PENDAHULUAN Olahraga pada hakikatnya adalah salah satu unsur yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Untuk menjadi sehat dan bugar, seorang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Olahraga pada hakikatnya adalah salah satu unsur yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Untuk menjadi sehat dan bugar, seorang"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Olahraga pada hakikatnya adalah salah satu unsur yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Untuk menjadi sehat dan bugar, seorang manusia mutlak harus melakukan kegiatan olahraga. Menurut Renstrom & Roux (1988), olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan sosial. Selain memberikan banyak manfaat positif, olahraga pun dapat memainkan peran menjadi semacam alat untuk mengharumkan nama suatu daerah bahkan bangsa. Menilik kenyataan di atas, menjadi tidak mengherankan apabila setiap bangsa di seluruh dunia berlomba-lomba menampilkan atlet-atlet terbaiknya untuk mencetak prestasi di setiap pertandingan olahraga karena tingginya prestasi olahraga akan turut pula mendongkrak citra sebuah bangsa di kancah internasional. Pembinaan dan latihan-latihan untuk meningkatan kemampuan secara fisik, kognisi, maupun emosi diberikan kepada tiap atlet dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal. Pada bidang olahraga yang sama, dengan perlakuan yang sama, dan menggunakan fasilitas berlatih secara bersama, prestasi yang dihasilkan pada diri tiap atlet berbeda. Ada atlet yang dapat memenangkan pertandingan berkali-kali sedangkan lainnya tidak (Hutapea, 2010). Untuk menjadi seorang atlet yang berprestasi diperlukan rasa percaya diri, bakat, pengalaman, dan juga motivasi untuk berprestasi. Menurut Smith (dalam Satiadarma, 2000), motivasi memiliki peran 1

2 yang penting dalam mempengaruhi prestasi atlet. Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai prestasi. Menurut Gunarsa (1989), atlet yang berprestasi tinggi hampir tidak mungkin muncul dari hasil latihan diri sendiri. Dalam banyak hal justru peran pelatih sangat penting dalam mencetak seorang atlet yang berkualitas dan berprestasi tinggi. Seorang pelatih bertindak sebagai pemimpin yang bertugas untuk mengarahkan atletnya untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Fungsi pelatih sebagai pemimpin menjadi menarik, karena salah satu kunci utama dalam keberhasilan para atlet terletak pada kemampuan seorang pelatih dalam memimpin atletnya (Situmorang, 2008). Zainun (1990) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah kepemimpinan yang ada dalam organisasi. Dalam sebuah organisasi terdapat dua pelaku utama aktivitas organisasi, yaitu pimpinan dan bawahan yang dipimpinnya. Dengan penerapan fungsi-fungsi manajemen yang tepat oleh para pemimpin maka akan terjalin hubungan kerjasama yang baik antara pemimpin dengan bawahannya sehingga pada akhirnya apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan organisasi dapat dicapai. Sejalan dengan Zainun, Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000) mengungkapkan bahwa menurut teori orientasi interaksional, salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah gaya kepemimpinan. Menurut Nawawi (2003) ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan kendali bebas. Gaya kepemimpinan otoriter menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin (sentralistik) sebagai satu-satunya penentu, 2

3 penguasa, dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Gaya kepemimpinan kendali bebas (laissez faire) pada gaya kepemimpinan ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya, semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Berbeda dengan Nawawi, menurut Burns (1978) terdapat dua gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional. Gaya kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Sedangkan gaya kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang diharapkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Menurut Burn (dalam Bass, 1985) kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari kepemimpinan karismatik; menciptakan visi, dan lingkungan yang 3

4 memotivasi para bawahan untuk berprestasi melampaui harapan. Situmorang (2008) menyatakan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik. Gaya kepemimpinan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini, subjek yang akan diteliti adalah atlet olahraga cabang kempo di Provinsi Jawa Tengah. Olahraga kempo memiliki nama asli Shorinji Kempo dan atlet Kempo disebut kenshi. Kempo adalah beladiri yang semula berasal dari India yang kemudian berkembang pesat di daratan Cina dan kini berpusat di Jepang. Olahraga kempo memiliki ciri bertahan yang dipengaruhi oleh dasar falsafah untuk tidak menyakiti terlebih dahulu. Berdasarkan doktrin ini, mempengaruhi pula susunan beladiri Kempo, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak atau menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan, yakni menurut keadaan serangan lawan (PERKEMI, 1990) Di Indonesia kempo berkembang pada tahun 1966 dengan terbentuknya PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia), dan sejak PON IX tahun 1976 di Jakarta, kempo termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Kempo sudah ada sejak lama, namun baru berkembang pembinaan dan pelatihannya. Prestasi tim kempo Indonesia dapat dilihat pada kejuaraan dunia kempo di Jepang pada tahun 2005 lalu, Indonesia meraih posisi kedua untuk memperebutkan juara umum (dalam Majalah Tempo Online, 24 Oktober 2005) serta menempati posisi pertama pada kejuaraan dunia kempo saat menjadi tuan rumah pada tahun 2009 yang lalu (dalam Kompas.com, 31 Juli 2009). Indonesia menjadi tuan rumah pada Sea Games XXVI 2011 dan kempo menjadi salah satu cabang olahraga yang pertama kali ditampilkan di salah satu event olahraga bergengsi 4

