ACARA PRAKTIKUM II ANALISIS PROKSIMAT BAHAN PAKAN TERNAK DAN BOMB KALORIMETER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ACARA PRAKTIKUM II ANALISIS PROKSIMAT BAHAN PAKAN TERNAK DAN BOMB KALORIMETER"

Transkripsi

1 ACARA PRAKTIKUM II ANALISIS PROKSIMAT BAHAN PAKAN TERNAK DAN BOMB KALORIMETER 2.1 Landasan Teori Segala sesuatu yang dapat dimakan dinamakan bahan makanan. Tetapi tidak semua yang dapat dimakan bermanfaat bagi tubuh. Komponen bahan makanan yang dapat dicerna, diserap serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Ada 6 macam zat makanan yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kecuali air, tiap zat makanan tersebut terdiri atas berbagai macam. Misalnya mineral tidak kurang macam, vitamin terdiri dari macam. Dengan demikian analisis bahan makanan akan banyak sekali. Jika semuanya itu akan dianalisis jelas akan makan banyak waktu, tenaga dan biaya. Mengingat sangat kompleksnya penganalisaan bahan makanan itu orang mencoba membuat penyederhanaan yaitu mencoba mengelompokkan zat-zat makanan berdasar sifat fisik dan kimianya. Analisis lain yang tidak terwakili oleh pengelompokkan itu dilakukan secara khusus. Usaha ini telah dirintis oleh para sarjana Jerman sejak awal abad 19. Antara lain oleh Thaer pada tahun Kemudian pada tahun 1860 oleh Henneberg dan Stohman dari Weende (nama kota di Jerman Timur) metode Thaer disempurnakan. Metode ini kemudian sampai sekarang dikenal dengan nama analisis Proksimat Weende. Proksimat berarti terdekat. Artinya terdekat dalam menggambarkan komposisi zat makanan suatu bahan makanan. Metode tersebut sangat popular hingga kini. Pengelompokkan zat makanan suatu bahan makanan menurut analisis proksimat digambarkan dalam ilustrasi sebagai berikut : 17

2 Bahan Air makanan Bahan Abu/ mineral Kering Bahan Protein Organik BOTN Lemak Karbohidrat Serat Kasar BETN Ilustrasi tersebut nampak bahwa bahan makanan terbagi ke dalam 10 zat makanan, 5 diantaranya, yaitu bagian atas bagan pembagian tersebut, diperoleh dengan jalan analisis dan 5 lainnya dihitung sebagai selisih. Analisis proksimat didasarkan atas komposisi kimia dari bahan makanan, dengan skema sebagai berikut : Bahan Makanan Pemanasan 105 ºC Ekstraksi ether Bahan Kering Kjeldhal Lemak Nitrogen Asam Residu Basa Filtrat Filtrat Abu dan Serat Kasar 600 ºC Abu Pembakaran Analisis Proksimat Weende Serat Kasar 18

3 Dengan memanaskan bahan makanan pada suhu 100 ºC, seluruh air yang dikandung bahan makanan itu akan menguap, yang tertinggal adalah bahan kering. Bila pemanasan dilanjutkan pada suhu 600 ºC maka seluruh bahan organik akan menguap dan yang tertinggal adalah Abu (mineral). Selisih antara Bahan Kering dan Abu adalah Bahan Organik. Protein bahan makanan ditentukan dengan metode Kjeldhal. Metode ini menganut asumsi bahwa semua Nitrogen bahan makanan berasal dari protein dan semua protein mengandung Nitrogen sebesar 16 %. Maka protein bahan makanan ditentukan dengan menganalisis kandungan Nitrogennya. Hasil yang diperoleh dikalikan denngan 100/ 16 atau 6,25. Prinsip metode Kjeldahl adalah sebagai berikut : Nitrogen bahan makanan diubah menjadi ammonium sulfat dengan jalan memasaknya di dalam asam sulfat pekat. Kemudian setelah didinginkan diencerkan dengan air suling, lau dibuat basa dengan menambahkan NaOH. Maka ammonia akan dibebaskan. Amonia itu ditangkap oleh laruutan asam borat, lalu dititar dengan asam sulfat yang telah ditentukan normalitasnya. Bahan kering setelah dikurangi dengan N dinamakan Bahan Organik Tanpa Nitrogen (BOTN). BOTN ada yang larut dalam pelarut organik ada yang tidak. Fraksi yang larut dinamakan lemak sedangkan yang tidak larut dinamakan karbohidrat. Dalam analisi proksimat kadar lemak ditentukan dengan jalan mengekstraksikan bahan makanan ke dalam pelarut organic (misal petroleum ether atau hexan). Karbohidrat terbagi menjadi 2 fraksi yaitu Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN). Serat kasar adalah karbohidrat yang tidak larut setelah dimasak berturut-turut dalam larutan H 2 SO 4 1,25 % mendidih selama 30 menit dan dalam larutan NaOH 1,35 % mendidih selama 30 menit. CARA MENYIAPKAN SAMPEL UNTUK DIANALISA 1. Semua contoh (sampel) yang akan dianalisa di Laboratorium harus ditimbang dengan segera, baik masih segar maupun sudah kering. 2. Bila contoh terdiri dari hijauan segar, maka hijauan tersebut harus dikeringkan lebih dahulu dengan cara menjemur di panas matahari atau 19

