RISALAH PERMASALAHAN RUU PENDIDIKAN TINGGI
|
|
- Hamdani Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RISALAH PERMASALAHAN RUU PENDIDIKAN TINGGI OLEH : KEMENTRIAN KAJIAN STRATEGIS KABINET KM ITB 27 JUNI 2011 A. SEBUAH PENGANTAR, PANDANGAN DAN HARAPAN Mengacu pada pembukaan UUD 1945, salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Frase ini tidak hanya menyatakan negara perlu atau wajib menyelenggarakan pendidikan, lebih dari pada itu, negara wajib menjamin terciptanya pendidikan yang berkualitas dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dipertegas di dalam batang tubuh UUD 1945 bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Atas dasar ini peningkatan kualitas pendidikan bukan kerja sampingan dari pemerintah. Pendidikan baik kualitas maupun pemerataan adalah hal pokok yang harus menjadi perhatian pemerintah. Bergemingnya wacana rancangan undang-undang perguruan tinggi seolah menjadi angin segar ditengah krisis pendidikan di negeri ini. Wajar saja bagi sebuah negara yang sudah 66 tahun untuk mulai beranjak dari mengurusi pendidikan dasar kepada peningkatan kualitas pendidikan tinggi.
2 Memusatnya perguruan tinggi berkualitas di pulau Jawa adalah salah satu masalah terbesar dalam dunia pendidikan tinggi bahkan di Indonesia. Pendidikan tinggi akan menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat, khususnya menengah keatas dan industri. Tak ayal, berjejalnya kampus-kampus top di pulau jawa akan menambah kepadatan penduduk dan riuhnya aktivitas di pulau jawa.selain itu, dampak yang juga cukup memprihatinkan adalah semakin tertutupnya kesempatan bagi perguruan tinggi di daerah-daerah untuk boleh berkembang. Meskipun kelihatan sederhana, boleh jadi pemerataan kualitas akan berdampak besar bagi banyak sektor di Indonesia. Tak dapat dipungkiri, Pulau jawa terutama kota-kota seperti Bandung, Jakarta, Yogya, dan Surabaya selalu menerima tamu mahasiswa-mahasiswa baru, sementara jumlah ini tidak sebanding dengan lulusan perguruan tinggi dari pulau jawa yang memilih pulang ke kampung halamannya. Lagi-lagi karena industriindustri sebagian besar masih terpusat di pulau jawa. Masalah kepadatan bukan masalah sepele, dengan pemerataan jumlah dan kualitas penduduk, masalah rumah tinggal, transportasi, lingkungan hingga bencana alam dapat diminimalisir. Bukan tidak mungkin ekonomi, politik dan sosial di negara Indonesia akan menjadi jauh lebih baik setelahnya. Disinilah peran tak terlihat RUU PTN. Terlalu dangkal apabila RUU PTN hanya sekedar memikirkan pengaturan kursi, biaya masuk, atau statuta PT. Terlalu tidak Pancasilais kalo RUU PTN justru menjadikan perguruan tinggi sebagai industri baru untuk bisnis swasta. Indonesia punya titik berdiri yang jelas, pendidikan adalah hak dan dijamin pemerintah bukan komoditas bisnis. Terlebih lagi, terlalu tidak adil, kalau RUU PT lagi-lagi hanya jadi tameng berlindung pemerintah atau mainan kampus-kampus papan atas di negeri ini, Untuk semakin memperkuat posisinya yang tanpa sadar perlahan-lahan mengikis nilai luhur keberagaman dan keadilan di Indonesia. Melalui kehadirannya, RUU PT bisa menjawab masalah yang lebih fundamental, yakni akses dan pemerataan kualitas PT di Indonesia. Sudah saatnya kita kembali memperhatikan kampuskampus yang ada di daerah-daerah. Akses pendidikan hendaknya tidak lagi menjadi
