EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI BAKTERI Salmonella Thypimurium

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI BAKTERI Salmonella Thypimurium"

Transkripsi

1 EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI BAKTERI Salmonella Thypimurium Antidiarrheal Effects Beluntas Leaf Extract (Pluchea indica L.) against Male Mice Induced by Bacteria Salmonella typhimurium Hanny Nurhalimah 1*, Novita Wijayanti 1, Tri Dewanti Widyaningsih 1 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang *Penulis Korespondensi, hannyorange@gmail.com ABSTRAK Diare merupakan penyakit infeksi usus yang menjadi masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia. Pengobatan menggunakan obat kimia dapat menimbulkan efek samping. Perlu dilakukan pengobatan alternatif herbal. Daun beluntas adalah salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat diare, senyawa aktif yang teridentifikasi dalam daun beluntas yaitu fenol, tanin, alkaloid, steroid dan minyak atsiri, serta memiliki sifat antibakteri penyebab diare. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun beluntas sebagai antidiare. Diawali dengan pembuatan ekstrak menggunakan rancangan tersarang. Dilanjutkan dengan pengamatan in vivo menggunakan RAL dengan 6 kelompok perlakuan. Induksi diare dengan bakteri Salmonella typhimurium, kontrol obat dengan loperamid semua perlakuan diberikan secara oral. Data hasil pengamatan menunjukkan kadar tanin, total fenol dan rendemen masing-masing sebesar ppm, ppm, dan 12.89%. Berdasarkan hasil pengamatan ekstrak daun beluntas memberikan efek antidiare pada dosis 150 dan 300 mg/kg bb, pada dosis 600 mg/kg bb memberikan efek sebanding dengan loperamid. Kata kunci: Antidiare, Ekstrak daun beluntas, Salmonella typhimurium ABSTRACT Diarrhea is infectious intestinal disease a public health problem in developing countries. Treatment using chemical drugs can cause side effects. Herbal alternative medicine needs to be done. Beluntas leaf is plant that is used as a medicine for diarrhea, the active compounds were identified, namely phenols, tannins, alkaloids, steroids and essential oils, as well as having antibacterial cause diarrhea. The purpose of research to determine the effectiveness of beluntas leaf extract as an antidiarrheal. Starting with the manufacture of the extract using a nested design. Followed by in vivo observations using CRD with 6 treatment groups. Diarrhea induced by Salmonella typhimurium, with loperamide drug control treatment administered orally. Observation data showed levels of tannins, total phenols and yield of ppm, ppm, and 12.89%. The results showed Extract beluntas antidiarrheal effects doses of 150 and 300 mg/kg, dose of 600 mg/kg bw provide comparable effects with loperamide. Keywords: Antidiarrheal, Leaf extracts beluntas, Salmonella typhimurium PENDAHULUAN Diare merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di Indonesia, dengan kejadian penyakit 400 per 1000 penduduk. Diare adalah buang air besar dengan feses yang tidak 1083

2 berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam [1]. Diare dapat disebabkan oleh bakteri yang mengkontaminasi makanan dan minuman atau oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri tersebut yang berhubungan erat dengan sanitasi dan higienis individu maupun masyarakat, juga dapat disebabkan oleh kelainan psikosomatik, alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu, kelainan pada sistem endokrin dan metabolisme, kekurangan vitamin. Diare yang hebat dapat menyebabkan dehidrasi karena tubuh kekurangan cairan, kekurangan kalium, dan elektrolit dalam jumlah yang banyak. Dehidrasi berat akan menimbulkan kelemahan, shock bahkan kematian terutama pada anak-anak dan bayi [2]. Pengobatan dalam menanggulangi diare perlu diperhatikan terjadinya dehidrasi pada penderita, sehingga diperlukan pengganti cairan [3]. Pengobatan diare dapat menggunakan obat-obat kimia seperti loperamid, akan tetapi dapat menimbulkan efek samping seperti nyeri abdominal, mual, muntah, mulut kering, mengantuk, dan pusing. Adanya efek samping tersebut menyebabkan masyarakat lebih memilih tanaman obat berkhasiat sebagai alternatif pengobatan. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisional adalah daun beluntas (Pluchea indica L). Golongan senyawa aktif yang teridentifikasi dalam daun beluntas antara lain fenol hidrokuinon, tanin, alkaloid, steroid dan minyak atsiri [4]. Senyawa tanin bersifat sebagai astringent, mekanisme tanin sebagai astringen adalah dengan menciutkan permukaan usus atau zat yang bersifat proteksi terhadap mukosa usus dan dapat menggumpalkan protein. Oleh Karena itu senyawa tanin dapat membantu menghentikan diare [5]. Daun beluntas juga mempunyai aktivitas farmakologi daya antiseptik terhadap bakteri penyebab diare yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella typhimurium [6]. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa daun beluntas diduga dapat berperan sebagai antidiare. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi daun beluntas dengan menggunakan metode ekstraksi yang berbeda yaitu maserasi dengan pelarut etanol dan infusa dengan pelarut air. Hal ini, bertujuan untuk mengetahui pelarut yang sesuai untuk mengekstrak senyawa fitokimia khususnya tanin yang terdapat pada daun beluntas agar didapatkan hasil yang optimal. Pengujian efek antidiare dilakukan secara in vivo pada mencit jantan yang diinduksi bakteri Salmonella typhimurium. Pembuatan ekstrak daun beluntas sebagai antidiare diharapkan mampu memberikan alternatif pengobatan diare secara alami dan tanpa efek samping bagi semua usia serta dapat mengangkat potensi daun beluntas sebagai obat herbal yang ekonomis METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah daun beluntas yang didapat dari daerah Dieng Malang, akuades dan etanol 96% teknis. Bahan yang digunakan dalam analisis ekstrak adalah akuades, kertas saring, folin ciocalteu, sodium carbonate, asam galat, FeCl 3, K 3 Fe(CN 6 ). Bahan yang digunakan dalam uji antidiare secara in vivo yaitu mencit jantan dengan berat badan gram, CMC 1%, obat diare (tablet lopamid ), bakteri Salmonella typhimurium, dan pakan susu pap. Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak yaitu timbangan analitik, blender, spatula, rotary evaporator, gelas ukur, beaker glass, corong, kertas saring, alumunium foil, panci, kompor listrik dan termometer. Alat yang digunakan dalam analisis yaitu timbangan analitik, gelas arloji, pipet ukur, gelas ukur, labu ukur, bola hisap, kertas saring halus, spektrofotometer, vortex, colour reader, oven vacuum, desikator, tabung reaksi, sentrifuge, kompor listrik. Alat yang digunakan dalam uji antidiare secara in vivo yaitu kertas saring, jarum sonde mencit, jarum suntik skala 1 ml (One med). 1084

3 Desain Penelitian Metode penelitian di bagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama yaitu proses ekstraksi daun beluntas menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) yang terdiri dari dua faktor. Faktor 1 adalah metode ekstraksi yang terdiri dari 2 level yaitu maserasi dan infusa. Faktor 2 adalah rasio bahan dengan pelarut yang terdiri dari 3 level yaitu 1:5 (b/v), 1:7.5 (b/v) 1:10 (b/v). Masing-masing diulang sebanyak 3 kali ulangan. Tahap kedua yaitu penelitian in vivo menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yang terdiri dari 6 kelompok, masing-masing kelompok terdapat 4 ekor mencit. Kelompok 1 (K-) mencit normal tidak mengalami diare, kelompok 2 (K+) diare tanpa perlakuan, kelompok 3 (kontrol obat) diare dengan perlakuan obat loperamid, kelompok 4 diare dengan perlakuan dosis 150 mg/kg bb, kelompok 5 diare dengan perlakuan dosis 300 mg/kg bb, dan kelompok 6 diare dengan perlakuan dosis 600 mg/kg bb. Tahapan Penelitian Proses ekstraksi diawali dengan pencucian daun beluntas. Dikengeringan dengan pengering kabinet suhu 60 0 C selama ± 2 jam. Penghalusan dengan blender kering sampai menjadi serbuk. Proses ekstraksi dengan 2 metode, metode maserasi dengan pelarut etanol yaitu direndam pada suhu 27 0 C selama 3 x 24 jam, metode infusa dengan pelarut air yaitu direbus pada suhu C selama 15 menit. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring halus. Penguapan pelarut dengan menggunakan rotary evaporator suhu 40 0 C. Pada pelarut etanol menggunakan tekanan 175 mbar, pada pelarut air menggunakan tekanan 73 mbar. Masing-masing diuapkan selama ± 30 menit. Tahapan penelitian in vivo yaitu mencit diadaptasi lingkungan selama 1 minggu. Mencit dipuasakan selama 60 menit sebelum penelitian, lalu dikelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing 4 ekor mencit Semua mencit di berikan Salmonella typhimurium dosis 10 8 cfu/ml secara oral sebanyak 0.4 ml/ekor mencit, kecuali kontrol negatif. 30 menit setelah pemberian Salmonella typhimurium, masing-masing kelompok diberi perlakuan, yaitu kelompok 1 diberikan akuades sebanyak 0.4 ml sebagai kontrol positif. Kelompok 2 diberikan Salmonella typhimurium dosis 10 8 cfu/ml sebanyak 0.4 ml sebagai kontrol positif. Kelompok 3 diberikan Salmonella typhimurium dosis 10 8 cfu/ml dan loperamid HCl mg/kg bb masing-masing sebanyak 0.4 ml sebagai control obat. Kelompok 4, 5, dan 6 diberikan dosis 1, 2, dan 3 yaitu 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb masing-masing sebanyak 0.4 ml, semua perlakuan diberikan secara oral. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) kemudian dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) taraf 5%. Uji antidiare menggunakan One Way Anova SPSS Versi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bahan Baku Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah daun beluntas yang dikeringkan kemudian digiling sampai menjadi bubuk. Analisis yang dilakukan terhadap bahan baku antara lain kadar tanin dan total fenol. Analisis rendemen dilakukan pada daun beluntas yang masing basah. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa kadar tanin bubuk daun beluntas sebagai bahan baku yaitu sebesar Total fenol bubuk daun beluntas sebagai bahan baku yaitu sebesar ppm GAE, senyawa fenol merupakan kelompok senyawa kimia yang ditemukan sangat luas pada tanaman. Tinggi rendahnya total fenol pada bahan baku dapat dipengaruhi oleh tingkat umur daun, kondisi tanah, dan pengaruh lingkungan baik secara fisik, biologi maupun kimiawi. Rendemen bubuk daun beluntas sebesar 26.47% rendemen bubuk 1085

4 daun beluntas diperoleh dari perbandingan berat bubuk daun beluntas dengan berat daun beluntas segar. Selama proses pengeringan sampai dengan penyerbukan terjadi penurunan berat daun beluntas. Penurunan berat dikarenakan adanya proses pengeringan yang dapat menghilangkan sebagian air yang terdapat dalam daun beluntas. Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Bubuk Daun Beluntas Parameter Hasil Analisis Tanin ppm Fenol ppm GAE Rendemen % Analisis Ekstrak Daun Beluntas 1. Kadar Tanin Tanin merupakan senyawa golongan polifenol yang bersifat polar. Metode uji kuantitatif tanin menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 620 nm [7]. Tabel 2. Rerata Pengaruh Perlakuan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Kadar Tanin Ekstrak Daun Beluntas Jenis Tepung Rasio Bahan dengan Pelarut (b/v) Kadar Tanin (ppm) BNT 5% 1: ± a Maserasi 1:7.5 1: ± b ± c : ± a Infusa 1:7.5 1: ± b ± c Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar tanin ekstrak daun beluntas pada perlakuan metode maserasi dan infusa semakin meningkat dengan meningkatnya rasio pelarut yang digunakan. Kadar tanin tertinggi menggunakan metode maserasi dan metode infusa dengan rasio bahan dengan pelarut 1:10 (b/v). Pelarut polar hanya akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut like dissove like [8]. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tanin akan larut dalam pelarut organik, seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya. Rerata kadar tanin ekstrak daun beluntas metode maserasi lebih besar daripada metode infusa diduga karena pada metode infusa menggunakan pelarut air dan pada metode maserasi menggunakan pelarut etanol, massa dan tingkat kepolaran dari dua pelarut tersebut berbeda. Tanin mempunyai kelarutan dalam air yang lebih kecil dari etanol, kelarutan tanin dalam air 0.65 gram per 1 ml (suhu 70 0 C), pada temperatur yang sama kelarutan tanin dalam etanol 0.82 gram per 1 ml [9]. 2. Total Fenol Senyawa fenol adalah kelompok metabolit sekunder yang ditemukan dalam jaringan tanaman. Pengukuran total fenol menggunakan metode pewarnaan dengan reagen Folin Ciocalteu yang didasarkan pada kekuatan reduksi gugus hidroksil aromatik dengan komplek fosfomolibdat dari reagen Folin Ciocalteu [10]. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa total fenol ekstrak daun beluntas pada perlakuan metode maserasi dan infusa semakin meningkat dengan meningkatnya rasio pelarut yang digunakan. Total fenol tertinggi pada ekstrak daun beluntas menggunakan metode 1086

5 maserasi dan metode infusa dengan rasio bahan dengan pelarut 1:10 (b/v). Rerata total fenol ekstrak daun beluntas dengan metode maserasi lebih besar daripada metode infusa karena pada metode maserasi menggunakan pelarut etanol dan pada metode infusa menggunakan pelarut air. Pada proses ekstraksi infusa dilakukan dengan proses pemanasan yang mana suhu sangat berpengaruh terhadap senyawa fenol. Total fenol menurun seiring lamanya waktu pemanasan meskipun dengan suhu yang lebih rendah [11]. Tabel 3. Rerata Pengaruh Perlakuan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Total Fenol Ekstrak Daun Beluntas Jenis Tepung Rasio Bahan dengan Pelarut (b/v) Total Fenol (ppm GAE) BNT 5% 1: ± a Maserasi 1:7.5 1: ± b ± c : ± a Infusa 1:7.5 1: ± b ± c Rendemen Rendemen ekstrak dihitung dengan membagi berat (gram) ekstrak yang diperoleh dengan berat (gram) bahan kering yang di ekstrak dikalikan 100% [12]. Tabel 4. Rerata Pengaruh Perlakuan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Beluntas Jenis Tepung Rasio Bahan dengan Pelarut (b/v) Rendemen (%) BNT 5% 1: ± 0.30 a Maserasi 1:7.5 1: ± 0.20 b ± 0.20 c : ± 0.61a Infusa 1:7.5 1: ± 0.26 b ± 0.52 c 0.69 Tabel 4 menunjukkan bahwa kecenderungan nilai rendemen ekstrak daun beluntas pada perlakuan metode maserasi dan infusa semakin meningkat dengan meningkatnya rasio pelarut. Nilai rendemen tertinggi pada ekstrak daun beluntas menggunakan metode maserasi dan metode infusa dengan rasio bahan dan pelarut 1:10 (b/v). Semakin tinggi rasio pelarut dalam ekstraksi maka akan memiliki yield yang makin banyak. Hal ini disebabkan karena kontak antara matriks bahan dan pelarut akan lebih besar ketika volume pelarut yang lebih besar digunakan, sehingga memudahkan pelarut untuk melakukan penetrasi kedalam sel matriks bahan dan melarutkan senyawa target [13]. Rendemen hasil ekstraksi akan terus meningkat hingga larutan menjadi jenuh. Rasio bahan dengan pelarut 1:10 (b/v) adalah rasio yang optimal, sedangkan pada rasio bahan dengan pelarut 1:5 (b/v) yang memiliki volume pelarut yang lebih sedikit menyebabkan kontak antara bahan dengan pelarut belum maksimal sehingga rendemen yang dihasilkan lebih rendah. Rerata rendemen ekstrak daun beluntas dengan metode infusa lebih besar daripada metode maserasi karena pada metode infusa menggunakan pelarut air dan pada metode maserasi menggunakan pelarut etanol. 1087

6 Pemilihan Perlakuan Terbaik Pemilihan perlakuan terbaik parameter ditentukan melalui multiple attribute [14]. Hasil perlakuan terbaik adalah pada perlakuan metode ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol dengan rasio bahan pelarut 1:10 (b/v). Perlakuan terbaik analisis kadar tanin sebesar ppm, total fenol sebesar ppm GAE, dan rendemen sebesar 12.89%. Uji Antibakteri Uji antibakteri dilakukan untuk mengetahui penghambatan terhadap bakteri patogen, bakteri patogen yang digunakan adalah Salmonella typhimurium. Metode yang digunakan dalam uji antibakteri ekstrak daun beluntas ini adalah metode difusi cakram. Pengujian aktivitas antibakteri dikatakan positif bila di sekitar kertas cakram terdapat zona bening yang bebas dari pertumbuhan bakteri. Uji antibakteri dilakukan pada ekstrak dari hasil pemilihan perlakuan terbaik dengan multiple attribute. Tabel 5. Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Salmonella typhimurium Perlakuan Daun Beluntas (mm) Kontrol (-) - Kontrol (+) Amoxilin 1% Ekstrak 5 % 6.85 Ekstrak 10 % 7.55 Ekstrak 15 % 9.45 Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa semua konsentrasi menunjukkan diameter zona bening yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka memiliki zona bening yang paling lebar. Diameter zona hambat ekstrak menunjukkan aktivitas antibakteri ekstrak daun beluntas pada masing-masing konsentrasi. Kontrol positif memiliki diameter zona hambat terbesar yaitu mm, karena amoxilin merupakan antibiotik yang efektif untuk berbagai jenis infeksi. Hasil dari pengujian didapatkan bahwa ekstrak daun beluntas dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typhimurium. Terbentuknya zona hambat ini dikarenakan adanya zat antibakteri dalam ekstrak. Daun beluntas secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro [15]. Senyawa antibakteri yang berperan sebagai antibakteri adalah tanin, efek tanin sebagai antibakteri disebabkan oleh kemampuan tanin untuk mengaktifkan enzim adhesion, enzim dan protein transport cell envelope. Tanin juga membentuk kompleks polisakarida yang dapat merusak dinding sel bakteri. Sebagai akibatnya, metabolisme bakteri terganggu dan menyebabkan kematian bakteri [16]. Efek menghambat pertumbuhan bakteri dari ekstrak daun beluntas diduga juga berkaitan dengan senyawa fenol yang dikandungnya. Golongan fenol mampu merusak membran sel, menginaktifkan enzim dan mendenaturasi protein sehingga dinding sel mengalami kerusakan karena penurunan permeabilitas. Perubahan permeabilitas membran sitoplasma memungkinkan terganggunya transportasi ion-ion organik yang penting ke dalam sel sehingga berakibat terhambatnya pertumbuhan bahkan hingga kematian sel [17]. Pengujian Efek Antidiare Secara In vivo Pengamatan in vivo dimulai dengan melihat saat mulai terjadinya diare dengan melihat konsistensi feses mencit yang berlendir/berair berwarna kuning. Masing-masing kelompok diinduksi bakteri Salmonella typhimurium. Saat mulai terjadinya diare pada masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan pengaruh dari bakteri Salmonella typhimurium terhadap respon diare pada mencit. Setiap mencit memiliki waktu diare yang berbeda yaitu sekitar menit. Diduga karena masing-masing mencit masih memiliki cadangan makanan di dalam tubuh 1088

7 yang berbeda-beda, serta memiliki sistem imun yang berbeda. Kelompok kontrol negatif berbeda nyata dengan kelompok lainnya yang diinduksi Salmonella typhimurium. Sedangkan kontrol positif, kontrol obat dan perlakuan dosis menunjukkan tidak berbeda nyata karena semua perlakuan tersebut dilakukan induksi Salmonella typhimurium. Induksi bakteri Salmonella typhimurium mengakibatkan mencit menjadi diare, karena Salmonella typhimurium merupakan bakteri patogen penyebab gastroentritis yaitu infeksi pada setelah masuknya organisme. Penyakit ini ditandai dengan mual, muntah, diare, demam, dan nyeri abdomen. Tinja biasanya tidak berdarah dengan volume moderat, kadang-kadang disertai dengan nyeri perut kuadran kanan seperti usus buntu [18]. Tabel 6. Saat Mulai Terjadi Diare Perlakuan Saat Mulai Terjadi Diare (menit) Kontrol negatif (mencit tidak mengalami diare) 0 a Kontrol positif (diare tanpa perlakuan) ± b Kontrol obat (diare dengan perlakuan loperamid) 82 ± b P1 (diare dengan perlakuan dosis 150 mg/kg bb) 82.5 ± b P2 (diare dengan perlakuan dosis 300 mg/kg bb) 87.5 ± b P3 (diare dengan perlakuan dosis 600 mg/kg bb) 81.5 ± 8.74 b Tahapan terjadinya diare karena infeksi bakteri yaitu dengan mekanisme sebagai berikut. Bakteri masuk dalam traktus digestif, kemudian berkembang biak dan mengelouarkan toxic (enterotoxic) yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase. Akibat peningkatan aktivitas enzim, maka akan terjadi peningkatan CAMP. Akumulasi CAMP akan menyebabkan sekresi klorida, natrium dan air dari lumen usus kedalam sel. Kemudian akan terjadi hiperperistaltik, usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebih dari lumen usus halus ke usus besar. Bila kemampuan penyerapan kolon berkurang atau sekresi cairan melebihi penyerapan kolon maka terjadi diare [19]. Penentuan Konsistensi Feses Dalam penentuan konsistensi feses dilakukan dengan melihat bentuk feses yang terjadi, dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu konsistensi feses berlendir atau berair, konsistensi feses lembek, dan konsistensi feses normal. 1. Konsistensi Feses Berlendir atau Berair Parameter yang dilihat dari kategori ini yaitu lama terjadinya diare, diameter serapan air, dan berat feses. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Konsistensi Feses Berlendir atau Berair Perlakuan Lama Terjadinya Diameter Diare (menit) Serapan Air (cm) Berat Feses (g) K- (tidak mengalami diare) 0 a 0 a ± a K+ (diare tanpa perlakuan) 230 ± 8.16 d 1.6 ± b ± b KO (dengan obat loperamid) 190 ± b 1.5 ± b ± b P1 (dengan dosis 150 mg/kg bb) ± 2.89 d 1.7 ± b ± b P2 (dengan dosis 300 mg/kg bb) ± 6.45 c 1.55 ± b ± b P3 (dengan dosis 600 mg/kg bb) ± 4.79 b 1.47 ± b ± b 1089

8 Tabel 7 menunjukkan pengaruh ekstrak daun beluntas terhadap waktu lama terjadinya diare konsistensi feses berlendir atau berair. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang nyata. P1 dan kontrol positif memiliki waktu paling lama yaitu 230 dan 232 menit. Kontrol obat memiliki waktu paling cepat yaitu 190 menit. Pada P3 dan P2 memiliki watu 212 dan 232 menit. Mencit yang mengalami diare ditandai dengan feses yang banyak mengandung cairan hingga encer. Mencit dalam keadaan diare akan mengalami dehidrasi, sehingga pada kontrol positif dan P1 menunjukkan waktu paling lama. Pada P1 diduga tanin yang berperan sebagai antidiare masih kurang bekerja karena kandungan dosis yang dimiliki masih rendah. Kontrol obat dengan loperamid diduga bekerja sebagai penyeimbang untuk menormalkan resorpsi sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam kondisi hipersekresi ke keadaan resorpsi normal [20]. Pada P3 dan P2 menunjukkan waktu diare yang berbeda pula, waktu yang paling cepat adalah pada P3. Diduga tanin yang terdapat pada P3 merupakan yang paling mampu bekerja sebagai astringent. Tanin memiliki efek antidiare yang bekerja sebagai pembeku protein atau astringent yaitu zat yang berikatan pada mukosa kulit atau jaringan yang berfungsi membekukan protein. Sehingga membran mukosa menjadi kering dan membentuk pembatas (thight junction) yang bersifat resisten terhadap inflamasi dari mikroorganisme, selain itu tanin dapat menghambat sekresi dari klorida melalui ikatan antara protein tannate yang berada di usus dengan tanin [21]. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara kontrol negatif dengan perlakuan terhadap diameter serapan air dan berat feses. Konsistensi feses berlendir atau berair apabila kadar air feses melewati 80% dimana feses akan lunak dan muddy [22]. Hal ini karena bakteri Salmonella typhimurium telah menginfeksi saluran pencernaan pada mencit, sehingga konsistensi feses mencit menjadi lunak dan memiliki volume yang besar. 2. Konsistensi Feses Lembek Parameter yang dilihat dari kategori ini yaitu lama terjadinya diare, diameter serapan air, dan berat feses. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan Tabel 8. Konsistensi Feses Lembek Lama Terjadinya Diameter Diare (menit) Serapan Air Berat Feses (g) (cm) K- (tidak mengalami diare) 0 a 0 a ± a K+ (diare tanpa perlakuan) ± d 0.4 ± b ± b KO (dengan obat loperamid) 325 ± b 0.37 ± b ± b P1 (dengan dosis 150 mg/kg bb) ± 6.45 c 0.45 ± b ± b P2 (dengan dosis 300 mg/kg bb) ± 6.45 c 0.47 ± b ± b P3 (dengan dosis 600 mg/kg bb) ± 6.29 b 0.37 ± b ± b Tabel 8 menunjukkan pengaruh ekstrak daun beluntas terhadap konsistensi lembek. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang nyata. Kontrol positif memiliki waktu paling lama yaitu 577 menit dan yang memiliki waktu paling cepat yaitu kontrol obat dan P3 yaitu 325 dan 321 menit. Sedangkan pada P1 dan P2 memiliki waktu 402 dan 321 menit. Pada tiga perlakuan dosis yang berbeda menunjukkan waktu diare yang berbeda. Disebabkan karena jumlah dosis yang diberikan berbeda sehingga mempengaruhi kekuatan bahan uji dalam menekan diare. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin besar efek antidiare yang dihasilkan oleh dosis ekstrak tersebut. Terbukti dengan P3 yang memiliki waktu paling cepat, diduga tanin yang terdapat pada P3 merupakan yang paling mampu bekerja 1090

9 sebagai antidiare karena infeksi bakteri Salmonella typhimurium, tanin yang terdapat dalam daun beluntas juga bersifat antibakteri yang telah ditunjukkan pada analisis antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhimurium. Efek tanin sebagai antibakteri disebabkan oleh kemampuan tanin untuk mengaktifkan enzim adhesion, enzim dan protein transport cell envelope. Tanin juga membentuk kompleks polisakarida yang dapat merusak dinding sel bakteri. Sebagai akibatnya, metabolisme bakteri terganggu dan menyebabkan kematian bakteri [16]. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara kontrol negatif dengan perlakuan terhadap diameter serapan air dan berat feses. Feses yang lembek memiliki massa yang lebih berat dibandingkan dengan feses normal. 3. Konsistensi Feses Normal Parameter yang dilihat dari kategori ini yaitu lama terjadinya diare, diameter serapan air, dan berat feses. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Konsistensi Feses Normal Perlakuan Lama Terjadinya Diameter Diare (menit) Serapan Air (cm) Berat Feses (g) K- (tidak mengalami diare) 0 a ± a K+ (diare tanpa perlakuan) ± e ± a KO (dengan obat loperamid) ± b ± a P1 (dengan dosis 150 mg/kg bb) 520 ± 7.50 d ± a P2 (dengan dosis 300 mg/kg bb) 490 ± c ± a P3 (dengan dosis 600 mg/kg bb) 435 ± b ± a Tabel 9 menunjukkan pengaruh ekstrak daun beluntas terhadap waktu terjadinya feses kembali normal. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan yang nyata. Kontrol positif memiliki waktu paling lama yaitu 853 menit dan yang memiliki paling cepat yaitu kontrol obat dan P3 yaitu 433 dan 435 menit. Sedangkan pada P1 dan P2 memiliki watu 520 dan 490 menit. Kontrol positif menunjukkan waktu yang paling lama diduga karena akuades yang diberikan tidak dapat bekerja untuk mengkondisikan dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan elektrolit dalam usus. Pada tiga perlakuan dosis yang berbeda menunjukkan waktu diare dengan konsistensi feses kembali normal yang berbeda. Terbukti dengan P3 memiliki waktu paling cepat. Pada P3 menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol obat, artinya memberikan efek antidiare yang setara dengan loperamid. P1 dan P2 dibandingkan dengan kontrol normal menunjukkan perbedaan yang nyata, artinya sudah menunjukkan efek antidiare meskipun masih berbeda nyata dengan kontrol obat. Pada pemberian P1 dan P2 efek antidiare lebih lemah, sedangkan P3 sebanding dengan kontrol obat. Pada konsistensi feses kembali normal, cara kerja tanin dalam menekan diare karena infeksi bakteri Salmonella typhimurium sudah optimal dengan mengkelat dan protektif dimana tanin akan mengendap pada mukosa sepanjang dinding saluran pencernaan dan secara tidak langsung menciutkan usus saat terjadi diare sehingga menekan gerakan peristaltik usus dan mengurangi rangsang terhadap aktivitas peristaltik yang meningkat [23]. Daun beluntas memiliki kandungan minyak atsiri, tanin, fenol. Senyawa tanin yang terkandung dalam beluntas diduga bekerja sebagai astringens yaitu dapat menciutkan selaput lendir usus sehingga dapat menekan terjadinya diare dan meringankan keadaan diare yang non spesifik pada mencit [20]. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap berat feses, karena semua berat feses kembali ke fase awal yaitu fase kembali normal. 1091

10 Rentang Waktu Diare Rentang waktu diare untuk mengetahui berapa lama diare terjadi setalah penginduksian bakteri Salmonella typhimurium sampai feses kembali normal. Dalam mengamati rentang waktu diare, dihitung pada waktu terbentuknya feses kembali normal dikurangi waktu saat mulai terjadinya diare. Tabel 10. Rentang Waktu Diare Perlakuan Total Rentang Waktu Diare (menit) Kontrol negatif (mencit tidak mengalami diare) 0 Kontrol positif (diare tanpa perlakuan) Kontrol obat (diare dengan perlakuan loperamid) P1 (diare dengan perlakuan dosis 150 mg/kg bb) P2 (diare dengan perlakuan dosis 300 mg/kg bb) P3 (diare dengan perlakuan dosis 600 mg/kg bb) Tabel 10 menunjukkan pengaruh ekstrak daun beluntas terhadap rentang waktu diare. Kontrol positif memiliki waktu paling lama yaitu 772 menit dan yang memiliki paling cepat yaitu kontrol obat dan P3 yaitu 351 dan 353 menit. Sedangkan pada P1 dan P2 memiliki waktu 437 dan 402 menit. Semakin cepat rentang waktu diare, maka semakin kuat efek antidiare. Disebabkan karena jumlah dosis yang diberikan berbeda-beda sehingga mempengaruhi kekuatan bahan uji dalam menekan diare. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin besar efek antidiare yang dihasilkan oleh dosis ekstrak tersebut. P3 menunjukkan hasil yang sebanding dengan kontrol obat loperamid. Sedangkan P1 dan P2 memiliki efek yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol obat, akan tetapi masih terlihat efeknya jika dibandingkan dengan kontrol positif. Diduga karena senyawa tanin yang terdapat pada P1 dan P2 masih kurang bisa memaksimalkan kerja usus. Kontrol positif menunjukkan diare dengan waktu yang paling lama karena pada saat diare usus mengalami kehilangan banyak elektrolit sehingga air yang berada pada usus tidak mampu terserap oleh usus. Kelompok perlakuan maupun kontrol obat mempunyai efek dalam mempersingkat waktu diare. Tanin di klasifikasikan menjadi dua kategori yaitu hydrolyzed tannin dan condense tannin. Hydrolyzed tannin memiliki kemampuan astringent lebih besar terhadap diare yang disebabkan infeksi. Protein tannat yang dipecah akan berikatan dengan hydrolyzed tannin yang melewati intestine dan menurunkan sekresi dari usus kecil sehingga menyebabkan konstipasi [21]. Condense tannin mempunyai efek sebagai proteksi. Tanin merupakan astringent yang dapat berikatan dengan membran mukosa, kulit dan jaringan lain sehingga dapat berikatan dengan protein yang dapat membentuk pembatas yang resisten terhadap reaksi mikroba, sehingga condense tannin dapat digunakan untuk pengobatan diare karena mengurangi jumlah cairan yang hilang dari saluran cerna [24]. Condense tannin juga dapat membantu mengembalikan keseimbangan flora di usus dengan menginduksi gamma-delta T sel yang berekspansi ke sel usus yang dapat menstimulasi sistem imun dari mukosa jaringan untuk menghambat bakteri patogen. Condense tannin mengurangi degradasi protein di lumen intestine dengan cara berikatan dengan protein pada ph dan akan melepas protein pada saat ph kurang dari 3,5 sehingga dapat memudahkan asam amino untuk diserap oleh tubuh, selain itu protein tannate yang berada pada saluran dipecah kemudian akan berikatan dengan tanin melewati usus sehingga dapat menurunkan sekresi cairan dari usus halus yang menimbulkan efek konstipasi [24]. 1092

11 SIMPULAN Metode ekstraksi yang sesuai untuk ekstraksi senyawa tanin adalah metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dengan rasio bahan dengan pelarut 1:10 (b/v). Ekstrak daun beluntas memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhimurium dengan zona penghambatan konsentrasi minimal 5% dan mempunyai daya hambat paling baik yaitu dengan konsentrasi 15%. Perlakuan dosis 3 (dosis 600 mg/kg bb) merupakan dosis ekstrak daun beluntas yang mempunyai efek sebanding dengan loperamid HCl. DAFTAR PUSTAKA 1) Zein, U., Sagala, K.H dan Ginting, J Diare Akut Disebabkan Bakteri. Bagian Ilmu Penyakit. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi 2) Ganong, W.F Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. EGC. Jakarta 3) Sujono, H Gastroentrologi. Penerbit Alumni. Jakarta 4) Ardiansyah, L., Nuraida dan Andarwulan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less.). Prosiding Seminar Tahunan PATPI. Malang 5) Adnyana., Yulinah., Sigit., Fisheri and Insanu Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Merah Sebagai Antidiare. Departemen Farmasi. ITB. Acta Pharmaceutica Indonesia. 29 : ) Ismi, R., Ratnawati, D.M and Yudi, R Uji Aktifitas Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Etanolik Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dengan Metode Maserasi dan Soxhletasi Terhadap Salmonella typhi atcc Secara Dilusi. Jurnal Fakultas Farmasi. Universitas Setia Budi. Surakarta 7) Gupta and Rohit Visual Estimation and Spectrophotometric Determination of Tannin Content and Antioxidant Activity of Three Common Vegetable. Department of Chemistry, Bundelkhand University, Jhansi (UP) India. Vol. 2 : ) Shriner, R.L., R.C. Fuson., D.Y Curtin., C.K.F Herman and Morili The Systematic Identificatin of Organic Compounds. 6nd Edition. John Willey and Sons Inc. Singapore 9) Ismail Flowsheet Pra Rancangan Pembuatan Tanin dari Biji Pinang Kapasitas Produksi Ton/Tahun. Laporan Tugas Akhir. Departemen Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara. Medan 10) Sharma, G.N Phytochemical Screening and Estimation of Total Phenolic Content in Aegle marmelos Seeds. International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 2: ) Susilowati Pemanfaatan Kulit Buah Kakao dari Limbah Perkebunan Kakao Sebagai Bahan Baku Pulp dengan Proses Organosolv. Ilmiah Teknik Lingkungan. 2 : ) Yuwono, S.S dan Susanto, T Pengujian Fisik Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya Malang 13) Zhang., Yang and Wang Microwave Assisted Extraction of Secondary Metabolites from Plants: Current Status and Future Directions. Trends in Food Science & Technology. 22 : ) Zeleny, M Multiple Criteria Decision Making. Mc.Graw-Hill Book. New York 15) Virgayanti, P Efek Dekok Daun Beluntas (Pluchea indica) sebagai Antimikroba terhadap Salmonella typhi Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang 16) Dewi, F.K Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Jurusan Biologi MIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta 1093

12 17) Damayanti, E. dan T.B. Suparjana Efek penghambatan beberapa fraksi ekstrak buah mengkudu terhadap Shigella dysenteriae. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto 18) Dzen., Roekistiningsih., Santoso, S., dan Winarsih, S Bakteriologi Medik. Putra Media Nusantara. Malang 19) Zein, U Diare Akut Infeksius pada Dewasa. Tanggal akses : 05/12/ ) Tjay, H.T dan Rahardja, K Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi 5. Cetakan pertama. Gramedia. Jakarta 21) Clinton, C Plant Tannins A Novel Approach to the Treatment of Ulcerative Colitis. USA. Natural Medicine Journal. Vol 2. P ) Spehlmann, M.E., Dann S.M., Hruz, P., Hanson, E., Mc.Cole D.F and Eckmann CXCR2-Dependent Mucosal Neutrophil Infl ux Protects Against Colitis-Associated Diarrhea Caused by an Aching/Effi Cacing Lesion-Forming Bacterial Pathogen. Journal Immunology 183 : ) Enda, W Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Batang Salam Terhadap Mencit Jantan. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan 24) Eilif A A Practitioners Perspectives Traditional Tannin Treatment Against Intestinal Parasites in Sheep and Cattle. Tanggal akses : 12/06/

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di

Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus diare di seluruh dunia. Pada tahun 2004, diare menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di BAB 1 PENDAHULUAN Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya dan merupakan bagian integral dari kehidupan bangsa Indonesia yang dapat dipakai dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dan tidak dapat dipungkiri bahwa banyak masalah kesehatan yang sering terjadi salah satunya adalah diare. Angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan

Lebih terperinci

Selain itu, pengobatan antidiare juga dapat menggunakan obat-obat kimia. Salah satu contohnya adalah loperamid. Loperamid HCL memiliki efek samping

Selain itu, pengobatan antidiare juga dapat menggunakan obat-obat kimia. Salah satu contohnya adalah loperamid. Loperamid HCL memiliki efek samping BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di negara berkembang penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia. Penyakit diare juga merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Angka kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT YANG DIINDUKSI Salmonella typhimurium

EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT YANG DIINDUKSI Salmonella typhimurium EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT YANG DIINDUKSI Salmonella typhimurium Effectiveness of Papaya Seed Extract (Carica papaya L) as Antidiarrheal in Mice were

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIDIARE KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN DAUN KESUMBA KELING (Bixa orellana L.)PADA MENCIT (Mus musculus)

UJI EFEK ANTIDIARE KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN DAUN KESUMBA KELING (Bixa orellana L.)PADA MENCIT (Mus musculus) UJI EFEK ANTIDIARE KOMBINASI EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN DAUN KESUMBA KELING (Bixa orellana L.)PADA MENCIT (Mus musculus) Novalia Debora*, Wisnu Cahyo Prabowo, Arsyik Ibrahim, Laode Rijai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L. Less) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI Escherichia coli patogen SECARA IN VITRO Oleh: Ilma Bayu Septiana 1), Euis Erlin 2), Taupik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, dan industri. Umumnya pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO INTISARI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO Ria Hervina Sari 1 ; Muhammad Arsyad 2 ; Erna Prihandiwati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Keanekaragaman hayati Indonesia menempati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Tepung Kentang Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan kentang. Pembuatan tepung kentang dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa pengukusan,

Lebih terperinci

Pengaruh Cairan Penyari terhadap Rendemen dan Kadar Tanin Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Pengaruh Cairan Penyari terhadap Rendemen dan Kadar Tanin Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Jurnal Farmasi Indonesia, November 2010, hal 57-61 ISSN: 1693-8615 Vol. 7 No. 2 Pengaruh Cairan Penyari terhadap Rendemen dan Kadar Tanin Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) The Influence of Solvent

Lebih terperinci

Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare

Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare I Ketut Adnyana*, Elin Yulinah, Joseph I. Sigit, Neng Fisheri K., Muhamad Insanu Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi, Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea Balsamifera L.) TERHADAP MENCIT PUTIH Elly Kendali Larasati, Islamudin Ahmad, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pencernaan disebabkan karena tertelannya mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan infeksi dan intoksikasi pada manusia dan menimbulkan penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Ekstraksi Senyawa Aktif Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak metanol, etil asetat, dan heksana dengan bobot yang berbeda. Hasil

Lebih terperinci

diare di Indonesia sebanyak kasus rawat inap dan kasus rawat jalan. Kematian akibat diare di Indonesia pada tahun 2009 mempunyai

diare di Indonesia sebanyak kasus rawat inap dan kasus rawat jalan. Kematian akibat diare di Indonesia pada tahun 2009 mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare adalah suatu gejala klinis dan gangguan saluran pencernaan (usus) yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dan biasanya berulang-ulang, disertai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach Linn) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach Linn) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK KARTIKA JURNAL ILMIAH FARMASI, Des 2013, 1 (1), 38-44 ISSN 2354-6565 EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach Linn) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Linda P. Suherman, Faizal Hermanto,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

Penelitian efek antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dengan metode transit intestinal oleh Hardoyo (2005), membuktikan

Penelitian efek antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dengan metode transit intestinal oleh Hardoyo (2005), membuktikan BAB 1 PENDAHULUAN Diare dapat diartikan sebagai timbulnya feses yang berbentuk cair secara berulang-ulang dan berlebihan (lebih dari 3 kali sehari). Pada umumnya timbulnya diare karena suatu gejala klinis,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini telah dilaksanakan pada percobaan uji mikrobiologi dengan menggunakan ekstrak etanol daun sirih merah. Sebanyak 2,75 Kg daun sirih merah dipetik di

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN PENETAPAN KADAR TANIN DALAM INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp)) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK Mufti Kharismawati*, Pri Iswati Utami*, Retno Wahyuningrum * Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan dan kematian di seluruh dunia, terutama pada anak-anak di berbagai negara. Menurut Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah diadaptasi selama tujuh hari mencit kelompok 1, 2 dan 3 diinfeksi dengan bakteri Shigella dysenteriae 0,5 ml secara oral pada hari kedelapan dan hari kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) Lampiran 1 A Gambar 1. Tanaman ceplukan dan daun ceplukan B Keterangan A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) B : Daun ceplukan Lampiran 1 (Lanjutan) A B Gambar 2. Simplisia dan serbuk simplisia Keterangan

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) terhadap Bakteri dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro Antibacterial Activity Test

Lebih terperinci

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila Noorkomala Sari 1506 100 018 Dosen pembimbing : N.D Kuswytasari, S.Si, M.Si Awik Puji Dyah N., S.Si,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sudah sejak jaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii FATIMAH, ERFANUR ADLHANI, DWI SANDRI Staff

Lebih terperinci

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar?

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar? Alur Pikir LAMPIRAN 1 Bahan medikamen saluran akar Tujuan : Memperoleh aktivitas antimikroba di saluran akar. Menetralkan sisa-sisa debris di saluran akar. Mengontrol dan mencegah nyeri. Ca(OH) 2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di masyarakat angka kejadian infeksi masih tinggi dan masih banyak infeksi tersebut dikarenakan oleh infeksi bakteri. Salah satu bakteri penyebab adalah Staphylococcus

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO Maysella Suhartono Tjeng, 2011 Pembimbing: Yenni Limyati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath, termometer, spatula, blender, botol semprot, batang pengaduk, gelas kimia, gelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari sebuah penyakit, salah satunya yaitu penyakit infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri patogen, salah satu penyakit

Lebih terperinci

ANALISIS KLT-BIOAUTOGRAFI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi

ANALISIS KLT-BIOAUTOGRAFI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi ANALISIS KLT-BIOAUTOGRAFI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi Doni Ardiansyah 1, Oom Komala 2, Ike Yulia Wiendarlina 3 1&3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Flora mulut pada manusia terdapat berbagai mikroorganisme seperti jamur, virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam rongga

Lebih terperinci

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang jurnal.akfarprayoga.ac.

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang  jurnal.akfarprayoga.ac. Jurnal Akademi Farmasi Prayoga, 1(1), 8-12 Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : 2548-141X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang http:// jurnal.akfarprayoga.ac.id PENGARUH KONSENTRASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shigellosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ditemukan diseluruh dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju diperkirakan insiden

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya 1 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1. Subjek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya hambat Streptococcus mutans secara in vitro maka dilakukan penelitian pada plate

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, tempat dan waktu penelitian.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola hidup sebagian masyarakat Indonesia yang kurang peduli akan sanitasi dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, antara lain diare, penyakit kulit, penyakit yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan di persawahan daerah Cilegon,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,

Lebih terperinci

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga JURNAL AKADEMI FARMASI PRAYOGA, 2(1), 2017 Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : 2548-141X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang http:// jurnal.akfarprayoga.ac.id Perbandingan Daya Antibakteri

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN Roselina Wulandari*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti*

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN Roselina Wulandari*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti* PENAPISAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL HERBA PULUTAN (Urena lobata Linn.) Roselina Wulandari*, Pri Iswati Utami *, Dwi Hartanti* Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR TANIN TOTAL EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENETAPAN KADAR TANIN TOTAL EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS PENETAPAN KADAR TANIN TOTAL EKSTRAK BIJI JINTAN HITAM (Nigella sativa) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Mukhriani, Faridha Yenny Nonci, Mumang Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bijinya untuk asma, bronkitis, kusta, tuberkulosis, luka, sakit perut, diare, disentri,

BAB I PENDAHULUAN. bijinya untuk asma, bronkitis, kusta, tuberkulosis, luka, sakit perut, diare, disentri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tumbuhan obat sebagai salah satu upaya menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tumbuhan obat berdasarkan

Lebih terperinci