5 ini. Meskipun baru pertama kali ditampilkan dalam Sea Games, tim kempo Indonesia boleh berbangga karena dapat menjadi juara umum setelah menyisihkan tujuh negara yang mengikuti cabang olahraga ini (dalam suarapembaruan.com, 21 November 2011). Kempo di Jawa Tengah berkembang sejak tahun 1968 dan telah mengirim atlet-atletnya dalam Kejuaraan Nasional Kempo, Kejuaraan Nasional antar Mahasiswa Kempo, dan Pekan Olahraga Nasional namun belum pernah menjadi juara umum, hanya beberapa atlet yang meraih prestasi (Handayani dan Novianto, 2006). Berdasarkan wawancara dengan Pengurus Provinsi PERKEMI Jawa Tengah, prestasi maksimal sulit dicapai karena sulitnya menyatukan visi dan komitmen setiap atlet. Kepribadian atlet yang beragam (seperti malas berlatih, mudah emosional, ingin menonjolkan diri bahkan ada yang sangat disiplin) membuat pelatih mengalami kesulitan. Hubungan antara tipe kepribadian atlet dengan motivasi berprestasi pernah diteliti sebelumnya oleh Hutapea (2010) pada atlet kempo di DKI Jakarta yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi ditinjau dari tipe kepribadian. Selanjutnya Hutapea mengatakan, untuk meningkatkan motivasi berprestasi atlet, selain memperhatikan kebutuhan individu yang bersangkutan, faktor situasional seperti gaya kepemimpinan pelatih, fasilitas, dan hasil yang pernah dicapai sebelumnya juga harus diperhatikan. Di PERKEMI Jawa Tengah terdapat berbagai jenis gaya kepemimpinan pelatih (otoriter, demokratis, transformasional, dan sebagainya), oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi terhadap gaya kepemimpinan pelatih terhadap motivasi berprestasi atlet. 5

6 Penelitian lain dilakukan oleh Leonardo (2007) di PB Panorama Solo menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara motivasi berprestasi atlet dengan gaya kepemimpinan transformasional pelatih. Semakin tinggi persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi atlet. Subjek yang digunakan pada penelitian Leonardo adalah atlet bulutangkis. Menurut (Harsono, 1988), atlet bulu tangkis membutuhkan konsentrasi tinggi sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan, peneliti menggunakan atlet kempo yang merupakan olahraga beladiri dan dibutuhkan agresivitas yang lebih. Atlet pada olahraga bulutangkis tidak bersentuhan fisik langsung dengan lawan mainnya. Sedangkan pada olahraga kempo terjadi kontak fisik langsung dengan lawan mainnya sehingga lebih rentan terhadap tekanan mental. Seperti yang diungkapkan oleh Simon dan Marten (dalam Hardy dkk, 1999), kecemasan bertanding akan lebih tinggi pada olahraga kontak daripada olahraga non-kontak. Dengan adanya intimasi antara pelatih dengan atlet secara signifikan dapat mereduksi kecemasan atlet tersebut (Lee, 1993). Dari beberapa gaya kepemimpinan yang sudah disebutkan di atas, peneliti mengambil gaya kepemimpinan transformasional untuk diteliti. Alasan peneliti mengambil gaya kepemimpinan tersebut karena pada gaya kepemimpinan transformasional pemimpin berhubungan langsung dengan bawahan dibanding dengan gaya kepemimpinan yang lain, selain itu gaya kepemimpinan transformasional dapat menjawab kebutuhan yang ada di dalam PERKEMI Jawa Tengah, seperti menyamakan visi dalam berkempo, serta menciptakan lingkungan yang memotivasi para atlet untuk berprestasi dengan maksimal. Di samping itu, gaya kepemimpinan transformasional ini juga dapat 6

7 menciptakan hubungan baik antara pelatih dengan atlet pada olahraga kempo (seperti yang sudah dijelaskan di atas, atlet pada olahraga ini rentan terhadap kecemasan saat bertanding). Adanya hubungan yang baik tersebut, dapat menekan tingkat kecemasan atlet pada saat bertanding sehingga atlet dapat menampilkan performa terbaiknya dan berprestasi dengan maksimal. Rumusan Permasalahan Rumusan permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet kempo di PB PERKEMI Jawa Tengah. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan positif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet kempo di PERKEMI Jawa Tengah. Sedangkan manfaat dari penelitian ini, secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan psikologi terutama Psikologi Industri & Organisasi dan Psikologi Olahraga. Manfaat praktis Bagi PERKEMI Jawa Tengah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan gaya kepemimpinan transformasional di PERKEMI Jawa Tengah guna meningkatkan motivasi berprestasi atlet. Bagi pelatih, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai gaya kepemimpinan transformasional dan motivasi berprestasi atlet, sehingga dapat memaksimalkan kepemimpinan pelatih serta motivasi berprestasi atlet yang dibina. Bagi atlet, hasil penelitian diharapkan 7

