RENCANA PROYEK KOMPLEKS HUTAN RAWA GAMBUT SUNGAI PUTRI KABUPATEN KETAPANG KALBAR. Ade Yuliani, Yayasan Titian, Juni 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PROYEK KOMPLEKS HUTAN RAWA GAMBUT SUNGAI PUTRI KABUPATEN KETAPANG KALBAR. Ade Yuliani, Yayasan Titian, Juni 2009"

Transkripsi

1 RENCANA PROYEK KOMPLEKS HUTAN RAWA GAMBUT SUNGAI PUTRI KABUPATEN KETAPANG KALBAR Ade Yuliani, Yayasan Titian, Juni 29

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 Teori Perubahan 5 Ringkasan Eksekutif 6 I. Lokasi Proyek A. Ringkasan Lokasi Kabupaten Ketapang Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Keanekaragaman Hayati Kepemilikan Lahan dan Aspek Legalitas Lainnya Demografi Nilainilai Konservasi Layanan Ekologi Ancaman 2 9. Pengelolaan 23 B. Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan 23 II. Model Konseptual 33 III. Analisa Ancaman A. Peringkat Ancaman 37 B. Rantai Faktor 38 IV. Penelitian Formatif A. Percakapan Terarah 39 B. Opsiopsi Pengelolaan (BRAVO) Pilihan Strategi Analisis Dampak Kelayakan Faktor Resiko 43 C. Rantai Hasil dan TujuanTujuan Awal 46 D. Membangun Baseline Data Waktu dan Tempat Pelaksanaan Survey Alat dan Responden Survey Hasil Survey 49 2

3 E. Memahami Khalayak 98 V. Model Konsep Revisi A. Model Konsep Revisi 11 B. Mitra Utama Penyingkir Halangan 11 C. Intervensi Mitra Pelengkap 12 VI. Strategi Kampanye A. BROP Objektifobjektif Proyek dan Tujuan Pelaksanaan Metodologi yang digunakan dalam penilaian BROP Metodologi Implementasi yang Diajukan Peran Lembaga dan Lembaga Mitra Jadwal Proyek Penilaian Dampak FaktorFaktor Resiko 112 B. Tangga Manfaat 113 C. Sasaran SMART Sasaran SMART Petani Bauran Pemasaran Pesan Kampanye 117 VII. Teori Perubahan A. Teori Perubahan 124 B. Rencana Aksi untuk Petani 125 C. Kerangka Kerja Kampanye 126 VIII. Draft Rancangan Anggaran dan Kalender Kerja A. Rancangan Anggaran 127 B Kalender Kerja 132 LAMPIRAN KUISIONER 135 3

4 TEORI PERUBAHAN K+ A+ IC+ BR BC TR CR Petani memahami: Fungsi hutan rawa gambut untuk mencegah intrusi air laut dan mendukung usaha pertanian Fungsi hutan rawa gambut sebagai penyimpan karbon (carbon sequestration) Manfaat Credit Union Petani menyetujui tentang: Hutan rawa gambut yang terjaga dapat menahan masuknya air laut dan mencegah gagal panen Hutan rawa gambut perlu dilestarikan CU dapat menguatkan modal usaha masyarakat Diskusi tentang: Hutan rawa gambut Sungai Putri perlu dilestarikan Manfaat Credit Union Memperkenalkan dan memfasilitasi terbentuknya Credit Union untuk memudahkan petani mengakses modal usaha Carbon credit (jangka panjang) Petani mendukung CU yang ditunjukkan dengan kesediaan menjadi anggota Petani memanfaatkan CU untuk memperoleh modal usaha Petani mengembangkan usaha (atau memulai usaha baru) dan pelanpelan meninggalkan aktivitas illegal logging dan perambahan hutan Penebangan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri berkurang Mempertahankan hutan rawa gambut Sungai Putri sebagai habitat orangutan Kalimantan (P.p. wurmbii) Narasi teori perubahan: Salah satu factor yang menyebabkan penebangan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri adalah kurangnya modal untuk pengembangan usaha. Sehingga untuk mengurangi ancaman penebangan di Sungai Putri, maka perlu menjawab kebutuhan masyarakat akan modal dan alternative pendapatan. CU merupakan wadah yang mungkin dikembangkan oleh petani untuk mengumpulkan modal bersama dan dimanfaatkan untuk tujuan produktif. Selain itu, petani sebagai khalayak target utama akan diberikan informasi mengenai fungsi hutan rawa gambut untuk menahan intrusi air laut dan penyimpan karbon. Petani akan menyetujui bahwa hutan rawa gambut perlu dilestarikan untuk mencegah masuknya air asin yang dapat menyebabkan gagal panen. Petani juga menyetujui kalau CU dapat membantu menguatkan modal mereka. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah petani mendukung CU yang ditunjukkan dengan kesediaanya menjadi anggota CU. Petani memanfaatkan CU untuk meminjam modal usaha yang kemudian digunakan untuk mengembangkan usaha mandiri. Pada Juni 21, paling tidak ada 15 orang petani yang menjadi anggota CU. 4

5 RINGKASAN EKSEKUTIF KILASAN KAMPANYE NEGARA (UN), Negara Bagian atau Provinsi Nama lokasi RarePlanet URL Informasi Angkatan (Nama Angkatan, nomor, dan manajer utama) Jangka waktu proyek Lembaga pemimpin Kontak lembaga pemimpin (misalnya Direktur Eksekutif) Nama manajer kampanye Mitra BINGO (dan rincian kontak) Mitra lain (dan rincian kontak) Ancaman utama yang ditangani Sasaran keanakeragaman hayati utama Slogan kampanye Khalayak sasaran utama (dan populasi) Indonesia, Prop. Kalimantan Barat, Kab. Ketapang Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Simpul: Institut Pertanian Bogor Nama: Metamorfosa Nomor : Manajer: Ade Yuliani Oktober 28 (tahap universitas) sampai Juni 1 (penyelesaian proyek) Yayasan Titian Yuyun Kurniawan, Direktur Ade Yuliani, Communication & Outreach Coordinator Fauna Flora International Indonesia Programme Kontak: Asep Adhikerana (aadhikerana@yahoo.com/ ffi.kalimantan@gmail.com) Lembaga Gemawan (Hermawansyah, hermawansyah@gmail.com), CU Muara Pesisir (Mariamah Ahmad, mayi_eugenia@yahoo.com), CU Pancur Solidaritas (Musa Narang, ) Illegal logging Kategori ancaman IUCN: 5.5. Logging and timber harvesting Ekosistem hutan rawa gambut Belum ada Petani yang tinggal di desa Tempurukan, Sei Putri, Tanjung Baik Budi dan Kuala Tolak (populasi + 8) 5

6 Jumlah hektar yang terancam Kampanye Teori Perubahan (Maksimal 175 kata) 7. hektar Salah satu factor yang menyebabkan penebangan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri adalah kurangnya modal untuk pengembangan usaha. Sehingga untuk mengurangi ancaman penebangan di Sungai Putri, maka perlu menjawab kebutuhan masyarakat akan modal dan alternative pendapatan. CU merupakan wadah yang mungkin dikembangkan oleh petani untuk mengumpulkan modal bersama dan dimanfaatkan untuk tujuan produktif. Selain itu, petani sebagai khalayak target utama akan diberikan informasi mengenai fungsi hutan rawa gambut untuk menahan intrusi air laut dan penyimpan karbon. Petani akan menyetujui bahwa hutan rawa gambut perlu dilestarikan untuk mencegah masuknya air asin yang dapat menyebabkan gagal panen. Petani juga menyetujui kalau CU dapat membantu menguatkan modal mereka. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah petani mendukung CU yang ditunjukkan dengan kesediaannya menjadi anggota CU. Petani memanfaatkan CU untuk meminjam modal usaha yang kemudian digunakan untuk mengembangkan usaha mandiri. Pada Juni 21, paling tidak ada 15 orang petani yang menjadi anggota CU. 6

7 RINGKASAN LOKASI Deskripsi lokasi (maks. 275 kata) Kompleks Hutan Sungai Putri berada di Kabupaten Ketapang, di sebelah selatan Propinsi Kalimantan Barat. Dari ibukota Kabupaten, Sungai Putri berjarak + 4 Km. Secara administratif terletak di 3 kecamatan (Muara Pawan, Matan Hilir Utara dan Nanga Tayap) dan berbatasan dengan 7 desa (Tempurukan, Ulak Medang, Tanjungpura, Sungai Putri, Kuala Tolak, Tanjung Baik Budi dan Sungai Kelik). Pintu masuk menuju Kompleks Hutan melalui desa Kuala Tolak. Mayoritas penduduk di sekitar kelompok hutan Sungai Putri bermata pencaharian sebagai petani. Petani ratarata mempunyai pekerjaan sampingan sebagai nelayan, penoreh getah (karet) dan pekerja kayu (logger). Kelompok masyarakat di desa Sungai Kelik kecamatan Nanga Tayap merupakan satusatunya kelompok masyarakat yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh perkebunan sawit. Banyaknya penduduk yang tinggal di sekitar kompleks hutan Sungai Putri berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ketapang tahun 28 berjumlah jiwa (Badan Pusat Statistik Ketapang Kalbar. Kecamatan dalam Angka. 28). Kelompok etnis yang dominan adalah melayu. Etnis lain yang ada yaitu Dayak, Jawa dan Tionghoa. Tipe ekosistem (IUCN) Peta lokasi (topografi) Koordinat GPS (Google Earth) Hotspot Keanekaragaman hayati Status perlindungankawasan lainnya Jumlah hektar sasaran kampanye Tipe habitat utama di Kompleks Hutan Sungai Putri adalah hutan rawa gambut (IUCN: 1.8. Hutan rawa subtropics/ tropis). Namun di beberapa bagian kawasan juga ditemukan habitat hutan rawa air tawar (fresh water swamp forest) dan hutan dataran rendah (IUCN: 1.6. Hutan dataran rendah basah subtropis/ tropis). Lihat Bab I.A dari Rencana Proyek 1 o 15 S 1 o 55 S dan 19 o 58 E 11 o 25 E Sundaland hotspot Status hutan Sungai Putri adalah hutan produksi (HP) dan hutan produksi yang bisa dikonversi (HPK). Status ini belum dirubah menjadi kawasan lindung gambut oleh Departemen Kehutanan RI, meskipun Sungai Putri memiliki gambut dengan ketebalan sampai dengan 15 meter. 7. hektar 7

8 SPESIES TERANCAM PUNAH Nama spesies (umum) Nama spesies (ilmiah) Deskripsi spesies bendera/spesies flagship (maks 25 kata) Jumlah spesies pada Daftar Data Merah IUCN Jumlah spesies yang endemik Orangutan Pongo pygmaeus wurmbii Pongo pygmaeus wurmbii ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito. Bertubuh lebih tegap dari orangutan Sumatra, memiliki muka yang lebar, berambut kasar dengan warna rambut kecoklatan dan kulit yang lebih gelap. Orangutan memiliki tubuh yang besar, mempunyai perbedaan morfologi yang nyata antara orangutan jantan dan betina. Orangutan jantan dewasa yang berkembang penuh (jantan berpipi/flanged male) ratarata bertubuh lebih besar yang bahkan dapat dua kali lebih besar dan lebih berat daripada betina dewasa (berat jantan berpipi ratarata 83 kg dengan tinggi hingga 1,5 m dan betina dewasa 37 kg. Jantan dewasa ini telah berkembang karakter seks sekundernya seperti memiliki bantalan pipi di kedua sisi wajahnya (cheekpads), rambut panjang berjuntai di punggung dan lengan, kantong suara yang besar seperti pendulum dan menyuarakan seruan panjang (long call) yang sangat keras. Orangutan merupakan primata arboreal yang soliter. Mereka berjalan dan berayun dari cabangcabang pohon. Orangutan hanya berjalan di atas tanah jika bobot tubuh mereka bertambah berat dan tidak mampu ditopang oleh cabang pohon. Jelajah harian orangutan 2,5 km. Orangutan aktif di siang hari. Orangutan memulai aktivitasnya mulai subuh hari hingga menjelang malam. Setiap malam orangutan membuat sarang di atas pohon setinggi m. Orangutan frugivorus karena sebagian besar makanannya berupa buahbuahan berdaging manis. Selain itu orangutan juga memakan serangga, daundaun tua dan muda, bungabungaan, madu, jamur, kulit kayu, getah tumbuhan, umbut rotan dan palem serta bijibijian. Orangutan menyukai tipe habitat yang ada di daerah dataran rendah seperti dataran banjir, rawa atau lembah aluvial dan daerah kaki bukit. Tipe habitat ini sama dengan tipe habitat yang didiami oleh manusia. Menurunnya jumlah orangutan di alam, selain dikarenakan penyusutan habitat juga karena jauhnya jarak antar kelahiran orangutan (8 tahun). Jumlah populasi Pongo pygmaeus wurmbii >34,975 (Singleton dkk. 24; Wich dkk. 28). Sedang populasinya di Sungai Putri diperkirakan 668 individu, dengan rentang antara 5 9 individu dan diperkiraan kepadatannya 1,2 individu/ Km 2. Kepadatan sarang yang ditemukan 489 sarang, berkisar antara sarang. Tidak diketahui 8

9 ANCAMAN Ancaman (IUCN) Ancaman yang ditangani dengan kampanye (IUCN) Ancaman terhadap kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri adalah: Illegal logging (5.3. Penebangan pohon dan pemanenan kayu) Pembukaan lahan (2.1. Hasil panen non kayu per tahun dan bertahuntahun) Kebakaran hutan (7.1. Kebakaran dan pemadam kebakaran) Perburuan (5.1. perburuan dan pengambilan hewan darat) Peracunan ikan (5.4. Pencarian ikan dan pemanenan sumber daya akuatik) Ancaman diberi peringkat menggunakan Miradi dengan Lingkup (Scope), Tingkat Kerusakan (Severity) & Ketakberbalikan (Irreversibility). Penebangan tanpa ijin diberi peringkat tinggi, sama halnya dengan pembukaan lahan pertanian baru dan kebakaran. Ancaman yang ditangani oleh kampanye: penebangan tanpa ijin (5.3. Penebangan pohon dan pemanenan kayu) POPULASI MANUSIA Populasi manusia di lokasi Ringkasan Populasi Manusia (3 kata) Banyaknya penduduk yang tinggal di sekitar kompleks hutan Sungai Putri berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ketapang tahun 26 berjumlah jiwa. Kelompok etnis yang dominan adalah melayu. Etnis lain yang ada yaitu Dayak, Jawa dan Tionghoa. Mayoritas penduduk di sekitar kelompok hutan Sungai Putri bermata pencaharian sebagai petani. Petani ratarata mempunyai pekerjaan sampingan sebagai nelayan, penoreh getah (karet) dan pekerja kayu. Kelompok masyarakat di desa Sungai Kelik kecamatan Nanga Tayap merupakan satusatunya kelompok masyarakat yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh perkebunan sawit. Masyarakat hidup dari hasil pertanian. Komoditas utama yang ditanam adalah padi dan sayursayuran. Padi umumnya tidak dijual, dan hanya disimpan untuk dikonsumsi sendiri. Sistem pertanian yang digunakan semi mekanis. Petani membuka lahan dengan cara tebas bakar atau menggunakan herbisida. Tanah dibajak dengan menggunakan mini traktor. Belum ada pengairan di desadesa sekitar Sungai Putri. Pertaniannya masih tadah hujan, sehingga padi hanya bisa dipanen sekali setahun. Kampungkampung yang ada di sekitar Sungai Putri merupakan kampung tua yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Masyarakat yang tinggal di kampungkampung tersebut pada umumnya 9

