PERTUNJUKAN TEATER BAHASA JAWA KOMUNITAS SEGO GURIH SEBAGAI MEDIA PESAN *Elyandra Widharta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTUNJUKAN TEATER BAHASA JAWA KOMUNITAS SEGO GURIH SEBAGAI MEDIA PESAN *Elyandra Widharta"

Transkripsi

1 PERTUNJUKAN TEATER BAHASA JAWA KOMUNITAS SEGO GURIH SEBAGAI MEDIA PESAN *Elyandra Widharta Abstraksi Pertunjukan teater sebagai media pesan ini berusaha menguraikan beberapa kajian komunikasi yang berhubungan dengan seni pertunjukan. Teater yang dipandang sebagai cabang seni ternyata mempunyai korelasi dengan proses komunikasi manusia ditinjau dari fungsi teater itu sediri. Teater merupakan alat komunikasi dan berfungsi mengkomunikasikan pesan. Salah satu yang bisa dilihat jelas adalah proses penyampaian pesannnya. Teater menjadi media alternatif dalam komunikasi. Ketika media mainstream yang bermunculan cukup tak terbendung perkembangannya. Media komunikasi tradisional mudah ditinggalkan dan dirasa sudah kuno. Sebenarnya memang yang terjadi karena persoalan akses informasi dan komunikasi yang belum merata di masyarakat. Masyarakat yang tinggal di pedesaan dan perkampungan belum tentu merasakan kemudahan fasilitas untuk mendapat informasi. Khususnya sebuah hiburan pertunjukan yaitu seni pertunjukan kerakyatan. Sebuah teater yang membawakan lakon-lakon cerdas dan sarat dengan kritik sosial. Sekaligus mudah dipahami karena bahasa yang digunakan ada bahasa Jawa. Pendahuluan Dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang majemuk masih banyak akses informasi yang belum begitu merata. Tidak banyak yang mengenal media komunikasi tertentu sebagai akses informasi yang mudah dijangkau. Sementara arus informasi yang saat ini berkembang semakin cepat, dilain hal masyarakat yang masih minim fasilitas menjadi ketinggalan. Komunikasi dan informasi menjadi hal yang paling mendasar. Meski sebenarnya dalam aspek kebudayaan masyarakat masih mempunyai media komunikasi tradisional dan cukup relevan diakses dengan mudah. 1

2 Media tersebut ialah seni pertunjukan atau masyarakat lebih sering mengenalnya dengan pertunjukan, sandiwara atau teater. Pertunjukan teater merupakan media yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Tentu saja media yang digunakan bersifat alternatif. Rangkaian pesan yang disampaikan dalam pertunjukan teater pun cukup beragam. Mulai dari pesan sosial, politik bahkan moral sekalipun. Bukan tidak lagi mempercayai media yang sudah baku, tetapi persoalan terobosan baru mengenai proses komunikasi melaui media yang lain. Ada hal menarik jika media pesan yang disampaikan melalui pertunjukan teater. Fungsinya untuk menyalurkan ide, gagasan, aspirasi, inovasi, dan juga kritik. Pertunjukkan teater merupakan sebuah upaya mengkomunikasikan pesan-pesan kepada masyarakat. Oleh karena berbagai faktor, seperti minimnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat pada sebuah tempat, kemudian persoalan status sosial ekonomi sehingga tidak mampu mengakses informasi baik formal maupun non formal. Persoalan mendasar yang lainnya yaitu pendidikan, misalnya kemampuan baca dan tulis sangat kurang. Berdasarkan faktor di atas pemilihan pertunjukkan teater sebagai media untuk mengkomunikasikan pesan pada masyarakat haruslah tepat, sesuai, dan kontekstual. Media pesan cukup fleksibel dan berisikan komunikasi yang persuasif tentunya akan sangat mudah disisipkan pesan-pesan tertentu, biasanya berisikan tentang keteladanan, simbol, ritual, cita-cita budaya, dan nilai moral, semua itu dikomunikasikan dengan gaya bahasa yang dekat dengan masyarakat. Ragam media tradisional sendiri dapat berupa teater rakyat, pewayangan, penceritaan/kisah-kisah, tarian rakyat, balada, dan lawakan. Media ini merupakan sarana yang paling umum terutama pada masyarakat. Teater dan masyarakat itu dua hal yang saling melengkapi. Dalam kajian sosiologi teater, sebuah pementasan teater bisa dianggap merepresentasikan peristiwa kehidupan. Kehidupan itu realitas sosial. Kehidupan masyarakat mencakup hubungan antar kelompok masyarakat dengan orang-orang, antar orang-orang dan antar peristiwa (Nur Sahid, 2008:21). Realitas sosial yang tersaji dalam rangkaian peristiwa tentu saja terdapat begitu banyak pesan. 2