8 dapat memberikan gambaran mengenai gaya kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet, sehingga atlet dapat memaksimalkan motivasi berprestasinya TEORI Teori Motivasi Berprestasi Menurut Winkel (dalam Uno, 2010) motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Alderman (dalam Satiadarma, 2000), motivasi sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku secara selektif ke suatu arah tertentu yang dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku dapat dicapai. Menurut Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai prestasi. Gunarsa (2008) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan yang harus ada dan penting sekali untuk mencapai keberhasilan. Sementara itu, McClelland (1987) mengatakan bahwa motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk meraih sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan yang dapat berupa prestasinya sendiri pada masa lampau ataupun dengan orang lain. 8

9 Aspek-aspek Motivasi Berprestasi McClelland (1987) mengemukakan aspek-aspek motivasi berprestasi sebagai berikut: a. Melakukan cara-cara baru dan kreatif Individu menyukai pekerjaan yang menuntut usaha dan kemampuannya, terutama pekerjaan yang menuntut pengembangan cara-cara baru dan kreatif. b. Bertanggung jawab Individu memiliki rasa percaya diri dan bertanggung jawab atas kegiatan yang dibebankan kepadanya, serta hasil yang nantinya akan diperoleh dari perilakunya. c. Mencari atau menggunakan umpan balik Individu mempunyai keinginan mengetahui hasil konkret dari usahanya sehingga dapat memperbaiki perilaku dan tidak mengulangi di masa yang akan datang. d. Memilih taraf resiko moderat (sedang). Individu mampu memperhitungkan resiko yang akan diterima dari pekerjaannya. Faktor faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi Menurut Suryabrata (2002) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai berikut: a. Faktor-faktor yang berasal dari luar individu (eksternal) 1. Faktor-faktor non sosial Faktor-faktor non sosial adalah faktor yang berada diluar lingkungan sosial yaitu suhu, udara, cuaca, waktu (pagi, sore ataupun malam), tempat dan sebagainya. 9

10 2. Faktor-faktor sosial Faktor-faktor sosial yang dimaksud adalah faktor manusia (sesama manusia), baik ketika manusia itu hadir secara langsung maupun tidak langsung. b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) 1. Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis yang dimaksud adalah keadaan jasmani fisik individu apakah dalam keadaan sehat atau sakit (keadaan jasmani) 2. Faktor psikologis Faktor psikologis yang dimaksud disini adalah cita-cita, motivasi, keinginan, ingatan, perhatian, pengalaman dan motif-motif yang mendorong belajar individu. Kebutuhan psikologis ini pada umumnya bersifat individual. Teori Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional Pelatih Persepsi menurut Robbins (2006) adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan inderanya dalam rangka memberikan makna kepada lingkungannya. Atkinson & Atkinson (1997) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses di mana seseorang mengorganisir dan mentrafser pola stimulus dalam lingkungan. Brooks dan Fahey (dalam Situmorang, 2008) menyatakan bahwa pelatih mempunyai tugas sebagai perencana, pemimpin, teman, pembimbing, dan pengontrol program latihan. Sedangkan atlet mempunyai tugas melakukan latihan sesuai program yang telah ditentukan pelatih. Seorang atlet tidak akan bisa sukses tanpa pelatih 10

11 yang berpengalaman, sehingga penting untuk menciptakan suatu hubungan yang baik antara pelatih dengan masing-masing atletnya (Cogan, 2004). Menurut Adisasmito (2007), pelatih sering berinteraksi dengan atlet, karena itulah pelatih mempunyai peluang dan tanggung jawab yang besar untuk mengoptimalkan prestasi atlet untuk berprestasi. Cogan (2004) menambahkan bahwa idealnya hubungan antara pelatih dengan atletnya disertai dengan saling menghormati, saling pengertian, saling mempercayai dan adanya percakapan yang bersifat terbuka dan bersifat dua arah antara pelatih dan atletnya serta pengungkapan perasaan dan permasalahan pribadi. Gaya kepemimpinan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan yang ada di lapangan (Situmorang, 2008). Gaya kepemimpinan menurut Ranupanjo dan Hustan (2002) adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Popper & Zakkai (1994) mendefinisikan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang pro aktif. Pemimpin semacam ini melihat kondisi saat ini sebagai batu loncatan untuk pencapaian tujuan di masa depan. Pemimpin transformasional memiliki visi yang sangat baik, retoris, dan keterampilan manajemen emosi yang digunakan untuk membangun ikatan emosional yang erat dengan bawahan, dan mereka cenderung lebih berhasil dalam menangani perubahan organisasi karena tingkat emosional bawahan meningkat dan upaya mereka untuk mencapai visi pemimpin (Bass, 1985). 11

