BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai penggunaan antijamur, antiparasit, dan antibakteri dalam pengobatan ikan, malachite green, sistem dan instrumentasi spektrofotometri sinar tampak. 1.1 Penggunaan Antijamur, Antiparasit, dan Antibakteri dalam Pengobatan Ikan Dalam bidang perikanan, antibiotik biasa digunakan untuk pengobatan ikan yang diberikan dengan cara perendaman, penyuntikan, maupun pengobatan melalui pakan. Selain antibiotik, peternak ikan juga menggunakan senyawa kimia lain untuk mengobati ikan. Senyawa kimia tersebut dapat berupa antijamur, antiparasit, dan antibakteri yang diberikan untuk mengatasi penyakit ikan. Adanya penyakit ikan tersebut erat hubungannya dengan lingkungan tempat ikan itu berada. Oleh karena itu, selain dilakukan pengendalian terhadap lingkungan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ikan, perlu juga diketahui hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ikan itu sendiri. Berdasarkan penyebabnya, terdapat tiga penyakit ikan yaitu penyakit akibat jamur, penyakit akibat cacing, dan penyakit akibat bakteri Penyakit Akibat Jamur Penyebab penyakit ini adalah jamur Saprolegnia dan jamur Achlya. Tanda-tandanya adalah tubuh ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas dan serangan pada telur dapat menghambat pernapasan sehingga menyebabkan telur mati atau tidak menetas. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara direndam dalam larutan malachite green 2-3 bpj selama menit, bagian yang terserang diolesi dengan kalium permanganat 10 bpj, dan September

2 3 direndam dalam larutan malachite green 2 bpj selama menit (dapat diulangi 2-3 kali dengan selang 3 hari) untuk pencegahan pada telur Penyakit Akibat Cacing Penyebab penyakit ini adalah cacing Dactylogyrus (menyerang insang) dan cacing Gyrodactylus (menyerang kulit). Tanda-tandanya adalah insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan, sirip ikan menguncup, bahkan kadang terjadi kerontokan pada sirip ekor, ikan menggosok-gosokkan badannya ke dasar kolam atau benda keras lainnya, kulit menjadi berlendir, dan berwarna pucat. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara direndam dalam larutan formalin teknis (formalin 40 %) 250 ml dalam 1 m 3 air selama 15 menit, direndam dalam larutan metilen biru 3 bpj selama 24 jam, dan direndam dalam larutan malachite green 2-3 bpj selama menit Penyakit Akibat Bakteri Penyebab penyakit ini adalah bakteri Aeromonas dan bakteri Pseudomonas. Tandatandanya adalah ikan lemah bergerak lambat, bernapas terengah-engah di permukaan air, warna insang pucat dan warna tubuh berubah menjadi gelap, terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada sirip, insang, dan kulit. Awalnya lendir berlebihan kemudian timbul perdarahan. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara direndam dalam larutan kalium permanganat 20 bpj selama 30 menit untuk ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan di bagian punggung dengan dosis 0,5 ml teramisin untuk 1 kg berat ikan, melalui makanan yang telah dicampur 1 gram untuk 1 kg berat ikan selama 6-10 hari, direndam dalam larutan obat tetrasiklin, kemisitin atau kloramfenikol 250 gram dalam 500 liter air selama 2 jam. Pengobatan ini dapat diulangi setiap hari sekali selama 3 sampai 5 hari. Dengan adanya informasi di atas, para pembudidaya ikan diharapkan dapat mengetahui secara dini gejala awal serangan penyakit dan dapat melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap timbulnya penyakit ikan secara mudah. Upaya pengendalian penyakit dalam usaha budidaya ikan adalah dengan cara menekan peluang terjadinya infeksi dengan metode pemberantasan total terhadap patogen atau lebih dikenal dengan istilah eradikasi (Muhajir, 2004). Lamanya pengobatan sangat bervariasi, tergantung pada jenis obat dan dosisnya. Lama pengobatan ini bisa dalam hitungan detik, menit atau jam disesuaikan dengan jenis parasit dan daya tahannya terhadap obat. Frekuensi pengobatan sebenarnya

3 4 tidak mempunyai standar yang pasti, tetapi berpatokan pada prinsip bahwa selama ikan belum sembuh, pengobatan tetap dijalankan dengan pengulangan berikutnya sampai benarbenar diperoleh hasil yang diinginkan. Satuan dosis yang biasa digunakan dalam pengobatan penyakit ikan adalah bpj. Walaupun akhir-akhir ini telah banyak ditemukan senyawa bioaktif berasal dari tumbuhan sebagai alternatif untuk pengobatan ikan atau telur ikan, pembudidaya ikan masih sulit menerima hal tersebut. Alasannya adalah cara penggunaannya rumit, memerlukan waktu cukup lama, ketepatan dosis belum ada jaminan, dan hasilnya belum tentu memuaskan. Sementara itu, pada sisi yang lain, proses infeksi penyakit berjalan sangat cepat bahkan dalam hitungan menit dapat mematikan telur ikan. Oleh karena itu, penggunaan senyawa kimia sintetis tetap menjadi pilihan utama untuk pengendalian penyakit pada ikan atau telur ikan, salah satunya dengan malachite green. 1.2 Malachite Green Malachite green merupakan senyawa yang biasa digunakan sebagai zat pewarna sutra, kulit, wol, katun, dan kertas. Malachite green juga bisa digunakan sebagai pewarna bakteri pada analisis mikroskopik sampel sel dan jaringan. Malachite green tersedia dalam bentuk garamnya, umumnya dalam bentuk garam oksalat dan garam klorida. H 3 C N + CH 3 N CH 3 CH 3 Gambar 1.1 Struktur malachite green Nama lain malachite green : aniline green, benzal green, benzaldehyde green, china green, C.I. basic green 4, C.I , diamond green B, diamond green Bx, diamond green P extra, fast green, light green N, new victoria green extra I, new victoria green extra II, new

4 5 victoria green extra O, solid green O, victoria green B, victoria green WB, N-(4-((4- (dimethylamino)phenyl)phenylmethylene)-2,-cyclohexadiene 1 ylidene)-n-methyl-chloride (untuk garam klorida) 2. Nama IUPAC : 4-[(4-dimetilaminofenil)-fenil-metil]-N,N-dimetilanilin. CAS number : [ ] untuk garam klorida dan [ ] untuk garam oksalat. CI (Color Index) name : Pigment Green 4. CAS Registry Number : ( ). CI constitution number adalah : 2. Pigment class : triarilkarbonium klorida. Metode pembuatan : kondensasi benzaldehida dengan N, N - dimetilanilin dilanjutkan dengan oksidasi dan pembentukan garam. (Kroschwitz, 1996) Rumus molekul : C 23 H 25 N 2 Cl (Bobot Molekul = 364,66) untuk garam klorida dan C 48 H 50 N 4 O 4.H 2 C 2 O 4 (Bobot Molekul = 927,10) untuk garam oksalat. Pemerian : kristal berwarna hijau dan tidak berbau. Kelarutan : sangat larut dalam air. Titik leleh : 164 o C (327 F). Inkompatibilitas : oksidator kuat. Toksikologi : berbahaya jika dihirup, kontak dengan mata dan kulit dapat menyebabkan iritasi. LD 50 oral (tikus) = 275 mg/kg. Iritasi mata (kelinci) = 76 mg/kg 3. Malachite green yang diubah menjadi metabolitnya yaitu leucomalachite green dapat digunakan dalam metode pendeteksian latent blood pada kasus kriminal. Hemoglobin mengkatalisis reaksi antara leucomalachite green dan hidrogen peroksida, mengubah leucomalachite green yang tidak berwarna menjadi bentuk kromatik malachite green. Oleh karena itu, timbulnya warna hijau mengindikasikan adanya darah. Selain itu, malachite green ternyata aktif untuk membasmi jamur Saprolegnia yang menginfeksi telur ikan pada perikanan komersial. Malachite green ini dapat juga digunakan pada pengobatan penyakit ikan akibat parasit (cacing) dan bakteri. Oleh karena itu, malachite green dapat digunakan sebagai antijamur, antiparasit, dan antibakteri (Roybal, 2005). Jika diberikan kepada ikan untuk pengobatan, malachite green ini akan diabsorpsi dan diubah menjadi bentuk lain melalui mekanisme biologis dalam tubuh ikan. Bentuk pertama adalah bentuk basa karbinol yang dapat melewati membran sel dengan cepat. Ketika berada di dalam sel, bentuk karbinol ini dimetabolisme menjadi leucomalachite green. Leucomalachite green ini akan terakumulasi pada jaringan ikan. Namun, tidak semua 2 environmentalchemistry.com/yogi/chemicals/cn/aniline%a0green.html, 19 September September 2007

5 6 malachite green diubah menjadi leucomalachite green. Perubahan bentuk malachite green dapat dilihat pada gambar Malachite green Basa karbinol Leucomalachite green Gambar 1.2 Perubahan bentuk malachite green Ternyata malachite green dan metabolitnya, leucomalachite green, diperkirakan bersifat mutagenik dan karsinogenik (Roybal, 2005). Perkiraan ini diperoleh dari penelitian pada tikus yang diberi malachite green dengan konsentrasi 100 ppb selama 2 tahun menunjukkan tanda-tanda tumor, anemia, dan abnormalitas tiroid. Hasil yang signifikan pada manusia belum dapat diketahui saat ini karena konsentrasi malachite green dan leucomalachite green dalam ikan yang dikonsumsi itu relatif kecil. Namun, diperkirakan jika dikonsumsi terus-menerus akan terjadi akumulasi dalam tubuh manusia yang pada akhirnya akan mencapai konsentrasi yang bisa menimbulkan kanker. Efek malachite green pada telur ikan telah diuji pada ikan mas. Semakin rendah dosis dan semakin lama perendaman malachite green, semakin banyak jumlah telur ikan yang menetas (Muhajir, 2004). Oleh sebab itu, semakin besar dosis malachite green, semakin banyak jumlah telur ikan yang tidak menetas atau mati. Hal ini berarti bahwa malachite green toksik terhadap beberapa spesies ikan (salah satunya ikan mas) terutama telur ikan. Karena adanya perkiraan toksisitas malachite green dan metabolitnya tersebut, Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Eropa tidak memperbolehkan lagi penggunaan malachite green pada pengobatan ikan (Andersen, 2006). Namun demikian, karena mudah memperolehnya dan murah, malachite green masih sering digunakan di negara-negara 4 en.wikipedia.org/wiki/malachite_green, 10 September 2007

6 7 tertentu termasuk Indonesia. 1.3 Sistem dan Instrumentasi Spektrofotometri Sinar Tampak Prinsip spektrofotometri sinar tampak adalah pengukuran serapan cahaya di daerah sinar tampak ( nm) oleh suatu senyawa. Radiasi ultra violet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron π terkonjugasi dan atau atom yang mengandung elektron n, menyebabkan transisi elektron di orbit terluarnya dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi dan dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, 2004). Serapan molekul pada daerah tersebut berkaitan erat dengan eksitasi elektron-elektron σ, π dan n (non bonding) pada molekul tersebut. Eksitasi elektron σ pada suatu molekul memerlukan energi relatif besar yang dimiliki cahaya pada daerah UV jauh dari sinar tampak yaitu pada panjang gelombang nm. Elektron π yaitu elektron pada ikatan rangkap dua atau tiga dan elektron n dapat dieksitasi oleh cahaya pada daerah UV dekat dengan sinar tampak yaitu pada daerah panjang gelombang nm. Gugusan atom pada molekul yang mengabsorpsi radiasi disebut gugus kromofor yang merupakan ikatan kovalen yang tidak jenuh yang terdiri dari elektron π. Absorpsi radiasi oleh gugus kromofor dapat dipengaruhi oleh gugus fungsi lain yang terdapat dalam molekul (gugus auksokrom) yang mempunyai elektron n seperti gugus: - OH, - OCH 3, dan - NH 2 yang dapat mengabsorpsi radiasi UV jauh, tetapi tidak mengabsorpsi radiasi UV dekat. Bila elektron pada gugus auksokrom dapat terdelokalisasi ke sistem gugus kromofor, intensitas absorpsi radiasi oleh kromofor akan meningkat, sedangkan geserannya dapat bersifat batokromik atau hipsokromik. Absorpsi radiasi di daerah sinar tampak dapat terjadi bila terdapat sejumlah gugus kromofor yang terkonjugasi (tersusun secara silih berganti dengan ikatan tunggal). Pada sistem tersebut elektronnya mempunyai mobilitas yang tinggi. Oleh karena itu, energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasi elektronnya tidak terlampau tinggi. Semakin panjang rantai terkonjugasinya, semakin rendah eksitasinya dan jika radiasi yang diabsorpsi setara dengan energi radiasi sinar tampak, senyawa yang mengabsorpsi tersebut tampak berwarna.

7 8 Jika radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu media yang homogen, sebagian radiasi itu ada yang dipantulkan, diabsorpsi, dan ada yang ditransmisikan. Pada pengerjaan spektrofotometri, radiasi yang dipantulkan dapat diabaikan, sedangkan radiasi yang dilewatkan sebagian diabsorpsi dan sebagian lagi ditransmisikan. Jika intensitas awal radiasi yang datang adalah I 0 dan intensitas radiasi yang dilewatkan adalah I, maka berlaku hukum Lambert-Beer (Skoog, 1998). Log (I 0 /I) = abc...(1) A = abc...(2) Besaran spektroskopik yang diukur adalah T (transmitans) = (I 0 /I) dengan A (serapan) = log (1/T), a adalah absorptivitas, b adalah tebal medium, dan c adalah konsentrasi senyawa yang mengabsorpsi radiasi. Instrumen yang digunakan untuk pengukuran spektrum disebut spektroskop atau spektrometer. Jika radiasi yang dilewatkan pada sampel dideteksi dengan film atau lempeng fotografi, spektrometer itu disebut spektograf. Jika intensitas radiasi yang ditansmisikan diukur dengan sel fotolistrik, instrumen itu disebut spektrofotometer. Spektrometer yang ditunjukan untuk pengukuran absorpsi sinar tampak disebut kolorimeter. Spektrofotometri biasa digunakan untuk pengujian identitas (identifikasi), elusidasi struktur molekul, pemeriksaan kemurnian, penentuan kadar senyawa tunggal, penentuan kadar senyawa multikomponen, penentuan ketetapan kesetimbangan asam-basa, dan penetapan tetapan laju reaksi. Spektrofotometer sinar tampak harus mempunyai sumber radiasi, monokromator, wadah sampel (sel atau kuvet), detektor, dan rekorder atau pengukur lainnya. Skema spektrofotometer dapat dilihat pada gambar 1.3. SR M S D R Gambar 1.3 Skema spektrofotometer Keterangan : SR = sumber radiasi M = monokromator

8 9 S = sel (kuvet) D = detektor R = rekorder atau sistem elektronik lainnya untuk penguatan atau pengukuran digital Sumber radiasi Untuk pengukuran di daerah sinar tampak, digunakan lampu kompak halogen-tungsten yang dibungkus kwarsa atau lampu filamen tungsten biasa. Dalam spektrometer yang diukur adalah intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi, maka emisinya harus tetap. Hal itu dapat diperoleh bila tegangan listrik yang digunakan tetap. Setiap lampu mempunyai batas waktu operasional yang terbatas. Lampu tungsten umumnya memiliki batas waktu operasional sekitar 2000 jam Monokromator Monokromatorlah yang membedakan spektrofotometer dengan instrumen lain yaitu fotometer atau kolorimeter (yang menggunakan filter optik). Alat ini berfungsi untuk memperoleh radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Monokromator terdiri dari celah masuk filter kisi atau prisma celah keluar. Pada spektrofotometer modern dipakai sistem monokromator ganda yaitu dua monokromator (dipasang secara paralel yang terdiri dari prisma dan kisi) yang menghasilkan sinar monokromatis yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan monokromator tunggal dan mengurangi pengaruh radiasi asing Sel atau kuvet Sampel yang diukur berupa larutan yang sangat encer. Sel atau kuvet adalah wadah berbentuk kotak empat persegi panjang atau silinder untuk menyimpan larutan yang diukur. Sel harus transparan, dapat melewatkan sekurang-kurangnya 70 % radiasi yang mengenainya, dan tidak boleh menyerap radiasi yang digunakan dalam pengukuran. Kuvet kaca digunakan untuk pengukuran di daerah sinar tampak dan kuvet silika untuk pengukuran di daerah sinar ultraviolet dan sinar tampak. Kuvet yang digunakan mempunyai ketebalan tertentu yaitu 1, 2, 5, dan 10 cm dan yang biasa digunakan adalah kuvet berukuran 1 cm dengan kapasitas 4 ml.

9 Detektor Detektor berfungsi mengukur radisi yang ditransmisikan oleh sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut. Radiasi diubah menjadi energi listrik oleh sel tabung foto, fotovoltaik atau silikon fotodioda. Pada sel tabung terdapat permukaan yang jika dikenai foton atau radiasi akan memancarkan elektron, kemudian elektron yang dipancarkan dikumpulkan pada lempeng positif yang menghasilkan arus listrik yang proposional dengan intensitas radiasi yang ditransmisikan sampel. Pada instrumen yang modern, elektron yang terkumpul dikuatkan beberapa kali oleh alat tabung fotomultiplier yang dapat meningkatkan kepekaan pengukuran. Detektor terbaru dengan terknologi maju dan canggih adalah diode array Rekorder Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima pada sirkuit potensiometer yang dapat langsung mengukur transmitans atau serapan. Pada instrumen yang manual posisi potensiometer nol diatur dengan memutarnya sedangkan pada instrumen otomatis pada posisi nol dapat diatur dengan sendirinya. Rekorder dapat menggambarkan secara otomatis kurva serapan pada kertas rekorder. Yang diukur pada kertas spektrofotometer adalah transmitans yaitu rasio antara intensitas radiasi yang ditransmisikan sampel terhadap intensitas radiasi yang ditransmisikan sel yang berisi pelarut murni. Radiasi ini harus dikalibrasi agar memberikan harga transmitans atau serapan yaitu log (1/T) secara langsung. Pada spektrofotometer berkas tunggal, kedua pengukuran dilakukan secara terpisah (sequential) oleh operator. Monokromator mengeluarkan berkas tunggal sinar monokromatis yang melewati sel yang berisi pelarut, lalu pencatat diatur pada 100 % transmitans yang berarti mengukur I 0. Lalu sel diisi dengan larutan yang akan diukur dan dikenai berkas tunggal tadi, maka yang terbaca adalah transmitans atau serapan secara langsung. Keharusan mengukur dua kali secara terpisah dapat dihilangkan pada instrumen spektrofotometer berkas ganda. Pada instrumen ini sinar monokromatis dibagi menjadi dua berkas yang identik yaitu berkas pertama melewati sel berisi pelarut atau referens dan berkas kedua secara simultan melewati sel berisi sampel. Detektor mengukur rasio kedua intensitas radiasi yang ditransmisikan oleh kedua sel. Instrumen ini diterapkan pada spektrofotometer yang dilengkapi dengan rekorder.

10 Validasi Metode Validasi metode yang diperlukan dalam analisis kuantitatif melalui pengujian secara statistika beberapa parameter meliputi kelinieran, kepekaan (batas deteksi dan batas kuantisasi), kecermatan, dan keseksamaan Kelinieran Kelinieran adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon secara langsung (atau dengan bantuan transformasi matematika yang baik) dan proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Ibrahim, 2001). Kelinieran ditentukan dengan menghitung koefisien korelasi antara konsentrasi analit dengan respon yang dihasilkan dalam pengukuran. Kelinieran terpenuhi jika nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1. Koefisien korelasi dapat ditentukan dari kurva kalibrasi yang merupakan hubungan linier antara respon hasil pengukuran terhadap kadar analit. Penentuannya minimal menggunakan 6 konsentrasi baku. Kelinieran diuji dengan menentukan koefisien korelasi dan koefisien variasi fungsi regresi (Ibrahim, 2005). Koefisien korelasi diperoleh dari persamaan garis regresi linier antara serapan dan konsentrasi analit. y = bx + a...(3) y = respon instrumen (serapan) x = konsentrasi analit b = kemiringan garis a = tetapan empirik Koefisien korelasi (r) dapat dihitung dengan rumus : r = {( ( x {( x i i x) x)( y 2 )( i y)} ( y i y) 2...(4) )} x i = semua titik pada garis regresi yang berpadanan dengan y i (i = 1,2,3,...) x = konsentrasi rata-rata y i = semua titik pada garis regresi yang berpadanan dengan x i (i = 1,2,3,...) y = serapan rata-rata

11 12 Koefisien variasi fungsi regresi (V xo ) dengan rumus berikut : S y/x S y/x = S x ( y i y n 2 ' i ) 2...(5) V xo = y / 100% b. x...(6) = simpangan baku residual y i = semua titik pada garis regresi yang berpadanan dengan x i (i = 1,2,3,...) y i = hasil perhitungan dari persamaan y = bx + a x = rata-rata dari x Nilai V xo yang kecil menandakan kelinieran yang cukup. Nilai V xo untuk analisis bahan aktif dalam sediaan atau bahan baku digunakan batas 2 %, sedangkan untuk analisis senyawa dalam metabolit dan bahan biologis atau cemaran digunakan batas 5 %. Untuk mengetahui adanya korelasi antara serapan dan konsentrasi analit dalam sampel dapat ditentukan dengan membandingkan nilai t gawat yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : t h = r ( n 2) 2 (1 r )...(7) r = koefisien korelasi n = jumlah larutan yang diukur Nilai t tabel dilihat pada tabel nilai t gawat dengan derajat kebebasan = n-2 dan batas kepercayaan 95 % untuk uji dua arah. Nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel me- nunjukkan adanya korelasi antara serapan dan konsentrasi analit dalam sampel Kepekaan Penentuan kepekaan meliputi batas deteksi (BD) dan batas kuantisasi (BK). Batas deteksi (BD) adalah konsentrasi terkecil dari analit yang bisa terdeteksi dan memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantisasi (BK) adalah konsentrasi terkecil

12 13 dari analit dalam sampel yang masih memenuhi kriteria cermat dan seksama (Ibrahim, 2001). BD dan BK dapat dihitung dari data kurva kalibrasi dengan rumus sebagai berikut : BD = BK = 3,3S b 10S b y / x y / x...(8)...(9) b = kemiringan garis kurva kalibrasi S y/x = simpangan baku residual yang diperoleh dari kurva kalibrasi Kecermatan Kecermatan adalah ukuran atau derajat kedekatan antara hasil uji terhadap nilai sebenarnya (Ibrahim, 2001). Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery method) dan metode penambahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah baku ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa atau matriks (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit ditambahkan ke dalam sampel, dicampur, dan dianalisis kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang diharapkan (kadar yang sebenarnya). Dalam kedua metode tersebut, kecermatan dinyatakan dengan persen perolehan kembali yang dihitung dengan dengan rumus: X r % perolehan kembali = 100%...(10) X Xr = kadar yang diperoleh dari pengukuran Xa = kadar teoritis. a Rentang perolehan kembali yang dapat diterima berada dalam rentang Nilai persen perolehan kembali disesuaikan dengan persen analit dalam matriks sampel.

13 Keseksamaan Keseksamaan merupakan derajat kesesuaian antara hasil uji individual diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada beberapa sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Ibrahim, 2001). Keseksamaan ditentukan dengan menghitung simpangan baku dan koefisien variasi dari persen perolehan kembali. Nilai simpangan baku (S) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : S = 2 ( x i x)...(11) n 1 x i = hasil pengukuran (x 1, x 2, x 3, x 4,...x n ) x = rata-rata pengkuran n = jumlah pengukuran Koefisien variasi (KV) ditentukan dengan rumus : S KV = 100%...(12) x S = simpangan baku x = nilai rata-rata KV yang memenuhi kriteria dihitung menggunakan rumus : KV 2 1-log C...(13) C = konsentrasi baku teoritis yang diukur pada perolehan kembali dalam satuan % Spesifisitas dan Selektivitas Spesifisitas adalah kemampuan metode untuk mengukur secara cermat dan spesifik suatu analit dengan komponen lain dalam matriks, sedangkan selektivitas adalah kemampuan metode memberikan sinyal analit pada campuran dalam sampel tanpa adanya pengaruh dari matriks.

14 Robustness dan Ruggedness Robustness merupakan kemampuan metode untuk tidak terpengaruh oleh perubahan kecil selama pengembangan metode, sedangkan ruggedness adalah derajat reproduksibilitas hasil uji sampel yang sama dalam kondisi normal dengan penetapan berbeda seperti laboratorium, analis, instrumen, lot pereaksi, waktu, suhu, dan hari yang berbeda.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metformin Hidroklorida Tablet Metformin Hidroklorida sistem lepas lambat mengandung NLT 90% dan NMT 110% dari jumlah Metformin Hidroklorida berlabel (The United States Pharmacopeial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Teofilin Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai berikut: Rumus Struktur : Gambar 2.1 Struktur Teofilin Nama Kimia : 1,3-dimethyl-7H-purine-2,6-dione

Lebih terperinci

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS Disusun Oleh : RENI ALFIYANI (14030194086 ) PENDIDIKAN KIMIA A 2014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS Anggota Kelompok : Azizah Puspitasari 4301412042 Rouf Khoironi 4301412050 Nur Fatimah 4301412057 Singgih Ade Triawan 4301412079 PENGERTIAN DAN PRINSIP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minuman energi adalah minuman ringan non-alkohol yang dirancang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minuman energi adalah minuman ringan non-alkohol yang dirancang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minuman Energi Minuman energi adalah minuman ringan non-alkohol yang dirancang untuk memberikan konsumen energi. Minuman energi lebih populer dari sebelumnya dan tampaknya akan

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS

ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS Oleh: SUSILA KRISTIANINGRUM & Siti Marwati siti_marwati@uny.ac.id Transmitansi T = P P 0 dan TRANSMITANSI DAN ABSORBANSI %T = T 100 P = kekuatan (intensitas) sinar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Sifat Fisikokimia Struktur Kimia: Rumus Molekul Nama Kimia : C 16 H 16 ClNO 2 S : (α S)- α(2-klorofenil)-6,7-dihidrotieno [3,2-c] piridin-5(4h)-asam asetat,

Lebih terperinci

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004).

maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap konsentrasi (Satiadarma,2004). PENDAHULUAN Produk farmasi yang ada di pasaran tidak hanya sediaan untuk manusia saja, tetapi juga untuk hewan yang diternakkan. Hewan yang diternakkan membutuhkan suatu sediaan farmasi untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pada penelitian ini diawali dengan penentuan kadar vitamin C untuk mengetahui kemurnian vitamin C yang digunakan sebagai larutan baku. Iodium 0,1N digunakan sebagai peniter

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA H N. :-asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]- monosodium. -sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA H N. :-asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]- monosodium. -sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Natrium Diklofenak 2.1.1 Uraian bahan O Cl ONa H N Cl Rumus molekul : C 14 H 10 Cl 2 NNaO 2 Berat molekul : 318,13 Sinonim :-asam benzeneasetat, 2-[(2,6-diklorofenil)amino]-

Lebih terperinci

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pirantel Pamoat 2.1.1 Sifat Fisikokimia Rumus Struktur : Rumus Molekul : C 11 H 14 N 2 S. C 23 H 16 O 6 Sinonim : - Pyrantel Embonate - (E)-1,4,5,6-Tetrahidro-1-metil-2-[2-(2-thienyl)vinil]

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) Kusnanto Mukti W, M 0209031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta kusnantomukti@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Kaptopril Rumus Bangun Kaptopril : H CH3 C SHCH 2 C=O N H COOH Rumus molekul Sinonim : C 9 H 15 NO 3 S : - Acepril - Capoten - Lopirin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Kloramfenikol Menurut Ditjen POM (1995), Rumus struktur : Gambar 2.1 Struktur Kloramfenikol. Nama Kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-pnitrofenetil]asetamida

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ketidakpastian Kata ketidakpastian berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian ketidak pastian dalam arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN SPEKTROSKOPI DEFINISI Merupakan teknik analisis dengan menggunakan spektrum elektrtomagnetik Spektrum elektromagnetik meliputi kisaran panjang gelombang yang sangat besar Misal: sinar tampak: 380-780 nm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Struktur Parasetamol Rumus Molekul : C 8

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya dan merupakan sumber penting protein hewani. Konsumsi daging ayam mencapai hingga 30% dari konsumsi daging

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Besi (Fe) dalam Air Tanah Aliran air tanah merupakan perantara goelogi yang memberikan pengaruh unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv vi vii viii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Rumusan Masalah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Omeprazole Rumus struktur : Nama Kimia : 5-metoksi-{[(4-metoksi-3,5-dimetil-2- piridinil)metil]sulfinil]}1h-benzimidazol Rumus Molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa, mengidentifikasi, menentukan suatu zat dalam suatu cuplikan. Dalam menganalisa terdapat 3 aspek komprehensif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Rifampisin 2.1.1.1 Sifat Fisikokimia Rumus Struktur : Rumus molekul : C 43 H 58 N 4 O 12 Nama kimia : 5,6,9,17,19,21-Heksahidroksi-23-metoksi-2,4,12,16,18,20,22-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diklofenak 2.1.1 Kalium diklofenak Menurut Anonim (2009), uraian tentang kalium diklofenak adalah sebagai berikut: Rumus bangun : Rumus molekul : C 14 H 10 Cl 2 KNO 2 Berat

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Abstrak Spektrofotometri: pengukuran dengan menggunakan prinsip spektroskopi / cahaya Cahaya terdiri dari banyak

Lebih terperinci

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II. pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah.

BAB II. pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Menurut Ditjen POM (1979) Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kompacetak, dalam tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannnya rata atau cembung,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl Gol / kelompok : S/ A Nama / nrp : Grace Suryaputra ( 2443011013) Yuvita R Deva ( 2443011086) Felisia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Kloramfenikol Menurut Ditjen BKAK RI (2014), uraian tentang Kloramfenikol sebagai berikut: Rumus struktur : OH H O 2 N C C CH 2 OH H NHCOCHCl 2 Gambar 2.1

Lebih terperinci

PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH.

PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH. PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH Oleh ELLIWATI HASIBUAN, S.Si, M.Si NIP. 196210172000032001 Pranata

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu persyaratan mutu yang harus dipenuhi oleh suatu sediaan farmasi untuk menjamin penggunaan obat oleh pasien. Stabilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Terapi Fotodinamik (Photodynamic Therapy, PDT) Proses terapi PDT dapat diilustrasikan secara lengkap pada tahapan berikut. Mula-mula pasien diinjeksi dengan senyawa fotosensitizer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. basah dan mi kering. Mi kering merupakan mi yang berbentuk kering dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. basah dan mi kering. Mi kering merupakan mi yang berbentuk kering dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mi Basah Mi merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat, karena rasanya yang enak dan praktis. Mi yang beredar di pasaran dikenal beberapa jenis yaitu mi basah dan mi kering.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik) I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Bahan 2.1.1 Metampiron Menurut Ditjen, BKAK., (2014), uraian tentang metampiron sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 2.1 Struktur Metampiron Nama Kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI Oleh : WAHYU PURWANITA K100050239 Oleh SETIYOWATI K100050236 FAKULTAS

Lebih terperinci

pembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Transmitansi (%) Panjang gelombang (nm)

pembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Transmitansi (%) Panjang gelombang (nm) 6 3.3.3. Pengenceran dan pembuatan kurva kalibrasi a) Optimalisasi alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk penggunaan alat. b) Larutan penjerap 1 ml yang sudah dilakukan penjerapan dibagi dua, 5 ml

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Nyamuk merupakan serangga yang dapat mengancam kesehatan manusia, karena dapat menjadi vektor berbagai penyakit, antara lain malaria dan demam berdarah. Saat ini, wilayah penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan Dr.Krishna P Candra Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahan asam (BTA, Mikobakterium tuberkulosa) yang ditularkan melalui udara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahan asam (BTA, Mikobakterium tuberkulosa) yang ditularkan melalui udara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tuberkulosis atau TB adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA, Mikobakterium tuberkulosa) yang ditularkan melalui udara. Berdasarkan tempat atau organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrokuinon merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu dapat menginaktivasi

Lebih terperinci

Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis Prinsip Spektrometri Larutan sampel dikenai radiasi elektromagnetik, sehingga menyerap energi / radiasi terjadi interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi (atom/molekul)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Spektrofotometer sangat berhubungan dengan pengukuran jauhnya pengabsorbansian energi cahaya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun singkong (Manihot utilísima L) Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima L) adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umbi Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar

Lebih terperinci

PENENTUAN INDEKS ABSORBANSI KMnO4 DENGAN SPEKTROFOTOMETRI 1. Tujuan Menentukan kadar KMnO4 dalam larutan cuplikan berwarna dengan analisis

PENENTUAN INDEKS ABSORBANSI KMnO4 DENGAN SPEKTROFOTOMETRI 1. Tujuan Menentukan kadar KMnO4 dalam larutan cuplikan berwarna dengan analisis PENENTUAN INDEKS ABSORBANSI KMnO4 DENGAN SPEKTROFOTOMETRI 1. Tujuan Menentukan kadar KMnO4 dalam larutan cuplikan berwarna dengan analisis spektrofotometri. 2. Dasar Teori Spektroskopi adalah studi mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Pepaya Pepaya (Carica Papaya) sebagai tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia mempunyai khasiat yang tidak bisa di anggap enteng, dari buah muda bisa di buat sayur, buah

Lebih terperinci

SOAL-SOAL SPEKTROFOTOMETRI

SOAL-SOAL SPEKTROFOTOMETRI SOAL-SOAL SPEKTROFOTOMETRI Quiz 1. Jelaskan yang anda ketahui tentang : a. Kolorimetri b. Spektrofotometri 2. Skala pengukuran pada alat spektronic-20, menunjukan nilai transmitan 0-100%. Berapa nilai

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Isoniazid Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian tentang isoniazid adalah sebagai berikut : Rumus struktur : N O C NH NH 2 Gambar 2.1 Struktur Isoniazid Rumus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENDAHULUAN. 1  (5 September 2006) PENDAULUAN Makanan, kebutuhan pokok bagi manusia, dapat mengandung kontaminan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. leh karena itu keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang sangat penting. Akrilamida

Lebih terperinci