KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI"

Transkripsi

1 KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI JURNAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persaratan Dalam Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) Pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia Dan Daerah Oleh BUNI YAMIN E1C UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2016

2

3 KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI Buni Yamin, Sapiin, Murahim PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM Buniyamin21@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekranisasi novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro yang ditransformasikan ke dalam film dengan judul yang sama karya sutradara Rizal Mantovani. Jangkauan analisis ini meliputi ekranisasi berupa pengurangan (latar, tokoh dan penokohan) novel dalam film, penambahan (latar, tokoh dan penokohan) dalam film dan perubahan bervariasi (latar, tokoh dan penokohan) novel dan film. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif naratif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka dan metode dokumenter, selanjutnya metode analisis data menggunakan pendekatan struktural. Hasil penelitian ini adalah : (1) Ekranisasi berupa pengurangan (latar, tokoh dan penokohan) novel dalam film adalah dirancang oleh sutradara karena adanya beberapa hal, antara lain untuk memadatkan pesan kepada penonton, adanya keterbatasan waktu karena film memiliki batasan durasi, dan karena medium gambar yang terdapat dalam film tidak dapat menggambarkan semua hal yang ada dalam novel, (2) Ekranisasi berupa penambahan (Latar, tokoh dan penokohan) dalam film adalah sebagian besar menyesuaikan dalam novel. Akan tetapi, terdapat beberapa penambahan yang sebelumnya tidak terdapat dalam novel. Namun, yang ada tidak memperburuk cerita, melainkan sebagai bukti kreatifitas sutradara untuk mengemas film yang diproduksi, (3) Ekranisasi berupa perubahan variasi (Latar, tokoh dan penokohan) dalam novel dan film adalah tidak merubah karakter yang ada dalam novel 5 Cm. Hal tersebut dilakukan sutradara selaku pembuat film 5 Cm, hanya untuk kepentingan penikmat cerita yang tak lain adalah para penonton. Perubahan beberapa variasi membuktikan kreatifitas yang dimiliki seorang sutradara. Kata Kunci : Ekranisasi, Novel, dan Film

4 INVESTIGATE TRANSFERRING OF NOVEL 5 CM CREATION BY DONNY DHIRGANTORO AND FILM 5 CM CREATION BY PLAY DIRECTION RIZAL MANTOVANI Buni Yamin, Sapiin, Murahim PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM Buniyamin21@gmail.com ABSTRACT This research would like to analysis transferring of Novel 5 CM creation by Donny Dhirgantoro Who transformated into film with the same title, creation by film or play director Rizal Mantovani. Reach to analysis include transferring like decrease in (background, figure, character in story ) novel in film, to increasing ( background, figure, and character in story ) in film and modification of variation ( background, figure, and character in story ) Novel and film. This research using descriptive, qualitative, and narrative method. For Accumulation data that is using book research and documentary method and for analysis data that is using structural approach. The result of this research are: (1).Transferring like decrease in (background, figure, and character in story) novel in film who arranged by play director because of there are some case, such as for solidify message to audience and limited of time because the film has limitation of duration, and also because of mediation of film cannot describe all of things in novel, (2). Transferring like increasing of (background, figure, and character in story) in film is adapt in novel, but there are some increment before was not found in novel. But however it s not make worse of story in film, except as proof creation of play direction in film that production. (3) Transferring like change of variation ( background, figure, and character in story ) in novel and film is not change character in novel 5 Cm, in that case play direction just do that as author of film 5 Cm, only for the importance and the happiness to audience, the modification in some variation is evidence of creation who has a play direction. Keyword: Transferring, Novel, and Film