12 Dimensi Gaya Kepemimpinan Transformasional Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan tranformasional mempunyai empat dimensi, yaitu: a. Idealized influence Pemimpin bertindak sebagai role model. Mereka dihormati, dikagumi dan dapat dipercaya. Bawahan mengidentifikasikan mereka dan menggambarkan mereka sebagai sosok yang menyiratkan kemampuan yang luar biasa, tekun dan penuh tekad. Pemimpin bersedia mengambil risiko. Mereka secara konsisten dapat diandalkan untuk melakukan hal yang benar, menampilkan standar moral dan etika yang tinggi. b. Inspirational motivation Pemimpin harus dapat bertindak dengan cara memotivasi dan memberikan inspirasi dengan menyediakan pengertian dan tantangan kepada bawahan. Semangat dalam tim muncul, terdapat optimisme dan antusiame dalam kelompok. Pemimpin mendapatkan komitmen bawahan untuk terlibat dalam berbagai pandangan ke depan, dapat menciptakan harapan dengan komunikasi dan berbagai komitmen terhadap tujuan bersama. c. Intellectual stimulation Pimpinan memberikan stimulasi kepada bawahan untuk bersikap kreatif, inovatif, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan bersifat asumsi menyelesaikan masalah dengan cara baru (membuat pendekatan baru dalam menghadapi masalah). Kreativitas didorong, hal ini akan meminimalisir kesalahan menjadi isu yang dapat dikendalikan. 12

13 d. Individualized consideration Pemimpin memiliki perhatian khusus pada tiap-tiap individu, kebutuhan dan dorongan untuk prestasinya. Bawahan dan rekan didorong untuk memanfaatkan potensi secara optimal. Pertimbangan individu ditunjukkan ketika adanya kesempatan terhadap pembelajaran baru dengan menciptakan iklim yang mendukung. Perilaku pemimpin menunjukkan penerimaan terhadap perbedaan individu. Komunikasi dua arah dibentuk dengan interaksi dengan bawahan yang bersifat pribadi. Pemimpin mendelegasikan tugas sebagai maksud pengembangan terhadap bawahan. Tugas-tugas yang diberikan diperhatikan dan dilihat apakah bawahan membutuhkan pengarahan tambahan atau dukungan untuk menilai kemajuan tugas. METODE Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet kempo di PERKEMI Jawa Tengah. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel yang bertitik tolak pada penilaian peneliti bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiarto dkk, 2003). Subjek dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang atlet kempo yang pernah mengikuti kejuaraan minimal tingkat provinsi dengan rentang usia tahun. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur berupa skala. Skala motivasi berprestasi disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi berprestasi menurut McClelland (1987) yaitu melakukan cara-cara baru dan kreatif, bertanggung jawab, mencari atau 13

14 menggunakan umpan balik, memilih taraf resiko moderat (sedang). Skala gaya kepemimpinan transformasional disusun berdasarkan aspek-aspek gaya kepemimpinan transformasional menurut Bass dan Avolio (1994) yaitu idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individual consideration. Skala yang digunakan untuk memberikan skor pada tiap item yaitu menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban. Bentuk item dari skala terdiri dari pernyataan pendukung (favorable) dan pernyataan tidak mendukung (unfavorable). Untuk butir-butir jawaban favorable skor untuk SS (Sangat Setuju) adalah 4, skor untuk S (Setuju) adalah 3, skor untuk TS (Tidak Setuju) adalah 2, dan skor untuk STS (Sangat Tidak Setuju) adalah 1. Untuk butir-butir jawaban unfavorable skor untuk SS (Sangat Setuju) adalah 1, skor untuk S (Setuju) adalah 2, skor untuk TS (Tidak Setuju) adalah 3, dan skor untuk STS (Sangat Tidak Setuju) adalah 4. HASIL Uji validitas dan reliabilitas tes dari dua skala menggunakan SPSS for windows 17. Hasil analisis pada skala motivasi berprestasi (menggunakan koefisien korelasi item total > 0,25) dari 32 item yang diuji terdapat 26 item yang valid dengan reliabilitas α = 0,801. Sedangkan untuk skala gaya kepemimpinan transformasional (menggunakan koefisien korelasi item total > 0,25) dari 36 item yang diuji terdapat 34 item yang valid dengan reliabilitas α = 0,928. Dalam penelitian ini juga dilakukan uji normalitas untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data penelitian pada masingmasing variabel. Uji normalitas dihitung menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov. Hasil untuk variabel motivasi berprestasi 14

