SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan OLEH HARITA NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan OLEH HARITA NIM:"

Transkripsi

1 PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU TIDAK MEMILIH MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNGPINANG KOTA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Pemerintahan OLEH HARITA NIM: JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

2 ABSTRAK Fenomena golongan putih (golput) merupakan wujud nyata dari perilaku tidak memilih seseorang. Di Kelurahan Tanjungpinang Kota presentase pengguna hak pilih dalam pemilihan Gubernur Kepri tahun 2015 lalu semakin menurun dari pemilihan sebelumnya, yakni mencapai angka 38,3%. Signifikansi penurun presentase pengguna hak pilih antara pemilihan Legislatif (pileg) tahun 2014 dan pemilihan Gubernur (pilgub) tahun 2015 mencapai selisih 13,2%. Pada penelitian sebelumnya, yakni oleh Ryan Anggaria tentang Budaya Politik Etnis Tionghoa di Kota Tanjungpinang dengan narasumber Organisasi Tionghoa serta Tokoh Masyarakat Etnis Tionghoa Kota Tanjungpinang dengan orientasi subyek-partisipan, dimana masyarakat Etnis Tionghoa memiliki pemahaman serta kemampuan yang cukup dalam hal berpolitik. Pemahaman Tokoh Masyarakat yang peduli dan tinggi terhadap dunia politik tersebut, menjadikan alasan penulis tertarik untuk menggali secara lebih mendalam penyebab perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan harapan Tokoh Masyarakat dapat mencerminkan persepsi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota yang tidak menggunakan hak pilihnya. Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan informan kunci yakni tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota. Keberagaman persepsi Tokoh Masyarakat berdasarkan pemikiran serta latarbelakang pengalaman yang berbeda, sehingga menghasilkan pandangan yang berbeda pula dalam menilai sesuatu. Dari hasil penelitian penulis, tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang kota, mempersepsikan penyebab munculnya golongan putih golput karena faktor psikologis, sistem politik, kepercayaan politik, dan latar belakang status ekonomi sosial cukup berperan mempengaruhi pilihan politik seseorang untuk golput. Kata kunci : Persepsi, Tokoh Masyarakat, Perilaku Tidak Memilih, Pilkada.

3 Latar Belakang Masalah Dalam dinamika pemilihan umum, fenomena golongan putih (golput) sering menjadi masalah yang menghambat proses demokrasi di Indonesia. Dalam sejarah pemilu fenomena golput di Indonesia sesungguhnya sudah ada sejak Pemilu di masa Orde Baru. Pada masa reformasi, ancaman golput malah semakin meluas tidak hanya di tingkat nasional (pemilu), akan tetapi hingga di tingkat pemilihan kepada daerah (pilkada). Fenomena golongan putih (golput) tersebut menjadi suatu hal yang erat kaitannya dengan perilaku pemilih dimana terdapat aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan pengambilan keputusan untuk memilih (to vote) atau tidak memilih (not to vote), karena tanpa adanya keterlibatan aktif dari masyarakat sebagai pemilih dalam berbagai tahapan pemilukada dapat dipastikan kurang berkualitas sebagai dasar terwujudnya sistem politik yang kuat, karena akan menghasilkan pemegang jabatan publik yang terbaik. Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjadi salah satu Provinsi yang mengikuti pelaksanaan pesta demokrasi pada tahap pertama. Untuk kandidat calon Gubernur Provinsi Kepri yaitu diikuti oleh 2 pasangan calon. Nomor Urut. 1 Drs. H. Muhammad Sani dan Dr. Nurdin Basirun S.Sos, M.Si, yang didukung oleh lima partai yakni Partai Demokrat, Partai Nasdem, PKB, Partai Gerindra, dan PPP. Sedangkan Nomor Urut 2 yaitu Dr. H. M. Soerya Respationo, SH. MH dan H. Ansar Ahmad, SE.MM, dengan partai pendukung lebih sedikit oleh empat partai, yakni

4 PKS, Partai Hanura, PAN, dan PDIP (sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Tanjungpinang). Pesta demokrasi dalam pemilihan Gubernur Provinsi Kepri menjadi semakin menarik, dan seru ketika masing-masing pasangan calon merupakan pemimpin incumbent. Drs. H. Muhammad Sani Selain merupakan mantan Gubernur Provinsi Kepri 2 periode, Drs. H. Muhammad Sani dan Dr. Nurdin Basirun S.Sos, M.Si juga sama-sama mantan bupati Karimun. Dan Dr. H. M. Soerya Respationo, SH. MH mantan Wakil Gubernur Provinsi Kepri, serta H. Ansar Ahmad, SE.MM merupakan Bupati Bintan periode Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam pemilihan gubernur provinsi Kepri yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Anambas, dan Kabupaten Natuna yakni berjumlah juta jiwa. Dalam pelaksanaan pemilihan gubernur (Pilgup) Kepri, selalu menjadi sorotan. Terlebih munculnya fenomena golongan putih (golput) yang merupakan fenomena pemilihan umum (pemilu) pada setiap daerah. Seperti pemilihan umum dalam pemilihan kepala daerah, legislatif, maupun presiden. Salah satunya terjadi fenomena golongan putih (golput) pada pilgup Kepri 9 desember 2015 lalu. Dari jiwa hanya 56,34% yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan gubernur Kepri (kpu.go.id). Salah satu daerah yang menjadi sorotan tingginya golongan putih (golput) yakni Ibukota Provinsi Kepulauan Riau,

