Bismillahirrahmaanirrahiim, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Transkripsi

1 PENDAPAT AKHIR FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS, 1997 (INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997); DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPRESSION OF THE FINANCING TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME, 1999) Disampaikan Oleh : Drs. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si. Anggota No. A 12 Bismillahirrahmaanirrahiim, Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Alhamdulillahil ladzii anzalal kitabal ladzi laa raiba fihi hudal linnas, Wasshalatu was salamu ala rasulillahi Muhammadin shallallahu alaihi wa sallam. Wa ala alihi wa shahbihi ajma in. Alhamdulillah, puji syukur sepatutnya kita haturkan ke hadirat Allah SWT atas seluruh rahmat dan barokah-nya yang dikaruniakan kepada rakyat Indonesia dan kita selama ini, serta mohon ampunan-nya atas segala kekhilafan kesalahan kita dalam menjalankan amanah rakyat Indonesia. Semoga Allah SWT senantiasa memberi ridho, perlindungan dan bimbingan-nya kepada kita dalam melaksanakan tugas-tugas konstitusional untuk mewujudkan cita Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis, berkeadilan dan berdasakan hukum. Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rekan-rekan Anggota Dewan; Yth. Sdr. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia beserta staf; Yth. Sdr. Menteri Luar Negeri beserta staf; Para hadirin sekalian yang kami hormati, Pada dasarnya upaya untuk menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pengesahan Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris, 1997 (INTERNATIONAL COVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997); dan RUU tentang INTERNATIONAL COVENTION FOR THE SUPRESSION OF THE FINANCING TERRORISM, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999), yang diusulkan oleh Pemerintah ini dilatarbelakangi persoalan apakah UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme itu masih relevan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat Indonesia, mengingat terorisme merupakan kejahatan yang bersifat transnasional. Dan bagi Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi, 2 (dua) RUU ini merupakan upaya mensikapi perkembangan,

2 kebutuhan dan tuntutan masyarakat mengenai perlunya sinkronisasi peraturan perundangan yang ada dan berlaku saat ini dengan ketentuan hukum internasional dalam rangka pembaharuan hukum terhadap dasar hukum pemberantasan tindak pidana terorisme. Sidang Dewan yang kami hormati, Merujuk naskah akhir hasil pembahasan 2 (dua) RUU ini, Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi perlu menyampaikan pendapat sebagai berikut : Pertama, pada dasarnya substansi dua konvensi ini terkategorikan sebagai perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku umum karena mengatur masalah yang menyangkut kepentingan seluruh negara di dunia dan juga terkategorikan sebagai perjanjian internasional terbuka dalam pengertian yang sebenarnya karena tidak dibatasi letak maupun jenis negara yang dapat menjadi pihak di dalamnya. Karena itu, menurut fraksi kami 2 (dua) RUU yang telah kita bahas ini memiliki makna penting dan strategis bagi Indonesia dalam tata pergaulan internasional sebagai bangsa yang berkomitmen tinggi terhadap perdamaian dunia maupun perlindungan dan pemajuan HAM, mengingat terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan dan peradaban yang bersifat transnasional dan berakibat merugikan masyarakat, menghancurkan integritas teritorial ketertiban pertahanan dan keamanan negara yang berdaulat serta meniadakan perdamaian dunia. Kedua, sesuai dengan asas hukum internasional Pacta Sunt Servanda (setiap perjanjian mengikat dan harus ditaati) maka pernyataan (declaration) terhadap Pasal 6 dan pensyaratan (reservation) terhadap Pasal 20 INTERNATIONAL COVENTION FOR THE SUPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997; maupun pernyataan (declaration) terhadap Pasal 2 ayat (2) huruf a dan Pasal 7, serta pensyaratan (rservation) terhadap Pasal 24 ayat (1) INTERNATIONAL COVENTION FOR THE SUPRESSION OF THE FINANCING TERRORISM, 1999, menurut fraksi kami merupakan manifestasi dari state sovereignty dan jurisdictional sovereignty. Dan dalam hukum internasional jurisdictional sovereignty ini dipahami bahwa negara adalah subyek hukum yang memiliki kewenangan dalam yurisdiksinya untuk menyusun peraturan perundang-undangan, mengadilii dan melaksanakan hukuman terhadap siapapun yang melakukan perbuatan kriminal dalam wilayah yurisdiksinya. Reservation dan Declaration ini merupakan manifestasi dari kepentingan nasional atau kehendak Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan pada kedaulatannya dan tidak perlu memperoleh persetujuan sebelumnya dari negara-negara lain. Ketentuan ini sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) butir d, Konvensi Wina Ketiga, rumusan naskah akhir hasil pembahasan 2 (dua) RUU ini meneguhkan politik hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia bahwa pilar-pilar dalam pembangunan dan pembaharuan hukum Indonesia adalah bersumberkan kaidah-kaidah atau ketentuan hukum internasional, hukum barat (peninggalan kolonial Pemerintahan Hindia Belanda), hukum Islam, hukum adat.

