RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO)."

Transkripsi

1 RINGKASAN NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). Pasar modal merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan pemilik dana dan pengguna dana. Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak kegiatan perekonomian yang sehat. Para pemodal menggunakan pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan penghasilan. Pasar modal merupakan alternatif untuk menghimpun dana dan investor memiliki banyak pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko yang akan dihadapi. Salah satu pilihan investasi di pasar modal yaitu saham perbankan. Hampir semua bank telah tercatat di bursa efek seperti Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, Bank Pan Indonesia (Panin), Bank Permata dan lain-lain. Bank-bank ini termasuk ke dalam 12 bank teratas di Indonesia dan juga termasuk saham yang aktif di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Setiap aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor tidak pernah terlepas dari risiko investasi saham begitu juga pada saham perbankan. Risiko investasi pada saham perbankan diakibatkan oleh fluktuasi dari harga saham perbankan. Sehingga investor tidak dapat memastikan tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat risiko saham yang akan ditanggung oleh investor pada saham perbankan (tujuh bank). Pada penelitian ini untuk menentukan besar risiko pada saham perbankan dapat dilakukan dengan menggunakan Konsep Model Indeks Tunggal atau Model Pasar. Model ini diolah dengan cara regresi sederhana yang merupakan hubungan antara return pasar dan return saham individu (perbankan). Dan beta yang merupakan koefisien dari return pasar sebagai indikator dari risiko investasi saham. Jika nilai beta lebih besar1 menandakan risiko investasi cukup besar, jika beta lebih kecil1 menandakan risiko investasi saham kecil. Data yang digunakan adalah indeks harga saham bulanan dari Bank BII, Bank BNI, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, Bank Panin, Bank Permata, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan. Periode waktu yang digunakan yaitu dari tahun 1998 hingga tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Bank BII, Bank Lippo dan Bank Panin mempunyai indeks beta lebih besar dari satu dan ini berarti risiko saham pada bank ini cukup besar. Maka investor yang sesuai untuk melakukan investasi adalah investor risk seeker. Sedangkan nilai beta yang diperoleh pada Bank BNI, Bank Niaga dan Bank Permata menunjukkan angka di bawah satu, maka risiko investasi saham pada bank ini kecil. Investor yang akan melakukan investasi pada saham ini adalah investor risk averse. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka saran yang dapat diberikan yaitu untuk investor yang akan melakukan investasi pada saham

2 perbankan (Bank BII, Bank Lippo dan Bank panin) perlu mempertimbangkan kemungkinan terburuk (kerugian) yang akan terjadi di masa datang. Kemudian ketersediaan informasi yang lebih lengkap mengenai kinerja perusahaan yang terdaftar di bursa efek dan kondisi sosial-politik-ekonomi Indonesia merupakan hal penting bagi investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Untuk penelitian selanjutnya yaitu rentang waktu penelitian diperpanjang dan dapat menambahkan saham perbankan yang lain, atau menambahkan faktor-faktor penyebab risiko investasi saham.

3 ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN (STUDI KASUS PADA TUJUH BANK DI INDONESIA) Oleh NILA SARI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nila Sari Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Risiko Saham pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP Tanggal Kelulusan:

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2006 Nila Sari H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Nila Sari lahir pada tanggal 21 Desember 1983 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara, dari pasangan Darlis Husin dan Zamarni. Jenjang pendidikan penulis lalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 36 Limo Balai, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN I IV Angkat Candung dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN I IV Angkat Candung dan lulus pada tahun Pada tahun 2002 penulis meninggalkan kota kelahiran untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan dengan harapan dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikiran serta menambah wawasan yang berguna bagi masa depan penulis. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM, Forum Mahasiswa Islam (FORMASI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FEM.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dosen, keluarga dan teman-teman. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Nunung Nuryartono yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Sri Hartoyo yang telah menguji karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fifi D. Thamrin, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Penulis juga sangat terbantu oleh dukungan teman-teman yang selalu memberikan semangat dan menghibur penulis dikala sedih. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua serta saudarasaudara penulis. Doa dan dorongan mereka sangat besar dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, September 2006 Nila Sari H

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pasar Modal Karakteristik Saham di Pasar Modal Jenis-Jenis Indeks di BEJ Investasi dan Pemodal Risiko Investasi Saham Perbankan di Pasar Modal Kerangka Pemikiran Hipotesis III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Umum Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji t (Uji Parsial) Uji F (Uji Serempak) Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Metode Penelitian Menentukan Risiko Saham... 31

9 3.3. Keterbatasan Penelitian IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Pasca Perang Dunia II Era Pra Deregulasi ( ) Era Deregulasi ( ) Perkembangan Saham Perbankan Bank Niaga Bank BII Bank Panin Bank Permata Bank Lippo Bank BNI Bank Danamon V. ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA SAHAM PERBANKAN Hasil Estimasi Model Uji Heteroskedastisitas dan Autokorelasi Analisis Risiko (beta) VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Indikator Kinerja 12 Bank Teratas di Indonesia Perdagangan Saham 1999 sampai Perkembangan Saham Bank Niaga Tahap-tahap Bank Panin Masuk ke Bursa Hasil Analisis Regresi dari Tujuh Bank Indeks Beta... 49

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Harga Saham Bank Penggambaran Beta Menunjukkan hubungan return saham dan return pasar Kerangka Pemikiran Perkembangan Jumlah Perusahaan Harga Saham Bank Danamon Harga Saham Bank Indeks Saham Bank... 46

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Olahan Bank BII Hasil Olahan Bank BNI Hasil Olahan Bank Danamon Hasil Olahan Bank Lippo Hasil Olahan Bank Niaga Hasil Olahan Bank Panin Hasil Olahan Bank Permata Data Harga Saham... 58

13 DAFTAR ISTILAH 1. Saham : Surat tanda kepemilikan suatu kekayaan. 2. Obligasi : Surat tanda hutang. 3. Waran : Opsi untuk membeli saham. 4. Right : Tanda bukti untuk pemegang saham lama. 5. Obligasi Konvertibel : Obligasi yang dapat ditukarkan menjadi saham. 6. Opsi : Surat berharga untuk membeli/menjual saham.

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal pada dasarnya merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan antara pemilik dana (dalam hal ini disebut pemodal/investor), dan pengguna dana (dalam hal ini disebut emiten/perusahaan masuk bursa). Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga pada akhirnya dapat memaksimalkan penghasilan. Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak kegiatan perekonomian yang sehat. Ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, pasar modal akan menjadi alternatif penghimpunan dana, selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas berupa surat tanda utang (obligasi) atau surat tanda kepemilikan (saham), opsi, waran, dan right. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko yang akan dihadapi. Seandainya tidak ada pasar modal, para lenders mungkin hanya dapat menginvestasikan dananya dalam sistem perbankan (selain alternatif investasi pada real assets). Investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik lain, yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan dengan itu, melalui mekanisme yang ada di pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien (Husnan, 1998). Perbankan dan pasar modal merupakan dua unsur yang memegang peranan sangat penting dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara.

15 2 Kedua unsur ini memiliki karakteristik yang sama yaitu rentan terhadap perubahan yang terjadi seperti bidang sosial, politik, dan keamanan baik yang terjadi di dalam maupun di luar negeri (Suta, 2000). Bank, khususnya bank umum sebagai badan usaha yang tugas pokoknya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dapat bertindak sebagai pelaku pasar modal. Perbankan yang terlibat dalam pasar modal harus melakukan penawaran umum/go public, yaitu dengan menjual sahamnya ke masyarakat umum. Investor yang tertarik menanamkan modalnya di sektor perbankan dengan membeli saham perbankan tidak terlepas dari risiko investasi saham. Dalam membuat keputusan investasi, sebenarnya investor tidak mengetahui tingkat keuntungan instrumen investasinya secara pasti. Ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya risiko dalam setiap aktivitas investasi. Risiko investasi harus diperhitungkan secara tepat ketika individu memilih instrumen investasi untuk menghindari kerugian. Dalam kondisi normal, risiko investasi dapat diprediksi melalui kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan juga tercermin dalam harga sahamnya (Sulistyastuti, 2002). Hampir semua bank yang ada di Indonesia telah mencatatkan sahamnya di BEJ, seperti Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank Lippo, Bank Mandiri, dan Bank BCA. Kesemua bank ini termasuk saham yang aktif di BEJ dan juga termasuk ke dalam 12 bank teratas pada tahun 2005 (BEJ, 2005). Saham yang aktif di bursa menunjukkan minat investor yang tertarik terhadap saham perusahaan tersebut, karena investor

16 3 mengharapkan tingkat keuntungan yang lebih besar, sehingga sering terjadi transaksi perdagangan saham. Tidak semua bank yang dibahas dalam penelitian ini, hanya terbatas pada bank yang telah tercatat di BEJ sejak tahun Bank tersebut adalah Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, dan Bank Lippo. Tabel 1.1. Indikator Kinerja 12 Bank Teratas Tahun 2005 No Banks Asset Profit (PBT) Deposits Loan CAR 1 Bank Mandiri % 2 BCA % 3 BNI % 4 BRI % 5 Danamon % 6 BII % 7 Niaga % 8 Permata Bank % 9 Panin Bank % 10 Citibank % 11 BTN % 12 Lippobank % Keterangan: Juni 2005 (triliyun rupiah). Sumber: BEJ, Perumusan Masalah Konsekuensi logis yang dihadapi ketika memutuskan untuk melakukan investasi adalah unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya. Pada dasarnya, ada dua unsur yang melekat pada setiap modal atau dana yang diinvestasikan, yaitu hasil (return) dan risiko (risk) (Sulistyastuti, 2002). Dengan demikian, analisis mengenai risiko dan hasil menjadi sangat kritis karena setiap investor tidak hanya berkepentingan terhadap besarnya tingkat keuntungan yang akan diterima dari suatu investasi, tetapi juga besarnya tingkat penyimpangan

17 4 keuntungan tersebut dari yang diharapkan. Ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diterima investor dapat diakibatkan oleh fluktuasi harga saham. Untuk mengambil keputusan investasi, investor harus benar-benar melakukan evaluasi terhadap jenis saham yang akan dibeli. Informasi yang disampaikan oleh emiten lazimnya masih berupa informasi yang perlu dianalisis dan diinterpretasikan sebelum menjadi dasar pengambilan keputusan investasi (Husnan, 1998). Pasar modal yang fair, teratur, dan efisien memberikan perlindungan kepada investor terhadap praktik bisnis yang tidak sehat, tidak jujur, atau bentukbentuk manipulasi lainnya. Investor perlu mengamati fluktuasi harga saham berdasarkan laporan keuangan emiten, penawaran dan permintaan pasar, tingkat suku bunga, dan faktor-faktor lain (Husnan, 1998). Selain itu, investor berhak mengetahui bahwa harga di bursa benar-benar merupakan harga hasil proses permintaan dan penawaran yang fair. Jika merupakan harga yang dimanipulasi, harga tersebut bukanlah parameter investasi yang tepat Jan-98 Jan-99 Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05 Jan-06 rupiah danamon bii permata bni panin niaga lippo periode Sumber: BEJ. Gambar 1.1. Harga Saham Bank