3 alasan lulusan SMA tidak melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Pendidikan bagaimanapun adalah organel yang sangat penting dan berangkai dengan semua aspek berbangsa dan bernegara. Tak berlebihan menampatkan pendidikan di posisi akar suatu bangsa. Negara yang maju tidak akan pernah terlepas dari tata kelola dan kualitas pendidikan yang baik. Hukum di Indonesia masih mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat, semoga dengan hadirnya paying hukum baru ini, benar-benar menjadi angin segar buat PT, pemerintah bahkan masyarakat yang kurang mampu untuk mengakses pendidikan tinggi sehingga istilah mencerdaskan kehidupan bangsa tidak sekedar menjadi retorika kosong di pembukaan UUD 45. Gambar 1 : Peran Pemerintah dalam Penyelenggaraan pendidikan
4 B. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN YANG INGIN DISELESAIKAN RUU PT MENURUT DPR ( SARASEHAN ITB, 4 JUNI 2011 ) o FOKUS UTAMA RUU PT OLEH IR. RULLY CHAIRUL AZWAR, M.SI (WAKIL KETUA KOMISI X DPR RI) 1. Daya Saing SDM Indonesia RUU PT Berangkat dengan Pokok Pemikiran Pendidikan sebagai alat untuk bersaing dalam Era Globalisasi: Era Globalisasi menuntut kita selaku bangsa untuk memiliki daya saing. Namun sejumlah fakta menunjukkan, dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), daya saing kita sebagai bangsa masih terlalu lemah. Tabel 1. Posisi Daya Saing Indonesia (The Global Competitiveness Index Rangkings and Comparisons) Country/ Economy GCI 2010 Rank Score GCI 2009 Rank Score Singapura Malaysia Brunei Darussalam Indonesia Vietnam
5 Philippines Gambar 2 : Indeks Pembangunan I52 Negara di Dunia, Lulusan Universitas tidak relevan dengan kebutuhan Industri Jumlah orang Indonesia yang bekerja pada Februari 2011 sebanyak juta orang dengan komposisi; a. SD ke bawah 55.1 juta (49.33%) b. Diploma 3.3 juta (2.98%) c. Sarjana 5.5 juta (4.99%) Sumber : BPS, Februari 2011
6 Sehingga kesimpulannya RUU PT disusun untuk menjawab kedua permasalahan pokok tersebut. DPR berinisiatif membuat RUU Pendidikan Tinggi dengan tujuan menciptakan satu sistem Pendidikan Tinggi yang bisa menghasilkan lebih banyak SDM bangsa yang berpendidikan tinggi, bermutu dan berdaya saing di tingkat global. Bisa dilihat disini DPR belum mampu melihat persoalan secara holistic karena banyak aspek-aspek lain yang belum diperhatikan. Dan meskipun DPR dalam hal ini perwakilannya melalui Pak Rully memaparkan realita maslaah yang ada di perguruan tinggi seperti : 1. Masalah keterbatasan daya tampung Perguruan Tinggi bermutu Lulusan UN Thn 2011 Mendaftar di SNMPTN orang orang Daya Tampung 60 PTN (SNMPTN 2011) Peserta SNMPTN 2011 Tahun Kelulusan kursi orang orang orang 2011
7 JENIS JUMLAH TOTAL PTN Umum 83 PTN 83 PTN Khusus 50 PTN 50 PTS PTS TOTAL PT 3.150
8 Sedikitnya daya tamping PTN bermutu dan terkonsentrasinya di pulau Jawa belum diperhatikan bagaimana arah kebijakan mengatasinya di RUU PT terutama bagaimana pemerintah memberdayakan dan meningkatkan kualitas Perguruan Tinggi di daerah yang belum otonom dan tentu sulit melewatiu masa transisi tanpa campur tangan pemerintah termnasuk dalam pembiayaan. 2. Masalah Keterjangkauan Biaya Pendidikan Tinggi a. Biaya belajar di PT relatif masih tinggi bagi penghasilan rata-rata masyarakat tingkat pendapatan masyarakat masih rendah. b. Biaya pengelolaan PT yang dibebankan kepada masyarakat masih cukup tinggi komersialisasi pendidikan. Biaya Kuliah tak Terjangkau Berdasarkan data BPS per Februari 2011, Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita masyarakat Indonesia selama 2010 mencapai Rp 26,3 juta/tahun atau setara dengan US$ 2.920,1. Rata-rata kemampuan masyarakat dari sisi penghasilan untuk membiayai pendidikan sekitar Rp 1.8 juta/tahun, padahal biaya pendidikan tinggi termurah Rp 10 juta/tahun (di luar biaya masuk pertama di PT). Jadi, tingkat pendapatan masyarakat Indonesia rata-rata tidak mencukupi untuk meneruskan ke PT.