3 Karena pertunjukan teater merupakan salah satu perwujudan dunia sosial seperti yang menyangkut seluruh aktivitas hubungan manusia dengan lingkungannya. Penggunaan media pesan yang bersifat tradisional sendiri memiliki beberapa tujuan seperti membangun hubungan kedekatan antara masyarakat dengan pemerintah, pengikat atau perekat transaksi sosial, pengakuan atau penghargaan identitas diri dan eksistensi budaya, penyeimbang dominasi media modern, menghilangkan pembatas sistem tradisional dan modern (Onong Uchjana Effendy, 1992:134). Bagaimana jika media pesan itu disampaikan melalui pertunjukan teater, hal ini yang menarik penulis untuk dilakukan penelitian. Dalam hal ini teater sebagai media pesan berfungsi sebagai representasi kehidupan mampu memberikan akses informasi dan komunikasi yang cukup efektif. Bahkan teater sebagai pertunjukan mampu menghadirkan isu-isu aktual seputar kritik pembangunan dan masalah sosial. Masyarakat diajak untuk bebas bicara soal apapun dan mencermati kehidupan seharihari melalui representasi yang dihadirkan melalui lakon di atas panggung. Teater berelasi sedemikian akrab bersama penonton yang masih awam atau pun masyarakat yang sudah begitu mengenal produk pertunjukan lokal mereka sendiri. Pertunjukan dengan semangat kerakyatan. Hal tersebut di atas yang menjadi semacam pemicu lahirnya kelompok teater sebagai media pesan yang dilakukan oleh Komunitas Sego Gurih. Sebuah kelompok sandiwara berbahasa Jawa yang hingga kini masih produktif membuat produksi pertunjukan keliling. Mulai dari keliling desa sampai dengan perkampungan tengah kota urban. Pementasan selama ini dilakukan dengan membidik segmentasi penonton yang sangat fleksibel dari berbagai macam kalangan. Komunitas Sego Gurihtidak ingin selektif memilih penonton, justru usaha yang selalu dilakukan adalah bagaimana sebuah pertunujukan teater itu menghibur, namun tetap interaktif dan komunikatif. Maka untuk mencapai target tersebut Komunitas Sego Gurih sengaja untuk tidak mementaskan di gedung-gedung pertunjukan yang sudah baku atau konvensional. Justru pemanggungan akan dilakukan di desa-desa maupun kampung-kampung kota. Maksudnya di sini ingin 3

4 memberikan tawaran baru dengan bentuk pementasan teater lingkungan. Khususnya teater yang belajar peka terhadap lingkungan sosialnya. Bagaimana teater merespon dan bersinergi dengan lingkungan, baik tempat, atmosfir maupun penonton. Hasil Penelitian dan Pembahasan Komunitas Sego Gurih awalnya berdiri di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) pada tahun Sekarang berganti menjadi SMK 1 Kasihan Bantul Yogyakarta. Dominasinya adalah anak-anak dari jurusan teater. Komunitas ini sering membuat pertunjukan keliling keluar sekolah di acara-acara nikahan, perpisahan kuliah kerja nyata, di halaman rumah acara tujuh belasan, atau dipinggir sawah. Pada prinsipnya bahwa komunitas yang dibuat untuk menjadi ruang kesenian yang menyenangkan siapa saja. Rumah komunitas bagi mereka yang mempunyai tujuan bersama dan minat yang sama yaitu melestarikan budaya khususnya bahasa Jawa. Pada tahun 2002 beberapa personil silih berganti, lalu diperkuat beberapa mahasiswa jurusan teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Komunitas Sego Gurih sudah melakukan hampir seluruhnya 26 produksi pementasan terhitung sejak tahun Produksi pertunjukan ini bersifat inisiasi secara swadaya, maupun seleksi acara festival ataupun undangan. Komunitas Sego Gurih memang melakukan pertunjukan sebagai bagian dari klangenan atau mengelola kesukaan atau hobi pada minat khusus yaitu seni teater. Sebagai sebuah komunitas teater nirlaba masalah dana menjadi sesuatu yang mendasar. Dana merupakan tumpuan yang tidak bisa dipandang remeh. Dana mempunyai peran besar dimana produksi pertunjukan keliling dilakukan. Meski hanya komunitas dengan motivasi kecintaan yang sama terhadap teater. Persoalan dana menjadi tanggung jawab setiap anggota komunitas untuk pencarian usaha sumber dana. Selama ini langkah yang dilakukan sejak berdiri tahun 1998 memang pertunjukan keliling membawa dampak positif dalam membangun jejaring untuk prospek pendanaan. Membuat produksi pertunjukan berarti sama halnya sedang melakukan relasi sosio-ekonomi bersama orang lain. Berjejaring dengan individu, 4