10 Golongan sasaran kunci merupakan penduduk asli. Saat aktivitas illegal logging marak di hutan Sungai Putri, banyak masyarakat pendatang yang datang untuk bekerja. Namun semenjak illegal logging mulai berhenti, masyarakat pendatang kembali ke daerahnya dan hanya beberapa yang sudah menikah dengan penduduk setempat yang tinggal. Konflik antara masyarakat asli dan pendatang hampirhampir tidak ada. Petani MANFAAT KONSERVASI Konservasi berkelanjutan teruji kebenarannya di lapangan pada tahun 21 (sukses akhir) Penebangan mulai berkurang di Hutan Sungai Putri 1

11 Rencana Aksi untuk Petani SELURUH KELOMPOK SASARAN Sasaran Fokus Hasil yang dibutuhkan RENCANA AKSI RENCANA PEMANTAUAN RESIKO UTAMA Sasaran utama Kegiatan utama Alat yang diperlukan Mitra Sistem ukuran Metode Target Frekuensi Sosialpolitik Secara keilmiahan/ lainnya Tujuan keanekaragaman hayati: Mempertahankan hutan rawa gambut Sungai Putri sebagai habitat orangutan Kalimantan (P.p. wurmbii Hutan rawa gambut Sungai Putri Penebangan berkurang Menjawab kebutuhan modal petani untuk mengembang kan usaha Memberikan informasi mengenai fungsi ekologis hutan rawa gambut dan profit yang bisa diperoleh dari menjaga hutan melalui mekanisme REDD Fasilitasi pembentukan CU Pertemuan kampung, mobile cinema, talkshow radio dan ILM Training material/kit, factsheet, ILM, modul pelatihan. Presentasi power point, LCD projector, laptop, film/ dokumentasi Sungai Putri, rekaman ILM, ToR talkshow CU Muare Pesisir, Lembaga Gemawan, CU Pancur Solidaritas (optional) RSPDK, Kantor Inbudpar, Yayasan Palung,FFI IP, Dinas Kehutanan Jumlah anggota CU Jumlah peserta kegiatan, pemahaman peserta terhadap informasi yang disampaikan Analisis data sekunder Observasi, diskusi langsung, post survey 15 orang di Juni 21 Pengetahuan petani target meningkat sebanyak 4% pada Juni 21 Satu kali Satu kali Image CU yang berbau SARA tidak dapat dihilangkan Masyarakat tidak mau berpartisipasi/ mendukung CU Peningkatan pengetahuan tidak dibarengi dengan perubahan sikap dan perilaku Implementasi REDD pada tahun 21 belum juga dimulai, sehingga menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat Putaran uang di dalam CU tidak seperti yang diharapkan 11

12 I. LOKASI PROYEK A. Ringkasan Lokasi 1. Kabupaten Ketapang Gambar 1. Peta Lokasi Kab. Ketapang Ketapang (koordinat: 1 51 S E) Prop. Kalimantan Barat Indonesia Kabupaten Ketapang terletak di sebelah selatan Propinsi Kalimantan Barat. Ibukotanya adalah kota Ketapang, sebuah kota kecil di delta Sungai Pawan. Luas wilayah Kabupaten Ketapang 35,89 Km2. Pada masa colonial Belanda (1936), Ketapang merupakan salah satu afdeling di Keresidenan Kalimantan Barat. Baru pada tahun 1956, Ketapang menjadi kabupaten yang otonom di Kalimantan Barat dan dipimpin oleh Bupati. Pendapatan utama Kabupaten Ketapang berasal dari bisnis kayu, kelapa sawit, sarang burung walet,, dan jasa perdagangan. Pertokoan di Ketapang sebagian besar dimiliki oleh etnis Tionghoa. Di sector pendidikan, terdapat 37 sekolah menengah atas baik negeri dan swasta. Sebuah universitas terbuka dan politeknik baru saja berdiri pada tahun 28. Sensus tahun 24 menyatakan populasi di Kabupaten Ketapang , yang terdiri atas 217,885 lakilaki dan 25,931 perempuan. Ketapang merupakan kota dengan penduduk multi etnis. Jumlah penduduk Kabupaten Ketapang yang meliputi 24 Kecamatan adalah jiwa (tahun 24) yang terdiri dari laki lakilaki laki jiwa dan perempuan jiwa. Kota Ketapang K adalah kota yang multi suku dan etnis. Suku Dayak dan Melayu serta Tionghoa yang merupakan tiga suku terbesar di kota ini. Selain itu juga ada suku Jawa dan Madura Madura. Orang Tionghoa di kota ini menggunakan dialek Tiochiu (dalam ejaan Mandarin: Chaozhou)) sebagai bahasa pengantar sesama Tionghua. Juga terdapat sebagian kecil orang Tionghua yang menggunakan bahasa Khek (Hakka). Sedang bahasa seharihari hari yang umum digunakan adalah bahasa Melayu yang mempunyai kemiripan dialek dengan Malaysia. Ketapang dapat ditempuh melalui jalur laut dan udara dari Pontianak. Dengan pesawat, Ketapang dapat ditempuh dalam waktu 4 menit dari Pontianak. Sementara dengan kapal cepat, Ketapang ditempuh dalam waktu 8 jam dari Pontianak. 12

13 2. Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Kompleks Hutan Sungai Putri berada di sebelah utara Kabupaten Ketapang. Dari Ketapang, Sungai Putri berjarak + 4 Km dan dapat diakses melalui transportasi darat dan air. Secara administratif terletak di 3 kecamatan (Muara Pawan, Matan Hilir Utara dan Nanga Tayap) dan berbatasan dengan 8 desa (Tempurukan, Ulak Medang, Tanjungpura, Mayak, Sungai Putri, Kuala Tolak, Tanjung Baik Budi dan Sungai Kelik). Pintu masuk menuju Kompleks Hutan melalui desa Kuala Tolak. Sungai Putri memiliki luasan + 7. hektar yang didominasi oleh kubah gambut ombrogen yang sangat luas. Sebagian kecil habitatnya merupakan rawa air tawar (fresh water swamp) dan hutan dataran rendah (lowland forest). Kompleks Hutan Sungai Putri merupakan eks konsesi HPH pada tahun 197an. Kawasan ini Gambar 2. Peta Lokasi Kompleks Hutan Sungai Putri dulunya terkenal memiliki potensi kayu ramin (Gonystilus bancanus) yang sangat tinggi. Aktivitas ini membuat kawasan Sungai Putri sekarang menjadi mosaic hutan sekunder. Hutan primer hanya ditemukan di bagian tengah kubah gambut. Kedalaman gambut di Sungai Putri diketahui mencapai 15 meter. Ini menunjukkan Sungai Putri mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyimpan karbon. Status kompleks Hutan Sungai Putri berdasarkan SK Menhutbun 259/KptsII/2 tentang kawasan hutan dan perairan adalah hutan produksi (HP) dan Hutan Produksi yang bisa dikonversi (HPK). 13

14 3. Keanekaragaman Hayati Berdasarkan hasil survey biologi FFI Kalimantan Programme (28 Unpublished 1 ), Kompleks Hutan Sungai Putri merupakan habitat penting orangutan kedua terbesar di Kab. Ketapang, setelah Taman Nasional Gunung Palung (25 individu). Populasi orangutan diperkirakan 668 individu, dengan rentang antara 5 9 individu dan diperkiraan kepadatannya 1,2 individu/km 2. Kepadatan sarang yang ditemukan 489 sarang, berkisar antara sarang. Kompleks Hutan Sungai Putri juga memiliki kesamaan ragam jenis pohon pakan orangutan dengan Gunung Palung, yaitu 33 jenis pohon; 2 liana dan 1 jenis ficus. Ditemukan 118 jenis burung di Sungai Putri, 3 diantaranya endemik (Prionochiluss xanthopygius, Lonchura fuscans dan Pityriasis gymnocephala). Dua puluh empat (24) diantaranya dilindungi oleh regulasi di Indonesia (PP No 7/ 1999). Berdasarkan kategori CITES, terdapat 12 spesies Apendiks II dan 1 species Apendiks I (Dryocopos javensis). Sedang berdasarkan daftar merah IUCN, ada 2 spesies resiko rendah near threatened (Anthracoceros albirostris dan Anthracoceros malayanus) dan 3 spesies kategori rentan (Spizaetus nanus, Leptotilos javanicus dan Setornis criniger). Terdapat 12 jenis burung indikator habitat yaitu Anthracoceros albirostris (Bucerotidae), Anthracoceros malayanus (Bucerotidae), Calorhamphus fuliginosus (Capitonidae), Megalaima australis (Capitonidae), Megalaima rafflesii (Capitonidae), Dendrocopus canicapillus (Picidae), Dryocopus javensis (Picidae), Hemicircus concretus (Picidae), Mulleripicus pulverulentus (Picidae), Picus miniaceus (Picidae), Sasia abnormis (Picidae) dan Harpactes duvaucelii (Trogonidae). Akan tetapi, kepadatan jenis tersebut cukup rendah, ratarata hanya ditemukan 1 individu. Ini mengindikasikan bahwa kompleks hutan ini merupakan habitat yang terdegradasi. Sebanyak 17 jenis mamalia (selain orangutan) ditemukan di Sungai Putri, terdiri atas primata (Hylobatidae), beruang (Ursidae), babi hutan (Suidae), palm civet (Viverridae), rusa (Tragulidae), moon rat (Muridae) and bajing (Sciuridae). 4 diantaranya 1 Informasi mengenai keanekaragaman hayati di Sungaii Putri dikutip dari laporan survey biologi FFI Kalimantan Programme (High Conservation Value Forest in Ketapang 28 unpublished report). Sebelumnya Yayasan SIMPUR (Kalbar) pernah melakukan survey serupa di Sungai Putri, namun hingga saat ini hasil survey tersebut belum dipublikasikan 14

15 dilindungi oleh regulasi di Indonesia (PP No 7/ 1999) yaitu kelimpiau (Hylobates agilis), kelasi (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus) dan kancil (Tragulus javanicus). Kelimpiau, bekantan dan beruang madu terdaftar sebagai Apendiks I dalam CITES, sementara bajing raksasa dan macan dahan masingmasing terdaftar sebagai Apendiks II dan III. Sungai Putri juga merupakan habitat utama bagi anggrek alam (sekurangnya terdapat 25 jenis, salah satu yang terkenal adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata) dan sekurangnya5 jenis kantong semar (Nepenthes ampullaria, Nepenthes rafflesiana, Nepenthes bicalcarata, Nepenthes gracilis and Nepenthes mirabilis) ditemukan di sini. 4. Kepemilikan Lahan dan AspekAspek Legalitas Lainnya Terkait statusnya sebagai hutan produksi (HP) dan hutan produksi yang bisa dikonversi (HPK) maka wewenang pengelolaan kawasan Sungai Putri berada di tangan Departemen Kehutanan, dengan Dinas Kehutanan Kab Ketapang sebagai perpanjangan tangan di daerah. Berikut merupakan regulasi yang terkait dengan kawasan UndangUndang a. UU no 41/1999 tentang Kehutanan b. UU no 5/199 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya c. UU no 5/1964 tentang Ratifikasi Konvensi PBB mengenai Biodiversity d. UU no 26/27 tentang Penataan Ruang e. UU no 18/24 tentang Perkebunan f. UU no 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup g. UU no 38/27 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom 4.2. Peraturan Pemerintah a. PP no 28/1985 tentang Perlindungan Hutan b. PP no 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa c. PP no 8/1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan satwa Liar d. PP no 34/22 tentang Tata Hutan dan RPH Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan 15

16 4.3. Kementrian a. SK MenHut no 259/Kpts II/Th. 21 tentang Kawasan Hutan dan Perairan b. PerMenhut no P.53/MenhutIV/27 tentang Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia c. SK MenHut&Tan no 376/KptsII/1998 tentang Kriteria Penyediaan Areal Hutan untuk Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit 4.4. Regulasi Lokal a. Perda no 4/25 tentang Transparansi dan Informasi Publik b. Perda no 5/25 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Ketapang 5. Demografi Secara administratif areal kelompok hutan Sungai Putri termasuk dalam wilayah tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Matan Hilir Utara dan Kecamatan Nanga Tayap, dan delapan desa (lihat tabel di bawah). 16

17 Kecamatan Muara Pawan Matan Hilir Utara Tabel 1. Demografi Desa di Sekitar Komplek Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Desa Luas/ Km2 Jlh Jiwa Jlh Penduduk Tempurukan 11, Tanjung Pura 183, Ulak Medang 161, Mata pencarian Lakilaki Perempuan Pokok Sampingan Petani Petani Petani Mayak Petani Sungai Putri Tanjung Baik Budi 115, , Kuala Tolak 94, Nanga Tayap Sungai Kelik 38, Sumber: Analisis Data Primer, 29 Petani Petani Petani Petani Nelayan/Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan Nelayan/ Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan Nelayan/Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan Nelayan/Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan Nelayan/Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan Nelayan/ Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan Nelayan/ Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan Nelayan/ Karet/Ternak/Kayu/ Toko/Buruh Bangunan dan Sawit Mayoritas penduduk di sekitar kelompok hutan Sungai Putri bermata pencaharian sebagai petani. Petani ratarata mempunyai pekerjaan sampingan sebagai nelayan, penoreh getah (karet) dan pekerja kayu. Kelompok masyarakat di desa Sungai Kelik kecamatan Nanga Tayap merupakan satusatunya kelompok masyarakat yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh perkebunan sawit. Masyarakat hidup dari hasil pertanian. Komoditas utama yang ditanam adalah padi dan sayursayuran. Padi umumnya tidak dijual dan hanya disimpan untuk dikonsumsi sendiri. Pertanian masih menggunakan sistem semi tradisional. Petani membuka lahan dengan cara tebas bakar atau kadang menggunakan herbisida. Tanah dibajak dengan menggunakan mini traktor. Belum ada pengairan di desadesa sekitar Sungai Putri. Pertanian masih mengandalkan air hujan, sehingga padi hanya bisa dipanen sekali setahun. 17