4 dimasukkan ke dalam alat pengering pada suhu ºC selama jam dan sesudah dingin ditimbang kembali. 3. Buah-buahan dan biji-bijian yang mempunyai kulit, lebih dahulu harus dikupas dan bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bagian-bagian yang dapat dimakan ditimbang berturut-berturut dan baru dikeringkan dan kemudian ditimbang lagi. 4. Semua bahan yang akan dianalisa harus dihaluskan terlebih dahulu dengan gilingan dan disaring dengan saringan yang bergaris tengah satu millimeter. 5. Semua contoh/ sampel bahan yang akan dianalisa harus diberi kode dan arti dari kode tersebut harus dicatat di dalam buku khusus. PENGAMBILAN SAMPEL Sampel merupakan bagian dari suatu bahan yang diambil secra acak dari bahan tersebut untuk selanjutnya dievaluasi. Dalam pengambilan sampel suatu bahan harus dilakukan secra benar agar diperoleh sampel yang benar-benar representatif, yang mampu menggambarkan keadaan bahan yang diambil sampelnya secara tepat. Untuk tujuan tersebut maka pengambilan sampel perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Homogenitas sampel Salah satu faktor yang menentukan tingkat represetatif sampel yang diambil adalah homogenitas bahan yang akan diambil sampelnya. Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat yang lebih besar kemungkinan akan berpisah dengan bagian lebih kecil atau ringan (segresi). Sehingga pada bahan yang ditumpuk atau dimuat diatas truk, bagian bahan yang mempunyai ukuran dan berat partikel yang lebih besar terletak pada bagian bawah atau bagian dasar dari tumpukan tersebut. Oleh karena itu sebelum bahan diambil sampelnya harus dicampur secara merata sehingga bahan benar-benar homogen, atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar, tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang benarbenar representatif. Demikian juga pada hijauan disuatu lahan, kualitas 20

5 hijauan pada tiap-tiap bagian lahan, kemungkinan mempunyai kualitas yang berbeda karena adanya kemungkinan perbedaan kesuburan tanah pada lahan tersebut. Oleh karena itu agar diperoleh sampel yang representatif, pengambilan sampel harus dilakukan pada beberapa bagian lahan secara acak, sehingga data yang diperoleh memberikan informasi yang benar terhadap kualitas bahan tersebut. 2. Cara pengambilan sampel a. Aselectif : yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian-bagian dari bahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel pada rumput gajah, sampel kita ambil dari seluruh bagian rumput gajah tersebut baik bagian daun maupun bagian batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang benar-benar homogeny, sehingga sampel yang diambil benar-benar representatif. b. Selectif : yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari bagian-bagian tertentu dari suatu bahan. Misalnya dalam pengambilan sampel bagian batang dan bagian daun rumput gajah, maka sebelum diambil sampelnya bagian-bagian tersebut harus dipisah terlebih dahulu, baru masing-masing bagian diambil sampelnya dengan tetap memperhatikan homogenitas bahan tersebut. 3. Jumlah sampel Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung pada kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Pada bahan yang berjumlah banyak misalnya lebih dari 100 kg, sampel diambil 10% dari jumlah tersebut secara acak, kemudian sampel diambil lagi 10% dari sampel yang diambil tersebut. 4. Penanganan sampel Sanpel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan dari mana sampel tersebut diambil. Misalnya terjadinya penguapan air, pembusukan atau tumbuhnya jamur, ketengikan dan lain-lain. Sampel yang diproleh dari 21

6 bahan dengan kadar air rendah (kurang dari 15%), kemungkinan terjadinya kerusakan sampel sangat kecil sekali. Sehingga sampel dapat lansung dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibawa ke labolatorium untuk dianalisis. Sedang sampel yang diperoleh dari bahan segar misalnya hijauan atau silase, maka kemungkinan terjadinya penguapan air besar sekali. Sehingga untuk mengontrol penguapan air selama penganan sampel, maka sampel yang telah diambil harus segera ditimbang, dimasukkan kedalam kantong plastik yang kedap udara, dibawa ke labolatorium dan segera dianalisis kadar bahan keringnya, sehingga kemungkinan terjadinya penguapan air kecil sekali dan bahan tidak mudah rusak. Hal ini mungkin dilakukan jika lokasi pengambilan sampel dengan labolatorium. Tetapi jika lokasi pengambilan sampel jauh dari labolatorium maka sampel yang telah diambil segera ditimbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan ditempat yang aman (diusahakan tidak terdapat bagian sampel yang hilang), kemudian dibawa ke labolatorium untuk dianalisis. 5. Prosesing sampel Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologi semua sampel harus digiling lebih dulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Untuk menganalisis bahan pakan secra kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Analisis proksimat merupkan salah satu cara yang sering dilaksanakan. Melalui analisis proksimat dapat diketahui kualitas suatu bahan pakan. EVALUASI KUALITAS PAKAN Terkadang sangatlah sulit untuk menentukan kualitas suatu bahan makanan ternak jika dilakukan dengan indra, juga dalam membandingkan dua atau lebih bahan pakan tanpa analisis baik secara fisik, khemis, maupun biologis. Dua macam hay atau bijian seperti jagung atau kedelai mungkin terlihat mirip satu dengan lainnya, namun yang satu mungkin mengadung bahan kering 12% dan lainnya 18%. Sehingga analisis keduanya harus dilakukan. Analisis kimia saja 22

