Executive Summary EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INATRADE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Executive Summary EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INATRADE"

Transkripsi

1 Executive Summary EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INATRADE Sistem perijinan INATRADE yang dibangun oleh Kementerian Perdagangan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi biaya transaksi melalui peningkatan efisiensi waktu, biaya dan akurasi data dalam proses penanganan perijinan dalam rangka mendukung pelaksanaan Indonesia National Single Window (INSW) dan meningkatkan daya saing nasional melalui. Melalui sistem tersebut, diharapkan proses pengajuan perijinan menjadi lebih mudah dan cepat karena diakses secara online; memiliki document tracking untuk mengetahui sampai dimana proses dokumen yang diajukan; mengurangi penggunaan kertas (paperless); monitoring lebih baik; database perijinan lengkap; verifikasi dokumen secara otomatis karena memiliki akses ke Government Agency (GA) yang terkait dengan ekspor dan impor; serta mempercepat Customs Clearance. Namun demikian, sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan No. 28/M-DAG/PER/6/2009 terkait Sistem Perijinan Online, hanya sekitar 6,8% dari perusahaan yang telah menggunakan hak aksesnya dalam melaksanakan perijinan dengan sistem elektronik untuk periode 30 Juni 2009 sampai dengan 20 Oktober Berkaitan dengan fakta tersebut, maka kajian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan mengenai permasalahan dan hambatan dalam implementasi INATRADE, manfaat yang diperoleh pelaku usaha baik sebelum maupun sesudah penerapan INATRADE, bagaimana sosialisasi yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah adanya INATRADE, bagaimana meningkatkan pemanfaatan INATRADE, serta bagaimana strategi kebijakan optimalisasi manfaat INATRADE dalam rangka memperlancar arus barang di Indonesia. Kajian ini pada dasarnya menggunakan metode survei lapangan dengan responden pengguna sistem INATRADE. Survei dilakukan melalui wawancara baik secara langsung dan tidak langsung melalui web INATRADE, namun secara keseluruhan kuesioner diberikan kepada responden untuk kemudian dikembalikan kepada tim pengkaji dimana pertanyaan yang digunakan dibuat terstruktur. Penyajian hasil survei menekankan pada analisa deskriptif berdasarkan temuan di lapangan. Manfaat Sebelum dan Sesudah Penerapan INATRADE Untuk menilai manfaat sebelum dan setelah penerapan INATRADE, responden dikelompokkan menjadi dua yaitu mereka yang baru pertama kali menggunakan INATRADE dan kelompok responden yang sudah menggunakan INATRADE terlebih dahulu. Manfaat sebelum dan sesudah penerapan INATRADE dilihat dari beberapa aspek diantaranya kemudahan dalam mengakses sistem, pemonitoran proses perijinan, dan proses kelengkapan dokumen. Manfaat yang diperoleh responden terhadap kemudahan dalam mengakses sistem INATRADE terhitung tinggi. Bagi responden yang menggunakan INATRADE pertama kali, merasakan manfaat kemudahan dalam mengakses INATRADE yang lebih besar (95,15%) dibandingkan responden yang sudah terlebih dahulu menggunakan (84,78%). Manfaat yang diperoleh responden dalam mengecek atau memonitor ijin menunjukkan hal yang sama dengan sebelumnya dimana responden yang baru menggunakan INATRADE memberikan penilaian yang tinggi mencapai 93,65%. Sementara itu,

2 responden yang baru pertama kali menggunakan INATRADE merasakan manfaat kemudahan dalam proses kelengkapan dokumen sebesar 93,55%. Selain manfaat penggunaan INATRADE, dilakukan pula penilaian terhadap kejelasan informasi yang berguna untuk meningkatkan efisiensi proses perijinan melalui prosedur, syarat, biaya, dan waktu. Kelompok responden yang baru pertama kali menggunakan INATRADE memberikan penilaian yang tinggi terhadap kejelasan informasi (83,61%) daripada responden yang sudah menggunakan INATRADE terlebih dahulu. Penilaian responden terkait kejelasan prosedur dan syarat menunjukkan bahwa penilaian responden yang sudah menggunakan INATRADE terlebih dahulu memberikan penilaian yang lebih tinggi dibandingkan pengguna pemula Bagi kelompok responden yang pertama kali menggunakan INATRADE, seluruh responden mengganggap biaya yang dibebankan sudah jelas untuk pengurusan prosedur perijinan. Namun ketika ada penambahan intensitas pengurusan dokumen, penilaian responden cenderung beragam bahkan terdapat banyak ketidakpastian dengan persentase penilaian responden yang cukup besar dalam menjawab tidak jelas dan kurang jelas, masing-masing sebesar 40% dan 30%. Sementara itu, mayoritas bahkan seluruhnya memberikan penilaian cukup jelas terkait ketepatan waktu dokumen yang berhasil diajukan. Namun bagi kelompok responden yang sudah pernah menggunakan sistem tersebut, hanya separuh kelompok responden tersebut yang memberikan penilaian cukup jelas untuk ketepatan waktu. Temuan ini memberikan indikasi bahwa untuk efisiensi dari implementasi INATRADE perlu ditingkatkan karena dari segi biaya dan waktu dirasa masih kurang bagi responden. Evaluasi Implementasi Sistem INATRADE Survei yang dilakukan dalam studi evaluasi pelaksanaan INATRADE ini memperoleh 119 responden perusahaan yang telah mencoba layanan publik satu pintu melalui sistem INATRADE. Responden yang menjadi narasumber kuesioner sistem INATRADE yang Jakarta menempati porsi terbesar yaitu 24,37% kemudian diikuti Medan (10,08%), Bekasi (8,4%), Tangerang (7,56%), Semarang (5,88%), Bandung (5,04%), Bogor (4,2%) dan kota-kota lain di Indonesia. Responden berjenis kelamin pria, lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Sebagian besar responden (84,04%) menjawab penggunaan INATRADE mudah yang menunjukkan bahwa sistem perijinan online INATRADE sudah cukup user friendly. Sementara responden yang menjawab tidak mudah dalam menggunakan sistem sebagian besar dikarenakan koneksi internet lambat (45,45%) dan beberapa responden juga tidak paham tahapan penggunaan sistem perijinan online INATRADE (36,36%). Menurut pendapat responden, sebagian besar merasakan kemudahan layanan mengecek atau memonitor ijin dengan presentase yaitu sebesar 84,04%, Bagi responden yang menjawab tidak merasakan kemudahan pelayanan INATRADE dalam mengecek atau memonitor ijin, alasan terbanyak karena informasi sulit didapat dari situs INATRADE dan sistem tidak meng-update ijin pemohon (masing-masing sebesar 25,00%). Kemudian diikuti karena alasan sistem sering error, sistem sering keliru menampilkan status ijin pemohon, dan konfirmasi via sering tidak dibalas oleh petugas (masing-masing sebesar 16,67%). Terkait waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan dokumen melalui sistem INATRADE, sebagian besar responden memberikan penilaian yang baik terhadap

3 kecepatan pengurusan dokumen melalui sistem INATRADE. Beberapa responden (35,29%) menjawab butuh waktu tiga hari untuk pengurusan dokumen, sedangkan mayoritas responden menjawab lebih dari 14 hari waktu yang diperlukan untuk mengurus dokumen (46,22%). Padahal jumlah hari yang dibutuhkan bisa lebih singkat menjadi 3 hari sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Pengguna INATRADE merasa dibantu dalam proses kelengkapan dokumen dengan prosentase sebesar 83,19%. Namun ada pula yang merasakan tidak terbantudengan alasan informasi item kelengkapan dokumen tidak disajikan secara lengkap (40%), sering munculnya item dokumen tambahan (33,33%), dan adanya perbedaan item dokumen yang muncul disitus dengan yang ada di petugas lapangan (26,67%). Praktis tidaknya sistem INATRADE juga menjadi penilaian bagi pengguna. Sebanyak 83,19% responden menyatakan sistem INATRADE praktis, sedangkan 10,92%. Responden lainya mengatakan bahwa sistem tersebut tidak praktis. Penilaian ini termasuk baik mengingat sistem INATRADE masih tergolong baru. Kepraktisan yang dirasakan pengguna tentunya sejalan dengan visi sistem ini diadakan sebagai media pengurusan dokumen terkomputerisasi yang praktis dan efisien. Kendala ketidakpraktisan bagi sebagian responden disebabkan karena pada tahapan pengisian masih berbelit (30,77%), terlalu banyaknya pihak yang terlibat (30,77%), selain itu lokasi pengurusan yang tidak satu atap (23,08%), dan bahasa yang digunakan sulit dipahami bagi beberapa responden (15,38%). Tingkat kejelasan informasi yang diberikan sistem INATRADE diukur dengan empat indikator pengukuran yaitu prosedur, syarat, waktu, dan biaya. Meskipun bagi mayoritas responden menyatakan bahwa sistem ini memberikan informasi yang jelas (93%), namun keempat komponen indikator pengukuran tingkat kejelasannya dirasa masih kurang memuaskan dimana persentase kekurangjelasan setiap komponen yaitu prosedur (88,89%), syarat (66,67%), waktu (61,11%), dan biaya (73,33%). Ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sistem INATRADE haruslah mudah dipahami, tidak bermakna ganda, dan dapat menyesuaiakan dengan tingkat pendidikan pengguna yang beragam. Terkait dengan keberadaan jasa perantara, mayoritas responden (68,91%) menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan adanya jasa perantara dalam pengurusan perijinan secara online. Sedangkan sebanyak 25,21% responden menyatakan bahwa kemungkinan jasa perantara itu ada dalam pengurusan perijinan meskipun sudah ada penerapan sistem INATRADE. Bagi responden yang menjawab ada kemungkinan jasa perantara, mereka menyatakan bahwa keberadaan jasa perantara tidak mengganggu (50%). Sedangkan responden yang menyatakan bahwa keberadaan jasa perantara tersebut sangat mengganggu dan mengganggu hanya sebesar 18,42% dan 26,32%. Bahkan ada juga responden yang merasa diuntungkan dengan adanya jasa perantara yaitu sebesar 5,26% Beberapa responden yang menggunakan jasa perantara juga perlu mengalokasikan waktu untuk bertemu sehingga kepastian selesainya dokumen bisa dipantau. Hampir separuh responden menjawab beberapa kali untuk sebagian kecil tahapan, sedangkan yang melakukan pertemuan hanya sekali pertemuan sebanyak 46,15%. Adapula responden yang perlu bertemu setiap kali untuk sebagian tahapan proses perijinan dengan persentase sebesar 3,85%. Ini menunjukkan bahwa responden yang menggunakan jasa