18 Kampungkampung yang ada di sekitar Sungai Putri merupakan kampung tua yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Masyarakat yang tinggal di kampungkampung tersebut pada umumnya merupakan penduduk asli. Saat aktivitas illegal logging marak di hutan Sungai Putri, banyak masyarakat pendatang yang datang untuk bekerja. Namun semenjak illegal logging mulai berhenti, masyarakat pendatang kembali ke daerahnya dan hanya beberapa yang sudah menikah dengan penduduk setempat yang tinggal. Konflik antara masyarakat asli dan pendatang hampirhampir tidak ada. 6. NilaiNilai Konservasi Kompleks Hutan Sungai Putri mempunyai peranan penting sebagai reservoir air dan penyimpan karbon. Kubah gambut di Sungai Putri mempunyai ketebalan lebih dari 11 meter. Ini mengindikasikan pentingnya peranan Kompleks Hutan Sungai Putri sebagai penyimpan karbon. Sungai Putri memiliki kandungan karbon ratarata 4172 ton/hektar (untuk daerah yang tutupan hutannya masih bagus mencapai ton c/ha, yang sudah ada pembalakan 12. ton/ha, yang terbakar 2an ton c/ha). 7. Layanan Ekologi Sejauh ini layanan ekologi yang disediakan oleh KHRG Sungai Putri yang sudah dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan adalah sebagai berikut: Pengendali banjir Pencegah intrusi air laut Sumber air Sumber protein (ikan dan satwa buruan seperti rusa dan babi) Sumber tanaman obat 18

19 8. Ancaman Kompleks hutan Sungai Putri sejak era 197an hingga era 198an telah dieksploitasi kayunya oleh perusahaan pemegang hak pengusahaan hutan (HPH). Perusahaanperusahaan HPH yang beroperasi di sini, utamanya mengekstraksi kayu ramin (Gonystylus bancanus). Perusahaanperusahaan pemegang konsesi hutan tersebut kemudian menghentikan operasinya pada kurun tahun 198an, jauh sebelum terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 168/KptsIV/21 tentang Pemanfaatan dan Peredaran Kayu Ramin (Gonystylus spp), yang menjelaskan larangan pemanfaatan kayu ramin. Selanjutnya setelah perusahaanperusahaan tersebut tidak lagi beroperasi, masyarakat sekitar hutan mulai membalaki kawasan tersebut. Hingga saat ini kegiatan pembalakan hutan oleh masyarakat masih terus berlangsung. Mayoritas pembalak kayu di kompleks hutan Sungai Putri adalah masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Masyarakat membalak kayu untuk memperoleh pendapatan uang tunai. Pada September 28, Titian melakukan survey penilaian ancaman illegal logging di Sungai Putri. Lokasi survey di empat titik atau empat desa, yaitu Desa Sungai Putri, Desa Sungai Kelik (Sumber Priangan), Desa Ulak Medang dan Desa Tanjung Pura. Hasil yang didapat sebagai mana berikut: 19

20 Tabel 2. Pekerja Illegal Logging Desa Sungai Putri Desa Sungai Kelik (Dsn.Tanah Merah) Desa Ulak Medang Desa Tanjung Pura Keterangan Pekerja Jumlah Kelompok 7 kelompok, paling banyak 5 orang/kelompok 17 kelompok, 3 5 orang/kelompok 2 kelompok, 2 3 orang/kelompok 3 kelompok, 2 orang/kelompok Total 29 kelompok Asal Desa Sungai Putri; kota Ketapang; Sukadana; Sambas Dusun Sumber Priangan; Desa Sungai Putri Desa Ulak Medang; Sambas Desa Tanjung Pura Desa setempat, Ketapang, Sukadana, Sambas Lama Bekerja 2 bulan 1 tahun 1 bulan 6 bulan 16 tahun 2 bulan 1 bulan 16 tahun Sumber: Data Investigasi Illegal Logging, 28 Aktifitas illegal logging di dalam blok hutan Sungai Putri dilakukan secara berkelompok. Terdapat 29 kelompok pekerja kayu yang beraktifitas di empat desa tersebut. Masingmasing yaitu di Desa Sungai Putri ada 7 kelompok, di Desa Sungai Kelik (Sumber Priangan) ada 17 kelompok, di Desa Ulak Medang ada 2 kelompok, dan di Desa Tanjung Pura ada 3 kelompok. Pekerjapekerja kayu tersebut mayoritas berasal dari desa setempat dan beberapa berasal dari kota Ketapang, Sukadana dan dari Sambas. Mereka telah bekerja di blok hutan Sungai Putri paling lama 16 tahun dan yang paling baru adalah 1 bulan. 2

21 Pembalak yang bukan berasal dari desa setempat biasanya membuat pondok tidak permanen yang terbuat uat dari kayu dan beratap terpal (dalam bahasa lokal bagan). Di pondokpondok pondok inilah mereka tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari hari biasanya mereka beli di desa terdekat. Sedangkan pembalak dari desa setempat biasanya tidak membangun pondok. Setiap pagi sekitar pukul enam mereka masuk ke dalam hutan menggunakan sepeda ontel yang juga dirancang untuk mengangkut kayu. Pembalak setempat mayoritas diupah menjadi pengangkut kayu dari dalam hutan ke tepi jalan atau sungai. Masingmasing kelompok penebang ebang memiliki alat tebang pohon berupa chainsaw. Masingmasing masing kelompok memiliki chainsaw 1 hingga 2 buah. Jumlah chainsaw yang beredar di dalam blok hutan Sungai Putri diperkirakan sebanyak 32 buah. Namun ada juga yang bekerja secara tidak berkelompok. Misalnya M hanya diupah untuk mengangkut kayukayu kayu yang sudah ditebang oleh pekerja upahan yang bertugas menebang dan membelah kayukayu Untuk membawa hasil kayu yang sudah ditebang, pekerja kayu menggunakan sepeda, gerobak dan rakit untuk mengangkut kayu keluar kel hutan. Sepeda dan gerobak digunakan untuk mengangkut kayu melalui jalan yang terbuat dari papanpapan papan kayu dari hutan ke jalan desa. Sedangkan rakit digunakan untuk mengangkut kayu melalui sungai. Kayukayu kayu yang dirakit tersebut dihanyutkan ke muara su sungai. Kayukayu kayu yang ditebang ada 4 jenis, yaitu punak ((Tetramerista glabra), cin (Dacrydium pectinatum), ), gerunggang (Cratoxylon ( glaucum) dan ramin (Gonystylus Gonystylus bancanus bancanus). ). Keempat jenis kayu tersebut ditebang jika sudah berdiameter 25 hingga 5 cm. Adapula kayu yang berdiameter antara 1 sampai 15 cm yang ditebang. Kayu Kayukayu kayu ini disebut kayu cerucuk. Jenis kayu cerucuk yang ditebang biasanya tidak dipilih. Kelompokkelompok kelompok pekerja kayu yang bekerja di blok hutan Sungai Putri mampu menghasilkan 3 hingga 4 m meter kubik kayu setiap harinya. Total seluruh kelompok pekerja kayu yang terdapat di blok hutan Sungai Putri mampu menghasilkan 87 sampai 116 meter kubik kayu per hari. Jika tidak dilakukan upayaupaya upaya pencegahan terhadap deforestasi dan degradasi hutan ya yang ng terjadi karena masih adanya praktik pembalakan liar, maka dalam 2 tahun mendatang hutan di komplek hutan Sungai Putri semakin rusak. Kebutuhan kayu di tingkat lokal pada saat itu akan semakin tinggi sedangkan persediaan kayu di hutan semakin sedikit. 21

22 Ancaman penebangan merupakan ancaman utama yang akan coba dikurangi dengan pendekatan kampanye pride. Ancaman lainnya adalah pembukaan lahan pertanian baru, kebakaran, perburuan dan peracunan ikan. 9. Pengelolaan Sebelumnya ada 3 konsesi perkebunan kelapa sawit dan 1 HTI yang rencananya akan dibuka di KHRG Sungai Putri (Sumber: Dinas Perkebunan Kab. Ketapang 28), namun ijin tersebut kemudian dibatalkan oleh pemkab Ketapang setelah mendengar pemaparan hasil survey FFI IP. FFIIP kemudian menginisiasi program perdagangan karbon dan berhasil membangun nota kesepahaman dengan pemkab Ketapang. Jika tidak ada kendala, maka ke depan KHRG Sungai Putri akan menjadi salah satu proyek percontohan untuk perdagangan karbon di Kalimantan Barat. B. Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan Tim proyek yang akan terlibat dalam pelaksanaan aktivitas ini sebagai berikut: Tabel 3. Tim Proyek Nama Lembaga Peran dalam proyek Telepon 1. Yuyun Kurniawan Yayasan Titian Penasehat proyek leuweung@gmail.com Ade Yuliani Yayasan Titian Koordinator proyek adeyuliani@gmail.com Asep Adhikerana Fauna Flora International Penasehat proyek aadhikerana@yahoo.com / Rahmawati Fauna Flora International Peneliti sosial adinaktp@yahoo.com 5. Hermawansyah Lembaga Gemawan Memberi masukan dalam proyek, membantu proses fasilitasi dan peningkatan kapasitas Hermawansyah@gmail.com Mariamah Ahmad/ Devi Indriawati 7. Musa Narang/ Erwin CU Muare Pesisir CU Pancur Solidaritas Memberi masukan dalam proyek, membantu proses fasilitasi dan peningkatan kapasitas Memberi masukan dalam proyek, membantu proses Mayi_eugenia@gmail.com/ devi_indria@yahoo.com / /

23 fasilitasi dan peningkatan kapasitas Sedangkan pemangku kepentingan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri tercantum pada tabel 4 berikut ini. 23

24 Tabel 4. Pemangku Kepentingan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri # Peserta/ pemangku kepentingan Nama, posisi dan rincian kontak peserta Isuisu kunci Sumbangan potensial Motivasi untuk hadir Konsekuensi tidak mengundang Situasi hubungan saat ini PEMBUAT KEBIJAKAN 1 Bappeda Kab. Ketapang Sukirno Kabid Fisik dan Sarana ( ) Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten Memfasilitasi peran serta instansi teknis dan masyarakat dalam penataan ruang, mengarahkan ijin konsesi pada kawasan yang sesuai dengan fungsinya, membuat tata ruang sesuai dengan fungsi kawasan, memfasilitasi kerja sama penataan ruang antar kabupaten/ kota Mendapat bantuan teknis dan support informasi lapangan untuk perencanaan tata ruang, mendapat dukungan masyarakat melalui mekanisme konsultasi publik dalam hal penataan ruang, mendapat dukungan dari instansi teknis lain terkait (Disbun, Dishut) dalam penataan ruang Penataan ruang tidak sesuai dengan fungsi dan peruntukkan lahan (umum), Sungai Putri akan tetap diarahkan untuk areal HTI dan perkebunan sawit, proyek tidak akan berjalan 24

25 2 Bappedalda Kalbar Darmawan Kepala Badan ( ), Yani Kabag AMDAL ( ) Kewenangan untuk memberikan dokumen AMDAL untuk perusahaan HPH/HPHTI dan perkebunan Melakukan verifikasi ke areal konsesi, melibatkan berbagai unsur masyarakat di sekitar konsesi dalam rapat pembahasan AMDAL, mempengaruhi kepala daerah untuk tidak memberikan ijin usaha perkebunan sebelum dokumen AMDAL diterbitkan. Mendapat support data dan informasi lapangan terbaru, mendapat dukungan masyarakat sekitar dalam pembahasan AMDAL AMDAL akan diberikan pada perusahaan yang berada di kawasan hutan bernilai konservasi tinggi (Sungai Putri), tidak mengetahui progress pengurusan dokumen AMDAL perusahaan yang berlokasi di Sungai Putri, proyek tidak akan berjalan * 3 Dinas Kehutanan Kab. Ketapang Cucu Wamsu Kadis ( ), Sikat Gudag Kasubdin Linhut Status dan peruntukan kawasan, konversi lahan, kejahatan kehutanan (forest crime), pengelolaan hidupan liar Memeriksa status wilayah calon konsesi hph/hphti dan perkebunan, penegakan hukum atas pelanggaran yang dilakukan pengusaha HPH/HPHTI dan perkebunan Mendapat support data dan informasi lapangan terbaru terkait dengan kawasan Sungai Putri Kawasan hutan bernilai konservasi tinggi akan dikonversi 25

26 4 Dinas Perkebunan Kab. Ketapang Lukas Lawun Kadis ( ) Aspek legalitas aktivitas perkebunan, konversi lahan Kewenangan untuk memberikan Ijin Usaha Perkebunan(IUP), dapat melakukan ground check terkait dengan permohonan ijin lokasi perkebunan, penegakan hukum atas pelanggaran oleh perkebunan, kewenangan untuk menindak pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha perkebunan, pengetahuan mengenai pola perkebunan, pengetahuan mengenai komoditi perkebunan Mendapat support data dan informasi lapangan terbaru terkait dengan calon lokasi konsesi dan aktivitas pengusaha perkebunan di calon lokasi konsesi, mengetahui respon masyarakat terhadap komoditi perkebunan yang akan dikembangkan, mendapat masukan mengenai komoditi perkebunan yang dikehendaki oleh masyarakat IUP akan diberikan di perusahaan yang berada di kawasan Sungai Putri, tidak ada kontrol terhadap aktivitas pengusaha perkebunan yang calon lokasinya berada di Sungai Putri 26

27 5 BKSDA Kalbar Tri Dibyo Sumbogo koord. PEH ( ), David Muhammad SPORC ( ), Azmardi PPNS ( ) 6 Seksi Konservasi Wil I Ketapang P. Samosir Kasie/ PPNS ( ) Pengelolaan hidupan liar, penegakan hukum (terkait UU no 5 tahun 199 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya) Mengusulkan kawasan konservasi baru atau pola kelola kawasan untuk melindungi populasi orangutan, melakukan penegakan hukum untuk menekan peredaran hidupan liar Mendapat informasi mengenai populasi orangutan di kawasan, mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk konservasi orangutan Populasi orangutan di Sungai Putri akan terancam oleh aktivitas konversi * * 7 DPRD Kab. Ketapang Martin Rantan Ketua Komisi B bag. Ekonomi/ SDA/ lingkungan hidup ( ) Pengesahan peraturan daerah mengenai tata ruang, partisipasi publik dalam perencanaan tata ruang Menghimpun informasi/ masukan dari masyarakat terkait penataan ruang selama masa reses, menjamin partisipasi publik dalam proses penataan ruang, tidak mengesahkan perda tata ruang yang tidak partisipatif; tidak sesuai dengan fungsi lahan dan melanggar hierarki peruu Mendapat dukungan dari masyarakat dalam proses pengesahan perda tata ruang kabupaten, mengetahui respon masyarakat dan SH lain terhadap rencana tata ruang yang dibuat pemda Perda tata ruang yang tidak partisipatiftidak sesuai dengan fungsi lahan dan melanggar hierarki peruu akan disahkan, partisipasi publik dalam penataan ruang tidak terjamin 27

28 8 Sekretariat Daerah Kab. Ketapang Bachtiar Sekretaris Daerah ( ) Administrasi daerah Dukungan politis untuk upaya penyelamatan kawasan Ketertarikan akan isu konservasi dan orangutan Proyek tidak mendapat dukungan * 9 Kantor Inbudpar Kab. Ketapang Yudo Sudarto Kakan ( ) Ekowisata Dukungan politis untuk upaya penyelamatan kawasan, dapat merekomendasikan kepada kepala daerah (bupati) dan pemprop untuk menjadikan Sungai Putri sebagai kawasan wisata alam Mendapat objek wisata baru, mendapat support informasi mengenai daya tarik wisata Sungai Putri, mendapat dukungan dari berbagai SH untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata Sungai Putri Proyek tidak mendapat dukungan, tidak ada tawaran alternatif pengelolaan kawasan Sungai Putri bagi Bappeda, kepala daerah dan masyarakat * 28