7 tidak akan cukup, percobaan dengan menggunakan ternakpun harus dilakukan karena bahan pakan yang bernutrisi tinggi tapi mempunyai daya cerna yang rendah adalah hanya pengisi perut saja. Pendekatan yang sistematik untuk mengukur kualitas suatu bahan pakan sudah dilakukan sejak tahun 1800, cara ini terus berkembang dan memungkinkan pengukuran bermacam-macam bahan pakan yang lebih detail. Pada abad 20 isolasi dan identifikasi dari faktor-faktor pemacu pertumbuhan dan nutrisi seperti vitamin sudah dapat dilaksanakan. Pengetahuan dasar biokimia sejajar dengan ilmu nutrisi dapat diadopsikan untuk menganilisis dan mengevaluasi bahan pakan. Cara-cara baru dan canggih banyak digunakan di dalam industry makanan ternak untuk mendeteksi komponen bahan pakan dalam ukuran 10-6 Keuntungan adalah kriteria utama dari kesuksesan di dalam pengoperasian peternakan, dan biaya pakan adalah faktor penting dalam penentuan kesuksesan. Nilai komposisi bahan pakan dalam beberapa buku menyajikan rataan dari sekumpulan data yang diperoleh dari beberapa hasil analisa yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan komposisi kimia suatu bahan pakan. Tetapi karena kmposisi kimia suatu bahan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti umur tanaman, kondisi tanah, iklim dan lain-lain, maka dalam penyusunan Pakan bahan-bahan penyusunnya harus dianalisis agar diperoleh Pakan yang seimbang. Analisa bahan pakan hanya akan dicapai secara baik jika pengambilan sampel dilakukan secara benar dan representatif. 23

8 Alat-alat : - Sabit 1. PENETAPAN KADAR BAHAN KERING UDARA (HIJAUAN SEGAR) - Gunting rumput - Timbangan - Kantong plastik - Kotak kertas - Oven Cara kerja : - Memotong rumput, rumput yang tumbuh di dalam petak-petak dipotong semua sedangkan rumput yang tumbuh pada bagian pinggir petak sebagai Border Effect. Rumput dipotong dengan ketinggian cm dari tanah. Kemudian rumput tersebut di masukkan ke dalam kantong plastic untuk menghindari adanya penguapan, kemudian ditimbang. Beratnya A. - Kemudian rumput dipotong kecil-kecil sekitar 2 cm, dimasukkan kembali ke dalam kantong plastic (berat rumput B gram). - Kotak kertas ditimbang beratnya, masukkan rumput yang telah dipotongpotong sebanyak gram ke dalam kotak tersebut, beratnya C gram, kemudian masukkan ke dalam oven dengan suhu C selama 14 jam. - Setelah itu dikeluarkan dan diangin-anginkan di dalam ruangan selama 2-3 jam, kemudian ditimbang. Beratnya D gram. Kadar Bahan Kering Udara rumput : 24

9 2. PENETAPAN KADAR BAHAN KERING Prinsip : Dengan pemanasan 105 C, air yang terkandung dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya. Bahan yang tertinggal setelah penguapan air disebut bahan kering. Alat-alat : - Cawan porselin atau aldisk - Oven 105 C - Eksicator (silica gel biro) - Penjepit - Timbangan analitis Cara Kerja : - Cawan porselin dimasukkan dalam oven 105 C selama 1 jam. - Cawan diambil dan dimasukkan eksicator (gunakan tang penjepit) selama 1 jam. Dalam praktikum pekerjaan ini biasanya sudah dilakukan oleh laboran. - Timbang cawan tersebut dengan teliti, misalnya beratnya A gram. - Masukkan sampel ± 5 gram dalam cawan dan ditimbang kembali. Misalnya beratnya B gram. Kemudian masukkan cawan yang berisi sampel tersebut kedalam oven 105 C selama 4 jam. - Cawan diambil, dimasukkan dalam eksicator selama 1 jam, kemudian ditimbang beratnya dengan teliti, misalnya C gram. Pada waktu mengambil cawan, gunakan tang penjepit. Kadar BK = Keterangan : A= berat cawan B= berat cawan + sampel C= berat cawan + sampel setelah dioven BK = bahan kering 25

10 Prinsip : 3. PENETAPAN KADAR BAHAN ANORGANIK (ABU) Dengan pemanasan pada C semua bahan organik akan terbakar. Bahan anorganik yang tidak tebakar disebut abu. Alat- alat: - Alumunium disk atau cawan porselin - Tanur C - Eksikator (silica gel biro) - Penjepit - Timbangan analitis Cara kerja : - Ambil Al- disk dan masukkan ke dalam tanur (600 C) selama 1 jam. - Dengan menggunakan tang penjepit Al- disk dimasukkan dalam eksikator diamkan selama 1 jam. Dalam praktikum pekerjaan ini biasanya sudah dilakukan oleh laboran. - Timbang Al- disk tersebut, misal beratnya A gram. Ambil sampel kira-kira 3-5 gram masukkan dalam Aldisk dan ditimbang kembali, misal beratnya B gram. - Masukkan Aldisk yang berisi sampel ke dalam tanur 600 C sampai warnanya berunah menjadi putih atau berubah menjadi abu. Tidak boleh terdapat warna hitam (kira-kira selama 4 jam). - Al-disk diambil dimasukkan ke dalam eksikator diamkan selama 1 jam kemudian ditimbang dengan teliti (beratnya C gram). Kadar Abu = Keterangan : Jika sampel berisi banyak protein atau lemak (daging) tidak boleh langsung dimasukkan ke dalam tanur, tetapi harus terlebih dahulu dipanaskan diatas kompor (di dalam lemari asam) sampai tidak ada uap lagi. 26