4 perantara masih belum yakin jika prosedur yang sedang diurus tidak dapat selesai sebagaimana yang diharapkan atau tepat waktu Sementara itu, keinginan untuk bertemu dari pemohon kepada pihak perantara mempunyai latar belakang motivasi yang beragam. Sebagian besar pertemuan tersebut karena untuk melengkapi sejumlah persyaratan yang kurang dan mempercepat waktu pengurusan, masing-masing sebesar 37,5%. Alasan berikutnya adalah mengambil dokumen yang sudah jadi (15%), menjalin perkenalan dengan petugas (7,5%) dan menegoisasikan biaya tambahan untuk kecepatan dokumen (2,5%). Kelima motivasi tersebut bersifat jamak dan memunculkan potensi biaya tambahan yang dikenakan kepada pengguna Pengurusan dokumen dengan sistem INATRADE juga memberikan peluang munculnya keluhan dari pengguna. Berdasarkan hasil survei menyatakan bahwa mayoritas responden (68,07%) belum pernah mengajukan keluhan kepada petugas. Sedangkan responden yang sudah pernah mengajukan keluhan kepada petugas hanya sebesar 26,05%. Tingginya responden yang menjawab belum pernah mengajukan keluhan kepada petugas perlu diapresiasi bagus artinya sistem ini telah mampu mengakomodir kepentingan pengguna dalam mengurus perijinan yang lebih mudah. Sementara itu, keluhan yang diajukan pengguna juga direspon dengan baik oleh petugas Mayoritas responden yang memberikan penilaian positif terhadap tanggapnya komplain yang diajukan membuktikan keseriusan lembaga pengelola sistem untuk terus menyempurnakan dan memperbaiki INATRADE. Kesimpulan dan Saran Hasil temuan dari studi implementasi pelaksanaan INATRADE dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem INATRADE masih memiliki beberapa permasalahan dan hambatan. Permasalahan yang dirasakan oleh pengguna INATRADE diantaranya mengenai kesulitan memperoleh informasi dari situs INATRADE, perbedaan item dokumen disitus dengan petugas lapangan, dan pengguna belum cukup paham tahapan penggunaan INATRADE dikarenakan penggunaan bahasa yang sulit dipahami Sistem INATRADE telah disarakan manfaatnya bagi mayoritas penggunanya, baik berupa kemudahan dalam mengakses, kemudahaan dalam mengecek atau memonitor, maupaun kemudahan dalam membantu proses kelengkapan dokumen. Mayoritas responden merasakan peningkatan manfaat dan terbantu dengan sistem INATRADE terutama dalam bentuk kepraktisan pengurusan beragam dokumen perjinan. Sistem INATRADE memberikan kemungkinan yang kecil bagi jasa perantara untuk terlibat dalam pengurusan dokumen. Meskipun jumlahnya kecil, namun latar belakang motivasi pengguna INATRADE untuk bertemu dengan perantara patut dicermati. Sebagian besar pertemuan tersebut karena untuk melengkapi sejumlah persyaratan yang kurang dan mempercepat waktu pengurusan, mengambil dokumen yang sudah jadi, menjalin perkenalan dengan petugas, dan menegoisasikan biaya tambahan untuk kecepatan dokumen. Kelima motivasi tersebut bersifat jamak dan memunculkan potensi biaya tambahan yang dikenakan kepada pengguna Terakhir, pengelola sistem INATRADE dinilai telah memperhatikan dan proaktif terhadap komplain atau pengaduan yang diajukan oleh pengguna. Sebagian besar responden memberikan penilaian sangat baik dan baik terkait respon petugas terhadap

5 pengajuan komplain atau pengaduan. Hal ini membuktikan keseriusan lembaga pengelola sistem untuk terus menyempurnakan dan memperbaiki INATRADE. Hasil kajian ini pada gilirannya menuntut pengelolan sistem INATRADE untuk meningkatkan kinerja sehingga dapat memacu perbaikan prosedur pengurusan ijin via INATRADE secara keseluruhan. Adapun saran yang dapat dijadikan solusi implementatif bagi perbaikan system INATRADE adalah sebagai berikut: Sistem INATRADE perlu mempertimbangkan adanya kegiatan sosialisasi dan mekanisme pemanduan serta pendampingan terhadap pengguna yang dilakukan secara massif hingga tingkat daerah atau SKPD teknis. Sistem INATRADE perlu memperbaiki tampilan, pilihan kosakata, dan kinerja karena masih ada responden yang mengeluhkan sistem sering error, tahapan pengisian masih berbelit, bahasa yang digunakan sulit dipahami, serta terlalu banyak pihak yang terlibat. Sistem INATRADE sebaiknya memberikan kepastian tidak adanya perantara dalam pengurusan dokumen yang sudah terkomputerisasi. Sistem INATRADE perlu memberikan jaminan kepastian dan ketepatan waktu terhadap prosedur pengurusan dokumen yang sedang diajukan oleh pemohon

6 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang National Single Window (NSW) yang dibangun oleh Indonesia dilaksanakan dengan menggunakan prinsip yang sedikit lebih jika dibandingkan prinsip yang dalam perjanjian ASEAN Single Window (ASW) yaitu untuk meningkatkan efisiensi pelayanan dalam penyelesaian dokumen, customs clearance dan cargo release sekaligus berfungsi untuk meningkatkan efektivitas pengawasan ekspor impor. NSW merupakan sistem pelayanan yang memiliki 2 sub sistem pelayanan yaitu trade net dan port net dengan tujuan untuk kelancaran dokumen dan kelancaran arus barang; melayani kegiatan ekspor tidak hanya dengan negara-negara ASEAN namun juga semua negara. Di dalam sistem Indonesia National Single Window (INSW) dapat menyampaikan data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information) seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2008, selain itu juga dalam sistem ini dapat melakukan pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron (single and synchronous processing of data and information), termasuk pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang ( single decision making for customs clearance and release of cargoes). Di Indonesia sistem NSW dilakukan secara bertahap untuk aktivitas impor, ekspor, arus komoditi, aktivitas pelabuhan, instansi yang terlibat serta kelembagaanya. Untuk pelayanan impor dilakukan sejak 17 Desember 2007 dan hingga saat ini sudah diterapkan 1

7 secara mandatory di 5 (lima) pelabuhan utama, yaitu Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Belawan dan Bandara Soekarno Hatta. Pada saat implementasi NSW tahap nasional pada Oktober 2010, seluruh perijinan dikirim ke portal NSW baik yang proses pengajuannya masih dilakukan secara manual maupun yang sudah dilakukan secara online. Sejak diterapkannya, Kementerian Perdagangan telah menerima pengajuan sebanyak 53 (lima puluh tiga) perijinan impor secara online melalui portal NSW. Untuk mempercepat proses customs clearance sampai dengan akhir tahun 2009 sisa perijinan impor yang diproses secara manual dikirimkan ke portal NSW melalui webservice INATRADE. Sehingga sampai dengan saat ini seluruh perijinan impor (78 perijinan) telah dikirim ke portal NSW. Selain itu juga, Laporan Surveyor (LS) dan Certificate of Inspection (COI) untuk impor juga telah dikirim ke portal NSW melalui INATRADE (Ditjen Daglu, 2011). Sementara untuk sistem NSW pelayanan ekspor penerapannya diawali dengan penerapan secara mandatory di pelabuhan Tanjung Perak pada tanggal 18 Januari 2010, kemudian di Tanjung Emas mulai tanggal 17 Juni 2010, pelabuhan Belawan mulai tanggal 15 Juli 2010, Tanjung Priok mulai tanggal 5 Agustus 2010 dan di bandara Soekarno Hatta pada tanggal 23 September Terkait dengan perijinan ekspor tersebut telah dibangun sistem Surat Keterangan Asal (SKA) otomasi/online di 28 (dua puluh delapan) Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) guna mempercepat layanan publik terkait dengan penerbitan SKA dan 57 (lima puluh tujuh) IPSKA yang melaksanakan penerbitan secara manual sehingga total sudah ada 85 (delapan puluh lima) IPSKA. 2