5 Dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya hanya diperoleh 53,32% (kpu.go.id). Seperti mengulang sejarah lama, fenomena golongan putih (golput) pada pilgub Kepri pada tahun 2010 lalu, untuk presentase perolehan suara di Kota Tanjungpinang hanya mencapai 53,07% yang menggunakan hak pilihnya. Pada pilgub 2015 lalu, menjadi sangat menarik ketika golongan putih (golput) menjadi sangat dominan dalam pesta demokrasi di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya di Kota Tanjungpinang, karena dalam kurun waktu lima tahun tidak terjadi peningkatan pengguna hak pilih secara signifikan. Karena keterbatasan kemampuan penulis dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di daerah pemilihan di Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang. Karena tingkat pemilih masyarakat di Kelurahan Tanjungpinang Kota sangat rendah dibanding kelurahan lainnya pada Kecamatan Tanjungpinang Kota dan Kecamatan lainnya. Berikut jumlah pemilih dan perolehan suara yang akan jelaskan dalam tabel berikut : Tabel 1.1 Jumlah pemilih dan jumlah yang menggunakan hak pilih dan yang tidak menggunakan hak pilih di Kelurahan Tanjungpinang Kota Pada Pileg 2014 Lokasi Kelurahan Tanjungpinang Kota Jumlah DPT Jumlah Pengguna Hak Pilih Tidak Menggunakan Hak Pilih Presentase Pemilih , 5%

6 Kelurahan Kampung Bugis , 8% Senggarang , 6% Penyengat , , 8% Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Tanjungpinang, 2014 Tabel 1.2 Jumlah pemilih dan jumlah yang menggunakan hak pilih dan yang tidak menggunakan hak pilih di Kelurahan Tanjungpinang Kota Pada Pilgub 2015 Lokasi Kelurahan Tanjungpinang Kota Kelurahan Kampung Bugis Jumlah DPT Jumlah Pengguna Hak Pilih Tidak Menggunakan Hak Pilih Presentase Pemilih , 3% , 8% Senggarang % Penyengat , 7% Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kota Tanjungpinang, 2015 Dari tabel diatas menunjukan hal yang menarik ketika presentase pengguna hak pilih di Kelurahan Tanjungpinang Kota dari tahun ke tahun masih menduduki posisi tingkat presentase pengguna hak pilih terendah. Bahkan presentase pengguna hak pilih dalam pemilihan Gubernur Kepri tahun 2015 lalu semakin menurun, yakni mencapai angka 38,3%. Signifikansi penurun presentase pengguna hak pilih antara

7 pemilihan Legislatif (pileg) tahun 2014 dan pemilihan Gubernur (pilgub) tahun 2015 mencapai selisih 13,2%. Munculnya perbedaan figur yang ditampilkan pada Pileg dan Pilgub semakin dirasa oleh Penulis menjadi salah satu penyebab turunnya perolehan pengguna hak pilih, hal tersebut dapat dilihat figur yang ditampilkan pada Pileg lebih banyak menawarkan kandidat yang berasal dari etnis yang sama, sehingga rasa keterwakilan aspirasi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota dengan mayoritas adalah etnis tionghoa lebih bisa terakomodir dibanding kandidat pada pilgub 2015 lalu yang diikuti oleh dua pasang calon incumbent yang sudah pernah memimpin Kepri sebelumnya, dan juga sebagai bukti rasa kekecewaan masyarakat terhadap atas kepemimpinan yang tidak membawa perubahan apa-apa bagi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota. Berbicara masalah pemimpin dalam penelitian ini, tidak terlepas dari pengaruh tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial, berpengaruh, dan dihormati di lingkungan sosialnya. Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Ryan Anggaria tentang Budaya Politik Etnis Tionghoa di Kota Tanjungpinang dengan narasumber Organisasi Tionghoa serta Tokoh Masyarakat Etnis Tionghoa Kota Tanjungpinang, menunjukkan orientasi kognitif berada pada posisi pengetahuan dan kepercayaan politik yang tinggi, kemudian orientasi afektif Etnis Tionghoa Kota Tanjungpinang peka terhadap jalannya sistem politik dan peranan pemerintah, serta orientasi evaluatif menunjukkan Etnis Tionghoa Kota Tanjungpinang memiliki tingkatan tertinggi dalam kualitas orientasi politik, yakni

8 keputusan dan pendapat tentang obyek politik melibatkan standar nilai dan kriteria yang berisikan pemahaman yang tinggi. Pemahaman Tokoh Masyarakat yang peduli dan tinggi terhadap dunia politik tersebut, menjadikan alasan penulis tertarik untuk menggali secara lebih mendalam penyebab perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan harapan Tokoh Masyarakat dapat mencerminkan persepsi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota yang tidak menggunakan hak pilihnya. Maka berdasarkan halhal diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Persepsi Tokoh Masyarakat Terhadap Perilaku Tidak Memilih Masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Provinsi Kepulauan Riau Tahun LANDASAN TEORI A. Persepsi Persepsi sering kita artikan sebagai cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Cara pandang tersebut dapat berupa sesuatu yang positif atau negatif yang berbeda pada setiap orang. Kenapa dikatakan berbeda, karena setiap orang memiliki pengalaman dan pemikiran yang berbeda sehingga persepsi yang dihasilkan pada setiap orang akan berbeda. Hal ini sejalan dengan pengertian persepsi menurut Slameto (2010:102) bahwa: Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

9 Menurut Robbins (2002:14), bentuk persepsi terbagi menjadi dua, yaitu persepsi positif, dan persepsi negatif. Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Sedangkan persepsi negatif merupakan perserpsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari suatu aturan yang ada. Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa persepsi itu merupakan proses menafsirkan informasi yang ada dilingkungan, sehingga terbentuk menjadi cara pandang. Persepsi dalam penjelasan ini menunjukkan pada hubungan seseorang dengan lingkungannya dengan kata lain lingkungan memberi pengaruh terhadap persepsi seseorang. Setiap orang tinggal pada lingkungan yang berbeda oleh sebab itu persepsi yang dihasilkan juga berbeda. B. Tokoh Masyarakat Di dalam kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat menduduki posisi yang penting, oleh karena ia dianggap orang serba tahu dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Sehingga segala tindak-tanduknyan merupakan pola aturan yang patut diteladani oleh masyarakat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa Tokoh masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau pemerintah.