5 komunitas dan lembaga yang sekiranya memang berminat menjalin kerjasama. Jadi sembari memproduksi pertunjukan, berlangsung pula usaha menciptakan komunikasi yang tujuannya membangun relasi dan informasi sumber dana. Peristiwa pertunjukan menjadi strategi yang cukup potensial untuk membangun jaringan. Pada akhirnya jaringan Komunitas Sego Gurih yang selama ini diajak kerjasama sebagai sumber dana terdiri dari berbagai kalangan. Mulai dari institusi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, tokoh, seniman, karang taruna kampung atau desa, pengusaha, artis film, komunitas otomotif, komunitas film atau fotografi. 1. Teater sebagai Media Komunitas Awalan bentuk lahirnya sebuah komunitas tentu beragam sebab dan tujuannya. Hal ini didasari dahulu mengenai semangat untuk berkumpul dan asas manfaatnya. Komunitas menjadi ruang artikulasi alternatif selain organisasi formal maupun nonformal. Adakalanya pemenuhan untuk membentuk komunitas itu lahir dari proses aktualisasi diri manusia. Setiap manusia sebagai individu mempunyai kebutuhan ini. Jadi cukup dikatakan wajar dan alamiah. Menurut psikolog Abraham Harold Maslow bahwa, Kebutuhan ini muncul setelah semua kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Aktualisasi diri adalah hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau hasrat dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya. Aktualisasi diri itu berupa pengembangan potensi sesuai bakat, talenta dan hobi yang dimiliki : seperti pemusik, olah raga dan bakat lainnya (Harold Maslow, 2004:279). Sangat jelas sekali bahwa aktualisasi diri merupakan dasar seseorang ataupun manusia. Manusia sebagai individu maupun kelompok untuk melahirkan, membentuk ataupun membangun komunitas. Komunitas bisa dilahirkan oleh siapapun dan dimanapun tergantung dengan prioritas dan orientasi ke masa depan. Selain itu manusia juga didukung dengan pernyatan bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Secara sadar bahwa kebutuhan aktualisasi tersebut tentunya memang diselaraskan 5

6 dengan proses interaksi sosial, sehingga komunitas menjadi alat atau media untuk manusia menjalankan fungsi sosialnya di masyarakat. Fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan manusia (Burhan Bungin, 2006:26). Di sinilah terlihat jelas bahwa komunitas menjadi bagian dari regulasi dan proses komunikasi. Manusia menempatkan fungsi sosialnya dan mendapatkan kesadaran aktualisasinya di dalam masyarakat. Media komunitas merupakan institusi media yang relatif kecil atau terbatas pada komunitas tertentu yag pada umumnya memiliki hubungan langsung dan intensif (Eni Maryani, 2011:62). Memang awalnya komunitas ini didominasi anak - anak murid kelas dari jurusan teater. Kecintaan mereka terhadap bahasa Jawa dirasa perlu diaktualisasikan bersama dalam sebuah kelompok atau komunitas seni pertunjukan. Karena dirasa dilingkungan sekolah pada waktu itu banyak sekali lahir kelompok teater dengan gaya pertunjukan yang realis dan menggunakan bahasa Indonesia. Lahir dengan semangat dan kebutuhan aktualisasi pada minat yang sama, lalu mendasari kelompok ini dengan cita-cita yang sederhana. Cita-citanya yaitu mencari ruang kesenian di luar sekolah yang sifatnya tidak mengikat dengan tuntutan sekolah. Ruang komunitas yang benar-benar dirasa nyaman untuk berbagi gagasan bersama. Jadi jelas bahwa Komunitas Sego Gurih dilahirkan sebagai kelompok yang diinisiasi bersama untuk mengerjakan teater berbasis komunitas. Meski secara pertumbuhan komunitas ini berada di lingkungan sosial sekolah. Tidak menjadi halangan pada waktu komunitas ini juga mampu bersaing dengan kelompok teater yang tumbuh di Yogyakarta. Komunitas ini tetap mendapat tempat tersendiri di penggemar teater berbahasa Jawa. Karena boleh dikatakan komunitas ini dikatakan unik secara pilihan bahasa komunikasinya. Hal yang terkuat yang dimiliki komunitas ini adalah memproduksi pertunjukan yang dikelilingkan di kampung maupun desa. Mereka sengaja tidak memilih panggung baku seperti umumnya. Pertunjukan bisa saja terjadi di pendapa 6

7 kelurahan, balai desa, halaman samping rumah, pekarangan tanpa tuan, lapangan dan sebagainya. Kedekatan secara pertunjukan inilah yang ditunjukkan bahwa komunitas ini benar-benar mendatangi penonton. Mereka tidak menungu penonton untuk datang ke gedung pertunjukan. Teater milik siapa saja, tidak hanya seniman dan mahasiswa. Masyarakat pinggiran dimanapun membutuhkan tontonan kerakyatan ini. Pemanggungan di sini yang dibayangkan dalam kepala sutradara bukanlah ideologi teater yang intelektual. Tetapi lebih berbicara sesuatu yang sederhana mulai dari yang sederhana pula. Proses pertukaran gagasan dan gesekan kreatif yang muncul dari anggota komunitas cukup diakomodir untuk kepentingan artsitik pertunjukan. Siapa saja boleh saling berbagi ide dan kreativitas untuk mendukung sebuah pertunjukan. Bahkan dalam buku Menyentuh Teater mengungkapkan pertunjukan akan menjadi baik jika terjadi kekompakan antara pengisi acara dan pekerja pertunjukan tersebut (Nano Riantiarno, 2003:103). Teater bahasa Jawa Komunitas Sego Gurih mempunyai komitmen bahwa segala pengelolaan komunitas dan produksi pertunjukan menganut manajemen saling percaya. Meski pada prakteknya proses kepercayaan itu menjadi sulit dilakukan. Hal semacam itu memang perlu didukung komunikasi yang baik sekaligus tepat sasaran. Sebab bagaimanapun manajemen adalah proses bukan teori baku kemudian berjalan dengan sendirinya. Sementara kepercayaan ialah bagian dari potensi komunikasi antar manusia. Dalam pengertian komunitas, komunikasi yang terjadi bahkan mirip dengan komunikasi kelompok. Karena kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif diantara anggota kelompok, serta tadi tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi komunikasi makna diantar mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan diantara mereka (Burhan Bungin, 2006:270). 2. Teater sebagai Media Pesan Penonton mempunyai peran penting dalam pementasan teater. Teater tanpa penonton itu mustahil. Tanpa penonton, teater bukanlah peristiwa budaya. Jadi penonton memiliki kekuatan yang dibutuhkan dalam setiap seni pertunjukan seperti 7