11 4. PENETAPAN KADAR PROTEIN KASAR Prinsip : Asam sulfat pekat dengan katalisator dapat memecah ikatan N organik dalam bahan makanan menjadi ammonium sulfat, kecuali ikatan N = N; NO; NO 2. Ammonium sulftat dalam suasana basa akan melepaskan NH 3 yang kemudian disuling (destilasi). Hasil sulingan ditampung dalam beakerglas yang berisi H 2 SO 4 0,1 N yang telah diberi indicator campuran. Setelah selesai destilasi, larutan penampung di titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna berubah. Cara yang umum digunakan adalah cara Kjeldahl : a. Proses destruksi (oksidasi) Pengubahan N-protein menjadi ammonium sulfat. Sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ) dan katalisator dapat memecah semua ikatan N dalam bahan pakan menjadi (NH 4 ) 2 SO 4 kecuali ikatan N = N, NO dan NO 2. Amoniak dalam asam sulfat terdapat dalam bentuk ammonium sulfat. CO 2 dan H 2 O terus menguap. SO 2 yang terbentuk adalah hasil reduksi dari sebagian N asam sulfat, SO 2 pun menguap. N-organik + H 2 SO 4 CO 2 + H 2 O + (NH 4 ) 2 SO 4 + SO 2 Dalam reaksi ini digunakan katalisator selenium /Hg/Cu. Destruksi dihentikan setelah larutan berwarna hijau jernih. b. Proses distilasi (penyulingan) Setelah larutan menjadi jernih dan berwarna hijau labu destruksi didinginkan kemudian dengan pengenceran 60 ml aquades larutan dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 300 ml. Pengenceran dilakukan untuk mengurangi kehebatan reaksi jika larutan ditambah alkali larutan dijadikan basa dengan menambahkan NaOH 40 %, labu dipasang pada alat penyuling. Hasil sulingan (uap NH 3 dan air) ditangkap oleh larutan H 2 SO 4 yang terdapat dalam labu Erlenmeyer dan membentuk senyawa (NH 4 ) 2 SO 4. Senyawa ini dalam suasana basa akan melepaskan NH 3. NH 3 yang dilepaskan diikat kembali oleh H 2 SO 4 membentuk Amonium Sulfat. Penyulingan dihentikan 27

12 jika semua N sudah tertangkap oleh asam sulfat dalam labu Erlenmeyer (2/3 bagian cairan dalam labu penyuling telah menguap). 2NH 3 + 2H 2 SO 4 (NH 4 ) 2 SO 4 + H 2 SO 4 c. Proses Titrasi Kelebihan H 2 SO 4 yang digunakan untuk menangkap N dititrasi dengan Natrium Hidroksida. Titrasi dihentikan jika larutan berubah dari ungu ke biru kehijauan. Alat-alat : - Timbangan analitis - Labu didih kjeldhal (50 ml) - Gelas ukur 5 ml atau dispenser - Erlenmeyer (300 ml) - Beaker glas (300 ml) - Alat untuk destilasi - Pipet volume 25 ml atau dispenser - Buret 50 ml Bahan kimia : - H 2 SO 4 pekat (95 97 %) - Katalisator (Seleniumgemisch, buatan Merck) - Aquadest - NaOH 40 % - H 2 SO 4 0,1 N - Indikator (2 gram methyl red + methyl blue per liter etanol 96 %) - NaOH 0,1 N - Batu didih Cara Kerja : 1. DESTRUKSI - Timbang kertas minyak, misal berat A gram. Ambil sampel kira-kira 0,3 gram untuk bahan yang mengandung protein rendah atau 0,2 gram untuk 28

13 bahan yang mengandung protein tinggi, tuangkan dalam kertas minyak dan timbang kembali, misal beratnya B gram. Masukkan sampel (tidak dengan kertas minyak) ke dalam labu kjeldahl. - Tambahkan 1,4 gram katalisator dan batu didih. Kemudian tambahkan 5 ml H 2 SO 4 pekat (di dalam lemari asam) dengan menggunakan dispenser. - Didestruksi sampai warna menjadi hijau. Biarkan menjadi dingin. - Tambahkan 60 ml aquadest (dibagi 4 kali), kocok dan masukkan larutan ke dalam Erlenmeyer 300 ml. 2. DESTILASI - Ambil beaker glas 300 ml, isi dengan H 2 SO 4 0,1 n sebanyak 25 ml dengan menggunakan dispenser. Tambahkan 3 tetes indikator mix, warna menjadi ungu. Kemudian letakkan beakerglas dibawah ujung alat destilasi (ujung alat destilasi harus masuk kedalam cairan penampung, agar tidak ada NH 3 yang hilang). - Untuk destilasi, tambahkan 20 ml NaOH 40 % dalam Erlenmeyer hasil destruksi, kemudian dengan cepat (agar tidak ada NH 3 yang hilang) pasang dalam alat destilasi. - Selama destilasi warna tetap ungu. Destilasi selesai kalau larutan di dalam erlenmeyer 300 ml mulai mendidih tidak lancar lagi. 3. TITRASI - Beakerglas yang berisi hasil sulingan dititrasi dengan NaOH 0,1 n sampai warna berubah menjadi hijau jernih. Misal jumlah NaOH untuk titrasi C ml. - Buat blanko, caranya sama tetapi tidak memakai sampel (Misal untuk titrasi perlu D ml NaOH 0,1n). Kadar PK = Keterangan : A = berat kertas minyak C = jumlah NaOH untuk titrasi sampel B = berat kertas minyak plus sampel D = jumlah NaOH untuk titrasi blanko 29

14 5. PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR Prinsip : Eter dipanaskan terus menerus kemudian didinginkan secara kondensasi akan mengekstrak semua bahan-bahan yang larut dalam eter. Bahan ekstraksi dikumpulkan dalam suatu tabung. Jika proses sudah selesai (4 jam). Eter dikumpulkan ditempat lain dan sisa lemak kasar dikeringkan dalam oven, setelah dingin ditimbang. Lemak adalah sekelompok zat-zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalm eter, kloroform, dan benzene. Yang termasuk dalam golongan lipida adalah lemak, fosfatida, seterol, dll. Lemak merupakan bagian yang terpentin dari golongan zat-zat tersebut. Lemak mengandung C, H, dan O. dalam perbandingannya lemak lebih banyak mengandung C dan H daripada O, misalnya C 57 H 110 O 6. Lemak memberikan 2,25 kali energy lebih banyak disbanding dengan karbohidrat jika mengalami metabolism karena lemak mengandung unsur H lebih banyak daripada unsur O. Alat-alat : - Alat ekstraksi Goldfish - Beaker glas khusus untuk lemak - Alat porselin atau selongsong S - Gelas ukur - Oven vacuum 80 ºC - Timbangan analitis - Eksikator - Penjepit Bahan Kimia : - N-hexan - Batu didih 30