3 Yth. Sdr. Pimpinan Sidang dan Rekan-rekan Anggota Dewan; Yth. Sdr. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia beserta staf; Yth. Sdr. Menteri Luar Negeri beserta staf; Para hadirin sekalian yang kami hormati, Perkenankan kami menghaturkan terima kasih kepada Anggota Dewan mitra kerja dan pihak-pihak yang sudah menyumbangkan tenaga maupun pikirannya yang terbaik bagi rakyat Indonesia selama penyusunan dan pembahasan 2 (dua) RUU ini, dan sudilah kiranya menerima maaf kami bila dalam pembahasan yang kita lakukan secara kritis obyektif, penuh kesabaran dan arif atas RUU ini terdapat kata-kata dan sikap kritis yang kurang berkenan di hati, semua ini tiada lain dimaksudkan untuk kemaslahatan bangsa. Merujuk pendapat fraksi kami tersebut dan setelah mempelajari naskah akhir hasil pembahasan 2 (dua) RUU ini, maka dengan berserah diri mohon ampunan dan ridho Allah SWT serta diawali dengan ucapan Bismillahirrahmaanirrahiim fraksi kami menyetujui Rancangan Undang- Undang tentang Pengesahan Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris, 1997 (INTERNATIONAL COVENTION FOR THE SUPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997); dan INTERNATIONAL COVENTION FOR THE SUPRESSION OF THE FINANCING TERRORISM, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999) ini untuk disahkan menjadi Undang-Undang. Billahit Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Jakarta, 7 Maret 2006 PIMPINAN FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI DPR-RI Ketua, Sekretaris, Ttd Ttd. JAMALUDDIN KARIM, SH. RAPIUDDIN HAMARUNG

4 PANDANGAN DAN PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP RUU PENGESAHAN KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS TAHUN 1997 DAN RUU PENGESAHAN INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME TAHUN 1999 Disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR-RI Tanggal : 7 Maret 2006 Juru Bicara : H. ADE NASUTION, SE. Nomor Anggota : A 293 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat; Segenap hadirin yang kami hormati, Dalam kesempatan yang berbahagia ini marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang tiada hentinya melimpahkan rahmat, maunah dan karunia-nya yang tidak terbatas, sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Rapat Paripurna Dewan untuk mendengarkan pandangan dan pendapat fraksi-fraksi terhadap RUU Pengesahan Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris Tahun 1997 dan RUU Pengesahan Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme Tahun Para hadirin yang saya hormati, Mencermati pembahasan lebih lanjut tentang RUU Pengesahan Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris Tahun 1997 (International Convention for The Supression of Terrorist Bombings, 1997) dan RUU Pengesahan Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme Tahun 1999 (International Convention for The Suppression of The Financing of Terrorism, 1999) oleh Pemerintah, Fraksi PBR perle menyampaikan pokok-pokok pemikiran sebagai berikut : 1. Bahwa eksistensi RUU tersebut menjadi strategis bahwa bangsa Indonesia untuk pro-aktif di dunia internasional sebagai upaya memberantas tindak terorisme. Mengingat bahwa Indonesia termasuk negara yang sering menjadi tindak terorisme internasional. Kondisi ini menimbulkan stigma terhadap agama Islam dalam kaitan terorisme yang dilakukan oleh mereka yang berpikir sempit. Stigma negatif itu seringkali menempatkan Indonesia pada posisi sulit, karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan acapkali menempatkan Indonesia pada sasaran tudingan yang tidak adil. 2. Dukungan terhadap pengesahan konvensi ini akan menjadi solusi kepedulian masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam bersama dengan penganut agama lainnya untuk sungguh-sungguh menganggap dan menempatkan teroris sebagai bahaya dan ancaman bagi kemanusiaan dan peradaban, sehingga menjadi keharusan bangsa Indonesia tanpa memandang etnik, suku, budaya

5 untuk bersama-sama memerangi tindak terorisme bukanlah sebuah tekad retorika, tetapi sudah tercermin secara formal sebagai komitmen seluruh bangsa Indonesia yang sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. 3. Fraksi Partai Bintang Reformasi menghargai dan mendukung sepenuhnya pengesahan kedua RUU tersebut, sehingga menjadi bukti konkret bahwa bangsa Indonesia menjadi bagian dari kekuatan dunia internasional untuk memerangi tindak terorisme. Di sisi lain, eksistensi Indonesia sebagai negara berdaulat harus mampu menyelesaikan persoalan atas dasar kedaulatan sebagai bagian dari dunia internasional. Untuk itu, menyatakan perang terhadap terorisme memerlukan kebersamaan dan komitmen seluruh negara yang menghargai nilai-nilai yang egaliter, kemanusiaan dan peradaban. 4. Fraksi Partai Bintang Reformasi merasa perlu mengingatkan agar pengesahan 2 (dua) RUU yang terkait dengan upaya memerangi tindak pidana terorisme menempatkan asa keadilan dan kebersamaan sebagai nilai dasar penting. Urgensi keadilan mutlak diperlukan karena banyak analisis akademik dan empirik membuktikan bahwa salah satu akar merebaknya terorisme adalah ketakadilan. Dengan demikian, menegakkan keadilan akan menjadi solusi efektif dalam memerangi tindak terorisme. Mengedepankan keadilan dalam pemberantasan terorisme juga akan menempatkan secara proporsional atas dasar fakta-fakta obyektif sikap dan perilaku siapapun sebagaimana jatidiri hukum, yang menempatkan semua manusia dalam posisi yang sama. Asas kebersamaan, tidak kalah penting dalam pemberantasan tindak terorisme. Apalagi kemajuan teknologi telah menghilangkan batas hubungan antara negara dan menempatkan semua negara dalam keterkaitan strategis. Kebersamaan dalam konteks ini terutama menyangkut kerja sama saling memberikan informasi serta upaya sungguh-sungguh dalam tindakan konkret. Sebuah negara yang memiliki kemampuan teknologi tinggi, yang mampu menangkap gerakan terorisme yang akan terjadi di sebuah negara, seharusnya dan bahkan idealnya ditegaskan dalam konvensi ini untuk wajib memberitahukan kepada aparat hukum negara pihak yang menjadi sasaran tindak terorisme. 5. Selama ini Fraksi PBR melihat sinyalsinyal tentang terjadinya terorisme yang diketahui oleh beberapa negara yang memiliki teknologi canggih, lebih banyak hanya diungkap dalam bentuk retorika yang cenderung hanya menciptakan kebingungan dan ketidakpastian serta kekisruhan disertai kekalutan ekonomi. Travel Warning misalnya, lebih sering diungkapkan ketimbang pemberitahuan data akurat tentang akan terjadi tindak terorisme. Ada semacam sikap memancing di air keruh dari beberapa negara tertentu bila negeri ini mengalami musibah menjadi korban tindak terorisme. Sering tertangkap kesan mengemukanya egoisme sempit yang lebih bersifat kepentingan ekonomi dari beberapa negara tertentu. Sikap ini tentu tidak diinginkan dan tidak diharapkan serta

6 tidak sejalan semangat yang ada pada dua konvensi PBB yang bertujuan untuk memerangi tindak terorisme. Pimpinan dan Para Anggota Dewan yang kami hormati, Dengan dasar pemikiran tersebut, Fraksi Partai Bintang Reformasi mendukung eksistensi dan pengesahan 2 (dua) RUU tersebut, dengan senantiasa berorientasi kepada asas kesetaraan, keadilan dan kebersamaan. Demikianlah Pendapat Fraksi Partai Bintang Reformasi. Semoga Allah SWT selalu meridhoi ikhtiar dan kerja keras kita bersama untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan bermartabat. Billahit Taufiq Wal Hidayah, Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI Jakarta, 7 Maret 2006 BURSAH ZARNUBI, SE. / A 292 Ketua dr. DIAH DEFAWATI ANDE / A 298 Sekretaris