15 sebesar 0,092 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas variabel gaya kepemimpinan transformasional diperoleh sebesar 0,265 dengan p > 0,05. Hal ini juga menunjukkan data berdistribusi normal. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan uji linearitas untuk menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai korelasi yang linear dengan gaya kepemimpinan transformasional. Hal ini terlihat pada tabel Anova dengan nilai F sebesar 0,759 (p > 0,05). Dari 60 atlet kempo yang menjadi sampel penelitian, 55% atlet memiliki motivasi berprestasi yang berada pada kategori sangat tinggi, 45% atlet berada pada kategori tinggi, 0% atlet berada pada kategori rendah dan sangat rendah atau tidak ada atlet yang termasuk dalam kategori tersebut. Sedangkan persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih 56,7% atlet memiliki skor persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional yang berada pada kategori sangat tinggi, 43,3% atlet berada pada kategori tinggi, 0% atlet berada pada kategori rendah dan sangat rendah atau tidak ada atlet yang termasuk dalam kategori tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi menggunakan Product Moment dari Pearson, antara motivasi berprestasi dengan persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih diperoleh koefisien korelasi sebesar r = 0,575 dengan taraf signifikansi p < 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional pelatih. 15

16 PEMBAHASAN Uji korelasi menggunakan teknik korelasi Pearson dengan bantuan SPSS 17.0 menghasilkan r = 0,575 dengan p < 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet sehingga semakin tinggi gaya kepemimpinan transformasional maka semakin tinggi motivasi berprestasi atlet, begitu pula sebaliknya semakin rendah gaya kepemimpinan transformasional maka semakin rendah pula motivasi berprestasi atlet. Hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional yang digunakan pada PB PERKEMI Jawa Tengah dinilai tinggi sehingga motivasi berprestasi yang ditunjukkan atlet juga tinggi. Podsakoff dkk (1996) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu yang memengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku bawahan dengan terjadi peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi, kepuasan kerja, dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Penelitian serupa dikemukakan Masi dan Cooke (2000) yang meneliti gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh pada motivasi, komitmen dan peningkatan produktivitas bawahan. Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini sesuai dengan penelitian Podsakoff dkk serta Masi dan Cooke tersebut. Pada penelitian ini dapat diketahui rata-rata yang ditunjukkan pada variabel motivasi berprestasi atlet sebesar 86,73 ada pada kategori sangat tinggi, sedangkan variabel gaya kepemimpinan transformasional rata-rata sebesar 113,68 berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan rata-rata nilai yang diperoleh dari sampel sangat tinggi, namun berdasarkan kondisi yang peneliti temukan, 16

17 prestasi atlet kempo Jawa Tengah belum menempati peringkat tinggi dalam pertandingan tingkat nasional. Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000) mengungkapkan bahwa menurut teori orientasi interaksional, motivasi tidak hanya dikaji berlandaskan pada individu yang terkait (atlet yang bersangkutan), juga tidak hanya dilandasi oleh faktor situasional, melainkan bagaimana interaksi kedua aspek ini berlangsung. Berdasarkan hal tersebut, ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan motivasi atlet. Dalam diri atlet misalnya terdapat aspek kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian atlet itu sendiri yang kesemuanya perlu mendapat perhatian. Dalam faktor situasional, gaya kepemimpinan, fasilitas, dan hasil yang pernah diperoleh memiliki peran signifikan sebagai pembangkit motivasi atlet. Berbagai faktor yang ada ini harus saling mendukung untuk bisa membangkitkan motivasi atlet untuk berprestasi. Total sumbangan efektif dari aspek-aspek yang ada dalam variabel gaya kepemimpinan transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet adalah sebesar 33,1% yang berarti masih terdapat 66,9% faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi atlet diluar variabel gaya kepemimpinan transformasional, seperti faktor dalam diri atlet itu sendiri (kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian) serta faktor situasional (fasilitas dan hasil yang pernah diperoleh) sehingga kemungkinan masih dapat diteliti lebih lanjut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan 17

18 transformasional pelatih dengan motivasi berprestasi atlet. Gaya kepemimpinan transformasional yang tinggi akan mengakibatkan motivasi berprestasi yang tinggi pula pada atlet. Gaya kepemimpinan transformasional pelatih dan motivasi berprestasi atlet kempo Jawa Tengah berada dalam kategori sangat tinggi. Sumbangan efektif gaya kepemimpinan transformasional pelatih terhadap motivasi berprestasi atlet sebesar 33,1% dan sisanya 66,9% dipengaruhi oleh faktor lain. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan peneliti sesuai dengan hasil penelitian, antara lain: 1. Bagi PB PERKEMI Jawa Tengah PB PERKEMI Jawa Tengah sebaiknya dapat memotivasi atlet untuk mempertahankan motivasi berprestasinya, dengan cara memberikan perhatian, arahan dan bimbingan serta pembinaan psikologis pada setiap atlet sehingga atlet bisa memaksimalkan prestasinya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran motivasi berprestasi dan gaya kepemimpinan transformasional di PERKEMI Jawa Tengah. 2. Bagi pelatih Pelatih sebaiknya dapat mempertahankan gaya kepemimpinan transformasional yang ada. Pelatih diharapkan dapat lebih memperhatikan kebutuhan setiap atlet serta memperhatikan faktor-faktor lain (seperti kondisi psikologis, kebutuhan, sasaran, dll) yang ada dalam diri atlet untuk memaksimalkan motivasi berprestasinya. 18