15 Cara Kerja : - Masukan beaker glas yang sudah diberi 2-3 buah batu didih ke dalam oven dengan suhu 105 ºC selama 1 jam. - Ambil beakerglas dan masukkan dalam eksikator selama 1 jam. Pekerjaan ini biasanya sudah dilakukan oleh laboran. - Timbang kertas saring bebas abu, misal A gram. Ambil sampel kira 3 5 ggram taruh diatas kertas saring dan ditimbang kembali, misal beratnya B gram. Bungkus sampel dengan menggunakan kertas saring tersebut, kemudian masukkan sampel ke dalam alat porselin atau selongsong S. - Ambil beakerglas khusus untuk analisa lemak dari eksikator dan ditimbang, misal beratnya C gram. Isi beakerglas dengan 50 ml n-hexan dengan menggunakan gelas ukur. - Kemudian beakerglas dan alat porselin (atau selongsong S) dipasang ke alat ekstraksi Goldfish, dan di ekstraksi selama 4 jam. - Ambil alat porselin atau selongsong S dengan sampel dang anti dengan labu khusus untuk mengumpulkan hexan lagi, sampai hexan dalam beakerglas tinggal sedikit saja. - Beakerglas yang telah berisi lemak dimasukkan ke dalam oven vacuum 80 ºC. - Lalu dihisap udara dari oven, beakerglas di oven selama 1,5 jam. - Beaker glas dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam, dan ditimbang dengan teliti, misal beratnya D gram. Kadar Lemak = 31

16 6. PENETAPAN KADAR SERAT KASAR Prinsip : Serat kasar adalah suatu indikator dari daya cerna dan bulkiness dari suatu bahan. Serat kasar merupakan senyawa yang tidak larut jika direbus berturut-turut dalam larutan H 2 SO 4 0,3 n selama 30 menit dan NaOH 1,5 n selama 25 menit. Tujuan penambahan H 2 SO 4 untuk menguraikan senyawa N dalam pakan, penambahan NaOH untuk menguraikan/ penyabunan senyawa lemak dalam pakan sehingga mudah larut. Sisa bahan pakan yang tidak tercerna setelah proses perebusan kemudian ditimbang dan diabukan. Perbedaan berat residu pertama dan berat residu setelah diabukan menunjukkan jumlah serta yang terdapat dalam suatu bahan pakan. Fraksi serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pada ternak ruminansia dan herbifora non ruminansia selulosa dapat dicerna melalui degradasi microbial. Mendekati 95 % dari serat kasar adalah selulosa. Sistem ini dikembangkan oleh Van Soest untuk mengevaluasi fraksi-fraksi dari suatu bahan pakan yang dapat dicerna. Alat-alat : - Timbangan analitis - Beaker glas khusus untuk serat kasar - Alat untuk mendidihkan - Cawan filtrasi (crusible) serta alat filtrasinya - Eksikator (silica gel biro) - Oven 140 ºC - Tanur ºC Bahan Kimia : - H 2 SO 4 0,3 n - NaOH 1,5 n - HCl 0,3 n - EDTA - Aceton - Aquadest panas - Pasir bersih dan batu didih 32

17 Cara Kerja : - Timbang kertas minyak, misal beratnya A gram. Ambil sampel kira-kira 1 gram taruh diatas kertas minyak dan timbang kembali, misal beratnya B gram. Tuangkan sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker glas khusus untuk analisa serat kasar dan tambahkan H 2 SO 4 0,3 n sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur, didihkan selam 30 menit. - Selanjutnya dengan cepat ditambahkan 25 ml NaOH 1,5 n dan didihkan lagi selama 25 menit tepat. - Dengan cepat pula ditambah 0,5 gram EDTA kemudian didihkan lagi selama 5 menit tepat. - Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glas. - Saring dengan cawan filtrasi yang sebelumnya sudah diisi dengan pasir. - Bersihkan beaker glas dengan aquadest panas sesedikit mungkin sampai semua larutan masuk ke cawan filtrasi. - Lalu tambahkan 50 ml HCl 0,3 n diamkan 1 menit lalu dihisap dengan pom vacuum. - Ditambah dengan 10 ml aquadest panas (sampai 5 kali). - Kemudian ditambahkan lagi 40 ml aceton, diamkan 1 menit lalu dihisap sampai kering. - Selanjutnya dioven pada t = 105 ºC selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (beratnya C gram). - Setelah itu masukkan ke dalam tanur ºC selama 2 jam, keluarkan dengan tang penjepit dan masukkan kembali ke dalam eksikator, diamkan selama 1 jam dan timbanglah dengan teliti (beratnya D gram). Kadar Serat Kasar = 33