18 5 Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa harga saham dari ketujuh bank tersebut cukup berfluktuatif, terutama pada harga saham Bank Danamon yang meningkat sangat besar dari harga Rp 500-an pada tahun 2003 hingga mencapai Rp 5000-an pada tahun Sedangkan pada bank lain, fluktuasi harga saham berkisar di bawah Rp 2000,-. Fluktuasi harga saham pada saham perbankan ini akan menentukan tingkat risiko yang akan ditanggung oleh investor yang melakukan investasi pada saham ini. Oleh karena itu, permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: Berapakah tingkat risiko investasi saham yang akan ditanggung oleh investor dari masing-masing bank? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko investasi saham perbankan yang akan ditanggung oleh investor dari masing-masing bank Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para investor, emiten, pemerintah dan masyarakat. Bagi para investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan analisis keputusan investasi di pasar modal. Bagi para emiten, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bila akan memasuki pasar modal. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai karakteristik tingkat risiko saham.

19 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Modal Menurut kamus lengkap ekonomi (Collins,1994) stock exchange atau stock market (bursa efek/pasar efek) adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek (stock) atau saham (shares) perusahaan serta obligasi pemerintah. Secara formal pasar modal dapat didefenisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 1998). Instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal diantaranya saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek adalah Bursa Efek. Aktivitas jual beli saham di bursa dilakukan dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa tersebut, dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung, tetapi harus melalui anggota bursa di bursa efek.

20 7 Bursa efek melakukan dua fungsi utama menurut kamus lengkap ekonomi (Collins, 1994) yaitu: 1. Sebuah pasar primer/penerbitan baru dimana modal untuk investasi dan tujuan-tujuan lain dapat ditingkatkan melalui penerbitan efek-efek baru, saham dan obligasi. 2. Sebuah pasar sekunder untuk melakukan perdagangan di masa depan yang mempermudah pengalihan surat-surat berharga dari penjual ke pembeli. Perusahaan harus melakukan penawaran umum sebelum dicatat di bursa efek. Penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Setiap manajemen perusahaan atau perbankan memiliki pertimbangan masing-masing hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan penawaran umum di pasar modal. Manajemen perusahaan umumnya mempertimbangkan beberapa tujuan berikut untuk memilih alternatif pembiayaan melalui pasar modal (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). Tujuan non finansial a. Meningkatkan profesionalisme. b. Mengurangi pemilikan internal (untuk saham). c. Pemasaran perusahaan. d. Adanya akses (privilege) perusahaan. e. Meningkatkan kepercayaan berbagai pihak pada perusahaan.

21 8 f. Kondisi khusus sesuai kebutuhan perusahaan. Tujuan finansial a. Meningkatkan modal perusahaan (untuk emiten saham). b. Meningkatkan dana substansial perusahaan. c. Meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan perusahaan. d. Memperbaiki stuktur keuangan perusahaan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), manfaat dari penawaran umum saham/go public adalah: a. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. b. Biaya go public relatif murah. c. Proses relatif mudah. d. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan. e. Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen. f. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme. g. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial. h. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media promosi) secara gratis. i. Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham.

22 Karakteristik Saham di Pasar Modal Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa/common stock. Beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001) yaitu: a. Kemampuan dalam hak tagih atau klaim 1. Saham Biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 2. Saham Preferen (preferred stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. b. Cara peralihan saham 1. Saham Atas Unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2. Saham Atas Nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

23 10 c. Kinerja perdagangan saham 1. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income Stock, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. 3. Growth Stock (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten. 4. Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten

24 11 seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat (consumer goods). Saham bursa efek yang dijual secara lelang oleh bursa efek terdiri dari tiga kategori (BEJ, 2005): 1. Kategori A adalah saham bursa efek yang belum dikeluarkan atau telah dibeli kembali oleh bursa efek. 2. Kategori B adalah saham bursa efek yang dimiliki pihak yang bukan anggota bursa efek dalam jangka waktu tidak lebih dari 90 hari dan ditawarkan untuk dijual atas permintaan pihak dimaksud melalui lelang. 3. Kategori C adalah saham bursa efek yang dimiliki oleh pihak yang bukan anggota bursa efek lebih dari 90 hari sejak pihak tersebut tidak lagi menjadi anggota bursa efek Jenis-Jenis Indeks di BEJ Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Lima jenis indeks yang terdapat di Bursa Efek Jakarta (Darmadji dan Fakhruddin, 2001) yaitu: 1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. a. Perhitungan indeks ini menggunakan prinsip yang sama dengan IHSG, yaitu: Harga Pasar x 100 Harga Dasar

25 12 b. BEJ memberi angka dasar Indeks Harga Saham Individual (IHSI) 100 ketika saham diluncurkan pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan perubahan pasar. 2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor, yaitu: a. Sektor-sektor primer - Pertanian - Pertambangan b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) - Industri Dasar dan Kimia - Aneka Industri - Industri Barang Konsumsi c. Sektor-sektor tersier (jasa) - Properti dan Real Estate - Transportasi dan Infrastuktur - Keuangan - Perdagangan, Jasa dan Investasi 3. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

26 13 4. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan Danareksa Invesment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariat islam. 5. Indeks Harga Saham Gabungan, menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. Tanggal 10 Agustus 1982 ditetapkan sebagai hari dasar (nilai indeks = 100). IHSG = Nilai Pasar = jumlah saham tercatat x harga terakhir Nilai Dasar = jumlah saham tercatat x harga perdana 2.2. Investasi dan Pemodal Proses penting yang harus dilakukan oleh pemodal dalam hubungannya dengan investasi sekuritas: yaitu a) sekuritas apa yang akan dipilih, b) seberapa banyak investasi tersebut dan c) kapan investasi tersebut akan dilakukan. Sebelum melakukan investasi, investor perlu memperhatikan beberapa langkah dalam proses investasi. Terdapat lima langkah dalam membuat keputusan yang menjadi dasar proses investasi (Husnan, 1998), yaitu: 1. Menentukan kebijakan investasi. Pada tahapan ini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi. Dengan demikian, tujuan investasi harus dinyatakan, baik

27 14 dalam keuntungan maupun risiko. Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi kategori potensial dari aset finansial untuk portofolio. 2. Analisis sekuritas. Analisis meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang termasuk kategori luas dalam aset finansial yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut ialah untuk menaksir risiko setiap sekuritas. 3. Pembentukan portofolio. Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh; preferensi risiko, pola kebutuhan kas dan status pajak. 4. Melakukan revisi portofolio. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Oleh karena itu investor membentuk portofolio baru dengan mengganti beberapa sekuritas dengan sekuritas-sekuritas lain yang sesuai dengan harapan mereka. 5. Evaluasi kinerja portofolio. Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Portofolio tidak selalu memberikan keuntungan yang lebih tinggi

28 15 walau lebih baik dari portofolio lainnya. Faktor risiko perlu dimasukkan, karena itu diperlukan standar pengukurannya. Investor atau pemodal adalah individu atau organisasi yang melakukan tindakan investasi. Pemodal dapat menanamkan modalnya secara langsung atau mengikutsertakan modalnya pada individu atau organisasi lain untuk dikelola Risiko Investasi Saham Memulai suatu kegiatan investasi, disamping mempertimbangkan hasil yang diperoleh, investor harus mempertimbangkan pula besarnya risiko investasi yang akan ditanggung. Risiko investasi harus dipertimbangkan secara tepat karena investor memilih instrumen investasi untuk menghindari kerugian. Dalam kondisi normal, risiko investasi dapat diprediksi melalui kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga sahamnya. Jika aktivitas perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang prospektif maka harga sahamnya akan mengalami kenaikan. Setiap hari indeks harga saham berfluktuasi naik-turun, fluktuasi inilah yang merupakan risiko investasi saham karena menjadikan ketidakpastian tingkat keuntungan (Sulistyastuti, 2002). Risiko investasi saham dapat diartikan sebagai variabilitas dari hasil investasi saham atau suatu penyimpangan dengan hasil investasi saham yang sesungguhnya lebih kecil daripada hasil investasi saham yang semula diharapkan, seperti yang dikemukakan oleh Hampton (1989): Risk may be defined as the likelihood that the actual return from an investment will be less than forecaste return (Widjaya, 2004). Risiko juga dapat diartikan sebaga peluang bahwa

29 16 beberapa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi (Bringham dan Houston, 2001). Jones (1994) mengatakan bahwa sumber risiko investasi dalam saham meliputi risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko keuangan, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara (Widjaya, 2004). Konsep Model Indeks Tunggal menjelaskan bahwa variance tingkat keuntungan (rate of return) terdiri dari risiko unik dan risiko yang berhubungan dengan pasar (Sulistyastuti, 2002). Sesuai penjelasan model tersebut, tingkat keuntungan indeks saham individual dipengaruhi oleh tingkat keuntungan indeks pasar. Indeks pasar dipresentasikan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Untuk menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan investor harus menghitung potensi risiko. Risiko di sini berupa fluktuasi volatilitas tingkat keuntungan indeks saham individual dipengaruhi perubahan IHSG. Sebagaimana dijelaskan dalam Model Indeks Tunggal bahwa risiko investasi saham terdiri dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematik (Sulistyastuti, 2002). Risiko tidak sistematis yang juga risiko unik adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari industri tertentu. Risiko unik disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum, pemogokan, program pemasaran yang sukses, kalah atau menang kontrak (Bringham dan Houston, 2001). Sedangkan risiko sistematik terkait dengan kondisi pasar maka disebut juga risiko pasar. Disebut risiko pasar karena fluktuasi saham disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor-

30 17 faktor tersebut misalnya kondisi perekonomian, faktor ini menyebabkan ada kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama (Husnan, 1998). Risiko pasar juga dapat disebabkan oleh perang, inflasi, resesi, nilai tukar, dan suku bunga yang tinggi (Bringham dan Houston, 2001). Risiko sistematik dihitung dengan beta, yang mengukur risiko pasar yang relevan untuk menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return). Secara sederhana indeks beta dapat diperoleh dengan membandingkan fluktuasi indeks saham individual terhadap fluktuasi IHSG. Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasi beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal atau model pasar. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Persamaan ini tidak lain merupakan persamaan regresi linear sederhana, yang bisa dipecahkan dengan rumus regresi (Husnan, 1998). R i = α i + β i R m + e i (2.1) Adapun R mt = IHSG t IHSG t-1 IHSG t-1 Keterangan: R i R m β i α i : tingkat keuntungan suatu saham, : tingkat keuntungan indeks pasar, : merupakan beta sekuritas ke-i yang diperoleh dari teknik regresi, : intercept,

31 18 e i : residual, IHSG t : IHSG pada waktu t, IHSG t-1 : IHSG pada waktu t-1. Hasil perhitungan tersebut apabila di-plot-kan dalam suatu gambar akan seperti gambar di bawah ini. R it α β R mt Sumber: Husnan, Gambar 2.1. Penggambaran Beta Suatu saham yang memiliki indeks beta = 0 berarti saham tersebut bebas risiko, indeks beta yang normal sebesar 1, jika saham-saham yang memiliki indeks beta kurang dari 1 termasuk kategori saham defensive yaitu jika terjadi perubahan (baik naik ataupun turun) tingkat keuntungan portofolio pasar sebesar 10 persen, maka tingkat keuntungan saham tersebut berubah dengan arah yang sama sebesar kurang dari 10 persen. Saham dengan indeks beta lebih dari 1 disebut saham agresive yaitu kebalikan dari saham defensive (Husnan, 1998). Sedangkan saham-saham yang kategori spekulatif memiliki indeks beta lebih dari 2. Saham-saham yang spekulatif memiliki risiko yang tinggi dan sangat fluktuatif (Sulistyastuti, 2002).

32 19 Return suatu saham β>1 β=1 β<1 Return pasar Gambar 2.2. Menunjukkan hubungan antara return saham dan return pasar. Sumber: Husnan, Mengukur risiko saham tidak hanya berdasarkan nilai beta, tapi juga bisa dengan deviasi standar yang disimbolkan dengan σ dan disebut dengan sigma (Bringham dan Houston, 2001). Semakin kecil deviasi standar, semakin ketat distribusi probabilitas, dan sesuai dengan itu semakin rendah risiko saham. Deviasi standar = σ = n 2 ( ki k) Pi (2.2) i= 1 Keterangan: σ k i : sigma (risiko), : saham, k P i : return saham (tingkat pengembalian), : probabilitas. Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam suatu jenis aset, sudah tentu menginginkan return dengan risiko yang seminimal mungkin. Oleh karenanya, variabel risiko merupakan salah satu variabel yang diperkirakan sangat

33 20 mempengaruhi dalam aktivitas perdagangan saham di pasar bursa dan dapat meningkatkan nilai dari volume saham yang diperdagangkan. Untuk mendapatkan parameter lain sebagai pengukur risiko bagi portofolio yang tidak efisien ataupun saham-saham individual dapat dirumuskan dalam persamaan CAPM (Capital Asset Pricing Model) sebagai berikut (Campbell, 1997): Ε [ R ] = R + β ( Ε[ R ] R ) (2.3) i f im m f Cov[ Ri, Rm ] β im = (2.4) Var[ R ] ( i f m Keterangan: E[R i ] : tingkat keuntungan saham i, m Ε R ) = (1 β ) R + βε( R ) (2.5) R f R m E[R m ]-R f b im : tingkat keuntungan saham bebas risiko, : tingkat keuntungan pasar, : premi risiko, : beta. Hasil beta dari persamaan ini adalah kemiringan garis yang menunjukkan hubungan antara E[R i ]-R f dan E[R m ]-R f. Presentasi gambar beta sama dengan yang ditunjukkan dalam model indeks tunggal Gambar 2.2.

34 21 Beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya (Darmadji dan fakhruddin, 2001): 1. Tidak mendapat dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital loss. Dalam aktivitas perdagangan saham, pemodal tidak selalu mendapatkan capital gain (keuntungan atas saham yang dijual). Adakalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli. Menurut Husnan (1998), sikap pemodal terhadap risiko dapat dikelompokkan menjadi tiga: 1. Risk averse adalah sikap investor yang tidak menyukai risiko. Investor akan berinvestasi pada saham yang tidak berisiko atau memiliki risiko yang kecil. 2. Risk neutral adalah sikap investor yang netral terhadap risiko. 3. Risk seeker adalah sikap investor yang menyukai risiko. Investor akan berinvestasi pada saham yang memiliki risiko yang besar. Pengelolaan risiko pasar pada bank umumnya menerapkan metode Value at Risk (VaR) untuk mengurangi potensi kerugian (BEJ, 2003). Pengelolaan risiko fluktuasi suku bunga menggunakan Interest Mismatch sehingga bank dapat memperkirakan jumlah maksimum risiko yang sensitif terhadap perubahan suku bunga. Kemudian cara lain yang ditempuh bank dalam pengelolaan risiko pasar

35 22 adalah memperbaiki kebijakan perusahaan dan memastikan semua posisi (harga saham) berada dalam batasan selera dan toleransi risiko yang ditetapkan Perbankan di Pasar Modal Beberapa aktivitas perbankan yang terbuka di pasar modal dapat dijelaskan sebagai berikut (Suta, 2000): 1. Bank sebagai emiten. Bank sebagai emiten mempunyai kewajiban untuk mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keuangan, manajemen, harta kekayaan, serta aspek hukumnya kepada masyarakat (full disclosure). Informasi ini harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek yang ditawarkan. 2. Bank sebagai wali amanat. Dalam hal emiten menawarkan obligasi, emiten yang bersangkutan wajib menunjuk wali amanat. Wali amanat merupakan pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas kredit. 3. Bank sebagai agen pembayaran. Peran lain dalam kaitannya dengan fungsi wali amanat, bank juga bertindak sebagai agen pembayaran. Dalam hal demikian, bank tersebut atas nama emiten akan melakukan pembayaran atas bunga dan pokok obligasi kepada pemegang obligasi. Bank bersangkutan beserta kantor-kantor cabang atau cabang pembantu yang ditunjuk sebagai agen pembayaran akan menerima