29 1 Tokoh Masyarakat sekitar Blok Hutan Sungai Putri Mursalim Kades Sungai Putri ( ), Morhadi Kades Tj. Baik Budi ( ), Sabrol Yani Kades Tempurukan ( ), Aspar Haji Ali ( ) Penataan ruang wilayah desa dan penjangkauan bertingkat Dapat membuat rencana tata ruang desa yang mendukung upaya penyelamatan kawasan Sungai Putri, menggalang dukungan masyarakat sekitar kawasan untuk mendukung upaya penyelamatan Sungai Putri Dapat menyampaikan input masyarakat terkait upaya penyelamatan dan pengelolaan kawasan Sungai Putri Proyek tidak mendapat dukungan dari masyarakat 29

30 LSM 1 Yayasan Palung Andrew Teixeira de Sousa Field Director ( ), Tito Indrawan Koord. Program Penyelamatan satwa ( ), Desi Kurniawati Koord. Program Kampanye Penyadaran ( ) Konservasi orangutan dan habitatnya Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyelamatan orangutan dan habitatnya Dapat menjalankan fungsi kontrol terhadap aktivitas perencanaan dan pembangunan daerah, terlibat dalam upaya pelestarian habitat orangutan di luar kawasan konservasi, pengembangan program (di luar TNGP), implementasi MoU penegakan hukum dalam perlindungan satwa Proyek tidak mendapat dukungan * 3

31 LEMBAGA PENDIDIKAN (UNIVERSITAS TANJUNGPURA) Dwi Astianidosen Fahutan/carbon expert ( ), Harry Prayogodosen Fahutan/assessor kerangka acuan dan dokumen AMDAL ( ), Gusti Zakariadosen FMIPA/Peat expert ( ) Konservasi sumber daya alam hayati Pengetahuan mengenai nilai ekologis kawasan gambut, pengetahuan mengenai metode pengukuran kedalaman gambut dan perhitungan potensi carbon (below and above ground), mekanisme carbon financing, pengetahuan tentang hidupan liar. Minat pribadi dan profesi terhadap isu konservasi Proyek tidak mendapat dukungan akademisi, datadata ilmiah tidak mendapat input dari akademisi, kurangnya tekanan terhadap pemda Ketapang untuk penyelamatan Sungai Putri * NOTE: Bedfellow, * Sekutu, / Lawan, Penonton 31

32 II. Model Konseptual Pertemuan pemangku kepentingan dilakukan pada Februari 29 yang dihadiri oleh 36 orang perwakilan dari 4 desa target yaitu Tempurukan, Sei Putri, Tanjung Baik Budi dan Kuala Tolak. Pertemuan dilakukan untuk merumuskan model konseptual kawasan Kompleks Hutan Rawa Gambut (KHRG) Sungai Putri. Lingkup proyek adalah KHRG Sungai Putri dengan konteks untuk pembahasan adalah kegiatankegiatan kegiatan yang dapat menganggu hutan, satwa dan sungai di KHRG Sungai Putri Putri. Ancaman langsung diidentifikasi, kasi, kemudian dituliskan pada kartu kartukartu yang lalu ditempelkan ke dinding dan dihubungkan dengan sasaran yang sesuai dengan menggunakan tanda panah. Peserta kemudian membahas faktor yang berkontribusi (ancaman tak langsung) yang mengarah kepada, atau memperburuk, faktor langsung. Model konseptual yang dihasilkan secara lengkap dapat dilihat pada diagram 1 berikut. 32

33 Diagram 1. Model Konseptual Faktor yg berkontribusi/ancaman tak langsung [kotak kuning] Ancaman langsung [kotak merah] Sasaran [lingkaran hijau] 33

34 Berikut adalah gambaran singkat dari ancaman langsung dan faktor yang berpengaruh yang disajikan dalam model konseptual di atas. Ruang lingkup dan sasaran proyek Komplek Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Hutan rawa gambut Satwa Sungai Penebangan Ancaman langsung Kategori ancaman IUCN: 5.3. Penebangan pohon dan pemanenan kayu) Pembukaan lahan pertanian baru Kategori ancaman IUCN: 2.1. Hasil panen non kayu per tahun dan bertahuntahun Kebakaran Kategori ancaman IUCN: 7.1. Kebakaran dan pemadam kebakaran) Faktor yang berpengaruh (termasuk ancaman tak langsung) Lemahnya penegakan hukum, lemahnya mental penegak hukum, keinginan memperkaya diri sendiri, upaya perlindungan rendah, tidak ada unit pengelola kawasan Alternatif pekerjaan terbatas, keahlian terbatas, modal usaha tidak tersedia, tingkat pendidikan rendah Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi hutan gambut, belum ada sosialisasi tentang hutan gambut Gagal panen Kebutuhan subsisten Terbatasnya program pemberdayaan ekonomi masyarakat, pemerintah kurang mengetahui permasalahan desa Permintaan pasar local, pembangunan infrastruktur, terbatasnya ketersediaan kayu dari kawasan lain Lahan pertanian terbatas, intrusi air laut, tanggul air asin rusak, kurangnya rasa memiliki masyarakat terhadap infrastruktur, pembukaan kanal oleh Pemda, kebutuhan ekonomi tinggi, pertambahan penduduk, degradasi hutan mangrove, pemanfaatan kayu untuk cerucuk jermal Program pencetakan sawah Pembukaan lahan dengan sistem tebas bakar, pengetahuan mengelola lahan pertanian terbatas 34

35 Perburuan Kategori ancaman IUCN: 5.1. perburuan dan pengambilan hewan darat Tersedianya pasar, pemenuhan kebutuhan Peracunan ikan Kategori ancaman IUCN: 5.4. Pencarian ikan dan pemanenan sumber daya akuatik Pemenuhan kebutuhan hidup, menangkap ikan Banyak ancaman yang timbul dari kegiatan masyarakat memanfaatkan kayu tanpa ijin di hutan Sungai Putri. Lemahnya penegakan hukum dan ketiadaan alternative pekerjaan merupakan alasan yang paling utama. Karena statusnya yang merupakan hutan produksi dan hutan produksi yang bisa dikonversi, hutan Sungai Putri seolah dianggap sebagai hutan bebas oleh masyarakat. Keberadaan HPH pada era 197an juga turut berkontribusi dalam memicu aktivitas illegal ini. Saat HPH masuk, masyarakat mulai mengenal chainsaw dan mulai merambah hutan sampai sekarang. 35

36 III. Analisa Ancaman A. Peringkat Ancaman Dari 5 ancaman yang berhasil diidentifikasi dalam pertemuan stakeholder, maka kemudian dianalisa menggunakan software Miradi untuk ditentukan peringkat ancamannya. Penebangan, pembukaan lahan pertanian baru dan kebakaran diidentifikasi sebagai ancaman dengan peringkat tinggi. Sementara perburuan dan peracunan ikan diidentifikasi sebagai ancaman dengan peringkat rendah. Dari 3 ancaman yang berperingkat tinggi, ancaman penebangan yang kemudian dipilih sebagai prioritas ancaman yang akan dikurangi dengan metode kampanye pride. Pertimbangan ini diambil karena penebangan juga merupakan bagian dari aktivitas yang mengancam lainnya seperti pembukaan lahan pertanian baru dan kebakaran. Lahanlahan yang dibuka menjadi lahan pertanian biasanya merupakan areal bekas tebangan. Demikian juga dengan kebakaran yang merupakan dampak ikutan dari aktivitas pembukaan lahan. Dengan mengurangi penebangan, diasumsikan ancaman lainnya juga akan berkurang. Tabel 5. Analisa Ancaman 36

37 B. Rantai Faktor Gambar di bawah ini menunjukkan rantai factor dari ancaman penebangan. 37

38 IV. Penelitian Formatif A. Percakapan Terarah 1. Percakapan terarah dengan peneliti biologi dan pihak swasta mengenai ancaman Menurut Hanjoyo, peneliti biologi yang bekerja untuk Fauna Flora International, berdasarkan data volume tegakan hutan Sungai Putri dan data jumlah kayu yang keluar dari kompleks hutan Sungai Putri, maka dapat diproyeksikan perkiraan degradasi hutan di Sungai Putri. Istilah deradasi hutan karena dirasa lebih tepat karena para pekerja kayu memilih kayukayu jenis tertentu untuk ditebang. Biasanya hanya pohon berdiameter setinggi dada (dbh) 3 cm ke atas yang ditebang. Vegetasi lain yang bukan dari jenisjenis niagawi dibiarkan. Kotak I. Proyeksi Degradasi Hutan Sungai Putri Ratarata volume tegakan = (12, , ,5 + 27,19) : 4 = 2,72 m 3. Perkiraan luas areal tutupan hutan berdasarkan citra landsat tahun 24 = 37. hektar. Volume tegakan komplek hutan Sungai Putri = 2,72 m 3 x 37. ha = m 3. Dengan asumsi 3 hari dalam setahun terjadi pembalakan dan dalam sehari 116 m 3 kayu keluar, maka degradasi hutan akan nampak terjadi pada ( m 3 : 116 m 3 ) : 3 hari = 22,3 tahun. Dari proyeksi di atas, maka diperkirakan 22,3 tahun ke depan komplek hutan Sungai Putri ini tidak memiliki pohonpohon niagawi berdiameter lebih dari 3 centimeter. Perkiraan ini akan semakin cepat terjadi jika juga dihitung jumlah kayu yang digunakan untuk membuat jalan kudakuda, jalan sepeda dan jalan gerobak yang dapat menggunakan pohon jenis apapun untuk membuatnya. Saat ini pun sudah sulit mendapatkan jenisjenis kayu komersil dari hutan Sungai Putri. Industriindustri meubel/furniture di Ketapang yang ditemui sudah sulit untuk mendapatkan kayu cin dari Sungai Putri. Kayu cin adalah jenis kayu yang amat disukai untuk furniture karena tekstur permukaan dan kesan raba yang halus. Beberapa pembuat meubel mengatakan sejak tahun 25 kayu cin sulit diperoleh, sehingga untuk menggantikannya digunakan kayu keminting (kemiri) hutan. 38

39 2. Percakapan terarah dengan Instansi terkait mengenai ancaman Dalam seminar mengenai gambut yang dilakukan oleh Fauna Flora International, salah seorang pejabat di Dinas Kehutanan Kab. Ketapang mengakui illegal logging memang menjadi pekerjaan rumah bagi instansinya untuk diselesaikan. Namun ditambahkannya, pemangku kepentingan lain juga harus menyadari penegakan hukum juga bukan solusi mutlak untuk menyelesaikan persoalan ini. Jika dilihat, motif utama dari pelaku penebangan adalah motif ekonomi. Pelaku umumnya merupakan masyarakat yang taraf hidupnya rendah. Mereka melakukan penebangan sematamata untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka perlu juga dicarikan solusi untuk menyediakan alternative pendapatan bagi masyarakat. Jika ini bisa dilakukan, dia yakin masyarakat pelanpelan akan mulai meninggalkan illegal logging. 3. Percakapan terarah dengan tokoh masyarakat dan khalayak target mengenai ancaman Tokoh masyarakat dari keempat desa target menyatakan masih banyak petani yang kerja kayu di dalam hutan Sungai Putri selepas musim panen padi. Aktivitas ini masih terus dilakukan karena hasil yang diperoleh dari penjualan kayu cukup menambah pendapatan masyarakat. Selain hasilnya yang cukup menjanjikan, banyak masyarakat yang terus melakukan aktivitas ini karena hasil dapat diterima dengan cepat. Bahkan sebelum masuk hutan, pekerja kayu sudah dimodali oleh cukong. Petani yang sudah dimanjakan dengan fast money biasanya sudah malas untuk menggarap lahan. Salah seorang pekerja kayu yang ditemui menyatakan sejak bekerja kayu, dia sudah tidak menggarap ladangnya lagi. Namun semenjak kayu sulit didapat dan operasi pemberantasan illegal logging gencar dilakukan, banyak pekerja kayu yang kembali bertani. Khalayak target lain yang ditemui juga menyatakan banyak rekanrekannya yang dulu bekerja kayu kini kembali ke usaha pertanian dan menjadi nelayan. Mereka pada umumnya mengakui sudah takut untuk kerja kayu. Selain itu juga, mereka menyadari tidak selamanya mereka dapat kerja kayu, terlebih karena factor usia. Kerja kayu adalah pekerjaan yang keras dan memerlukan tenaga yang kuat untuk bisa terus melakukannya. Jika mereka sudah kerja kayu mulai usia SMP atau SMA, maka biasanya saat usia 35, mereka mengaku sudah sulit untuk kerja kayu. Fisik mereka sudah kurang memungkinkan untuk terusmenerus masuk hutan. Usaha pertanian atau peternakan merupakan usaha yang berkelanjutan menurut mereka. Namun untuk mengembangkan usaha pertanianpun, petani mengalami kesulitan. Selain kendala ketiadaan prasarana pendukung seperti tanggul air asin dan irigasi, terdapat juga kendala modal. Untuk meminjam modal dari bank, tidak memungkinkan karena tidak mempunyai asset untuk diagunkan. 39

40 Ketika dikonfirmasi dengan salah satu bank di Kota Ketapang yang mempunyai produk kredit usaha mikro, ternyata memang untuk di wilayah Kalimantan mereka tidak memberikan pinjaman pada petani yang tidak mempunyai usaha lain selain bertani. Profesi petani dianggap beresiko tinggi karena bergantung dengan alam dan berpenghasilan tidak menentu. B. Opsiopsi Pengelolaan (BRAVO) 1. Pilihan Strategi Ada 4 pilihan strategi yang sebelumnya akan dilakukan untuk mengatasi ancaman penebangan di Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri yaitu: Membentuk unit pengelola HPH restorasi: untuk mengatasi tidak adanya pengelola kawasan. Pilihan ini sedang dalam tahap persiapan dan diharapkan dapat segera diimplementasikan di tahun depan. Pilihan ini akan difasilitasi oleh Fauna Flora International. Pilihan ini merupakan strategi agar ekosistem hutan Sungai Putri dapat terjaga dan masyarakat tetap akan mendapat manfaat ekonomi dengan menjaga hutan. Pilihan strategi ini mendapat respon yang baik dari pemerintah maupun masyarakat. Advokasi: untuk mengatasi lemahnya penegakan hukum terhadap kejahatan kehutanan yang terjadi di Sungai Putri Pilihan ini tidak dipilih karena dikhawatirkan akan menimbulkan gesekan dengan masyarakat setempat. Meskipun demikian, akan disiasati dengan mendorong masyarakat untuk membentuk community patrol yang akan berperan menjaga kawasan. Upaya ini akan dilakukan di masa depan, namun tidak dalam kerangka waktu kampanye pride. Peningkatan kapasitas: untuk mengatasi keahlian petani yang terbatas Pilihan ini akan jadi satu rangkaian dengan pilihan pertama dan tidak akan dilakukan dalam kerangka waktu kampanye pride. Kampanye penyadaran: untuk mengatasi belum adanya sosialisasi mengenai hutan rawa gambut Pilihan ini akan dilakukan dalam waktu dekat, terutama untuk menyampaikan informasi nilai ekologi kawasan dan rencana proyek perdagangan karbon yang akan dilakukan. Pengenalan dan fasilitasi pembentukan CU: untuk mengatasi ketiadaan modal usaha. 4