19 3. Bagi atlet kempo Jawa Tengah Atlet sebaiknya dapat mempertahankan motivasi berprestasi yang sudah ada. Atlet juga diharapkan dapat lebih membuka diri tentang kesulitan-kesulitannya dalam berlatih sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Bagi pihak yang tertarik untuk mengadakan penelitian lanjut tentang topik yang serupa diharapkan memperhatikan dan memperbaiki kekurangan yang ada guna mendapatkan penyempurnaan dari penelitian ini. Mengingat ada 66,9% dari hasil yang didapat menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi selain gaya kepemimpinan transformasional, maka diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini seperti faktor dalam diri atlet itu sendiri (kebutuhan, minat, sasaran, dan kepribadian) serta faktor situasional (fasilitas dan hasil yang pernah diperoleh). DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, L. S. (2007). Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Atkinson, R. L., Atkinson, R. C. (1997). Pengantar Psikologi 1 (judul asli Introduction to Psychology 8 th edition). Jakarta: Erlangga Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press 19

20 Bass, B. & Avolio, B. (1994). Improving organizational effectiveness through transformational leadership. Thousand Oaks, CA: Sage Publications Burns, J. (1978). Leadership. New York: Harper & Row Cogan, K. D. & Vidmar, P. (2004). Sport Psychology Library: Gymnastic. New York: Data Reproductions Corporation Gould, D. & Weinberg, R. S. (2007). Foundations of Sport and Exercive Psychology (4 th edition). Champaign, IL: Human Kinetics Gunarsa, S. D. (1989). Psikologi Olah Raga. Jakarta: Gunung Mulia (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia Handayani, C. S. & Novianto, A. (2006). 40 tahun PERKEMI: Membangun Masyarakat Tempaan. Jakarta: PB PERKEMI Hardy, L., Jones, G., Gould, D. (1999). Understanding Psychological Preparation for Sport :Theory and Practice of Elite Performers. New York: John Wiley & Sons, Inc Gould, D., & Weinberg, R. S. (2007). Foundations of Sport and Exercive Psychology (4 th edition). Champaign, IL: Human Kinetics Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 20

21 OR id.html Hutapea, B. (2010). Studi Komparatif tentang Motivasi Berprestasi pada Atlet Kempo Propinsi DKI Jakarta Ditinjau dari Kepribadian. Jurnal Psikobuana. 1, Lee, M. (1993). Coaching Children in Sport: Principle and Practice. London: E & FN Spon Leonardo. (2007). Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Motivasi Berprestasi Atlet Bulutangkis di PB Panorama Solo. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Masi, R. J., Cooke, R. A. (2000). Effect of Transformational Leadership on Subordinate Motivation, Empowering Norms, and Organizational Productivity. The International Journal of Organizational Analysis, 8, McClelland, C. D. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press 21

22 Nawawi, H. (2003). Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press PB PERKEMI. (1990). Buku Pelajaran Kyu IV. Jakarta: PB PERKEMI Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B. & Bommer, W. H. (1996). Transformational leader behaviors and substitutes for leadership as determinants of employee satisfaction, commitment, trust, and organizational citizenship behaviors. Journal of Management Popper, M., & Zakkai, E. (1994). Transactional, Charismatic, and Transformational Leadership: Conditions Conductive to Their Predominance. Leadership And Organizational Development Journal. 15, Ranupandojo, H & Husnan, S. (2002). Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia Renstrom, P. & Roax, C. (1988). Clinical implications of sports injuries. dalam A. Dirix, H. G. Knuttgen, & K. Tittel (Eds) The olympic book of sports medicine. London: Blackwell Scientific. Satiadarma, M. P. (2000) Dasar-dasar Psikologi Olahraga, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 22

23 Situmorang, A. S. (2008). Gaya Kepemimpinan Pelatih Olahraga dalam Upaya Mencapai Prestasi Maksimal. Jurnal PKR 2. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia Sugiarto, S. D., Sunaryanto, L. T., Oetomo, D. S. (2003). Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Uno, H. B. (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Yammarino, F. J. and Bass, B. M., (1990). Longterm forecasting of transformational leadership and its effects among Naval Officers: some preliminary findings. In K.E. Clark and M.B. Clark (Eds.). Measures of Leadeship (26-47). West Orange, NJ: Leadership Library of America. Zainun. (1990). Psikologi Perusahaan. Bandung: PT Bintang Jaya 23

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan Transformasional Variabel Tergantung : Kepuasan Kerja B. Definisi Operasional 1. Kepuasan Kerja a. Secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel Y) : Kinerja. maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel Y) : Kinerja. maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut : 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan hipotesis pada bagian sebelumnya, variabel penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (Independent Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian dan Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional. Menurut Nazir (2003:54) metode deskriptif yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap bentuk usaha baik profit maupun nonprofit memerlukan seorang pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik. Kebijaksanaan dan keputusan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan 43 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Data Primer Data yang dikelompokan melalui penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Guru Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,