8 Beberapa upaya diperlukan untuk mengurangi biaya transaksi melalui peningkatan efisiensi waktu, biaya dan akurasi data dalam proses penanganan perijinan dalam rangka mendukung pelaksanaan Indonesia National Single Window (INSW) dan meningkatkan daya saing nasional serta meningkatkan fasilitasi perdagangan dalam menghadapi persaingan global, adalah salah satunya pembuatan sistem perijinan INATRADE oleh Kementerian Perdagangan. Sistem perijinan ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 28/M-DAG/PER/6/2009. Tujuan diterapkannya sistem perijinan INATRADE sebagai pendukung NSW dan ASW adalah agar proses pengajuan perijinan menjadi lebih mudah dan cepat karena diakses secara online melalui internet tanpa perlu melakukannya secara manual; memiliki document tracking untuk mengetahui sampai dimana proses dokumen yang diajukan; mengurangi penggunaan kertas (paperless); monitoring lebih baik; database perijinan lengkap; verifikasi dokumen secara otomatis karena memiliki akses ke Government Agency (GA) yang terkait dengan ekspor dan impor; serta mempercepat Customs Clearance (Ditjen Daglu, 2011). Sistem INATRADE tidak hanya digunakan untuk mengajukan perijinan secara online namun juga dapat digunakan untuk melihat status proses perijinan manual yang diajukan oleh pemohon perijinan pada Ditjen Perdagangan Luar Negeri. Disamping itu, laporan realisasi yang harus disampaikan oleh importir atau eksportir telah dapat dikirimkan melalui website tersebut, sehingga importir maupun eksportir tidak perlu lagi datang ke Kementerian Perdagangan untuk menyampaikan file hardcopy. Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan No. 28/M-DAG/PER/6/2009 terkait Sistem Perijinan 3

9 Online pada 30 Juni 2009 sampai dengan 20 Oktober 2010 ada sebanyak perusahaan yang telah memiliki hak akses, namun pada kenyataannya dari perusahaan tersebut hanya sekitar 6,8% yang telah menggunakan hak aksesnya untuk melaksanakan perijinan dengan sistem elektronik (Ditjen Daglu, 2011). Berkaitan dengan fakta bahwa rendahnya pemanfaatan hak akses dalam sistem perijinan INATRADE di atas, maka kajian ini mencoba untuk menjawab pertanyaan bagaimana permasalahan dan hambatan dalam implementasi INATRADE, bagaimana manfaat yang diperoleh pelaku usaha baik sebelum maupun sesudah penerapan INATRADE, bagaimana sosialisasi yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah adanya INATRADE, bagaimana meningkatkan pemanfaatan INATRADE, serta bagaimana strategi kebijakan optimalisasi manfaat INATRADE dalam rangka memperlancar arus barang di Indonesia maka dilakukan kajian mengenai Evaluasi Implementasi INATRADE Permasalahan Fakta sedikitnya pemanfaatan hak akses yaitu sebesar 6,8% dari pemilik hak akses, maka permasalahan yang akan diangkat dalam kajian ini adalah: 1. Apa permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam implementasi INATRADE dalam rangka mendukung INSW? 2. Manfaat apa yang diperoleh baik sebelum maupun sesudah penerapan INATRADE? 3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah penerapan INATRADE? 4. Bagaimana peningkatan pemanfaatan INATRADE? 4

10 5. Bagaimana rekomendasi kebijakan optimalisasi manfaat INATRADE dalam rangka memperlancar arus barang di Indonesia? 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian ini adalah sistem perijinan online INATRADE di Kementerian Perdagangan, dilihat dari manfaat yang diperoleh seperti waktu, transparansi, akurasi, biaya, dan sosialisasi sistem tersebut Tujuan Secara umum kajian ini bertujuan: 1. Mengetahui permasalahan dan hambatan dalam implementasi INATRADE; 2. Mengetahui manfaat sebelum dan sesudah penerapan INATRADE 3. Mengetahui bagaimana sosialisasi sebelum dan sesudah adanya INATRADE 4. Mengetahui peningkatan pemanfaatan INATRADE 5. Menghasilkan bahan rekomendasi dalam menyusun kebijakan optimalisasi manfaat INATRADE dalam rangka memperlancar arus barang di Indonesia. 5

11 2 STUDI EMPIRIS 2.1. Gambaran Asean Single Window (ASW) dan National Single Window (NSW) Pengembangan dan implementasi ASEAN Single Window (ASW) telah menjadi komitmen para kepala pemerintahan di kawasan ASEAN untuk meningkatkan fasilitasi perdagangan dengan menyediakan platform yang terintegrasi antara institusi pemerintah dengan pengguna akhir seperti operator transportasi dan operator logistik dalam pergerakan barang. Negara-negara anggota ASEAN telah berupaya dengan sungguh-sungguh membangun ASW dengan meletakkan fondasi yang kuat yang fokus pada keamanan interoperabilitas dan inter-konektivitas berbagai sistem otomasi pengolahan informasi. Inisiatif strategis ini dimaksudkan mendukung proses integrasi ekonomi bagi terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN sebelum tahun 2015 dan dapat dijadikan momentum bagi negara anggota ASEAN untuk mengakselerasi perbaikan sistem pelayanan terpadu dalam transaksi perdagangan internasional. Landasan Hukum Pembentukan ASEAN Single Window Kesepakatan para Pemimpin negara anggota ASEAN yang dikenal dengan Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II) tahun 2003 yang ditandatangani oleh seluruh Pemimpin Negara-negara ASEAN mengenai visi integrasi ekonomi untuk membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2020 (yang kemudian dipercepat menjadi 2015) merupakan mandat secara politis untuk 6

12 pembangunan sistem ASEAN Single Window. Deklarasi tersebut ditindaklanjuti oleh Menteri-menteri Ekonomi negara ASEAN dengan penandatanganan Persetujuan untuk Membangun dan Melaksanakan ASEAN Single Window (Agreement to Establish and Implement The ASEAN Single Window), dikenal dengan nama ASW Agreement, pada tanggal 9 Desember 2005 di Kuala Lumpur, dimana dari Indonesia diwakili oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan ASW Agreement tersebut, penjelasan teknis lebih lanjut dituangkan kedalam Protokol untuk Membangun dan Melaksanakan ASEAN Single Window (Protocol to Establish and Implement The ASEAN Single Window), dikenal dengan nama ASW Protocol, yang ditandatangani secara sirkulasi oleh para Menteri Keuangan pada tanggal 20 Desember Penandatanganan ASW Agreement and ASW Protocol merupakan milestone dimulainya pembentukan Single Window di regional ASEAN. Pengertian, Tujuan, dan Konsep Single Window ASEAN Single Window merupakan suatu lingkungan fasilitasi perdagangan yang beroperasi berdasarkan pada parameter standar informasi, prosedur, formalitas, praktekpraktek terbaik internasional yang relevan untuk proses pelepasan dan penyelesaian kepabeaan (release and clearance) kargo di titik masuk ASEAN di bawah sistem kepabeanan tertentu (impor, ekspor, dan sebagainya). Hal tersebut ditujukan untuk mempercepat pelepasan kargo yang diangkut ke dan dari ASEAN dalam rangka untuk mengurangi biaya transaksi dan waktu yang dibutuhkan di wilayah tersebut. ASW juga 7