9 Berdasarkan data yang diterima dari tim kementrian Kajian Strategis dari Survey Credit it Suisse Internasional Tahun 2010, Peningkatan Masyarakat Kelas menengah menjadi sekitar 134 juta juga menjadi data peningkatan semu karena 110 Juta di antaranya berpenghasilan hanya sekitar 1-2,6 juta..ditambah 60 juta penduduk yang tidak mampu maka dapat disimpulkan biaya kuliah di Indonsia hanya mampu diakses hanya sekitar 20% piramida teratas dari klasifikasi ekonomi penduduk. Dan Belum ada kebijakan dalam RUU PT yang mempertimbangkan poin ini. Klasifikasi Kelas menengah menurut data dari Credit Suisse Internasional : 1. KELAS PENDAPATAN US$2-US$4 ATAU RP1-1,5JUTA PER BULAN (38,5 PERSEN). 2. KELAS PENDAPATAN US$4-6 ATAU RP1,5-2,6 JUTA PERKAPITA PERBULAN (11,7 PERSEN). 3. KELAS BERPENDAPATAN US$6-US$10 ATAU RP2,6-5,2 JUTA PERBULAN (5 PERSEN) 4. KELAS GOLONGAN MENENGAH BERPENDAPATAN US$10-US$20 ATAU RP5,2-6 JUTA PERBULAN (1,3 PERSEN). NAH, DARI 1,45 JUTA PESERTA UN 2011, ADAKAH DATA KLASIFIKASI PESERTA BERDASRKAN TINGKAT PENDAPATAN ORANGTUA??? Selain itu sistem 1/3 dibebankan kepada mahasiswa secara agregat/akumulatif memungkinkan ada mahasiswa yang membayar lebih dari 1/3 dapat menimbulkan pembebanan biaya dan pelanggaran hak terhadap warga negara serta menimbulkan iklim yang tidak bagus dengan swasta apalagi ketika kapasitas ptn bertambah. 3. Relevansi Pendidikan Tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri a. Terjadi kesenjangan antara keluaran sarjana utk prodi tertentu dari perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga terjadi pengangguran sarjana mismatch b. Minat masyarakat pada pendidikan tinggi umumnya lebih memilih untuk mendapatkan gelar akademik yang dinilai lebih bergengsi ketimbang mencari keahlian untuk bisa pengembangan ilmu, profesi dan karir dalam bekerja (Vokasi) mispersepsi c. Perguruan Tinggi belum menjalankan perannya sebagai lembaga riset dan inovasi dengan baik sementara dunia industri belum memanfaatkan
10 potensi riset yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing industri kesenjangan PT dan dunia Industri Walaupun poin ini positif dari tim Kastrat berpendapat hal ini tidak boleh mengorbankan nilai-nilai dari aspek yang lain termasuk, dari UUD 1945 dalam hal ini Tanggung Jawab Pemerintah karena kalau tidak berpotensi ke arah Privatisasi PT karena hanya ingin memebuhi keinginan pasar. (4) Postur Anggaran Pendidikan dalam APBN tidak optimal. Dari APBN anggrana murni untuk Pendikan Tinggi Hanya 5 Triliun untuk 3000an PT merupakan suatu kebijakan yang sangat buruk dalam pengembangan pendidikan. Dari kajian Tim Kementrian Kajian Strategis belum melihat adanya political will dari pemerintah dalam meningkatkan postur anggaran, ataupun kejelasan peran dan tanggungjawab Pemerintah dengan jelas dalam RUU PT ini. Kenyataanya dari solusi yang dirancang DPR tim kajian strategis belum melihat hasilnya dalam isi dari RUU PT. Solusi yang dirancang oleh DPR tersebut antara lain : A. Upaya meningkatkan daya tampung Perguruan Tinggi bermutu 1. Pemerintah perlu membuat kebijakan pendidikan tinggi yang membuat daya tarik masyarakat (dunia usaha/swasta) untuk ikut berperan dalam mewujudkan pendidikan tinggi yang bermutu. 2. Pemerintah perlu mewujudkan otonomi perguruan tinggi, khususnya dalam hal tatakelola dengan pola otonomi pengelolaan yang disesuaikan
11 dengan karakter dan mandat yang diberikan kepadanya (PTN UPT, PTN mandiri, PTN Badan Hukum). 3. Pemerintah perlu menetapkan satu sistem dan lembaga penjaminan mutu perguruan tinggi yang outputnya adalah adanya klasifikasi perguruan tinggi dengan standar minimal (10 Standar Nasional Perguruan Tinggi), PT dengan standar nasional (melebihi 10 standar) dan PT yang berstandar internasional (world class university). Proses penjaminan mutu itu harus berjalan secara berkesinambungan (survaillance). 4. Pemerintah membuka peluang masuknya perguruan tinggi asing yang terakreditasi serta mendorong adanya kerjasama antara perguruan tinggi asing dan perguruan tinggi lokal. Menurut kajian Tim Kastrat Dalam isi di RUU PT solusinya masih terkesan hanya mengandalkan investor dan kekuatan asing melalui kerjasam dengan PT asing. Selain itu belum dijelaskan bagaimana kebijakan Pemerintah dalam mengusahakan hal ini selain hanya berfokus kepada PT yang sudah berbadan hukum/mandiri. B. Upaya Mengatasi Biaya Pendidikan Tinggi 1. Pemerintah memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang miskin tapi berprestasi. Bagi yang miskin namun kurang berprestasi diberikan bantuan. 