18 7. PENETAPAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO Energi suatu bahan dapat diketahui dengan membakar seluruh bahan tersebut dalam bom calorimeter, panas yang dihasilkan dari proses oksidasi disebut gross energy. Bahan yang akan diuji ditimbang dalam bentuk kapsul (pellet) kemudian diletakkan dalam bom yang berisi atm oksigen. Bom dilindungi oleh air sebanyak 2000 g dalam selubung adiabatic. Setelah bom dan calorimeter diatur pada posisi yang tepat dan temperature konstan, bahan yang akan diuji dibakar melalui kawat pembakar yang dialiri listrik. Kenaikan temperature diukur dalam keadaan adiabatic (suatu keadaan dimana tidak ada panas yang keluar dan tidak ada panas yang masuk). Dari perubahan suhu tersebut dapat diketahui kandungan gross energy suatu bahan. Bom calorimeter dapat digunakan untuk mengukur gross energy dari bahan pakan, hasil sisa bahan pakan (feses, urin dsb) dan jaringan. Satu kalori adalah sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan temperature 1 ºC dari 1 g air, tepatnya dari 14,5 ke 15,5 ºC. Dari kenyataan ini kita dapat memikirkan bagaimana cara bekerja sebuah bom calorimeter. Kawat beraliran listrik ditempatkan (disentuhkan) pada contoh bahan yang akan dianalisa, dengan dialiri listrik kawat akan membakar contoh bahan. Air dituangkan disekitar bom dan ditambahkan atm oksigen. Panas yang dihasilkan dari pembakaran akan memanaskan air dan kenaikan panas ini akan dicatat oleh thermometer. Pembakaran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh : 1. Penambahan gas ke dalam bom terlalu cepat menyebabkan partikelpartikel bahan terhambur ke luar cawan 2. Proses pemadatan bahan yang tidak sempurna 3. Contoh bahan mengandung partikel-partikel yang sulit terbakar 4. Kawat patah sebelum pembakaran berlangsung karena arus listrik terlalu rendah/ terlalu tinggi 5. Penempatan kawat tidak menyentuh contoh bahan yang dibakar 6. Penggunaan oksigen yang tidak cukup untuk pembakaran 34

19 Alat-alat : - Pelletting machine - Perangkat bomb calorimeter - Timbangan analitis Cara Kerja : 1. Sampel dibuat pellet dengan berat kira-kira 1-1,5 gram. Misal beratnya A gram. 2. Timbang kawat (7-10 cm), misal beratnya B gram. 3. Letakkan cawan pada crucible. 4. Kawat dipasang pada bomb. Hubungkan sampel dengan kawat dengan menggunakan benang. 5. Timbang air sebanyak 2000 gram masukkan pada bucket. 6. Isi bomb dengan 5 atm O 2 kemudian keluarkan dan selanjutnya diisi lagi dengan atm O 2. Sekrup pada bomb dikencangkan. Masukkan bomb ke dalam bucket. 7. Masukkan bucket ke dalam jaket dan ditutup 8. Periksalah pengaduk dan termometer. 9. Hubungkan dengan arus listrik. 10. Tunggu sampai suhu menjadi konstan, dan catat (T1). 11. Tekan tombol pembakaran (astilah umumnya di-bom). 12. Catat suhu terakhir setelah 7-10 menit (T2). 13. Matikan aliran listrik. 14. Buka tutup jaket dan keluarkan bom. 15. Keluarkan oksigen dari dalam bomb (minimal 1 menit). 16. Cuci bagian bomb sebelah dalam, crucible dan tempat melekatnya kawat, dengan aquadest sehingga mencapai volume kira-kira 50 ml. Tuangkan aquadest tersebut pada beaker glas dan tambahkan 2-3 tetes indikator. 17. Titrasi dengan NaOH 0,1 N. Timbang sisa kawat (C gram). PERHITUNGAN : (GE dalam satuan kal/g) 35

20 8. PENETAPAN KADAR KALSIUM Prinsip: Larutan garam kalsium diendapkan dengan ammonium oxalat, sebagai caoxalat. Ca-oxalat ini dilarutkan kembali dengan H 2 SO 4 dan kemudian kadar oxalate-nya dititrasi dengan KMnO 4 standar. Alat-alat : - Pipet 10 ml - Corong - Beaker glass 250 ml - Erlenmeyer 250 ml. Reagentia : - NH 4 OH 1:1 dan 1:50 - Ammonium oxalate jenuh - HCl 1:3 - Larutan standard KMnO 4 0,1 N - Methyl red indicator - H 2 SO 4 pekat Cara : 1. Ambil 50 ml filtrat dari penetapan SiO 2 dan masukkan ke dalam beaker glass 250 ml. 2. Tambahkan filtrat tersebut dengan 2 tetes indikator methyl red dan tambah pula NH 4 OH 1:1 tetes demi tetes hingga ph menjadi 5,6 yang terlihat dari perubahan warna menjadi merah muda (orange). 3. Asamkan kembali dengan 2 tetes HCl 1:3 dan didihkan. 4. Tambah ml Amonium oxalat jenuh dan didihkan lagi. 5. Bila ada perubahan warna menjadi kuning, tambahkan HCl 1:3 tetes demi tetes hingga warna kembali seperti semula. 6. Biarkan endapan mengendap dan saring dengan kertas saring ke dalam Erlenmeyer 250 ml. 7. Cuci beberapa kali dengan air panas atau NH 4 OH 1:50 sampai bebas asam. 36

21 8. Presipitat dan kertas saring tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, lalu ditambah dengan 125 ml aquadest dan 5 ml H 2 SO 4 pekat. 9. Panaskan larutan tersebut sampai 80 o C dan titrasi dengan larutan KMnO 4 standard 0,1 N ampai timbul warna merah muda. 10. Buat balanko dengan cara sebagai berikut: 11. Ambil 10 ml HCl pekat (sesuai dengan jumlah HCl yang dipakai pada penetapan SiO 2 ) lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambah aquadest sampai tanda batas. Ambil 50 ml larutan tersebut dan kerjakan langkah-langkah seperti tersebut di atas. PERHITUNGAN : 1 ml KMnO 4 0,1 N = 0,0020 gram Ca = 0,0028 gram CaO di mana: A = Jumlah ml KMnO 4 yang dipakai untuk titrasi sampel B = Jumlah ml KMnO 4 yang dipakai untuk titrasi blanko P = Pengenceran yaitu 250 : = berat equivalen Ca S = berat sampel pada penetapan abu. 37

22 9. PENETAPAN KADAR SILIKAT Prinsip : Semua oksida dari unsure-unsur yang terdapat dalam abu akan bereaksi dengan HCl pekat menjadi bentuk chloride yang larut dalam air kecuali SiO 2. Alat-alat : - Penangas air - Erlenmeyer 250 ml - Silica dish (cawan porselin) - Corong - Pipet 10 ml - Labu ukur 250 ml Reagentia : - HCl pekat - AgNO 3 - Lakmus Cara : 1. Tambahkan pada abu (dari penetapan kadar abu) kurang lebih 5 ml HCl pekat dan panaskan di atas penangas air sampai kering. 2. Tambahkan lagi 5 ml HCl pekat, panaskkan lagi selama 2 menit di atas penangas air. 3. Tambahkan kurang lebih ml aquadest dan didihkan selama 5 menit sambil diaduk dengan batang gelas. 4. Saring dalam labu ukur 250 ml dengan menggunakan kertas saring bebas abu. 5. Cuci beberapa kali dengan air panas sampai filtrat terakhir bebas dari asam, hal ini dapat ditest dengan kertas lakmus, tambah lagi aquadest sampai tanda. 6. Filtrat tersebut disimpan untuk penetapan kalsium 7. Masukkan kertas saring ke dalam silica dish yang sudah ditimbang beratnya (X) kemudian dipijarkan sampai putih warnanya. Didinginkan dan timbang (Z). Kadar Silikat = {(Z-X) : berat sampel} x 100 % 38

23 10. PENETAPAN KADAR CHLORIDA Prinsip : Garam-garam chloride diendapkan dengan AgNO 3. Sisa AgNO 3 yang berlebihan dititrasi dengan KCNS dan ion ferri sebagai endikatornya. Setelah semua ion Ag diendapkan oleh ion CNS, kemudian ion CNS akan bereaksi dengan ion ferri terjadi ferri thiocyanat = Fe(CNS) 3 yang berwarna Coklat. Alat-alat : - Erlenmeyer 250 ml - Beaker glass 250 ml - Corong - Pipet Reagentia : - Ferri sulfat - HNO 3 pekat - NH 4 OH 1:19 - AgNO 3 0,1 N - KCNS 0,1 N. Cara : 1. Ambil 3 gram sampel dan masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml. 2. Tambahkan 50 ml larutan ferri sulfat dan dikocok baik-baik (jangan sampai menggumpal) 3. Tambahkan 100 ml NH 4 OH 1:19 dan dikocok, kemudian didiamkan selama 10 menit lalu disaring. 4. Ambil 50 ml filtrate tersebut dan dimasukkan dalam beaker glass 250 ml. 5. Tambah 10 ml NHO 3 pekat dan 10 ml larutan ferri sulfat (sebagai indikator). 6. Tambahkan pula 20 ml AGNO 3 0,1 N sambil dikocok dan dipanaskan. 7. Dinginkan dengan air dingin. 8. Kelebihan dari AgNO 3 tersebut ditritasi dengan KCNS 0,1 N sampai timbul warna merah kecoklatan. 39

24 1 ml AgNO 3 0,1 N = 0,00035 g Cl Dimana : A = jumlah ml KCNS untuk titrasi B = normalitet KCNS C = normalitet AgNO 3 40

25 LEMBAR KERJA Acara : PENETAPAN BAHAN KERING UDARA Tanggal : Pengamatan : A = I II Gr B = Gr C = Gr D = Gr Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 41

26 Acara : PENETAPAN KADAR BAHAN KERING Tanggal : Pengamatan : I II Berat cawan (A) gr Gr Berat cawan plus sampel (B) gr Gr Berat cawan + sampel setelah dioven gr gr Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 42

27 Acara : PENETAPAN KADAR BAHAN ANORGANIK (ABU) Tanggal : Pengamatan : I II Berat cawan (A) gr gr Berat cawan plus sampel (B) gr gr Berat cawan + sampel setelah dioven gr gr Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 43

28 Acara : PENETAPAN KADAR PROTEIN KASAR Tanggal : Pengamatan : I II Berat cawan (A) gr gr Berat kertas + sampel (B) gr gr Jumlah titrasi sampel (C) ml ml Jumlah titrasi blanko (D) ml ml Normalitas NaOH Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 44

29 Acara : PENETAPAN KADAR LEMAK Tanggal : Pengamatan : I II Berat kertas saring (A) gr gr Berat kertas saring + sampel (B) gr gr Berat beaker glass (C) gr gr Berat beaker glass + lemak (D) gr gr Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 45

30 Acara : PENETAPAN KADAR SERAT KASAR Tanggal : Pengamatan : I II Berat kertas minyak (A) gr gr Berat kertas + sampel (B) gr gr Berat crucible stlh dioven (C) gr gr Berat crucible stlh ditanur (D) gr gr Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 46

31 Acara : PENETAPAN KADAR KALSIUM Tanggal : Pengamatan : I II Berat sampel (S) gr gr Jumlah titrasi sampel (A) gr gr Jumlah titrasi blanko (B) gr gr Normalitas KMnO 4 Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 47

32 Acara : PENETAPAN KANDUNGAN ENERGI BRUTO Tanggal : Pengamatan : I II Berat sampel (A) gr gr Berat kawat mula-mula (B) gr gr Berat kawat sisa (C) gr gr Suhu awal (T1) Suhu akhir (T2) Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 48

33 Acara : PENETAPAN KADAR SILIKAT Tanggal : Pengamatan : I II Berat sampel (S) gr gr Berat silica dish (X) gr gr Berat silica dish plus isi (Z) gr gr Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 49

34 Acara : PENETAPAN KADAR CHLORIDA Tanggal : Pengamatan : I II Berat sampel gr gr Jumlah KCNS untuk titrasi (A) gr gr Normalitas KCNS gr gr Normalitas AgNO 3 Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 50

35 Acara : PENETAPAN BETN (BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN) Tanggal : Pengamatan : I Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein Kasar Kadar Lemak Kasar Kadar Serat Kasar BETN = 100 (AIR + ABU + PK + LK + SK) II Pembahasan : Mengetahui : Dosen / Asisten : 51

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September 2013--Oktober 2013. Pengambilan sampel onggok diperoleh di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR AIR. 1. Keringkan Cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu C.

PENENTUAN KADAR AIR. 1. Keringkan Cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu C. 0 1 PENENTUAN KADAR AIR ALAT ALAT 1. Oven listrik 2. Timbangan analitik 3. Cawan Alumunium 4. Eksikator 5. Tang Penjepit CARA KERJA 1. Keringkan Cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-105

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Siapkan semua limbah kotoran babi dalam keadaan segar

LAMPIRAN. Siapkan semua limbah kotoran babi dalam keadaan segar LAMPIRAN Lampiran 1. Skema Pembuatan Fermentasi Feses: Dimasukkan stater EM4 (efective microorganism 4) sebanyak 1 liter dengan campuran gula 1 kg kedalam 10 liter air dan difermentasikan selama 5 jam

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea terhadap ketersediaan NH3, volatile fatty acids dan protein total secara in vitro dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon Proksimat protein lemak abu serat kasar air BETN A ( rebon 0%) 35,85 3,74 15,34 1,94 6,80

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis Proksimat 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat sebagai A gram. 2. Menyiapkan cawan porselen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN SUPARJO jatayu66@yahoo.com Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN P enyediaan bahan pakan pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat-zat makanan.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di rumah kaca Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Pengujian secara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April 2015. Pelaksanaan penelitian pembuatan pelet calf

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak 21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak dilaksanakan pada Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 26 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit, maka penentuan BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Protein Metode Kjeldahl Dalam penentuan protein cara Kjeldahl ini, kandungan unsur N yang didapatkan tidak hanya berasal dari protein saja. Mengingat jumlah kandungan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Fermentabilitas Pakan Komplit dengan Berbagai Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November 2015 di Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April Oktober 2013.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April Oktober 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April Oktober 2013. Penelitian ini berlokasi di Kebun penelitian Laboratorium Agrostologi, Industri

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kandungan air dalam suatu bahan perlu diketahui untuk menentukan zatzat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut. Kadar air dalam pangan dapat diketahui melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA NUTRISI TERNAK : Berbagai aktivitas kimiawi dan faali yang mengubah nutrien penyusun pakan menjadi nutrien penyusun tubuh ternak BAHAN PAKAN : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN 1.1 Hasil Pengamatan Analisa 1.1.1 Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein No. 1. Perlakuan Pengamatan Sampel sebanyak 1 gr K2SO4 Larutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ANALISIS PROKSIMAT (Proximate Analysis)

PENDAHULUAN. ANALISIS PROKSIMAT (Proximate Analysis) SUPARJO 2010. LABORATORIUM MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI PENDAHULUAN Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan oleh ternak.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis. - Sampel harus representatif atau mewakili data - Sampel harus segera diproses agar tidak terjadi kerusakan - Timbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas daging ayam kampung super dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan 3 Maret 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap yang diproses

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap yang diproses 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap yang diproses dengan perendaman dengan air dingin dalam ransum terhadap konsumsi pakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Teknologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Kadar Nitrogen,Kadar Air,Kadar C-Organik 3.1.1 Prinsip Percobaan Kadar Nitrogen : Nitrogen yang terdapat dalam sampel didestruksi dengan asam sulfat dan selenium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A.

BAB III METODOLOGI A. BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan praktik produksi enting-enting kacang tanah, kacang kedelai dan kedondong ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) (1) Mengambil contoh sampel sebanyak 2 mililiter (Catat sebabai A gram)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) (1) Mengambil contoh sampel sebanyak 2 mililiter (Catat sebabai A gram) LAMPIRAN 50 51 Lampiran 1. Prosedur Analisis Protein Kasar (Analisis Kjeldahl) Kandungan protein kasar di ukur dengan menggunakan analisis Kjeldahl. Larutan yang digunakan adalah asam sulfat pekat, asam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL 1 PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL I. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitogen atau protein dalam cuplikan dengan metoda mikro kjeldahl secara benar dan jelas.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. dan Teknologi Pangan, Laboratorium kimia, dan Laboratorium Biomedik Fakultas

METODELOGI PENELITIAN. dan Teknologi Pangan, Laboratorium kimia, dan Laboratorium Biomedik Fakultas III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan membeli sampel bakso pada beberapa pedagang bakso Malang yang ada di sekitar kampus III Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Kemudian, analisis kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk kedalam jenis penelitian eksperimen karena dilakukan percobaan dengan menyimpan kista artemia pada suhu yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) perlakuan proksimat (% bobot kering) Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan komersil 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney (Nazir, 2003: 54), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan angka-angka data analisis menggunakan statistik. Hijau Tridharma Andounohu Kendari, Sulawesi Tenggara.

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan angka-angka data analisis menggunakan statistik. Hijau Tridharma Andounohu Kendari, Sulawesi Tenggara. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, sebagaimana menurut Suryana (2010) penelitian deskriptif bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap kandungan protein, nitrogen terlarut, dan kandungan nitrogen non protein pada ikan tongkol adalah

Lebih terperinci