13 harus dilihat sebagai bagian dari rantai pasokan global dan industri logistik yang bekerja untuk merealisasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang efektif. Perspektif pengembangan ASW terdiri dari suatu kolaborasi yang harmonis dan kemitraan antara Administrasi Pabean dan instansi pemerintah, serta aktor-aktor ekonomi dan para operator (misalnya importir, eksportir, operator transportasi, broker pabean, forwarder, entitas perbankan komersial dan lembaga keuangan, asuransi, dan sejenisnya) dalam kerangka rantai pasokan internasional di mana transaksi internasional berlangsung. ASW dan National Single Windows (NSW) beroperasi di lingkungan terbuka (fungsional dan teknis) yang memberikan peluang lebih lanjut bagi hubungan operasional untuk sistem kliring lain terhadap negara lain setelah kondisi siap. Batasan ASW yang disepakati sejauh ini adalah suatu lingkungan dimana NSW dari negara-negara anggota ASEAN beroperasi dan berintegrasi. NSW sendiri didefinisikan sebagai sebuah sistem yang memungkinkan dilakukannya: a) Satu pengajuan data dan informasi (a single submission of data and information); b) Suatu sistem pemrosesan yang terintegrasi (a single and synchronous processing of data and information); c) Keputusan tunggal/akhir dalam proses penyelesaian pabean (a single decision-making for customs release and clearance). Pembuatan keputusan tunggal diartikan sebagai satu titik ujung keputusan penyelesaian barang oleh pabean berdasarkan keputusan-keputusan (yang relevan atas barang tersebut) dari departemen/lembaga terkait yang disampaikan tepat waktu kepada Pabean. 8

14 ASW adalah lingkungan di mana sepuluh NSW (merepresentasikan jumlah negara anggota ASEAN) beroperasi dan berintegrasi untuk mempercepat pelepasan dan penyelesaian pabean. Cara kerja ASW didasarkan pada hubungan antara aktor ekonomi dalam bentuk Pemerintah-ke-Pemerintah, Pemerintah-ke-Bisinis, Bisnis-ke-Bisnis atau Bisnis-ke-Pemerintah. Sistem ini juga bekerja dalam konteks peningkatan penyederhanaan dan harmonisasi prosedur kepabeanan dan formalitas serta standardisasi dari parameter informasi dengan standar internasional. ASW menerapkan pengolahan informasi yang canggih (Teknologi Informasi dan Komunikasi-TIK), dan mengintegrasikan dirinya melalui lingkungan jaringan yang aman. Model konseptual ASW adalah sebagai berikut: Gambar 1. Model Konseptual ASEAN Single Window Sumber: ASW Technical Guide,

15 Dalam konsep yang lebih luas, ASW beroperasi di lingkungan yang terdiri dari fitur sinkronisasi progresif dan proses integrasi dan parameter informasi yang terstandarisasi oleh pihak terkait (pemerintah dan bisnis). Pengolahan hubungan konseptual dan fungsional dalam Model Konseptual ASW adalah sebagai berikut: Gambar 2. Diagram Alur Pengelolaan Informasi ASEAN Single Window Sumber: ASW Technical Guide, 2006 Pada tingkat nasional, terdapat enam area utama pengolahan informasi dan data yang terkoordinasi untuk proses penyelesaian yang lebih cepat seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2. Area tersebut memperhatikan transaksi rinci antara pemerintah dan lembaga administrasi, agen ekonomi dan operator (misalnya importir, eksportir, operator transportasi, 10

16 broker pabean, forwarder, entitas perbankan komersial dan lembaga keuangan, asuransi, dan sejenisnya), dan penyelesaian prosedur oleh otoritas manajemen di setiap bagian (manajemen perdagangan, bea cukai dan manajemen pajak, dan lain-lain). Area pengolahan informasi di NSW meliputi a) Pabean; b) Instansi Pemerintah lainnya (OGAs); c) Industri Perbankan dan Asuransi; d) Industri Transportasi; e) Dunia Usaha; dan f) Mata Rantai ASEAN/ Internasional. Struktur tersebut juga menjelaskan bahwa, meskipun Administrasi Pabean merupakan komponen vital dari sebuah national single window, kerjasama dan keterlibatan komponenkomponen lain sangat menentukan apakah sebuah sistem pelayanan kepabeanan memenuhi kriteria sebagai sistem single window. Bahkan terdapat mata rantai ASEAN/Internasional yang memungkinkan hubungan komunikasi data antar 10 (national) single window di ASEAN bahkan dimungkinkan dengan entitas non-asean. Perlu diingat bahwa NSW diupayakan untuk menjadi poros (hub) yang netral, aman dan handal untuk bisnis, industri dan pemerintah untuk berkomunikasi, bertukar dan mengolah informasi perdagangan dan logistik dalam rangka mewujudkan proses penyelesaian perizinan barang dan komoditas yang efisien. Model konseptual NSW adalah sebagai berikut: 11

17 Gambar 3. Model Konseptual National Single Window Sumber: ASW Technical Guide, 2006 ASW dan NSW berkerja di lingkungan yang lebih global untuk meningkatkan efisiensi perdagangan dan daya saing. Peningkatan daya saing untuk transaksi internasional pada perekonomian regional ditempuh melalui: Standardisasi perdagangan terkait data dan informasi yang sesuai; Standarisasi dan harmonisasi dokumen dan formalitas dengan standar dan konvensi internasional; Penyederhanaan dan standarisasi alur proses bisnis yang berhubungan dengan perizinan kargo; dan Pengembangan kerangka hukum yang tepat. 12

18 ASW dan NSW berfungsi untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi berdasarkan penyederhanaan, standarisasi dan modernisasi prosedur, praktek dan parameter informasi yang relevan untuk manajemen perdagangan dan kepabeanan kargo, dengan maksud untuk mencapai rilis barang dan pengiriman yang lebih pasti dan cepat di kawasan ASEAN. Pelaksanaannya akan dipengaruhi oleh upaya-upaya kolektif oleh kementerian dan lembaga, khususnya Administrasi Pabean. ASW dan NSW dibentuk untuk mempromosikan integrasi regional melalui ASEAN Economic Community melalui perbaikan kompatibilitas sistem fungsional transaksi perdagangan internasional, manajemen perdagangan (termasuk sistem release dan clearance) dan kontrol oleh para pemangku kepentingan di masing-masing negara. Tujuan dibangunnya sistem NSW dan ASW adalah untuk meningkatkan kinerja pelayanan atas lalu-lintas barang di kawasan ASEAN, khususnya yang menyangkut masalah kepabeanan dan kargo. Oleh karena itu ada 4 prinsip yang menjadi dasar bagi pengimplementasian sistem NSW dan ASW ini, yaitu konsistensi, simplifikasi, transparansi, dan juga efisiensi. Secara sederhana, apa yang dikehendaki oleh ASW Agreement tersebut adalah agar masing-masing negara ASEAN dapat membuat suatu Common-portal, yang memungkinkan dilakukannya pertukaran data dalam rangka customs clearance and cargo release dalam satu layanan tunggal elektronik. Common-portal yang ada di masing-masing negara ASEAN itulah yang kemudian diintegrasikan ke dalam common-portal ASW, sehingga memungkinkan dilakukannya pertukaran data dalam rangka customs clearance and cargo release secara lebih luas lagi ditingkat ASEAN. 13

19 ASW Agreement mengamanatkan negara-negara anggota ASEAN untuk membangun dan mengimplementasikan NSW secara tepat waktu dalam rangka pembentukan ASW. Negara ASEAN-6 yang meliputi Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand ditargetkan mengimplementasikan NSW masing-masing pada akhir tahun 2008, sedangkan negara ASEAN lainnya yang mencakup Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam diharapkan dapat mengoperasikan NSW-nya paling lambat pada akhir tahun Perkembangan INATRADE Tahapan pembangunan dan pengembangan NSW sampai saat ini telah mencapai implementasi tahap nasional untuk perizinan impor yang diresmikan oleh Presiden RI tanggal 29 Januari Mengingat besarnya cakupan sistem yang akan dibangun, kompleksitas permasalahan dan banyaknya instansi yang dilibatkan serta jumlah pengguna yang sangat besar, maka penerapan Sistem NSW di Indonesia dilakukan secara bertahap (Gambar 4). 14

20 Gambar 4. Tahapan Pembangunan NSW di Indonesia Sumber: Ditjen Daglu, 2011 Dalam rangka mendukung pelaksanaan Indonesia National Single Window (INSW), Kementerian Perdagangan telah membangun dan mengembangkan sistem perijinan secara elektronik melalui internet (e-licencing) dengan nama INATRADE. Sistem INATRADE mulai beroperasi sejak tanggal 17 Desember 2007 bersamaan dengan implementasi NSW Tahap I di pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai landasan hukum pembangunan dan pengembangan INATRADE telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan sebagai berikut : 15

21 a. Permendag No. 28/M-DAG/PER/6/2009, tentang Ketentuan Pelayanan Perijinan Ekspor Dan Impor Dengan Sistem Elektronik Melalui INATRADE Dalam Kerangka Indonesia National Single Window; b. Kepmendag No. 934/M-DAG/KEP/6/2009, tentang Pembentukan Tim Pengelola INATRADE; c. Perdirjen No. 14/DAGLU/KEP/8/2009, tentang Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) Registrasi Hak Akses INATRADE dan Dokumen Persetujuan Hak Akses INATRADE Dalam Kerangka Indonesia National Single Window; d. Permendag No. 32/M-DAG/PER/10/2010, tentang Unit Pelayanan Perdagangan (UPP); e. Permendag No. 40/M-DAG/PER/10/2010, tentang Jenis Perijinan Ekspor Dan Impor, Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) Dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) Dengan Sistem Elektronik Melalui INATRADE Dalam Kerangka Indonesia National Single Window. Berdasarkan Permendag tersebut di atas, Kementerian Perdagangan terus berupaya meningkatkan pelayanan publik khususnya pelayanan di Bidang Perdagangan Luar Negeri, salah satunya melalui penerapan INSW dan INATRADE yang perkembangannya cukup signifikan dalam mendorong kinerja pelayanan ekspor impor untuk mengatasi permasalahan yang menghambat kelancaran arus barang. Selain itu, website INATRADE dapat digunakan untuk mengajukan perijinan secara online, melihat status perijinan manual sehingga pelaku usaha tidak perlu lagi datang secara langsung ke kantor Kementerian Perdagangan, serta laporan realisasi yang harus 16

22 disampaikan oleh importir atau eksportir sebagai amanat Peraturan Menteri Perdagangan (Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia, 2010). Sejak diterapkan, Kementerian Perdagangan telah menerima pengajuan 53 (lima puluh tiga) jenis perijinan yang merupakan penyederhanaan dari 78 (tujuh puluh delapan) perijinan impor yang dapat diajukan secara online melalui website INATRADE ( ke portal INSW oleh seluruh importir yang terlebih dahulu mereka harus memiliki password dan user name sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan mempercepat proses customs clearance dengan mengirimkan sisa perijinan impor yang diproses secara manual ke portal INSW melalui webservice INATRADE, dengan demikian seluruh perijinan impor (53 perijinan) telah dikirim secara mandatory ke portal NSW secara elektronik untuk customs clearance (Gambar 5). Selain itu juga, terkait perijinan ekspor Kementerian Perdagangan telah membangun sistem SKA otomasi di 28 (dua puluh delapan) Instansi Penerbit SKA (IPSKA) serta telah mempercepat layanan publik terkait dengan penerbitan SKA. Selain perijinan impor melalui website INATRADE yang dikirim ke portal INSW, Laporan Surveyor (LS) dan Certificate of Inspection (COI) yang diterbitkan oleh Surveyor juga dikirimkan ke portal INSW. Sementara itu, dalam rangka uji coba NSW ekspor di pelabuhan Tanjung Perak, perijinan ekspor yang telah dikirimkan ke portal NSW sudah mencakup 5 (lima) perijinan, yaitu: Eksportir Terdaftar Rotan (ETR), Persetujuan Ekspor Rotan, LS Ekspor Rotan, Persetujuan Ekspor Migas dan Persetujuan Ekspor Skrap Logam. Dalam rangka mandatory NSW ekspor yang dilakukan bulan Oktober 2010, maka seluruh perijinan ekspor yang diterbitkan oleh Kementerian Perdagangan akan dikirim melalui 17

23 portal NSW yaitu terdiri dari 28 (dua puluh delapan) Perijinan Ekspor, 7 (tujuh) Laporan Surveyor (LS), serta 1 (satu) Perijinan Ekspor berupa Endorsement dari BRIK. Gambar 5. Skema INATRADE Dalam Rangka INSW & ASW Lembaga Lainnya * KSO, IPSKA, Disperindag dll Daglu PDN Bapebti Importir Eksportir e-bpom, Sister Karolin - Sipusra / Karantina INATRADE/ Kemendag Kementerian Lainnya SAP / Customs INSW ASW Sumber: Ditjen Daglu, Mekanisme Sistem Online INATRADE Aplikasi INATRADE merupakan aplikasi pengajuan perijinan ekspor-impor milik Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang dapat dilakukan secara online melalui internet, sangat mudah, dan efisien. Aplikasi INATRADE ini dapat digunakan para pelaku usaha dalam proses pengajuan permohonan perijinan baik ijin ekspor maupun impor. 18

24 Tatacara penggunaan pelayanan perijinan ekspor dan impor dengan sistem elektronik melalui aplikasi INATRADE, baik yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan maupun dalam panduan-panduannya, sebagai berikut : Penggunaan layanan online perijinan ekspor/impor melalui INATRADE, yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No : 28/M-DAG/PER/6/2009; Panduan penggunaan aplikasi INATRADE; Pendaftaraan registrasi untuk mendapatkan Hak Akses INATRADE dan kemilikan Kode Verifikasi data realisasi ekspor/impor yang dimiliki perusahaan. Adapun alur dari permohonan ijin melalui INATRADE adalah sebagai berikut: 1. Pelaku usaha membuka website INATRADE 2. Pelaku usaha melakukan login atau registrasi bagi yang belum memiliki user name dan password 3. Setelah melakukan pendaftaran, akan mendapatkan konfirmasi. Setelah itu segera datangi Unit Pelayanan Terpadu untuk validasi profile user dan perusahaan, selain itu harus menyerahkan dokumen yang dibutuhkan. 4. Petugas loket akan memeriksa kelengkapan dokumen pengaju perijinan. Setelah semuanya lengkap maka user pun telah selesai divalidasi dan dapat langsung digunakan. 5. Setelah melakukan login atau registrasi, pelaku usaha dapat mengajukan permohonan perijinan secara online dan melihat status perijinannya. 19

25 6. Setelah surat permohonan telah selesai diterbitkan, pelaku usaha dapat datang untuk mengambil perijinan tersebut (Ditjen Daglu, 2011). Layanan Aplikasi INATRADE Untuk masuk pada layanan aplikasi INATRADE terlebih dahulu user harus membuka website INATRADE yang ada di kemudian user bisa memilih apakah akan masuk pada konten Layanan Perdagangan Luar Negeri (DAGLU), Layanan Perdagangan Dalam Negeri (DAGRI), atau masuk pada konten Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Konten Layanan DAGLU dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, dimana dalam konten ini menyediakan layanan pengajuan permohonan perijinan secara online, dengan jenis layanannya sebagai berikut : Status Permohonan, layanan untuk mengecek status terkini permohonan perusahaan dengan mengisi data sesuai dengan lembar Tanda Terima Permohonan Perijinan; Laporan Realisasi, bagi perusahaan/importir/pelaku usaha yang ingin melaporkan data realisasi impor melalui form entry yang tersedia pada aplikasi INATRADE; Impor Barang Jadi, layanan untuk melakukan permohonan penetapan dalam daftar produsen yang dapat melakukan impor barang jadi; Daftar HS, Gunakan layanan ini untuk mengetahui HS diatur oleh ijin di Kementerian Perdagangan; Document Tracking untuk melihat alur proses permohonan perijinan yang diajukan; 20

26 Laporan Realisasi, untuk melaporkan setiap kegiatan importasi yang dilakukan melalui form entry yang tersedia pada aplikasi INATRADE; Larangan dan Pembatasan, konten bagi perusahaan/importir/pelaku usaha untuk dapat melihat barang-barang yang terkena larangan dan pembatasan impor. Sementara itu konten Layanan DAGRI, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, dengan menyediakan konten layanan online sebagai berikut: Pengajuan Online, perusahaan/importir/pelaku usaha dapat mengajukan permohonan perijinan secara online; Document Tracking, perusahaan/importir/pelaku usaha dapat melihat alur proses permohonan perijinan yang di ajukan; Cek Status Sertifikat, perusahaan/importir/pelaku usaha dapat melihat status sertifikat yang sudah diajukan; Berita, perusahaan/importir/pelaku usaha dapat melihat berita-berita terbaru mengenai perdagangan dalam negeri. Sedangkan konten BAPPEBTI, dilaksanakan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan perdagangan berjangka serta pasar fisik dan jasa. Adapaun BAPPEBTI menyediakan konten layanan online sebagai berikut: Resi Gudang Anda dapat melihat dan mencari resi gudang; Pasar Lelang, perusahaan/importir/pelaku usaha dapat melihat pasar lelang; 21

27 Harga Komoditi, perusahaan/importir/pelaku usaha dapat melihat harga-harga komoditi di seluruh Indonesia mulai level terbawah hingga teratas; Edukasi, perusahaan/importir/pelaku usaha dapat melihat glossary, brosur/leaflet dan artikel. Dalam setiap melakukan pengajuan perijinan online, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah kemudahan akses ke web, kemudahan mengakses form laporan realisasi ekspor/impor serta kepastian keamanan data, selain itu kemudahan melakukan registrasi untuk mendapatkan hak akses INATRADE harena 1 (satu) hak akses ini hanya diberikan kepada satu perusahaan. Dengan memiliki hak akses INATRADE, para pelaku usaha tidak perlu lagi memiliki Kode Verifikasi untuk setiap perijinan yang dimiliki perusahaan. Selain untuk melaporkan realisasi ekspor/impor secara online, hak akses juga dapat digunakan untuk mengajukan permohonan perijinan impor. 22

28 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Teori Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptifi, peneliti memungkinkan untuk 23