41 Pilihan strategi ini dipilih karena menjawab kebutuhan masyarakat dan dapat dimanfaatkan sebagai alat pengorganisiran masyarakat terkait isu konservasi hutan dan perdagangan karbon. Waktu yang diperlukan untuk fasilitasi juga sesuai dengan kerangka waktu kampanye pride. 2. Analisis Dampak Kelayakan Pilihan strategi Credit Union kemudian dibuat analisa kelayakannya sebagai mana berikut. Tabel 5. Analisis Dampak Kelayakan Kategori Subkategori Nilai Ratarata Nilai Kategori Biayabiaya 4 Kelayakan Ekonomi Pendapatan 2 Penggantian Pendapatan Teknologi 4 Teknik Kapasitas / Kemampuan Organisasional 4 4 Mitra Lainnya 4 Kepemimpinan Masyarakat 3 Budaya / Politik Lingkungan Politik Normanorma Budaya 4 41

42 Kelayakan Nilai Dampak Konservasi Dampak Dampak dan Metrikmetrik Titiktitik Ungkit 3.3 Metrikmetrik Dampak Nilai Faktor Resiko Faktorfaktor resiko yang diidentifikasi dari pilihan strategi Credit Union tersaji dalam tabel 6 berikut: Tabel 7. Faktor Resiko Faktorfaktor Resiko Konsekuensi Strategistrategi Mitigasi Penggalangan dana masyarakat tidak mencapai 1% dari dana yang dibutuhkan untuk pembentukan CU Membiayai keseluruhan kebutuhan dana pembentukan CU Mendorong masyarakat untuk merasa memiliki terhadap proses pembentukan CU, dan merasa pembentukan CU merupakan kebutuhan masyarakat untuk menjawab persoalan akses terhadap modal RARE tidak bisa membiayai fasilitasi pembentukan CU CU tidak bisa berdiri sendiri, tapi menjadi cabang existed CU Bekerja sama dengan CU Pancur Solidaritas atau CU Muare Pesisir untuk memfasilitasi pembentukan tempat 42

43 pelayanan (TP) Alat penyingkir hambatan yang digunakan adalah memfasilitasi pembentukan Credit Union (CU). CU merupakan kumpulan orang yang saling percaya dalam 1 ikatan pemersatu yang bersepakat menabungkan uang untuk menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan. Melalui CU di Sungai Putri, masyarakat dapat berdaya dan menolong dirinya sendiri. Dengan usaha bersama, masyarakat akan memiliki wadah untuk perputaran modal dan lebih mudah mengakses modal usaha, sehingga masyarakat akan terdorong untuk mengembangkan usahanya sendiri (yang sudah eksis), ataupun menciptakan peluang usaha baru sesuai dengan minat dan potensinya masingmasing. Keberadaan CU akan menjawab kebutuhan modal masyarakat untuk beralih dari aktivitas pembalakan liar. CU juga merupakan alat pengorganisiran yang efektif. Melalui pendidikan CU, pesanpesan konservasi dapat disisipkan. Kedepan dengan adanya keberadaan CU diharapkan dapat mengurangi ancaman di Sungai Putri. Dengan adanya modal, masyarakat bisa mengembangkan berbagai usaha. Salah satunya usaha peternakan. Peternakan ayam pedaging misalnya. Untuk awal diperlukan modal sebesar 3.9. untuk 1 kotak bibit ayam (1 ekor); pembuatan kandang dan pakan. Dalam waktu 4 hari, ayam sudah bisa dipanen dengan berat per ekor +/ 1,5 kg. Dengan harga per kilo 18., maka 1 ekor ayam dihargai 27.. Dengan resiko kematian bibit antara 1 2%, maka hasil penjualan pertama ayam pedaging menghasikan BEP akan diperoleh setelah 4 kali penjualan. Peluang lain adalah beternak ayam kampung. Untuk awal diperlukan modal sebesar 95. untuk pembelian induk ayam (1 ekor jantan dan 5 ekor ayam betina); kandang; pakan. Investasi untuk kandang ayam kampung tidak seperti ayam pedaging, karena ayam kampung biasanya dibiarkan lepas dan hanya dibuatkan kandang seadanya. Demikian juga untuk pakan, ayam kampung biasa mencari pakan sendiri namun bisa juga ditambahkan dedak dan sisa nasi. Setelah 2 bulan dipelihara, induk ayam akan bertelur dan telur akan menetas pada bulan ke 3. Dengan asumsi 1 induk ayam akan menghasilkan 1 anak, maka dari 5 induk akan diperoleh 5 anak ayam. 3 bulan berikutnya, turunan kedua induk ayam akan menetas dan demikian seterusnya. Setelah berumur 6 bulan, turunan pertama sudah bisa dijual dengan berat ratarata 1,5 kg. Harga 1 kg 27., maka 1 ekor ayam dihargai 4.. Dengan asumsi tidak ada kematian anak ayam dan ayam langsung dibeli di tempat oleh peraih (midlle man), maka dari penjualan pertama akan diperoleh hasil 2... Dari usaha ternak ayam kampung, peternak akan mencapai BEP pada bulan ke 8 pemeliharaan dan mendapat keuntungan bersih (dipotong biaya pakan untuk 6 bulan berikutnya) 43

44 6.. Setelah 3 bulan dari penjualan pertama, peternak bisa menjual 5 ekor ayam turunan kedua dengan nilai total 2.., demikian seterusnya. Dengan asumsi ini, maka pada penjualan turunan kedua (bulan ke 11 dari pemeliharaan) akan mendapat keuntungan bersih 2... atau +/ 666., lebih besar dari pendapatan bulanan kerja kayu. Pasar ayam kampung di Ketapang cukup baik dan harga per kilo ayam kampung terus naik. Melaiui Credit Union juga diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat yang terbiasa serba instan. Dengan pola lembaga keuangan konvensional, masyarakat terbiasa langsung mendapat pinjaman dengan modal agunan. Dengan CU, masyarakat dibiasakan menciptakan modal dengan menabung, baru kemudian memanfaatkannya dengan cara meminjam. Di Kalbar, sudah banyak bukti keberhasilan CU dalam membantu menyediakan modal bagi masyarakat. Keberhasilan CU dalam membantu memberdayakan masyarakat sudah banyak dirasakan di berbagai daerah di Kalimantan Barat. Untuk di Ketapang sendiri, ada 2 CU yang sudah cukup mapan dan terbukti membantu usaha masyarakat, yaitu CU Pancur Solidaritas dan CU Gemalak Kemisik. Kelompok yang disasar adalah masyarakat petani di desa Tempurukan, Sei Putri, Tanjung Baik Budi dan Kuala Tolak. Target anggota yang akan direkrut untuk tahun pertama sedikitnya 2 orang. Mitra lembaga untuk mengembangkan CU adalah Lembaga Gemawan Pontianak dan CU Pancur Solidaritas Ketapang. Lembaga Gemawan telah bersedia untuk memfasilitasi masyarakat mengembangkan CU dan membantu membangun kapasitas calon pengurus CU dari 4 desa tersebut. Di bulan Januari 29, Lembaga Gemawan sudah pernah mensosialisasikan CU di salah satu desa target. Fasilitasi pembentukan CU akan dimulai pada Juli 29 yang akan dimulai dengan proses sosialisasi. Sosialisasi mengenai CU akan dilakukan paralel dengan sosialisasi mengenai fungsi hutan rawa gambut Sungai Putri untuk mencegah intrusi air laut dan mekanisme karbon kredit. Dalam masa sosialisasi, perwakilan masyarakat petani juga akan dibawa untuk melihat CU terdekat yang sudah berhasil. Setelah proses sosialisasi dilakukan di 4 desa, bersamasama akan disepakati perwakilan masyarakat yang akan menjadi pengurus CU. Perwakilan masyarakat ini selanjutnya akan dimagangkan di CU yang sudah berjalan selama 1 bulan. Baru kemudian setelah magang, dilakukan strategic planning untuk menetapkan dasar bagi CU tersebut. Dana yang diperlukan untuk mengembangkan CU kurang lebih sebesar 19,77,. Sumber dana berasal dari Titian, kontribusi masyarakat dan support dari RARE. Penggalangan dana dari masyarakat diupayakan semaksimal mungkin, karena pengembangan CU harus didorong dari kebutuhan bersama: dari masyarakat untuk masyarakat. Sehingga dalam proses fasilitasinya, akan dibarengi dengan pendidikan kritis dalam konteks sosial, ekonomi dan sumber daya alam. 44

45 Keberadaan CU selain dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses modal, secara tidak langsung juga dapat menekan aktivitas pembalakan liar di Sungai Putri. Dalam aturannya, CU tidak akan memberikan pinjaman modal untuk aktivitas illegal. Sehingga untuk dapat maju dan mengembangkan usahanya, masyarakat harus mau meninggalkan aktivitas penebangan. C. Rantai Hasil dan TujuanTujuan Awal 45

46 Berdasarkan rantai hasil, maka ditetapkan sasaran awal untuk kampanye untuk petani yang menjadi khalayak: Pengetahuan mengenai fungsi lahan gambut meningkat Sikap ketergantungan berlebihan pada hutan menjadi berkurang Dukungan untuk penyelamatan kawasan hutan Sungai Putri juga meningkat Komunikasi mengenai hutan Sungai Putri dan upaya penyelamatannya terbentuk Pengetahuan mengenai kemampuan mandiri dan modal usaha tumbuh Sikap kemandirian dan kemampuan memperbaiki hidup secara mandiri tumbuh Komunikasi mengenai pengembangan modal mandiri terbentuk di dalam masyarakat Terbentuk CU dengan kecukupan modal untuk memberikan pinjaman dan sistem berjalan baik dan memasukkan aspek perlindungan hutan Sungai Putri dalam sistemnya. D. Membangun Baseline Data Guna mendapatkan data dasar untuk mengembangkan strategi kampanye, maka dilakukan survey kuantitatif dengan menggunakan kuisioner. Survey kuantitatif ini bertujuan untuk: Mengetahui sumber informasi yang dipercaya kelompok target dan saluran komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan Mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman kelompok target terhadap isu konservasi hutan rawa gambut Sungai Putri Mengetahui tahapan perilaku kelompok target Mengetahui respon kelompok target terhadap strategi penyingkir halangan yang akan dikembangkan. 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Survey Survey dilakukan di 4 desa target yaitu Tempurukan, Sungai Putri, Tanjung Baik Budi dan Kuala Tolak Kec. Muara Pawan Kab Ketapang. Pemilihanan keempat desa ini dilakukan dengan pertimbangan ancaman lebih banyak dilakukan oleh masyarakat ke 4 desa ini, selain itu akses lebih dekat dan mudah dijangkau. Masyarakat di keempat desa ini juga memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap kawasan terutama untuk tata air dan sumber kayu untuk bahan bangunan. Sedang sebagai pembanding juga dilakukan survey di desa Kuala Satong Kec. Matan Hilir Utara Kab. Ketapang. Survey berlangsung selama 1 minggu sejak April

47 Survey dilakukan oleh 11 enumerator yang berasal dari daerah setempat. Sebelum survey sebenarnya dimulai, enumerator dibekali dengan pengetahuan mengenai teknik wawancara selama 1 hari. Kuisioner juga diujicobakan bersama enumerator untuk mengetahui jika ada halhal yang perlu diperbaiki dalam kuisioner. 2. Alat dan Responden Survey Peralatan yang digunakan dalam survey ini adalah: Kuisioner sebagai alat pengumpul data (terlampir) Alat tulis Software Survey Pro untuk merancang dan menganalisis survey Pemilihan responden dilakukan secara acak dengan menggunakan metode simple random sampling. Jumlah responden yang diwawancarai 339 untuk desa target dan 226 untuk desa pembanding. Responden merupakan kepala keluarga yang tinggal pada rumah dengan interval 5. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan bantuan surveysampel.com. Distribusi sampel di tiap desa target ditentukan berdasarkan persentase jumlah kepala keluarga. Setiap rumah tangga kelima akan dikunjungi untuk diwawancarai kepala keluarganya. Jika Kepala keluarga tidak berada di tempat, maka enumerator akan mengunjungi kembali rumah tersebut di lain waktu. Sedang jika kepala keluarga tidak bersedia diwawancarai, enumerator akan melewati rumah tersebut dan mencacah rumah tangga kelima berikutnya sampai kuota terpenuhi. Distribusi responden secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: 47

48 Tabel 8. Distribusi Responden Secara Geografis Kecamatan Desa Jumlah KK 2 Persentase Jumlah Distribusi (%) Sampel Enumerator Muara Pawan Tempurukan Syamsumin, Asri Sungai Putri Ruslan, Hamdan Tanjung Baik Budi Sauni, Sabran Kuala Tolak Roli Marjoko, Edi Total Sementara untuk control, akan dilakukan di desa Kuala Satong Kec. Matan Hilir Utara Kab. Ketapang. Jumlah sampel kontrol 226, yaitu 2/3 dari jumlah responden di desa target. Sehingga total sampel yang diambil dalam survey ini adalah 556 KK. 3. Hasil Survey Dari survey yang sudah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: 3.1. Karakteristik Responden Responden yang diwawancara sebagian besar bekerja sebagai petani (78,4%). Pada umumnya petani di desa sekitar Hutan Rawa Gambut Sungai Putri juga memiliki pekerjaan sampingan yang beragam. Diantaranya pekerja kayu, tukang bangunan dan nelayan. Aktivitas sampingan ini dilakukan guna menambah pendapatan dari hasil pertanian. 2 Badan Pusat Statistik Kab Ketapang dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab Ketapang. Kecamatan Muara Pawan dalam Angka 28. Ketapang

49 The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still appears, you may have to delete the image and then insert it again. The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to op The image cannot be displayed. Your comput The ima ge can not be T h e i m The image cannot be displayed. Your computer may not The image cannot be displayed. Your computer may not The image cannot be displayed. Your computer may not The imag e cann ot be dis Tabel 9. Pekerjaan Utama & Sampingan Responden Jenis Pekerjaan Jumlah Persen Persen 1 Petani % Kerja kayu % Pedagang % Nelayan % Tukang % Swasta 1 3.% Pegawai negeri/ TNI 9 2.7% Tidak tentu 8 2.4% Rumah tangga 6 1.8% Pegawai BUMN 1.3% Penganggur 1.3% Staff honorer kecamatan 1.3% Lainlain 2.6% Total 338 n/a Mean Sumber: Analisis Data Primer, 29 49

50 Masyarakat petani sebagian besar memiliki lahan sendiri (86,6% dari n=284). Luas lahan bervariasi, namun ratarata tiap KK memiliki,5 1 hektar lahan. Lahan tersebut diupayakan menjadi ladang atau sawah. Selain itu, petani juga memiliki kebun buahbuahan (termasuk kelapa), karet dan kebun campuran. Kebunkebun ini biasanya merupakan peninggalan orangtua dan telah dimiliki secara turun temurun. Dari 339 responden yang diwawancarai, 32 responden berjenis kelamin lakilaki dan 19 responden perempuan (Tabel 9). Tabel 1. Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Jumlah Persen Persen 1 Lakilaki % Perempuan % Total Mean Sumber: Analisis Data Primer, 29 Dalam kampanye ini, khalayak target yang akan dijangkau adalah petani karena berdasarkan hasil survey kualitatif, petani merupakan kelompok yang melakukan ancaman langsung terhadap Hutan Rawa Gambut Sungai Putri. Untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya, setelah musim panen dan musim tanam petani pergi ke hutan untuk kerja kayu. Petani yang mengalami gagal panen karena sawah ladangnya terkena air asin, juga memanfaatkan kayu secara illegal di dalam kawasan. Petani memanfaatkan kayu secara illegal di Hutan Sungai Putri secara berkelompok dengan modal mandiri, atau bekerja dengan dimodali oleh cukong (timber boss). 5

51 3.2. Pilihan Media Petani Tabulasi silang mengenai pilihan media informasi berdasarkan pekerjaan (petani) (n=265) menunjukkan bahwa media yang paling banyak memberikan informasi selama 2 bulan terakhir adalah televisi (93,6%) dan radio (25,7%). Secara lengkap mengenai media informasi yang dipilih petani di tiap desa target disajikan dalam tabel

52 Tabel 11. Media yang Paling Banyak Memberikan Informasi pada Petani Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak % Desa Tanjung Baik Budi % Desa Sei Putri % Desa Tempurukan % Dalam 2 bulan terakhir, media apa yang paling sering memberikan anda informasi? (jawaban boleh lebih dari 1) Radio % 34.6% 12.3% 2.% Televisi % 84.6% 98.2% 98.% Koran % 1.3% 8.8% 3.9% Papan informasi % 5.1% Komunikasi

53 interpersonal 1.3% 2.% Tidak ada 1 1.3% Lainlain Total *; * *; * *; * *; * Freq Error* 4.3% 8.2% 3.5% 3.9% Sumber: Analisis Data Primer, 29 Radio Siaran Pemerintah Daerah Kab. Ketapang merupakan radio yang paling banyak didengar oleh petani (Tabel 12). Di Kuala Tolak 29,8% petani mendengarkan RSPDK, 29,4% di desa Tanjung Baik Budi, 21,5% di Desa Sei Putri dan 19,2% di desa Tempurukan. 53

54 Tabel 12. Radio yang Paling Banyak di Dengar Petani Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% Sebutkan 2 radio yang paling sering anda dengar: RSPDK Ketapang 88.2% 96.8% 1 RRI Pontianak 3 8.8% % 1 1 Vinka FM % 9.7% 14.3% Delta FM % 12.9% Radio TPI % 54

55 RRI Jakarta 2 5.9% Lainlain Total *; * *; * *; * *; * Freq Error* 11.1% 6.3% Sumber: Analisis Data Primer, 29 Waktu petani mendengarkan radio bervariasi di tiap desa. Di desa Kuala Tolak 8% petani (n=35) mendengarkan radio pada jam Wib, di Tanjung Baik Budi 32,1% (n=28) pada jam Wib, di Sungai Putri dan Tempurukan pada jam Wib masingmasing sebanyak 57,1% (n=7) dan 1% (n=1)(tabel 13). 55

56 Petani Tabel 13. Waktu Petani Mendengarkan Radio Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak 79 Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri 57 Desa Tempurukan % % 19.2% 29.4% Biasanya pada jam berapa anda mendengarkan radio? % 14.3% 57.1% % 32.1% % 42.9% 14.3% % 28.6% 56

57 % % 3.6% Total Freq Error* 13.5% 18.7% 37.4% ChiSq Significance Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Program radio yang disukai petani adalah berita, musik dan dialog. Program berita didengarkan oleh 8,6% petani di Kuala Tolak, 8% di Tanjung Baik Budi dan 57,1% di Sungai Putri. Sementara program musik juga didengarkan sebanyak 57,1% petani di Sungai Putri. Sebanyak 1% petani mendengarkan program dialog di desa Tempurukan (Tabel 14). 57

58 Tabel 14. Program Radio yang Disukai Petani Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak 79 Desa Tanjung Baik Budi 78 Desa Sei Putri 57 Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% Program apa yang disukai? Musik % 13.3% 57.1% Berita % % Dialog % 16.7% 1 Ceramah agama 1 2.8% Lainlain 58

59 Total *; * *; * *; * *; * Freq Error* 13.2% 14.6% 37.4% ChiSq Significance Yes at 5* Yes at 5* Yes at 5* Yes at 5* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Media komunikasi di tingkat desa yang memungkinkan petani saling bertukar informasi juga bervariasi. Di Kuala Tolak dan Sungai Putri media komunikasi yang dipilih petani adalah pengajian mingguan, masingmasing sebanyak 63,6% dan 29,8%. Sementara di Tanjung Baik Budi dan Tempurukan, media yang dipilih adalah musyarawah desa yaitu masingmasing sebanyak 6,3% dan 76,5% Sumber yang Dipercaya Di desa Kuala Tolak sebanyak 68,4% petani mempercayai Ketua RT sebagai sumber informasi. Di Tanjung Baik Budi sebanyak 76,1% petani lebih mempercayai sesama anggota masyarakat sebagai sumber informasi. DI Sei Putri 1% petani mempercayai ketua RT, tokoh masyarakat, ulama, dukun kampung dan tetua adat sebagai sumber informasinya. Sementara di Tempurukan 1% petani mempercayai kepala dusun, ketua RT dan ulama sebagai sumber informasi. Secara lengkap disajikan dalam tabel

60 Tabel 15. Sumber yang Dipercaya Petani (A) Kepala Desa Tingkat Kepercayaan Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak % Desa Tanjung Baik Budi % Desa Sei Putri % Desa Tempurukan % Percaya % % % % Tidak Tahu 8 1.1% % 2 3.5% % Agak Percaya % 3 4.% 1 1.8% 3 6.% Tidak Percaya 2 2.5% 3 4.%. Total ; 5 1 Freq Error* 11.2% 1.5% 5.9% 13.2% ChiSq Significance Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* (B) BPDTingkat Kepercayaan Percaya 1.3% 63.4% 95.7% 96.3% Agak Percaya 44.9% 5.6%.%.% Tidak Percaya 25.6% 4.2%.% 3.7% Tidak Tahu 19.2% 26.8% 4.3%.% Total 1.% 1.% 1.% 1.% Mean 6

61 (C) Kepala Dusun Tingkat Kepercayaan Percaya 48.1% 67.6% 95.6% 1.% Agak Percaya 38.% 5.6%.%.% Tidak Percaya 2.5% 5.6%.%.% Tidak Tahu 11.4% 21.1% 4.4%.% Total 1.% 1.% 1.% 1.% Mean (D) Ketua RTTingkat Kepercayaan Percaya 68.4% 66.7% 1.% 1.% Agak Percaya 21.5% 5.6%.%.% Tidak Percaya 2.5% 2.8%.%.% Tidak Tahu 7.6% 25.%.%.% Totals 1.% 1.% 1.% 1.% Mean (E) Tokoh MasyarakatTingkat Kepercayaan Percaya 38.7% 66.7% 1.% 96.3% Agak Percaya 42.7% 12.5%.% 3.7% Tidak Percaya 6.7%.%.%.% Tidak Tahu 12.% 2.8%.%.% Total 1.% 1.% 1.% 1.% Mean 61

62 (F) UlamaTingkat Kepercayaan Percaya 14.7% 58.2% 1.% 1.% Agak Percaya 8.8% 1.5%.%.% Tidak Percaya 44.1% 3.%.%.% Tidak Tahu 32.4% 37.3%.%.% Totals 1.% 1.% 1.% 1.% Mean (G) Dukun kampung Tingkat Kepercayaan Percaya 2.5% 35.8% 1.% 96.3% Agak Percaya 19.2% 6.%.%.% Tidak Percaya 17.9% 9.%.% 3.7% Tidak Tahu 42.3% 49.3%.%.% Totals 1.% 1.% 1.% 1.% Mean (H) Tetua Adat Tingkat Kepercayaan Percaya 11.4% 27.6% 1.% 96.3% Agak Percaya 8.6% 5.2%.% 3.7% Tidak Percaya 25.7% 8.6%.%.% Tidak Tahu 54.3% 58.6%.%.% Totals 1.% 1.% 1.% 1.% Mean (I) Anggota masyarakat lainnya Tingkat Kepercayaan 14.3% 76.1% 97.2% 92.6% 62

63 Percaya Agak Percaya 39.% 8.5% 2.8% 3.7% Tidak Percaya 13.%.%.% 3.7% Tidak Tahu 33.8% 15.5%.%.% Totals 1.% 1.% 1.% 1.% Mean Sumber: Analisis Data Primer, Pengetahuan dan Sikap terhadap Isu Kunci Pengetahuan petani terhadap hutan rawa gambut sudah cukup baik. Sebagian besar petani di seluruh desa target mengetahui bahwa tanggung jawab menjaga hutan merupakan tanggung jawab bersama (Tabel 16). 63

64 Tabel 16. Pengetahuan Petani terhadap Tanggung Jawab Menjaga Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak 79 Desa Tanjung Baik Budi 78 Desa Sei Putri 57 Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% (24) Bagi anda menjaga hutan merupakan: Tanggung jawab bersama % % % 5 98.% Tanggung jawab petugas kehutanan % 3 3.9% 1 1.8% Bukan tanggung jawab saya 4 5.1% 2 2.6% 3 5.3% 1 2.% Lainlain % 1.3% Total

65 Freq Error* 9.% 6.1% 6.8% 3.9% ChiSq Significance Yes at 75.%* Yes at 75.%* Yes at 75.%* Yes at 75.%* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Petani menyebutkan fungsi hutan rawa gambut sebagai tempat hidup orangutan dan satwa lainnya, penyimpan air dan sumber kayu (Tabel 16). Hanya sedikit yang mengetahui fungsi hutan rawa gambut sebagai penyimpan karbon. Ini berarti penyampaian informasi mengenai hutan sebagai penyimpan karbon perlu diperkuat guna memperoleh dukungan masyarakat untuk proyek perdagangan karbon yang akan dikembangkan di Sungai Putri. 65

66 Petani Tabel 17. Pengetahuan Petani terhadap Fungsi Hutan Rawa Gambut Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% (25) Apa yang anda ketahui mengenai fungsi hutan rawa gambut? (Jawaban bisa lebih dari 1) Tempat hidup orangutan dan satwa lainnya % % % % Penyimpan air % 61.5% 84.2% 29.4% Sumber kayu % 24.4%; 21.1% Penahan air asin

67 24.1% 19.2% 1.8% 3.9% Penyimpan karbon 4 5.1% % 8 14.% 2 3.9% Tidak tahu % 1.8% 17.6% Sumber uang tunai 2 2.5% 1 1.3% 2 3.5% Lainlain 1 1.3% Total *;* *;* *;* *;* Freq Error* 1.3% 1.9% 9.7% 14.% ChiSq Significance Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Mengenai dampak penebangan di hutan rawa gambut, petani menyebutkan punahnya satwa, kekeringan dan intrusi air laut. Pengetahuan ini merata dimiliki oleh petani di semua desa target (Tabel 18). 67

68 Petani Tabel 18. Pengetahuan Petani terhadap Dampak Penebangan di Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% (27) Apa akibat pemanfaatan kayu di hutan rawa gambut (Jawaban boleh lebih dari 1)? Punahnya satwa % 44.2% 77.2% 27.5% Kekeringan % 22.1%; 7.2% 17.6% Masuknya air laut % 2 26.%; 3 5.3% % Tidak tahu

69 5.1% 2.6% 5.3% 35.3% Kebutuhan kayu masyarakat terjamin 2 2.6% 6 7.8% 3 5.3% 1 2.% Tidak ada % 3.9% Lainlain 2 2.6% Total *; * *; * *; * *; * Freq Error* 11.% 11.3% 11.1% 13.4% ChiSq Significance Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Mengenai strategi yang akan dikembangkan, ternyata sebagian besar petani sudah mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai Credit Union (Tabel 19). Mereka menyatakan bahwa Credit Union merupakan wadah simpan pinjam yang dapat memberikan anggotanya kemudahan dalam menyimpan dan meminjam uang. Melalui CU modal untuk usaha dapat diakses dan pada akhirnya usaha yang dikembangkan dapat meningkatkan kesejahteraan. Dasar pengetahuan ini perlu ditingkatkan sehingga petani juga menyadari bahwa keberhasilan CU tidak terlepas dari dukungan dan peran serta mereka. 69

70 Tabel 19. Pengetahuan Petani terhadap Credit Union Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% (33) Apa yang anda ketahui tentang Credit Union? Wadah untuk simpan pinjam % % Belum begitu paham % 21.4% Usaha bersama untuk simpan pinjam 1 8.3% % Dapat meningkatkan kesejahteraan 1 6.3% % Koperasi simpan pinjam % 7

71 Lainlain % 6.3% Totals *;* *;* *;* *;* Freq Error* 28.9% 16.5% 26.7% 54.4% ChiSq Significance Yes at 5* Yes at 5* Yes at 5* Yes at 5* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Hampir semua petani menyetujui kalau hutan rawa gambut perlu dilestarikan (Tabel 2). Namun tidak demikian dengan hubungan antara penebangan dan intrusi air laut. Di Tanjung Baik Budi 6,3% petani menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pernyataan ini. Mengenai pembukaan lahan pertanian baru yang akan berdampak terhadap ekosistem hutan rawa gambut, petani di Kuala Tolak, Tanjung Baik Budi dan Sei Putri menyetujuinya. Sedang di Tempurukan sebanyak 52,9% menyatakan tidak tahu mengenai hal ini. Namun demikian, hampir semua petani menyatakan persetujuan terhadap upaya penegakan hukum untuk pemberantasan illegal logging di hutan Sungai Putri. Khusus untuk Credit Union, di Kuala Tolak dan Sungai Putri banyak petani yang menyatakan tidak tahu apakah Credit Union perlu dikembangkan bersama sebagai wadah penciptaan modal. Sebanyak 58,2% petani di Kuala Tolak dan 66,7% di Sungai Putri menyatakan hal ini padahal mereka sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai Credit Union. 71

72 Tabel 2. Tingkat Persetujuan Petani terhadap Isu Pokok Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% Hutan rawa gambut perlu dilestarikantingkat persetujuan Sangat setuju % 53.8% 71.9% 43.1% Setuju % 46.2% 17.5% 51.% Tidak tahu % 8.8% 5.9% Tidak setuju % 1.8% Total

73 Freq Error* 11.2% 11.3% 11.9% 14.% ChiSq Significance Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Penebangan di hutan rawa gambut dapat menyebabkan air asin masuk ke lahan pertanian masyarakat Tingkat persetujuan Sangat setuju 16.5% 6.4% 38.6% 19.6% Setuju 41.8% 23.1% 12.3% 45.1% Tidak setuju 22.8% 6.3% 17.5% 19.6% Tidak tahu 19.% 1.3% 31.6% 15.7% Total Pembukaan lahan pertanian baru merupakan masalah bagi hutan rawa gambut Tingkat persetujuan Sangat setuju 73

74 1.3% 12.8% 35.1% 2.% Setuju 48.1% 43.6% 19.3% 31.4% Tidak setuju 26.6% 19.2% 12.3% 13.7% Tidak tahu 24.1% 24.4% 33.3% 52.9% Total Penegakan hukum perlu dilakukan untuk mengurangi penebangan di hutan rawa gambuttingkat persetujuan Sangat setuju 2.3% 24.4% 5.9% 33.3% Setuju 48.1% 65.4% 22.8% 35.3% Tidak setuju 11.4% 1.3% 8.8% 2.% Tidak tahu 2.3% 9.% 17.5% 29.4% Total Bersamasama perlu mengembangkan CU sebagai wadah untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersamatingkat 74

75 persetujuan Sangat setuju 11.4% 22.1% 26.3% 43.1% Setuju 26.6% 63.6% 3.5% 41.2% Tidak setuju 3.8% 3.9% 3.5% 2.% Tidak tahu 58.2% 1.4% 66.7% 13.7% Total Sumber: Analisis Data Primer, 29 Terkait dengan dukungan terhadap isu pokok, sebagian besar khalayak menyatakan sulit, tidak tahu/ tidak yakin atau netral (Tabel 21). Hanya sebagian kecil petani yang menyatakan tidak membuka hutan rawa gambut merupakan hal yang mudah. Di Kuala Tolak hanya 2,5% petani yang menyatakan mudah, di Tanjung Baik Budi 16%, Sei Putri 7% dan Tempurukan 5%. Sulit menahan diri sendiri untuk tidak membuka hutan rawa gambut juga menyebabkan petani sulit mencegah orang lain yang akan membuka hutan. Memberitahu orang lain tentang manfaat hutan rawa gambut Sungai Putri dinyatakan oleh 65,8% petani di Kuala Tolak sebagai hal yang sulit. Sementara di Tanjung Baik Budi ada 52,5% petani yang menyatakan sulit dan tidak tahu/ tidak yakin. Sama halnya dengan di Sei Putri, 57,1% petani menyatakan hal serupa. Di Tempurukan, sebanyak 88% petani menyatakan sulit dan tidak tahu/ tidak yakin dapat memberitahu orang lain tentang manfaat hutan rawa gambut. Sementara untuk pengembangan Credit Union, hampir sebagian besar petani menyatakan tidak tahu/ tidak yakin. Di Kuala Tolak 65,7% petani menyatakan tidak tahu/ tidak yakin, demikian juga dengan 59,6% khalayak di Sei Putri dan 4% khalayak di Tempurukan. Sedang di Tanjung Baik Budi, 39,7% khalayak menyatakan netral terhadap pernyataan ini. 75

76 Tabel 21. Dukungan Petani terhadap Isu Pokok Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% (A) Tidak melakukan pembukaan hutan rawa gambut Netral % 33.3% 26.3% 32.% Sulit % 34.6% 49.1% 24.% Tidak tahu/tidak yakin % 11.5% 17.5% 34.% Mudah % 2.5% 7.% 1 76

77 Total Freq Error* 11.2% 1.8% 13.2% 13.4% ChiSq Significance Yes at 99.% Yes at 99.% Yes at 99.% Yes at 99.% (B) Memberitahu orang lain mengenai manfaat hutan rawa gambut Mudah 15.2% 47.4% 42.1% 8.% Netral 12.7% 19.2% 5.3% 4.% Sulit 65.8% 26.9% 43.9% 62.% Tidak tahu/tidak yakin 6.3% 6.4% 8.8% 26.% Total (C) Mencegah orang lain untuk tidak membuka hutan rawa gambut Mudah 1.3% 5.1% 3.5% Netral 1.1% 11.5% 1.8% Sulit 83.5% 78.2% 82.5% 7 77

78 Tidak tahu/tidak yakin 5.1% 5.1% 12.3% 3 Total (D) Bersepakat mengembangkan Credit Union Mudah 1.3% 26.9% 15.8% 34.% Netral 12.7% 39.7% 15.8% 2 Sulit 2.3% 15.4% 8.8% 6.% Tidak tahu/tidak yakin 65.8% 17.9% 59.6% 4 Total Sumber: Analisis Data Primer, 29 Dari 79 petani yang disurvei di Kuala Tolak, hanya 27,9% yang akan melaporkan aktvitivas penebangan liar pada aparat penegak hukum atau aparat desa. Di Sei Putri, hanya 12,3% dari 57 petani yang bersedia melapor. Sementara di Tempurukan 23,5% petani bersedia melapor jika melihat penebangan liar di hutan rawa gambut Sungai Putri. Berbeda halnya dengan petani di Tanjung Baik Budi, 7% akan melapor pada aparat desa dan penegak hukum baik dari dari kepolisian maupun Dinas Kehutanan (Tabel 22). Berdasarkan hasil survey kualitatif, keengganan petani melaporkan penebangan liar dikarenakan ketidakpercayaan terhadap performa aparat penegak hukum, khususnya dari kepolisian. Oknum kepolisian seringkali meminta pungutan liar pada truktruk pengangkut kayu illegal dari hutan Sungai Putri. Setiap 1 rit angkutan, biasanya mereka meminta pungutan minimal sebesar

79 Tabel 22. Perilaku Petani Jika Melihat Aktivitas Penebangan Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% (43) Apa yang anda lakukan ketika melihat kegiatan pemanfaatan kayu di hutan rawa gambut? Diam saja % 28.2% 87.7% 66.7% Menegur pelaku % 59.% 1.5% 3.9% Melapor pada aparat desa % 1.3% 1.8% 19.6% Tidak tahu % 1.3% 9.8% Melapor pada polisi setempat 1 1.3% Melapor kepada yang berwenang 1 79

80 menangani masalah kehutanan 1.3% Berdiskusi dengan pelaku Biasabiasa saja Memberitahukan manfaat hutan untuk masa depan Lainlain Total Freq Error* 1.7% 11.1% 8.7% 13.2% ChiSq Significance Yes at 95.%* Yes at 95.%* Yes at 95.%* Yes at 95.%* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Lebih dari 7% petani dari 4 desa (n=265) juga belum pernah mendiskusikan tentang hutan rawa gambut Sungai Putri maupun aktivitas pemanfaatan kayu disana dengan orangorang di sekitar mereka (Tabel 23 dan 24). 8

81 Tabel 23. Komunikasi Interpersonal Petani tentang Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Petani 265 (39) Dalam sebulan terakhir, pernahkan anda membicarakan dengan orang lain mengenai hutan rawa gambut? (Jika Tidak, langsung ke nomer berikutnya) Ya % Tidak % Total 1 Freq Error* 5.% ChiSq Significance NA Sumber: Analisis Data Primer, 29 81

82 Tabel 24. Komunikasi Interpersonal Petani tentang Pemanfaatan Kayu di Hutan Rawa Gambut Sungai Putri. Petani (4) Dalam sebulan terakhir, pernahkan anda membicarakan tentang pemanfaatan kayu di dalam hutan rawa gambut Tempurukan Kuala Tolak? 265 Ya % Tidak % Total Freq Error* 5.2% ChiSq Significance NA Sumber: Analisis Data Primer, 29 Meskipun demikian, petani sudah mempertimbangkan untuk melindungi hutan rawa gambut Sungai Putri dan mengajak orang di sekitarnya untuk berpartisipasi (Tabel 25). 82

83 Tabel 25. Perilaku Petani Jika Mengetahui Manfaat Hutan Rawa Gambut Petani Daerah Enumerasi Desa Kuala Tolak Desa Tanjung Baik Budi Desa Sei Putri Desa Tempurukan % 29.4% 21.5% 19.2% (44) Apa yang akan anda lakukan ketika mengetahui manfaat hutan rawa gambut? Tertarik untuk ikut melindunginya % % % % Mengajak orang sekitar saya untuk melindunginya % % 3 5.3% % Tidak tahu manfaat hutan rawa gambut % 6 7.7% 4 7.% % Berani menegur orang yang merusak hutan rawa gambut 3 3.8% % 2 3.9% Tidak peduli % 1.3% 12.3% 83

84 Tidak tahu % 1.3% 8.8% 2.% Biasabiasa saja 3 3.8% Tidak ada 1 1.3% Mengolah lahan gambut Saat ini tidak mengetahui manfaat hutan rawa gambut Lainlain 1 1.3% Total 1; 79 1; 78 1; 57 1; 51 Freq Error* 1.3% 11.3% 12.5% 13.2% ChiSq Significance Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Yes at 99.%* Sumber: Analisis Data Primer, 29 Sementara mengenai Credit Union 95,8% petani dari 4 desa (n=265) belum pernah mendiskusikannya dengan orang di sekitar mereka (Tabel 26). Tabel 26. Komunikasi Interpersonal Petani tentang Credit Union 84

85 Petani 265 (41) Dalam sebulan terakhir, pernahkah anda membicarakan tentang Credit Union dengan orang lain? (Jika Tidak, langsung ke nomor selanjutnya) Ya % Tidak % Total Freq Error* 2.5% ChiSq Significance NA Sumber: Analisis Data Primer, Hambatan dalam Mengubah Perilaku Ketika ditanyakan hambatan pelestarian hutan rawa gambut Sungai Putri, 23% petani menyatakan tidak tahu. Tujuh belas koma tujuh persen (17,7%) menyatakan kebakaran yang terjadi setiap musim kemaraulah yang menjadi hambatan. Hambatan lainnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat (16,6%) (Tabel 27). Alasan yang dberikan oleh petani cenderung untuk melindungi akses mereka terhadap hutan rawa gambut Sungai Putri. 85

86 Tabel 27. Hambatan Pelestarian Hutan Rawa Gambut Sungai Putri (47) Sebutkan 2 hal menurut anda yang menjadi hambatan pelestarian hutan rawa gambut Tempurukan Kuala Tolak? Petani Tidak tahu % Kebakaran setiap musim kemarau % Kurangnya kesadaran masyarakat % Tidak ada biaya % Desakan ekonomi % Aktivitas penebangan liar % Tidak ada alternatif pekerjaan % 86

87 Kebutuhan masyarakat akan kayu % Semangat kerja sama masyarakat kurang % Tidak ada irigasi 1 3.8% Kurangnya informasi 9 3.4% Tidak ada modal usaha 8 3.% Penegakan hukum lemah 7 2.6% Belum ada yang menggerakkan 6 2.3% Hutan tergenang air 5 1.9% Lahan terlalu luas 5 1.9% Perhatian pemerintah daaerah terhadap kawasan kurang 3 87

88 1.1% Tidak ada bibit 3 1.1% Ketiadaan bibit 2.8% Pembukaan lahan untuk kebun 2.8% Petugas kehutanan/kepolisian kurang bekerja sama dengan masyarakat 2.8% Tidak punya skill 2.8% Lainlain % Total *;* Freq Error* 5.2% ChiSq Significance NA Sumber: Analisis Data Primer, 29 Ada 2 hal yang menurut petani menjadi hambatan dalam mengembangkan Credit Union, yaitu keterbatasan pengetahuan mengenai Credit Union (32,6%) dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat (8%) (Tabel 28). Ini dikarenakan sosialisasi mengenai Credit Union selama ini baru sekali dilakukan. 88

89 Masalah kepercayaan juga menjadi poin penting. Dari survey kualitatif diketahui jika sebelumnya di desa target sudah pernah ada wadah penciptaan modal dalam bentuk koperasi. Akan tetapi tidak berjalan dengan baik karena modal yang tersimpan diselewengkan oleh oknum pengurus. Pernah juga terjadi, pengurus koperasi yang dipilih hanya karena pertalian saudara sehingga akhirnya koperasi menjadi eksklusif untuk kelompok tertentu. 89

90 Tabel 28. Hambatan Pengembangan Credit Union (49) Sebutkan 2 hal yang menurut anda menjadi hambatan untuk mengembangkan Credit Union di desa Petani Tidak tahu % Keterbatasan pengetahuan mengenai CU % Menumbuhkan kepercayaan masyarakat 21 8.% Taraf hidup masyarakat rendah % CU belum berdiri 5 1.9% Kerja sama masyarakat kurang 5 1.9% Keterbatasan skill 3 1.1% 9

91 CU identik dengan umat nasrani 2.8% Pola pikir masyarakat yang sulit berubah 2.8% Syarat keanggotaan terlalu berat 2.8% Lainlain 3 1.1% Total *;* Freq Error* 6.1% ChiSq Significance NA Sumber: Analisis Data Primer, Rangkaian Kesatuan Perubahan Perilaku Hasil survey ini menunjukkan bahwa terkait dengan hutan rawa gambut Sungai Putri, perilaku petani sudah pada tahapan aksi (tindakan). Sedang terkait dengan Credit Union, perilaku petani baru pada tahapan pra perenungan (Tabel 29). 91

92 Tabel 29a. Tahapan Perilaku Petani Terkait Aktivitas Pemanfaatan Kayu Di Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Petani 265 (18) Saya akan membacakan 6 pernyataan mengenai pemanfaatan kayu di hutan rawa gambut. Pilihlah 1 pernyataan yang paling sesuai dengan anda: Sebulan terakhir, saya tidak pernah lagi memanfaatkan kayu di hutan rawa gambut. Selama sebulan terakhir, saya telah memikirkan untuk berhenti memanfaatkan kayu di hutan rawa gambut dan bermaksud melakukannya di masa depan Selama sebulan terakhir, saya pernah memikirkan untuk berhenti memanfaatkan kayu di hutan rawa gambut, tapi belum melakukannya Selama sebulan terakhir, saya belum pernah memikirkan untuk berhenti memanfaatkan kayu di hutan rawa gambut Sebulan terakhir, saya telah mengurangi kegiatan pemanfaatan kayu di hutan rawa gambut. Sebulan terakhir, saya telah memikirkan untuk berhenti memanfaatkan kayu di hutan rawa gambut dan bermaksud melakukannya di masa depan. Saya juga % % % % % 14 92

93 sudah membicarakan mengenai hal ini dengan orang lain. 7.8% Total Freq Error* 7.2% ChiSq Significance NA Sumber: Analisis Data Primer, 29 29b. Tahapan Perilaku Petani Terkait Aktivitas Pembukaan Lahan Baru Di Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Petani 265 (22) Saya akan membacakan 6 pernyataan mengenai pembukaan lahan pertanian/ perkebunan di hutan rawa gambut. Pilihlah 1 pernyataan yang paling sesuai dengan anda. Setahun terakhir, saya tidak pernah lagi membuka lahan di hutan rawa gambut. Selama setahun terakhir, saya telah menimbang untuk tidak membuka lahan pertanian di hutan rawa gambut dan bermaksud melakukannya di masa depan. Selama setahun terakhir, saya pernah menimbang untuk tidak membuka lahan pertanian di hutan rawa gambut % % % 93

94 tapi belum melakukannya. Selama setahun terakhir, saya belum pernah memikirkan untuk tidak membuka lahan pertanian di hutan rawa gambut. Setahun terakhir, saya telah menimbang tidak membuka lahan pertanian di hutan rawa gambut dan bermaksud melakukannya di masa depan. Saya juga sudah membicarakan mengenai hal ini pada orang lain Setahun terakhir, saya sudah mengurangi pembukaan lahan baru di hutan rawa gambut % 18 9.% 1 5.% Total Freq Error* 7.% ChiSq Significance NA Sumber: Analisis Data Primer, 29 94

95 Tabel 3. Tahapan Perilaku Terkait Credit Union Petani 265 (23) Saya akan membacakan 6 pernyataan mengenai pengembangan wadah untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama. Pilihlah 1 yang paling sesuai dengan anda. Selama sebulan terakhir, saya belum pernah memikirkan untuk mengembangkan wadah untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama. Sebulan terakhir saya sudah memikirkan untuk mengembangkan wadah untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama, tapi belum melakukannya. Sebulan terakhir saya sudah memikirkan untuk mengembangkan wadah untuk menyimpan uang & menciptakan modal bersama & bermaksud melakukannya di masa depan. Saya juga sudah membicarakannya dgn orang lain Sebulan terakhir saya sudah memikirkan untuk mengembangkan wadah untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama dan bermaksud melakukannya di masa depan. Sebulan terakhir saya sudah membuat wadah untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama. Sebulan terakhir saya sudah mulai mengembangkan wadah untuk menyimpan uang dan menciptakan modal bersama % % % % 3 1.1% 2.8% 95

96 Total Freq Error* 6.2% ChiSq Significance NA 3.6. Manfaat Sumber: Analisis Data Primer, 29 Petani menyatakan jika hutan rawa gambut terjaga, maka satwa juga akan lestari (41,3%) dan dapat mencegah banjir (26,5%). Sementara 69,1% petani menyatakan belum tahu manfaat Credit Union. Hanya 17,2% yang menyatakan melalui CU mereka akan mendapatkan kemudahan memperoleh modal usaha Flagship Species Orangutan telah diidentifikasi petani sebagai mascot hutan rawa gambut Sungai Putri (62,4%)(Diagram 2). 96

97 Diagram 2. Flagship Species Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Sumber: Analisis Data Primer, 29 97

98 E. Memahami Khalayak Khalayak Primer Petani Hal yang diketahui mengenai khalayak primer Petani pada umumnya memiliki sawah/ ladang dengan luas ratarata,5 1 hektar. Selain itu, petani juga memiliki kebun (buah, kelapa atau karet) dengan luasan antara,25 1 hektar. Kebunkebun ini umumnya merupakan warisan orang tua dan sudah dimiliki secara turun temurun. Tingkatan umur petani mulai dari 2 6 tahun. Ratarata petani mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar. Setiap musim tanam dan panen mereka bekerja di sawah/ ladang mereka. Biasanya mereka mulai bekerja dari pukul 8. hingga 11.. Sebelum dzuhur mereka kembali ke rumah untuk beristirahat. Baru kemudian pada pukul 14. melanjutkan bekerja hingga pukul 5 sore. Di luar musim tanam dan musim panen, petani melakukan usaha lain untuk menambah pendapatan mereka. Terlebih lagi jika ladang/ sawah mereka mangalami puso karena masuknya air laut. Usaha yang dilakukan petani bermacammacam. Ada yang mencari ikan di laut, menjadi buruh perkebunan besar, tukang dan masuk hutan rawa gambut Sungai Putri untuk kerja kayu. Sebenarnya banyak petani berkeinginan mengembangkan usaha pertanian, namun mereka mempunyai kendala modal. Petani tidak bisa mengakses modal dari bank karena dianggap pekerjaannya sangat tergantung dengan alam dan beresiko tinggi. Pengetahuan petani mengenai hutan rawa gambut Sungai Putri sudah cukup memadai. Menurut mereka hutan rawa gambut berfungsi sebagai tempat hidup orangutan dan satwa lainnya. Selain itu juga sebagai penyimpan air dan sumber kayu. Petani menyadari bahwa menjaga hutan rawa gambut Sungai Putri juga merupakan bagian dari tanggung jawab mereka. Kecuali petani di Tanjung Baik Budi yang masih pada tahap persiapan, petani di 3 desa lainnya sudah berada pada tahap aksi dalam hal perubahan perilaku yang diperlukan untuk mengurangi ancaman penebangan di hutan Sungai Putri. Meskipun demikian, petani belum bisa mencegah pihak lain yang merambah hutan. Sebagian besar memang petani 98

99 sudah tidak lagi memanfaatkan kayu di hutan Sungai Putri, namun mereka memilih diam ketika melihat aktivitas penebangan illegal di sana. Dalam hal perilaku untuk mengurangi pembukaan lahan untuk tujuan budidaya, hanya petani di Kuala Tolak dan Tempurukan yang sudah pada tahapan aksi. Petani di Tanjung Baik Budi pada tahap persiapan, sedang petani di Sungai Putri baru pada tahap perenungan. Pengetahuan Pengetahuan petani mengenai fungsi hutan rawa gambut sudah cukup merata. Petani menyatakan hutan rawa gambut merupakan habitat satwa dan sebagai penahan air. Mereka juga tahu, rusaknya hutan Sungai Putri akan berakibat punahnya satwa, kekeringan dan intrusi air laut. Petani juga mengetahui Credit Union sebagai wadah untuk mereka menyimpan dan meminjam modal. Dasar pengetahuan ini belum cukup untuk membuat petani memahami manfaat CU. Selain itu perlu dimunculkan kesadaran mereka bahwa CU tidak akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta aktif petani sebagai anggota. Jika dapat mengakses modal dari Credit Union, petani di Sei Putri dan Tanjung Baik Budi akan memanfaatkannya untuk mengembangkan usaha pertanian. Sementara petani di Kuala Tolak dan Tempurukan masih belum tahu modal tersebut akan dimanfaatkan untuk apa. Namun meskipun mengetahui manfaat Credit Union, petani masih menyatakan kurangnya pengetahuan dan keraguan mereka terhadap CU akan menjadi hambatan pengembangan CU. Sikap Bagi petani, melestarikan hutan rawa gambut Sungai Putri akan menjamin ketersediaan air dan mencegah masuknya air asin. Petani sepakat bahwa hutan rawa gambut Sungai Putri perlu dilestarikan. Petani di Kuala Tolak, Sei Putri dan Tempurukan menyadari jika penebangan dapat menyebabkan intrusi air laut. Namun tidak demikian dengan petani di Tanjung Baik Budi. Enam puluh koma tiga persen (6,3%) petani tidak menyetujui hal ini. Mengenai pembukaan lahan yang akan berdampak terhadap ekosistem hutan Sungai Putri, hanya petani di Tempurukan yang tidak menyetujui hal tersebut (52,9%). 99

100 Petani di Kuala Tolak, Tanjung Baik Budi dan Sei Putri menyatakan sulit untuk tidak membuka lahan di hutan Sungai Putri. Sementara petani di Tempurukan menyatakan tidak tahu/ tidak yakin dapat melakukan hal ini (34%). Demikian juga halnya dengan mencegah orang lain untuk tidak merambah hutan, petani mengganggap hal tersebut sulit dilakukan. Petani cenderung memperluas lahan pertanian untuk meningkatkan produksi ketimbang melakukan intensifikasi pertanian. Namun secara umum, petani menyetujui penegakan hukum perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman penebangan di hutan Sungai Putri. Praktik Sumber terpercaya Sumber media Hanya petani di Tanjung Baik Budi yang mau melapor ke aparat desa atau penegak hukum jika melihat aktivitas pembalakan liar di hutan Sungai Putri. Petani di 3 desa lainnya memilih untuk diam saja. Namun mereka sudah mempunyai keinginan untuk ikut melindungi hutan dan mengajak orang lain berpartisipasi. Secara umum, perangkat desa (kepala desa, kepala dusun, ketua RT) adalah sumber yang dipercayai oleh petani. Namun yang unik, di Tanjung Baik Budi petani lebih mempercayai sesama anggota masyarakat. Sebagai tambahan, di Sei Putri petani juga percaya pada tokoh masyarakat, ulama, dukun kampung dan tetua adat. Di Tempurukan, petani menyatakan ulama lah sumber yang dipercayai. Televisi merupakan media yang paling sering memberikan informasi pada petani. Selain itu ada juga Radio Siaran Pemerintah Daerah Ketapang dan Radio Republik Indonesia Pontianak. Petani mendengarkan radio dari pukul dan wib. Berita dan music merupakan program yang sangat disukai. 1

101 V. Model Konsep Revisi A. Model Konsep Revisi Setelah melaksanakan penelitian kualitiatif dengan cara melakukan percakapan terarah dan penelitian survei khalayak secara kuantitatif, ternyata tidak ada perubahan berarti dari model konseptual ini. Pada diagram di bawah ini hanya ditambahkan strategi yang akan dilakukan untuk mengatasi ancaman penebangan. Strategi pengenalan dan pembentukan CU akan dipakai untuk menjawab kebutuhan modal usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sementara strategi kampanye penyadaran akan digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai nilai ekologis hutan rawa gambut, terutama untuk tata air dan penyimpan karbon (carbon sequestration). B. Mitra Utama Penyingkir Halangan Mitra utama penyingkir halangan untuk pilihan strategi Credit Union adalah CU Muare Pesisir. CU Muare Pesisir merupakan CU pertama di Kalimantan Barat yang didirikan oleh komunitas melayu. CU Muare Pesisir berada di Kec. Sei Kakap Kab. Kubu Raya Kalbar. Sejak berdiri 6 tahun lalu hingga 31 Desember 28, CU Muare Pesisir telah beranggotakan 2,677 orang dengan asset sebesar Keberhasilan CU Muare Pesisir dapat dijadikan pembelajaran bagi masyarakat di sekitar Sungai Putri, sekaligus membuang citra bahwa CU merupakan upaya kristenisasi. 11

LAPORAN AKHIR KAMPANYE Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Disiapkan oleh: Ade Yuliani, Titian, 2010

LAPORAN AKHIR KAMPANYE Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Disiapkan oleh: Ade Yuliani, Titian, 2010 LAPORAN AKHIR KAMPANYE Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat Disiapkan oleh: Ade Yuliani, Titian, 2010 1 Daftar Isi DAFTAR ISI 2 DAFTAR TABEL 4 DAFTAR FOTO 6 DAFTAR

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

West Kalimantan Community Carbon Pools

West Kalimantan Community Carbon Pools Progress Kegiatan DA REDD+ Mendukung Target Penurunan Emisi GRK Kehutanan West Kalimantan Community Carbon Pools Fauna & Flora International Indonesia Programme Tujuan: Pengembangan proyek REDD+ pada areal

Lebih terperinci

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Program Skala Kecil ICCTF Tahun 2016 Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

ANALISIS SURVEI KUANTITATIF

ANALISIS SURVEI KUANTITATIF ANALISIS SURVEI KUANTITATIF Pengetahuan Sikap Perilaku Masyarakat Di Sekitar Kompleks Hutan Rawa Gambut Sungai Putri Disiapkan oleh: AdeYuliani Communication & Outreach Coordinator Yayasan Titian (adeyuliani@gmail.com/yayasan.titian@gmail.com)

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

C. Model-model Konseptual

C. Model-model Konseptual C. Model-model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

V. Hasil Kampanye. Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Target

V. Hasil Kampanye. Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Target V. Hasil Kampanye Metode Survei Pra dan Paska Kampanye Yayasan Titian melakukan 2 (dua) kali survei kuantitatif menggunakan kuesioner di 5 desa (4 target dan 1 pembanding) di sekitar hutan rawa gambut

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

KONSERVASI Habitat dan Kalawet 113 KONSERVASI Habitat dan Kalawet Kawasan hutan Kalimantan merupakan habitat bagi dua spesies Hylobates, yaitu kalawet (Hylobates agilis albibarbis), dan Hylobates muelleri. Kedua spesies tersebut adalah

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial) UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat (TGHK) 1 seluas 140,4 juta hektar terdiri atas kawasan hutan tetap seluas 113,8 juta hektar

Lebih terperinci

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA Jito Sugardjito Fauna & Flora International-IP Empat species Great Apes di dunia 1. Gorilla 2. Chimpanzee 3. Bonobo 4. Orangutan Species no.1 sampai

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBEBASAN FRAGMENTASI HABITAT ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) DI HUTAN RAWA TRIPA Wardatul Hayuni 1), Samsul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Joja (Presbytis potenziani) adalah salah satu primata endemik Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang unik dan isolasinya di Kepulauan

Lebih terperinci

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 Latar Belakang Penangganan tindak pidana kehutanan khususnya kasus penebangan pohon secara tidak sah atau yang secara popular dikenal dengan istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan modal pembangunan nasional yang memiliki manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama Yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru 2008 1. Pendahuluan Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki kekayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan menurut fungsi pokoknya dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi (Dephut, 2009). Hutan konservasi sendiri didefinisikan kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? (Studi kasus di kawasan TN Alas Purwo) Oleh : Bagyo Kristiono, SP. /Polhut Pelaksana Lanjutan A. PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Burung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan 18 IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo 4.1.1. Sejarah Kawasan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo mulanya dikenal sebagai kawasan hutan langgam yang difungsikan sebagai Hutan Produksi terbatas

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG Menimbang : a. bahwa dalam penjelasan pasal 11 ayat (1)

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin PENDAHULUAN Latar Belakang Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin telah turut menyumbang pada perdagangan ilegal satwa liar dengan tanpa sadar turut membeli barang-barang

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa hutan mangrove di Kota Bontang merupakan potensi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran tersebut tersebar dan melanda

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove tergolong ekosistem yang unik. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di daerah tropis. Selain itu, mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis yang merupakan keunggulan tersendiri dari Negara ini

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon dan/atau Penyimpanan Karbon (PAN-RAP Karbon) Nomor: SK. 494/Menhut-II/2013 Hutan Rawa Gambut Tropis Merang-Kepayang Sumatera Selatan, Indonesia Oleh: PT. GLOBAL

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama Yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru 2008 1. Pendahuluan Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki kekayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Penebangan hutan alam gambut oleh PT. Muara Sungai Landak mengancam ekosistem dan habitat Orangutan Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi LSM Lingkungan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa dalam melaksanakan Otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 50 TAHUN 2001 T E N T A N G IZIN PEMANFAATAN HUTAN (IPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konversi hutan di Pulau Sumatera merupakan ancaman terbesar bagi satwa liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, tidak kurang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA JUNCTO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE JAKARTA, MEI 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Dabong merupakan salah satu desa di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat yang memiliki hamparan hutan mangrove yang cukup luas. Berdasarkan Surat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 51 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan alam semesta salah satunya adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan. Baik itu tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Semuanya hidup saling ketergantungan.

Lebih terperinci

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ... itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB

Lebih terperinci

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Indonesia 2,3 & 5 Agustus, 2010 LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Kebijakan dan Konvensi Internasional yang berdampak pada Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Hutan Masyararakat desa hutan dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan aktivitas atau kegiatan yang berinteraksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan kawasan konservasi memiliki korelasi yang kuat. Suatu kawasan konservasi memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial sedangkan manusia memiliki peran

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? 9/1/2014 Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? Satu Pelanggaran yang dirancang sebelum Forest Conservation Policy APP/SMG diluncurkan ke Publik SENARAI Pada 5 Februari 2013, Sinar Mas

Lebih terperinci