2. Pemerintah memberikan semacam subsidi bagi para mahasiswa yang mengikuti Prodi yang unit cost nya tinggi. 3. Pemerintah perlu membuka dibukanya banyak prodi baru yang menciptakan iklim persaingan sehingga biaya kuliah bersaingan sesuai mekanisme supply and demand. 4. Pemerintah mempertimbangkan faktor kewilayahan dalam pengembangan pendidikan tinggi sehingga calon mahasiswa bisa kuliah tidak terlalu jauh dari domisili sehingga menghemat biaya (idealnya satu provinsi satu pendidikan tinggi). 5. Pemerintah mendorong agar PTN menjalankan misi sosial menampung calon mahasiswa kurang mampu karena mereka dibiayai oleh APBN. 6. Bersama dengan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kemauan untuk memberikan beasiswa bagi para mahasiswa, pemerintah
12 membentuk sebuah lembaga pengelola dana beasiswa semacam BAZIS dan memberikan reward bagi perusahaan yang memiliki kepedulian memberikan beasiswa, misalnya pengurangan pajak. Dari kajian ditemukan kebijakan ini belum dituangkan secara jelas dalam pasal-pasal yang tedapat di RUU PT kecuali PT hanya berkewajiban membantu pembiayaan 20% Mahasiswa yang kurang mampu yang ironisya belum ditemukan dasar penetapan 20% ini secara ilmiah. C. Upaya Meningkatkan Relevansi Pendidikan Tinggi dengan kebutuhan Lap Kerja dan Dunia Industri Dari poin ini Tim Kastrat sepakat walau juga belum menemukan arah kebijakan yang jelas dalam RUU PT terkait kebijakan pemerintah dalam membantu pengembangan Vokasi. D. Penataan Postur Anggaran Pendidikan dalam APBN Sejauh ini belum ada rencana perubahan berarti dalam anggaran di APBN baik dari APBN-P 2011 atau APBN o MASALAH OTONOMI DAN TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI,STATUTA,SISTEM PORTOFOLIO, KOMITE AUDIT, DAN KETERWAKILAN MAHASISWA DALAM MPK Dari kajian Tim Kastrat dan masukan dari lembaga lain(dalam hal ini HMP) dan kajian eksternal dari BEM UI ada beberapa hal yang dipertanyakan trekait usulan pemerintah dalam RUU PT ini. 1. Mekanisme sistem Portofolio, Definisi pendapatan PT yang digolongkan penerimaan Negara bukan pajak dan kekayaan PT yang dianggap kekayaan Negara yang dipisahkan dari APBN. 2. Komite Audit yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada Mentri 3. MPK yang punya wewenang tinggi, namun dari usulan pemerintah mahasiswa yang menurut arahan RUU ini dibentuk agar dewasa malah dihilangkan wakilnya dari MPK. 4. Kewenangan MPK yang besar dalam statuta yang pada perubahan terakhir punya peran signifikan dalam mengatur gerakan non-akademik
13 termasuk kemahasiswaan berpotensi memasung arah kegiatan mahasiswa. 5. Mekanisme penetapan MPK dan wakil pemerintah yang dominan serta ketidakjelasan mekanisme penentuan wakil masyarakat dalam MPK. K ERAN G K A PO K O K P ERMAS ALAHAN YAN G A KAN DIDIS KU S I K AN D AL AM AUDI EN SI D EN G AN DPR 28 JUNI a. RANCANGAN UNDANG-UNDANG YANG BELUM MENGAKOMODASI SEMUA JENIS PERGURUAN TINGGI b. KOMPOSISI MPK 1 Wewenang yang terlalu besar 2 Tidak adanya perwakilan mahasiswa 3 Mekanisme Pemilihan wakil dari Masyarakat c. SISTEM PORTOFOLIO d. INDEPEDENSI KOMITE AUDIT e. STATUTA f. PENDANAAN d.1 Dasar penetapan komposisi 1/3 dan mengapa memakai sistem agregat d.2 Dasar penetapan kuota 20% yang tidak mampu - Data peserta UN kurang mampu pada penyelenggaraan UN Data calon peserta didik kurang mampu pada penyelenggaraan SNMPTN Kuota Calon peserta didik kurang mampu seluruh Indonesia e. TANGGUNG JAWAB DAN PERAN PEMERINTAH DALAM MENGUATKAN PERGURUAN TINGGI YANG BELUM OTONOM f. SOLUSI DAN ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PEMERATAAN DAERAH PERSEBARAN PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS g. MAKSUD PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DAN KEKAYAAN YANG DIPISAHKAN h. KETIDAKBERPIHAKAN DALAM PENGUSAHAAN PTS YANG TERJANGKAU OLEH MASYARAKAT
14 g. TIDAK ADANYA ARAHAN YANG JELAS TERKAIT TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH TERKAIT PENDANAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN ANGGARAN APBN YANG SANGAT MINIM h. UNDANG-UNDANG LAIN YANG HARUS DILIHAT SEBAGAI LANDASAN MENILAI RUU PT 1. UU NO 20 TAHUN 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. UU NO 14 TAHUN 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik 3. UU NO 33 TAHUN 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah 4.UU NO 37 TAHUN 2004 Utang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran 5. UU NO 25 TAHUN 2007 Tentang Penanaman Modal 6. Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 7. Putusan Hakim Konstitusi terkait UU No.9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Penidikan Putusan nomor /PU-VII/ i.kesimpulan
Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.
UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI (SUBSTANSI KEBAHARUAN DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA) Oleh: Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. (Pembantu Rektor II UNS) Disampaikan dalam rangka Diskusi Terbatas Pro-Kontra
Lebih terperinci2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPEMETAAN KEMBALI MODEL PENDIDIKAN DI INDONESIA RZ ABD AZIZ Bandar Lampung, 21 Februari 2011
PEMETAAN KEMBALI MODEL PENDIDIKAN DI INDONESIA RZ ABD AZIZ Bandar Lampung, 21 Februari 2011 P E N D A H U L U A N DALAM PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UNDANG- UNDANG DASAR (UUD) 1945 UU N0. 20 /2003 SISTEM
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciTinjauan Umum Undang- Undang Pendidikan Kedokteran
Tinjauan Umum Undang- Undang Pendidikan Kedokteran Sebuah kajian oleh Kastrat BEM IKM FKUI 2013 Pelayanan kedokteran di Indonesia saat ini terselenggara secara tidak merata. Berdasarkan data Kementerian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciMENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional*
MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* O. Nurhilal, M.Si Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Alamat email : o.nurhilal@unpad.ac.id Abstrak Pendidikan merupakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan
Lebih terperinciDUKUNGAN PENGANGGARAN UNTUK KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI RINTO SUBEKTI, S.E., M.M. ANGGOTA KOMISI X DPR-RI
DUKUNGAN PENGANGGARAN UNTUK KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI RINTO SUBEKTI, S.E., M.M. ANGGOTA KOMISI X DPR-RI 1 P E N D A H U L U AN Di era keterbukaan saat ini, persaingan sumber daya manusia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN,
Lebih terperinci&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS
UU &DIKTI Keuangan DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS Keuangan Di dalam Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945 perumusan tentang keuangan adalah: Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
Lebih terperinciJAWA POS, 24/7/03 PT-BHMN KELUAR DARI CUL-DE-SAC
JAWA POS, 24/7/03 PT-BHMN KELUAR DARI CUL-DE-SAC Sofian Effendi Pemerataan Akses Untuk mencapai pemerataan pendidikan tinggi, Pemerintah Indonesia telah menempuh kebijakan klasik menyediakan subsidi biaya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. bangsa agar salah satu tujuan Negara Indonesia tercapai. Berdasarkan visi dalam
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018
KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 Bandung, 11 Januari 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 A. Program Kerja 2018 2 Visi-Misi Pembangunan 2015-2019 VISI : Terwujudnya
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciKenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016
Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Oleh Sandi Aria Mulyana / FISIP UI 2012 Pada masa pemilihan Calon Rektor Universitas Indonesia pada tahun 2014 lalu, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis
Lebih terperinciSosialisasi Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Peubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta
Sosialisasi Pendirian, Perubahan, Pembubaran PTN, dan Pendirian, Peubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti
Lebih terperinciMengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010
Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010 Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu masalah serius yang erat kaitannya dengan kemajuan dan kemakmuran suatu Negara.
Lebih terperinciSistim Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun tentang pendidikan tinggi, Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun
KONDISI DAN ISU STRATEGIS BAB III Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang pendidikan tinggi, Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciRancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan
Rancangan Kepmen Nomenklatur Program Studi dan Gelar Lulusan Forum Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,
Lebih terperinciPENERAPAN GOOD GOVERNANCE
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang
Lebih terperinciOleh: Ir. Agus Pambagio, M.Eng.Mgt., CPN
KAJIAN SAKSI AHLI KEBIJAKAN PUBLIK ATAS PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI TERHADAP UUD REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 TERKAIT DENGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DALAM PERKARA NOMOR 33/PUU-XI/2013
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan
Lebih terperinciPenyelenggaraan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia
Penyelenggaraan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia Antari Wahyuning Mawarti Direktorat Penjaminan Mutu Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciKajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Tri Dharma Pendidikan Tinggi. Oleh: Ida Fauziah 1
Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Tri Dharma Pendidikan Tinggi Oleh: Ida Fauziah 1 1 Kepala Divisi Kajian Kebijakan BK MWA UI UM 2013 Pada tanggal 14 Oktober 2013, Universitas Indonesia (UI) memiliki
Lebih terperinciOtonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional
Otonomi Akademik & Peningkatan Peran Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum dalam Pengembangan Pendidikan Nasional Aspek Legal dalam Otonomi & Aspek Kewenangan dalam Pengelolaan Perguruan Tinggi Negeri Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis UMY adalah mahasiswa di perguruan tinggi yang fokus mempelajari ilmu seputar ekonomi dan bisnis yang meliputi jurusan Akuntansi, Manajemen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia menghadapi persoalan dalam membangun ekonomi maka suatu daerah harus membangun perekonomian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN PTS DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN. Oleh Prof. Dr. H. SUYATNO, M.Pd.
PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN PTS DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN Oleh Prof. Dr. H. SUYATNO, M.Pd. KONDISI PTS SAAT INI Pemerataan dan Peningkatan Akses Pendidikan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Tata Kelola,
Lebih terperinciPROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro
PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS 2015 2019 Menuju Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro Latar Belakang Visi ITS menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dalam ilmu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian Indonesia merupakan sektor yang masih dianggap krusial dalam menopang kehidupan masyarakat. Selain diperlukan sebagai penyedia pangan nasional, pertanian menyerap
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demi tercapainya kualitas hidup yang lebih baik di butuhkan upaya-upaya dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Salah satu tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai mana telah tertulis di dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) 1945, maka
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BEASISWA SISWA DAN MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA TIDAK MAMPU
BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BEASISWA SISWA DAN MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA TIDAK MAMPU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:
Lebih terperinciDaya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia
Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan
Lebih terperinciBismillaahir Rahmaanir Rahiim Assalamu alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakatuh
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Keynote Speach Dr. Marzuki Alie PANDANGAN KRITIS TENTANG PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA: CITA DAN REALITAS Disampaikan dalam diskusi Ulul Albab ICMI dengan
Lebih terperinciForum SKPD. Musrenbang Kelurahan Telah dilaksanakan pada bulan Januari Musrenbang Kecamatan Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017
Musrenbang Kelurahan Telah dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Musrenbang Kecamatan Telah dilaksanakan pada bulan Februari 2017 Forum SKPD Pembahasan yang lebih komprehensif dan detail program dan kegiatan
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYUSUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciR. Undang-Undang Pendidikan Tinggi yang telah disyahkan. DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2 Agustus 2012
R. Undang-Undang Pendidikan Tinggi yang telah disyahkan DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2 Agustus 2012 1 RDP dengan Berbagai Kalangan RDP dan sosialisasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciKebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi 24 April 2015 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 Jenis-jenis Pendidikan Tinggi 1) Academic 3) Professional 2) Vocational 9 S3 Sub-spesialis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN INDIVIDU TAHUN 2016 MEWUJUDKAN KPI PUSAT DAN KPI DAERAH SEBAGAI REGULATOR PENYIARAN YANG EFEKTIF
LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU TAHUN 2016 MEWUJUDKAN KPI PUSAT DAN KPI DAERAH SEBAGAI REGULATOR PENYIARAN YANG EFEKTIF Oleh: Handrini Ardiyanti, S.Sos, Msi. BIDANG POLITIK DALAM NEGERI PUSAT PENELITIAN BADAN
Lebih terperinciBAB 1 P E N D A H U L U A N. kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran
BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN. Tanggung Jawab Negara dalam Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Shanti Dwi Kartika 11/27/17
RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN Tanggung Jawab Negara dalam Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Shanti Dwi Kartika 11/27/17 PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI JAKARTA, 2017 Tanggung Jawab Negara dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2016 TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian
12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan
Lebih terperinciMajelis Hakim Yang Mulia, Izinkan saya menyampaikan penjelasan atas beberapa Pasal yang diajukan uji konstitusi oleh para Pemohon.
Keterangan Mengenai Pasal Pasal dalam UU Pendidikan Tinggi Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D. Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan otonomi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004
ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA KULIAH TUNGGAL DAN UANG KULIAH TUNGGAL PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN Oleh: Wakil Rektor IV
RENCANA PROGRAM DAN ANGGARAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN 2016 Oleh: Wakil Rektor IV 1 1) Penyampaian Alokasi Pagu Anggaran Unand Tahun 2016 2 4 5 Isu Mendasar Anggaran Unand 2016 - Berkurangnya Alokasi
Lebih terperinciKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, dan Permenristekdik: No. 50 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Perubahan, dan Penutupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi penelitian. A. Latar Belakang Masalah UU No. 20 Tahun
Lebih terperinciANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H
ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinci2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Institut Teknologi Sepuluh November. Statuta. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 172). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan upaya yang utama bagi siswa dalam memperoleh keterampilan dan pengetahuannya di sekolah. PBM yang berkualitas dan efektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tabel 1.1 menunjukkan data statistik mengenai total pendapatan (PDB), jumlah populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia memiliki
Lebih terperinciKementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,
Lebih terperinciREVIEW ARTIKEL TENTANG KEPENDIDIKAN
REVIEW ARTIKEL TENTANG KEPENDIDIKAN Tugas pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu Prastiyani 20100720022 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBEBERAPA CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN ISI UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI PIJAKAN PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI
BEBERAPA CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN ISI UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI PIJAKAN PELAKSANAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI Oleh: Anang Priyanto * Tujuan dikeluarkannya UU Pendidkan Tinggi Meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014
ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I
BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lebih terperinciKebijakan Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Prof. Mohamad Nasir
Kebijakan Nasional Pendidikan Tinggi Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Prof. Mohamad Nasir MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Bali, 2 Februari 2018 1 Era Disrupsi Teknologi Revolusi
Lebih terperinciINDONESIA NEW URBAN ACTION
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari pembangunan sumber daya manusia dalam mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin (Adisasmito,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Per 17 Desember 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG DUKUNGAN PENDANAAN TERHADAP POLITEKNIK NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, \ Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selain pengalaman, pendidikan merupakan elemen yang penting bagi penunjang karir di dunia kerja. Banyak teori-teori yang didapat di dunia pendidikan khususnya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Lebih terperinci