8 halnya komunikasi, penonton adalah salah satu komunikan. Dalam kajian ilmu sosiologi teater menyebutkan bahwa melacak apakah penonton memiliki interaksi dengan pementasan dan evaluasi pementasan teater: apakah unsur teatrikal dan kultural yang ada bisa menuntun atau mengintervensi penonton terhadap teaterikal sosial; mentalitas, emosi dan nilai penonton, dan pengaruh ideologi terhadap cara penonton dalam menyaksikan pementasan teater (Nur Sahid, 2008:156). Dalam kajian sosiologi komunikasi tentu saja masih relevan menyebutkan penonton merupakan bagian dari masyarakat tertentu. Seperti yang dikemukakan Burhan Bungin bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan (Soekanto, 2003:24). Seperti yang dijelaskan dalam penelitian ini bahwa teater merupakan salah satu produk kebudayaan masyarakat. Pertunjukan Komunitas Sego Gurih selama ini dilakukan dengan mendekatkan kepada penonton yang sangat fleksibel dari berbagai macam kalangan. Komunitas Sego Gurihtidak ingin mengkotakkan penonton, justru usaha yang selalu dilakukan adalah bagaimana sebuah pertunujukan teater itu menghibur, namun tetap interaktif, komunikatif dan representatif. Maka untuk mencapai target tersebut, pertunjukan tidak dipentaskan di gedung-gedung pertunjukan yang sudah baku atau konvensional (prosceneum). Justru pemanggungan akan dilakukan di desa-desa maupun kampung-kampung kota. Maksudnya di sini ingin memberikan tawaran baru dengan bentuk pementasan teater berbasis lingkungan. Teater yang belajar peka terhadap lingkungan sosial penonton. Bagaimana teater merespon dan bersinergi dengan lingkungan, baik tempat, atmosfir maupun penonton. Komunitas ini tidak ingin menunggu penonton yang mencari pertunjukan tapi kami akan mencari dan menghadang penonton. Di situlah pengertian dari kenapa kami mementaskan di beberapa tempat yang sebenarnya bukan standar gedung pertunjukan teater. Karena penonton dianggap menjadi pendukung pertunjukan yang paling utama. Sekaligus penonton mempunyai posisi tawar sebagai komunikan yang patut diperhitungkan. Hal yang paling terpenting sepanjang sejarah komunitas ini berdiri dan produktif adalah proses berteater yang memang diproduksi untuk pertunjukan keliling. Bagian yang terpenting dalam teater adalah pesan. Pesan apakah yang akan 8

9 disampaikan kepada penonton dan masyarakat. Pesan yang kelak akan diapresiasi dan diterjemahkan ulang oleh penonton dengan persepsi mereka masing-masing. Seperti diungkapkan bahwa untuk memperkuat kesan bahwa pementasan yang sedang berlangsung adalah pementasan yang paling penting dalam kehidupan aktor. Guna menimbulkan kesan ini, maka harus dibuat sedemikian rupa seingga ada pemisahan antara aktor dan penonton agar jika ada kesalahan atau kekeliruan dalam pementasan, penonton tidak bakal mengetahuinya. Kalaupun penonton menemukan kekeliruan, aktor mengharapkan bahwa hal itu tidak bakal mengubah citra mereka di mata penonton (Bernard Raho 2007:121). Persoalan inilah yang kemudian ditangkap sebagai hubungan emosional antara aktor atau pelaku dengan penonton. Kesan menjadi sangat penting di dalam proses penyampaian pesan. Membangun kesan tertentu juga diperlukan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Penonton merupakan bagian dari sistem sosial di dalam masyarakat. Maka ketika teater akan hadir di tengah masyarakat tersebut harus patuh dengan sistem sosial yang sudah berlaku. Hal kepatuhan ini yang sebenarnya berkaitan dengan tema pertunjukan kenapa harus digelar di desa atau kampung. Tema tersebut yang diuraikan tentu saja adalah pesan itu sendiri. Komunitas ini dituntut akan membawakan pesan apa, kepada siapa dan mengapa. Hal ini yang mendasari teater yang dibuat untuk masyarakat desa atau kampung. Seperti yang sudah diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa ini akan ditinjau dengan dengan model Harold Laswell. Pesan (message) mempunyai kedudukan kedua setelah sumber(source). Tentu saja pesan yang dikomunikasikan melalui pertunjukan teater. Unsur sumber (who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan, sedangkan unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi (Dedy Mulyana 2009:148). Dalam penyampaian pesan peran seorang aktor mempunyai fungsi yang paling penting. Pertunjukan teater akan sukses atau pesan yang dibawa akan sampai kepada penonton tentu saja melalui dialog-dialog yang di ucapkan aktor. Peranan aktor membawa pengaruh kepada penonton melalui representasi kehidupan melalui cerita yang dilakonkan di atas panggung. Melalui aktorlah sebuah pertunjukan 9

10 menjadi tahu siapa penontonnya, atau bagaiaman karakter penontonnya. Karena hal itu dibuktikan ketika pertunjukan berlangsung, setiap aktor akan berinteraksi dengan penonton. Respon penonton bisa terbaca salah satunya melalui aktor. Jadi aktor mempunyai kendali penuh dalam penyampaian pesan kepada penonton. Proses penyampaian pesan mempunyai urutan seperti yang diungkapkan Alan H. Monroe bahwa, ada lima langkah dalam urutan penyusunan pesan : perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan(jalaluddin Rakhmat, 2009:297). Pengertiannya bahwa pertunjukan teater juga mempunyai urutan proses penyampaian pesan. Yaitu melalui proses urutan yang sesuai menurut pendapat di atas. Pengertian urutan proses penyampaiannya sebagai berikut ini : Perhatian Komunitas Sego Gurih sebagai pertunjukan teater mempunyai caranya mencari perhatian. Tentu saja dengan suasana kemeriahan yang didukung lampu atau cahaya dan musik. Sebelum pertunjukan dimulai pengaruh musik atau tata suara(sound) bisa mengundang perhatian khusus secara pendengaran. Apalagi tata lampu mempunyai kekuatan bahwa informasi bisa ditangkap melalui cahaya meskipun tampak dari kejauhan. Informasi yang dipublikasikan melalui poster atau undangan. Publikasi yang sudah disebar ke beberapa tempat di daerah pertunjukan itu mempunyai tujuan untuk mencari perhatian. Perhatian masyarakat agar mau merespon informasi tersebut sehingga ditanggapi dengan baik. Perhatian menjadi proses yang saling menanggapi antara Komunitas Sego Gurih dan masyarakat. Disamping itu seorang aktor harus piawai memainkan watak tokoh dengan bagus. Meski sesekali disisipi dengan nyanyian bersama pemusik atau gaya karikatural yang mengarah ke komedi. Keharmonisan inilah yang mendukung untuk penyampaian pesan moral ataupun kritik sosial selama pertunjukan. Kebutuhan Jelas bahwa pertunjukan akan didatangi penonton karena keduanya saling mempunyai kebutuhan yaitu menghibur dan terhibur. Tak bisa dipungkiri bahwa selain hiburan, manusia juga membutuhkan aktualisasi. Menonton hiburan berarti 10

11 sebelumnya mempunyai kesiapan secara psikologis bahwa dengan sadar sedang membutuhkan hiburan. Kebutuhan akan hiburan inilah yang nampak secara jelas, apalagi pertunjukan tersebut digelar tanpa pungutan biaya. Komunitas Sego Gurih sebelumnya tentu meyakinkan masyarakat melalui informasi dan komunikasi bahwa pertunjukannya gratis. Hal itu sama dengan komunitas ini berusaha meyakinkan akan kebutuhan penontonnya. Bahwa hiburan itu diberikan secara cuma-cuma. Semacam ada kebutuhan penonton yang secara langsung terpenuhi oleh pertunjukan teater. Begitu juga sebaliknya Komunitas Sego Gurih jadi merasa yakin bahwa dengan memberikan informasi gratis pasti akan ada banyak sekali yang menonton. Pemuasan Disaat penonton sudah merasa dirinya yakin ia akan merasa puas. Karena kebutuhannya merasa diakomodir oleh teater. Bahwa penonton siap akan datang untuk melihat pertunjukan teater. Prosesnya menjadi demikian, karena penonton datang ke pertunjukan dengan membawa harapan kepada apa yang akan disaksikan. Belum lagi ketika pertunjukan berlangsung bahwa penonton diajak untuk masuk menyelami cerita dari dasar kehidupan sehari-hari. Penonton sebenarnya mengalami perjumpaan itu dalam kehidupannya lalu menyaksikan kembali dalam representasi pertunjukan. Proses komunikasi inilah yang terjadi bahwa Komunitas Sego Gurih dan masyarakat sedang berusaha saling memberikan kepuasan. Visualisasi Komunitas Sego Gurih menyajikan pertunjukan tentu saja dengan visualisasi yang dengan unsur semacam konser langsung dihadapan penonton. Karena teater berbeda dengan film. Visualisasi tersebut juga didukung bahwa teater yang disajikan bukan memberi jarak dengan penonton. Seperti halnya di gedung pertunjukan, antara pelaku pertunjukan dan pemain dibedakan dengan jarak antara panggung dan tempat duduk penonton. Dalam pertunjukan yang digelar komunitas ini semua sekat itu ditiadakan. Penonton boleh merespon langsung pertunjukan begitu juga sebaliknya. Penonton adalah relasi sekaligus menjadi bagian dari peristiwa teater yag sedang berlangsung. 11

12 Tindakan Selama pertunjukan teater berlangsung banyak sekali tersurat nilai, penyadaran, kritik sosial yang diterima penonton. Saat itulah terjadi proses apresiasi teater oleh penonton. Kandungan atau makna apapun yang didapat dari cerita atau lakon yang sudah dipentaskan menjadi sarat makna ketika diapresiasi penonton. Komunitas Sego Gurih mempunyai pengaruh yang begitu mendalam kepada masyarakat. Hal ini bisa dibuktikan ketika saat pertunjukan belangsung sampai usai. Pengertian teater tidak sebatas pada pertunjukan saja namun peristiwa yang terjadi saat itu. Sebuah pengalaman perjumpaan atau interaksi dengan penonton yang tidak bisa diulang atau direkayasa kembali seperti film. Realitas panggung yang disandingkan dengan realitas penonton dan pelaku pertunjukannya. Selain itu hal yang paling mendasar bahwa pertunjukan teater tak lain adalah proses berbagi informasi dan pengetahuan. Informasi yang mampu memotivasi secara positif bagi penikmatnya. Informasi dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat akan semakin mampu membangun keberdayaan (Ade Tanesia dkk, 2007:26). Efek yang dirasakan penonton setelah pertunjukan memang diharapkan adalah hiburan yang edukatif. Teater diharapakan mampu memberikan ruang penyadaran sosial dan pendidikan informal. Menonton pertunjukan teater itu proses pembelajaran. Ada narasi kehidupan yang dikemas menjadi pertunjukan. Hal itu dekat dengan masryarakat. Ceritanya pun cukup akrab bahkan sering dialami oleh masyarakat. Teater hanyalah alat bahwa ada proses komunikasi di dunia yang begitu majemuk. Melalui teater bahwa hidup ini bisa disikapi dengan terbuka, jujur dan berani. Dampak apapun yang langsung dirasakan penonton itulah proses komunikasi teater sesungguhnya. Teater tidak bisa memaksakan penonton untuk patuh terhadap pernyataan atau gagasan pertunjukan. Namun teater memberi cara pandang yang lain melalui hiburan, pendidikan dan interkasi budaya. Hal semacam inilah yang akan terjadi terus di masyarakat pinggiran. Hanya didapati di kota dan desa. Karena Komunitas Sego Gurih akan terus konsisten memberikan tontonan sederhana namun 12

13 berkualitas. Melalui bahasa Jawa yang sarat dengan nilai, lokalitas dan dialektika dari sekitar kita. Kesimpulan Komunitas Sego Gurih mengusung format teater yang berfungsi sebagai media alternatif maupun alat komunikasi informal. Terlepas dipandang sebagai komunikasi tradisional, namun secara penyampaian pesan moral maupun nilai-nilai sosial melalui pertunjukan jadi lebih efektif. Teater bukan menjadi sebuah tontonan kemudian selesai, namun teater mampu memberikan ruang artikulasi masyarakat untuk menjadi kritis dan giat mencermati kondisi sosial. Komunitas Sego Gurih berani mengajak masyarakat penontonnya untuk tegas dan kritis mencermati sekaligus menanggapi isu-isu sosial di lingkungan sekitar. Hal yang paling penting adalah masyarakat kemudian menjadi sadar secara moral untuk lebih bijaksana menanggapi persoalan yang terjadi di masyarakat. Diperoleh pengertian komunitas yang mampu menggerakan strategi kebudayaannya melalui peristiwa pertunjukan teater. Masyarakat penonton dipandang sebagai relasi pertunjukan teater yang begitu ekonomis dan strategis. Komunitas Sego Gurih mampu membawa pesan umun yaitu menjadi media komunitas yang berpihak pada persoalan masyarakat yang menyangkut tentang informasi dan pengetahuan. Bahwa informasi dan pengetahuan ternyata mampu dikemas melalui pertunjukan teater. Tidak hanya melalui media mainstream yang sudah ada seperti televisi, radio ataupun jejaring sosial. Menjadi lebih menarik lagi bahwa dalam penyampaian pesan melalui pertunjukan teater, komunitas ini menggunakan dialog berbahasa Jawa. Bahasa Jawa menjadi alat komunikasi untuk setiap pesan yang ingin disampaikan. Karena bahasa Jawa menjadi lebih tepat sasaran secara informasi. Pesan menjadi mudah dimengerti kemudian dipahami secara langsung oleh penonton. Bahasa Jawa dipandang sebagai bahasa yang mampu mengkomunikasikan kultur secara terbuka dan berani. Bahasa ibu yang cerdas dan spiritual, untuk menanggapi segala hal kondisi ekonomi, sosial, 13

14 politik dan budaya. Bahasa Jawa menjadi lebih lentur dan fleksibel memberikan pesan-pesan pendidikan, moral, dan kritik sosial lebih langsung tepat mengenai sasaran. Semua yang ingin disampaiakan menjadi spontan dan mengalir selama pertunjukan berlangsung. Daftar Pustaka Bungin, Burhan, 2006, Sosiologi Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Djelantik, A.A,M, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia & The Ford Foundation, Bandung. Dahana, Panca, Radhar, 2001, Ideologi Politik dan Teater Modern Indonesia, Penerbit IndonesiaTera, Magelang, Jawa Tengah. Effendy, Uchjana, Onong, 1992, Dinamika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Gerungan, W.A, 2004, Psikologi Sosial, PT Refika Aditama, Bandung. Harymawan, RMA, 1988, Dramaturgi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Kayam, Umar, 1998, GAPIT, Taman Budaya Surakarta & The Ford Foundation, Surakarta. Maryani, Eny, 2011, Media dan Perubahan Sosial, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Mulyana, Dedy, 2009, Ilmu Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Naisaban, Ladislaus, 2004, Para Psikolog Terkemuka Dunia, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Permas, Achsan dkk, 1999, Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan, PPM, Jakarta Rahmat, Jalaluddin, 2009, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Raho, Bernard, 2007, Teori Sosiologi Modern, Prestasi Pustakaraya, Jakarta Rendra, WS, 1984, Mempertimbangkan Tradisi, PT Gramedia, Jakarta. Riantiarno, Nano, 2003, Menyetuh Teater Tanya Jawab Seputar Teater Kita, PT HM Sampoerna, Jakarta. Sahid, Nur, 2008, Sosiologi Teater, Penerbit Prastista, Yogyakarta. 14

15 Siregar, Ashadi, 1997, Popularisasi Gaya Hidup Sisi Remaja dalam Komunikasi Massa -Lifestyle Ecstacy, Penerbit Jalasutra, Yogyakarta. Sutopo, H,B, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta Jawa Tengah. Tanesia, Ade, 2007, Media Rakyat Mengorganisasi Diri Melalui Informasi, Combine Resource Institution, Yogyakarta. Yudiaryani, 2002, Panggung Teater Dunia Perkembangan dan Perubahan Konvensi, Pustaka Gondho Suli, Yogyakarta. 15

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Karya penyutradaraan Beauty and The Beast ini menjadi sebuah proses kreatif yang memberi banyak pelajaran. Bagaimana cara kerja seni drama musikal dan penyutradaraannya.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. pertunjukan yang mewakili kesukaan pada lagu-lagu lama, memilih naskah BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Tiga Dara adalah proses kerja teater kolektif yang melibatkan banyak unsur dalam berbagai tahapan didalamnya. Mulai dari aplikasi ide pertunjukan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

yang mendekati mise en sciene barat atau dramaturgi barat, namun juga termasuk seni laku timur yang mengedepankan kekuatan dialog dalam naskahnya. Kon

yang mendekati mise en sciene barat atau dramaturgi barat, namun juga termasuk seni laku timur yang mengedepankan kekuatan dialog dalam naskahnya. Kon SIMBOL TEATRIKAL PADA NASKAH DRAMA MAAF, MAAF, MAAF: POLITIK CINTA DASAMUKA KARANGAN N. RIANTIARNO: SUATU KAJIAN SEMIOTIKA Andy Dwijayanto Abstrak. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi menjadi komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari kajian teoretis dan temuan penelitian sebagaimana telah disajikan pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP)

LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) LAMPIRAN RENCANA PROGRAM PENGAJARAN (RPP) Judul Mata Kuliah : Pengetahuan Teater No/ Kode/ SKS Diskripsi Singkat Penyusun : MKK 05101 / 3 SKS : Pemahaman seputar pengetahuan dasar teater seperti asal mula

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH Hetty Purnamasari FKIP Universitas Dr. Soetomo Surabaya hettypurnamasari@unitomo.ac.id Abstrak: Pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

SENI KETOPRAK DI ERA MODERNISASI

SENI KETOPRAK DI ERA MODERNISASI SENI KETOPRAK DI ERA MODERNISASI (Studi Kasus di Lingkungan Balekambang Kodya Surakarta) JURNAL Oleh: EVIE NUR AFIFAH K8410022 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30

Lebih terperinci

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam pembahasan pembuatan sebuah karya sastra selalu mengaitkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup tanpa adanya informasi dan komunikasi yang ia jalani di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. hidup tanpa adanya informasi dan komunikasi yang ia jalani di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, peranan dan pengaruh informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan didalam dan oleh masyarakat

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tedjo Narsoyo (2010:3), Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihan dalam pendidikan. Pengembangan kurikulum melibatkan pemikiran-pemikiran secara filsafati,

Lebih terperinci

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Perjalanan proses teater pada kali ini, menggunakan naskah Jeblog karya Nazarudin Azhar sebagai naskah yang dipilih untuk garapan tugas akhir dengan menggunakan gagasan surealisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan massa. Menurut Mc Graw Hill, media memberikan metode

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan massa. Menurut Mc Graw Hill, media memberikan metode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu media elektronik dan media cetak, sebagaimana diketahui dengan istilah media massa adalah media yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan massa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA 2.1. Pengertian Seni Pengertian Seni sering dikaitkan dengan keindahan atau kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui ataupun kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola interaksi komunikasi. Salah satu pola interaksi komunikasi adalah komunikasi interpersonal atau

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada tempat dan zamannya yang dipentaskan. Drama sebagai suatu jenis sastra mempunyai kekhususan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai apresiator. Proses perancangan tokoh Nunung dalam naskah Tiga Dara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap proses kreatif tentu menemui tahapan-tahapan yang berawal dari penelitian, observasi, eksplorasi dan aplikasi. Banyak hal yang ditemukan dalam proses penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siaran yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam memberi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Stasiun televisi lokal merupakan stasiun yang mempunyai batasan ruang siar yang berskala daerah. Produk nyata yang dihasilkan adalah sebuah program siaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai seni pertunjukan, akan tetapi berlanjut dengan menunjukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR Penerbit www.nulisbuku.com Menginspirasi "Guru tidak bekerja laiknya seorang tukang, tetapi bak seniman. Guru seperti ini tidak sekadar berusaha mencetak murid-murid naik

Lebih terperinci

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap proses berkarya pasti menemukan kemudahan dan kesulitan, dalam hal ini ketika penulis berproses untuk menciptakan tokoh Pria dengan Baju Kembang Kembang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester Pengantar Apresiasi Seni Oleh : Kuswarsantyo, M.Hum. Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester Buku referensi

Lebih terperinci

Oleh Oky Widhi Tri Atmadja. Abstract

Oleh Oky Widhi Tri Atmadja. Abstract PERAN PEMIMPIN DALAM MELAKSANAKAN HUMAN RELATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI KARYAWAN LPP RRI SURAKARTA Oleh Oky Widhi Tri Atmadja Abstract This research is descriptive-qualitative that aim to know the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perancangan ini penulis membuat Desain Merchandise Dalam Event Benyamin Days. Untuk membuat masyarakat mengetahui sejarah dari Benyamin Sueb itu lebih dalam. Bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi dan kemampuan manusia untuk mengembangkan sangat beragam. Keragaman tersebut antara lain dalam pengembangan kreatifitasnya. Seperti halnya dalam manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penciptaan naskah drama MAHOGRA bukanlah sebuah proses yang mudah dan cepat. Karena proses penciptaan karya ini bertujuan untuk menyampaikan pesan atau amanat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan kesenian. Kesenian merupakan pencitraan salah satu sisi realitas dalam lingkungan rohani jasmani

Lebih terperinci

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde Laras - Bagaimana perkembangan kesenian wayang kulit saat ini ditengahtengah perkembangan teknologi yang sangat maju, sebenarnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kartun sebagai media komunikasi merupakan suatu gambar interpretatif. diciptakan dapat mudah dikenal dan dimengerti secara cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Kartun sebagai media komunikasi merupakan suatu gambar interpretatif. diciptakan dapat mudah dikenal dan dimengerti secara cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kartun sebagai media komunikasi merupakan suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas,

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 3 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Komunikasi Massa, Fungsi dan Peran Media Massa DESKRIPSI: Materi berupa uraian

Lebih terperinci

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias BAB VII TATA RIAS STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian Tata Rias Menyebutkan Tujuan dan fungsi tata rias Menyebutkan bahan dan Perlengkapan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui beberapa pembahasan di bagian terdahulu, maka sekarang kita sampai pada kesimpulan dariseluruh pembahasan tersebut. Penulis yang merupakan sutradara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini, media komunikasi berkembang secara menonjol

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini, media komunikasi berkembang secara menonjol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia saat ini tidak dapat dibendung lagi. Banyaknya penemuan-penemuan, pada akhirnya memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, fungsi film selain menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media massa sudah menjadi sumber informasi masyarakat dewasa ini. Kehadiran media massa membawa dunia kepada era dengan pertukaran informasi dengan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun saat ini peran pendidikan menjadi kebutuhan primer di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada keberhasilan khalayak dalam proses negosiasi makna dari pesan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai bagian dari media massa dalam kajian komunikasi masa modern dinilai memiliki pengaruh pada khalayaknya. Munculnya pengaruh itu sesungguhnya sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistim Pendidikan Nasional Tahun 2003 pada pasal 3 yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung telah dikenal oleh masyarakat di Indonesia sebagai kota yang memiliki apresiasi seni yang tinggi, salah satunya di bidang musik. Salah satu pemicu tingginya

Lebih terperinci