10 C. Perilaku Tidak Memilih Istilah perilaku not voting dalam bahasa Indonesia diartikan tidak memilih atau lebih dikenal dengan golongan putih (golput). Perilaku tidak memilih atau golput umumnya dipakai untuk merujuk pada fenomena ketidakhadiran seseorang dalam pemilu karena tidak adanya motivasi. Menurut Mufti Mubarak, bagi masyarakat, sikap golput lebih dianggap sebagai bentuk perlawanan atas parpol dan para kandidat yang tidak sesuai dengan aspirasi. Sedangkan disisi kandidat, golput akan melemahkan legitimasi mereka kelak ketika berada di lembaga pemerintah (Erfiza, 2012 : 541) Perilaku golput di Indonesia pada umumnya dapat dimanifestasikan ke dalam beberapa bentuk, seperti yang dikemukakan Efriza (2012: ) berikut: 1. Orang yang menghadiri TPS sebagai aksi protes terhadap pelaksanaan pemilu dan sistem politik yang ada. 2. Orang yang menghadiri TPS namun tidak menggunakan hak pilihnya secara benar dengan menusuk lebih dari satu gambar. 3. Orang yang menggunakan hak pilihnya dengan jalan menusuk bagian putih dari kartu suara. Perilaku ini merupakan refleksi protes atas ketidakpuasan terhadap sistem politik yang sedang berkembang. 4. Orang yang tidak hadir di TPS dikarenakan mereka memang tidak terdaftar sehingga tidak memiliki hak suara. Perilaku golput ini disebabkan alasan administratif dan kelompok golput ini disebut golput pasif.

11 Berdasarkan hasil tulisan Muhammad Asfar dalam Presiden Golput, Efriza (2012: ) setidaknya menyimpulkan ada empat faktor yang menjadi penyebab golput, yaitu: 1. Faktor Psikologis Faktor ini berkaitan dengan ciri-ciri kepribadian seseorang dan orientasi kepribadian. 2. Faktor Sistem Politik Pemilih melakukan protes terhadap sistem politik dan sistem pemilu terutama kecewa dengan kebijakan dan implementasi dari pemerintah.. 3. Faktor Kepercayaan Politik Fenomena faktor kepercayaan politik ini biasanya muncul karena ketidakpercayaan terhadap saluran politik dalam bentuk partai dan akhirnya adanya keinginan warga negara untuk melakukan delegitimasi politik terhadap kekuasaan. 4. Faktor Latarbelakang Status Sosial-Ekonomi Faktor ini terbagi lagi ke dalam tiga indikator, yaitu tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, dan tingkat pendapatan. D. Pemilihan Kepala Daerah Pemilihan Kepala Daerah merupakan rekrutment politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah. Aktor utama system pilkada adalah rakyat, partai politik, dan calon kepala daerah (J. Prihatmoko, 2005:15) Ketiga actor tersebut terlibat langsung dalam kegiatanyang

12 dilaksanakan dalam rangkaian tahapan-tahapan pilkada langsung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: 1) Pendaftaran pemilih; 2) Penetapan calon; 3) Kampanye; 4) Pemungutan dan perhitungan suara; 5) Penetapan calon terpilih. Menurut Djoko Suyanto (2012:25) Pemilukada sebagai agenda permanen dalam tata pemerintahan, yang menjadi penentu keberhasilan demokrasi di daerah, segaligus penentu kualitas sosok kepala daerah, perlu dijaga agar terhindar dari fenomenafenomena yang merugikan kepentingan bersama. Semua pihak perlu memiliki kedewasaan dan pikiran jenih, untuk memandang dan mewujudkan demokrasi sebagai jalan menuju kemaslahatan umum dan kesejahteraan rakyat. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini Penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu berupa gamabaran penelitian berupa rangkaian kata tertulis, perilaku yang diamati secara fakta, akurat dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi. Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik polpulasi atau menarik generalisasi kesimpulan bagi suatu populasi. Melainkan lebih berfokus kepada representasi terhadap fenomena sosial (Bungin, 2007:53). Pada penelitian kualitatif, bagian yang terpenting adalah menentukan informan kunci menggunakan purposive sampling yaitu dilakukan secara sengaja dengan memiliki bebrapa keriteria (Bungin, 2007:54). Sedangkan prosedur pemilihan sampel itu sendiri melalui tiga tahapan, yang dikenal dengan teknik snowball sampling yaitu: 1) pemilihan sampel awal (informan kunci), 2) pemilihan

13 sampel lanjutan. 3) menghentikan pemilihan sampel lanjutan jika sudah tidak terdapat variasi informasi. Dengan menggunakan teknik snowball sampling ini peneliti memilih informan awal yakni tokoh masyarakat etnis tionghoa Kelurahan Tanjungpinang Kota, mereka akan menunjuk kepada individu lain yang cocok dijadikan informan lanjutan, begitu seterusnya hingga tidak lagi terdapat variasi informasi (jenuh). Dengan demikian, pada penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel (Bungin, 2007:54). 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang. 3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer, data yang penulis peroleh langsung dari sumber asli pada peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Studi Lapangan yang dilakukan langsung di Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang dengan cara melakukan wawancara terhadap subyek penelitian. b. Data Sekunder pengambilan bahan penelitian penulis melalui mediamedia yang ada, online (website, atau blog) maupun offline (buku, UU yang terkait, karya ilmiah, Koran dan lain-lain) yang berkaitan dengan penelitian ini.