36 23 penempatan dana dan kuasa dari emiten serta memperoleh imbalan jasa (fee), yang dituangkan dalam perjanjian agen pembayaran. 4. Bank sebagai penanggung. Dalam hal emiten menawarkan obligasi maka emiten yang bersangkutan dapat menunjuk guarantor (penanggung). Penanggung merupakan pihak yang dipercaya untuk menanggung kewajiban emiten kepada para pemegang obligasi atau sekuritas kredit, apabila emiten yang bersangkutan tidak dapat melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pokok dan bunga. 5. Bank sebagai kustodian. Kustodian sebagai salah satu pelaku pasar modal berfungsi memberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek-efek serta jasa lainnya, seperti: menerima bunga, dividen, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemilik efek yang termasuk dalam penitipan kolektif, efek, dana atau harta lain milik nasabah yang disimpan pada kustodian, wajib diadministrasikan secara terpisah dari harta milik kustodian tersebut Kerangka Pemikiran Individu yang memiliki modal dapat melakukan investasi di pasar modal, seperti di Bursa Efek Jakarta. Dalam membuat keputusan investasi, sebenarnya investor tidak mengetahui tingkat keuntungan dari investasinya secara pasti, investor bisa rugi atau untung. Ketidakpastian tingkat keuntungan yang diperoleh investor berkaitan dengan adanya risiko dalam setiap investasi saham yang dapat diakibatkan oleh fluktuasi harga saham. Risiko diukur dengan beta, beta inilah

37 24 yang digunakan sebagai ukuran risiko pasar yang relevan untuk menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan. Secara sederhana indeks beta dapat diperoleh dengan membandingkan fluktuasi indeks saham individual (saham bank) terhadap fluktuasi IHSG, atau teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan hasil sekuritas individu sebagai variabel dependen dan hasil pasar sebagai variabel independen (Sulistyastuti, 2002). Indeks beta dapat membantu investor dalam menentukan pilihan investasi yang akan dilakukan dan dapat disesuaikan dengan kriteria dari investor. Investor Pasar Modal Harga Saham Risk Return Risiko Investasi Saham Sikap investor - Risk averse - Risk neutral - Risk seeker Beta - Return Pasar (IHSG) - Return individu Pilihan Investasi Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran

38 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Beta (koefisien return pasar) dapat memiliki hubungan positif dan negatif dengan return saham individu. 2. Beta merupakan indikator dari risiko saham.

39 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Umum Penelitian Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta (BEJ), situs-situs internet dan referensi perpustakaan. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu IHSG bulanan dan indeks saham individual bulanan dari tujuh bank yaitu Bank BNI, Bank Danamon, Bank BII, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, dan Bank Lippo Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan yaitu teknik regresi sederhana atau lebih dikenal dengan OLS (Ordinary Least Squares) yang merupakan analisis persamaan garis regresi yang hanya melibatkan dua variabel dalam analisa. Periode data yang digunakan dimulai dari tahun Alat analisis menggunakan program Eviews 4.1. Bentuk umum dari regresi sederhana adalah: Dimana: Y : variabel terikat, X : variabel bebas, α : intercept, β : slope, Y = α + βχ + u (3.1)

40 27 u : error atau galat. Dalam melakukan estimasi persamaan linear dengan menggunakan metode OLS maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi, jika asumsi tidak terpenuhi maka tidak menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati, 1995). Asumsi BLUE yaitu: 1. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol. 2. Variansnya tetap (homoskedasticity). 3. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan error term. 4. Tidak ada korelasi serial antara error (no-autocorrelation). 5. Pada regresi linear berganda tidak terjadi hubungan antar variabel bebas (multicolinearity). Untuk merangkum teknik analisa persamaan garis regresi, maka masalah yang akan dibahas mencangkup tiga faktor utama (Gujarati, 1995), yaitu: 1. Perhitungan persamaan garis regresi atau estimasi persamaan garis regresi yang ditujukan untuk melakukan estimasi terhadap variabel terikat (Y) dari nilai-nilai variabel bebas (X) yang ada. 2. Perhitungan yang ditujukan untuk mengukur kemungkinan terjadinya kesalahan dalam melakukan estimasi persamaan regresi maupun peramalannya. 3. Perhitungan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan diantara variabelvariabel tersebut.

41 Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) merupakan ukuran ikhtisar yang mengatakan seberapa baik garis regresi sampel mencocokkan data, atau untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya (Gujarati, 1995). Dua sifat R 2 yaitu: 1. R 2 merupakan besaran non negatif. 2. Batasannya adalah 0 R 2 1. Jika R 2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R 2 bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. r 2 = bσxy (3.2) Σy Uji t (Uji Parsial) Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh pada variabel terikatnya (Gujarati, 1995). Uji dua arah Ho : b1 = b2 =...= bi = 0 H1 : Minimal ada salah satu bi 0 t hitung = b b 1 (3.3) S b S b = s e x 2 i (3.4) S e = y 2 i b n 2 x i y i (3.5)

42 29 Tolak Ho bila t hitung > t α/2 artinya variabel signifikan berpengaruh nyata pada taraf a. Uji satu arah Ho : b1 = b2 =...= bi = 0 H1 : b1 > 0 atau bi < 0 Tolak Ho Bila t hitung > t a artinya variabel signifikan berpengaruh nyata positif atau negatif pada taraf nyata a Uji F (Uji Serempak) Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas secara serentak berpengaruh pada variabel terikatnya (Gujarati, 1995). Ho : b1 = b2 =...= bi = 0 H1 : bi 0 F hitung = 2 R / k 2 (1 R ) /( n k 1) (3.6) Tolak Ho jika F hitung > F a(k,n-k-1) Dimana, k adalah banyaknya variabel bebas Uji Heteroskedastisitas Asumsi regresi linear klasik menganggap bahwa varian error bersifat konstan atau homoskedastisitas. Tetapi pada kenyataannya, varians error tidak konstan untuk setiap observasi var (ε i ) = E(εi 2 ) = σ 2 i. var (u i X i ) = E[u i E(u i )] 2 (3.7)

43 30 = E(u 2 i ) karena E(u i X i ) = 0 2 = σ i Persamaan ini menyatakan bahwa varians u i untuk tiap X i adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ 2. Secara teknis persamaan ini menyatakan asumsi homoskedastisitas, yaitu populasi Y yang berhubungan dengan nilai X mempunyai varians yang sama. Jika terdapat heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias. Adanya masalah heteroskedastisitas akan mengakibatkan hasil uji t dan F menjadi tidak berguna (Gujarati, 1995). Cara mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan uji White Heteroscedasticity Test. Ho menyatakan tidak ada heteroskedastisitas, sedangkan H1 ada heteroskedastisitas. Jika probabilitas dari obs * R-squared lebih kecil dari alpha (a) maka kita tolak Ho (FEUI, 2005) Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara kesalahan (error term) tahun t dengan kesalahan tahun t-1. Asumsi klasik tentang regresi linear mensyaratkan tidak ada autokorelasi, yaitu bahwa E(ε i ε j ) = 0 i j tetapi pada autokorelasi E(ε i ε j ) 0 i j cov (u i,u i ) = E[u i E(u i )][u j E(u j )] (3.8) = E(u i u j ) = 0 Adanya masalah autokorelasi ini akan menghasilkan hasil estimasi koefisien yang konsisten dan tidak bias tetapi dengan varian yang besar, atau dengan perkataan

44 31 lain hasil penafsiran tidak efisien. Varian estimasi parameter yang tidak efisien ini menyebabkan nilai t hitung cenderung kecil dan hasil pengujian cenderung menerima hipotesis nol (Gujarati, 1995). Untuk mendeteksi adanya serial korelasi indikator yang digunakan adalah DW jika DW > 2 atau DW < 2 maka ada indikasi serial korelasi. Selain itu dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan pengujian Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Jika Ho menyatakan tidak terdapat serial correlations dan H1 ada serial correlations, dan seandainya nilai dari probabilitas dari obs * R- square lebih besar dari alpha (a) maka terima Ho (FEUI, 2005) Metode Penelitian Menentukan Risiko Saham Menghitung beta saham, dilakukan regresi antara return pasar (IHSG) dan return saham individual dari setiap saham bank (Husnan, 1998). Saham individual merupakan saham bulanan dari setiap bank tersebut. R i = α i + β i R m + e i (3.9) Keterangan: R i = return saham individu, R m = return pasar, e i = residual, α i = intercept, β i = koefisien regresi = beta.

45 32 Nilai beta yang diperoleh dari hasil regresi setiap bank merupakan indikasi tingkat risiko saham masing-masing bank tersebut. Return saham individu diperoleh dari: R i = Ln(P it +1 /P it ) (3.10) P it : indeks saham harian i pada waktu t, P it+1 : indeks saham harian i pada waktu t Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian adalah hasil estimasi yang diperoleh dari ke tujuh bank terdapat variabel yang mengandung hetereoskedastisitas, sehingga tidak dapat dijelaskan. Kemudian koefisien determinasi yang diperoleh dari hasil olahan masing-masing bank memiliki nilai yang kecil yaitu kurang dari 50 persen, sehingga variabel independen kurang mampu menjelaskan variabel dependennya.

46 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari proses kolonialisasi Indonesia oleh Belanda. Hal penting yang melatarbelakangi keberadaan pasar modal di Indonesia adalah kebutuhan yang sangat mendesak dari pemerintah Belanda untuk memperdagangkan efek-efeknya di Indonesia. Kemudian pada tanggal 14 Desember 1912 Amsterdamse Effectenbureurs memilih Batavia sebagai cabangnya. Tuntutan pasar yang begitu besar terhadap perdagangan efek, membuat pemerintah Belanda mendirikan bursa efek baru di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 yang beranggotakan enam perusahaan makelar, yaitu Fan Dunlop & Kolf, Fa Gijeselman & Streup, Fa a Van Velsen, Fa Beaukkerk & Co, PO Loonen dan N koseten. Kemudian pada tanggal 1 Agustus 1925 dibuka kantor perdagangan efek di Semarang. Pada saat itu, fungsi kantor bursa hanya sebagai pencatat kurs Pasca Perang Dunia II Pada Perang Dunia II Jerman berhasil menduduki Belanda dan merebut saham-saham orang Belanda sehingga pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek Batavia harus ditutup. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah memerlukan sumber pembiayaan bagi pembangunan. Untuk itu, maka pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat No. 13, tentang Bursa dan kemudian ditetapkan sebagai UU Bursa No. 15 tahun Berdasarkan hal itu,

47 34 pada 3 Juni 1952, Menteri keuangan Soemitro Djojohadikusumo meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta yang berkantor di gedung De Javashe Bank (Bank Indonesia) Era Pra Deregulasi ( ) Pada masa ini pasar modal Indonesia tidak berkembang, karena perusahaan masih diwarnai dengan budaya perusahaan keluarga yang sangat tertutup. Masalah lain juga disebabkan oleh lembaga pasar modal itu sendiri. Banyak aturan pasar modal yang dianggap oleh pemilik perusahaan tidak terlalu menguntungkan perusahaan yang go public. Ada lima persyaratan yang menghambat minat para pemilik perusahaan masuk ke pasar modal (Suta, 2000) yaitu: 1. Adanya persyaratan laba minimum sebesar 10 persen dari modal sendiri bagi perusahaan yang ingin go public. 2. Tertutupnya kesempatan bagi investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam pemilikan saham. 3. Adanya batas maksimum fluktuasi harga sebesar 4 persen dari harga awal dalam setiap hari perdagangan di bursa. Batasan ini membuat pasar kurang menarik bagi investor. Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak berlangsung berdasarkan mekanisme pasar yang sebenarnya. 4. Tidak adanya perlakuan yang sama terutama dalam hal pajak terhadap penghasilan yang berasal dari bunga deposito dengan dividen. Akibatnya

RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO).

RINGKASAN. NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). RINGKASAN NILA SARI. Analisis Risiko Investasi pada Saham Perbankan (Studi Kasus pada Tujuh Bank di Indonesia) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO). Pasar modal merupakan suatu wadah yang menjembatani hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap 37 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari faktor-faktor ekonomi makro seperti Interest Rate dan Foreign Exchange Rate selain itu

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal (capital market) merupakan tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. 1 Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham menurut Anoraga (2006:57) didefinisikan sebagai surat berharga atas bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti pengorbanan dollar sekarang. Dua berbeda atribut biasanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan perekonomian nasional semakin terpuruk, bahkan dampak dari krisis moneter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

Investasi Saham di Pasar Modal

Investasi Saham di Pasar Modal Investasi Saham di Pasar Modal Andre adalah salah satu individu yang ikut memeriahkan perdagangan saham di bursa efek Jakarta. Sudah kurang lebih 3 tahun Andre selalu mengikuti dan bertransaksi saham.

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO SAHAM OPTIMAL PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI JAKARTA ISLAMIC INDEK SKRIPSI S K R I P S I

ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO SAHAM OPTIMAL PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI JAKARTA ISLAMIC INDEK SKRIPSI S K R I P S I ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO SAHAM OPTIMAL PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI JAKARTA ISLAMIC INDEK SKRIPSI S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Simanjuntak (2005) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Harga Saham pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, yang termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar modal. Globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Menurut Suad Husnan (1994), pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah melewati masa krisis pada bulan Juli 1997 hingga Desember 1998, banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di antara berbagai sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit

BAB II URAIAN TEORITIS. Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit BAB II URAIAN TEORITIS A.Penelitian Terdahulu Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan harta kekayaan perusahaan secara produktif.investasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan harta kekayaan perusahaan secara produktif.investasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Investasi saham syari ah masih menjadi peminat tertinggi di Bursa Efek Indonesia untuk mengembangkan harta kekayaan perusahaan secara produktif.investasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Stock Exchange (IDX) atau dari BEI (Bursa Efek Indonesia) dari tahun 2006 sampai dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM (Studi Kasus: Saham-Saham Kelompok Jakarta Islamic Index) SKRIPSI Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang mempengaruhi hampir seluruh sektor perekonomian. Akibat dari ketidakstabilan tersebut banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek dan saham. Fungsi dari bursa efek di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Istilah saham blue chips sudah menjadi hal jamak di pasar modal. Meski begitu, dalam aktivitas sehari-hari masih sering ditemukan adanya salah pengertian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseoraan terbatas. Saham suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan investasi merupakan pertimbangan untuk harapan. meningkatnya nilai dan perhatian terhadap memperkecil resiko di masa

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan investasi merupakan pertimbangan untuk harapan. meningkatnya nilai dan perhatian terhadap memperkecil resiko di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputusan investasi merupakan pertimbangan untuk harapan meningkatnya nilai dan perhatian terhadap memperkecil resiko di masa mendatang. Proses penilaian investasi memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Pemahaman modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbedabeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Menurut Kamaruddin (2004), investasi adalah menempatkan dana atau uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak peneliti dan analis saham menyatakan bahwa, turun-naiknya Indeks Harga Saham di pasar modal ada hubungannya dengan perkembangan ekonomi makro yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini pasar modal memegang peranan penting bagi keberlangsungan perusahaan, baik perusahaan perbankan maupun perusahaan non bank. Munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks kompas 100 diluncurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif untuk para investor dalam menanamkan modalnya agar dapat memperoleh keuntungan. Pengembangan pasar modal sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar Modal dijumpai di banyak negara karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, selain itu laporan keuangan merupakan faktor yang signifikan dalam pencapaian efisiensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Ekses Likuiditas dan empat variabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan alternatif kepada masyarakat untuk berinvestasi. Investasi sendiri sebenarnya terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berdirinya pasar modal, perdagangan surat-surat berharga di Indonesia maju pesat, hal ini terlihat dengan melonjaknya jumlah surat-surat berharga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu jenis pasar dimana para investor melakukan kegiatan menjual atau membeli sekuritas atau surat-surat berharga. Menurut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Saham dan Return Saham Pada sebuah perusahaan publik, tujuan dari manajemen adalah memaksimalkan harga saham perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keterpurukan secara fundamental dibeberapa negara Asia termasuk Indonesia. Namun seiring

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Profitabilitas Profit dalam kegiatan operasional perusahaan merupakan elemen penting untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Risiko portfolio 2.1.1. Pengertian Risiko Risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta yang merupakan bursa tempat dimana orang memperjualbelikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan menerbitkan surat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kesehatan Bank terhadap Return Saham pada Industri Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. 4.1.1. Kondisi Risk/Non Performing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini diperlukan peranan pasar modal sebagai suatu wadah untuk memobilisasi. dana masyarakat selain lembaga keuangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang harus dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: underpricing, reputasi underwriter, ukuran perusahaan, jenis industri.

Abstrak. Kata kunci: underpricing, reputasi underwriter, ukuran perusahaan, jenis industri. Judul : Pengaruh Reputasi Underwriter, Ukuran Perusahaan, dan Jenis Industri terhadap Underpricing saat IPO di Bursa Efek Indonesia (Studi pada Perusahaan Di BEI) Nama : I Putu Eddy Pratama Putra NIM :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur periode

Lebih terperinci