29 menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antarvariabel. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian deskriptif Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut: Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan. Membuat laporan penelitian Furchan (2004: ) menjelaskan, beberapa jenis penelitian deskriptif, yaitu; (1) Studi kasus, yaitu, suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan 24

30 ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis. (2) Survei. Studi jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasuskasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang halhal yang tidak nyata. (3) Studi perkembangan. Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan metode cross-sectional. (4) Studi tindak lanjut, yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu. (5) Analisis dokumenter. Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis. (6) Analisis kecenderungan. Yakni, analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi. (7) Studi korelasi. Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti. 25

31 3.2 Data dan Sumber Data Data primer diperoleh melalui survey dan focus group discussion (FGD) dengan pelaku usaha/importir. Survey telah dilakukan dibeberapa daerah yaitu Sulawesi Selatan, Batam, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, sedangkan FGD dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk importir, beberapa aspek yang digali informasinya meliputi: (i) Pengetahuan dan pemahaman pelaku usaha terkait perijinan impor online melalui INATRADE (ii) Kemudahan dalam mengakses sistem INATRADE (iii) Kejelasan informasi melalui sistem INATRADE (iv) Persepsi mengenai prosedur layanan perijinan INATRADE (v) Persepsi responden terhadap keberadaan sistem INATRADE Selain itu data primer juga diperoleh melalui benchmarking ke beberapa negara yaitu Taiwan, Korea Selatan dan Thailand untuk membandingkan sistem online yang mendukung NSW di masing-masing negara dengan diarahkan untuk hal-hal sebagai berikut: (i) (ii) Tujuan dari dikeluarkannya kebijakan perijinan online di masing-masing negara; Jenis dan jumlah perijinan yang ditangani secara online dan apakah menyatu dengan sistem NSW; (iii) Koordinasi sistem perijinan online antar instansi di masing-masing negara. Selain data primer, data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi di internet, yakni dari website INATRADE. 26

32 3.3 Metode & Instrumen Survey Survey lapangan dilakukan kepada pengguna sistem INATRADE. Survey dilakukan melalui wawancara baik secara langsung dan tidak langsung melalui web INATRADE, namun secara keseluruhan kuesioner diberikan kepada responden untuk kemudian dikembalikan kepada tim pengkaji dimana pertanyaan yang digunakan dibuat terstruktur. Sebelum survey dilaksanakan, kuesioner telah ditelaah dan direview sehingga diperoleh masukan baik dari kalangan akademisi serta pejabat, ketua, dan anggota tim pengkaji dari Kementrian Perdagangan yang berkepentingan terhadap kegiatan ini. Survey awal atau pre-test dilakukan sebelum pelaksanaan survey sesungguhnya, kemudian diperoleh masukan tentang pertanyaan yang sukar dipahami agar diperbaiki dan dimodifikasi untuk mempermudah pelaksanaan survey sesungguhnya. Kuesioner penelitian terdiri dari lima bagian, meliputi (1) pertanyaan saringan; (2) identitas responden; (3) pemanfaatan internet dalam perusahaan; (4) penggunaan sistem INATRADE; dan (5) persepsi responden terhadap keberadaan sistem INATRADE. Disamping itu, ada juga kuesioner tambahan untuk mengetahui sejauhmana pengalaman responden dalam menggunakan sistem INATRADE berkaitan dengan permohonan pengajuan ijin. Penyajian hasil survey menekankan pada analisa deskriptif berdasarkan temuan dilapangan. Hasil survey disajikan dalam bagian tersendiri yang merupakan output dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden, dalam hal ini adalah responden yang telah menggunakan sistem INATRADE dalam pengurusan dokumen perijinannya. 27

33 3.4 Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam rangka mendukung pelaksanaan Indonesia National Single Windows (INSW), Kementerian Perdagangan berinisiatif membangun sistem perijinan secara online yaitu INATRADE. Dengan adanya sistem tersebut diharapkan proses perijinan menjadi lebih sederhana karena diproses melalui layanan elektronik melalui internet (e-licencing) serta biaya murah sehingga pada akhirnya akan memperlancar arus barang serta dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global. Namun, sejak beroperasinya sistem perijinan online INATRADE pada 17 Desember 2007 hingga saat ini, ada sebanyak pemilik hak akses namun hanya 6,8% yang memanfaatkan hak akses tersebut melakukan perijinan secara online melalui webservice INATRADE. Oleh karena itu, kajian ini ingin mengevaluasi bagaimana implementasi dari pelaksanaan sistem perijinan INATRADE, dengan membandingkan manfaat yang diperoleh pelaku usaha baik sebelum dan sesudah diterapkannya sistem INATRADE ini, serta mengetahui permasalahan dan hambatan apa yang dihadapi selama implementasi system ini dilihat dari sisi pengguna, unit pengelola serta pemilik hak akses. Untuk mengetahui ini semua dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil survey dan Focus Group Discussion (FGD). Seperti yang terlihat pada gambar 6 di bawah ini: 28

34 Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Indonesia National Single Window (INSW) Sebelum INATRADE INATRADE (Perijinan Impor) Rendahnya pemanfaatan hak akses Setelah INATRADE Manfaat Waktu Transparansi Akurat Biaya Sosialisasi Manfaat Waktu Transparansi Akurat Biaya Sosialisasi Permasalahan dan hambatan implementasi INATRADE SDM (pengguna, unit pengelola) Pemilik hak akses Survey Langsung, Depth Interview dan FGD Rekomendasi kebijakan optimalisasi manfaat INATRADE dalam rangka memperlancar arus barang di Indonesia 29

35 4 HAMBATAN DAN PERMASALAHAN INATRADE 4.1. Manfaat Sebelum dan Sesudah Penerapan INATRADE Sistem INATRADE diterapkan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan penyelesaian dokumen sekaligus berfungsi untuk meningkatkan efektivitas pengawasan ekspor impor. Sistem ini diharapkan menjadi salah solusi untuk mendukung pelaksanaan INSW dan meningkatkan daya saing nasional serta meningkatkan fasilitas perdagangan dalam menghadapi persaingan global. Bagian ini akan melihat sejauh mana manfaat yang diperoleh responden dari kelompok sebelum dan sesudah penerapan INATRADE. Responden yang merasakan manfaat sebelum penerapan INATRADE dilihat dari mereka yang menggunakan sistem INATRADE untuk pertama kalinya sedangkan responden yang merasakan manfaat setelah penerapan INATRADE dilihat dari mereka yang telah menggunakan sistem INATRADE atau dengan kata lain sistem INATRADE bukan pertama kali digunakan oleh responden. Manfaat yang dirasakan responden terkait penggunaan sistem INATRADE adalah kemudahan dalam mengakses sistem INATRADE, kemudahan dalam mengecek atau memonitor ijin, kemudahaan dalam membantu proses kelengkapan dokumen, dan kemudahan dalam prioritas layanan prosedur perijinan. Gambar 7 menunjukkan manfaat yang diperoleh responden terhadap kemudahan dalam mengakses sistem INATRADE terhitung tinggi. Bagi responden yang menggunakan INATRADE pertama kali, merasakan manfaat kemudahan dalam mengakses INATRADE 30

36 yang lebih besar (95,15%) dibandingkan responden yang sudah terlebih dahulu menggunakan (84,78%). Rendahnya penilaian responden yang bukan pertama kali menggunakan INATRADE terhadap manfaat yang diperoleh harus menjadi perhatian serius bagi pengelola sistem. Karena jika perhatian yang diberikan kurang optimal maka pengguna yang baru pertama kali mencoba dan akan menggunakan layanan untuk kedua kalinya berpotensi untuk memberikan penilaian serupa dengan responden yang bukan pertama kali menggunakan INATRADE. Gambar 7. Kemudahaan dalam Mengakses INATRADE Tidak 4.84% Tidak 15.22% Sebelum Ya 95.16% Ya 84.78% Sesudah Manfaat yang diperoleh responden dalam mengecek atau memonitor ijin menunjukkan hal yang sama dengan sebelumnya (Gambar 8). Responden yang baru menggunakan INATRADE memberikan penilaian yang tinggi (sebesar 93,65%) terhadap kemudahan dalam mengecek atau memonitor ijin. Meskipun penilaian ini lebih rendah 31

37 dibandingkan manfaat sebelumnya, terbilang cukup konsisten. Penilaian yang lebih rendah diberikan bagi mereka yang telah menggunakan INATRADE terkait manfaat kedua. Gambar 8. Kemudahaan dalam Mengecek atau Memonitor Ijin Tidak 6.35% Tidak 15.22% Sebelum Ya 93.65% Ya 84.78% Sesudah Berikutnya, manfaat yang diperoleh responden untuk kemudahan dalam melengkapi dokumen (Gambar 9). Responden yang baru pertama kali menggunakan INATRADE merasakan manfaat kemudahan dalam proses kelengkapan dokumen (93,55%). Sebaliknya, responden yang sudah terlebih dahulu menggunakan INATRADE memberikan penilaian yang lebih kecil untuk manfaat kemudahan dalam proses kelengkapan dokumen yaitu sebesar 83,33%. 32