14 4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data ialah dengan wawancara yaitu dengan mekanisme pertanyaan yang sudah disusun (terstruktur dan bisa keluar dari konsep jika berkaitan dengan yang diteliti (nonterstruktur) terhadap key informant pemilih dari Kelurahan Tanjungpinang Kota, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang. Dan juga dengan melakukan observasi yaitu dengan melakukan pengamatan tidak berperan serta, hanya mengamati subjek penelitian dari kejauhan. b. Alat Pengumpul Data Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah pedoman wawancara, alat tulis, alat perekam, kamera, dan telepon genggam. 5. Informan Orang yang dimintai informasi dan keterangan untuk penelitian ini dipilih berdasarkan kategori perwakilan sebagai orang yang mengetahui lebih dalam mengenai kondisi masyarakat setempat sebagai key informant yaitu, Tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang. Berikut kriteria informan yang terpilih untuk dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tokoh Masyarakat Formal yaitu terdiri dari : (1) Lurah Kelurahan Tanjungpinang Kota, secara administrasi merupakan pimpinan penyelenggara urusan pemerintahan, pembangunan dan

15 kemasyarakatan sehingga dianggap mengetahui kondisi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota. (2) RT/RW (Rukun Tetangga/Rukun Warga) Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan pertimbangan RT/RW adalah pemimpin lingkungan terkecil yang ada di Kelurahan Tanjungpinang Kota b. Tokoh Masyarakat Informal terdiri dari : (1) Tokoh Agama, dengan pertimbangan Kelurahan Tanjungpinang Kota merupakan wilayah dengan mayoritas terbesar adalah beragama Hindu dan beretnis Tionghoa, sehingga Tokoh agama menjadi salah tokoh sentral yang dekat dan mengetahui kondisi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota (2) Tokoh Pemuda, dengan pertimbangan peran pemuda dalam segala hal khsususnya dunia politik di Kelurahan Tanjungpinang Kota yang aktif mengikuti organisasi kepemudaan dan organisasi lainnya seperti kepengurusan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Tanjungpinang, sehingga peneliti anggap Tokoh pemuda mampu menjawab permasalahan yang akan peneliti bahas selanjutnya Teknik Analisa Data Analisa data yang digunakan menganalisa data-data yang didapat dari penelitian adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

16 1. Mengumpulkan, serta menyusun data yang terkumpul, baik data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari wawancara menjadi bentuk teks. 2. Melakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan. 3. Mengklasifikasikan berdasarkan beberapa tema sesuai dengan fokus kajian penelitian. 4. Mengidentifikasi temaz secara umum dari data yang terkumpul. 5. Membuat Kesimpulan. ANALISA DATA A. Faktor Psikologis Faktor psikologis untuk mengetahui penyebab golput yang dilihat dari kepribadian seseorang dan orientasi kepribadian. Hasil wawancara peneliti mengenai presepsi tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota terhadap perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota dalam pemilihan Gubernur Provinsi Kepri tahun 2015, salah satunya mengarah kepada aspek psikologis yaitu yang dilihat dari kepribadian seseorang dan orientasi kepribadian seperti yang dikemukakan Tokoh Pemuda Etnis Tionghoa (Mantan Wakil Ketua INTI dan Humas PSMTI Kota Tanjungpinang) yakni Wison SE : Berbicara masalah golput, kecenderungan masyarakat disini memang kurang antusias, masih ada yang tidak perduli dengan pemerintah atau politik, lebih memilih berlibur keluar kota, bahkan sehari menjelang pemilihan, ada bahkan banyak yang sudah pergi meninggalkan Kota Tanjungpinang. Hal tersebut terjadi karena mereka merasa tidak terlibat dengan dunia politik sehingga rasa tanggung jawab kepada hak mereka untuk memilih itu masih kurang. Sosialisasi berjalan mulai

17 ditingkat RT/RW hingga KPU, tapi masyarakat ada yang tidak mau ikut, masa harus kita paksa. ( Pukul di Jalan Merdeka No. 81). Sama halnya seperti yang disampaikan oleh Bapak Musin sebagai Ketua RT 3/RW IX selama empat puluh (40) tahun : Kalau pemilihan yang pergi orangnya itu-itu saja, pileg maupun pilgub yang milih yang itu-itu saja lah, ada yang tidak mau milih karena banyak yang tidak mengerti tentang politik, padahal jaman udah berubah, udah tidak seperti dulu tidak bebas, sekarang sudah bebas tapi masyarakat masih ada yang tidak mau milih, karena merasa politik itu bukan keseharian mereka. ( Pukul di Jalan Pelantar I). Lebih lanjut Bapak Musin mengatakan: Karena bukan keseharian mereka, mereka merasa tidak terlibat dengan politik. Sehingga kebijakan pemerintah dianggap tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mereka. Mereka buka toko, ada usaha masing-masing jadi kebijakan apapun dari pemerintah mereka tidak terlalu mengerti jadi tidak ada urusan buat mereka ( Pukul di Jalan Pelantar I). Keseluruhan kesimpulan hasil wawancara penulis terhadap tokoh masyarakat Kelurahan tanjungpinang Kota, memilki perbedaan yang beragam memandang perilaku tidak memilih Kelurahan Tanjungpinang Kota secara psikologi yakni dengan melihat orientasi kepribadian seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat dilihat kurangnya antusias masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, karena kurangnya pendidikan politik serta kesadaran politik ditandai dengan kejenuhan dalam memilih, namun dalam hal ini kejenuhan yang beralasan ketika mereka merasa tidak ada perubahan yang berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat. Oleh karena itu, hasil

18 analisa penulis terhadap persepsi tokoh masyarakat tersebut, faktor psikologis cukup berperan dalam melatarbelakangi perilaku tidak memilih (golput) masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota. B. Faktor Sistem Politik Pemilih melakukan protes terhadap sistem politik dan sistem pemilu terutama kecewa dengan kebijakan dan implementasi dari pemerintah. Dari hasil penelitian di lapangan penulis melalui wawancara terhadap beberapa tokoh masyarakt di Kelurahan Tanjungpinang Kota faktor sistem politik juga sebagai salah satu yang mempengaruhi pilihan politik masyarakat kelurahan Tanjungpinang Kota untuk memilih golput karena merasa kecewa terhadap implementasi kebijakan pemerintah seperti yang dikemukakan oleh Ketua RT 3/RW 3 Bapak Minarso : Salah satu permasalahan yang sering terjadi disini itu air bersih. Air bersih itu sulit sekali disini, kami udah sering melapor ke pejabat pemerintahan tapi tidak ada tanggapan, meskipun sekarang sudah lebih baik dari dulu (2/3 tahun sebelumnya) tapi masalah air ini masih jadi masalah kami disini. Kami tidak minta apa-apa, tidak minta uang tau apa, kami hanya ingin air bersih karena semuanya butuh air, pemerintah provinsi maupun kota apalagi pemerintahan di pusat perubahan tidak begitu kami rasakan ( Pukul di Jalan Plantar 3). Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Tokoh Pemuda Etnis Tionghoa (Mantan Wakil Ketua INTI dan Humas PSMTI Kota Tanjungpinang) yakni Wison SE : Perparkiran yang sekarang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat disini, kami sudah sering menyampaikan unek-unek ingin perparkiran seperti dulu yaitu parkir serong namun pandangan kami tidak diterima, masukan kami dianggap masukan seperti tidak

19 berpendidikan. Meskipun untuk kepentingan bersama, tapi seharusnya ada kearifan lokal dengan melihat apa yang masyarakat disini butuhkan dengan mencari solusi sama-sama. ( Pukul di Jalan Merdeka No. 81). Kesimpulan dari hasil wawancara penulis tersebut mengenai pesepsi Tokoh Masyarakat kelurahan Tanjungpinang Kota, yaitu melihat adanya rasa kecewa masyarakat tersebut wajar ketika masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota merasa apa yang mereka inginkan tidak terealisasi dengan baik oleh pemimpin-pemimpin yang mereka pernah pilih. Menurut persepsi Tokoh Masyarakat, Masyarakat kelurahan Tanjungpinang Kota hanya melihat kepada tokoh atau sosok yang dapat mengatasi masalah mereka. Dalam hal ini, tidak hanya di kelurahan Tanjungpinang Kota yang mayoritas masyarakat beretnis tionghoa saja yang akan menilai pilihan politiknya seperti itu, namun seluruh masyarakat pribumi pun juga pasti akan berfikir yang sama. Menggunakan rasionalisasi pemikirannya dalam menentukan sikap untuk memilih pemimpin selanjutnya. C. Faktor Kepercayaan Politik Faktor kepercayaan politik mengetahui penyebab golput yang melihat dari ketidakpercayaan terhadap saluran politik dalam bentuk kandidat atau partai politik. Ketidakpercayaan terhadap janji politik tersebut disampaikan oleh Bapak Musin sebagai Ketua RT 3/RW IX selama empat puluh (40) tahun : Kecewa sama janji politik itu sudah biasa. Dari dulu katanya mau memperbaiki saluran air yang selama ini masyarakat disini kesulitan air bersih, tapi berganti pemimpin ya hasil begini-begini saja, masyarakat

20 disini masih kesulitan air juga. ( Pukul di Jalan Pelantar I). Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan persepsi tokoh masyarakat terhadap perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni kepercayaan terhadapa janji politik calon-calon pilkada berkurang, bukan karena latarbelakang kesamaan etnis, tetapi lebih kepada kepercayaan yang dipusatkan kepada sosok yang mampu bekerja tidak hanya mengumbar janji tapi bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak adanya kedekatan antara kandidat dan masyarakat juga menjadi salah satu faktor seperti yang dikemukakan oleh Ibu Lurah Kelurahan Tanjungpinang Kota, Ibu Vinna Saktiani, S.IP : Salah satu faktor masyarakat Kelurahan Tanjungpinang tingkat presentasi pemilihnya rendah yaitu karena tidak adanya kedekatan dengan figur, figur tidak turun langsung ke Masyarakat, hanya tim sukses yang turun sehingga tidak adanya kedekatan dengan figur maupun partai politik dan mereka beranggapan dunia politik bukanlah dunia mereka, dan dalam pilgub 2015 lalu Pak Sani memperoleh suara tertinggi karena banyak Masyarakat yang tua-tua mengenal Beliau dulu sebagai Walikota Tanjungpinang ( Pukul di Kelurahan Tanjungpinang Kota). Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Ibu Bie Kim Ketua RT 3/RW 2 Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni : Kalau soal figur Saya dan masyarakat saya disini tidak kenal, karena tidak ada sosialisasi pengenalan kandidat oleh figur tersebut secara langsung terhadap kami, masyarakat disini melihat pakai kenal dan ramah Kita pergi datang milih, seperti umpama kita jumpa orang di jalan, bagaimana kita mau menegur atau menyapa orang tersebut jika

21 kita tidak kenal, tentulah kita menegur kalau kita kenal, sama seperti pilgub lalu itu bagaimana kita mau datang milih jika figurnya saja kita tidak kenal, kita tidak dekat ( Pukul di Jalan Bintan No.10). Namun penulis lebih jauh menanyakan mengenai kepemimpinan incumbent Drs. H. Muhammad Sani dan Dr. H. M. Soerya Respationo selama kurang lebih lima tahun kebelakang tetapi tidak mempengaruhi kedekatan Masyarakat Kelurahan Tanjungpinang dengan figur-figur tersebut, seperti yang dikemukan kembali oleh Ibu Bie Kim Ketua RT 3/RW 2 Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni : Mengenal sekedar tau ya kami mendengar sedikit-sedikit adalah dari orang tapi ya tau-tau gitu aja, tidak tau selebihnya karena tidak pernah langsung datang melihat kondisi Masyarakat sini, seperti membantu menyelesaikan masalah banjir di Jalan Bintan ini setiap hujan turun yang merupakan masalah tahun ke tahun tapi tidak ada penanganan ( Pukul Wib di Jalan Bintan No.10) Wawancara Penulis dengan informan diatas dapat disimpulkan bahwa kedekatan emosional partai maupun calon kandidat itu sangat mempengaruhi pilihan politik masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, karena sudah tentu kedekatan emosional itu dibangun dengan salah satunya kedekatan melalui pertemuanpertemuan intens kepada masyarakat Kelurahan Tanjungpinang, namun pertemuan bersolusi tentunya bukan sekedar pertemuan mencari nama semata. Faktor Kepercayaan politik dalam hal ini adalah ketidakpercayaan serta rasa kecewa masyarakat dengan saluran politik maupun kandidat, terasa sesuatu hal yang wajar. Terlihat kejenuhan memilih serta merasa tidak mendapat perubahan yang signifikan dalam kehidupan mereka, seolah menjadi gambaran penyebab masyarakat

22 Kelurahan Tanjungpinang Kota memilih untuk golput seakan menjadi jawaban terbaik mereka atas kekecewaan serta ketidakpercayaan mereka terhadap pemimpin maupun partai politik. D. Faktor Latarbelakang Status Sosial - Ekonomi Faktor ini terbagi lagi ke dalam tiga indikator, yaitu tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Dari hasil temuan di lapangan dan hasil wawancara penulis terhadap informan, faktor latar belakang status ekonomi mempengaruhi perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Musin sebagai Ketua RT 3/RW IX selama empat puluh (40) tahun Pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Orang berpendidikan rendah, tidak tau apa-apa bagaimana mau ikut campur dengan pemerintahan? Apalagi pekerjaan, bekerja itu keharusan kalau tidak bekerja bagaimana mau makan? Kalau tidak ada penghasilan, bagaimana mau sana sini karena tidak ada uang. Semua itu berpengaruh ya. Apalagi orang yang pekerjaannya di dinas-dinas, tentu berbeda kepentingan dengan orang yang bekerja di toko. Cara berfikir orang tentang politik yang kerja di dinas dan di toko tentu berbeda juga. Jadi berbeda pola pikir, berbeda kepentingan berbeda apa yang dilakukan ya wajar-wajar saja lah. ( Pukul di Jalan Pelantar I). Sama seperti yang dikemukakan oleh Ibu Bie Kim Ketua RT 3/RW 2 Kelurahan Tanjungpinang Kota, yakni : Politik kami tidak tau banyak, karena aktifitas kami tidak ada hubungan dengan politik, kami hanya bekerja seperti ini (bekerja sebagai pengusaha CV) jadi kami tidak banyak tau tentang politik. ( Pukul Wib di Jalan Bintan No.10)

23 Sukardi : Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Ketua RW IV, yakni Bapak Budi Masyarakat di sini seperti yang kita ketahui, banyak latar belakang wiraswasta, bekerja ditoko milik keluarga, sehingga untuk masuk ke dunia politik apalagi partai politik itu sulit, hanya sekedar tau lewat pemberitaan di televisi itu ada, tapi untuk mengetahui secara langsung atau mengikuti secara langsung itu tidak ada, karena tidak ada hubungannya dengan pekerjaan masyarakat di sini ( Pukul Wib di Jalan Merdeka). Hasil wawancara penulis diatas dengan tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa, persepsi mereka terhadap latar belakang masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota yang sudah lekat dengan lingkungan sosial ekonomi secara turun temurun, sehingga mereka merasa partai politik bukanlah dunia mereka dan tidak berdampak apa-apa terhadap keseharian mereka sebagai berwiraswasta, sehingga wajar tidak ada ikatan secara emosional dengan berbagai macam pendapat serta keyakinan yang berbeda pula sesuai dengan latar belakang status ekonomi sosial masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota. A. Kesimpulan Persepsi sering kita artikan sebagai cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Cara pandang tersebut dapat berupa sesuatu yang positif atau negatif yang berbeda pada setiap orang. Dikatakan berbeda, karena setiap orang memiliki pengalaman dan pemikiran yang berbeda sehingga persepsi yang dihasilkan pada setiap orang akan berbeda. Sama halnya dengan persepsi tokoh masyarakat (formal maupun informal)

24 perbedaan latar belakang pengalaman tentu akan menghasilkan pemikiran yang berbeda. Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial, berpengaruh, dan dihormati di lingkungan sosialnya sehingga perbedaan tersebut memunculkan pemahaman Tokoh Masyarakat mengenali calon pemilih dengan alasan dan faktor yang berbeda pula mengenai penyebab seseorang tidak memilih suatu partai atau kandidat yang ikut dalam kontestasi politik. Dari hasil penelitian penulis, tokoh masyarakat Kelurahan Tanjungpinang kota, mempersepsikan penyebab munculnya golongan putih golput oleh faktor psikologis, sistem politik, kepercayaan politik, dan latar belakang status ekonomi sosial cukup berperan mempengaruhi pilihan politik. Faktor yang pertama adalah faktor psikologis, dimana ada dua indikator yakni kepribadian seseorang yang dapat dilihat dengan tidak adanya rasa tanggung jawab, acuh, ataupun sakit dan orientasi kepribadian yang dapat dilihat dengan salah satunya aktifitas politik tidak memberikan kepuasan bagi mereka (dapat dilihat dengan sikap tokoh masyarakat yang mempersepsikan tidak adanya perubahan dari aktifitas memilih tersebut, seperti kebijakan yang tidak terlalu dirasakan). Faktor selanjutnya yang dipersepsikan oleh tokoh masyarakat sebagai faktor yang berperan dalam memilih tidakan golput adalah adalah faktor sistem politik hal tersebut ditunjukan oleh dengan rasa kekecewaan Tokoh Masyarakat kepada pemimpin, memilih atau tidak dirasa tidak membawa perubahan yang berarti seperti banyaknya masalah yang masih sering terjadi seperti masalah banjir di jalan Bintan dan Pelantar II, dan III, kekurangan air bersih disetiap pelantar dan jalanan yang

25 rusak di tiap-tiap gang seperti di jalan pasar ikan dan sistem perparkiran pararel yang dianggap semakin menyempitkan lahan parkir untuk mereka. Masalah yang terjadi tersebut ada setiap tahun dan setiap berganti pemimpin, namun tidak ada perubahan sehingga menjadikan alasan atau faktor yang mempengaruhi pilihan politik seseorang. Faktor selanjutnya yang cukup berperan yakni karena faktor kepercayaan politik. Dari hasil wawancara penulis pada informan kunci, yakni tokoh masyarakat. Memudarnya kepercayaan masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota terhadap janji politik kandidat, dan kurangnya kedekatan emosional seseorang terhadap partai maupun kandidat juga menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku tidak memilih seseorang. Faktor terakhir yang cukup berperan mempengaruhi pilihan politik seseorang untuk golput yakni faktor latar belakang status ekonomi sosial dengan indikator pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Dari hasil wawancara penulis pada informan kunci, yakni tokoh masyarakat. Latar belakang status sosial ekonomi dilihat dari pendidikan, pendapatan serta pekerjaan memiliki ruang tersendiri, yakni masyarakat etnis tionghoa, tidak terbiasa dengan hal-hal atau kegiatan politik, Dengan pekerjaan mengurus rumah tangga dan karyawan swasta secara turun temurun adalah berwiraswasta sehingga keseharian masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota dengan mayoritas etnis tionghoa tersebut jauh serta cenderung tertutup dari dunia politik.

26 B. Saran / Kritik Tokoh masyarakat adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial, berpengaruh, dan dihormati di lingkungan sosialnya. Pemahaman Tokoh Masyarakat yang peduli dan tinggi terhadap dunia politik tersebut, menjadikan alasan penulis tertarik untuk menggali secara lebih mendalam penyebab perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan harapan Tokoh Masyarakat dapat mencerminkan persepsi masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota yang tidak menggunakan hak pilihnya. Legalitas seorang pemimpin yang menjadi Kepala pemerintahan pun kedepan akan menjadi sesuatu yang dipertanyakan secara sosial jika pemilih semakin tahun ke tahun semakin menurun. Untuk itu, berdasarkan beragam persepsi tokoh masyarakat terhadap perilaku tidak memilih masyarakat Kelurahan Tanjungpinang Kota, dapat menjadi masukan kepada penyelenggara pemilihan umum untuk lebih meningkatkan sosialisasi secara berkelanjutan untuk bisa memberikan peluang baru untuk mereka membuka diri dengan dunia politik, karena tentu tidaklah mengubah orientasi kpribadian seseorang yang sudah terbentuk sejak lahir. Selanjutnya kepada Partai Politik untuk lebih dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak hanya baru, tetapi memiliki integritas serta komitmen untuk mengembalikan rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin dan partai politik selanjutnya.

27 DAFTAR PUSTAKA Asshiddiqie, Jimly. Konsolidasi Naskah UUD 1945 setelah perubahan keempat, Depok: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Budiman, Arief. Kebebasan, Negara, Pembangunan (Jakarta: Pustaka Alvabet, Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Putra Grafika Erfiza. Political Explore. Bandung: Alfabeta, Irtanto, Dinamika Politik Lokal: Era Otonomi Daerah. Jakarta: Grafindo Prihatmoko, J. Joko Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang : LP Pemilihan Kepala Daerah Langsung. LP3M. Universitas Wahid Hasyim. Semarang. Khaeruman, Badri dkk, Islam dan Demokrasi Menungungkap Fenomena Golput Jakarta: PT Nimas Multima, Rahman, A Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu Rush, Michael dan Phillip Althop Pengantar Sosiologi Politik (Terjemahan Kartini Kartono), Jakarta: Rajawali Suyanto, Djoko, dkk Evaluasi Pemilukada dari prespektif Ketahanan Nasional. Jakarta:Konpress Sy, Pahmi Politik Pencitraan. Gaung Persada Pers. Jakarta Varma, S.P Teori Politik Modern. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

28 Dokumen Profil Kelurahan Tanjungpinang Kota Tahun 2015 Data Rekapitulasi Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2015 Kota Tanjungpinang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan

Lebih terperinci

BAB III DATA RESPONDEN

BAB III DATA RESPONDEN BAB III DATA RESPONDEN A. JENIS KELAMIN RESPONDEN Penelitian ini sebagian besar mengambil kelompok laki-laki sebagai responden. Dari 8 responden yang diwawancarai dan yang ikut FGD, terdapat orang responden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Untuk menganalisis mengapa masyarakat memilih tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilkades (golput) diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat yang diselenggarkan secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil guna menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN Oleh: PUSAT STUDI DEMOKRASI DAN HAM ( PuSDekHAM ) FISIP UNISDA LAMONGAN 2015 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI....2 PENGANTAR..3 METODE....5 TEMUAN.6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung. Faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara yang demokrasi. Secara teoritis pemilihan umum di anggap merupakan tahap paling awal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Pada bagian ini akan dipaparkan gambaran tentang partisipasi politik penyandang disabilitas di Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto dalam Pilkada 2015. Hasil penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 tahun ke atas atau telah menikah. Responden tersebut telah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA SERENTAK PEMILIHAN GUBERNUR 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI KOTA TANJUNGPINANG JURNAL

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA SERENTAK PEMILIHAN GUBERNUR 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI KOTA TANJUNGPINANG JURNAL PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA SERENTAK PEMILIHAN GUBERNUR 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI KOTA TANJUNGPINANG JURNAL OLEH : MIRNA SYAFNI AGUSTIA 120563201098 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Daftar Informan. Waktu. Tanggal 1 Novemvber 2016 pukul WIB. Tanggal 1 November WIB

LAMPIRAN. Daftar Informan. Waktu. Tanggal 1 Novemvber 2016 pukul WIB. Tanggal 1 November WIB LAMPIRAN Daftar Informan No. Daftar Informan Tanggal dan Waktu Topik Wawancara 1. Sutanto Nugroho (Pendiri Relawan Jas Merah) 2. Rajut Sukasworo, S.E. (Ketua Suharsono center) 3. Heru Jaka Widada (Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berakhirnya masa jabatan Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia maka dimulai jugalah acara pesta demokrasi pemilihan umum untuk presiden

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA ejournal Ilmu Pemerintahan, 5 (3) 2017: 1003-1012 ISSN 2477-2458(online), ISSN 2477-2631(Cetak),ejournal.ipfisip-unmul.ac.id Copyright 2017 STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. 31 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pemilihan tipe penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk melakukan pengukuran

Lebih terperinci

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 Paska Munaslub : Golkar Perlu Branding Baru? Paska Munaslub dengan terpilihnya Setya Novanto (Ketum) dan Aburizal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara langsung dapat berlangsung tertib dan lancar. Animo masyarakat yang besar atas pesta demokrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini merupakan salah satu saran penyampaian aspirasi rakyat yang paling

Lebih terperinci

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG PROSES POLITIK PEREKRUTAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF PERIODE TAHUN 2014-2019 ( Studi di Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kabupaten Jombang ) SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan politiknya termasuk di dalamnya untuk turut berpatisipasi memberikan suaranya

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan Kabupaten/ Kota berdasarakan Pancasila dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu ciri dari demokrasi yang digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilihan umum dianggap penting dalam proses dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang-

I. PENDAHULUAN. kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang- Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Design-Layout

TIM PENYUSUN. Pengarah. Design-Layout 1 Photo Book KPU_dummy.indd 1 21/12/2015 3:44:26 PM TIM PENYUSUN Pengarah Husni Kamil Manik Ida Budhiati, SH., MH Sigit Pamungkas, S.IP., MA Arief Budiman, S.S., S.IP., MBA Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang pelaksanaannya dapat

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014

Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014 Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi LSI DENNY JA Oktober 2014 Legacy SBY di Bidang Politik dan Demokrasi Selamat Jalan Presiden SBY. Selamat datang presiden baru Joko Widodo. Selama 10 tahun menjabat

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kabupaten Luwu Utara Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan wilayah penelitian dimana wilayah penelitian ini berada di Kabupaten Luwu Utara Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dikarenakan dari 4 Kabupaten/Kota di DIY. yang memiliki basis masa tidak sebanyak partai pesaingnya.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dikarenakan dari 4 Kabupaten/Kota di DIY. yang memiliki basis masa tidak sebanyak partai pesaingnya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bantul, peneliti menentukan Kabupaten Bantul sebagai lokasi penelitian dikarenakan dari 4 Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gelombang Demokrasi abad 21 melanda berbagai Negara dibelahan dunia termasuk Indonesia. Diambilnya prinsip demokrasi oleh Indonesia sebagai sebuah konsep suci

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar demokrasi sebagai wahana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2 Oleh Dadang Juliantara Kalau (R)UU Kebudayaan adalah jawaban, apakah pertanyaannya? I. Tentang Situasi dan Kemendesakkan.

Lebih terperinci

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh:

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh: LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh: KPU Kabupaten Tegal bekerja sama dengan Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum legislatif sebagai agenda demokrasi yang telah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum legislatif sebagai agenda demokrasi yang telah dilaksanakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum legislatif sebagai agenda demokrasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 April oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah berakhir Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pertama ini, peneliti akan memberikan paparan mengenai latar belakang permasalahan dan fenomena yang terkait. Selanjutnya, peneliti akan memaparkan rumusan masalah berupa pertanyaan

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh : PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh : Topan Umboh Abstrak Partsipasi politik politik pemula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan konsep sumber daya, maka peneliti dapat mendeskripsikan kesimpulan sebagai berikut : sumber daya yang menjadi faktor kekalahan dari caleg perempuan adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci