EVALUASI PLOT KONSERVASI EX SITU JABON DARI POPULASI LOMBOK BARAT DI GUNUNG KIDUL SAMPAI UMUR 18 BULAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PLOT KONSERVASI EX SITU JABON DARI POPULASI LOMBOK BARAT DI GUNUNG KIDUL SAMPAI UMUR 18 BULAN"

Transkripsi

1 EVALUASI PLOT KONSERVASI EX SITU JABON DARI POPULASI LOMBOK BARAT DI GUNUNG KIDUL SAMPAI UMUR 18 BULAN Evaluation of Ex Situ Conservation Plot of Jabon from West Lombok Provenance in Gunung Kidul until 18 months old Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta ABSTRACT Evaluation of growth was meaningful and important role to determine value of genetic material. Ex Situ Conservation of Jabon from West Lombok was established in Gunung Kidul. This research objective is to obtain adaptability and characteristic of jabon from West Lombok until 18 months old. This research was arranged in Randomized Complete Block Design (RCBD) using 18 families, 8 replications and spacing 5 x 5 m. The results showed that the percentage, height and diameter growth at the ex situ conservation of jabon were varied among families until 18 months old. The average of survival percentage was decreased from 79.38% (at 8 months old) to 61.18% (at 12 months old). The average of height was varied from m (8 months old); m (12 months old; m (18 months old) and for diameter was from (8 months old); cm (12 months old) and cm (18 months old). Keywords: evaluation, jabon, conservation, provenance ABSTRAK Kegiatan evaluasi memiliki arti dan peran penting untuk menentukan nilai guna dari materi genetik. Plot konservasi ex situ jabon dari Lombok Barat telah dibangun di Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh adaptabilitas dan karakteristik jabon dari Lombok Barat sampai umur 18 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 18 famili, 8 ulangan dan jarak tanam 5 x 5 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persen hidup, pertumbuhan tinggi dan diameter pada konservasi ex situ jabon bervariasi antar famili sampai umur 18 bulan. Rata-rata persen hidup mengalami penurunan dari 79,38 (umur 8 bulan) menjadi 61,18 (umur 12 bulan). Tinggi tanaman bervariasi dari 0,42-1,1 m pada umur 8 bulan; 0,6-0,92 m pada umur 12 bulan, 0,74-1,30 m pada umur 18 bulan dan untuk diameter tanaman bervariasi dari 0,83-1,47 cm pada umur 8 bulan; 1,11-1,97 cm pada umur 12 bulan dan 1,43-3,05 cm pada umur 18 bulan. Kata kunci: jabon, evaluasi, konservasi, provenan I. PENDAHULUAN Jabon tergolong tumbuhan pionir yang dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Anggota famili Rubiaceae itu tumbuh baik di tanah aluvial di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara rawa dan tanah kering (Orwa, et al., 2009). 1

2 Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 1-9 Tanaman jabon merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh dari Sabang sampai Merauke dan tersebar secara alami dari dataran rendah sampai ke daerah pegunungan (sampai ketinggian 1000 m dpl). Jenis ini dapat tumbuh pada iklim basah hingga kering dengan tipe curah hujan A dan D (Martawijaya, et al., 1989). Konservasi sumberdaya genetik mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan dan mengamankan keragaman genetik suatu populasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan pemuliaan. Pentingnya program konservasi sumber daya genetik hutan (SDGH) konservasi dilandasi oleh beberapa hal yaitu 1) Menjamin keberadaan SDGH secara kontinyu, 2) Menjaga keragaman genetik yang merupakan syarat terjadinya proses adaptasi evolusioner proses evolusi dan 3) Menjamin ketersediaan SDGH untuk generasi sekarang dan yang akan Secara garis besar srategi konservasi sumber daya genetik (KSDG) terbagi dua yaitu konservasi in situ dan ex situ. Konservasi in situ merupakan KSDG yang dilakukan pada habitat alaminya dan memungkinkan terjadinya proses evolusi. Konservasi ex situ merupakan konservasi SDG yang dilakukan di luar habitat alaminya (FAO, 2004). Konservasi ex situ dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu statis dan dinamis (Finkeldey, 2005). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) Yogyakarta telah melakukan pembangunan plot konservasi ex situ jabon dari populasi Lombok Barat seluas 1,5 ha di Gunung Kidul pada akhir tahun Konservasi ex situ jabon yang dilakukan oleh BBPBPTH menggunakan pendekatan dinamis yaitu melalui preservasi populasi dalam bentuk hutan buatan yang terdiri dari tanaman hasil perbanyakan seksual di luar habitat aslinya. Kegiatan KSDG tidak bisa terlepas dari variasi genetik yang merupakan sumberdaya yang bisa dimanfaatkan untuk generasi sekarang dan di masa yang akan datang. Variasi genetik dapat diekspresikan melalui karakteristik tanaman. Untuk mengetahui karakteristik dan manfaat dari tanaman perlu dilakukan evaluasi plot konservasi ex situ jabon. Kegiatan evaluasi memiliki arti dan peran penting yang akan menentukan nilai guna dari materi plasma nutfah yang bersangkutan. Kegiatan evaluasi dilakukan secara bertahap dan sistematis dalam rangka mempermudah upaya pemanfaatan sumberdaya genetik (ICABIOGRAD, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen hidup dan karakteristik tanaman jabon dari provenan Lombok Barat sampai umur 18 bulan. II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan evaluasi dilakukan pada plot konservasi ex situ jabon di Petak 22 RPH Banaran, BDH Playen di Gunung Kidul. Secara administratif lokasi tersebut termasuk wilayah Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Sedangkan secara geografis lokasi tersebut terletak pada 7 o LS-7 o 54 13,6 LS dan 110 o 33 29,6 BT-110 o 33 34,7 BT. 2

3 Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Kondisi areal memiliki kemiringan diantara 5-30%. Topografinya sebagian landai hingga bergelombang, ketinggian berkisar m dpl. Tumbuhan penutup tanah yang dijumpai di lokasi antara lain semak belukar, secang, Acacia auriculiformis, kayu putih, kemiri, Acacia catechu, jati, rumput-rumputan. Jenis tanah di lokasi survei adalah tanah grumosol hitam/ tanah berbatu. Penelitian dialakukan pada bulan Juli 2012, Desember 2012 dan Juli B. Rancangan penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam plot konservasi ex situ jabon adalah Randomized Complete Block Design (RCBD) dengan satu faktor perlakuan yaitu famili. Jumlah famili yang digunakan sebanyak 18 famili yang berasal dari provenan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Centre for Plant Conservation (1991) merekomendasi jumlah individu sebanyak pohon per populasi sebagai batas yang layak antara batas minimum dan pengumpulan sampel yang berlebihan (over collecting). Setiap famili terdiri dari 8 blok yang sekaligus berfungsi sebagai ulangan. Jarak tanam yang digunakan pada plot konservasi ex situ jabon adalah 5 x 5 m, sehingga luas plot konservasi ex situ jabon adalah 1,5 ha. C. Analisa Data Variabel atau karakter yang diukur adalah persen hidup, tinggi, dan diameter tanaman. Penghitungan persen tumbuh dalam kegiatan konservasi ex situ menjadi salah satu parameter yang harus diperhatikan karena dapat dijadikan indikator untuk menunjukkan kemampuan adaptasi, dan pertumbuhan tanaman dalam kondisi lingkungan tertentu. Persen hidup dihitung dengan membandingkan jumlah tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman total tiap famili dikali 100%. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh apikal (ujung tanaman). Diameter batang diukur pada ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah. Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan analisis varian untuk mengetahui variasi antar famili-famili yang diuji. Model matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y ijk = µ + B i + P j + ε ijk dimana : Y ijk = Karakteristik yang diamati/diukur µ = Rerata umum P j = Pengaruh famili ke-j B i = Pengaruh blok ke-i ε ijk = Random error pada pengamatan ke-ijk 3

4 Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 1-9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan rata-rata persen hidup, tinggi dan diameter setiap famili dari tanaman jabon dari provenan Lombok Barat sampai umur 18 bulan di plot konservasi ex situ di Gunung Kidul disajikan pada Tabel 1, dan 2. Dari Tabel 1 terlihat Tabel 1. Rata-rata persen hidup tanaman jabon per famili adanya penurunan rata-rata Persen Hidup Persen Hidup Persen Hidup Jumlah persen hidup antar famili dari Famili umur 8 bulan umur 12 bulan umur 18 bulan Ditanam umur 8 ke 12 bulan. Persen 1 84,8% 69,7% 75,8% 33 hidup tanaman bervariasi 2 72,2% 52,8% 63,9% 36 mulai dari 53,13%-100% 3 81,8% 60,6% 57,6% ,1% 54,3% 51,4% 35 dengan rata-rata 79,38% pada 5 83,3% 70,0% 70,0% 30 umur 8 bulan. Persen hidup 6 100,0% 72,7% 84,8% 33 tanaman bervariasi mulai 7 78,8% 66,7% 66,7% 33 dari 28,13%-77,42% dengan 8 78,8% 72,7% 69,7% 33 rata-rata 61,18% pada umur 9 93,5% 77,4% 71,0% bulan. Penurunan ratarata 10 81,8% 66,7% 75,8% 33 persen hidup tanaman 11 93,9% 69,7% 69,7% 33 jabon dari umur 8 bulan ke 12 64,9% 54,1% 54,1% ,8% 57,6% 63,6% bulan diduga disebabkan 14 69,4% 55,6% 63,9% 36 oleh semakin berkurangya 15 84,8% 57,6% 63,6% 33 ketersediaan air dalam tanah 16 81,8% 60,6% 66,7% 33 (kekeringan) akibat musim 17 69,7% 54,5% 60,6% 33 kemarau. Air merupakan salah satu komponen utama yang 18 53,1% 28,1% 53,1% 32 dibutuhkan tanaman muda untuk bisa bertahan hidup, terutama pada lingkungan baru. Air juga sebagai pembatas utama bagi pertumbuhan awal tanaman yang keberadaannya tidak bisa digantikan oleh faktor lingkungan yang lain, sehingga kelangkaan air akan mengakibatkan kematian (Hani dan Rachman, 2007). Pada umur 18 bulan sebagian besar famili mengalami peningkatan rata-rata persen hidup dibandingkan pada umur 12 bulan. Hal ini dikarenakan adanya penyulaman pada waktu tanaman jabon berumur 13 bulan (Januari 2013). Tinggi tanaman bervariasi dari 0,42-1,1 m dengan rata-rata 0,62 m pada umur 8 bulan; 0,6-0,92 m dengan rata-rata 0,79 m pada umur 12 bulan dan 0,74-1,30 m dengan rata-rata 1,13 m pada umur 18 bulan. Diameter tanaman bervariasi dari 0,83-1,47 cm dengan rata-rata 1,2 cm pada umur 8 bulan; 1,11-1,97 cm dengan rata-rata 1,6 cm pada umur 12 bulan dan 1,43-3,05 cm dengan rata-rata 2,16 cm pada umur 18 bulan. Penambahan rata-rata diameter tanaman per famili dari umur 6 bulan ke 12 bulan dan umur 12 bulan ke 18 bulan masingmasing adalah 0,40 cm dan 0,57 cm. 4

5 Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Penambahan rata-rata tinggi tanaman per famili dari umur 6 bulan ke 12 bulan dan umur 12 bulan ke 18 bulan masing- masing adalah 0,19 m dan 0,34 m. Penambahan rata-rata diameter dan tinggi tanaman per famili dari umur 12 bulan ke 18 bulan cenderung lebih tinggi dibandingkan umur 6 bulan ke 12 bulan. Hal ini diduga karena kemampuan tanaman jabon untuk beradaptasi terhadap Tabel 2. Rata-rata diameter dan tinggi tanaman jabon lingkungan baru menjadi Rata-rata Diameter (cm) Rata-rata Tinggi (m) lebih baik. Famili 8 bulan 12 bulan 18 bulan 8 bulan 12 bulan 18 bulan Untuk mengetahui 1 1,22 1,59 2,20 0,54 0,69 1,06 variasi antar famili untuk 2 1,15 1,64 2,11 0,70 0,92 1,09 sifat tinggi dan diameter 3 1,23 1,69 2,23 0,56 0,76 1,15 maka dilakukan analisis 4 1,28 1,72 2,37 0,65 0,83 1,30 varian terhadap data 5 1,32 1,69 2,33 0,62 0,82 1,18 6 1,47 1,97 3,05 0,67 0,85 1,28 pengukuran tinggi diameter. 7 1,18 1,53 2,08 0,59 0,76 1,03 Hasil analisis varian untuk 8 1,08 1,28 1,97 0,56 0,69 1,07 sifat tinggi dan diameter 9 1,15 1,47 2,45 0,50 0,71 1,16 disajikan pada Tabel ,16 1,49 1,94 0,56 0,76 1,06 Dari Tabel 3 terlihat 11 1,19 1,67 2,06 0,59 0,83 1,13 bahwa famili memberikan 12 1,27 1,63 2,30 0,73 0,87 1,23 pengaruh yang nyata 13 1,13 1,57 2,09 0,56 0,75 1, ,33 1,87 2,40 0,68 0,92 1,29 terhadap sifat tinggi dan tidak 15 1,05 1,43 1,94 0,52 0,70 1,05 berpengaruh nyata terhadap 16 1,34 1,78 2,04 0,65 0,90 1,19 sifat diameter tanaman 17 1,19 1,60 1,93 0,63 0,82 1,13 jabon pada umur 8 bulan. Famili tidak memberikan 18 0,83 1,11 1,43 0,42 0,60 0,74 berpengaruh nyata terhadap sifat tinggi dan diameter tanaman jabon pada umur 12 dan 18 bulan. Tabel 3. Analisis varian untuk sifat tinggi dan diameter tanaman jabon umur 8 bulan Sumber Derajat Variasi bebas Kuadrat Tengah Tinggi Kuadrat Tengah Diameter (db) 8 bulan 12 bulan 18 bulan 8 bulan 12 bulan 18 bulan Famili ,594* 385,527 ns 2484,345 ns 11,717 ns 22,405 ns 249,761 ns Blok ,119** 6651,512** ,683** 163,246** 378,836** 3705,716** Error 664, , ,484 7,844 23, ,668 (dbe 118) (dbe 114) (dbe 367) (dbe 118) (dbe 114) (dbe 367) Keterangan: ** = berbeda nyata pada taraf uji 1% * = berbeda nyata pada taraf uji 5 % ns = tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % 5

6 Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 1-9 Fluktuatifnya pengaruh faktor genetik terhadap pertumbuhan tanaman diduga disebabkan karena umur tanaman yang masih muda. Sementara itu blok berpengaruh nyata terhadap sifat tinggi dan diameter pada semua umur pengamatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi site atau faktor lingkungan pada plot konservasi ex situ jabon memberikan pengaruh terhadap kedua sifat yang diamati. Hasil penelitian Bramasto dan Simanjuntak (2009) menunjukkan bahwa pertumbuhan awal tinggi dan diameter tanaman jabon (umur 1 tahun) di Rumpin belum terbukti dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tanaman jabon yang merupakan jenis pionir dan intoleran memerlukan tempat tumbuh yang terbuka. Faktor lingkungan pada plot konservasi jabon yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jabon yaitu tanah dan cahaya. Kondisi tanah pada lokasi penanaman jabon cukup bervariasi. Pada tanah yang memiliki solum lebih dalam dan tidak ternaungi tanaman lain, tanaman jabon mampu tumbuh lebih baik. Sementara itu, tanaman jabon yang ditanam pada tanah berbatu dengan solum tanah yang dangkal pertumbuhannya lebih jelek dan tingkat kematian lebih tinggi. Menurut Finkeldey (2005) uji lapangan sangat bermanfaat untuk memperkirakan status keteradaptasian dari suatu populasi terhadap suatu lingkungan. Variasi genetik merupakan persyaratan terjadinya proses adaptasi evolusioner. Populasi yang memiliki daya hidup dan pertumbuhan baik dapat dianggap dapat beradaptasi. Jumlah individu per populasi untuk jabon dari populasi Lombok Barat dinilai cukup. Centre for Plant Conservation (1991) merekomendasikan jumlah individu sebanyak pohon per populasi sebagai batas yang layak antara batas minimum dan pengumpulan sampel yang berlebihan (over collecting). Falk & Holsinger (1991) merekomendasikan untuk mengumpulkan individu sebanyak per pohon populasi. Gambar 1. Habitat jabon Lombok Barat Gambar 2. Site plot konservasi jabon di Gunung Kidul 6

7 Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Berdasarkan persen hidup dan pertumbuhan, tanaman jabon dari populasi Lombok Barat tergolong memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup baik terhadap kondisi site pada plot konservasi ex situ jabon di Gunung Kidul yang mempunyai faktor pembatas cukup berat yakni kurangnya ketersediaan air dan iklim kering. Adaptabilitas tersebut diduga karena adanya kemiripan karakter tempat tumbuh sebaran alami (habitat) jabon di Lombok Barat dengan kondisi site pada plot konservasi di Gunung Kidul (Gambar 1 dan 2). Lombok Barat merupakan daerah semi arid dengan tipe iklim E dan sebagian berbatu. Pada sebaran alam di Lombok Barat, jabon dijumpai pada berbagai kondisi (tipe habitat) seperti punggung bukit, tepi sungai, pinggir laut dan tanah berbatu. Disamping faktor lingkungan, adanya keragaman atau variasi genetik antar famili jabon dari populasi Lombok Barat diduga memberikan pengaruh yang baik terhadap adaptabilitas jabon. Keragaman genetik tersebut diduga disebabkan karena materi genetik dikumpulkan dari pohon induk jabon yang posisinya berjauhan satu sama lain dan tidak memungkinkan untuk melakukan kawin kerabat serta bervariasinya habitat jabon di sebaran alaminya. Materi genetik yang dihasilkan dari individu/ pohon induk yang yang tidak kawin kerabat akan mempunyai variasi genetik yang tinggi dan akan terhindar dari efek silang dalam (inbreeding). Menurut White, et al. (2007) inbreeding mempunyai dua konsekuensi yaitu meningkatkan frekuensi keturunan yang homozigot dan merusak/menurunkan kemampuan hidup dan pertumbuhan keturunan. Ismail, et al., (1995) juga meneliti variasi karakteristik anatomi jabon dengan hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan nyata pada variasi anatomi antar pohon. Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994), jabon sebagai jenis pionir yang tumbuh pada hutan tropis sekunder dengan wilayah penyebaran yang luas menjadikan jenis ini mempunyai keragaman genetik yang cukup tinggi. Dengan demikian, tujuan konservasi dari jabon yang mempunyai wilayah penyebaran luas tersebut akan berbeda dengan jenis-jenis yang langka. Plot konservasi ex situ jabon dari provenan Lombok Barat di Gunung Kidul nantinya tidak hanya berfungsi untuk penyelamatan atau mempertahankan keberadaan SDG jabon tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber benih untuk mendukung kegiatan pemuliaan dan penanaman. IV. KESIMPULAN 1. Rata-rata persen hidup tanaman jabon pada plot konservasi ex situ di Gunung Kidul mengalami penurunan dari 79,38 (umur 8 bulan) menjadi 61,18 (umur 12 bulan). Setelah dilakukan penyulaman pada umur 13 bulan, rata-rata persen hidup sebagian besar famili pada umur 18 bulan mengalami peningkatan dibandingkan pada umur 12 bulan. 2. Tinggi tanaman bervariasi dari 0,42-1,1 m dengan rata-rata 0,62 m pada umur 8 bulan; 0,6-0,92 m dengan rata-rata 0,79 m pada umur 12 bulan dan 0,74-1,30 m dengan rata-rata 1,13 m pada umur 18 bulan. 7

8 Wana Benih Vol. 15 No. 1, Juli 2014, Diameter tanaman bervariasi dari 0,83-1,47 cm dengan rata-rata 1,2 cm pada umur 8 bulan; 1,11-1,97 cm dengan rata-rata 1,6 cm pada umur 12 bulan dan 1,43-3,05 cm dengan rata-rata 2,16 cm pada umur 18 bulan. 4. Penambahan rata-rata diameter dan tinggi tanaman per famili dari umur 12 bulan ke 18 bulan cenderung lebih tinggi dibandingkan umur 6 bulan ke 12 bulan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini, khususnya kepada Bapak Subagyo, dan Bapak Diro Eko Pramono, S.Hut.T yang telah membantu dalam kegiatan pengukuran dan entry data. DAFTAR PUSTAKA Bramasto, Y dan S.R. Simanjutak Evaluasi Pertumbuhan Awal Tanaman Jabon (Anthochepalus cadamba) di Kebun Percobaan Rumpin. Info Benih Vol. 13 No. 1 Juni Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. hal Centre for Plant Conservation, Genetic sampling guidelines for conservation collections of endangered plant. In: D.A Falk and K.E Holsinger (eds). Genetic and Conservation of Rare Plant. Oxford University Press, New York (In: Neel, M.C., dan Cummings, M.P Effectiveness of conservation targets in capturing genetic diversity. Conservation Biology 17: FAO, FLD, IPGRI Forest Genetic Resources Conservation and Management. Vol. 1: Overview Concepts and Some Systematic Approaches International Plant Genetic Resources Institute, Rome, Italy. pp 5-24 Finkeldey, R An introduction to tropical forest genetics. Institute of Forest Genetics and Forest Tree Breeding, Georg-August-University Göttingen, Büsgenweg 2, D Göttingen, Germany. pp: Falk, D.A. & K.E. Holsinger Genetics and Conservation of Rare Plants. Oxford University Press, New York. Hani, A dan E. Rachman Evaluasi Ketahanan Hidup Tanaman Uji Spesies dan Konservasi Ex Situ Dipterocarpaceae di RPH Carita. INFO TEKNIS Vol 5 No 1 Juli Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. hal 1-6 Ismail, J., M.Z. Jusoh and M.H. Sahri Anatomical Variation in Planted Kelempayan (Neolamarckia cadamba, Rubiaceae). IAWA Journal. 16(3): ICABIOGRAD Pengelolaan Sumberdaya Genetik. Puslitbang Bioteknologi dan Sumbedaya Genetik Pertanian, Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang,Y.I, Prawira, S.A. dan Kadir, K Habitus Atlas kayu Indonesia Jilid. Badan Litbang, Bogor. 8

9 Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ Jabon dari Populasi Lombok Barat di Gunung Kidul Sampai Umur 18 Bulan Orwa C, Mutua, A. Kindt, R., Jamnadass, R. and Simans, A Agroforestry Database: A Tree Reference and Selection Guide Version af/treedb/ Soerianegara, I dan Djamhuri, E Pemuliaan Pohon. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor White, L.W., W.T. Adams, and D.B. Neale Forest Genetics. CAB International, London, UK. 9

in Gunung Kidul at 7 Months Old ABSTRAK

in Gunung Kidul at 7 Months Old ABSTRAK KARAKTERISASI DAN EVALUASI PLOT KONSERVASI EX SITU BINUANG (Octomeles sumatrana Miq.) DARI PROVENAN PASAMAN SUMATERA BARAT DI GUNUNG KIDUL PADA UMUR 7 BULAN Characterization and Evaluation Ex Situ Conservation

Lebih terperinci

Ari Fiani ABSTRACT. Keywords: Pulai Population, growth variation, plant height, stem diametre ABSTRAK

Ari Fiani ABSTRACT. Keywords: Pulai Population, growth variation, plant height, stem diametre ABSTRAK PERTUMBUHAN ENAM POPULASI PULAI (Alstonia scholaris) UMUR 4 dan 11 BULAN DI GUNUNG KIDUL Growth of Six Populations of Pulai (Alstonia scholaris) at 4 and 11 Months Old in Gunung Kidul Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI

PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI Pertumbuhan Lima Provenan Pulai Gading (Alstonia scholaris) (Mashudi) PERTUMBUHAN LIMA PROVENAN PULAI GADING (Alstonia scholaris) UMUR 6 BULAN DI SUMBER KLAMPOK, BALI GROWTH OF 5 PROVENANCES AT 6 MONTHS

Lebih terperinci

Diro Eko Pramono I. PENDAHULUAN

Diro Eko Pramono I. PENDAHULUAN APLIKASI SEDERHANA SIG PADA PEMBANGUNAN PLOT KONSERVASI EKS SITU JABON DI GUNUNG KIDUL Simple Aplication SIG at Establihsment of Ex situ Plot of Conservation Jabon at Gunung Kidul Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

Tri Pamungkas Yudohartono

Tri Pamungkas Yudohartono KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN JABON DARI PROVENAN SUMBAWA PADA TINGKAT SEMAI DAN SETELAH PENANAMAN Growth Characteristic of Jabon from Sumbawa Provenance at Nursery and After Planting Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016 JATI PURWOBINANGUN LATAR BELAKANG Jati merupakan salah satu primadona hutan rakyat di Indonesia Estmasi hutan rakyat dengan jenis utama jati mencapai 1.2 juta ha dari 1.7 juta hutan jati di Indonesia (

Lebih terperinci

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono

Lebih terperinci

EVALUASI UJI PROVENAN MERBAU

EVALUASI UJI PROVENAN MERBAU EVALUASI UJI PROVENAN MERBAU (Intsia bijuga) UMUR 6 TAHUN DI KHDTK SUMBERWRINGIN, BONDOWOSO Provenance Test Evaluation Of 6 Years Old Of Merbau (Intsia bijuga) At KHDTK Sumberwringin, Bondowoso Burhan

Lebih terperinci

UJI KETURUNAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq.) UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SUMBER BENIH UNGGUL

UJI KETURUNAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq.) UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SUMBER BENIH UNGGUL UJI KETURUNAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq.) UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SUMBER BENIH UNGGUL Alstonia Angustiloba PROGENY TRIAL TO SUPPORT THE PROVISION OF IMPROVED SEED Mashudi 1 dan Hamdan Adma

Lebih terperinci

STUDI ADAPTASI DAN KINERJA PERTUMBUHAN CENDANA (SANTALUM ALBUM L) PADA UMUR 11 TAHUN DI WATUSIPAT KABUPATEN GUNUNG KIDUL

STUDI ADAPTASI DAN KINERJA PERTUMBUHAN CENDANA (SANTALUM ALBUM L) PADA UMUR 11 TAHUN DI WATUSIPAT KABUPATEN GUNUNG KIDUL J. Solum Vol. XIV No. 2, Juli 2017: 83-88 ISSN 1829-7994 STUDI ADAPTASI DAN KINERJA PERTUMBUHAN CENDANA (SANTALUM ALBUM L) PADA UMUR 11 TAHUN DI WATUSIPAT KABUPATEN GUNUNG KIDUL Yayan Hadiyan dan Yuliah

Lebih terperinci

POTENSI DAN PENANGANAN BENIH JABON MERAH ( Anthocephalus macrophyllus Roxb.) DARI PROVENAN SULAWESI UTARA. Seeds from North Sulawesi

POTENSI DAN PENANGANAN BENIH JABON MERAH ( Anthocephalus macrophyllus Roxb.) DARI PROVENAN SULAWESI UTARA. Seeds from North Sulawesi POTENSI DAN PENANGANAN BENIH JABON MERAH ( Anthocephalus macrophyllus Roxb.) DARI PROVENAN SULAWESI UTARA Potential and Handling of Red Jabon (Anthocephalus macrophyllus Roxb. ) Seeds from North Sulawesi

Lebih terperinci

EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN

EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN Evaluation of Survival Plantation Try Species of Dipterocarpaceae in Carita Forest Resort Banten

Lebih terperinci

PENAMPILAN TANAMAN KONSERVASIEX-SITU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso dan Chairil Anwar Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang

PENAMPILAN TANAMAN KONSERVASIEX-SITU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso dan Chairil Anwar Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang Berita Biologi. Volume 6. Nomor 2, Agustus 2002 PENAMPILAN TANAMAN KONSERVASIEX-SITU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso dan Chairil Anwar Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang ABSTRAK Kegiatan

Lebih terperinci

VARIASI GENETIK UJI PROVENAN MERBAU SAMPAI UMUR 3 TAHUN DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR

VARIASI GENETIK UJI PROVENAN MERBAU SAMPAI UMUR 3 TAHUN DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR VARIASI GENETIK UJI PROVENAN MERBAU SAMPAI UMUR 3 TAHUN DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR (Genetic Variation of Provenances Test of Merbau until 3 years old in Bondowoso, East Java) Tri Pamungkas Yudohartono dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

UJI PERTANAMAN GENETIK MATERI PEMULIAAN POHON

UJI PERTANAMAN GENETIK MATERI PEMULIAAN POHON UJI PERTANAMAN GENETIK MATERI PEMULIAAN POHON Sub pokok bahasan Tujuan uji genetik Uji spesies Uji provenans Uji keturunan Tujuan uji pertanaman genetik Uji pertanaman genetik diperlukan untuk dapat mengevaluasi

Lebih terperinci

Pembangunan Uji Keturunan Jati di Gunung Kidul Hamdan A.A, Sugeng P, dan Mahfudz. Hamdan Adma Adinugraha 1, Sugeng Pudjiono 1 dan Mahfudz 2

Pembangunan Uji Keturunan Jati di Gunung Kidul Hamdan A.A, Sugeng P, dan Mahfudz. Hamdan Adma Adinugraha 1, Sugeng Pudjiono 1 dan Mahfudz 2 Pembangunan Uji Keturunan Jati di Gunung Kidul Hamdan A.A, Sugeng P, dan Mahfudz PEMBANGUNAN UJI KETURUNAN JATI DI GUNUNG KIDUL DALAM RANGKA PENYEDIAAN BENIH UNGGUL DI MASA DEPAN Progeny Trial Establishment

Lebih terperinci

JMHT Vol. XV, (3): , Desember 2009 Artikel Ilmiah ISSN:

JMHT Vol. XV, (3): , Desember 2009 Artikel Ilmiah ISSN: Evaluasi Pertumbuhan dan Keragaman Genetik Tanaman Gunung (Dipterocarpus retusus blume.) dan (Dipterocarpus hasseltii blume.) Berdasarkan Penanda RAPD Growth and Genetic Variation Evaluation of Mountain

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro dengan luas wilayah 50.145,4 ha, secara administratif seluruh wilayahnya berada di Daerah Tingkat II Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hibrid Acacia adalah

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) PROVENAN SUMBAWA DAN PASAMAN (Characteristic of Jabon from Sumbawa and Pasaman Provenances)

KARAKTERISTIK JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) PROVENAN SUMBAWA DAN PASAMAN (Characteristic of Jabon from Sumbawa and Pasaman Provenances) KARAKTERISTIK JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) PROVENAN SUMBAWA DAN PASAMAN (Characteristic of Jabon from Sumbawa and Pasaman Provenances) Tri Pamungkas Yudohartono Balai Besar Penelitian Bioteknologi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KETURUNAN JATI PADA UMUR 7 TAHUN DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KETURUNAN JATI PADA UMUR 7 TAHUN DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Hamdan Adma Adinugraha. Pertumbuhan Tanaman Uji Keturunan Jati Pada Umur 7 Tahun Di Gunung Kidul, Yogyakarta PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KETURUNAN JATI PADA UMUR 7 TAHUN DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA 1. Hamdan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN AWAL KEBUN BENIH SEMAI UJI UMUR 4 BULAN DI CIKAMPEK JAWA BARAT

EVALUASI PERTUMBUHAN AWAL KEBUN BENIH SEMAI UJI UMUR 4 BULAN DI CIKAMPEK JAWA BARAT EVALUASI PERTUMBUHAN AWAL KEBUN BENIH SEMAI UJI KETURUNAN SENGON ( Falcataria moluccana sinonim : Paraserianthes falcataria) UMUR 4 BULAN DI CIKAMPEK JAWA BARAT Early Growth Evaluation of Sengon ( Falcataria

Lebih terperinci

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT PERBANDINGAN SEMAI EMPAT PROVENANS Shores Gysbertsiana BURCK DI PERSEMAIAN (Growth Comparison of Four Provenances of Shorea gysbertsiana Burck in Nursery) Oleh/By : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH LAMPIRAN 7 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH A. Identifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih 1. Pemilik sumber benih mengajukan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

Kowoson Huton Dengon Tujuon

Kowoson Huton Dengon Tujuon Kowoson Huton Dengon Tujuon SEKILAS TENTANG Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Gunungkidul Blok Playen - 20 13 20 hlm,21 xis em ISBN : 978-979 - 3666-06 - 8 Diterbitkan oleh : Balai Besar Penelitian Bioteknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu adalah suatu material yang merupakan produk hasil metabolisme organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN 194 UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN Provenances test of Ebony (Diospyros celebica Bakh) in seedling phase Muh. Restu Abstract The study was conducted to determine growth variability

Lebih terperinci

Oleh: Hamdan AA Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Oleh: Hamdan AA Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Oleh: Hamdan AA Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Forest Genetics : adalah kegiatan yang terbatas pada studi genetika pada pohon hutan Forest Tree Breeding : Kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA. Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica

PERTUMBUHAN TIGA PROVENANS MAHONI ASAL KOSTARIKA. Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica PERTUMBUHAN TIGA PRVENANS MAHNI ASAL KSTARIKA Growth of Three Provenances of Mahogany from Costarica Asep Rohandi dan/ and Nurin Widyani Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor Jl. Pakuan Ciheuleut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk serta variabilitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI 3.1. Umum Danau Cisanti atau Situ Cisanti atau Waduk Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Secara geografis Waduk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN 422 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 5 NOVEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN FERTILIZATION OF NPK ON LOCAL DURIAN (Durio zibethinus

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH (Dyera costulata Hook.f) YANG DITANAM PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh/by SULAIMAN BAKRI Program Studi Budidaya Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara Gambar 1. Papan Nama KHDTK Siali-ali KHDTK Siali-ali dengan luasan ± 130,10 Hektar, secara geografis terletak pada koordinat 1º08 10,3-1º09 18,4 LU dan 99º49 57,9-99

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan - 2011

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan - 2011 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan - 2011 Sekilas Tentang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Padekanmalang, Situbondo - Jawa Timur SEKILAS TENTANG Kawasan Hutan Dengan Tujuan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan KHDTK Carita Cakupan bahasan A. Status B. Progres C. Permasalahan status Landasan hukum : SK. Menhut No. 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 Lokasi : Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn., BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan endemik dianggap penting bukan hanya karena jumlah (populasi)nya yang sangat sedikit, melainkan juga karena populasi tersebut sangat terbatas secara geografis

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

PENGERTIAN, FUNGSI DAN TEKNIK PEMBANGUNAN PLOT SAMPEL PERMANEN (PSP)

PENGERTIAN, FUNGSI DAN TEKNIK PEMBANGUNAN PLOT SAMPEL PERMANEN (PSP) PENGERTIAN, FUNGSI DAN TEKNIK PEMBANGUNAN PLOT SAMPEL PERMANEN (PSP) I Wayan Susi Dharmawan (Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi) Disampaikan pada acara Lokakarya Sinergitas Program dan Kebijakan Provinsi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi aktif yang terdapat di Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.)

STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Berita Biologi, Volume 6, Nomor 2. Agustus 2002 STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang ABSTRAK Sejak tahun 1990 eboni

Lebih terperinci

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN 1412-4645 EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN JATI PADA AREAL GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Evaluation of plant growth in Teak on National Movement for

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub

Lebih terperinci

Sugeng Pudjiono 1, Hamdan Adma Adinugraha 1 dan Mahfudz 2 ABSTRACT ABSTRAK. Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A.

Sugeng Pudjiono 1, Hamdan Adma Adinugraha 1 dan Mahfudz 2 ABSTRACT ABSTRAK. Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A. Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A. & Mahfudz PEMBANGUNAN KEBUN PANGKAS JATI SEBAGAI SALAH SATU SUMBER BENIH UNTUK MENDAPATKAN BIBIT UNGGUL GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM PENANAMAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

EVALUASI AWAL KOMBINASI UJI SPESIES-PROVENAN JENIS-JENIS SHOREA PENGHASIL TENGKAWANG DI GUNUNG DAHU, BOGOR, JAWA BARAT

EVALUASI AWAL KOMBINASI UJI SPESIES-PROVENAN JENIS-JENIS SHOREA PENGHASIL TENGKAWANG DI GUNUNG DAHU, BOGOR, JAWA BARAT Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 11 No. 3, Desember 2014: 157-164 ISSN: 1829-6327 Terakreditasi No.: 482/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 EVALUASI AWAL KOMBINASI UJI SPESIES-PROVENAN JENIS-JENIS SHOREA PENGHASIL

Lebih terperinci

Evaluasi pertumbuhan tanaman uji keturunan eboni (Diospyros rumphii) umur satu tahun di persemaian

Evaluasi pertumbuhan tanaman uji keturunan eboni (Diospyros rumphii) umur satu tahun di persemaian PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 4, Juli 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 800-804 DOI: 10.13057/psnmbi/m010422 Evaluasi pertumbuhan tanaman uji keturunan eboni (Diospyros rumphii) umur satu

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eucalyptus pellita F. Muell (E. pellita) merupakan spesies cepat tumbuh yang mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis yang lembab dengan musim kering tidak lebih

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau (tetua) dan keturunannya dari hasil perkawinan

Lebih terperinci

PERANAN TAMAN HUTAN RAYA DALAM KONSERVASI SUMBERDAYA GENETIK : PELUANG DAN TANTANGANNYA

PERANAN TAMAN HUTAN RAYA DALAM KONSERVASI SUMBERDAYA GENETIK : PELUANG DAN TANTANGANNYA PERANAN TAMAN HUTAN RAYA DALAM KONSERVASI SUMBERDAYA GENETIK : PELUANG DAN TANTANGANNYA The Role of Grand Forest Park in The Genetic Conservation : Its Opportunities and Challenges Tri Pamungkas Yudohartono

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Nursyamsi dan Suhartati

Nursyamsi dan Suhartati Info Teknsi EBONI Vol. 10 No. 1, Mei 2013 : 48-57 PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla King) DAN SUREN (Toona sinensis ) DI WILAYAH DAS DATARA KAB. GOWA Balai Penelitian Kehutanan Makassar,

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan 23 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih (Gambar 3), bekerjasama dan di bawah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

Variasi genetik pertumbuhan tanaman uji keturunan nyatoh (Palaquium obtusifolium) umur 1,5 tahun di hutan penelitian Batuangus, Sulawesi Utara

Variasi genetik pertumbuhan tanaman uji keturunan nyatoh (Palaquium obtusifolium) umur 1,5 tahun di hutan penelitian Batuangus, Sulawesi Utara PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 4, Juli 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 819-823 DOI: 10.13057/psnmbi/m010426 Variasi genetik pertumbuhan tanaman uji keturunan nyatoh (Palaquium obtusifolium)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis Widiarti 1 dan Nurlina 2 Abstrak: Kalimantan Selatan mempunyai potensi untuk

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (209-214) ISSN 0215-2525 EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS The Effectivity of Mass Selection Method in

Lebih terperinci

VARIASI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN BIBIT JABON DARI DUA PROVENAN BERBEDA

VARIASI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN BIBIT JABON DARI DUA PROVENAN BERBEDA Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 10 No. 1, Maret 2013: 7-16 ISSN: 1829-6327 Terakreditasi No.: 482/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 VARIASI KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN BIBIT JABON DARI DUA PROVENAN BERBEDA Variation

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2011, hlm. 143-148 ISSN 0853 4217 Vol. 16 No.3 POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi

Lebih terperinci

Ukuran Populasi Efektif, Ukuran Populasi Aktual dan Laju Inbreeding Per Generasi Itik Lokal di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam ABSTRACT

Ukuran Populasi Efektif, Ukuran Populasi Aktual dan Laju Inbreeding Per Generasi Itik Lokal di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam ABSTRACT Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2012 Vol. 14 (3) ISSN 1907-1760 Ukuran Populasi Efektif, Ukuran Populasi Aktual dan Laju Inbreeding Per Generasi Itik Lokal di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI LEMPUNG 20/05/2013 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI JOGYAKARTA SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor kesesuaian

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 101 108 ISSN 2407-9049 EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Marketing eficient

Lebih terperinci