BAB III METODE PENELITIAN. pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah yang penting dalam usaha pembangunan bangsa adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia,olahraga yang selama ini masih bisa dipandang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan modern. Hal ini ditunjukkan dengan adanya minat untuk memandang olahraga dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa susah payah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa susah payah, pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan bukan sesuatu yang mudah. Meskipun beberapa pemimpin seakan-akan dapat mengelola tanpa susah payah, pada dasarnya jalan seorang pemimpin senantiasa penuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO . HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO Agustina Dwisari Handa Endah Mujiasih Achmad mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional (X) dengan efektivitas kinerja karyawan (Y),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat dilepaskan dari peran pemimpinnya. Dalam suatu perusahaan, seorang pemimpin bukan semata-mata sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi Ulas Balik (Review) 1 KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi (Leadership in Organization: Theory and Methodology Perspectives) Oleh/By Suci Wulandari Peneliti pada Puslitbang

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Kebangkitan Kembali Studi Tentang Kepemimpinan

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Kebangkitan Kembali Studi Tentang Kepemimpinan 28 KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Kebangkitan Kembali Studi Tentang Kepemimpinan Bagus Riyono PENGANTAR Studi tentang kepemimpinan menghangat kembali pada dekade terakhir ini berkat dirumuskannya teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Melihat judul yang telah disebutkan dalam awal bab, yakni bab satu serta tertulis dalam lembar judul di awal, maka dapat diketahui bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bidang strategi dari organisasi. Manajemen sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi sebagaimana terlihat dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, dimana pemerintahannya berbentuk Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka yang diperoleh BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2013:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. B. Subyek dan Obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Kepemimpinan Transformasional;

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Kepemimpinan Transformasional; BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Waruna Nusa Sentana yang beralamat di Jalan Bagan Deli Lama, Belawan. Penelitian ini akan dilakukan selama 6 (enam)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atlet merupakan olahragawan yang berpartisipasi dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Dalam suatu pertandingan atau kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Alasannya adalah peneliti ingin mengeneralisasikan suatu fenomena pada suatu kelompok. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja pegawai banyak dipengaruhi sikap pimpinan dalam kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa dilepaskan dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Dengan menggunakan 116 responden yaitu guru tetap di SMK Negeri 3 Ambon. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki pulau yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang besar. Hal ini dapat dilihat dari luas wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki 13.466 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan oleh manusia demi menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh. Olahraga sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. prediktor dan (2) variabel Y sebagai outcome. seseorang berperilaku untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. prediktor dan (2) variabel Y sebagai outcome. seseorang berperilaku untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu (1) variabel X sebagai prediktor dan (2) variabel Y sebagai outcome.

Lebih terperinci

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016

Penulisan Ilmiah Jurusan Psikologi 2016 Hubungan antara Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Komitmen Organisasi pada Pegawai Kementerian Dalam Negeri RI Penulisan Ilmiah Nama : Pradina Utami NPM : 16513879 Pembimbing : Desi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini kita hidup di era globalisasi, suatu era yang membuat persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing secara terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menyebabkan persaingan bisnis menjadi semakin kompetitif sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis dan organisasi berjalan sangat cepat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variable terikat (Y) : Kepuasan Kerja Karyawan. Variable bebas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Pegawai 2.1.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil ataas pelaksanaan tugas tertentu. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kinerja

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA DOSEN PADA UNIVERSITAS YANG BERADA DI KOTA MADIUN

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA DOSEN PADA UNIVERSITAS YANG BERADA DI KOTA MADIUN Vivi Ariyani Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja Dosen pada Universitas yang Berada di Kota Madiun 57 PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA DOSEN PADA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa Atrie Bintan Lestari Hendro Prabowo, SPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Inovatif Kerja 1. Definisi Perilaku Inovatif Kerja West dan Farr (dalam West, 2006) mengatakan inovasi bisa diartikan sebagai pengenalan dan pengaplikasian ide, proses,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunkan metode pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuatitatif yaitu penelitian yang sistematis, jelas, terencana sejak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi Istilah motivasi berprestasi merupakan perpaduan dari dua istilah motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan intepretasi. Menurut Murray

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini berkembang begitu pesat dari waktu ke waktu, sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di masa lalu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik organisasi nirlaba atau yang berorientasi laba, berkepentingan untuk memajukan organisasi terutama dalam era globalisasi saat ini dimana persaingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Komitmen organisasional Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah semacam ikatan antara karyawan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR DAN TINGKATAN PEKERJAAN KARYAWAN CV. HANANTA

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR DAN TINGKATAN PEKERJAAN KARYAWAN CV. HANANTA ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DIREKTUR DAN TINGKATAN PEKERJAAN KARYAWAN CV. HANANTA Anthony Kusuma dan Dr. Drs. Ec. Eddy Madiono Sutanto, M.Sc. Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen,

