasaran penting dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai yakni profit dan pemanfaatan benih bermutu untuk peningkatan produktivitas padi. Tahapan produksi dapat dilihat dalam Gambar 6 Pencarian Areal Kerjasama Produksi Benih Pembelian Gabah Calon Benih Pengolahan Calon Benih Pemasaran Sertifikasi Pemanenan Pengeringan Pembersihan Sertifikasi Pengemasan Gambar 5. Tahapan produksi benih Agrindo 3. Pemilihan mesin, peralatan dan rencana investasi

63 Bangunan yang digunakan untuk usaha benih padi terdiri dari gudang, toilet dan ruang jaga. Fasilitas yang dimiliki adalah lapangan jemur seluas m² dan gudang seluas 375 m². Untuk investasi awal, Agrindo telah memiliki mesin seperti mesin air screen cleaner 1 kapasitas kg/jam, air screen cleaner II kapasitas kg/jam, mesin press 2 unit kapasitas kg/jam, mesin jahit karung 2 unit, timbangan duduk 2 unit dan timbangan gantung sebanyak 2 unit. Dengan fasilitas tersebut memungkinkan pengolahan benih dengan kapasitas ton/tahun. Pada tahun ketiga, perusahaan merencanakan pembelian mesin pengering (seed drier) agar proses pengeringan gabah lebih cepat dan efisien. Pada tahun kelima, perusahaan merencanakan pembelian kembali (reinvestasi) air screen cleaner 1 dan II, mesin press, timbangan duduk dan gantung, tester kadar air. Fasilitas tambahan diperlukan terkait dengan adanya target produksi yang meningkat setiap tahun. Reinvestasi dilakukan juga pada perlengkapan seperti ember dan gunting pada tahun ketiga. Sekrop, terpal dan sorong pada tahun kelima dan ember serta gunting pada tahun keenam. Data rencana fisik dapat dilihat pada Lampiran 2. Mesin dan perlengkapan diletakkan dalam tempat produksi yang menyatu dengan gudang. Hal ini untuk memudahkan dalam pengangkutan dan penyusunan tumpukan gabah serta dalam proses pengemasan benih. Kantor berfungsi sebagai tempat pengurusan administrasi baik keuangan, pengecekan dan arsip pengiriman baik gabah maupun benih serta arsip lainnya. Sedangkan gudang berfungsi untuk tempat penyimpanan gabah yang nantinya akan dikemas menjadi benih. Adanya rencana peningkatan produksi membutuhkan tambahan tempat. Kekurangan tempat penyimpanan akan diatasi dengan melakukan sewa gudang. 4. Pengawasan Kualitas Produk

64 Benih bermutu adalah benih murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah diatas 80% dengan bibit yang tumbuh kekar, bebas dari biji gulma, penyakit, hama, atau bahan lain ( 2007). Pengadaan benih bermutu dilakukan dengan mengikuti persyaratanpersyaratan dalam sistem sertifikasi. Sistem sertifikasi menjadi pengendali mutu benih agar keunggulan varietas dapat terjaga. Pengendalian mutu dilakukan secara internal dan eksternal. Pengendalian eksternal dilakukan oleh BPSB yang meliputi pengawasan di lapang dan pengujian laboratorium. Sedangkan pengendalian internal dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan yang dilakukan perusahaan antara lain: a) Melakukan kontrol pada pertanaman padi di sawah dan penyuluhan kepada beberapa kelompok petani. b) Pengeringan benih hingga kadar airnya mencapai 11-12% (standar kadar air maksimum uji laboratorium adalah 13%). Kadar air yang terlalu tinggi dapat menimbulkan perkecambahan benih di dalam karung sehingga benih menjadi rusak/mutunya jelek. c) Sortase atau pemilahan lebih teliti terhadap benih yang telah kering sehingga diharapkan tercapai minimal CVL, kotoran benih, gulma, dll. d) Pengelompokkan dan pemeriksaan benih berdasarkan varietas dan kelas benih agar tidak terjadi percampuran dimulai dari pengangkutan dari sawah hingga proses pengemasan. e) Penyimpanan benih dilakukan dengan sistem karungan untuk memudahkan pengangkutan. Cara penumpukkan menggunakan sistem lima atau delapan karung tumpukan. Untuk mencegah naiknya kelembaban, maka dilakukan pemberian jarak antara tumpukan karung maupun dengan alas lantai.

65 Rachman dkk (2004) menyatakan bahwa dalam sistem pengadaan dan distribusi, mutu benih dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: sistem produksi, pengolahan hasil, penyimpanan hasil dan penanganan selama distribusi benih. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan untuk mencapai mutu benih yang diharapkan. Pengawasan diutamakan pada karyawan, mesin dan bahan baku. Pengawasan karyawan dilakukan oleh koordinator bagian gudang, panen dan sortase terhadap karyawan dibawahnya. Hal ini mengingat benih yang diproduksi berbeda dari segi varietas dan kelas. Apabila karyawan salah dalam mengklasifikasikan maka kemungkinan benih tercampur sangat besar. Atau dalam penyimpanaan benih dilakukan secara asal akan memicu perkecambahan benih. Sehingga benih padi bisa gagal dalam uji laboratorium. Oleh karena itu, ketelitian sangat diperlukan para tenaga kerja. Adanya pengawasan setidaknya mampu mengurangi risiko kesalahan karena faktor manusia.. Pengawasan pada mesin ditujukan agar mesin dapat digunakan dalam kodisi yang baik. Mesin-mesin baik mesin utama maupun pendukung dikontrol untuk mengetahui kondisinya. Hal ini bertujuan selain untuk faktor keamanan juga untuk menghindari adanya sumber kontaminan pada mesin seperti varietas lain. Pengawasan pada kualitas gabah yang dibeli mutlak diperlukan. Meskipun gabah yang dibeli telah melalui pemeriksaan panen, tetap saja harus diperhatikan agar gabah tersebut tidak tercampur dengan varietas atau kelas benih lain. Dan untuk mendapatkan gabah yang bebas dari CVL, maka perusahaan turut melakukan kontrol pada proses pertanaman. Hal ini bertujuan agar perolehan gabah basah yang lulus sertifikasi sesuai dengan target produksi Aspek Hukum dan Kebijakan

66 Legalitas suatu usaha berkaitan dengan sahnya keberadaan usaha di mata hukum. Bahwa usaha tersebut telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Agrindo dikukuhkan sebagai badan hukum Perseroan Terbatas sesuai akta notaris Sri Ampeni. S, SH No 03 tanggal 18 Januari Kemudian dikuatkan dengan Surat Pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor C HT TH.2005, tanggal 16 Februari Beberapa kelengkapan penting yang dimiliki oleh Agrindo dari segi hukum antara lain : 1. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar No: 04/KP/405.48/PDB/III/2005 yang dikeluarkan oleh Dinas Industri Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Ponorogo. 2. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas (TDP) No Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) No Tanda Registrasi Perbenihan Usaha Perbenihan (TRUP) Tanaman Perkebunan No /234/115.3/2007 yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur dengan klasifikasi usaha penangkar/pembibit benih perkebunan. 5. Tanda Daftar Pengedar Benih Bina (TDPBB) No 109/BPSBTPH/PNY/PNG/X/2006 dengan status usaha sebagai pengedar benih bina (penyalur). TDPBB No 002/BPSBTPH/PRD/PNG/I/2006 sebagai pengedar benih bina (produsen). Dasar hukum diatas menunjukkan bahwa Agrindo telah mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Dari segi legalitas usaha menunjukkan bahwa Agrindo serius dalam mengembangkan usahanya. Hal tersebut menjadi salah satu kekuatan yang memudahkan kepengurusan usaha dari segi hukum dan landasan dalam menjalankan kegiatan bisnis.

67 Hal terpenting dalam UBPB adalah ijin dari BPSBTPH. Ijin tersebut berupa sertifikat lulus sertifikasi benih padi agar dapat diedarkan kepada konsumen. Meskipun Agrindo telah memiliki TDBB sebagai pengedar benih bina (baik sebagai produsen dan penyalur) tetapi untuk mengedarkan benih padi harus dilakukan uji sertifikasi apakah benih tersebut layak diedarkan atau tidak. Berdasarkan Gambar 6. Peta wilayah kerja BPSB Jawa Timur, maka Agrindo harus mengajukan sertifikasi benih kepada BPSB Madiun. Hal ini karena areal tanam dan proses pasca panen yang dijadikan usaha berada dalam wilayah kerja dibawah kordinasi BPSB di Madiun. Dimana Satgas Madiun memiliki kewenangan untuk melakukan sertifikasi di wilayah Pacitan, Ponorogo, Magetan, Madiun, Ngawi dan Nganjuk. Gambar 6. Peta wilayah kerja BPSB Jawa Timur (Sumber: ) [22 Maret, 2008] Program pengadaan benih padi merupakan langkah Departemen Pertanian untuk mengejar target peningkatan produksi pertanian. Peran serta swasta secara aktif sangat dibutuhkan untuk memenuhi target pemerintah dalam pencapaian program ketahanan pangan nasional ( 2007). Kerjasama yang erat antara pemerintah dengan mitra kerja pelaku agribisnis dan produsen agro input mutlak diwujudkan.

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BENIH PADI BERSERTIFIKAT (STUDI KASUS PT CITRA AGRO INDONESIA, PONOROGO) Oleh KIKI SETYA DEWI H24104088 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. 28 Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani. Pendahuluan Kebutuhan benih bermutu untuk produksi tanaman pangan dan perkebunan relatif tinggi seiring dengan tujuan produksi yang lebih

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam perusahaan. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil, akan mempunyai perhatian besar di bidang keuangan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 26 III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi, Waktu dan Pembiayaan 1. Lokasi Kajian Kajian tugas akhir ini dengan studi kasus pada kelompok Bunga Air Aqua Plantindo yang berlokasi di Ciawi Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA Oleh : Bambang Sayaka I Ketut Kariyasa Waluyo Yuni Marisa Tjetjep Nurasa PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kesejahteraan. Konsekuensinya, semua pengembalian keputusan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan yang terjadi di dalam dunia usaha begitu ketat, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan yang tepat agar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, istilah globalisasi ekonomi telah menjadi topik hangat yang mencerminkan dunia usaha yang semakin kompetitif, tidak terkecuali di Indonesia.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dari suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan inovasi-inovasi agar kondisi perusahaannya tetap dalam keadaan sehat. Dengan kondisi perusahaan yang sehat, maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2012 dikemukakan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti yang mengkaji tentang modal kerja sebelumnya pernah dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja Pada Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan kinerja keuangan Haneda Decorations adalah dengan melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wicaksono (2013) yaitu studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 ( Revisi 2009 ) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

BAB II LANDASAN TEORI. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB II LANDASAN TEORI A. Teori-teori 1. Pengertian Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Denta Umar Aminudin (2007) dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada Perusahaan Shuttlecock

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan banyak dikemukakan beberapa ahli dan salah satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 65 ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, bidang keuangan menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan. Perekonomian yang semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan- perusahaan milik negara maupun perusahaan- perusahaan milik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan- perusahaan milik negara maupun perusahaan- perusahaan milik BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perekonomian dan merebaknya arus informasi yang turut menunjang pembangunan negara kita dewasa ini, banyak bermunculan perusahaan- perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi banyak perusahaan-perusahaan industri, dagang maupun jasa yang ada bersaing dalam mendapatkan konsumen maupun investor dengan menggunakan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai sumber alternatif lain karena mempunyai peran sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti saham, reksadana, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dilihat dari sudut pandang manajemen merupakan media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja keuangan perusahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu investasi baik dalam bidang industri atau bidang lainnya bertujuan untuk memperoleh standar yang cukup layak di kemudian hari. Manfaat ini bisa berupa keuangan, non keuangan

Lebih terperinci