38 Gambar 9. Kemudahaan dalam Membantu Proses Kelengkapan Dokumen Gambar 10. Kemudahaan dalam Prioritas Layanan Prosedur Perijinan Tidak 13.56% Tidak 10.64% Sebelum Ya 86.44% Ya 89.36% Sesudah 33

39 Bentuk manfaat lain adalah kemudahan pemohon untuk menerima prioritas layanan dalam pengurusan prosedur perijinan. Gambar 10 menunjukkan bahwa responden yang baru pertama kali menggunakan INATRADE memberikan penilaian yang lebih rendah (86,44%) dibandingkan dengan responden yang terlebih dahulu menggunakan sistem tersebut. Penilaian yang rendah dari responden pemula terhadap manfaat prioritas layanan merupakan yang paling kecil dibandingkan bentuk manfaat lain yang telah diperoleh sebelumnya. Tentu, ini harus dicarikan jalan keluar karena jika dilihat dari kelompok responden bukan pemula ternyata memberikan jawaban yang cenderung konsisten terhadap bentuk manfaat yang telah diperoleh sebelumnya. Kecenderungan penurunan dari penilaian kelompok responden yang bukan pertama kali menggunakan sistem INATRADE perlu ditelusuri sebabnya. Jika dilihat lebih jauh, sistem ini tampaknya belum menjamin kepastian dan ketepatan terhadap prosedur pengurusan dokumen yang sedang diajukan oleh pemohon sehingga mereka merasa belum mendapatkan manfaat yang optimal dari sistem INATRADE tersebut Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan INATRADE INATRADE dibangun untuk mengurangi biaya transaksi melalui peningkatan efisiensi waktu, biaya dan akurasi data dalam proses penanganan perijinan. Sistem INATRADE diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Indonesia National Single Window (INSW) dan meningkatkan daya saing nasional serta meningkatkan fasilitasi perdagangan dalam menghadapi persaingan global. 34

40 Maka, sudah seharusnya jika sistem ini memberikan kejelasan sistem informasi yang diberikan dalam petunjuk penggunaan INATRADE. Bagian ini akan menyajikan penilaian responden terkait kejelasan informasi yang berguna untuk meningkatkan efisiensi proses perijinan melalui prosedur, syarat, biaya, dan waktu. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu mereka yang baru pertama kali menggunakan INATRADE dan kelompok responden yang sudah menggunakan INATRADE terlebih dahulu. Gambar 11 menunjukkan penilaian responden terhadap kejelasan informasi yang diterima dalam pengurusan dokumen perijinan dengan INATRADE. Kelompok responden yang baru pertama kali menggunakan INATRADE, memberikan penilaian sebesar 83,61%. Penilaian ini lebih tinggi dibandingkan responden yang sudah menggunakan INATRADE terlebih dahulu yang hanya sebesar 79,59%. Tingginya persentase penilaian dari kelompok responden yang sudah terlebih dahulu menggunakan INATRADE perlu diperhatikan serius oleh pengelola sistem INATRADE karena persentase dengan kelompok yang baru pertama kali ternyata tidak jauh berbeda. Gambar 11. Kejelasan Informasi INATRADE Tidak 16.39% Tidak 20.41% Sebelum Ya 83.61% Ya 79.59% Sesudah 35

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW 3.1 GAMBARAN UMUM Terminologi dari UN/CEFACT, Single Window adalah sebuah sistem yang memungkinkan kalangan perdagangan (traders) cukup menyampaikan informasi kepada satu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT TO ESTABLISH AND IMPLEMENT THE ASEAN SINGLE WINDOW (PERSETUJUAN UNTUK MEMBANGUN DAN PELAKSANAAN ASEAN SINGLE WINDOW)

Lebih terperinci

National Single Window;

National Single Window; PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG KETENTUAN PELAYANAN PERIJINAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN SISTEM ELEKTRONIK MELALUI INATRADE DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL

Lebih terperinci

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016 PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016 OVERVIEW INSW Bali Concord 2003 menyatakan bahwa Masyarakat Bersama ASEAN memerlukan ASEAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2016 KEMENDAG. Ekspor dan Impor. Indonesia National Single Window. Perizinan. Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/M-DAG/PER/12/2015

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG PELAKSANAAN UJICOBA IMPLEMENTASI SISTEM NATIONAL SINGLE

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Penggunaan. Sistem Elektronik. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter No.1074. 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. National Single Window. Pengelola Portal Indonesia. Organisasi Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 /PMK.01/2015

Lebih terperinci

INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI

INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI Entitas Sistem NSW Sistem NSW Portal INSW Sistem di semua Instansi Pelaku Usaha Sistem NSW Negara Lain Instansi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.454, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Verifikasi. Legalitas Kayu. Silk. V-Legal. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 18/Menhut-II/2013 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

User Manual INTR. Version 1.1 September Pengertian Umum INSW

User Manual INTR. Version 1.1 September Pengertian Umum INSW User Manual Version 1.1 September 2017 INTR Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 2 Pengertian Umum... 2 Pengertian Umum INSW... 2 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 2 Memulai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1323, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Online. Perizinan. Pertanian. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117/Permentan/HK.300/11/2013 TENTANG

Lebih terperinci

User Manual PORTAL INSW. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW

User Manual PORTAL INSW. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW User Manual Version 2.0 Februari 2018 PORTAL INSW Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 3 Memulai

Lebih terperinci

User Manual SINGLE SUBMISSION. Version 4.0 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW

User Manual SINGLE SUBMISSION. Version 4.0 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW User Manual Version 4.0 Pelaku Usaha SINGLE SUBMISSION Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW...

Lebih terperinci

User Manual REGISTRASI. Version 1.4 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW

User Manual REGISTRASI. Version 1.4 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW User Manual Version 1.4 Pelaku Usaha REGISTRASI Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 3 Memulai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem No.1091, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Tekstil. Produk Tekstil Batik. Motif Batik. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1002, 2014 KEMENDAG. Batubara. Ekspor. Produk. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/7/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR BATUBARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/M-DAG/PER/6/2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.1722, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Pelayanan Perizinan Pertanian secara Elektronik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/TI.120/11/2017 TENTANG

Lebih terperinci

User Manual INTR. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW

User Manual INTR. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW User Manual Version 2.0 Februari 2018 INTR Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 2 Pengertian Umum... 2 Pengertian Umum INSW... 2 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 2 Memulai Aplikasi...

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst No.1552, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Batik. Motif Batik. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

Version 1.0 Oktober User Manual. User Trader.

Version 1.0 Oktober User Manual. User Trader. z Version 1.0 Oktober 2017 User Manual User Trader http://apps1.insw.go.id User Manual Rahasia General Information GENERAL INFORMATION Project ID Project Name Document Status

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1034, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Sistem Sertifikasi Mandiri. Percontohan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/8/2013

Lebih terperinci

Version 1.0 Oktober User Manual. User KL.

Version 1.0 Oktober User Manual. User KL. z Version 1.0 Oktober 2017 User Manual User KL http://apps1.insw.go.id User Manual Rahasia General Information GENERAL INFORMATION Project ID Project Name Document Status Indonesia

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 A. Pendahuluan Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JENIS PERIZINAN DALAM SISTEM RESI GUDANG, PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (STANDARD OPERATING PROCEDURE) DAN TINGKAT

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA

BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA A. SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW I. Tujuan dan Manfaat Penerapan INSW

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 251/KEP-BKIPM/2013 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN SERVICE LEVEL ARRANGEMENT UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN

Lebih terperinci

USER MANUAL. Aplikasi INATRADE

USER MANUAL. Aplikasi INATRADE USER MANUAL Aplikasi INATRADE Daftar Isi PENDAHULUAN... 3 Tujuan dan Manfaat... 3 Alur INATRADE... 4 APLIKASI INATRADE... 6 Akses ke Halaman Utama Aplikasi... 6 Menu Aplikasi... 6 Home... 7 Perijinan...

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg No.501, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Jagung. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-DAG/PER/3/20166/M-DAG/PER/2/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi regional ASEAN dalam artian sistem perdagaangan bebas antar negara dalam satu lingkup

Lebih terperinci

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi BAKOHUMAS dan Zat Radioaktif PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR JAKARTA, 11 NOVEMBER 2015 IMPORTASI

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER SOSIALISASI PERBAIKAN KEMUDAHAN BERUSAHA 2017 HOTEL BUMI SURABAYA, 08 APRIL 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai GAMBARAN UMUM BORDER PROTECTING COMMUNITY

Lebih terperinci

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam

Lebih terperinci

Prosedur registrasi terhadap layanan perijinan perdagangan secara online via web INATRADE.