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi

Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi The Relationship between Perception of Junior Taekwondo Athletes in Training Program with Achievement Motivation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pernyataan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kepemimpinan 1.1 Pengertian Kepemimpinan Untuk lebih memahami arti Kepemimpinan, maka berikut ini dikutip pendapat dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Responden adalah karyawan tetap di PT. Bahtera Wiraniaga Internusa yang berpusat di Jakarta TImur yang berjumlah 55 orang. Terdiri dari 44 karyawan lakilaki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai berturut-turut mengenai variabel penelitian, alat ukur, validitas dan reliabilitas alat ukur, dan subjek penelitian. 3.1. Variabel Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menguji pengaruh perilaku kepemimpinan transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan ritel (eceran) merupakan bagian yang penting dalam kehidupan perokonomian suatu negara, terutama dalam proses distribusi barang dan jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai sadar bawah olahraga adalah sarana untuk menjaga dan meningkat kesehatan. Olahraga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada berbagai aspek dalam organisasi, manusia merupakan salah satu sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan harus mampu

Lebih terperinci

Analisis Prestasi Atlet Olah Raga Taekwondo Menggunakan Analisis Jalur (Studi Kasus Atlet Taekwondo-In di Karigamas Sport Club-Palembang)

Analisis Prestasi Atlet Olah Raga Taekwondo Menggunakan Analisis Jalur (Studi Kasus Atlet Taekwondo-In di Karigamas Sport Club-Palembang) Jurnal Penelitian Sains Volume 15 Nomer 1(A) 15102 Analisis Prestasi Atlet Olah Raga Taekwondo Menggunakan Analisis Jalur (Studi Kasus Atlet Taekwondo-In di Karigamas Sport Club-Palembang) Sri Indra Maiyanti

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012 Naskah Publikasi Disusun oleh YULIYATUN A 210 080 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI PT BANK X (STUDI DESKRIPTIF) Octarina Arista Ningrum, Unika Prihatsanti *

GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI PT BANK X (STUDI DESKRIPTIF) Octarina Arista Ningrum, Unika Prihatsanti * GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI PT BANK X (STUDI DESKRIPTIF) Octarina Arista Ningrum, Unika Prihatsanti * Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro octawirastowo@gmail.com, Unika_prihatsanti@undip.ac.id

Lebih terperinci

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. ABSTRAK

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.  ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PELATIH DAN ATLET DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA SEMARANG Okta Setiani, Hastaning Sakti Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT TRADE SERVISTAMA INDONESIA-TANGERANG Iis Torisa Utami,SE,MM Dosen Tetap Akademi Sekretari Universitas Budi Luhur iis.torisautami@budiluhur.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri obat-obatan, yang terletak

Lebih terperinci

Oleh. Arga Satria D, 1). Dra. Lily Hendrasti Novadjaja, MM. 2), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Abstrak

Oleh. Arga Satria D, 1). Dra. Lily Hendrasti Novadjaja, MM. 2), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Abstrak PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PENGURUS ORGANISASI KEMAHASISWAAN (STUDI PADA HIMPUNAN MAHASISWA, FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG) Oleh Arga Satria D, 1). Dra. Lily

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang diindikasikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 2. Variabel bebas : Kepemimpinan transformasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 2. Variabel bebas : Kepemimpinan transformasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Disiplin Kerja 2. Variabel bebas : Kepemimpinan transformasional B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kita dapat mencermati berbagai macam organisasi, baik swasta maupun pemerintahan yang gagal atau tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan emosi Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan maupun saat bertanding. Menurut Suranto (2005, dalam Anggraeni, 2013) mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi atau perusahaan, karena segala kebijakan dan keputusan yang dibuatnya akan sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006). Salah satu kunci 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, bekerja secara terus menerus untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai variabel penelitian, hipotesa penelitan, subjek penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korealasional kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan transformasional,..

Lebih terperinci

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA SEKOLAH UNGGUL (Studi di SMA Negeri 1 Sumatera Barat)

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA SEKOLAH UNGGUL (Studi di SMA Negeri 1 Sumatera Barat) GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA SEKOLAH UNGGUL (Studi di SMA Negeri 1 Sumatera Barat) Ilda Andrian Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract This study aimed to obtain information leadership

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia handal yang menguasai lingkup kompetensi kerja secara profesional. Hal tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil studi PERC (Political and Economy Risk Consults) 2001 tentang pendidikan, Indonesia menempati urutan terakhir dari 12 negara di Asia. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel terikat (Dependent Variable) yaitu kinerja karyawan dan variabel bebas (Independent Variable) yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: NURUL RIA PINARTI NIM F 100 060 131 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 36 4. METODE PENELITIAN 4.1. Subjek Penelitian 4.1.1. Karakteristik Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan dari PT. XYZ, sebuah perusahaan ritel yang berada di Jakarta. Sebagai sebuah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET Program Studi Ilmu keolahragaan Departemen Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas

Lebih terperinci