DAYA HAMBAT EKSTRAK Na-ALGINAT DARI ALGA COKLAT JENIS Sargassum sp. TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA DAN BUAH JERUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA HAMBAT EKSTRAK Na-ALGINAT DARI ALGA COKLAT JENIS Sargassum sp. TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA DAN BUAH JERUK"

Transkripsi

1 DAYA HAMBAT EKSTRAK Na-ALGINAT DARI ALGA COKLAT JENIS Sargassum sp. TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA DAN BUAH JERUK Rohani Bahar, Adiba Arief, Sukriadi Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin Abstrak. Alginat adalah polimer organik keluarga polisakarida yang tersusun oleh dua unit monomer, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guluronat. Telah dilakukan penelitian ekstraksi natrium alginat dari alga coklat jenis Sargassum sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan ekstraksi natrium alginat dari alga coklat dan untuk menentukan masa simpan buah mangga dan buah jeruk dengan penggunaan larutan natrium alginat sebagai edible coating atau bahan pelapis pada buah serta menentukan konsentrasi optimum natrium alginat yang memiliki daya hambat maksimum terhadap pematangan buah mangga dan buah jeruk. Hasil analisis dengan FTIR menunjukkan bahwa natrium alginat hasil ekstraksi memiliki gugus fungsi yang mirip atau bahkan sama dengan natrium alginat dari pabrik. Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa kadar natrium alginat hasil ekstraksi adalah sebesar 29,19 %, larutan natrium alginat 1 % mempunyai ph 10,92 dan viskositas sebesar 60 cps, kadar air natrium alginat adalah 10,22 % dengan kadar abu sebanyak 40,67 %. Pengujian kemampuan natrium alginat dilakukan terhadap buah mangga arummanis dan buah jeruk manis dengan metode perendaman pada konsentrasi larutan 0-50 ppm. Pada buah mangga didapatkan konsentrasi larutan 15 ppm yang menunjukkan masa simpan maksimum yaitu dengan rata-rata 12,67 hari pada suhu ruangan dan tanpa perendaman hanya dapat disimpan selama rata-rata 8,67 hari. Sedangkan pada buah jeruk didapatkan konsentrasi larutan 25 ppm yang menunjukkan masa simpan maksimum yaitu dengan rata-rata 57,4 hari dan tanpa perendaman hanya dapat disimpan selama rata-rata 27,8 hari. Dari hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa natrium alginat berpotensi sebagai bahan pelapis untuk pengawetan buah. Kata kunci: Ekstrak Na-alginat, daya hambat, buah mangga, buah jeruk Abstract. Alamat korespondensi:r.bahar@yahoo.com 22

2 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar berupa kawasan pesisir dan lautan dan memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Salah satu sumberdaya laut yang cukup potensial dan merupakan komoditi ekspor adalah rumput laut (alga), baik yang alami maupun yang dibudidayakan. Saat ini Alga yang banyak diekspor masih berupa bahan mentah yaitu berupa alga kering, sedangkan hasil olahan alga seperti agar-agar, karaginan dan alginat masih diimpor dengan nilai yang cukup besar. Dari ratusan jenis alga yang ada di Indonesia, terdapat 5 jenis yang bernilai ekonomis tinggi dan tersebar luas di perairan Indonesia seperti Gracilaria dan Gelidium (keduanya penghasil agar), Eucheuma dan Hypea (sebagai penghasil karaginan), dan Sargassum (sebagai penghasil alginat). Sargassum sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber alginat yang banyak dibutuhkan dalam industri pangan/makanan maupun non pangan. Alginat merupakan polimer organik keluarga polisakarida yang tersusun oleh dua unit monomer, yaitu asam D-mannuronat dan asam L- guluronat. Alginat sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan coating karena merupakan senyawa polisakarida dan memenuhi kriteria sebagai edible coating, beberapa kriteria tersebut yaitu pertama, harus mampu menahan permeasi oksigen dan uap air; kedua, sebagai coating yang akan dilapiskan pada pangan/makanan, bahan haruslah tidak berwarna, tidak berasa, tidak menimbulkan perubahan pada sifat makanan; dan tentu saja harus aman dikonsumsi. Di luar negeri, edible coating sudah sejak dulu banyak diaplikasikan pada buah, sayuran, produk konfeksioneri (permen), produk olahan daging, dan masih banyak lagi. Fungsi dari edible coating selain dapat melindungi produk pangan, juga dapat mempertahankan penampakan asli produk. Selain itu kemasan edible dapat langsung dimakan dan aman bagi lingkungan. Penggunaan natirum alginat sebagai bahan edible coating didasarkan pada sifat fisika kimia alginat. Asam alginat tidak larut dalam air, karenanya yang biasa digunakan dalam industri adalah natrium alginat. Kemampuan natrium alginat sebagai polimer organik untuk menutupi pori-pori pada kulit buah sehingga dapat menghambat proses respirasi udara. Selain itu natrium alginat juga dapat dikonsumsi sehingga lebih aman bagi kesehatan jika dibandingkan dengan bahan kimia lainnya seperti penggunaan lilin pada bahan pangan. Penggunaan natrium alginat oleh para petani juga tergolong ekonomis karena penggunaannya yang tidak terlalu banyak untuk pengawetan bahan pangan. Teknologi pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan jumlah kehilangan zat dalam kandungannya. Pada tahapan pasca panen selalu terjadi kehilangan dan kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk kehilangan dan kerusakan pasca panen antara lain terjadi penyusutan bobot, pembusukan, penurunan secara fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Penanganan hasil pertanian khususnya dalam mempertahankan kesegaran, keutuhan, serta kesehatan terhadap buah sangat menentukan nilai ekonomisnya. Buah yang telah dipanen akan sangat banyak mengalami perubahan kimia, khususnya perubahan karena respirasi udara, perubahan kadar air, susunan molekul karbohidrat, perubahan asam dan perubahan ph yang pada akhirnya akan mengakibatkan buah dapat rusak dan akhirnya membusuk. 23

3 Tanpa adanya perlakuan coating, buah mangga dan buah jeruk akan cepat mengalami kerusakan seperti perubahan warna karena enzim dan mikroba, oleh karena itu diperlukan alternatif untuk mempertahankan kualitasnya dengan ekstrak Na-alginat dari alga coklat jenis Sargassum sp. sebagai edible coating untuk memperpanjang daya simpan buah tersebut sehingga dapat diperluas jangkauan distribusinya. Produksi alga di Indonesia yang cukup besar, akan tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Banyak yang diekspor berupa bahan mentah, sementara hasil olahannya seperti alginat masih diekspor dalam jumlah yang besar. Produksi alginat dari alga coklat dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstrak yang diperoleh berupa natrium alginat merupakan senyawa polisakarida dan aman untuk dikomsumsi sehingga dapat digunakan sebagai bahan coating untuk melapisi produk pangan khususnya buah mangga dan buah jeruk. Buah mangga dan buah jeruk merupakan komuditi holtikultur yang sangat riskan terkontaminasi oleh fungi dan mikroba, akibatnya akan cepat mengalami kerusakan sehingga akan mengalami perubahan fisiologis, kimia, sifat organoleptik (rasa, bau, dan tekstur). Perubahan tersebut akan menurunkan mutu buah secara drastis. Buah yang rusak biasanya tidak baik dan dan bahkan tidak sehat untuk dimakan. Laju kerusakan dari komoditi holtikultur tersebut sebenarnya dapat diperlambat dengan cara pemberian bahan coating. Dari berbagai jenis bahan yang lazim digunakan sebagai coating, ekstrak Na-alginat dari alga coklat sudah memenuhi kriteria sebagai bahan coating. Hanya saja pemanfaatannya sebagai bahan edible coating masih jarang digunakan, khususnya di Indonesia, padahal kriteria untuk kearah ini cukup baik. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan-bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alga coklat jenis Sargassum sp., buah mangga, buah jeruk manis, asam klorida (HCl p.a. Merck), natrium hidroksida (NaOH p.a. Merck), NaOH teknis, natrium karbonat (Na 2 CO 3 p.a. Merck), kalsium klorida (CaCl 2 teknis), natrium hipoklorit (NaOCl) teknis, isopropanol 95%, Iodin, indikator amilum, indikator pp, kertas saring, aluminium foil, aquadest. Adapun peralatan yang digunakan antara lain alat gelas yang umum digunakan, cawan porselin, neraca digital, tanur, vacum filter, oven, hot plate, ph meter, blender, desikator, buret, termometer, spektrofotometer FTIR Shimadzu, Viskometer Brookfield, dan plastik bening. 2.2 Prosedur Penelitian Preparasi Sampel Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari beberapa metode yang telah dilaksanakan sebelumnya. Sampel alga coklat (Sargassum sp.) yang dikumpulkan dari lokasi penelitian lalu dicuci sampai bersih dengan air tawar, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari langsung. Sampel dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian ditimbang sebanyak 10 gram Ekstraksi Natrium Alginat Serbuk Sargassum sebanyak 10 gram direndam dalam 100 ml larutan HCl 5 % selama 30 menit lalu dicuci dengan aquades, kemudian diekstraksi dengan menambahkan 200 ml larutan Na 2 CO 3 2 % sambil diaduk sampai menjadi pasta. Ekstraksi dilakukan pada 24

4 suhu 70 o C selama 2 jam, kemudian diencerkan dengan 300 ml aquades dan disaring dengan vacum filter. Setelah itu dipucatkan dengan menambahkan 50 ml larutan NaOCl 5 % dan ditambahkan 200 ml larutan CaCl 2 5 % lalu diaduk hingga terbentuk endapan kalsium alginat warna putih, kemudian disaring dan dibilas. Gel yang terbentuk ditambahkan 200 ml larutan HCl 5 %, lalu diaduk hingga terbentuk asam alginat yang ditandai dengan timbulnya gumpalan di bagian atas cairan, kemudian disaring dan dibilas. Setelah itu, asam alginat ditambahkan 200 ml larutan NaOH 10 %, lalu diaduk hingga terbentuk serat Naalginat kemudian disaring dan dibilas. Untuk proses pemurnian, ditambahkan dengan 200 ml isopropanol 95 % kemudian diaduk dan disaring. Endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 o C. Setelah kering, lalu dihaluskan dan ditimbang untuk penentuan kadar Naalginat yang dihasilkan Analisis Kualitatif Untuk mengetahui isomer gugus fungsi penyusun natrium alginat hasil ekstraksi dari alga coklat jenis Sargassum sp. dan natrium alginat dari pabrik digunakan alat spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red) Analisis Kuantitatif 1. Penetapan Kadar Na-alginat Kadar Natrium alginat % Bobot Natrium alginat g x 100% Bobot Sampel g 2. Penetapan Kadar Air Cawan porselin kosong kering dikonstankan beratnya lalu ditimbang dengan teliti 1 gram sampel kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu C selama 3 jam, kemudian dinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang, dikeringkan kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan dan ditimbang beratnya, dilakukan terus sampai diperoleh selisih dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,1 g. Kehilangan bobot menunjukkan kadar air sedangkan bobot sisa adalah zat padat dari bahan tersebut. Kadar air % Bobot awal Bobot akhir g 100% Bobot awal g 3. Penetapan Kadar Abu Sampel Na-alginat ditimbang 1 g dalam krus yang telah dikonstankan beratnya, lalu dipanaskan hingga zat mengarang. Sisa sampel dalam krus dibasahi dengan 1 ml asam nitrat, lalu dipanaskan perlahan-lahan hingga asap putih tidak terjadi lagi. Selanjutnya dimasukkan dalam tanur dan dipijarkan pada suhu 800 C ± 25 C hingga diperoleh bobot tetap. Kemudian ditentukan kadar abunya. Kadar abu % Bobot abu g Bobot sampel g x 100% 4. Pengukuran Viskositas Larutan 1% b/v natrium alginat dibuat dengan menggunakan pelarut aquades, kemudian diaduk hingga homogen lalu diukur viskositasnya menggunakan Viskometer Brookfield. Pengukuran dilakukan pada suhu kamar dengan menggunakan spindle nomor 3 kecepatan 50 rpm. 5. Pengukuran ph Larutan 1% b/v natrium alginat yang telah diukur viskositasnya, lalu diukur phnya menggunakan ph meter Pengawetan Buah Mangga dan Jeruk dengan Larutan Na-alginat Masing-masing sampel buah mangga dan buah jeruk manis direndam dalam larutan Na-alginat dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm, 35 ppm, 40 ppm, 45 ppm, 50 ppm dan tanpa perendaman sebagai pembanding. Perendaman dilakukan selama 1 jam, hingga diperkirakan keseluruhan pori dari buah tersebut tertutupi. Sampel buah dikeluarkan satu per satu dari wadah dan 25

5 Indonesia Chimica Acta, R. Bahar, dkk. ISSN X seluruh permukaannya dikeringkan dengan tissu secara hati-hati. Buah yang telah kering dikemas dalam plastik tembus pandang yang sebelumnya telah dilubangi dan diberi label sesuai konsentrasi larutan. Setiap buah dalam kemasan plastik disimpan secara teratur pada suhu ruangan, hingga sampel buah mengalami pembusukan. Lama penyimpanan dalam hari dicatat sebagai daya hambat ekstrak Na-alginat dari Sargassum sp. terhadap proses pematangan buah mangga dan buah jeruk. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Ekstraksi Natrium Alginat Hasil ekstraksi natrium alginat dari rumput laut coklat jenis Sargassum sp. yang diperoleh dari pulau Lae-Lae didapatkan ekstrak berwarna cokat muda, kemudian dilakukan karaterisasi natrium alginat dengan analisis kualitatif dengan menggunakan spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red). Dari hasil analisis menggunakan FTIR diperoleh puncak-puncak serapan yang menunjukkan gugus fungsi penyusun alginat. Hasil pengukurann spektrum natrium alginat dari hasil ekstraksi dibandingkan dengan natrium alginat dari pabrik, seperti terlihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Dari spektrum tersebut dapat diidentifikasi gugus-guguyang menunjukkan karakteristik natrium fungsi alginat sehingga diperoleh gambaran yang dapat dilihat pada Tabel 2. Kemiripan pola spektrum di daerah cm -1 menunjukkan bahwa natrium alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat pabrik mempunyai gugus-gugus fungsi yang mirip. Keberadaan puncak-puncak serapan pada daerah sekitar cm -1 menunjukkan adanya gugus hidroksil (O-H) yang berikatan dengan hidrogen. Bilangan gelombang cm -1 menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) sebagai gugus aromatik, cm -1 menunjukkan keberadaan gugus karboksil (C-O), sedangkan natrium dalam isomer alginat terletak pada puncak serapan 1614 cm -1 dan 1431 cm -1. Puncak serapan cm -1 menunjukkan dearah khas sidik jari guluronat, sedangkan cm -1 menunjukkan daerah khas sidik jari mannuronat. Daerah khas sidik jari guluronat dan mannuronat merupakan penanda spesifik bahwa sampel yang diteliti merupakan senyawa alginat.

6 Gambar 3.1 Spektrum FTIR dari natrium alginat hasil ekstraksi Gambar 3.2 Spektrum FTIR dari natrium alginat pabrik Tabel 1. Data spektrum FTIR natrium alginat hasil ekstraksi dan natrium alginat pabrik (Yulianto, 2007) Bilangan gelombang (cm -1 ) Hasil Ekstraksi Pabrik Interpretasi gugus fungsi Referensi rentang bil. gelombang (cm -1 ) 3446, ,94 Gugus hidroksil (O-H) , ,42 Gugus karbonil (C=O) , , , , , , , ,68 Gugus karboksil (C-O) Na dalam isomer alginat 1614 dan 1431 Natrium alginat yang diperoleh dari alga coklat jenis Sargassum sp. memiliki semua kemiripan pola puncak dan bilangan gelombang dengan natrium alginat pabrik. Spektrum FTIR yang diperoleh menunjukkan bahwa alginat dari pabrik dengan hasil ekstraksi memiliki struktur asam mannuroat dan asam guluronat. Natrium alginat yang diperoleh dari ekstraksi alga coklat jenis Sargassum sp. dilakukan analisis kuantitatif dengan parameter kadar, ph, viskositas, kadar air, dan kadar abu untuk membandingkan dengan standar mutu natrium alginat berdasarkan Food Chemical Codex. Dari hasil ekstraksi natrium alginat diperoleh data parameter mutu dari hasil analisis kuantitatif sebagai berikut. Kadar natrium alginat yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 29,19 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan 27

7 oleh Rasyid (2001) bahwa kadar natrium alginat alga coklat jenis Sargassum sp. dari perairan kepulauan Spermonde (Sulawesi Selatan) yaitu sebesar 23,86 30,1 %. Larutan natrium alginat 1 % hasil ekstraksi memiliki ph 10,92 sedangkan natrium alginat pabrik memliki ph 5,52 pada suhu kamar. Alginat sangat stabil pada ph 5 10, sedangkan pada ph yang lebih tinggi viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi ß-eliminatif. Ikatan glikosidik antara asam mannuronat dan guluronat kurang stabil terhadap hidrolisis asam dibandingkan ikatan dua asam mannuronat atau dua asam guluronat. Tabel 2. Data hasil analisis parameter mutu natrium alginat Na-alginat hasil Na-alginat dari Standar mutu Naalginat Parameter Mutu ekstraksi pabrik Kadar Na-alginat 29,19 % - > 18 % Ph 10,92 5,52 3,5 10 Viskositas 60 cps 80 cps cps Kadar air 10,22 % 12,50 % < 15 % Kadar abu 40,67 % 25,98 % % Viskositas natrium alginat dikelompokkan kedalam lima kelompok, yaitu ekstra tinggi 1000 cps, tinggi 500 cps, medium 300 cps, ekstra rendah cps dengan pengukuran yang dilakukan terhadap 1 % larutan alginat pada suhu 20 o C. Berdasarkan hasil penelitian ini dengan pengukuran viskositas dilakukan pada suhu kamar dengan konsentrasi larutan 1 %, nilai viskositas yang diperoleh dari natrium alginat hasil ekstraksi yaitu 60 cps, nilai ini lebih rendah disbanding viskositas natrium alginat dari pabrik yaitu sebesar 80 cps. Menurut Rahardian (2009), faktor-faktor fisika yang mempengaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu, konsentrasi dan ukuran polimer. Karakteristik fisik garam alginat yaitu berupa tepung atau serat, berwarna putih sampai dengan kekuningan, hampir tidak berbau dan berasa. Sedangkan faktorfaktor kimia yang berpengaruh adalah ph dan adanya pengikat logam, serta garam monovalen dan kation polivalen. Besarnya kadar air natrium alginat yang ditetapkan oleh Food Chemical Codex (1981) yaitu maksimum 15 %, sedangkan menurut Winarno (1990), kadar air yang diperbolehkan di dalam natrium alginat berkisar antara 5 20 %. Dalam penelitian ini diperoleh kadar air sebesar 10,22 %, sedangkang kadar air natrium alginat dari pabrik yaitu 12,50 %, hal ini masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan sehingga dapat dikatakan bahwa natrium alginat hasil ekstraksi dari alga coklat jenis Sargassum sp. masih memenuhi standar menurut Food Chemical Codex. Abu merupakan zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik, kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pembuatannya. Berdasarkan analisis kadar abu yang dihasilkan dapat diketahui bahwa natrium alginat hasil ekstraksi memiliki kandungan kadar abu lebih tinggi daripada natrium alginat dari pabrik. Kadar abu hasil ekstraksi sebesar 40,67 % sedangkan kadar abu natrium alginat dari pabrik sebesar 25,98 %. Kadar abu yang dihasilkan tersebut cukup tinggi dan melebihi kadar abu garam alginat menurut standar mutu internasional yang telah ditetapkan yaitu sebesar %. Tingginya kadar abu yang natrium alginat pada hasil ekstraksi diduga disebabkan oleh adanya residu 28

8 Indonesia Chimica Acta, R. Bahar, dkk. ISSN X garam yang tidak tercuci pada tahap pencucian sehingga tidak larut pada saat diendapkan menggunakan isopropanol. 4.1 Daya Hambat Na-alginat Terhadap Proses Pematangan Buah Mangga Hasil pengamatan daya hambat larutan natrium alginat sebagai edible coating atau bahan pelapis pada buah mangga dapat dilihat dari masa simpan buah mangga dengan perbandingan beberapa konsentrasi larutan natrium alginat dan buah mangga tanpa pelapisan sebagai kontrol. Pengamatan sampel buah mangga dicatat berdasarkan masa simpan buah dan diurutkan berdasarkan lama penyimpanannya. Data selengkapnya untuk masa simpan buah mangga dapat dilihat pada Lampiran 4. Masa Simpan Rata-rata (Hari) ,67 10,33 11,33 12,67 11,67 11, ,33 10,33 10, Konsentrasi Larutan Na-alginat (ppm) Gambar 3.3 Grafik hubungann antara konsentrasi larutan Na-alginat dengan masa simpan buah mangga Berdasarkan grafik hubungan antara konsentrasi larutan dengan masa simpan buah mangga menunjukkan bahwa masa penyimpanan tersebut dapat dipengaruhi dengan adanya penggunaan larutan natrium alginat sebagai pelapis yaitu adanya peningkatan masa penyimpanan buah jeruk jika dibandingan dengan tanpa pelapisan. Pada penelitian ini diperoleh konsentrasi optimum natrium alginat sebagai bahan pelapis buah mangga pada konsentrasi 15 ppm. Adapun masa simpan rata-rata dari buah mangga tanpa pelapisan yaitu 8,67 hari sedangkan masa simpan rata-rata buah mangga dengan larutan natrium alginat yaitu maksimum dengan rata-rata selama 12,67 hari. Natrium alginat dapat digunakan untuk mempertahankan kualitas buah mangga karena kemampuan natrium alginat sebagai polimer organik untuk menutupi pori-pori pada mangga sehingga dapat kulit buah menghambat respirasi udara dari luar ke dalam buah. Berkurangnya respirasi udara akan mencegah berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis yang dipicu oleh oksigen. Selain itu, sifat alginat yang mudah menyerap air dapat mengeluarkan air dan menyebabkan peningkatan konsentrasi padatan terlarut di dalam buah mangga. Kondisii ini akan meningkatkan tekanan osmotik di dalam buah, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat laju reaksi kimia maupun enzimatis. 4.2 Daya Hambat Terhadap Proses Buah Jeruk Na-alginat Pematangan

9 Indonesia Chimica Acta, Hasil pengamatan daya hambat larutan natrium alginat sebagai edible coating atau bahan pelapis pada buah jeruk dapat dilihat dari masa simpan buah jeruk dengan perbandingann beberapa konsentrasi larutan natrium alginat dan buah jeruk tanpa pelapisan sebagai R. Bahar, dkk. ISSN X Masa Smpan Rata-rata (Hari) , ,6 53,4 41,8 42,44 49,2 49,4 35,4 27,8 39, Konsentrasi Larutan Na-alginat (ppm) Gambar 3.4 Grafik hubungann antara konsentrasi larutan Na-alginat dengan masa simpan buah jeruk kontrol. Pengamatan sampel buah jeruk dicatat berdasarkan masa simpan buah dan sampel diurutkan berdasarkan lama penyimpanannya. Berdasarkan grafik hubungan antara konsentrasi larutan dengan masa simpan menunjukkan bahwa masa penyimpanan buah jeruk dapat dipengaruhi dengan adanya penggunaan larutan natrium alginat sebagai pelapis yaitu adanya peningkatan masa penyimpanan buah jeruk jika dibandingan dengan tanpa pelapisan. Pada penelitian ini diperoleh konsentrasi optimum natrium alginat sebagai bahan pelapis buah jeruk pada konsentrasi 25 ppm. Adapun masa simpan rata-rata dari buah jeruk tanpa pelapisan yaitu 27,8 hari sedangkan masa simpan rata-rata buah jeruk dengan larutan natrium alginat yaitu maksimum dengan rata-rata selama 57,4 hari. Penggunaan larutan larutan natrium alginat memiliki konsentrasi optimum pada 25 ppm disebabkan karena adanya kemampuan natrium alginat untuk mengikat air pada buah jeruk sehingga larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan sampel buah jeruk menjadi berkerut dan tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Natrium alginat dapat digunakan untuk mempertahankan kualitas buah jeruk karena kemampuan natrium alginat sebagai polimer organik untuk menutupi pori-pori pada kulit buah jeruk sehingga dapat menghambat respirasi udara dari luar ke dalam buah. Berkurangnya respirasi udara akan mencegah berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis yang dipicu oleh oksigen. Selain itu, sifat alginat yang mudah menyerap air dapat mengeluarkan air dan menyebabkan peningkatann konsentrasi padatan terlarut di dalam buah jeruk. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan osmotik di dalam jeruk, sehingga

10 menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperlambat laju reaksi kimia maupun enzimatis. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa natrium alginat berhasil diekstraksi dari alga coklat jenis Sargassum sp. dengan kadar Na-alginat sebesar 29,19 %, kadar air 10,22 %, kadar abu 40,67 %, viskositas 60 cps dan ph 10,92. Ekstrak natrium alginat dapat digunakan sebagai bahan edible coating untuk menghambat proses pematangan dan pembusukan buah mangga dan buah jeruk. Daya hambat maksimum dengan pelapisan menggunakan larutan natrium alginat diperoleh masa simpan rata-rata buah mangga selama 12,67 hari pada konsentrasi optimum yaitu 15 ppm sedangkan masa simpan rata-rata buah jeruk selama 57,4 hari pada konsentrasi optimum yaitu 25 ppm. DAFTAR PUSTAKA Anggadiredja, 2008, Rumput Laut, Penebar Swadaya, Jakarta. Banker, G. S, 1966, Film Coating, Theory and Practice, J. Pharm. Sci. (55) Indriani, H., dan Sumarsih, E., 1994, Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut, Penebar Swadaya. Gontard, N., Guilbert, S. dan Cuq, J.L., 1993, Water and Glycerol as Plasticizer Affect Mechanical and Water Vapor Barrier Properties of an Edible Wheat Gluten Film, J. Food Sci, 58 (1) Kadi, A., 2005, Kesesuaian Perairan Teluk Klabat Pulau Bangka untuk Usaha Budidaya Rumput Laut, Jour. Sci. Fish. VII(1), Kester, J.J. dan Fennema, O.R., 1988, Edible Films and Coatings, A Review, Food Tech, (42) Kinzel, B., 1992, Protein Rich Edible Coating for Foods. Agricultural Research. May 1992: Krochta, J. M., Baldwin, E.A dan M.O. Nisperos-Carriedo, 1994, Edible Coating and Film to Improve Food Quality, technomic Publi, Co., Inc USA. Martasari dan Mulyanto, 2008, Teknik Identifikasi Varietas Jeruk, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, No 4 Agustus Park, Hyun Jin, 2002, Edible coatings for fruits, dalam Fruit and vegetable processing, Improving quality, ed. Wim Jongen, CRC Press, Boca Raton. Rasyid, A., 2010, Ekstraksi Natrium Alginat dari Alga Coklat Sargassum echinocarphum, Jurnal Oceanologi dan Limnologi di Indonesia, 36 (3), Rukmana, R., 2007, Jeruk Manis, Kanisius, Yokyakarta. Siswati, J., Syarief, R., dan Soekarto, S. T., 2002, Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut Sargassum sp. serta Aplikasinya Sebagai Penstabil Es Krim, Forum Pascasarjana, 25 (4) Umar, S., dan Antarlina, 2008, Evaluasi Mutu dan Penanganan Pasca Panen Jeruk Di Sentra Produksi dalam Prosiding Seminar Nasianal Teknik Pertanian, Yogyakarta November. Hal

DAYA HAMBAT EKSTRAK Na-ALGINAT DARI ALGA COKLAT JENIS Sargassum sp. TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA

DAYA HAMBAT EKSTRAK Na-ALGINAT DARI ALGA COKLAT JENIS Sargassum sp. TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA DAYA HAMBAT EKSTRAK Na-ALGINAT DARI ALGA COKLAT JENIS Sargassum sp. TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA A. Muh. Anshar, Abd. Wahid Wahab, )* * Staff pengajar pada Jurusan Kimia Fakultas MIPA Unhas,

Lebih terperinci

EKSTRAK Na-ALGINAT SEBAGAI EDIBLE COATING TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA

EKSTRAK Na-ALGINAT SEBAGAI EDIBLE COATING TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA EKSTRAK Na-ALGINAT SEBAGAI EDIBLE COATING TERHADAP PROSES PEMATANGAN BUAH MANGGA A. Muh. Anshar, Abd. Wahid Wahab, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar andhy_ugm@yahoo.com Alginat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu Sargassum polycystum, akuades KOH 2%, KOH 10%, NaOH 0,5%, HCl 0,5%, HCl 5%,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MUTU DAN RENDEMEN ALGINAT DARI EKSTRAK RUMPUT LAUT Sargassum sp. DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM ASETAT.

KARAKTERISTIK MUTU DAN RENDEMEN ALGINAT DARI EKSTRAK RUMPUT LAUT Sargassum sp. DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM ASETAT. KARAKTERISTIK MUTU DAN RENDEMEN ALGINAT DARI EKSTRAK RUMPUT LAUT Sargassum sp. DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM ASETAT I Made Topan Wira Aristya 1, Prof. Dr. Ir. Bambang Admadi., MP 2, I Wayan Arnata, S.TP,

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM. Oleh : JUNITA SISWATI

KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM. Oleh : JUNITA SISWATI KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM Oleh : JUNITA SISWATI PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK JUNITA SISWATI. Kajian

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Juli

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT PENGARUH SUHU DAN LAMA PEMANASAN EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU ALGINAT DARI RUMPUT LAUT HIJAU Sargassum sp. I Wayan Angga Sukma, Bambang Admadi Harsojuwono, I Wayan Arnata. 1 Mahasiswa Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Waktu penelitian yakni pada bulan Desember

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Ekstraksi Natrium Alginat: Metode Konvensional dan Microwave Assisted Extraction (MAE)

Perbandingan Metode Ekstraksi Natrium Alginat: Metode Konvensional dan Microwave Assisted Extraction (MAE) ISSN: 2503-4588 Perbandingan Metode Ekstraksi Natrium Alginat: Metode Konvensional dan Microwave Assisted Extraction (MAE) Amran Amir 1, *, Agrippina Wiraningtyas 2, Ruslan 2, dan Nurfidianty Annafi 2

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI Na 2 CO 3 TERHADAP RENDEMEN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum cristaefolium ASAL PERAIRAN LEMUKUTAN

PENGARUH KONSENTRASI Na 2 CO 3 TERHADAP RENDEMEN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum cristaefolium ASAL PERAIRAN LEMUKUTAN PENGARUH KONSENTRASI Na 2 CO 3 TERHADAP RENDEMEN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum cristaefolium ASAL PERAIRAN LEMUKUTAN Ayu Putrision Malona Tambunan 1*, Rudiyansyah 1, Harlia 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan 41 Lampiran 2.Gambar tumbuhan segar dan simplisia Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard A. Tumbuhan Segar Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard B. Simplisia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015. 3.2 Alat Alat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L. LAMPIRAN Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) 47 Lampiran. Oven Lampiran 4. Autoklaf 48 Lampiran 5. Tanur Lampiran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI Marita Agusta Maharani (L2C605159) dan Rizki Widyayanti (L2C605171) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU Made Vivi Oviantari dan I Putu Parwata Jurusan Analisis Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT a. Enceng gondok yang digunakan berasal dari sungai di kawasan Golf. Gambar 16. Enceng Gondok Dari Sungai di Kawasan

Lebih terperinci

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) 1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 28 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa serta Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol Heri Purwoto ), Siti Gustini ) dan Sri Istini ),) BPP Teknologi, Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta ) Institut Pertanian Bogor, Bogor e-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-April 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Pusat Studi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 36 Lampiran 2. Gambar tumbuhan jerami padi ( a ) ( b ) Keterangan : a. Pohon padi b. Jerami padi 37 Lampiran 3. Gambar serbuk, α-selulosa, dan karboksimetil selulosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi pada bagian umbi di kalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan 5.1.1 Alat yang digunakan Tabel 3.1 Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Sendok

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN terkandung dalam sampel. Analisis EDX dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Departemen Kehutanan Bogor. Analisis FTIR Sampel silika dan silikon dianalisis menggunakan Spektrometer

Lebih terperinci

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY Ella Salamah 1), Anna C Erungan 1) dan Yuni Retnowati 2) Abstrak merupakan salah satu hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

K O P A L SNI

K O P A L SNI K O P A L SNI 01-5009.10-2001 1. Ruang lingkup Standar ini menetapkan istilah dan definisi, klasifikasi mutu, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan Kopal, sebagai pedoman pengujian Kopal yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura Lampung pada bulan Juli - Agustus 2011. B. Materi Penelitian B.1. Biota Uji Biota

Lebih terperinci