5 A. PENDAHULUAN Berbagai alasan mendasari proses ekranisasi dari novel ke film. Alasan-alasan tersebut antara lain karena sebuah novel sudah terkenal, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan cerita novel itu. Alasan lain adalah karena ide cerita novel dianggap bagus oleh masyarakat dan penulis skenario film. Ketika film ditayangkan, kebanyakan para pembaca yang sudah terlebih dulu membaca novel tersebut merasa kecewa terhadap hasil film transformasinya. Hal ini dikarenakan gambar-gambar yang dihadirkan film disertai suara dan musik, sehingga membatasi seorang penonton untuk berimajinasi. Selain itu, faktor film yang terikat dengan durasi menyebabkan para pekerja film harus kreatif untuk dapat memilih peristiwa-peristiwa penting untuk difilmkan. Sejak awal, film memang tidak hanya berfungsi sebagai media penghibur semata, film juga digunakan sebagai alat berbagi informasi dan pendapat terutama menyangkut tujuan sosial (Subarkat, 2008). Hal inilah yang lambat laun menyajikan pengaruh secara emosional terhadap jiwa manusia. Kesanggupannya mencapai banyak segmen sosial membuat film memiliki pengaruh terhadap masyarakat luas. Film dapat dijadikan sebagai dokumen kehidupan yang mewakili kenyataan hidup masyarakat, baik kenyataan tersebut tertuang dalam bentuk khayalan ataupun fakta. Berdasarkan paparan di atas, novel 5 Cm diekranisasi ke dalam film dikarenakan novel 5 Cm sudah terkenal, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan cerita novel itu, ide cerita novel 5 Cm dianggap bagus oleh masyarakat dan penulis skenario film. Film 5 Cm dalam lima hari tayang, sudah mencapai penonton. Hal itu juga yang mejadikan dasar dilakukannya penelitian ini. Disamping itu penting pula kiranya mengetahui bagaimana proses ekranisasi dari novel ke film terjadi sehingga menjadi sebuah film. Novel 5 Cm adalah novel yang memikat para penontonnya dengan bagaimana kita menjalin persahabatan, cinta dan impian dalam diri kita khususnya buat saya. Dalam proses ekranisasi kita bisa mengetahui bentuk pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi yang terdapat dalam novel dan film 5 Cm.

6 B. LANDASAN TEORI Ekranisasi adalah suatu proses pemindahan atau pengadaptasian dari novel ke film. Eneste (1991: 60) menjelaskan bahwa ekranisasi adalah suatu proses pelayarputihan atau pemindahan / pengangkatan sebuah novel ke dalam bentuk film (ecran dalam bahasa Prancis berarti layar ). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, (Nugriyantoro, 1995:216). Kata penokohan berasal dari kata tokoh yang berarti pelaku, karena yang dilukiskan dalam cerita adalah pelaku cerita atau watak-watak tokohnya sehingga penokohan disebut sebagai perwatakan. Dalam perkembangan sebuah karya sastra (cerita, novel dan lain-lain), perlu dikenal dan diketahui tokoh dan penokohan yang terdapat di dalam cerita yang dibaca. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:165). Novel adalah karya sastra berbentuk tulisan atau sudah disusun menjadi sebuah buku, yang memiliki urutan kejadian suatu peristiwa, biasanya bersifat khayalan ataupun kisah nyata yang memunculkan imajinasi. Selain itu, makna-makna dalam karya sastra sengaja disembunyikan maksud yang sebenarnya, sehingga menambah nilai estetika tersendiri bagi karya sastra, sastra juga dapat berguna atau bermanfaat bagi pembaca. Berdasarkan pengertian film di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah gambaran kehidupan manusia yang banyak terjadi di sekitar kita dituangkan dalam bentuk audio visual, bisa disaksikan oleh semua orang kapanpun dan dimanapun.

7 C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriprif kualitatif naratif. Menurut Bogdan dan Tylor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi Moleong menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif naratif, dikarenakan ada beberapa pertimbangan di antaranya adalah penelitian ini bersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal dengan apa adanya, maksudnya adalah data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata atau penalaran, gambar, dan bukan angkaangka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan kualitatif; penyajian data dilakukan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan responden; lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan. Suatu rencana prosedur kualitatif harus menghasilkan bagian tentang naratif yang muncul dari analisa data. D. PEMBAHASAN 1. Ekranisasi Berupa Pengurangan (Latar, Tokoh dan Penokohan) Novel dalam Film Novel 5 Cm memiliki 12 latar, dan dalam film memiliki 9 latar. Latar yang sama dalam novel dan film berjumlah 8 latar. Sehingga dapat disimpulkan, terdapat 4 latar yang mengalami pengurangan. Pengurangan latar yang dimaksud antara lain pengurangan latar sekolah, Bogor, Stasiun Lempuyungan, dan Stasiun Madiun. Pengurangan latar di atas dirancang oleh sutradara karena adanya beberapa hal, antara lain untuk memadatkan pesan kepada penonton, adanya keterbatasan waktu karena film memiliki batasan durasi, dan karena medium gambar yang terdapat dalam film tidak dapat menggambarkan semua hal yang ada dalam novel. Pengurangan tersebut menunjukkan bahwa latar yang ditampilkan dalam film merupakan latar-latar yang penting dan memadai. Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa bentuk ekranisasi berupa pengurangan tokoh dan penokohan novel dalam film adalah tokoh dan penokohan

8 yang terdapat dalam novel 5 Cm antara lain, Arial, Genta, Ian, Riani, Zafran, Arinda, Mama Arial, Indy, Citra, Pak Sukonto Legowo, Mas Dono, Pak Nono, Mbok Penjual Nasi, Mas Gembul, dan tokoh yang terakhir adalah Deniek. Adapun pengurangan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam film 5 Cm berjumlah 3 tokoh yaitu, Mbok Penjual Nasi, Mas Gembul, dan Deniek. Sementara tokoh yang tetap berada dalam film tetapi mengalami perubahan nama, yaitu dalam novel bernama Nono sedangkan dalam film bernama Rudi. Pengurangan beberapa tokoh di atas dilatarbelakangi oleh beberapa hal antara lain, peran tokoh yang dikurangi keberadaannya tidak terlalu berpengaruh dalam jalanya cerita. Selain itu, keterbatasan teknis film atau medium film terdapat durasi waktu yang terbatas dan alasan mengganggu jalannya cerita jika tokoh- tokoh tersebut tetap dihadirkan. Sementara itu, pengurangan watak dari beberapa tokoh dalam film betujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak pada tokoh lain yang juga berkontribusi besar dalam film, tetapi watak dalm novel tidak begitu dimunculkan. 2. Ekranisasi Berupa Penambahan (Latar, Tokoh dan Penokohan) dalam Film Berdasarkan latar novel di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk ekranisasi berupa penambahan latar novel dalam film adalah Latar-latar yang terdapat dalam film 5 Cm tidak jauh berbeda dengan latar yang terdapat dalam novel antara lain Rumah Arial di malam hari, Secret Garden, Kampus Ian, Stasiun Senen pada siang hari, Stasiun Malang, Ranu Pane malam hari, Ranu Kumbolo siang hari, dan latar terakhir adalah Puncak Mahameru pagi hari. Latar dalam film 5 Cm sebagian besar menyesuaikan dengan latar yang terdapat dalam novel. Akan tetapi, terdapat beberapa penambahan latar yang sebelumnya tidak terdapat dalam novel. Namun, latar-latar yang ada tidak memperburuk cerita, melainkan sebagai bukti kreatifitas sutradara untuk mengemas film yang diproduksi. Film 5 Cm memiiki satu latar tambahan yaitu latar tempat warung roti bakar. Latar tempat warung roti bakar merupakan tempat Arial dan Indy membeli jagung bakar dan menghabiskan waktu malam di sana.

9 Latar tambahan dalam film 5 Cm merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Aktifitas para tokoh yang bergulat pada suatu aktifitas rutin membutuhkan tempat yang jelas. Penulis novel sering berfokus pada beberapa latar yang sama, sehingga cerita tampak monoton. Selain itu, penulis kadang melupakan latar-latar penting yang mendukung jalanya cerita. Oleh karena itu, penambahan latar dalam film bertujuan untuk melengkapi latar yang kurang dalam novel. Bentuk ekranisasi berupa penambahan tokoh dan penokohan novel dalam film adalah tokoh dan penokohan yang terdapat dalam film 5 Cm antara lain, Arial, Genta, Ian, Riani, Zafran, Arinda, Mama Arial, Indy, Citra, Pak Sukonto Legowo, Mas Dono, dan Pak Nono. Adapun tokoh dan penokohan yang terdapat dalam film 5 Cm mengalami beberapa perbedaan dengan novel yaitu terdapat penambahan tokoh dan penokohan seperti mama Zafran, papa Arial dan mama papa Ian. Sementara tokoh yang tetap berada dalam film tetapi mengalami perubahan nama, yaitu dalam novel bernama Nono dan dalam film bernama Rudi. Dari segi tokoh dan penokohan dalam novel 5 Cm tidak jauh berbeda dengan tokoh dan penokohan dalam film 5 Cm. Namun terdapat beberapa tokoh tambahan dalam film 5 Cm yang sebelumnya tidak ada dalam novel. Hal ini dikarenakan tokohtokoh tambahan tersebut dibutuhkan untuk menciptakan keutuhan cerita. Terdapat tiga tokoh tambahan dalam film 5 Cm yaitu mama Zafran, mama papa Ian dan ayah Arial. Tiga tokoh tersebut membantu jalannya cerita. Sutradara dapat merancang sebuah film agar memiliki klimaks yang apik dan menarik. Klimaks dalam sebuah film merupakan inti jalannya cerita. Penambahan jumlah tokoh dalam film merupakan sebuah cara untuk menemukan klimaks yang tepat. 3. Ekranisasi Berupa Perubahan Variasi Variasi (Latar, Tokoh Dan Penokohan) Dalam Novel Dan Film Dalam novel novel 5 Cm, terdapat 12 latar yang ditampilkan yaitu Rumah Arial, Secret Garden, Sekolah, Bogor, Kampus Ian, stasiun senen, Stasiun Lampuyangan yang terletak di Jogjakarta, Stasiun kereta Madium, Stasiun Malang, Ranu Pane, Ranu Kumbolo, dan Puncak Mahameru. Latar yang terdapat dalam novel

10 secara jelas ditulis dalam novelnya, sedangkan dalam film latarnya dapat dilihat berdasarkan gambar-gambar yang ditampilkan. Sedangkan dalam film 5 Cm terdapat 9 latar yang ditampilkan yaitu warung roti bakar, Rumah Arial, Secret Garden, kampus Ian, Stasiun Senen, Stasiun Malang, Ranu Pane, Ranu Kumbolo dan Puncak Mahameru. Perubahan latar yang terjadi pada novel ke dalam film, tidak mungkin bisa ditampilkan seluruhnya karena keterbatsan waktu dan durasi. Namun, hal tersebut tidak banyak merubah alur cerita yang ingin ditampilkan sutradara dalam film. Latar yang digunakan dalam novel 5 Cm tidak semua bisa diwujudkan seutuhnya oleh sutradara ketika difilmkan. Karena adanya keterbatasan waktu dan durasi, sehingga hal tersebut tidak bisa diwujudkan. Namun, hal tersebut tidak mengurangi minat dan antusias para pemain film, maupun peminat film untuk terus menyelesaikan film tersebut sehingga dapat diminati oleh banyak orang. Perubahan variasi latar bertujuan agar cerita dalam film tidak benar-benar persis atau sama dengan novelnya. Prolog diawal dapat berubah posisi menjadi di tengah atau di akhir cerita dalam film. Hal ini dilakukan agar cerita dalam film menemukan klimaks cerita. Dalam novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro terdapat lima tokoh utama yang kemunculannya sering dan selalu bersama-sama. Kelima tokoh tersebut adalah Arial, Genta, Ian, Riani, dan Zafran. Terdapat juga tokoh tambahan yang utama yaitu Arinda saudara kembar Arial yang kemunculannya lebih banyak dari tokoh tambahan lainnya. Sedangkan, untuk tokoh tambahan terdapat 9 tokoh yaitu mama Arial, Indy, Citra, Pak Sukonto Legowo, Mas Dono, Pak Nono, Mas Gembul, Mbok penjual nasi, dan Deniek. Sedangkan dalam film 5 Cm karya Rizal Mantovani tidak terdapat perubahan pada tokoh utama maupun tokoh tambahan yang utama. Namun, terdapat beberapa perubahan baik pengurangan maupun penambahan tokoh. Pada film terdapat 4 karakter tokoh tambahan yang tidak ada dalam novel 5 Cm seperti munculnya Papa Arial, Mama Zafran dan Orangt tua Ian. Dalam novel, tokoh tersebut memang pernah disebutkan keberadaanya, namun tidak memiliki peran penting dan tidak terdapat

11 dialog. Kemudian dalam film, terdapat juga tiga tokoh yang ada dalam novel, namun tidak dimunculkan dalam film, yaitu tokoh Mas Gembul, Mbok penjual nasi, Deniek, dan tokoh Pak Nono yang dalam film namanya mengalami perubahan menjadi Rudi. Sedangkan pada tokoh dan penokohan mengalami sedikit perubahan. Pertama,Genta. Dalam novel, Genta digambarkan sosok pemuda yang berbadan agak besar, memakai kacamata dan seorang perokok. Sedangkan dalam film, sosok Genta digambarkan sebaliknya. Tokoh kedua yaitu Arial, dalam novel Ia digambarkan sosok pemuda atletis berbadan kekar dan berkulit hitam. Sedangkan dalam film, Ia digambarkan sosok pemuda tampan yang berkulit putih dan tetap atletis. Tokoh ketiga yaitu Zafran, tidak ada banyak perubahan terhadap tokoh Zafran. Perubahan yang terjadi hanya pada model rambut yang Ia miliki. Dalam novel, Zafran digambarkan pemuda yang memiliki rambut gondrong atau panjang. Sedangkan pada film Ia digambarkan sebaliknya. Tokoh keempat yang mengalami sedikit perubahan adalah pada tokoh Riani yang dalam novel digambarkan sebagai seorang gadis berkacamata yang berpenampilan sederhana namun tetap cantik, memiliki rambut panjang yang selalu diikat.sedangkan dalam film digambarkan sebaliknya, sosok Riani digambarkan sebagai gadis cantik yang berpenampilan feminim tidak menggunakan kacamata dan memiliki rambut panjang yang selalu digerai indah. Dari segi karakter, tidak ada perubahan besar yang terjadi. Semua karakter dalam novel, berhasil digambarkan dengan baik dalam film. Perubahan yang terjadi pada beberapa tokoh di atas, tidak merubah karakter yang ada dalam novel 5 Cm. Hal tersebut dilakukan sutradara selaku pembuat film 5 Cm, hanya untuk kepentingan penikmat cerita yang tak lain adalah para penonton. Perubahan beberapa variasi membuktikan kreatifitas yang dimiliki seorang sutradara dalam menggambarkan tokoh-tokoh yang sulit untuk dihadirkan.

12 E. SIMPULAN DAN SARAN Ekranisasi berupa pengurangan (latar) novel dalam film adalah Pengurangan latar dirancang oleh sutradara karena adanya beberapa hal, antara lain untuk memadatkan pesan kepada penonton, adanya keterbatasan waktu karena film memiliki batasan durasi, dan karena medium gambar yang terdapat dalam film tidak dapat menggambarkan semua hal yang ada dalam novel. Pengurangan tersebut menunjukkan bahwa latar yang ditampilkan dalam film merupakan latar-latar yang penting dan memadai. Ekranisasi berupa pengurangan (tokoh dan penokohan) novel dalam film adalah dilatarbelakangi oleh beberapa hal antara lain, peran tokoh yang dikurangi keberadaannya tidak terlalu berpengaruh dalam jalanya cerita. Selain itu, keterbatasan teknis film atau medium film terdapat durasi waktu yang terbatas dan alasan mengganggu jalannya cerita jika tokoh- tokoh tersebut tetap dihadirkan. Sementara itu, pengurangan watak dari beberapa tokoh dalam film betujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak pada tokoh lain yang juga berkontribusi besar dalam film, tetapi watak dalm novel tidak begitu dimunculkan. Ekranisasi berupa penambahan (latar) novel dalam film adalah Latar dalam film 5 Cm sebagian besar menyesuaikan dengan latar yang terdapat dalam novel. Akan tetapi, terdapat beberapa penambahan latar yang sebelumnya tidak terdapat dalam novel. Namun, latar-latar yang ada tidak memperburuk cerita, melainkan sebagai bukti kreatifitas sutradara untuk mengemas film yang diproduksi. Film 5 Cm memiiki satu latar tambahan yaitu latar tempat warung roti bakar. Latar tempat warung roti bakar merupakan tempat Arial dan Indy membeli jagung bakar dan menghabiskan waktu malam di sana. Latar tambahan dalam film 5 Cm merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Aktifitas para tokoh yang bergulat pada suatu aktifitas rutin membutuhkan tempat yang jelas. Penulis novel sering berfokus pada beberapa latar yang sama, sehingga cerita tampak monoton. Selain itu, penulis kadang melupakan latar-latar penting yang mendukung jalanya cerita. Oleh karena itu, penambahan latar dalam film bertujuan untuk melengkapi latar yang kurang dalam novel.

13 Ekranisasi berupa penambahan (tokoh dan penokohan) novel dalam film adalah dari segi tokoh dan penokohan dalam novel 5 Cm tidak jauh berbeda dengan tokoh dan penokohan dalam film 5 Cm. namun terdapat beberapa tokoh tambahan dalam film 5 cm yang sebelumnya tidak ada dalam novel. Hal ini dikarenakan tokohtokoh tambahan tersebut dibutuhkan untuk menciptakan keutuhan cerita. Sutradara dapat merancang sebuah film agar memiliki klimaks yang apik dan menarik. Klimaks dalam sebuah film merupakan inti jalannya cerita. Penambahan jumlah tokoh dalam film merupakan sebuah cara untuk menemukan klimaks yang tepat. Ekranisasi berupa perubahan variasi (latar) novel dan film 5 Cm adalah latar yang digunakan dalam novel 5 Cm tidak semua bisa diwujudkan seutuhnya oleh sutradara ketika difilmkan. Karena adanya keterbatasan waktu dan durasi, sehingga hal tersebut tidak bisa diwujudkan. Namun, hal tersebut tidak mengurangi minat dan antusias para pemain film, maupun peminat film untuk terus menyelesaikan film tersebut sehingga dapat diminati oleh banyak orang. Perubahan variasi latar bertujuan agar cerita dalam film tidak benar-benar persis atau sama dengan novelnya. Prolog diawal dapat berubah posisi menjadi pertengahan atau di akhir cerita dalam film. Hal ini dilakukan agar cerita dalam film menemukan klimaks cerita. Ekranisasi berupa perubahan variasi (tokoh dan penokohan) novel dan film 5 Cm adalah tidak merubah karakter yang ada dalam novel 5 Cm. Hal tersebut dilakukan sutradara selaku pembuat film 5 Cm, hanya untuk kepentingan penikmat cerita yang tak lain adalah para penonton. Perubahan beberapa variasi membuktikan kreatifitas yang dimiliki seorang sutradara dalam menggambarkan tokoh-tokoh yang sulit untuk dihadirkan. Adapun saran dalam penelitian ini adalah Penelitian ekranisasi novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro ke film 5 Cm karya Rizal Mantovani dapat digunankan sebagai perbandingan dengan penelitian- penelitian yang lain yang telah ada sebelumnya.

14 Penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif dalam penelitian selanjutnya.

15 DAFTAR PUSTAKA Aderia, Prastika Ekranisasi Novel ke Film Surat Kecil Untuk Tuhan. Aminuddin Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang : Sinar Baru Damono, Sapardi Djoko Sastra Bandingan. Jakarta : Editum Dhirgantoro, Donny Cm. Jakarta. Gramedia pustaka Endraswara, Swardi Metode Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Wedatama Eneste, pamusuk Novel dan film. Ende : Nusa Indah Hayati, Ria Hikmatul Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa : Sebuah Kajian Ekranisasi. Mataram. Universitas Mataram Jhon, W. Creswell. Penelitian Kualitatif dan desain Riset : Pustaka Pelajar KBBI Jakarta : Balai Pustaka Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) Mantovani, Rizal. Film 5 Cm Soraya Intercine Films. Nofia (2014). Analisis Fakta Cerita Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari dalam Film Perahu Kertas 1 dan 2 Nurgiyantoro, Burhan Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahman, Wildan Taufiqur Ekranisasi Novel dan Film di Bawah Lindungan Ka bah. Jakarta Subarkat Pengaruh Tayangan Film Dokumenter Finalis Eagle Award 2008 di Metro TV Terhadap Sikap Peduli Pada Lingkungan Hidup. Jakarta : Universitas Mercu Buana Tarigan, Henry Guntur Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa

16 Wiratama, Bima Sakti Aspek-Aspek Perubahan Adegan dalam Film Une de Campagne Karya Sutradara Jean Renoir Diangkat dari Cerpen Karya Guy de Maupassant: Analisis Ekranisasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari lahirnya berbagai macam sastra yang tentu tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film sebagai salah satu dari sekian banyak hal yang ditunggu-tunggu oleh pecinta

BAB I PENDAHULUAN. Film sebagai salah satu dari sekian banyak hal yang ditunggu-tunggu oleh pecinta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film sebagai salah satu dari sekian banyak hal yang ditunggu-tunggu oleh pecinta film, karena film bukan hanya sebagai sarana hiburan masyarakat yang dapat dinikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para seniman sering melakukan hal tersebut dalam menciptakan karya sastra, misalnya pembuatan

Lebih terperinci

EKRANISASI CERITA NOVEL AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR DENGAN FILM AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA SUTRADARA FINDO PURWONO HW

EKRANISASI CERITA NOVEL AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR DENGAN FILM AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA SUTRADARA FINDO PURWONO HW EKRANISASI CERITA NOVEL AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR DENGAN FILM AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA SUTRADARA FINDO PURWONO HW Yeni Putri 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Sastra

Lebih terperinci

EKRANISASI NOVEL SUNSHINE BECOMES YOU KARYA ILANA TAN KE FILM SUNSHINE BECOMES YOU KARYA SUTRADARA ROCKY SORAYA

EKRANISASI NOVEL SUNSHINE BECOMES YOU KARYA ILANA TAN KE FILM SUNSHINE BECOMES YOU KARYA SUTRADARA ROCKY SORAYA EKRANISASI NOVEL SUNSHINE BECOMES YOU KARYA ILANA TAN KE FILM SUNSHINE BECOMES YOU KARYA SUTRADARA ROCKY SORAYA Titi Fitri Suwella 1, Nurizzati 2, Zulfadhli 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang bersifat imajinatif. Hal tersebut sependapat dengan Nurgiyantoro (2005:2) sebagai hasil yang

Lebih terperinci

SOFT SKILL TOKOH DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO ARTIKEL ILMIAH DESMARINA NPM

SOFT SKILL TOKOH DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO ARTIKEL ILMIAH DESMARINA NPM SOFT SKILL TOKOH DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO ARTIKEL ILMIAH DESMARINA NPM 10080267 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DIRGANTORO TERHADAP FILM 5 CM KARYA RIZAL MANTOVANI DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DIRGANTORO TERHADAP FILM 5 CM KARYA RIZAL MANTOVANI DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DIRGANTORO TERHADAP FILM 5 CM KARYA RIZAL MANTOVANI DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Untuk keperluan ini, manusia dapat menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konflik dalam novel 5 cm

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konflik dalam novel 5 cm BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Konflik dalam Novel Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro adalah sebagai berikut. a. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah pengubahan karya sastra atau kesenian menjadi bentuk kesenian yang

BAB II KAJIAN TEORI. adalah pengubahan karya sastra atau kesenian menjadi bentuk kesenian yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Alih Wahana Kegiatan alih wahana dalam beberapa tahun terakhir menjadi hal yang sering dibicarakan. Bahasan yang sering dijadikan pembicaraan dan bahan studi adalah pengubahan

Lebih terperinci

Analisis Nilai Moral, Nilai Nasionalisme dan Nilai Pendidikan dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro

Analisis Nilai Moral, Nilai Nasionalisme dan Nilai Pendidikan dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro Analisis Nilai Moral, Nilai Nasionalisme dan Nilai Pendidikan dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro Rosmeri Saragih Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USI Abstrak Metode ini adalah bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh Felly Mandasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI

TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI Rizky Nur Istiqomah *, Prof. Dr. Agus Maladi Irianto. M.A., Laura Andri R.M., S.S., M.A. Program Studi

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro

Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro impian. harapan. citacita. penciptaan. alamnya. tanahnya. udaraku. udaranya. cinta. harapan. ilmu. sahabatku. negeriku. langit-langit kamarku. syairku. ke-aku-anku.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA 1 ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Joko Wahyudiyanto Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa di dalam masyarakat untuk wujud pemakaian bahasa berupa kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa terjadi pada tataran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO Oleh: Eni Kustanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI. Oleh. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI. Oleh. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI Oleh,, 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3)Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2013:1). Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. 2013:1). Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak jatuh dari langit, tetapi diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat, (Damono, 2013:1). Memahami,

Lebih terperinci

EKRANISASI NOVEL KE FILM SURAT KECIL UNTUK TUHAN

EKRANISASI NOVEL KE FILM SURAT KECIL UNTUK TUHAN EKRANISASI NOVEL KE FILM SURAT KECIL UNTUK TUHAN Prastika Aderia 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email : prastika.dederia@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH AFDAL RIFNANDA NPM 10080248 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra pada era modern sekarang ini sudah memiliki banyak definisi dan berbagai penafsiran dari masyarakat. Sastra selalu dikaitkan dengan seni dan keindahan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Rochimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Almahendra serta film 99 Cahaya di Langit Eropa arahan sutradara Guntur

BAB II LANDASAN TEORI. Almahendra serta film 99 Cahaya di Langit Eropa arahan sutradara Guntur 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra serta film 99 Cahaya di Langit Eropa arahan sutradara Guntur Soeharjanto

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Erfiana Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia erfiana@ymail.com ABSTRAKPenelitian ini bertujuanuntuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI TOKOH UTAMA NOVEL DI BAWAH CAHAYA LANGIT NEGERI SERIBU MENARA KARYA MIFTAHUR RAHMAN EL- BANJARY

KLASIFIKASI EMOSI TOKOH UTAMA NOVEL DI BAWAH CAHAYA LANGIT NEGERI SERIBU MENARA KARYA MIFTAHUR RAHMAN EL- BANJARY KLASIFIKASI EMOSI TOKOH UTAMA NOVEL DI BAWAH CAHAYA LANGIT NEGERI SERIBU MENARA KARYA MIFTAHUR RAHMAN EL- BANJARY ARTIKEL E-JOURNAL Oleh: Desy Ermawati NIM 100388201209 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

ANALISIS TEMA DAN LATAR NOVEL KELANA CINTA SYAFIYYA KARYA FITRIA PRATIWI

ANALISIS TEMA DAN LATAR NOVEL KELANA CINTA SYAFIYYA KARYA FITRIA PRATIWI ANALISIS TEMA DAN LATAR NOVEL KELANA CINTA SYAFIYYA KARYA FITRIA PRATIWI SKRIPSI Oleh MARIA ANJELINA NIM 080320717119 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan (transformasi) dari bentuk awal ke bentuk yang baru. Misalnya, dari syair menuju bentuk/rupa, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN CERITA NOVEL DENGAN FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

PERBANDINGAN CERITA NOVEL DENGAN FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH PERBANDINGAN CERITA NOVEL DENGAN FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH Rimata Ibrasma 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: rimataibrasma@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN Konflik Tokoh Utama dalam Novel Maya Karya Ayu Utami

ARTIKEL PENELITIAN Konflik Tokoh Utama dalam Novel Maya Karya Ayu Utami ARTIKEL PENELITIAN Konflik Tokoh Utama dalam Novel Maya Karya Ayu Utami 1) Helda Daniati 1, Gusnetti 2, Dainur Putri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2 Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG LAPORAN TUGAS AKHIR DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Seni Bidang Studi Fotografi Dan Film oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH Oleh: Elin Nofia Jumesa 1, Abdurahman 2, Emidar 3. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA 1 ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Hidayatik, Sukirno, Bagiya Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd. 0 PENGARUH MODEL THINK TALK WRITE (TTW)TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 TANJUNG PURA TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Sri Lestari Siregar Prof.

Lebih terperinci

EKRANISASI NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA KE FILM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA SUTRADARA KUNTZ AGUS

EKRANISASI NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA KE FILM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA SUTRADARA KUNTZ AGUS EKRANISASI NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA KE FILM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA SUTRADARA KUNTZ AGUS Megasari Martin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. 1 Komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA SKRIPSI

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA SKRIPSI ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA SKRIPSI diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7 Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh ABSTRAK Kenyataannya di SMK Farmasi Bakti Kencana Banjar beberapa siswa diantaranya kurang mampu menggunakan imajinasi atau

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Menulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Menulis Skenario Drama dan Film Fakultas 15FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menulis Skenario Penulisan naskah untuk drama, film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang yang memaparkan kejadian-kejadian, permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS TEMA, AMANAT, PENOKOHAN DAN LATAR NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI

ANALISIS TEMA, AMANAT, PENOKOHAN DAN LATAR NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI ANALISIS TEMA, AMANAT, PENOKOHAN DAN LATAR NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI ARTIKEL-JOURNAL Oleh SUSIANI NIM 090388201331 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I) ASMAWATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Wahyuningsih Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses 28/9/ :38 AM 2

BAB I PENDAHULUAN.  diakses 28/9/ :38 AM 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta adalah pengalaman yang paling penting dalam kehidupan manusia. Cinta juga dapat diartikan sebagai sebuah aksi pengorbanan diri dan empati terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya yang dapat menghibur sekaligus dapat memberikan pelajaran hidup kepada para penikmatnya. Hal tersebut dikarenakan karya

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Tri Sugiarti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

atau menjalaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 37 rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 38

atau menjalaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 37 rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 38 34 Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau pristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjalaskan hubungan, tidak menguji hipotesis

Lebih terperinci