Prosedur registrasi terhadap layanan perijinan perdagangan secara online via web INATRADE. Registrasi Hak Akses INATRADE Revisi : - Nomor : v1.6.2 Tanggal : 10 Feb 2010 Halaman : 1 dari 7 A. Deskripsi Prosedur registrasi terhadap layanan perijinan perdagangan secara online via web INATRADE.

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1509, 2015 KEMENHUB. Syahbandar. Online. Surat Persetujuan. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 154 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN SURAT

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang K

2015, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang K BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1305, 2015 KEMENDAG. Industri Kehutanan. Produk Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66/M-DAG/PER/8/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1300, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman

Lebih terperinci

Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi. Indonesia National Single Window Oktober 2017

Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi. Indonesia National Single Window Oktober 2017 Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi Indonesia National Single Window Oktober 2017 Latar Belakang Program kerja PP NSW tahun 2017 (Integrasi rekomendasi dan ijin final) Rekomendasi KPK terkait

Lebih terperinci

APLIKASI INATRADE USER MANUAL

APLIKASI INATRADE USER MANUAL APLIKASI INATRADE USER MANUAL Daftar Isi PENDAHULUAN...4 Tujuan dan Manfaat...4 Alur Inatrade...5 APLIKASI INATRADE...7 Akses ke Halaman Utama Aplikasi...7 Menu Aplikasi...9 Home... 9 Perijinan... 9 Layanan...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.712, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Baja Paduan. Impor. Pengaturan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/M-DAG/PER/6/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAJA PADUAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.517, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan. Ekspor. Produk. Pertambangan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

BAB II SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA 2.1. LATAR BELAKANG LAHIRNYA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

BAB II SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA 2.1. LATAR BELAKANG LAHIRNYA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW BAB II SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA 2.1. LATAR BELAKANG LAHIRNYA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW Di awal pembentukannya pada tahun 1967, ASEAN lebih ditujukan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERLAKUAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2012, 2014 KEMENDAG. Ekspor. Industri. Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Tertentu. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERMENDAG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERMENDAG NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR PDOUK TERTENTU

SOSIALISASI PERMENDAG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERMENDAG NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR PDOUK TERTENTU SOSIALISASI PERMENDAG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERMENDAG NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR PDOUK TERTENTU Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri 1 I. KRONOLOGIS PERATURAN

Lebih terperinci

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me No.1922, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMDAG. Besi. Baja Paduan. Produk Turunan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK REGISTRASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 24 /BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENERBITAN API (ANGKA PENGENAL IMPORTIR) SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN PERDAGANGAN COPYRIGHT @2012. Versi 1.0

PENGEMBANGAN SISTEM PENERBITAN API (ANGKA PENGENAL IMPORTIR) SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN PERDAGANGAN COPYRIGHT @2012. Versi 1.0 User Manual PENGEMBANGAN SISTEM PENERBITAN API (ANGKA PENGENAL IMPORTIR) SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN PERDAGANGAN COPYRIGHT @2012 Versi 1.0 i Daftar Isi Daftar Isi Pendahuluan... 1 Tujuan Penulisan Dokumen...

Lebih terperinci

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2.

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. No.62, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Ekspor Sisa dan Skrap Logam. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN EKSPOR SISA DAN SKRAP

Lebih terperinci

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553, 2015 KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK TERTENTU

Lebih terperinci

Version Oktober User Manual. Admin KL.

Version Oktober User Manual. Admin KL. z Version 2.2 1.0 Oktober 2017 User Manual Admin KL http://apps1.insw.go.id User Manual Rahasia General Information GENERAL INFORMATION Project ID Project Name Document Status

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, a. bahwa dalam rangka terwujudnya pelayanan yang cepat, efisien, pasti, responsif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

2015, No Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan dinilai su

2015, No Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan dinilai su BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2015 KEMENDAG. Ekspor. Produk. Industri Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN EKSPOR

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1701, 2014 KEMENDAG. Impor Produk. Tertentu. Ketentuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia No.1212, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Sistem Elektronik. Pertimbangan Teknis. Rekomendasi. Surat Keterangan. Tanda Pendaftaran. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Or

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Or No. 2000, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Gula. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117/M-DAG/PER/12/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR GULA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang No. 21, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Ekspor. Produk. Pemurnian. Hasil Pengolahan. Pertambangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/M-DAG/PER/12/2015

Lebih terperinci

User Manual. Sistem e-ska untuk Eksportir

User Manual. Sistem e-ska untuk Eksportir User Manual Sistem e-ska untuk Eksportir i Daftar Isi Daftar Isi Pendahuluan... 1 Manfaat Penggunaan Sistem... 1 Tahapan Proses pada Sistem... 1 Tipe Pengguna... 1 Alur Registrasi... 2 Alur Pengajuan Permohonan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1086, 2013. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Semen. Clinker. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/M-DAG/PER/8/2013 TENTANG KETENTUAN IMPOR SEMEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1542, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pencantuman Label. Barang. Bahasa Indonesia. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/M-DAG/PER/11/2013

Lebih terperinci

2 d. bahwa hasil pembahasan Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional telah memutuskan untuk mengenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan berupa kuota terha

2 d. bahwa hasil pembahasan Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional telah memutuskan untuk mengenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan berupa kuota terha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.579, 2014 KEMENDAG. Kuota. Pengamanan. Impor Tepung Gandum. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-DAG/PER/4/2014 TENTANG KETENTUAN PENGENAAN KUOTA

Lebih terperinci

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1011, 2015 KEMENDAG. Ban. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/M-DAG/PER/6/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAN DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.1070, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Kelapa Sawit. Crude Palm Oil. Produk Turunannya. Ekspor. Verifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1950, yang

Lebih terperinci

SILABUS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PPEI TAHUN Pendidikan Profesi Manajemen Ekspor Impor (Plus Observasi di Perusahaan Ekspor)

SILABUS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PPEI TAHUN Pendidikan Profesi Manajemen Ekspor Impor (Plus Observasi di Perusahaan Ekspor) SILABUS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PPEI TAHUN 2016 Pendidikan Profesi Manajemen Ekspor Impor (Plus Observasi di Perusahaan Ekspor) Investasi (Bersubsidi) : Rp. 4.000.000,- * Pendidikan Profesi Manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1376, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Telepon Seluler. Handheld. Komputer tablet. Impor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.548,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

APLIKASI SURAT PERSETUJUAN EKSPOR KOPI (SPEK) INATRADE

APLIKASI SURAT PERSETUJUAN EKSPOR KOPI (SPEK) INATRADE Release 1.1 APLIKASI SURAT PERSETUJUAN EKSPOR KOPI (SPEK) INATRADE PETUNJUK OPERASI A P L I K A S I S U R A T P E R S E T U J U A N E K S P O R K O P I ( S P E K ) I N A T R A D E Petunjuk Operasi Daftar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERSETUJUAN SEBAGAI PENYELENGGARA PASAR LELANG KOMODITAS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PASAR LELANG

Lebih terperinci

BENCHMARKING PORT COMMUNITY SYSTEM

BENCHMARKING PORT COMMUNITY SYSTEM BENCHMARKING PORT COMMUNITY SYSTEM TRADEXCHANGE TRADEXCHANGE 1.1 Profil Perusahaan TradeXchange adalah platform perdagangan netral dan aman yang memfasilitasi pertukaran informasi dalam perdagangan dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN TATA NIAGA IMPOR ALAT KESEHATAN, ALAT KESEHATAN DIAGNOSTIK IN VITRO, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIT PELAYANAN PERDAGANGAN (UPP)

UNIT PELAYANAN PERDAGANGAN (UPP) NOMOR SOP : MOT-05.02.CFM.01.SOP.01.IK.01 (UPP) TGL. PEMBUATAN : 23 MEI 2012 TGL. REVISI : - TGL. EFEKTIF : - SEKRETARIS JENDERAL DISAHKAN OLEH : UNIT PELAYANAN PERDAGANGAN (UPP) NAMA SOP : GUNARYO PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/7/PBI/2017 TENTANG PEMBAWAAN UANG KERTAS ASING KE DALAM DAN KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/7/PBI/2017 TENTANG PEMBAWAAN UANG KERTAS ASING KE DALAM DAN KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/7/PBI/2017 TENTANG PEMBAWAAN UANG KERTAS ASING KE DALAM DAN KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226, 2018 KEMENDAG. Ekspor Produk Industri Pertambangan sebagai Barang Contoh untuk Keperluan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan dan/atau Pemurnian. Pencabutan.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.901, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Garam. anganperaturan MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Implementasi Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kemendag: Mendag

Lebih terperinci

PROTOKOL MENGENAI KERANGKA HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN ASEAN SINGLE WINDOW

PROTOKOL MENGENAI KERANGKA HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN ASEAN SINGLE WINDOW PROTOKOL MENGENAI KERANGKA HUKUM UNTUK MELAKSANAKAN ASEAN SINGLE WINDOW Pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos (selanjutnya disebut Lao PDR

Lebih terperinci

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag No.1526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor Barang. Sistem Pendingin. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor. No.28,2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci